PENDAHULUAN
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang Undang
desa tersebut merupakan salah satu komitmen besar untuk mendorong perluasan
Harapan lain dapat menjadi salah satu lompatan sejarah sebagai proses
pembangunan yang sedang berlangsung. Undang – Undang desa dapat menjadi salah
satu komitmen program yang berpihak pada rakyat sebagai dasar pembangunan 10
akar rumput yang dalam piramida kependudukan berada paling bawah. Menurut
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 pemerintahan desa adalah
1
Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai
melindungi dan menjaga persatuan, kesatuan, serta kerukunan masyarakat desa dalam
milik desa, dengan dana yang dikucurkan langsung ke desa, maka dapat digunakan
oleh desa untuk mendirikan badan usaha milik desa sudah ditetapkan dalam peraturan
desa. Hasil dari badan usaha milik desa dapat digunakan untuk pengelolaan dan
kesejahteraan warga desa, pengentasan kemiskinan desa. Dana desa dapat digunakan
untuk pembuatan irigasi bagi pertanian, agar diperoleh hasil pertanian yang baik.
Masyarakat desa sebagai pemilik desa mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
memantau langsung jalannya pemerintahan desa. Dari pantauan tersebut, jika ada
yang kurang tepat, maka dapat langsung dilaporkan kepada pemerintah desa.
Kabupaten Padang Pariaman merupakan salah satu daerah otonom yang ada
penataan sistem dan prosedur yang baik agar terciptanya prinsip transparansi,
akuntabilitas, partisipatif, tertib dan disiplin anggaran. Tata kelola pemerintahan yang
Desa di Sumatera Barat disebut juga Nagari, salah satu Nagari yang ada di
memberdayakan desa agar menjadi kuat, mandiri dan demokratis sehingga tercipta
didalamnya termasuk tata kelola pemerintahan pusat, daerah dan desa. Dalam rangka
daerah.
3
Peraturan penatausahaan keuangan Nagari Sicincin yang digunakan saat ini
adalah Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 20 Tahun 2015 yang mengadopsi
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 Tahun 2014 yang mengharuskan
penyusunan laporan keuangan pemerintah Nagari dengan lengkap dan rinci, namun
penatausahaan yang ada di pemerintahan Nagari Sicincin ini masih kurang baik hal
sesuai dengan pasal 1 ayat 16, penatausahaan masih dilakukan oleh bagian
pemerintahan, sehingga belum adanya sistem pencatatan keuangan yang benar dan
lengkap, akurat, andal dan tepat waktu maka dari itu sering terjadinya
belanja oleh Pelaksana Kegiatan, maka dari itu Sekretaris Nagari belum
menjadikan tugas akhir dengan judul “Penatausahaan Keuangan Nagari pada Kantor
1. Bagi Instansi
Untuk memberikan saran saran yang berguna bagi instansi yang ada pada
nagari.
2. Bagi Pembaca
3. Bagi Penulis
5
Dapat memperdalam ilmu dan pemahaman dalam pengambilan suatu keputusan
perkuliahan.
Dalam memperoleh data untuk menyelesaikan tugas akhir ini, penulis dapat
1. Studi kepustakaan
sumber tertulis dari buku ataupun data lainnya yang berkaitan erat dengan
objek penelitian sebagai landasan teori dalam penyusunan tugas akhir ini
pengeluaran kas.
2. Wawancara
dengan permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir seperti pada Sekretaris
6
menatausahakan keuangan nagari, dan Wali Nagari sebagai penggunan
anggaran nagari.
3. Observasi
wawancara untuk memperoleh data dan bukti yang akurat yaitu seperti
penerimaan dan pengeluaran kas yang diperoleh dari pendapatan dana transfer
nagari.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 hal ini dilakukan
Sistematika penulisan dalam tugas akhir ini memberi gambaran secara garis besar
mengenai tahap tahap yang akan dijelaskan dalam tiap bab, sehingga pembahasannya
dapat ditelaah secara sistematis yang membantu pembaca agar lebih mudah
memahami penelitian ini. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis membagi ke dalam
BAB 1 PENDAHULUAN
7
Dalam bab ini berisikan latar belakang permasalahan yang akan dibahas, perumusan
Dalam bab ini penulis menguraikan membahas dasar-dasar teori dari permasalahan
Penulis menjelaskan sejarah singkat nagari, visi dan misi nagari, keadaan demografi
BAB 4 PEMBAHASAN
transfer nagari.
BAB 5 PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran-saran atas semua uraian dari bab-bab sebelumnya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pengeluaran, serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib. Bendahara
menghasilkan laporan keuangan yang benar, lengkap, akurat, andal dan tepat waktu.
Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 pasal 7 tentang
Bendahara Desa merupakan salah satu unsur pelaksana teknis pengelola keuangan
desa yang dijabat oleh kepala/staf urusan keuangan dan memiliki tugas untuk
yang meliputi penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran atau pembiayaan dalam
9
rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja desa. Penatausahaan yang
buku setiap akhir bulan secara tertib, yang berarti Bendahara Desa dalam
Permendagri No. 113 Tahun 2014 menyebut bahwa pengelolaan keuangan desa
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Bagian
Kedua Tentang Pelaksanaan Keuangan desa terdapat beberapa prinsip umum yang harus
ditaati yang mencakup penerimaan dan pengeluaran. Prinsip itu diantaranya bahwa
seluruh penerimaan dan pengeluaran desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.
Pencairan dana dalam rekening kas desa ditandatangani oleh kepala desa dan
10
Bendahara Desa. Namun khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan
pihak ketiga secara normatif dilakukan melalui transfer ke rekening bank pihak
ketiga.
desa pada jumlah tertentu untuk memenuhi kebutuhan operasional pemerintah desa.
Batasan jumlah uang tunai yang disimpan dalam kas desa ditetapkan dengan
kas tunai melalui pelaksana kegiatan (panjar kegiatan). Pemberian panjar kepada
pelaksana kegiatan dilakukan dengan persetujuan terlebih dahulu dari Kepala Desa
setelah melalui verifikasi Sekretaris Desa. Semua penerimaan dan pengeluaran desa
didukung oleh bukti yang lengkap dan sah serta ditandatangani oleh Kepala Desa dan
Bendahara Desa.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Pasal 8 ayat 2
bahwa pendapatan desa diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis. Pasal 9 ayat 1
desa yang merupakan hak desa dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar
11
kembali oleh desa. Pasal 9 ayat 2 sebagaimana dimaksud pada pasal 8 ayat (1), terdiri
atas kelompok : Pendapatan asli desa (PADesa), Transfer, dan, Pendapatan Lain-lain.
pendapatan desa. Pendapatan desa yang bersifat pendapatan asli desa berasal dari
pemerintah supra desa. Pihak yang terkait dalam proses penerimaan pendapatan
Kelompok pendapatan asli desa meliputi hasil usaha: hasil aset; swadaya,
partisipasi dan gotong royong; dan lain-lain pendapatan asli desa. Seluruh
Pendapatan yang masuk katagori hasil usaha contohnya adalah pendapatan yang
berasal dari badan usaha milik desa, pengelolaan pasar desa, dan pengelolaan
kawasan wisata skala desa. Pencatatan penerimaan dari BUM Desa berupa
penerimaan deviden harus disertai dengan bukti antara lain berupa bukti transfer
deviden, hasil RUPS, dan pengumuman laba BUM Desa. Sedangkan untuk
Pendapatan yang berasal dari aset desa antara lain tambatan perahu, pasar desa,
tempat pemandian umum dan jaringan irigasi. Pendapatan dari hasil pemanfaatan
12
aset umumnya adalah berupa retribusi desa. Retribusi desa yaitu pungutan atas
manfaat aset desa dimaksud. Ketentuan mengenai retribusi desa harus ditetapkan
Bendahara Desa atau petugas pemungut penerimaan desa yang telah ditetapkan
oleh Kepala Desa. Seluruh pendapatan retribusi desa yang diterima oleh
pendapatan yang diterima oleh petugas pemungut harus segera disetorkan kepada
Bendahara Desa.
13
Gambar 2.1 Prosedur Penerimaan Pendapatan Retribusi, Pungutan, dan Sewa
14
Swadaya dan partisipasi adalah membangun dengan kekuatan sendiri yang
melibatkan peran serta masyarakat dalam bentuk uang dan atau barang yang
dinilai dengan uang. Gotong royong adalah membangun dengan kekuatan sendiri
yang melibatkan peran serta masyarakat dalam bentuk jasa yang dinilai dengan
uang. Pendapatan yang berasal dari swadaya, partisipasi dan gotong royong
melibatkan peran serta masyarakat berupa tenaga dan barang. Penerimaan dalam
kegiatan atau dikoordinir dari lingkup kewilayahan terkecil yaitu tingkat Rukun
Kegiatan.
diberikan dalam bentuk tenaga dibuatkan daftar hadir atas orang-orang yang
menggunakan harga pasar setempat atau berdasarkan RAB yang telah telah dibuat
sebelumnya.
Atas bukti penerimaan atas swadaya dari masyarakat tersebut, baik yang
15
berupa natura ataupun tenaga yang telah dirupiahkan, ditembuskan kepada
Bendahara Desa untuk dicatat sebagai realisasi penerimaan swadaya yang akan
Gambaran alur swadaya yang berasal dari masyarakat adalah sebagai berikut:
BimKon-Keuangan-Desa.
16
Lain-lain pendapatan asli desa antara lain diperoleh dari hasil pungutan desa.
Pungutan yang ada di desa antara lain yaitu pungutan atas penggunaan balai desa,
desa, dan lain sebagainya. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai
Desa ke dalam rekening kas desa. Setiap pencatatan penerimaan sumbangan harus
disertai dengan bukti yang lengkap dan sah antara lain kuitansi penerimaan.
b. Transfer Desa
pemerintah supra desa yang menyalurkan dana kepada desa sesuai amanat
ketentuan yang berlaku atau bantuan keuangan kepada desa. Dana transfer yang
hari setelah KUA/PPAS disepakati kepala daerah dan DPRD. Besaran alokasi
yang diterima desa secara umum ditetapkan dalam bentuk Keputusan Kepala
17
desa secara bertahap sesuai ketentuan yang berlaku. Setiap tahapan penyaluran
memiliki persyaratan yang telah ditentukan dan diatur dalam peraturan Kepala
Daerah yang mengacu pada peraturan yang lebih tinggi. Sebagai contoh misalnya
Keuangan-Desa.bpkp.
18
c. Pendapatan Lain-Lain
Kelompok pendapatan lain-lain meliputi hibah, sumbangan dari pihak ketiga yang
tidak mengikat dan lain-lain pendapatan desa yang sah. Pelaksanaan penerimaan
dari hibah, sumbangan, dan lain-lain pendapatan desa yang sah, berupa kas
dilakukan melalui Bendahara Desa. Pendapatan yang diterima dalam bentuk kas
tunai oleh Bendahara Desa harus segera disetorkan ke rekening kas desa.
yang sah harus disertai dengan bukti yang lengkap dan sah antara lain kuitansi
penerimaan.
Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Pasal 12 Ayat (1)
adalah belanja desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan
kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh desa. Pasal 13 Ayat (1) Kelompok belanja dibagi dalam
kegiatan sesuai dengan kebutuhan desa yang telah dituangkan dalam rencana kerja
disepakati dalam musyawarah desa dan sesuai dengan prioritas pemerintah, baik
seluruhnya tertuang dalam RKP Desa yang pelaksanaannya akan diwujudkan melalui
APB Desa. Setelah APB Desa ditetapkan dalam bentuk peraturan desa, program dan
19
kegiatan sebagaimana yang telah direncanakan baru dapat dilaksanakan. Hal ini
perkantoran yang diatur dalam keputusan Kepala Desa. Dengan adanya ketentuan
dari Kepala Desa tersebut, maka belanja pegawai dan operasional dapat dilakukan
tanpa perlu menunggu penetapan anggaran pendapatan dan belanja desa (APB Desa).
Pelaksanaan APB Desa dilakukan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh desa
1. Rencana anggaran biaya (RAB), sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
melaksanakan kegiatan harus disertai dengan dokumen antara lain rencan anggaran
biaya.
Pihak yang paling berperan dalam pelaksanaan kegiatan adalah Pelaksana Kegiatan
yang diperankan oleh Kepala Seksi. Langkah awal yang harus dilakukan oleh
antara lain rencana anggaran biaya. Rencana anggaran biaya sebelum dilaksanakan
harus diverifikasi terlebih dahulu oleh Sekretaris Desa dan disahkan oleh Kepala
Desa. RAB kegiatan ini menjadi dasar bagi pelaksana kegiatan untuk melakukan
tindakan pengeluaran atas beban anggaran belanja kegiatan. Format RAB disajikan
sebagai berikut:
20
Gambar 2.4 Formulir Rencana Anggaran Biaya
Berdasarkan RAB kegiatan yang telah disetujui oleh Kepala Desa, Pelaksana
Kegiatan melakukan proses kegiatan sesuai RAB tersebut misalnya berupa pengadaan
Pengadaan barang dan/atau jasa di desa diatur lebih lanjut dengan peraturan
Ayat (1) adalah Pelaksana kegiatan mengajukan surat permintaan pembayaran kepada
Kepala Desa.
Surat permintaan pembayaran (SPP) kepada Kepala Desa. Pelaksanaan Kegiatan baik
yang melalui panjar ataupun tanpa melalui panjar menggunakan form SPP yang sama
dan diproses serta diverifikasi tanpa ada perbedaan oleh Sekretaris Desa. Perbedaan
mekanisme panjar dan tanpa panjar terdapat pada kolom isian “Catatan Panjar”.
Untuk pelaksanaan tanpa melalui mekanisme panjar, maka kolom ini NIHIL,
sedangkan yang melalui mekanisme panjar diisi sebesar uang panjar yang diterima.
Catatan panjar ini berguna bagi Bendahara Desa dalam melakukan pembayaran. Jika
tanpa melalui mekanisme panjar, maka Bendahara Desa akan membayar sebesar SPJ
yang disahkan oleh Kepala Desa, sedangkan jika terdapat panjar, maka perhitungan
pembayaran yang dilakukan oleh Bendahara (atau adanya pengembalian uang dari
Pelaksana Kegiatan jika panjar yang diberikan lebih besar) adalah sebesar selisih
SPP yang diajukan oleh Pelaksana Kegiatan dilakukan verifikasi terlabih dahulu
oleh Sekretaris Desa sebelum disetujui oleh Kepala Desa. Verifikasi yang dilakukan
kegiatan.
22
b. Menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APB Desa yang tercantum
dalam permintaanpembayaran.
Saat pengajuan SPP perlu diatur lebih lanjut baik berupa batasan nilai atau
frekuensi pengajuan SPP tidak terlalu sering/banyak namun juga tidak terlalu lama
(SPP) adalah:
23
Gambar 2.5 Format Surat Permintaan Pembayaran
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa SPP merupakan dokumen yang
berisi permintaan pembayaran atau pengesahan belanja yang telah dilakukan oleh
dokumen pengesahan belanja oleh Kepala Desa (otorisator) sekaligus juga perintah
SPP merupakan dokumen penting dalam penyusunan laporan realisasi APB Desa.
Seluruh SPP kegiatan yang ada pada akhir periode akan dikompilasi untuk
realisasi APB Desa serta pengendalian, maka lembar 1 SPP dibuat sebanyak 3
24
rangkap, dengan rincian sebagai berikut: rangkap 1 (asli) untuk Bendahara Desa,
Arsip SPP tersebut adalah dari Lembar 1 SPP yang telah ditanda tangani semua
pihak baik oleh Pelaksana Kegiatan, Sekretaris Desa, Kepala Desa dan Bendahara
Desa. Khusus untuk bukti pendukung asli dan lampiran selanjutnya hanya diarsipkan
oleh Bendahara Desa. Pengajuan SPP oleh Pelaksana Kegiatan di atas dilampiri
Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Pasal 29
25
adalah pengajuan SPP terdiri atas SPP, penyataan tanggungjawab belanja dan
belanja ini ditambahkan kolom nama dan nomor rekening pihak ketiga untuk
semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang
lengkap dan sah. Bukti transaksi adalah dokumen pendukung yang berisi data
keuangan. Dalam suatu bukti transaksi minimal memuat data pihak yang
berupa kuitansi, faktur, surat perjanjian, surat penerimaan barang, nota kontan
Hal lain yang terpenting terkait bukti adalah bukti harus diberi nomor dan
adalah dokumen resmi milik pemerintah desa. Bukti transaksi berfungsi untuk
sumber data untuk keperluan pemeriksaan/audit, dan juga sebagai barang bukti
26
apabila diperlukan dalam proses hukum, dalam hal terjadi dugaan
melawan hukum.
c. Register SPP
Register SPP merupakan dokumen tambahan yang tidak ada dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri 113/2014. Register SPP berguna sebagai alat kontrol
bagi Sekretaris Desa terhadap SPP yang diajukan dari Pelaksana Kegiatan,
diperlukan dokumen berupa register SPP yang dikelola oleh Sekretaris Desa.
Dengan register SPP ini, Sekretaris Desa dapat mengetahui jumlah SPP yang
Desa, disetujui Kepala Desa atau sudah dibayarkan oleh Bendahara Desa.
27
Gambar 2.7 Format Register Surat Permintaan Pembayaran
BimKon-Keuangan-Desa.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 Pasal
28
Buku Kas Pembantu Kegiatan. Format Buku Kas Pembantu Kegiatan.
semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang
lengkap dan sah. Pembayaran kepada pihak ketiga baik melalui Bendahara
29
Gambar 2.9 Format Kuitansi Pengeluaran
BimKon-Keuangan-Desa.
Pengadaan barang dan/atau jasa di desa, sebagaimana diatur dalam pasal 105 PP
tatacara dan menggariskan ketentuan pengadaan barang dan jasa di desa. Salah
satu peraturan tentang pengadaan barang dan jasa adalah Perka LKPP No. 13
30
bersumber dari APBDesa di luar ruang lingkup pengaturan pasal 2 Perpres 54
/2010 jo Perpres 70/2012. Menurut Perka LKPP tersebut, tata cara pengadaan
wilayah setempat. Apabila tidak dapat dilakukan dengan cara swakelola baik
membentuk Tim Pengelola Kegiatan (TPK) melalui surat keputusan Kepala Desa
yang terdiri dari unsur pemerintah desa dan unsur lembaga kemasyarakatan desa
di atas. Ketentuan lebih lanjut terkait pengadaan barang dan jasa akan dibahas
f. Laporan Kegiatan
kegiatan yang telah selesai dilaksanakan yang menggambarkan realisasi fisik dan
keuangan serta output yang ada. Format laporan dari Pelaksanaan Kegiatan:
31
Gambar 2.10 Format Laporan Kegiatan
BimKon-Keuangan-Desa.
Laporan ini dibuat ketika kegiatan telah selesai dilaksanakan sebagai media
32
hasil/keluaran kegiatan beserta biaya yang telah dikeluarkan. Jika keluaran berupa
aset yang merupakan bagian kekayaan milik desa maka harus dicatat dalam buku
inventaris desa dan dilaporkan dalam laporan kekayaan milik desa. Laporan
kegiatan ini didukung oleh lampiran berupa berita acara serah terima barang dari
Penatausahaan Keuangan desa menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113
pertanggungjawaban.
setiap bulan kepada Kepala Desa dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
33
b. Buku Kas Pembantu Pajak.
c. Buku Bank.
Desa dengan keputusan Kepala Desa, penetapan Bendahara Desa dilakukan sebelum
Penerimaan yang bersifat tunai yang diterima oleh Bendahara Desa dibuatkan bukti
kuitansi tanda terima dan dicatat oleh Bendahara Desa pada buku kas umum.
Sedangkan untuk penerimaan yang bersifat transfer, Bendahara Desa akan mendapat
informasi dari bank berupa nota kredit atas dana-dana yang masuk ke dalam rekening
kas desa. Berdasarkan nota kredit ini selanjutnya Bendahara Desa melakukan
pencatatan ke dalam buku bank. Pencatatan penerimaan baik kas maupun transfer
harus disertai dengan bukti yang lengkap dan sah serta dicatat secara benar dan tertib.
Selain pencatatan pada buku kas umum atau buku bank, Bendahara Desa juga
dalam buku rincian pendapatan berguna untuk mengklasifikasi rincian dari realisasi
pendapatan yang diterima agar dapat dilaporkan ke dalam laporan realisasi APB
Desa. Pencatatan seluruh penerimaan tersebut dilakukan secara benar dan tertib.
34
2.4.2 Penatausahaan Belanja Desa
Belanja kegiatan yang bersifat tunai yang dikeluarkan oleh Bendahara Desa
dibuatkan bukti kuitansi pengeluaran dan dicatat oleh Bendahara Desa pada buku kas
umum. Sedangkan untuk belanja yang bersifat transfer langsung ke pihak ketiga,
Bendahara Desa melakukan pencatatan ke dalam buku bank (tidak dicatat di BKU,
karena BKU untuk transaksi tunai). Pencatatan penerimaan baik kas maupun transfer
harus disertai dengan bukti yang lengkap dan sah serta dicatat secara benar dan tertib.
Selain pencatatan transaski pada buku kas umum atau buku bank, Bendahara
Desa mencatat dalam buku pajak pada kolom penerimaan. Nilai Potongan/pungutan
pajak didasarkan pada bukti kuitansi sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Ketika
Bendahara Desa melakukan penyetoran ke kas negara dengan batasan waktu yang
diatur dalam ketentuan perpajakan melalui form surat setoran pajak (SSP) maka
Bendahara Desa mencatat dalam buku pembantu pajak pada kolom pengeluaran.
Khusus untuk pungutan pajak daerah disesuaikan dengan kondisi daerah masing-
masing, dan jika memang diberlakukan Kepada Desa maka dalam peraturan Kepala
35
2.4.3 Penatausahaan Pembiayaan Desa
Seperti halnya pencatatan pendapatan pada buku kas umum/buku bank, untuk
pembiayaan dicatat dalam buku rincian pembiayaan. Pencatatan dalam buku rincian
Pencatatan ini diperlukan agar dapat dilaporkan ke dalam laporan realisasi APB Desa.
keuangan desa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014
Pasal 35 adalah buku kas umum, buku kas pembantu pajak, buku bank. Bendahara
Desa tidak menggunakan buku pembantu lain berupa buku pembantu panjar dan buku
pembantu rincian objek belanja, karena telah dilaksanakan oleh fungsi yang lain. Buku
pembantu panjar secara sederhana telah digantikan dengan buku pembantu kegiatan yang
dikelola Pelaksana Kegiatan. Buku pembantu rincian objek belanja yang menggambarkan
akumulasi realisasi belanja dapat dilihat pada dokumen SPP terakhir yang juga
didokumentasikan oleh Pelaksana Kegiatan. Buku pembantu kas tunai tidak ada karena telah
36
Format buku kas umum adalah sebagai berikut :
Buku kas umum sebagaimana diuraikan di atas digunakan hanya untuk mencatat
transaksi yang bersifat tunai. Pencatatan dalam BKU dilakukan secara kronologis.
belanja sebagaimana tertuang dalam APB Desa. Jika tidak mempengaruhi belanja
seperti pengambilan uang tunai dari bank, pemberian panjar tidak diberi kode
rekening. Nomor bukti agar diisi dengan pemberian nomor secara intern yang diatur
Bendahara Desa, serta Kepala Desa dengan sebelumnya diperiksa dan diparaf oleh
Sekretaris Desa.
b. Buku Bank
Buku bank digunakan hanya untuk transaksi yang berkaitan dan memepengaruhi
saldo pada bank. Pencatatan dalam Buku bank juga dilakukan secara kronologis.
Tidak ada kode rekening dalam buku bank sebagaimana BKU. Bukti agar diisi
dengan pemberian nomor secara intern yang diatur secara sistematis sehingga
mudah untuk ditelusuri. Khusus untuk pengisian bunga bank (kolom 6), pajak
38
(Kolom 8) dan biaya administrasi (Kolom 9) berasal dari rekening koran yang
rekening koran yang diterima dari bank tempat menyimpan rekening kas desa.
Setiap akhir bulan buku bank ini ditutup secara tertib dan ditanda tangani oleh
Bendahara Desa, serta Kepala Desa dengan sebelumnya diperiksa dan diparaf
dilakukan oleh Bendahara Desa serta pencatatan penyetoran ke kas negara sesuai
39
tidak dilakukan pencatatan pada buku kas umum, hanya pada buku pembantu
pajak.
BimKon-Keuangan-Desa.
Buku rincian pendapatan merupakan buku tambahan yang tidak ada dalam
Ketika Bendahara Desa menerima pendapatan secara tunai misalnya dari Pendapatan
40
hasil aset (seperti pasar desa atau tambatan perahu), maka selain dicatat pada BKU
pada kolom penerimaan, maka penerimaan pendapatan tersebut dicatat pada Buku
rincian pendapatan pada kolom PADesa-Hasil Aset (1.1.2). Ketika menyusun laporan
realisasi APB Desa, maka untuk mengetahui realisasi rincian pendapatan dapat
buku tambahan yang tidak ada dalam Permendagri 113/2014. Buku ini
pembiayaan yang diterima agar pada saat menyusun laporan realisasi APB
pembiayaan ini relatif sedikit dilakukan, namun sebagai pengendalian dan alat
misalnya berupa penyertaan modal pada BUM Desa, maka selain dicatat pada
buku bank pada kolom pengeluaran, pembiayaan tersebut dicatat pada buku
Ketika menyusun laporan realiasi APB Desa, maka untuk mengetahui realisasi
diklasifikasikan/dikelompokan.
pertanggungjawaban ini disampaikan setiap bulan kepada Kepala Desa paling lambat
setiap akhir bulan secara tertib, meliputi buku kas umum, buku bank, buku pajak dan
buku rincian pendapatan. Penutupan buku ini dilakukan bersama dengan Kepala
Desa.
diterima dari pendapatan dan arus uang yang keluar untuk belanja, panjar.
42
Gambar 2.16 Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Desa
BimKon-Keuangan-Desa.
43
Saldo Awal berasal dari saldo bulan sebelumnya, sedangkan jumlah penerimaan
maupun pengeluaran baik kas tunai maupun rekening kas desa diperoleh dari jumlah
kolom penerimaan dan kolom pengeluaran pada BKU dan buku bank. Laporan
membandingkan saldo sesuai pembukuan dengan saldo riil berupa kas tunai dan di
rekening kas desa.Hal ini merupakan salah satu fungsi pengawasan yang dilakukan
Kepala Desa.
buku kas pembantu kegiatan dan laporan kegiatan ketika kegiatan telah selesai. Buku
kas pembantu kegiatan mencatat penerimaan yang diperoleh dari Bendahara Desa
(panjar) atau dari masyarakat (swadaya) yang telah dirupiahkan. Pengeluaran dicatat
oleh Pelaksana Kegiatan atas belanja-belanja yang telah dilakukan baik berupa
belanja barang/jasa maupun belanja modal. Atas saldo yang masih tersisa dan berada
yang perlu menjadi catatan adalah semua penerimaan dan pengeluaran tersebut
didukung dengan bukti yang sah dan lengkap, tidak hanya pengeluaran tetapi
termasuk juga penerimaan. Contoh bukti penerimaan yang perlu dibuat oleh
Pelaksana Kegiatan adalah tanda terima swadaya berupa barang dan daftar hadir
44
2.4.7 KodeRekening
Pengelolaan keuangan yang baik memerlukan adanya suatu klasifikasi dalam sistem
yang dijabarkan dalam kode rekening atau Chart of Accounts. Kode rekening tersebut
terdiri dari kumpulan akun secara lengkap yang digunakan di dalam pembuatan
Diharapkan dengan adanya kode rekening, kebutuhan akan pelaporan yang konsisten
dari sejak terjadinya proses perencanaan dan penganggaran akan dapat dapat
terpenuhi.
maka kode rekening disusun sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi secara efektif.
Permendagri 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa pada pasal 8
45
Namun untuk kepentingan pengendalian, sebagaimana disebutkan dalam pasal 43
dalam APB Desa untuk tingkat objek belanja (ditulis dalam tanda strip) bersifat tidak
mengikat, oleh karena itulah pemerintah Kabupaten/Kota mengatur lebih lanjut objek
belanja tersebut (bahkan hingga rincian objek belanja jika diperlukan) disesuaikan
Ruang lingkup dalam kode rekening ini terbatas pada kode rekening
pendapatan, belanja dan pembiayaan. Kode rekening belum mencakup untuk aset,
kewajiban dan ekuitas sebagaimana termasuk dalam laporan kekayaan milik desa,
Kode rekening disajikan dengan menggunakan istilah level akun. Level akun yang
Level 3 : KodeJenis
Lain-Lain.
Kelompok PADesa terdiri atas jenis: 1) Hasil usaha; 2) Hasil aset; 3) Swadaya,
46
partisipasi dan Gotong royong; dan 4) Lain-lain pendapatan asli desa.
Kelompok Transfer terdiri dari jenis: 1) Dana Desa; 2) Bagian dari Hasil Pajak
Kabupaten/Kota.
Kelompok Lain-lain pendapatan asli desa terdiri dari jenis: 1) Hibah dan
Sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat; dan 2) Lain-lain pendapatan
BimKon-Keuangan-Desa.
diklasifikasikan menurut kelompok, Kegiatan dan jenis. Belanja desa terdiri atas
47
kebutuhan desa yang telah dituangkan dalam RKPDesa. Kelompok belanja yang
terdiri dari bidang dan kegiatan tersebut lebih lanjut dibagi dalam jenis belanja
yang terdiri dari: 1) Belanja Pegawai; 2) Belanja Barang dan Jasa; dan 3) Belanja
Modal.
BimKon-Keuangan-Desa.
desa adalah:
48
Gambar 2.19 Kode Rekening Pembiayaan Desa
BimKon-Keuangan-Desa.
Tahun 2008 tentang sistem pengendalian intern pemerintah adalah proses yang
integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
perundang-undangan.
dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan
49
Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien,
pemerintah ini.
a. Lingkungan Pengendalian
tidak etis.
instansi pemerintah.
pemerintah.
dengan :
d. Melindungi atas aset dan informasi dari akses dan penggunaan yang tidak
sah.
lebih rendah.
51
f. Merespon secara positif terhadap pelaporan yang bekaitan dengan
pemerintah.
instansi pemerintah.
sampingan.
52
c. Pegawai yang diberi wewenang memahami bahwa pelaksanaan wewenang
pemberentian pegawai.
sekurang-kurangnya harus,
instansi pemerintah.
b. Penilaian Risiko
53
Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan penilaian risiko terdiri atas
identifikasi risiko dan analisis risiko. Dalam rangka penilaian resiko pimpinan
Menurut penyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis,
pemerintah menetapkan :
lainnya.
c. Kegiatan Pengendalian
sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi instansi
54
pemerintah yanng bersangkutan. Penyelenggaraan kegiatan pengendalian
pemerintah.
pemerintah.
diharapkan.
harus sekurang-kurangnya :
menerus.
tugas. Evalusi terpisah dapat dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah
atau pihak eksternal pemerintah. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan review
56
BAB III
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat yang diakui
Kemungkinan besar sistem nagari juga sudah ada sebelum Adityawarman mendirikan
kerajaan tersebut. Terdapat dua aliran besar dalam sistem pemerintahan nagari di
Minangkabau yakni Koto Piliang dan Bodi Caniago yang keduanya mempunyai
Nagari merupakan unit pemukiman yang paling sempurna yang diakui oleh
adat, nagari memiliki teritorial beserta batasnya dan mempunyai struktur politik dan
aparat hukum. Selain itu beberapa kelengkapan yang mesti dipenuhi oleh suatu
pemukiman untuk menjadi nagari diantaranya adanya balai adat, masjid serta
ditunjang oleh areal persawahan. Dalam pembentukan suatu nagari sejak dahulunya
telah dikenal dalam istilah pepatah yang ada pada masyarakat adat Minang itu sendiri
yaitu dari taratak manjadi dusun, dari dusun manjadi koto, dari koto manjadi
57
Minang dimulai dari struktur terendah disebut dengan taratak, kemudian berkembang
menjadi nagari, yang dipimpin secara bersama oleh para penghulu atau datuk
setempat.
Sebagai kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki wilayah tertentu yang
juga memiliki dengan budaya adat istiadat yang sangat melekat bagi masyarakat
dalam nagari sicincin. Tertulis atau terdengar, masyarakat Sicincin berasal dari Luak
tanah datar. Menurut tambo alam minangkabau Luak Tanah Datar terbagi atas 3
bagian yaitu: Lima Kaum 12 koto, Sungai Tarab 8 Batur, Batipuh 10 Koto. Batipuh
10 Koto yaitu: Pariangan Padang Panjang, Jaho, Tambangan, Koto Laweh, Pandai
oto hanya 4 koto yang menjadi daerah asal masyarakat Sicincin yaitu Gunuang, Jaho,
kekeluargaan yang dijalin oleh persukuan yang dikepalai oleh kepala suku yang
keluarga dan anggota sukunya. Tiap-tiap datuk memimpin sukunya dengan nama
58
Dalam Kenagarian Sicincin dipimpin oleh Wali Nagari yang dipilih langsung setiap
warga nagari yang memenuhi persyaratan pemilih, dan dalam menjalankan roda
pemerintah Wali Nagari dibantu oleh beberapa Wali Korong yang memiliki Wali
Nagari untuk beberapa wilayah kecil. Nagari Sicincin terdiri dari 4 korong yaitu:
Korong Sicincin, Korong Ladang Laweh, Korong Pauh dan Korong Bari. Masing-
a. Visi
Saciok bak ayam sadanciang bak basi dalam menuju masyarakat sejahtera yang
b. Misi
kehidupan masyarakat.
berkehidupan sehari-hari.
pembangunan.
c. Strategi
59
Pemerintahan Nagari Sicincin beserta lembaga-lembaga yang ada dan masyarakat
6. Memperlancar komunikasi.
Kondisi Nagari Sicincin dalam Kecamatan 2x11 Enam Lingkung Kabupaten Padang
- SSebelah selatan Nagari Pakan Baru yaitu Sungai Asam dan Lubuk
Pandan
Luas Nagari Sincincin seluruhnya 2726 Ha yang terdiri dari luas korong-
60
- Korong Sicincin : 302 Ha
Nagari Sicincin adalah nagari yanng berada di sekitar hutan, sebagai ibu
61
3.1.4 Struktur Pemerintahan Nagari Sicincin
62
Tugas dan Tanggungjawab pada struktur pemerintahan Nagari Sicincin berdasarkan
Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 20 Tahun 2015 Pasal 3, Pasal 5, Pasal 6,
Pasal 7 yaitu:
1. Wali Nagari
Wali Nagari adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili
b. Menetapkan PTPKN,
wilayah dan ditetapkan secara demokratis. Badan Musyawarah Nagari ini mempunyai
fungsi :
63
3. Sekretaris Badan Musyawarah Nagari
Musyawarah Nagari.
4. Sekretaris Nagari
dalam APBNagari
APBNagari
64
3. Kepala Urusan Pemerintahan
Kepala urusan pemerintahan merupakan salah satu unsur dari PTPKN yang bertindak
mempunyai tugas :
b. Pendataan nagari.
nagari.
dan kebudayaan.
c. Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi Wali Nagari, perangkat nagari dan
7. Wali Korong
66
a. Membantu pelaksanaan tugas Wali Nagari dalam wilayah kerjanya.
masyarakat.
masyarakat.
wilayah kerjanya.
menjadi tanggungjawabnya.
67
BAB IV
PEMBAHASAN
saat ini, semua dilakukan sebagai langkah nyata pemerintah daerah mendukung
pengeluaran kas nagari disebutkan bahwa belum adanya pemisahan tugas secara
khusus untuk Bendahara Nagari yang mencatat keuangan sesuai Permendagri Pasal 1
ayat 16. Maka dari itu penatausahaan yang dilakukan belum maksimal, karena
Bendahara Nagari belum bisa menciptakan sistem pencatatan yang benar, lengkap,
akurat, andal dan tepat waktu, serta belum membuat laporan pertanggungjawaban
yang disampaikan setiap bulan kepada Wali Nagari. Sekretaris Nagari belum
melakukan tugas dengan baik dalam hal pengawasan terhadap pencatatan keuangan
nagari sesuai dengan Pasal 27 ayat 2. Pelaksana Kegiatan tidak membuat buku
Ditinjau dari hal tersebut, maka penatausahaan keuangan nagari Sicincin ini
belum sesuai dengan Permendagri 113 Tahun 2014 dengan petunjuk pelaksanaan
68
4.1.1 Penatausahaan Penerimaan Kas dari Pendapatan Transfer Nagari
Pendapatan transfer nagari adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan
pendapatan belanja daerah kabupaten/kota. Sumber penerimaan kas nagari ini berasal
dari dana nagari dan alokasi dana nagari yang dialokasikan oleh pemerintah daerah
kabupaten Padang Pariaman untuk Nagari Sicincin yang digunakan untuk keperluan
belanja pemerintahan nagari dan belanja badan musyawarah Nagari Sicincin untuk
Kegiatan pokok yang dilakukan perangkat pengelola keuangan nagari adalah sebagai
berikut:
DD, surat verifikasi Camat, berita acara verifikasi oleh Camat, laporan realisasi
ADN dan DD per tahap, peraturan nagari tentang Rencana kerja pemerintah
pakta integritas. Lalu menyerahkan pada DPPKA kabupaten melalui camat, Wali
nagari pun diberi nomor SP2D dan kwitansi rangkap 1 kembali dan menyerahkan
nya pada Bendahara agar melakukan pengecekan ke bank umum yang ditunjuk,
dalam hal ini bank umum yang ditunjuk adalah bank nagari.
69
2. Bendahara melakukan pencairan ke bank nagari, lalu mencatat ke dalam buku
Berdasarkan uraian diatas maka pihak yang terkait dalam penatausahaan penerimaan
ini adalah:
1. Wali Nagari
2. Bendahara Nagari
Bendahara nagari sebagai staf pengelola keuangan nagari yang bertugas untuk
Dari uraian kegiatan pokok di atas, maka catatan yang dibuat Bendahara dalam
bank nagari digunakan untuk mencatat semua transaksi penerimaan dan pengeluaran
dari dana transfer nagari, pencatatan dalam buku bank dilakukan secara kronologis.
Tidak ada nomor rekening dalam buku bank, bukti agar diisi dengan pemberian
nomor secara intern yang diatur secara sistematis sehingga mudah untuk ditelusuri.
70
Saldo menggambarkan akumulasi dari penerimaan dan pengeluaran melalui bank (
lampiran 1 ).
penerimaan yang diperoleh Wali Nagari saat adanya pencairan dana nagari yang
1. Lingkungan Pengendalian
positif dengan mengatur dan menyediakan pedoman perilaku yang lebih baik,
2. Penilaian Risiko.
uang.
71
4.1.2 Penatausahaan Pengeluaran Kas Nagari
nagari serta insentif Wali Korong dibiayai dengan menggunakan sumber dana dari
SPP apabila tidak memenuhi syarat lalu melanjutkan nya pada Wali Nagari untuk
membuat kuitansi pengeluaran yang ditanda tangani oleh Wali Nagari, Bendahara
72
Nagari, dan Pelaksana Kegiatan dan menyerahkan uang kepada Pelaksana
Kegiatan.
5. Bendahara melakukan pencatatan pada buku bank, buku kas umum, dan buku
pembantu pajak apabila ada potongan pajak yang dipungut oleh Bendahara Nagari.
Dari uraian diatas maka pihak yang terkait dalam penatusahaan pengeluaran kas ini
adalah:
1. Pelaksana Kegiatan
2. Sekretaris Nagari
3. Wali Nagari
Adalah pihak yang berwenang untuk menyetujui dan mengotorisasi atas surat
4. Bendahara Nagari
73
bersangkutan. Seperti buku pembantu bank nagari dan buku kas umum dan buku
pembantu pajak.
Dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh Bendahara jelas bahwa catatan yang
digunakan oleh Bendahara adalah buku pembantu bank nagari, buku pembantu pajak
Digunakan buku pembantu bank nagari oleh Bendahara adalah karena pengeluaran
yang dilakukan adalah dari kas nagari yang ada di bank. Maka dicatat pada kolom
Digunakan buku kas umum karena transaksi pengeluaran yang dilakukan bersifat
tunai, dicatat pada kolom pengeluaran. Sesuai dengan item yang ditentukan (
lampiran 2 ).
Buku pembantu pajak digunakan untuk mencatat secara rinci pemotongan dan
pembayaran adalah Surat Permintaan pembayaran (SPP), terdiri dari surat penyataan
tanggungjawab belanja dan bukti-bukti transaksi dan rencana anggaran biaya (RAB).
74
1. Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
Surat permintaan pembayaran ini berisi tentang bidang kegiatan dan jenis kegiatan
yang dilakukan, serta jumlah anggaran yang ditetapkan dan sisa dana dari
anggaran. SPP ini diketahui oleh Sekretaris, Wali Nagari, Bendahara dan
Rencana anggaran biaya berisi tentang bidang kegiatan dan jenis kegiatan yang
dilakukan, serta jumlah uang yang harus dibayarkan. Rencana anggaran biaya ini
disetujui oleh Wali Nagari dan dibuat oleh Pelaksana Kegiatan (lampiran 5).
( lampiran 6 ).
4. Kuitansi Pengeluaran
lampiran 7 ).
5. Dokumen Pendukung
Contoh beberapa dokumen pendukung bukti transaksi yang berisi data transaksi
75
Beberapa diantaranya adalah struk pembayaran tagihan listrik, struk pembayaran
ini adalah:
1. Lingkungan Pengendalian
pengelola.
2. Penilain Resiko
Adanya pencatatan ke dalam buku bank dan buku kas umum yang digunakan oleh
Bendahara.
3. Kegiatan Pengendalian
dibuat oleh Pelaksana Kegiatan serta akuntabilitas terhadap sumber daya dan
pencatatannya. Namun dalam rencana anggaran biaya ini tidak ada kejelasan
76
4.2 ANALISIS MASALAH
belum baik, selain karena fungsi urusan bagian pemerintahan tidak terpisah dengan
Bendahara Nagari juga masih terdapat kelemahan dari dokumen yang digunakan dan
karena Bendahara tidak ada melakukan tutup buku pada akhir bulan. Pada akhir
bulan Bendahara harus melakukan tutup buku kas umum, buku bank, dan buku
tunai, saldo kas yang ada di rekening nagari dan jumlah rekapitulasi posisi kas di
Bendahara Nagari. Laporan ini berguna untuk pengawasan terhadap kas nagari.
77
c. Belum memenuhi standar sistem pengendalian intern bagian kegiatan
Analisis masalah yang penulis dapat dari prosedur pengeluaran kas nagari adalah:
a. Belum adanya buku pembantu kegiatan oleh Pelaksana Kegiatan, buku pembantu
belanja nagari.
b. Tidak adanya kolom nomor bukti dan kolom pengeluaran jumlah kumulatif pada
buku kas umum, kolom nomor bukti berfungsi untuk mencatat dasar bukti
c. Tidak adanya tanda verifikasi oleh Sekretaris Nagari pada rencana anggaran
Nomor SPP berguna untuk sumber penelusuran pada buku kas umum. Tidak
ada melakukan tutup buku di akhir bulan dan nomor SPJ tidak diisi.
78
4.3 PEMECAHAN MASALAH
Agar penatausahaan ini dapat berjalan dengan baik, maka beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah :
Wali Nagari. Bendahara adalah perangkat nagari yang ditunjuk Wali Nagari untuk
yang disampaikan setiap bulan kepada Wali Nagari dan paling lambat tanggal 10
setiap bulannya.
pertanggungjawaban pelaksanaan.
79
4. Wali Nagari harus mengawasi pembukuan yang dilakukan oleh Bendahara Nagari,
sehingga pelaporan yang dibuat oleh Bendahara Nagari tidak sering terjadi
kesalahan.
Pada penatausahaan penerimaan ini beberapa catatan yang ditambahkan oleh penulis
maka penulis mengusulkan adanya buku rincian pendapatan. Buku ini merupakan
diterima agar pada saat menyusun laporan realisasi APB nagari tidak mengalami
kesulitan.
terhadap kas nagari. Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun
disampaikan setiap bulan kepada Wali Nagari dan paling lambat tanggal 10 bulan
80
berikutnya. Laporan pertanggungjawaban tersebut berasal dari buku kas umum,
buku kas pembantu pajak dan buku bank harus dibuat oleh Bendahara Nagari.
akhir tahun, jadi bersifat akumulasi hingga akhir tahun anggaran ( lampiran 9 ).
Transfer Nagari
dan DD, surat verifikasi Camat, berita acara verifikasi oleh Camat, laporan
realisasi ADN dan DD per tahap, peraturan nagari tentang Rencana kerja
rekening kas nagari, pakta integritas. Lalu menyerahkan pada DPPKA kabupaten
melalui camat bagian pemerintahan, Wali nagari pun diberi nomor SP2D dan
melakukan pencairan uang ke bank umum yang ditunjuk, dalam hal ini bank
tabungan nagari, lalu mencatat ke dalam buku bank, dan buku rincian pendapatan
81
berdasarkan kwitansi yang diterima yang telah dicocokkan dengan penerimaan
dari bank. Setiap akhir bulan bendahara harus melakukan tutup buku pada buku
3. Sekretaris Nagari menerima buku bank dan buku rincian pendapatan dari
diotorisasi.
6. Berdasarkan buku pembantu Bank Nagari dan buku rincian pendapatan, maka
nagari dan buku rincian pendapatan dan melanjutkannya pada Wali Nagari untuk
diotorisasi.
pembantu bank, dan buku rincian pendapatan pun diserahkan kembali pada
82
4.3.1.4 Bagan Alir Sistem Penerimaan Kas dari Dana Transfer Nagari
1 3
5
6 9
Mulai
Nomor SP2D
Kwitansi
Nomor SP2D Buku penerimaan
Bank
Kwitansi
LRA Buku BPB
penerimaan
Menyiapkan BPB Rincian
dokumen-dokumen Pend. BRP
pencairan dana
nagari dibantu BRP
Melakukan
Sekna
pencairan Membuat Membuat
Per
Memeriksa& LPJ dana ke Lap. LRA
bul
bank Pert,bend
mengotorisas an
ahara
Pakta Integritas i
BPB
Nomor SP2D BPB
Fk rek kas nagari
Kwitansi BRP
Memeri BRP
Kwitansi penerimaan
LRA ksa &
penerimaan mengot LPJ
LRA
10 2 T
selesai
DPPKA Kabupaten
melalui camat
bagian pemerintahan
Nomor SP2D
Kwitansi
penerimaan
83
Sekretaris Nagari
2 4 7
BPB BPB
Nomor SP2D
BRP
memveri
fikasi
Memverifika 5 6
si
berdasarkan
APBN BPB
8 BRP
Nomor SP2D
LPJ
Kwitansi
penerimaan
BPB LRA
BRP
APBN
T 9
3
LRA : Laporan Realisasi Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan Belanja Nagari
LPJ : Laporan Pertanggungjawaban Bendahara
Perna RPJM : Peraturan Nagari tentaang rencana Pembangunan
Jangka Menengah
Perna RKP : Peraturan Nagari tentang Rencana Kerja
Pemerintah
LP Realisasi per tahap :Laporan Realisasi per tahap
LP Penyelenggaraan perna: Laporan Penyelenggaraan Peraturan Nagari
BRP : Buku Rincian Pendapatan
BPB : Buku Pembantu Baank
Nomor SP2D : Nomor Surat Perintah Pencairan Dana
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari
84
4.3.1.5 Sistem Pengendalian Intern
Unsur sistem pengendalian intern yang terdapat dalam penerimaan kas Nagari adalah:
1. Lingkungan Pengendalian
yang lebih rendah. Wali Nagari dan seluruh pegawai harus mencipatakan dan
2. Penilaian Resiko
penilaian risiko dengan cara membuat pernyataan dan arahan spesifik dan terukur.
bulan.
c. Wali Nagari memeriksa dan mengotorisasi buku bank dan buku rincian
85
Informasi penerimaan kas nagari dari dana transfer nagari dicatat oleh Bendahara
a. Sekretaris dan Wali Nagari harus mengetahui setiap transaksi penerimaan dan
b. Otorisasi atas kejadian yang penting seperti tanda tangan yang dibubuhkan
c. Setiap transaksi langsung dicatat agar hasil yang didapatkan akurat dan
efisien
pembantu kegiatan.
86
Buku pembantu kegiatan berisi rincian pengeluaran dan jumlah pengeluaran yang
dilakukan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan. Buku pembantu kegiatan ini
dibuaat oleh Pelaksana Kegiatan sebagai catatan akuntansi yang digunakan atas
1. Format rencana anggaran biaya yang digunakan saat ini tidak ada mencantumkan
kolom verifikasi oleh Sekretaris Desa. Maka disarankan agar membuat kolom
verifikasi oleh Sekretaris desa, sebagai tanda bahwa Sekretaris desa ikut berperan
Kegiatan.
2. Format surat permintaan pembayaran yang saat ini digunakan saat ini tidak
memiliki informasi nomor SPP, sebaiknya agar dibuatkan informasi nomor SPP
maka Bendahara wajib melaporkan jumlah saldo kas tunai, saldo kas yang ada di
87
rekening kas nagari dan jumlah rekapitulasi posisi kas di Bendahara Nagari.
Nagari
dengan membuat rencana anggaran biaya, rencana anggaran biaya ini harus
ketersediaan dana, lalu melanjutkan nya pada Wali Nagari untuk diotorisasi
slip penarikan rangkap 2 dari bank. Pencatatan yang dilakukan oleh Bendahara
adalah mencatat ke dalam buku kas umum, sesuai dengan item pengeluaran
mengurangi saldo bank, dan menggunakan buku pembantu pajak apabila ada
88
pengeluaran yang pajaknya di pungut oleh Bendahara Nagari. Uang diserahkan
pembantu kegiatan berdasarkan SPP, SPTB dan bukti transaksi yang telah
beserta buku kas umum, buku bank dan buku pembantu pajak dan
Wali Nagari di kembalikan pada sekretaris untuk di arsip. Buku kas umum, buku
7. Berdasarkan buku kas umum, buku bank, dan buku pembantu pajak maka
melalui sekretaris untuk diverifikasi terlebih dahulu setiap akhir bulan, setelah
89
4.3.2.4 Bagan Alir Sistem Pengeluaran Kas Nagari
Pelaksana Kegiatan
Mulai 3 10 Bendahara
uang
Membuat Bukti transaksi
RAB 3
RAB 3
SPTB 3
SPP 3 Pihak Ke tiga
Membuat SPP,
3 SPTB
berdasarkan
2 bukti transaksi
T
RAB 1
BPK
3
2
Bukti transaksi 1
3
1
2
SPTB 1
2
SPP 1
Keterangan :
RAB : Rencana Anggaran Biaya
SPP : Surat Permintaan pembayaran
SPTB : Surat Permintaan Tanggungjawab Belanja
BKU : Buku Kas Umum
BB : Buku Bank
BPP : Buku Pembantu Pajak
BPK : Buku Pembantu Kegiatan
APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Nagari
LRA : Laporan Realisasi Anggaran
LPJ : Laporan Peratanggungjawaban Bendahara
90
Sekretaris Nagari
1 6 9 11
3 LRA
Bukti
2 3 transaksi 2 BPB
RAB 1 2
SPTB 2
Bukti transaksi 1 BKU
SPP 2 BP
3
2
SPTB 1
Memeriksa 5
berdasarkan 3
APBN 2 diverifikasi
RAB 2 SPP 1
APBN
Bukti
3 transaksi 2
2 SPTB 2
RAB 1
SPP 2
LRA
Memeriksa
T BPB
berdasarkan
RAB BKU
2 BP
RAB 2
2 13
T 12
Bukti transaksi 1
3
2 13 15
SPTB 1
3
2 BPB
LRA
SPP 1 BKU
BP
LPJ
diverifikasi
BPB
BKU
BP
LPJ
16 17
91
Wali Nagari
7 13
2
3 3 LRA
2 2
3
2
14
RAB 1
Disetujui
untuk
3 16
dibayarkan
4 5 3
2 LPJ
Bukti transaksi 1
3
2 diotorisasi
SPTB 1
3
2 LPJ
SPP 1
18
8 9
10
Gambar 4.5 Lanjutan Usulan Bagan Alir Sistem Pengeluaran Kas Nagari
92
Bendahara Nagari
4 8 12
Membuat
LPJ
Menarik
uang ke
bank BPB
BKU
Mengisi
BP
slip
penarikan LPJ
2
Slip
bank Penarikan 1
Menerima 15
uang
Slip penarikan 17 18
2
uang
Pelaksana
Kegiatan
BPB LPJ
Slip penarikan
2 BKU
Bukti transaksi 1 BP
SPTB 1
T
SPP 1
Selesai
T
T
Mencatat ke
dalam BPB,
BKU, BP, dan
membuat LRA
LRA
BPB
BKU
BP
11
Gambar 4.6 Lanjutan Usulan Bagan Alir Sistem Pengeluaran Kas Nagari
93
4.3.2.5 Sistem Pengendalian Intern Penatausahaan Pengeluaran
2. Kegiatan Pengendalian
a. Otorisasi atas kejadian penting, serta akuntabilitas terhadap sumber daya dan
pencatatan nya.
Penggunaan kas nagari di catat dalam buku kas umum, buku bank dan buku
mencatat secara jelas penggunaan dan penerimaan kas nagari setiap bulannya.
94
b. Adanya pencantuman nomor SPP pada form SPP, yang mempermudah
95
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
transaksi secara sistematis dan kronologis sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.
melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib dan bendahara wajib
Desa yang paling lambat disampaikan pada Kepala Desa tanggal 10 bulan berikutnya.
Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran menggunakan buku kas umum, buku kas
pembantu pajak, buku bank, dan buku kas pembantu kegiatan. Maka dapat ditarik
berdasarkan Peraturan Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 dengan aturan teknis
dan petunjuk pelaksanaan BPKP belum sesuai karena staf yang melakukan
pemerintahan sehingga belum jelas tugas pokok dan fungsi dari Bendahara Nagari
Nagari, dan tidak ada melakukan tutup buku setiap akhir bulan.
anggaran biaya karena tidak ada bukti bahwa ada verifikasi Sekretaris Desa, dan surat
96
permintaan pembayaran yang tidak mencantumkan nomor SPP sehingga sulit untuk
5.2 Saran
sehingga proses pencatatan untuk mmbuat laporan keuangan nagari dapat berjalan
dengan baik.
Bendahara Desa, sehingga jelas jumlah uang yang ada di rekening desa setiap
bulannya.
kas desa.
4. Wali Nagari dan Sekretaris Nagari agar lebih memperhatikan pengawasan terhadap
keuangan nagari.
5. Semua perangkat nagari dapat memahami tugas pokok dan fungsi maing-masing
97
98