Anda di halaman 1dari 98

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pengertian desa menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Pasal 1 adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui

dan dihormati dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang Undang

desa tersebut merupakan salah satu komitmen besar untuk mendorong perluasan

kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk mensejahterakan rakyat

Indonesia diperlukan pembangunan sampai ke desa-desa, jadi memang diharapkan

tidak ada lagi desa yang akan tertinggal.

Harapan lain dapat menjadi salah satu lompatan sejarah sebagai proses

pembangunan yang sedang berlangsung. Undang – Undang desa dapat menjadi salah

satu komitmen program yang berpihak pada rakyat sebagai dasar pembangunan 10

tahun terakhir yang merupakan wujud keberpihakan kepada kelompok masyarakat

akar rumput yang dalam piramida kependudukan berada paling bawah. Menurut

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 pemerintahan desa adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam

sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah desa adalah

1
Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai

unsur penyelenggara pemerintah desa.

Fungsi desa menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 pasal 67 adalah

melindungi dan menjaga persatuan, kesatuan, serta kerukunan masyarakat desa dalam

rangka kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,

meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa, mengembangkan kehidupan

demokrasi, mengembangkan pemberdayaan kehidupan masyarakat desa, dan

memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat desa guna

mempercepat perwujudan kesejahteraan umum. Desa dapat membentuk badan usaha

milik desa, dengan dana yang dikucurkan langsung ke desa, maka dapat digunakan

oleh desa untuk mendirikan badan usaha milik desa sudah ditetapkan dalam peraturan

desa. Hasil dari badan usaha milik desa dapat digunakan untuk pengelolaan dan

pembangunan usaha, untuk membangun desa, memberdayakan masyarakat,

kesejahteraan warga desa, pengentasan kemiskinan desa. Dana desa dapat digunakan

untuk pembuatan irigasi bagi pertanian, agar diperoleh hasil pertanian yang baik.

Masyarakat desa sebagai pemilik desa mempunyai hak untuk mendapatkan informasi

tentang rencana pelaksanaan pembangunan. Selain itu, masyarakat juga dapat

memantau langsung jalannya pemerintahan desa. Dari pantauan tersebut, jika ada

yang kurang tepat, maka dapat langsung dilaporkan kepada pemerintah desa.

Kabupaten Padang Pariaman merupakan salah satu daerah otonom yang ada

di Sumatera Barat yang telah melaksanakan prinsip-prinsip otonomi daerah dengan

berusaha mengoptimalkan potensi desa demi terselenggaranya pemerintahan yang


2
bersih. Kabupaten Padang Pariaman dalam rangka mengimplementasikan otonomi

daerah guna mencapai efektivitas yang menyangkut kelembagaan, pelaksanaan tugas

pokok dan fungsi, pelaksanaan program kerja dan ketatalaksanaan.

Wujud nyata Kabupaten Padang Pariaman dalam membantu dan meningkatkan

partisipasi adalah dengan melaksanakan kebijakan pemerintah, maka telah menjadi

suatu kewajiban bagi pemerintah kabupaten untuk melakukan penyempurnaan atau

penataan sistem dan prosedur yang baik agar terciptanya prinsip transparansi,

akuntabilitas, partisipatif, tertib dan disiplin anggaran. Tata kelola pemerintahan yang

baik merupakan salah satu tuntutan masyarakat yang harus dipenuhi.

Desa di Sumatera Barat disebut juga Nagari, salah satu Nagari yang ada di

Kabupaten Padang Pariaman adalah Nagari Sicincin. Nagari Sicincin menjalankan

pemerintahannya berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 untuk

menjadikan desa sebagai basis pembangunan, dimana negara melindungi dan

memberdayakan desa agar menjadi kuat, mandiri dan demokratis sehingga tercipta

landasan yang kuat dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan.

Pembangunan dan kemasyarakatan menuju terciptanya masyarakat yang adil dan

makmur dan sejahtera. Dalam Undang-Undang tersebut diatur tentang perlunya

menerapkan kaidah-kaidah yang baik dalam menjalankan roda pemerintahan, yang

didalamnya termasuk tata kelola pemerintahan pusat, daerah dan desa. Dalam rangka

mewujudkan tata kelola keuangan pemerintahan yang baik itulah, pemerintah

Republik Indonesia melakukan reformasi di bidang pengelolaan keuangan negara dan

daerah.
3
Peraturan penatausahaan keuangan Nagari Sicincin yang digunakan saat ini

adalah Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 20 Tahun 2015 yang mengadopsi

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 Tahun 2014 yang mengharuskan

penyusunan laporan keuangan pemerintah Nagari dengan lengkap dan rinci, namun

penatausahaan yang ada di pemerintahan Nagari Sicincin ini masih kurang baik hal

ini ditandai dengan :

1. Belum adanya pemisahan tanggungjawab dalam penatausahaan keuangan Nagari

sesuai dengan pasal 1 ayat 16, penatausahaan masih dilakukan oleh bagian

pemerintahan, sehingga belum adanya sistem pencatatan keuangan yang benar dan

lengkap, akurat, andal dan tepat waktu maka dari itu sering terjadinya

keterlambatan pelaporan ke Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Kabupaten sehingga menyebabkan pencairan dana nagari tidak tepat waktu.

2. Bendahara tidak melakukan pelaporan pertanggungjawaban bendahara dan tidak

menggunakan buku rincian pendapatan terhadap penatausahaan yang dilakukan

sesuai dengan pasal 35 ayat 4.

3. Sekretaris Nagari belum melakukan pengawasan terhadap perencanaan anggaran

belanja oleh Pelaksana Kegiatan, maka dari itu Sekretaris Nagari belum

melakukan tugas sesuai pasal 27 ayat 2 sebagai pelaksana pengelolaan keuangan.

4. Pelaksana Kegiatan tidak membuat buku pembantu kas kegiatan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan sesuai dengan pasal 27 ayat 3.

Jadi, mengingat begitu pentingnya penatausahaan keuangan nagari

berdasarkan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 dan petunjuk pelaksanaan


4
bimbingan konsultasi pengelolaan oleh BPKP. Maka penulis tertarik untuk

menjadikan tugas akhir dengan judul “Penatausahaan Keuangan Nagari pada Kantor

Wali Nagari Sicincin”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang diangkat penulis adalah bagaimana penatausahaan

penerimaan dan pengeluaran kas pada pemerintahan Nagari Sicincin.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana penerapan

penatausahaan penerimaan dan pengeluaran kas pada pemerintahan Nagari Sicincin.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat penelitian ini yaitu:

1. Bagi Instansi

Untuk memberikan saran saran yang berguna bagi instansi yang ada pada

pemerintahan Nagari sicincin yang berkaitan dengan penatausahaan keuangan

nagari.

2. Bagi Pembaca

Sebagai suatu bahan masukan untuk menambah wawasan mengenai akuntansi

sektor publik yang ada di pemerintahan nagari.

3. Bagi Penulis
5
Dapat memperdalam ilmu dan pemahaman dalam pengambilan suatu keputusan

dalam suatu instansi pemerintah dengan ilmu yang diperoleh di bangku

perkuliahan.

1.5 METODE PENELITIAN

a. Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data untuk menyelesaikan tugas akhir ini, penulis dapat

melakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan analisis melalui sumber-

sumber tertulis dari buku ataupun data lainnya yang berkaitan erat dengan

objek penelitian sebagai landasan teori dalam penyusunan tugas akhir ini

tentang pengelolaan keuangan nagari khususnya pada sistem penerimaan dan

pengeluaran kas.

2. Wawancara

Dilakukan dengan cara mengunjungi langsung kantor Wali Nagari Sicincin

untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Penulis

mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang terlibat

dengan permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir seperti pada Sekretaris

Nagari sebagai pelaksana pengelolaan keuangan, Bendahara sebagai staf

sekretariat nagari yang membidangi urusan administrasi keuangan untuk

6
menatausahakan keuangan nagari, dan Wali Nagari sebagai penggunan

anggaran nagari.

3. Observasi

Dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan kantor Wali

Nagari sehingga hasil observasi tersebut dibandingkan dengan hasil

wawancara untuk memperoleh data dan bukti yang akurat yaitu seperti

penerimaan dan pengeluaran kas yang diperoleh dari pendapatan dana transfer

nagari.

b. Metode analisis data

Membandingkan praktek dengan teori untuk menganalisis dan mengevaluasi

penerapan penatausahaan keuangan Nagari Sicincin maka dilakukan dengan

pendekatan deskriptif yakni analisis antara penerapan yang dilakukan dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 hal ini dilakukan

untuk mengevaluasi kesesuaian antara peraturan dengan praktek.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam tugas akhir ini memberi gambaran secara garis besar

mengenai tahap tahap yang akan dijelaskan dalam tiap bab, sehingga pembahasannya

dapat ditelaah secara sistematis yang membantu pembaca agar lebih mudah

memahami penelitian ini. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis membagi ke dalam

bab-bab sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN
7
Dalam bab ini berisikan latar belakang permasalahan yang akan dibahas, perumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metodologi penulisan dan sistematika

pembahasan tugas akhir.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Dalam bab ini penulis menguraikan membahas dasar-dasar teori dari permasalahan

yang akan dibahas dan mencakup semua masalah.

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Penulis menjelaskan sejarah singkat nagari, visi dan misi nagari, keadaan demografi

dan struktur organisasi.

BAB 4 PEMBAHASAN

Penulis menjelaskan tentang uraian permasalahan yang mencakup sistem

penatausaahan pendapatan dana transfer nagari, dan penatausahaan pengeluaran dana

transfer nagari.

BAB 5 PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran-saran atas semua uraian dari bab-bab sebelumnya.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA

Menurut Yuliansyah dan Rusmianto (2016), penatausahaan keuangan desa

merupakan tanggungjawab Bendahara Desa. Permendagri No. 113 Tahun 2014

menyatakan Bendahara Desa wajib melakukan pencacatan setiap penerimaan dan

pengeluaran, serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib. Bendahara

Desa bertanggungjawab untuk menciptakan suatu sistem pencacatan yang

menghasilkan laporan keuangan yang benar, lengkap, akurat, andal dan tepat waktu.

Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan

pertanggungjawaban yang disampaikan setiap bulan kepada Kepala Desa paling

lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

2.2 TUGAS BENDAHARA DESA

Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 pasal 7 tentang

kekuasaan pengelolaan keuangan desa adalah :

Bendahara Desa merupakan salah satu unsur pelaksana teknis pengelola keuangan

desa yang dijabat oleh kepala/staf urusan keuangan dan memiliki tugas untuk

membantu Sekretaris Desa. Bendahara Desa melakukan pencatatan keuangan desa

yang meliputi penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran atau pembiayaan dalam

9
rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja desa. Penatausahaan yang

dilakukan antara lain meliputi yaitu.

1. Menerima, menyimpan, menyetorkan/membayar.

2. Memungut dan menyetorkan PPh dan pajak lainnya.

3. Melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup

buku setiap akhir bulan secara tertib, yang berarti Bendahara Desa dalam

melaksanakan tugasnya wajib menciptakan suatu sistem pencatatan

menghasilkan penatausahaan yang benar, lengkap, akurat dan tepat waktu.

4. Mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban.

2.3 PRINSIP PELAKSANAAN KEUANGAN DESA

Permendagri No. 113 Tahun 2014 menyebut bahwa pengelolaan keuangan desa

adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa. Keuangan desa dikelola

berdasarkan asas-asas transaparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan

tertib dan disiplin anggaran.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Bagian

Kedua Tentang Pelaksanaan Keuangan desa terdapat beberapa prinsip umum yang harus

ditaati yang mencakup penerimaan dan pengeluaran. Prinsip itu diantaranya bahwa

seluruh penerimaan dan pengeluaran desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.

Pencairan dana dalam rekening kas desa ditandatangani oleh kepala desa dan

10
Bendahara Desa. Namun khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan

perbankan di wilayahnya maka pengaturannya lebih lanjut akan ditetapkan oleh

pemerintah Kabupaten/Kota. Dengan pengaturan tersebut, maka pembayaran kepada

pihak ketiga secara normatif dilakukan melalui transfer ke rekening bank pihak

ketiga.

Dalam pelaksanaannya, Bendahara Desa dapat menyimpan uang dalam kas

desa pada jumlah tertentu untuk memenuhi kebutuhan operasional pemerintah desa.

Batasan jumlah uang tunai yang disimpan dalam kas desa ditetapkan dengan

peraturan Bupati/Walikota.Selain itu, agar operasional kegiatan berjalan lancar,

dimungkinkan juga pembayaran kepada pihak ketiga dilakukan dengan menggunakan

kas tunai melalui pelaksana kegiatan (panjar kegiatan). Pemberian panjar kepada

pelaksana kegiatan dilakukan dengan persetujuan terlebih dahulu dari Kepala Desa

setelah melalui verifikasi Sekretaris Desa. Semua penerimaan dan pengeluaran desa

didukung oleh bukti yang lengkap dan sah serta ditandatangani oleh Kepala Desa dan

Bendahara Desa.

2.3.1 Pelaksanaan Penerimaan Pendapatan

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Pasal 8 ayat 2

bahwa pendapatan desa diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis. Pasal 9 ayat 1

menjelaskan bahwa pendapatan meliputi semua penerimaan uang melalui rekening

desa yang merupakan hak desa dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar

11
kembali oleh desa. Pasal 9 ayat 2 sebagaimana dimaksud pada pasal 8 ayat (1), terdiri

atas kelompok : Pendapatan asli desa (PADesa), Transfer, dan, Pendapatan Lain-lain.

Pelaksanaan penerimaan pendapatan yaitu proses menerima dan mencatat

pendapatan desa. Pendapatan desa yang bersifat pendapatan asli desa berasal dari

masyarakat dan lingkungan desa, sedangkan pendapatan transfer berasal dari

pemerintah supra desa. Pihak yang terkait dalam proses penerimaan pendapatan

adalah pemberi dana (Pemerintah Pusat/Prov/Kab/Kota, Masyarakat, Pihak ketiga),

penerima pana (Bendahara Desa/Pelaksana Kegiatan/Kepala Dusun) dan bank.

a. Pendapatan Asli Desa

Kelompok pendapatan asli desa meliputi hasil usaha: hasil aset; swadaya,

partisipasi dan gotong royong; dan lain-lain pendapatan asli desa. Seluruh

pendapatan yang diterima oleh Bendahara Desa harus disetorkan ke dalam

rekening kas desa.

Pendapatan yang masuk katagori hasil usaha contohnya adalah pendapatan yang

berasal dari badan usaha milik desa, pengelolaan pasar desa, dan pengelolaan

kawasan wisata skala desa. Pencatatan penerimaan dari BUM Desa berupa

penerimaan deviden harus disertai dengan bukti antara lain berupa bukti transfer

deviden, hasil RUPS, dan pengumuman laba BUM Desa. Sedangkan untuk

pendapatan sewa disertai dengan bukti antara lain kuitansi penerimaansewa.

Pendapatan yang berasal dari aset desa antara lain tambatan perahu, pasar desa,

tempat pemandian umum dan jaringan irigasi. Pendapatan dari hasil pemanfaatan

12
aset umumnya adalah berupa retribusi desa. Retribusi desa yaitu pungutan atas

jasa pelayanan yang diberikan pemerintah desa kepada pengguna/penerima

manfaat aset desa dimaksud. Ketentuan mengenai retribusi desa harus ditetapkan

dalam peraturan desa, dan pelaksanaan penerimaan retribusinya dilakukan oleh

Bendahara Desa atau petugas pemungut penerimaan desa yang telah ditetapkan

oleh Kepala Desa. Seluruh pendapatan retribusi desa yang diterima oleh

Bendahara Desa harus disetorkan ke dalam rekening kas desa. Seluruh

pendapatan yang diterima oleh petugas pemungut harus segera disetorkan kepada

Bendahara Desa.

13
Gambar 2.1 Prosedur Penerimaan Pendapatan Retribusi, Pungutan, dan Sewa

Sumber :Juklak Bimkon Keuangan Desa. http://bpkp.go.id/sakd/konten/2451/Juklak-Bimkon-


Keuangan-Desa.bpkp.

14
Swadaya dan partisipasi adalah membangun dengan kekuatan sendiri yang

melibatkan peran serta masyarakat dalam bentuk uang dan atau barang yang

dinilai dengan uang. Gotong royong adalah membangun dengan kekuatan sendiri

yang melibatkan peran serta masyarakat dalam bentuk jasa yang dinilai dengan

uang. Pendapatan yang berasal dari swadaya, partisipasi dan gotong royong

contohnya adalah pekerjaan membangun dengan kekuatan sendiri yang

melibatkan peran serta masyarakat berupa tenaga dan barang. Penerimaan dalam

bentuk tenaga dan barang harus dikonversikan/dinilai dengan uang (rupiah).

Pendapatan dari swadaya dan partisipasi masyarakat adalah sumbangan yang

dikumpulkan dari masyarakat desa yang diserahkan langsung kepada pelaksana

kegiatan atau dikoordinir dari lingkup kewilayahan terkecil yaitu tingkat Rukun

Tetangga (RT) atau dusun kemudian dikumpulkan dan disetorkan ke Pelaksana

Kegiatan.

Terhadap pendapatan dari swadaya dan partisipasi masyarakat, dibuatkan bukti

penerimaannya berupa kuitansi/tanda terima barang. Untuk penerimaan yang

diberikan dalam bentuk tenaga dibuatkan daftar hadir atas orang-orang yang

menyumbangkan tenaganya. Atas pemberian-pemberian baik material ataupun

tenaga tersebut selanjutnya dikonversikan/diberi nilai rupiahnya dengan

menggunakan harga pasar setempat atau berdasarkan RAB yang telah telah dibuat

sebelumnya.

Atas bukti penerimaan atas swadaya dari masyarakat tersebut, baik yang

15
berupa natura ataupun tenaga yang telah dirupiahkan, ditembuskan kepada

Bendahara Desa untuk dicatat sebagai realisasi penerimaan swadaya yang akan

dilaporkan dalam APB Desa.

Gambaran alur swadaya yang berasal dari masyarakat adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Prosedur Penerimaan Pendapatan Swadaya Masyarakat

Sumber :Juklak Bimkon Keuangan Desa. http://bpkp.go.id/sakd/konten/2451/Juklak-

BimKon-Keuangan-Desa.

16
Lain-lain pendapatan asli desa antara lain diperoleh dari hasil pungutan desa.

Pungutan yang ada di desa antara lain yaitu pungutan atas penggunaan balai desa,

pungutan atas pembuatan surat-surat keterangan, pungutan atas calon penduduk

desa, dan lain sebagainya. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai

penerimaan desa selain yang ditetapkan dalam peraturan desa. Pelaksanaan

pungutan desa dilakukan oleh Bendahara Desa dibantu dengan

petugaspemungut.Seluruh pendapatan ini selanjutnya disetorkan oleh Bendahara

Desa ke dalam rekening kas desa. Setiap pencatatan penerimaan sumbangan harus

disertai dengan bukti yang lengkap dan sah antara lain kuitansi penerimaan.

b. Transfer Desa

Pendapatan tansfer sesa sebagaimana telah diuraikan di atas berasal dari

pemerintah supra desa yang menyalurkan dana kepada desa sesuai amanat

ketentuan yang berlaku atau bantuan keuangan kepada desa. Dana transfer yang

akan diberikan kepada desa telah tertuang dalam APBD Provinsi/Kabupaten/Kota

yang bersangkutan yang sebelumnya telah diinformasikan kepada desa yaitu 10

hari setelah KUA/PPAS disepakati kepala daerah dan DPRD. Besaran alokasi

yang diterima desa secara umum ditetapkan dalam bentuk Keputusan Kepala

Daerah tentang penetapan besaran alokasi, misalnya Keputusan

Gubernur/Bupati/Walikota tentang Penetapan Besaran Dana Desa, Alokasi Dana

Desa, Bagi Hasil Pajak/Retribusi dan BantuanKeuangan.

Atas alokasi anggaran tersebut selanjutnya dilakukan penyaluran dana kepada

17
desa secara bertahap sesuai ketentuan yang berlaku. Setiap tahapan penyaluran

memiliki persyaratan yang telah ditentukan dan diatur dalam peraturan Kepala

Daerah yang mengacu pada peraturan yang lebih tinggi. Sebagai contoh misalnya

mekanisme dana desa yang diatur dalam PP Nomor 60 Tahun 2014.

Gambar 2.3 Prosedur Penerimaan Pendapatan Transfer dari Provinsi/Kabupaten/Kota

Sumber :Juklak Bimkon Keuangan Desa. http://bpkp.go.id/sakd/konten/2451/Juklak-Bimkon-

Keuangan-Desa.bpkp.

18
c. Pendapatan Lain-Lain
Kelompok pendapatan lain-lain meliputi hibah, sumbangan dari pihak ketiga yang

tidak mengikat dan lain-lain pendapatan desa yang sah. Pelaksanaan penerimaan

dari hibah, sumbangan, dan lain-lain pendapatan desa yang sah, berupa kas

dilakukan melalui Bendahara Desa. Pendapatan yang diterima dalam bentuk kas

tunai oleh Bendahara Desa harus segera disetorkan ke rekening kas desa.

Pencatatan penerimaan dari hibah, sumbangan, dan lain-lain pendapatan desa

yang sah harus disertai dengan bukti yang lengkap dan sah antara lain kuitansi

penerimaan.

2.3.2 Pelaksanaan Pengeluaran/Belanja

Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Pasal 12 Ayat (1)

adalah belanja desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan

kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh desa. Pasal 13 Ayat (1) Kelompok belanja dibagi dalam

kegiatan sesuai dengan kebutuhan desa yang telah dituangkan dalam rencana kerja

pemerintah (RKP) desa.

Belanja desa diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang

disepakati dalam musyawarah desa dan sesuai dengan prioritas pemerintah, baik

pemerintah pusat maupun pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota. Hal tersebut

seluruhnya tertuang dalam RKP Desa yang pelaksanaannya akan diwujudkan melalui

APB Desa. Setelah APB Desa ditetapkan dalam bentuk peraturan desa, program dan

19
kegiatan sebagaimana yang telah direncanakan baru dapat dilaksanakan. Hal ini

dikecualikan untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan operasional

perkantoran yang diatur dalam keputusan Kepala Desa. Dengan adanya ketentuan

dari Kepala Desa tersebut, maka belanja pegawai dan operasional dapat dilakukan

tanpa perlu menunggu penetapan anggaran pendapatan dan belanja desa (APB Desa).

Pelaksanaan APB Desa dilakukan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh desa

berdasarkan ketentuan yang berlaku.

1. Rencana anggaran biaya (RAB), sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Pasal 27 Ayat (1) adalah Pelaksana kegiatan mengajukan pendanaan untuk

melaksanakan kegiatan harus disertai dengan dokumen antara lain rencan anggaran

biaya.

Pihak yang paling berperan dalam pelaksanaan kegiatan adalah Pelaksana Kegiatan

yang diperankan oleh Kepala Seksi. Langkah awal yang harus dilakukan oleh

Pelaksana Kegiatan setelah APB Desa ditetapkan adalah mengajukan pendanaan

untuk melaksanakan kegiatan. Pengajuan tersebut harus disertai dengan dokumen

antara lain rencana anggaran biaya. Rencana anggaran biaya sebelum dilaksanakan

harus diverifikasi terlebih dahulu oleh Sekretaris Desa dan disahkan oleh Kepala

Desa. RAB kegiatan ini menjadi dasar bagi pelaksana kegiatan untuk melakukan

tindakan pengeluaran atas beban anggaran belanja kegiatan. Format RAB disajikan

sebagai berikut:

20
Gambar 2.4 Formulir Rencana Anggaran Biaya

Sumber : Permendagri No. 113 Tahun 2014.

Berdasarkan RAB kegiatan yang telah disetujui oleh Kepala Desa, Pelaksana

Kegiatan melakukan proses kegiatan sesuai RAB tersebut misalnya berupa pengadaan

barang/jasa yang dilakukan melalui swakelola dan/atau melalui penyedia barang/jasa.

Pengadaan barang dan/atau jasa di desa diatur lebih lanjut dengan peraturan

Bupati/Walikota dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Surat Permintaan Pembayaran (SPP)


21
Sesuai ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Pasal 28

Ayat (1) adalah Pelaksana kegiatan mengajukan surat permintaan pembayaran kepada

Kepala Desa.

Setelah barang dan jasa diterima, selanjutnya Pelaksana Kegiatan mengajukan

Surat permintaan pembayaran (SPP) kepada Kepala Desa. Pelaksanaan Kegiatan baik

yang melalui panjar ataupun tanpa melalui panjar menggunakan form SPP yang sama

dan diproses serta diverifikasi tanpa ada perbedaan oleh Sekretaris Desa. Perbedaan

mekanisme panjar dan tanpa panjar terdapat pada kolom isian “Catatan Panjar”.

Untuk pelaksanaan tanpa melalui mekanisme panjar, maka kolom ini NIHIL,

sedangkan yang melalui mekanisme panjar diisi sebesar uang panjar yang diterima.

Catatan panjar ini berguna bagi Bendahara Desa dalam melakukan pembayaran. Jika

tanpa melalui mekanisme panjar, maka Bendahara Desa akan membayar sebesar SPJ

yang disahkan oleh Kepala Desa, sedangkan jika terdapat panjar, maka perhitungan

pembayaran yang dilakukan oleh Bendahara (atau adanya pengembalian uang dari

Pelaksana Kegiatan jika panjar yang diberikan lebih besar) adalah sebesar selisih

antara SPJ yang disahkan dan uang panjar yang diberikan.

SPP yang diajukan oleh Pelaksana Kegiatan dilakukan verifikasi terlabih dahulu

oleh Sekretaris Desa sebelum disetujui oleh Kepala Desa. Verifikasi yang dilakukan

oleh Sekretaris Desa meliputi:

a. Meneliti kelengkapan permintaan pembayaran diajukan oleh pelaksana

kegiatan.

22
b. Menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APB Desa yang tercantum

dalam permintaanpembayaran.

c. Menguji ketersediaan dana untuk kegiatandimaksud.

d. Menolak pengajuan permintaan pembayaran oleh pelaksana kegiatan apabila

tidak memenuhi persyaratan yangditetapkan.

Saat pengajuan SPP perlu diatur lebih lanjut baik berupa batasan nilai atau

waktu/lamanya pengajuan (dihitung misalnya dari barang yang diterima) agar

frekuensi pengajuan SPP tidak terlalu sering/banyak namun juga tidak terlalu lama

yang menyebabkan SPJ menjadi terlambat. Format Surat Permintaan Pembayaran

(SPP) adalah:

23
Gambar 2.5 Format Surat Permintaan Pembayaran

Sumber :Permendagri No. 113 Tahun 2014.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa SPP merupakan dokumen yang

berisi permintaan pembayaran atau pengesahan belanja yang telah dilakukan oleh

Pelaksana Kegiatan, dokumen verifikasi oleh Sekretaris Desa (ordonator), serta

dokumen pengesahan belanja oleh Kepala Desa (otorisator) sekaligus juga perintah

bagi Bendahara Desa (Comptable).

SPP merupakan dokumen penting dalam penyusunan laporan realisasi APB Desa.

Seluruh SPP kegiatan yang ada pada akhir periode akan dikompilasi untuk

mengetahui akumulasi belanja untuk setiap kegiatan. Untuk kebutuhan penyusunan

realisasi APB Desa serta pengendalian, maka lembar 1 SPP dibuat sebanyak 3

24
rangkap, dengan rincian sebagai berikut: rangkap 1 (asli) untuk Bendahara Desa,

rangkap 2 untuk Sekretaris Desa,dan rangkap 3 untuk PelaksanaKegiatan.

Arsip SPP tersebut adalah dari Lembar 1 SPP yang telah ditanda tangani semua

pihak baik oleh Pelaksana Kegiatan, Sekretaris Desa, Kepala Desa dan Bendahara

Desa. Khusus untuk bukti pendukung asli dan lampiran selanjutnya hanya diarsipkan

oleh Bendahara Desa. Pengajuan SPP oleh Pelaksana Kegiatan di atas dilampiri

dengan: pernyataan tanggung jawab belanja, bukti transaksi.

a. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja

Gambar 2.6 Format Surat Pernyataan Pertanggungjawaban


Sumber : Permendagri No. 113 Tahun 2014

Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Pasal 29
25
adalah pengajuan SPP terdiri atas SPP, penyataan tanggungjawab belanja dan

lampiran bukti transaksi. SPTB merupakan rekapitulasi SPJ yang telah

dilakukan oleh Pelaksana Kegiatan. Dalam surat pernyataan tanggung jawab

belanja ini ditambahkan kolom nama dan nomor rekening pihak ketiga untuk

memfasilitasi pembayaran yang karena batasan tertentu mengharuskan

pembayarannya melalui transfer bank.

b. Bukti yang Sah dan Lengkap

Sebagaimana tercantum dalam pasal 24 ayat 3 Permendagri 113 Tahun 2014,

semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang

lengkap dan sah. Bukti transaksi adalah dokumen pendukung yang berisi data

transaksi yang dibuat setelah melakukan transaksi untuk kebutuhan pencatatan

keuangan. Dalam suatu bukti transaksi minimal memuat data pihak yang

mengeluarkan atau yang membuat. Bukti transaksi yang baik adalah di

dalamnya tertulis pihak secara jabatan yang membuat, yang memverifikasi,

yang menyetujui dan yang menerima. Contoh bukti transaksi diantaranya

berupa kuitansi, faktur, surat perjanjian, surat penerimaan barang, nota kontan

(Nota), nota debet, nota kredit dan memo internal.

Hal lain yang terpenting terkait bukti adalah bukti harus diberi nomor dan

diarsipkan sehingga dapat dengan mudah ditelusuri jika diperlukan. Bukti-bukti

transaksi (termasuk dokumen pembukuannya seperti BKU, Buku Bank dll)

adalah dokumen resmi milik pemerintah desa. Bukti transaksi berfungsi untuk

sumber data untuk keperluan pemeriksaan/audit, dan juga sebagai barang bukti
26
apabila diperlukan dalam proses hukum, dalam hal terjadi dugaan

penyelewengan keuangan, atau tindak pidana lain terkait keuangan desa.

Dengan demikian, tindakan secara sengaja menghilangkan, merusak,

mengubah, seluruh atau sebagaian dokumen dimaksud adalah tindakan

melawan hukum.

c. Register SPP

Register SPP merupakan dokumen tambahan yang tidak ada dalam Peraturan

Menteri Dalam Negeri 113/2014. Register SPP berguna sebagai alat kontrol

bagi Sekretaris Desa terhadap SPP yang diajukan dari Pelaksana Kegiatan,

diperlukan dokumen berupa register SPP yang dikelola oleh Sekretaris Desa.

Dengan register SPP ini, Sekretaris Desa dapat mengetahui jumlah SPP yang

sedang diproses serta tingkat kemajuannya apakah sudah diverifikasi Sekretaris

Desa, disetujui Kepala Desa atau sudah dibayarkan oleh Bendahara Desa.

Format Register SPP yang dikelola oleh Sekretaris Desa adalah :

27
Gambar 2.7 Format Register Surat Permintaan Pembayaran

Sumber :Juklak Bimkon Keuangan Desa. http://bpkp.go.id/sakd/konten/2451/Juklak-

BimKon-Keuangan-Desa.

d. Buku Kas Pembantu Kegiatan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 Pasal

27 Ayat 3 adalah Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan

pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dengan

mempergunakan buku pembantu kas kegiatan sebagai pertanggungjawaban

Pelaksana Kegiatan di desa.

Dokumen SPP tersebut selanjutnya oleh Pelaksana Kegiatan dicatat ke dalam

28
Buku Kas Pembantu Kegiatan. Format Buku Kas Pembantu Kegiatan.

Gambar 2.8 Format Buku Kas Pembantu Kegiatan

Sumber :Permendagri No. 113 Tahun 2014.

e. Kuitansi dan Perpajakan

Sebagaimana tercantum dalam pasal 24 ayat 3 Permendagri 113 Tahun 2014,

semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang

lengkap dan sah. Pembayaran kepada pihak ketiga baik melalui Bendahara

Desa maupun oleh Pelaksana Kegiatan dibuatkan bukti transaksinya berupa

kuitansi pengeluaran. Jika terdapat kewajiban potongan/pungutan pajak maka

dalam kuitansi diinformasikan potongan dan pungutan pajak tersebut. Format

contoh kuitansi adalah sebagai berikut:

29
Gambar 2.9 Format Kuitansi Pengeluaran

Sumber :Juklak Bimkon Keuangan Desa. http://bpkp.go.id/sakd/konten/2451/Juklak-

BimKon-Keuangan-Desa.

Pengadaan Barang dan Jasa

Pengadaan barang dan/atau jasa di desa, sebagaimana diatur dalam pasal 105 PP

No. 43 tahun 2014, diatur dengan peraturan Bupati/Walikota dengan berpedoman

pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, setiap

Bupati/Walikota wajib menerbitkan peraturan Bupati/Walikota yang mengatur

tatacara dan menggariskan ketentuan pengadaan barang dan jasa di desa. Salah

satu peraturan tentang pengadaan barang dan jasa adalah Perka LKPP No. 13

Tahun 2013 tentang Pedoman Tatacara Pengadaan Barang/Jasa di Desa. Dalam

Perka dimaksud dinyatakan secara jelas bahwa pengadaan barang/jasa yang

30
bersumber dari APBDesa di luar ruang lingkup pengaturan pasal 2 Perpres 54

/2010 jo Perpres 70/2012. Menurut Perka LKPP tersebut, tata cara pengadaan

barang/jasa oleh Pemerintah Desa yang sumber pembiayaannya dari APBDesa

ditetapkan oleh kepala daerah dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan

Kepala LKPP dan kondisi masyarakat setempat.

Pengadaan barang/jasa oleh pemerintah desa pada prinsipnya dilakukan

dengan swakelola dengan memaksimalkan penggunaan, material/bahan dari

wilayah setempat. Apabila tidak dapat dilakukan dengan cara swakelola baik

sebagian maupun seluruhnya, maka dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa

yang dianggap mampu untuk melaksanakan pekerjaan. Setiap desa wajib

membentuk Tim Pengelola Kegiatan (TPK) melalui surat keputusan Kepala Desa

yang terdiri dari unsur pemerintah desa dan unsur lembaga kemasyarakatan desa

untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa. Kedudukan TPK terkait pengadaan

barang/jasa harus sinkron dengan proses pembayaran sebagaimana telah dibahas

di atas. Ketentuan lebih lanjut terkait pengadaan barang dan jasa akan dibahas

secara rinci dalam juklak tersendiri.

f. Laporan Kegiatan

Setelah proses persetujuan/pengesahan belanja dilakukan oleh Kepala Desa

melalui dokumen SPP maka sebagai langkah selanjutnya Pelaksana Kegiatan

membuat laporan kegiatan. Laporan kegiatan ini dilakukan terhadap kegiatan-

kegiatan yang telah selesai dilaksanakan yang menggambarkan realisasi fisik dan

keuangan serta output yang ada. Format laporan dari Pelaksanaan Kegiatan:
31
Gambar 2.10 Format Laporan Kegiatan

Sumber :Juklak Bimkon Keuangan Desa. http://bpkp.go.id/sakd/konten/2451/Juklak-

BimKon-Keuangan-Desa.

Laporan ini dibuat ketika kegiatan telah selesai dilaksanakan sebagai media

pemberitahuan tambahan aset (jika ada). Dalam laporan kegiatan diuraikan

32
hasil/keluaran kegiatan beserta biaya yang telah dikeluarkan. Jika keluaran berupa

aset yang merupakan bagian kekayaan milik desa maka harus dicatat dalam buku

inventaris desa dan dilaporkan dalam laporan kekayaan milik desa. Laporan

kegiatan ini didukung oleh lampiran berupa berita acara serah terima barang dari

penyedia/pihak ketiga kepada Pelaksana Kegiatan/Kepala Desa.

2.4 PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA

Penatausahaan Keuangan desa menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113

Tahun 2014 Pasal 35 adalah:

1. Penatausahaan dilakukan oleh Bendahara Desa.

2. Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran

serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib.

3. Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan

pertanggungjawaban.

4. Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan

setiap bulan kepada Kepala Desa dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Pasal 36 Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam

pasal 35 ayat (2), menggunakan:

a. Buku Kas Umum.

33
b. Buku Kas Pembantu Pajak.

c. Buku Bank.

Penatausahaan keuangan desa Chabib Soleh dan Heru Rochmansjah (2014)

Kepala desa melaksanakan penatausahaan keuangan desa menetapkan Bendahara

Desa dengan keputusan Kepala Desa, penetapan Bendahara Desa dilakukan sebelum

dimulainya tahun anggaran yang bersangkutan.

2.4.1 Penatausahaan Penerimaan Desa

Penerimaan yang bersifat tunai yang diterima oleh Bendahara Desa dibuatkan bukti

kuitansi tanda terima dan dicatat oleh Bendahara Desa pada buku kas umum.

Sedangkan untuk penerimaan yang bersifat transfer, Bendahara Desa akan mendapat

informasi dari bank berupa nota kredit atas dana-dana yang masuk ke dalam rekening

kas desa. Berdasarkan nota kredit ini selanjutnya Bendahara Desa melakukan

pencatatan ke dalam buku bank. Pencatatan penerimaan baik kas maupun transfer

harus disertai dengan bukti yang lengkap dan sah serta dicatat secara benar dan tertib.

Selain pencatatan pada buku kas umum atau buku bank, Bendahara Desa juga

membukukan realisasi pendapatan ke dalam buku rincian pendapatan. Pencatatan

dalam buku rincian pendapatan berguna untuk mengklasifikasi rincian dari realisasi

pendapatan yang diterima agar dapat dilaporkan ke dalam laporan realisasi APB

Desa. Pencatatan seluruh penerimaan tersebut dilakukan secara benar dan tertib.

34
2.4.2 Penatausahaan Belanja Desa

Belanja kegiatan yang bersifat tunai yang dikeluarkan oleh Bendahara Desa

dibuatkan bukti kuitansi pengeluaran dan dicatat oleh Bendahara Desa pada buku kas

umum. Sedangkan untuk belanja yang bersifat transfer langsung ke pihak ketiga,

Bendahara Desa melakukan pencatatan ke dalam buku bank (tidak dicatat di BKU,

karena BKU untuk transaksi tunai). Pencatatan penerimaan baik kas maupun transfer

harus disertai dengan bukti yang lengkap dan sah serta dicatat secara benar dan tertib.

Selain pencatatan transaski pada buku kas umum atau buku bank, Bendahara

Desa juga mencatat kewajiban perpajakan yang dipotong/dipungut atas transaksi

belanja yang dilakukan. Atas pemotongan/pungutan pajak yang dilakukan, Bendahara

Desa mencatat dalam buku pajak pada kolom penerimaan. Nilai Potongan/pungutan

pajak didasarkan pada bukti kuitansi sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Ketika

Bendahara Desa melakukan penyetoran ke kas negara dengan batasan waktu yang

diatur dalam ketentuan perpajakan melalui form surat setoran pajak (SSP) maka

Bendahara Desa mencatat dalam buku pembantu pajak pada kolom pengeluaran.

Khusus untuk pungutan pajak daerah disesuaikan dengan kondisi daerah masing-

masing, dan jika memang diberlakukan Kepada Desa maka dalam peraturan Kepala

Daerah tersebut harus terdapat pemberian kewenangan pemungutan pajak daerah

kepada Bendahara Desa.

35
2.4.3 Penatausahaan Pembiayaan Desa

Seperti halnya pencatatan pendapatan pada buku kas umum/buku bank, untuk

membukukan realiasi pembiayaan, baik penerimaan pembiayaan maupun pengeluran

pembiayaan dicatat dalam buku rincian pembiayaan. Pencatatan dalam buku rincian

Pembiayaan berguna untuk mengklasifikasi rincian dari realisasi pembiayaan.

Pencatatan ini diperlukan agar dapat dilaporkan ke dalam laporan realisasi APB Desa.

Pencatatan seluruh penerimaan pembiayaan maupun pengeluaran pembiayaan

tersebut dilakukan secara benar dan tertib.

2.4.4 Dokumen Penatausahaan Oleh Bendahara Desa

Dokumen yang digunakan oleh Bendahara dalam melaksanakan penatausahaan

keuangan desa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014

Pasal 35 adalah buku kas umum, buku kas pembantu pajak, buku bank. Bendahara

Desa tidak menggunakan buku pembantu lain berupa buku pembantu panjar dan buku

pembantu rincian objek belanja, karena telah dilaksanakan oleh fungsi yang lain. Buku

pembantu panjar secara sederhana telah digantikan dengan buku pembantu kegiatan yang

dikelola Pelaksana Kegiatan. Buku pembantu rincian objek belanja yang menggambarkan

akumulasi realisasi belanja dapat dilihat pada dokumen SPP terakhir yang juga

didokumentasikan oleh Pelaksana Kegiatan. Buku pembantu kas tunai tidak ada karena telah

digantikan dengan buku kas umum.

36
Format buku kas umum adalah sebagai berikut :

a. Buku Kas Umum

Gambar 2.11 Format Buku Kas Umum

Sumber : Permendagri No. 113 Tahun 2014

Buku kas umum sebagaimana diuraikan di atas digunakan hanya untuk mencatat

transaksi yang bersifat tunai. Pencatatan dalam BKU dilakukan secara kronologis.

Kode rekening digunakan untuk transaksi yang mempengaruhi pendapatan dan

belanja sebagaimana tertuang dalam APB Desa. Jika tidak mempengaruhi belanja

seperti pengambilan uang tunai dari bank, pemberian panjar tidak diberi kode

rekening. Nomor bukti agar diisi dengan pemberian nomor secara intern yang diatur

secara sistematis sehingga mudah untukditelusuri.

Terkait “jumlah pengeluaran kumulatif” pada kolom 8 dicatat sebesar akumulasi

khusus pengeluaran kas tanpa dipengaruhi penerimaan, sedangkan saldo

menggambarkan akumulasi uang yang dipengaruhi penerimaan kas dan pengeluaran


37
kas. Setiap akhir bulan BKU ini ditutup secara tertib dan ditanda tangani oleh

Bendahara Desa, serta Kepala Desa dengan sebelumnya diperiksa dan diparaf oleh

Sekretaris Desa.

b. Buku Bank

Gambar 2.12 Format Buku Bank

Sumber : Permendagri No. 113 Tahun 2014

Buku bank digunakan hanya untuk transaksi yang berkaitan dan memepengaruhi

saldo pada bank. Pencatatan dalam Buku bank juga dilakukan secara kronologis.

Tidak ada kode rekening dalam buku bank sebagaimana BKU. Bukti agar diisi

dengan pemberian nomor secara intern yang diatur secara sistematis sehingga

mudah untuk ditelusuri. Khusus untuk pengisian bunga bank (kolom 6), pajak
38
(Kolom 8) dan biaya administrasi (Kolom 9) berasal dari rekening koran yang

diperoleh Bendahara dari bank yang bersangkutan.

Saldo menggambarkan akumulasi yang dipengaruhi penerimaan dan pengeluaran

melalui bank. Saldo ini harus dilakukan perbandingan/rekonsiliasi dengan

rekening koran yang diterima dari bank tempat menyimpan rekening kas desa.

Setiap akhir bulan buku bank ini ditutup secara tertib dan ditanda tangani oleh

Bendahara Desa, serta Kepala Desa dengan sebelumnya diperiksa dan diparaf

oleh Sekretaris Desa.

c. Buku Kas Pembantu Pajak

Gambar 2.13 Format Buku Pembantu Pajak

Sumber : Permendagri No. 113 Tahun 2014

Buku pembantu pajak digunakan untuk mencatat pungutan/potongan yang

dilakukan oleh Bendahara Desa serta pencatatan penyetoran ke kas negara sesuai

dengan ketentuan perundangan. Atas pungutan/potongan dan penyetoran pajak ini

39
tidak dilakukan pencatatan pada buku kas umum, hanya pada buku pembantu

pajak.

d. Buku Rincian Pendapatan

Gambar 2.14 Buku Rincian Pendapatan

Sumber :Juklak Bimkon Keuangan Desa. http://bpkp.go.id/sakd/konten/2451/Juklak-

BimKon-Keuangan-Desa.

Buku rincian pendapatan merupakan buku tambahan yang tidak ada dalam

Permendagri 113/2014. Buku ini merupakan buku pembantu untuk

mengklasifikasi dan mengelompokan rincian pendapatan yang diterima agar pada

saat menyusun laporan realisasi APB Desa tidak mengalami kesulitan.

Ketika Bendahara Desa menerima pendapatan secara tunai misalnya dari Pendapatan

40
hasil aset (seperti pasar desa atau tambatan perahu), maka selain dicatat pada BKU

pada kolom penerimaan, maka penerimaan pendapatan tersebut dicatat pada Buku

rincian pendapatan pada kolom PADesa-Hasil Aset (1.1.2). Ketika menyusun laporan

realisasi APB Desa, maka untuk mengetahui realisasi rincian pendapatan dapat

diketahui dengan mudah karena telah diklasifikasikan/dikelompokan.

e. Buku Rincian Pembiayaan

Gambar 2.15 Buku Rincian Pembiayaan

Sumber :Juklak Bimkon Keuangan Desa. http://bpkp.go.id/sakd/konten/2451/Juklak-


BimKon-Keuangan-Desa

Sebagaimana buku rincian pendapatan, Buku rincian pembiayaan merupakan

buku tambahan yang tidak ada dalam Permendagri 113/2014. Buku ini

merupakan buku pembantu untuk mengklasifikasi dan mengelompokan rincian

pembiayaan yang diterima agar pada saat menyusun laporan realisasi APB

Desa tidak mengalami kesulitan, walaupun secara frekuensi, transaksi

pembiayaan ini relatif sedikit dilakukan, namun sebagai pengendalian dan alat

penelusuran, buku rincian pembiayaan ini tetap diperlukan.


41
Ketika Bendahara Desa melakukan pengeluaran pembiayaan secara transfer/bank

misalnya berupa penyertaan modal pada BUM Desa, maka selain dicatat pada

buku bank pada kolom pengeluaran, pembiayaan tersebut dicatat pada buku

rincian pembiayaan pada kolom pengeluaran pembiayaan penyertaan modal desa.

Ketika menyusun laporan realiasi APB Desa, maka untuk mengetahui realisasi

rincian pembiayaan dapat diketahui dengan mudah karena telah

diklasifikasikan/dikelompokan.

2.4.5 Laporan Bendahara Desa

Sesuai pasal 35 Permendagri 113 Tahun 2014, Bendahara Desa wajib

mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban. Laporan

pertanggungjawaban ini disampaikan setiap bulan kepada Kepala Desa paling lambat

tanggal 10 bulan berikutnya. Sebelumnya, Bendahara Desa melakukan tutup buku

setiap akhir bulan secara tertib, meliputi buku kas umum, buku bank, buku pajak dan

buku rincian pendapatan. Penutupan buku ini dilakukan bersama dengan Kepala

Desa.

Format laporan pertanggungjawaban Bendahara tidak tercantum dalam lampiran

Permendagri 113/2014. Berdasarkan buku yang dikelola, maka seharusnya laporan

pertanggungjawaban Bendahara Desa menggambarkan arus uang masuk yang

diterima dari pendapatan dan arus uang yang keluar untuk belanja, panjar.

42
Gambar 2.16 Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Desa

Sumber :Juklak Bimkon Keuangan Desa. http://bpkp.go.id/sakd/konten/2451/Juklak-

BimKon-Keuangan-Desa.

43
Saldo Awal berasal dari saldo bulan sebelumnya, sedangkan jumlah penerimaan

maupun pengeluaran baik kas tunai maupun rekening kas desa diperoleh dari jumlah

kolom penerimaan dan kolom pengeluaran pada BKU dan buku bank. Laporan

pertanggunjawaban Bendahara Desa disampaikan kepada Kepala Desa melalui

Sekretaris Desa untuk diverifikasi terlebih dahulu. Verifikasi dilakukan dengan

membandingkan saldo sesuai pembukuan dengan saldo riil berupa kas tunai dan di

rekening kas desa.Hal ini merupakan salah satu fungsi pengawasan yang dilakukan

Kepala Desa.

2.4.6 Penatausahaan oleh Pelaksana Kegiatan

Penatausahaan yang dilakukan oleh Pelaksana Kegiatan berupa pencatatan dalam

buku kas pembantu kegiatan dan laporan kegiatan ketika kegiatan telah selesai. Buku

kas pembantu kegiatan mencatat penerimaan yang diperoleh dari Bendahara Desa

(panjar) atau dari masyarakat (swadaya) yang telah dirupiahkan. Pengeluaran dicatat

oleh Pelaksana Kegiatan atas belanja-belanja yang telah dilakukan baik berupa

belanja barang/jasa maupun belanja modal. Atas saldo yang masih tersisa dan berada

di Pelaksana Kegiatan, maka dilakukan penyetoran kepada Bendahara Desa. Hal

yang perlu menjadi catatan adalah semua penerimaan dan pengeluaran tersebut

didukung dengan bukti yang sah dan lengkap, tidak hanya pengeluaran tetapi

termasuk juga penerimaan. Contoh bukti penerimaan yang perlu dibuat oleh

Pelaksana Kegiatan adalah tanda terima swadaya berupa barang dan daftar hadir

untuk tenaga/gotong royong.

44
2.4.7 KodeRekening

Pengelolaan keuangan yang baik memerlukan adanya suatu klasifikasi dalam sistem

yang dijabarkan dalam kode rekening atau Chart of Accounts. Kode rekening tersebut

terdiri dari kumpulan akun secara lengkap yang digunakan di dalam pembuatan

proses perencanaan, pelaksanaaan, penatusahaan hingga pelaporan. Kode rekening

merupakan alat untuk mensinkronkan proses perencanaan hingga pelaporan.

Diharapkan dengan adanya kode rekening, kebutuhan akan pelaporan yang konsisten

dari sejak terjadinya proses perencanaan dan penganggaran akan dapat dapat

terpenuhi.

Mengingat pentingnya peran kode rekening tersebut maka diperlukan

standarisasi kode rekening sehingga akan dicapai keseragaman dalam pemakaiannya

khususnya di wilayah suatu Kabupaten/Kota. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas,

maka kode rekening disusun sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi secara efektif.

Tujuan pembakuan kode rekening adalah mengakomodasi proses manajemen

keuangan dengan anggaran berbasis kinerja sedemikian rupa agar diperoleh.

1. Perencanaan anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan dilakukan secara

proporsional, transparan danprofesional;

2. Pelaksanaan anggaran berbasis kinerja dilakukan secara lebih akuntabel;dan

3. Laporan Keuangan mengakomodasi secara baik pengendalian anggaran,

pengukuran kinerja dan pelaporan kinerja keuangan dalam laporan keuangan.

Permendagri 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa pada pasal 8

telah mengklasifikasikan pendapatan, belanja dan pembiayaan sampai tingkat jenis.

45
Namun untuk kepentingan pengendalian, sebagaimana disebutkan dalam pasal 43

diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati/Walikota. Ilustrasi sebagaimana tercantum

dalam APB Desa untuk tingkat objek belanja (ditulis dalam tanda strip) bersifat tidak

mengikat, oleh karena itulah pemerintah Kabupaten/Kota mengatur lebih lanjut objek

belanja tersebut (bahkan hingga rincian objek belanja jika diperlukan) disesuaikan

dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing-masing.

Ruang lingkup dalam kode rekening ini terbatas pada kode rekening

pendapatan, belanja dan pembiayaan. Kode rekening belum mencakup untuk aset,

kewajiban dan ekuitas sebagaimana termasuk dalam laporan kekayaan milik desa,

dikarenakan aturan untuk pengelolaan kekayaan milik desa belum terbit.

Kode rekening disajikan dengan menggunakan istilah level akun. Level akun yang

dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut:

Level 1 : Kode Akun

Level 2 : Kode Kelompok

Level 3 : KodeJenis

Level 4 : Kode Objek : bersifat tambahan (diatur dalam Perkada)

a. Kode Rekening Pendapatan Desa

Pendapatan desa sebagaimana diatur dalam Pasal 8 Permendagri 113/2014

diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis. Pendapatan desa terdiri atas

kelompok: 1) Pendapatan Asli Desa (PADesa); 2) Transfer; dan 3) Pendapatan

Lain-Lain.

Kelompok PADesa terdiri atas jenis: 1) Hasil usaha; 2) Hasil aset; 3) Swadaya,

46
partisipasi dan Gotong royong; dan 4) Lain-lain pendapatan asli desa.

Kelompok Transfer terdiri dari jenis: 1) Dana Desa; 2) Bagian dari Hasil Pajak

Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi Daerah; 3) Alokasi Dana Desa (ADD); 4)

Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi; dan 5) Bantuan Keuangan APBD

Kabupaten/Kota.

Kelompok Lain-lain pendapatan asli desa terdiri dari jenis: 1) Hibah dan

Sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat; dan 2) Lain-lain pendapatan

desa yang sah. Gambaran kode rekening pendapatan adalah:

Gambar 2.17 Kode Rekening Pendapatan Desa

Sumber :Juklak Bimkon Keuangan Desa. http://bpkp.go.id/sakd/konten/2451/Juklak-

BimKon-Keuangan-Desa.

b. Kode Rekening Belanja Desa

Belanja desa sebagaimana diatur dalam Pasal 8 Permendagri 113/2014

diklasifikasikan menurut kelompok, Kegiatan dan jenis. Belanja desa terdiri atas

kelompok: 1) Penyelenggaraan Pemerintahan Desa; 2) Pelaksanaan Pembangunan

Desa; 3) Pembinaan Kemasyarakatan Desa; 4) Pemberdayaan Masyarakat Desa;

dan 5) Belanja Tak Terduga.

Kelompok belanja tersebut selanjutnya dibagi dalam kegiatan sesuai dengan

47
kebutuhan desa yang telah dituangkan dalam RKPDesa. Kelompok belanja yang

terdiri dari bidang dan kegiatan tersebut lebih lanjut dibagi dalam jenis belanja

yang terdiri dari: 1) Belanja Pegawai; 2) Belanja Barang dan Jasa; dan 3) Belanja

Modal.

Gambar 2.18 Kode Rekening Belanja Desa


Sumber :Juklak Bimkon Keuangan Desa. http://bpkp.go.id/sakd/konten/2451/Juklak-

BimKon-Keuangan-Desa.

1. Kode Rekening Pembiayaan Desa

Pembiayaan desa sebagaimana diatur dalam Pasal 8 Permendagri 113/2014

diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis. Pembiayaan desa terdiri atas

kelompok: 1) Penerimaan pembiayaan; dan 2) Pengeluaran pembiayaan.

Kelompok penerimaan pembiayaan terdiri atas jenis: 1) Sisa lebih perhitungan

anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya; 2) Pencairan dana cadangan; dan 3) Hasil

penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.

Kelompok pengeluaran pembiayaan terdiri dari jenis: 1) Pembentukan Dana

Cadangan; dan 2) Penyertaan modal desa. Gambaran kode rekening pembiayaan

desa adalah:

48
Gambar 2.19 Kode Rekening Pembiayaan Desa

Sumber :Juklak Bimkon Keuangan Desa. http://bpkp.go.id/sakd/konten/2451/Juklak-

BimKon-Keuangan-Desa.

2.5 SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

Pengertian sistem pengendalian intern menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60

Tahun 2008 tentang sistem pengendalian intern pemerintah adalah proses yang

integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh

pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas

tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan

pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan.

Sistem pengendalian intern pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP,

adalah sistem pengendalian intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di

lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pengawasan intern adalah

seluruh proses kegiatan audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan

pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas fungsi organisasi dalam rangka

memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai

dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan

pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.

49
Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien,

transparan dan akuntabel, materi/pimpinan lembaga, Gubernur, dan Bupati/Walikota

wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan,

dilaksanakan dengan berpedoman pada SPIP sebagaimana diatur dalam peraturan

pemerintah ini.

2.5.1 Tujuan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Memberikan keyakinan memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi

pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan, keandalan pelaporan keuangan,

pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

2.5.2Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah :

a. Lingkungan Pengendalian

Pimpinan instansi pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan

pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan

sistem pengendalian intern dalam lingkungan kerjanya melalui :

1. Penegakan integritas dan nilai etika

Penegakan integritas dan nilai etika sekurang-kurangnya dilakukan dengan,

a. Menyusun dan menerapkan aturan perilaku.

b. Memberikan keteladanan pelaksanaan aturan perilaku pada setiap tingkat

pimpinan instansi pemerintah.

c. Menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan terhadap

kebijakan prosedur, atau pelanggaran terhadap aturan perilaku.

d. Menjelaskan dan mempertanggungjawabkan adanya intervensi atau

pengabaian pengendalian intern.


50
e. Menghapus kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong perilaku

tidak etis.

2. Komitmen terhadap kompetensi

a. Mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan tugas dan fungsi pada masing-masing posisi dalam

instansi pemerintah.

b. Menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi pada

masing-masing posisi dalam instansi pemerintah.

c. Menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk membantu

pegawai mempertahankan dan meningkatkan kompetensi pekerjaannya.

d. Memilih pimpinan instansi pemerintah yang memiliki kemampuan

manajerial dan pengalaman teknis yang luas dalam pengelolaan instansi

pemerintah.

3. Kepemimpinan yang kondusif

Kepemimpinan yang kondusif sebagaimana sekurang-kurangnya ditunjukkan

dengan :

a. Mempertimbangkan risiko dalam pengambilan keputusan.

b. Menerapkan manajemen berbasis kinerja.

c. Mendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP.

d. Melindungi atas aset dan informasi dari akses dan penggunaan yang tidak

sah.

e. Melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat pada tindakan yang

lebih rendah.
51
f. Merespon secara positif terhadap pelaporan yang bekaitan dengan

keuangan, program dan kegiatan.

4. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan

Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan sebagaimana

sekurang-kurangnya dilakukan dengan,

a. Menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan instansi pemerintah.

b. Memberikan kejelasan wewenang dan tanggungjawab dalam instansi

pemerintah.

c. Memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern dalam

instansi pemerintah.

d. Melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodik terhadap struktur

organisasi suatu hubungan dengan perubahan lingkungan strategis.

e. Menetapkan jumlah pegawai yang sesuai, terutama untuk posisi

sampingan.

5. Pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang tepat

Pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang tepat sekurang-kurangnya

dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut,

a. Wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat

tanggungjawabnya dalam rangka pencapaian tujuan instansi pemerintah.

b. Pegawai yang diberi wewenang memahami bahwa wewenang dan

tanggungjawab yang diberikan terkait dengan pihak lain dalam instansi

pemerintah yang bersangkutan.

52
c. Pegawai yang diberi wewenang memahami bahwa pelaksanaan wewenang

dan tanggungjawab terkait dengan penerapan SPIP.

6. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber

daya manusia dilaksanakan dengan memperhatikan sekurang-kurangnya hal-

hal sebagai berikut,

a. Penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai dengan

pemberentian pegawai.

b. Penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen.

c. Supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai.

7. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif

sekurang-kurangnya harus,

a. Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan , kehematan,

efisiensi, dan efektifitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan

instansi pemerintah.

b. Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektifitas manajemen

risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah.

c. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas

dan fungsi instansi pemerintah.

8. Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait diwujudkan

dengan adanya mekanisme saling uji antar instansi pemerintah terkait.

b. Penilaian Risiko

53
Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan penilaian risiko terdiri atas

identifikasi risiko dan analisis risiko. Dalam rangka penilaian resiko pimpinan

instansi pemerintah menetapkan :

a. Tujuan Instansi Pemerintah

Menurut penyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis,

dan terikat waktu. Tujuan instansi pemerintah wajib dikomunikasikan kepada

seluruh pegawai. Untuk mencapai tujuan instansi pemerintah pimpinan instansi

pemerintah menetapkan :

1. Strategi operasional yang konsisten.

2. Strategi manajemen terintegrasi dan rencana penilain risiko.

b. Tujuan pada tingkatan kegiatan, dengan perpedoman pada peraturan

perundang-undangan. Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan sekurangnya

dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

1. Berdasarakan pada tujuan dan rencana strategis instansi pemerintah.

2. Saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu dengan

lainnya.

3. Relevan dengan seluruh kegiatan utama instansi pemerintah.

4. Mengandung unsur kriteria pengukuran.

5. Didukung sumber daya instansi pemerintah yang cukup.

6. Melibatkan seluruh pejabat dalam proses penetapannya.

c. Kegiatan Pengendalian

Pemerintah instansi pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian

sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi instansi
54
pemerintah yanng bersangkutan. Penyelenggaraan kegiatan pengendalian

sekurang-kurangnya memiliki karakteristik sebagai berikut,

1. Kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok instansi

pemerintah.

2. Kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian resiko.

3. Kegiatan pengendalian dipilih disesuaikan dengan sifat khusus instansi

pemerintah.

4. Kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis.

5. Prosedur yang ditetatpkan harus dilaksanakan sesuai dengan yang tertulis

6. Kegiatan pengendalian di evaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa

kegiatan tersebut masih sesuai dan berfungsi sesuai dengan yang

diharapkan.

d. Informasi dan komunikasi

Pimpinan instansi pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan

mengkomunikasikan infromasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Komunikasi

atas informasi wajib diselenggarakan secara efektif pimpinan instansi pemerintah

harus sekurang-kurangnya :

1. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi.

2. Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus-

menerus.

e. Pemantauan Pengendalian Intern

Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan pemantauan sistem pengendalian

intern dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan


55
tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan review lainnya. Pemantauan

berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi,

pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang berkaitan dalam pelaksanaan

tugas. Evalusi terpisah dapat dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah

atau pihak eksternal pemerintah. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan review

lainnya harus segera diselesaikan dan dilaksanakan sesuai dengan mekanisme

penyelesaian rekomendasi hasil audit dan review lainnya yang ditetapkan.

56
BAB III

GAMBARAN UMUM INSTANSI

3.1 SEJARAH NAGARI

Nagari adalah pembagian wilayah administratif sesudah kecamatan di Provinsi

Sumatera Barat, Indonesia. Nagari merupakan kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat yang diakui

dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sistem kenagarian telah ada sebelum kemerdekaan Indonesia. Kerajaan Pagaruyung

pada dasarnya merupakan konfederasi nagari-nagari yang berada di Minangkabau.

Kemungkinan besar sistem nagari juga sudah ada sebelum Adityawarman mendirikan

kerajaan tersebut. Terdapat dua aliran besar dalam sistem pemerintahan nagari di

Minangkabau yakni Koto Piliang dan Bodi Caniago yang keduanya mempunyai

kemiripan dengan pemerintahan polis-polis pada masa Yunani kuno.

Nagari merupakan unit pemukiman yang paling sempurna yang diakui oleh

adat, nagari memiliki teritorial beserta batasnya dan mempunyai struktur politik dan

aparat hukum. Selain itu beberapa kelengkapan yang mesti dipenuhi oleh suatu

pemukiman untuk menjadi nagari diantaranya adanya balai adat, masjid serta

ditunjang oleh areal persawahan. Dalam pembentukan suatu nagari sejak dahulunya

telah dikenal dalam istilah pepatah yang ada pada masyarakat adat Minang itu sendiri

yaitu dari taratak manjadi dusun, dari dusun manjadi koto, dari koto manjadi

nagari,nagari ba Panghulu. Jadi dalam sistem administrasi pemerintahan di kawasan

57
Minang dimulai dari struktur terendah disebut dengan taratak, kemudian berkembang

menjadi dusun, kemudian berkembang menjadi koto dan kemudian berkembang

menjadi nagari, yang dipimpin secara bersama oleh para penghulu atau datuk

setempat.

3.1.1 Sejarah Nagari Sicincin

Sebagai kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki wilayah tertentu yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat, Nagari Sicincin

juga memiliki dengan budaya adat istiadat yang sangat melekat bagi masyarakat

dalam nagari sicincin. Tertulis atau terdengar, masyarakat Sicincin berasal dari Luak

tanah datar. Menurut tambo alam minangkabau Luak Tanah Datar terbagi atas 3

bagian yaitu: Lima Kaum 12 koto, Sungai Tarab 8 Batur, Batipuh 10 Koto. Batipuh

10 Koto yaitu: Pariangan Padang Panjang, Jaho, Tambangan, Koto Laweh, Pandai

Sikek,Sumpur, Malako, Gunuang dan Paninjauan. Berdasarkan tambo alam

Minangkabau masyarakat Sicincin berasal dari daerah Batipuh 10 Koto. Diantara 10

oto hanya 4 koto yang menjadi daerah asal masyarakat Sicincin yaitu Gunuang, Jaho,

Tambangan dan Paninjauan.

Nagari Sicincin dalam Kecamatan 2x11 Enam Lingkung keutuhan rasa

kekeluargaan yang dijalin oleh persukuan yang dikepalai oleh kepala suku yang

disebut Datuk. Di Sicincin Datuk masih memegang peranan penting terhadap

keluarga dan anggota sukunya. Tiap-tiap datuk memimpin sukunya dengan nama

suku masing-masing. Jumlah suku di Sicincin adalah 6 suku dan 7 mandahiling.

58
Dalam Kenagarian Sicincin dipimpin oleh Wali Nagari yang dipilih langsung setiap

warga nagari yang memenuhi persyaratan pemilih, dan dalam menjalankan roda

pemerintah Wali Nagari dibantu oleh beberapa Wali Korong yang memiliki Wali

Nagari untuk beberapa wilayah kecil. Nagari Sicincin terdiri dari 4 korong yaitu:

Korong Sicincin, Korong Ladang Laweh, Korong Pauh dan Korong Bari. Masing-

masing korong di pimpin oleh Wali Korong.

3.1.2 Visi dan Misi Nagari

a. Visi

Saciok bak ayam sadanciang bak basi dalam menuju masyarakat sejahtera yang

beragama dan beradat dalam ridho Allah Swt

b. Misi

1. Membangun masyarakat yang beradat menuju kesejahteraan.

2. Menegakkan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah sebagai cerminan

kehidupan masyarakat.

3. Membangun jiwa sosial dan gotong royong masyarakat sebagai landasan

berkehidupan sehari-hari.

4. Membangun dan mendorong kreatifitas masyarakat di bidang ekonomi dan

pembangunan.

5. Mensukseskan program pemerintah yang berbasis kerakyatan.

c. Strategi

59
Pemerintahan Nagari Sicincin beserta lembaga-lembaga yang ada dan masyarakat

sepakat untuk memajukan dan mensejahterakan warga dengan menyusun strategi

pembangunan sebagai berikut:

1. Meningkatakan SDM masyarakat baik kualitas dan kuantitas.

2. Memberdayakan potensi yang ada.

3. Peningkatan ekonomi masyarakat.

4. Melaksanakan pembangunan partisipatif.

5. Penegakan aturan yang berlaku dan norma-norma adat serta syarak.

6. Memperlancar komunikasi.

3.1.3 Keadaan Demografi

Kondisi Nagari Sicincin dalam Kecamatan 2x11 Enam Lingkung Kabupaten Padang

Pariaman sebagai berikut:

a. Batas wilayah nagari

- Sebelah utara Nagari Kepala Hilalang

- SSebelah selatan Nagari Pakan Baru yaitu Sungai Asam dan Lubuk

Pandan

- Sebelah barat Nagari Sungai Durian

- Sebelah timur Nagari Anduring

b. Luas wilayah nagari

Luas Nagari Sincincin seluruhnya 2726 Ha yang terdiri dari luas korong-

korong dalam kenagarian sincincin

60
- Korong Sicincin : 302 Ha

- Korong Ladang Laweh : 1.544 Ha

- Korong Pauh : 545 Ha

- Korong Bari : 335 Ha

c. Tipologi dan Orbitrasi

Nagari Sicincin adalah nagari yanng berada di sekitar hutan, sebagai ibu

kecamatan yang dilalui jalan utama atau jalan negara.

- Jarak ke ibu kota kecamatan terdekat : ± 2 km

- Jarak ke ibu kota kabupaten terdekat : ± 21 km

- Jarak ke ibu kota provinsi terdekat : ± 50 km

Kemiringan rata-rata dengan ketinggian diatas permukaan laut (rata-rata)

135m dengan suhu 25-32ºC dan curah hujan 35.000/5.250mm.

61
3.1.4 Struktur Pemerintahan Nagari Sicincin

62
Tugas dan Tanggungjawab pada struktur pemerintahan Nagari Sicincin berdasarkan

Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 20 Tahun 2015 Pasal 3, Pasal 5, Pasal 6,

Pasal 7 yaitu:

1. Wali Nagari

Wali Nagari adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili

pemerintah nagari dalam kepemilikan kekayaan miliki nagari yang dipisahkan.

Dalam hal ini Wali Nagari memiliki kewenangan :

a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBNagari,

b. Menetapkan PTPKN,

c. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan

d. Menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APBNagari, dan

e. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBNagari

2. Badan Musyawarah Nagari

Badan Musyawarah Nagari adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan

yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan

wilayah dan ditetapkan secara demokratis. Badan Musyawarah Nagari ini mempunyai

fungsi :

a. Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Wali Nagari.

b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat nagari.

c. Melakukan pengawasan kinerja Wali Nagari.

63
3. Sekretaris Badan Musyawarah Nagari

Sekretaris Nagari membatu secara administratif ketua Badan Musyawarah Nagari

dalam penyusunan rencana kerja Badan Musyawarah Nagari, menyiapkan bahan

koordinasi, integrasi dan sinkronisasi seluruh kegiatan, mengelola keuangan dan

administrasi, dalam melaksanakan tuganya bertanggungjawab kepada Ketua Badan

Musyawarah Nagari.

4. Sekretaris Nagari

Sekretaris Nagari selaku koordinator PTPKD membantu Wali Nagari dalam

melaksanakan penatausahaan keuangan nagari, dengan tugas :

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBNagari

b. Menyusun rancangan peraturan desa tentang APBNagari, perubahan

APBNagari dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBNagari

c. Menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBNagari

d. Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan

dalam APBNagari

e. Menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBNagari

f. Melakukan verifikasi terhadap bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran

APBNagari

64
3. Kepala Urusan Pemerintahan

Kepala urusan pemerintahan merupakan salah satu unsur dari PTPKN yang bertindak

sebagai pelaksana kegiatan sesuai dengan bidangnya. Kepala urusan pemerintahan

mempunyai tugas :

a. Penetapan dan penegasan batas nagari.

b. Pendataan nagari.

c. Penyusunan tata ruang nagari.

d. Penyelenggaraan musyawarah nagari.

4. Kepala Urusan Pembangunan

Kepala urusan pembangunan mempunyai fungsi antara lain :

a. Pembangunan, pemanfaatan, dan pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan

nagari.

b. Pembangunan, pemanfaatan, dan pemeliharaan saran dan prasarana kesehatan.

c. Pembangunan, pemanfaatan, dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan

dan kebudayaan.

d. Pengembangan usaha ekonomi produktif, serta pembangunan, pemanfaatan, dan

pemeliharaan saran dan prasarana ekonomi.

e. Pelestarian lingkungan hidup.

5. Kepala Urusan Pemberdayaan Masyarakat


65
Kepala Urusan Pemberdayaan Masyarakat mempunyai fungsi antara lain :

a. Pelatihan usaha ekonomi, pertanian, perikanan, dan perdagangan.

b. Pelatihan teknologi tepat guna.

c. Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi Wali Nagari, perangkat nagari dan

Badan Musyawarah Nagari.

d. Peningkatan kapsitas masyarakat.

6. Kepala Urusan Pembinaan Masyarakat

Kepala urusan pembinaan masyarakat mempunyai fungsi antara lain :

a. Pembinaan lembaga kemasyarakatan.

b. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban.

c. Pembinaan kerukunan umat beragama.

d. Pengadaan sarana dan prasarana olahraga.

e. Pembinaan lembaga adat.

f. Pembinaan kesenian dan sosial budaya masyarakat.

g. Kegiatan lain sesuai kondisi nagari.

7. Wali Korong

Wali Korong mempunyai tugas antara lain :

66
a. Membantu pelaksanaan tugas Wali Nagari dalam wilayah kerjanya.

b. Melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan swadaya dan gotong royong

masyarakat.

c.Melakukan kegiatan penerangan tentang program pemerintah kepada

masyarakat.

d. Membantu Wali Nagari dalam pembinaan dan mengkoordinasikan kegiatan di

wilayah kerjanya.

e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Wali Nagari.

Wali Korong mempunyai fungsi antara lain :

a. Melakukan koordinasi terhadap jalannya pemerintah nagari, pelaksanaan

pembangunan dan pembinaan masyarakat dalam wilayah dusun.

b. Melakukan tugas dibidang pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan yang

menjadi tanggungjawabnya.

c. Melakukan usaha dalam rangka meningkatkan partisipasi dan swadaya gotong

royong masyarakat dalam melakukan pembinaan perekonomian.

d. Melakukan kegiatan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan ketentraman

dan ketertiban masyarakat.

e. Melakukan fungsi-fungsi lain yang dilimpahkan oleh Wali Nagari.

67
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 KONDISI LAPANGAN

Nagari mempunyai peran penting dalam proses penyelenggaraan pemerintah daerah

saat ini, semua dilakukan sebagai langkah nyata pemerintah daerah mendukung

pelaksanaan otonomi daerah di wilayahnya. Berdasarkan hasil penelitian wawancara

dengan perangkat nagari tentang bagaimana penatausahaan penerimaan dan

pengeluaran kas nagari disebutkan bahwa belum adanya pemisahan tugas secara

khusus untuk Bendahara Nagari yang mencatat keuangan sesuai Permendagri Pasal 1

ayat 16. Maka dari itu penatausahaan yang dilakukan belum maksimal, karena

Bendahara Nagari belum bisa menciptakan sistem pencatatan yang benar, lengkap,

akurat, andal dan tepat waktu, serta belum membuat laporan pertanggungjawaban

yang disampaikan setiap bulan kepada Wali Nagari. Sekretaris Nagari belum

melakukan tugas dengan baik dalam hal pengawasan terhadap pencatatan keuangan

nagari sesuai dengan Pasal 27 ayat 2. Pelaksana Kegiatan tidak membuat buku

pembantu kas kegiatan sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban atas tindakan

pengeluaran anggaran yang dilakukan sesuai dengan Pasal 27 ayat 3.

Ditinjau dari hal tersebut, maka penatausahaan keuangan nagari Sicincin ini

belum sesuai dengan Permendagri 113 Tahun 2014 dengan petunjuk pelaksanaan

pengelolaan keuangan desa dari BPKP c.q Deputi Bidang Pengawasan

Penyelenggaraan Keuangan Daerah.

68
4.1.1 Penatausahaan Penerimaan Kas dari Pendapatan Transfer Nagari

Pendapatan transfer nagari adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan

belanja negara, anggaran pendapatan belanja daerah provinsi dan anggaran

pendapatan belanja daerah kabupaten/kota. Sumber penerimaan kas nagari ini berasal

dari dana nagari dan alokasi dana nagari yang dialokasikan oleh pemerintah daerah

kabupaten Padang Pariaman untuk Nagari Sicincin yang digunakan untuk keperluan

belanja pemerintahan nagari dan belanja badan musyawarah Nagari Sicincin untuk

mendanai semua kegiatan yang dilakukan oleh pemerintahan nagari.

4.1.1.1 Deskripsi Kegiatan Pokok

Kegiatan pokok yang dilakukan perangkat pengelola keuangan nagari adalah sebagai

berikut:

1. Wali Nagari dibantu oleh Sekretaris nagari menyiapkan dokumen-dokumen yang

dibutuhkan dalam pengajuan dana, seperti permohonan penyaluran ADN dan

DD, surat verifikasi Camat, berita acara verifikasi oleh Camat, laporan realisasi

ADN dan DD per tahap, peraturan nagari tentang Rencana kerja pemerintah

nagari, peraturan nagari tentang rencana pembangunan jangka menengah nagari,

SK Wali Nagari, kwitansi penerimaan bermaterai, fotocopy rekening kas nagari,

pakta integritas. Lalu menyerahkan pada DPPKA kabupaten melalui camat, Wali

nagari pun diberi nomor SP2D dan kwitansi rangkap 1 kembali dan menyerahkan

nya pada Bendahara agar melakukan pengecekan ke bank umum yang ditunjuk,

dalam hal ini bank umum yang ditunjuk adalah bank nagari.

69
2. Bendahara melakukan pencairan ke bank nagari, lalu mencatat ke dalam buku

pembantu bank nagari berdasarkan kwitansi yang diterima.

3. Bendahara mengarsip bukti kwitansi tersebut berdasarkan tanggal.

4.1.1.2 Pihak yang terkait dalam Penatausahaan Penerimaan Kas dari

Pendapatan Transfer Nagari

Berdasarkan uraian diatas maka pihak yang terkait dalam penatausahaan penerimaan

ini adalah:

1. Wali Nagari

Wali Nagari sebagai kepala pemerintahan nagari yang memegang kekuasaan

pengelolaan keuangan nagari yang menandatangani semua kelengkapan dokumen

yang dibutuhkan dalam pencairan dana nagari.

2. Bendahara Nagari

Bendahara nagari sebagai staf pengelola keuangan nagari yang bertugas untuk

menerima, menyimpan dan melakukan pencatatan setiap penerimaan kas.

4.1.1.3 Catatan yang digunakan Bendahara dalam Penatausahaan Penerimaan

Kas dari Pendapatan Transfer Nagari.

Dari uraian kegiatan pokok di atas, maka catatan yang dibuat Bendahara dalam

melaksanakan penatausahaannya adalah buku pembantu bank nagari, buku pembantu

bank nagari digunakan untuk mencatat semua transaksi penerimaan dan pengeluaran

dari dana transfer nagari, pencatatan dalam buku bank dilakukan secara kronologis.

Tidak ada nomor rekening dalam buku bank, bukti agar diisi dengan pemberian

nomor secara intern yang diatur secara sistematis sehingga mudah untuk ditelusuri.

70
Saldo menggambarkan akumulasi dari penerimaan dan pengeluaran melalui bank (

lampiran 1 ).

4.1.1.4 Dokumen yang digunakan Bendahara dalam Penatausahaan Penerimaan

Kas dari Pendapatan Transfer Nagari

Dokumen yang digunakan dalam penatausahaan penerimaan yang digunakan oleh

Bendahara Nagari adalah kuitansi penerimaan. Kuitansi penerimaan merupakan bukti

penerimaan yang diperoleh Wali Nagari saat adanya pencairan dana nagari yang

diterima dari DPPKA Kabupaten.

4.1.1.5 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Sistem pengendalian intern pemerintah dalam prosedur penatausahaan penerimaan

dana nagari ini adalah:

1. Lingkungan Pengendalian

a. Wali Nagari bertanggungjawab menciptakan lingkungan pengendalian yang

positif dengan mengatur dan menyediakan pedoman perilaku yang lebih baik,

menegakkan disiplin, memastikan semua unsur pengelola teknis pelaksana

kegiatan melakukan tugasnya dengan baik.

2. Penilaian Risiko.

Adanya pencatatan yang dilakukan oleh bendahara ke dalam buku bank

berdasarkan kuitansi penerimaan, sehingga mengurangi tingkat penyalahgunaan

uang.

71
4.1.2 Penatausahaan Pengeluaran Kas Nagari

Pengeluaran kas nagari digunakan untuk menyelenggarakan semua kegiatan

operasional pemerintahan. Penggunaan dana nagari diprioritaskan untuk membiayai

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Sementara untuk penghasilan tetap,

operasional pemerintah desa, dan tunjangan dan operasional badan musyawarah

nagari serta insentif Wali Korong dibiayai dengan menggunakan sumber dana dari

alokasi dana nagari.

4.1.2.1 Deskripsi Kegiatan Pokok

Kegiatan pokok dalam pelaksanaan penatausahaan pengeluaran kas nagari adalah:

1. Pelaksana Kegiatan mengajukan SPP beserta lampiran bukti transaksi berdasarkan

RAB kegiatan kepada Sekretaris Nagari.

2. Sekretaris Nagari memverifikasi dengan cara meneliti kelengkapan SPP,

menghitung kebenaran perhitungan tagihan, menguji ketersediaan dana, menolak

SPP apabila tidak memenuhi syarat lalu melanjutkan nya pada Wali Nagari untuk

diotorisasi apabila telah sesuai.

3. Wali Nagari mengecek kembali dan mengotorisasi SPP beserta dokumen

pendukung lainnya, lalu memerintahkan Bendahara agar melakukan perintah

pembayaran uang atas kegiatan yang dilaksanakan Pelaksana Kegiatan.

4. Bendahara melakukan penarikan uang ke bank dengan mengisi bukti slip

penarikan yang jumlahnya sebanyak SPP dari pelaksana kegiatan. Bendahara

membuat kuitansi pengeluaran yang ditanda tangani oleh Wali Nagari, Bendahara

72
Nagari, dan Pelaksana Kegiatan dan menyerahkan uang kepada Pelaksana

Kegiatan.

5. Bendahara melakukan pencatatan pada buku bank, buku kas umum, dan buku

pembantu pajak apabila ada potongan pajak yang dipungut oleh Bendahara Nagari.

4.1.2.2 Pihak yang Terkait dalam Penatausahaan Pengeluaran Kas Nagari

Dari uraian diatas maka pihak yang terkait dalam penatusahaan pengeluaran kas ini

adalah:

1. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana Kegiatan menyiapkan bukti surat permintaan pembayaran beserta

lampiran seperti surat pernyataan tanggung jawab belanja, dan bukti-bukti

transaksi berdasarkan rencana anggaran biaya kegiatan.

2. Sekretaris Nagari

Bertugas untuk menguji ketelitian kelengkapan dan kebenaran perhitungan dari

Surat permintaan pembayaran dan bukti-bukti transaksi yang dilampirkan.

3. Wali Nagari

Adalah pihak yang berwenang untuk menyetujui dan mengotorisasi atas surat

permintaan pembayaran yang diajukan oleh Pelaksana Kegiatan.

4. Bendahara Nagari

Bendahara Nagari merupakan pihak yang berperan dalam menatausahakan

pengeluaran kas nagari, melakukan pencatatan pada buku akuntansi yang

73
bersangkutan. Seperti buku pembantu bank nagari dan buku kas umum dan buku

pembantu pajak.

4.1.2.3 Catatan yang digunakan dalam Penatausahaan Pengeluaran Kas Nagari

Dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh Bendahara jelas bahwa catatan yang

digunakan oleh Bendahara adalah buku pembantu bank nagari, buku pembantu pajak

dan buku kas umum.

1. Buku Pembantu Bank Nagari

Digunakan buku pembantu bank nagari oleh Bendahara adalah karena pengeluaran

yang dilakukan adalah dari kas nagari yang ada di bank. Maka dicatat pada kolom

pengeluaran pada buku bank, menjelaskan bahwa saldo bank berkurang.

2. Buku Kas Umum

Digunakan buku kas umum karena transaksi pengeluaran yang dilakukan bersifat

tunai, dicatat pada kolom pengeluaran. Sesuai dengan item yang ditentukan (

lampiran 2 ).

3. Buku Pembantu Pajak

Buku pembantu pajak digunakan untuk mencatat secara rinci pemotongan dan

penyetoran pajak yang dilakukan oleh Bendahara ( lampiran 3 ).

4.1.2.4 Dokumen yang digunakan dalam Penatausahaan Pengeluaran Kas Nagar

Dokumen yang digunakan oleh Pelaksana Kegiatan dalam melakukan permintaan

pembayaran adalah Surat Permintaan pembayaran (SPP), terdiri dari surat penyataan

tanggungjawab belanja dan bukti-bukti transaksi dan rencana anggaran biaya (RAB).

74
1. Surat Permintaan Pembayaran (SPP)

Surat permintaan pembayaran ini berisi tentang bidang kegiatan dan jenis kegiatan

yang dilakukan, serta jumlah anggaran yang ditetapkan dan sisa dana dari

anggaran. SPP ini diketahui oleh Sekretaris, Wali Nagari, Bendahara dan

Pelaksana Kegiatan ( lampiran 4 ).

2. Rencana Anggaran Biaya

Rencana anggaran biaya berisi tentang bidang kegiatan dan jenis kegiatan yang

dilakukan, serta jumlah uang yang harus dibayarkan. Rencana anggaran biaya ini

disetujui oleh Wali Nagari dan dibuat oleh Pelaksana Kegiatan (lampiran 5).

3. Surat Pernyataan Tanggungjawab Belanja (SPTB)

Pernyataan tanggung jawab belanja ini berisi nama-nama penanggungjawab

pengeluaran kas, uraian kegiatan dan jumlah pembayaran yang dilakukan

( lampiran 6 ).

4. Kuitansi Pengeluaran

Kwitansi pengeluaran merupakan bukti pengeluaran uang oleh Bendahara Nagari.

Kuitansi harus menggunakan materai 6000 agar dapat dipertanggungjawabkan (

lampiran 7 ).

5. Dokumen Pendukung

Contoh beberapa dokumen pendukung bukti transaksi yang berisi data transaksi

yang dibuat setelah melakukan transaksi untuk kebutuhan pencatatan uang.

75
Beberapa diantaranya adalah struk pembayaran tagihan listrik, struk pembayaran

tagihan internet, struk pembayaran tagihan PDAM. ( lampiran 8 ).

4.1.2.5 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

Sistem pengendalian intern dalam prosedur penatausahaan pengeluaran dana nagari

ini adalah:

1. Lingkungan Pengendalian

a. Melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat lainnya dengan tingkatan

yang lebih rendah. Wali Nagari bekerjasama dengan Pelaksana Kegiatan,

Sekretari Nagari, Bendahara Nagari dalam proses pengeluaran uang. Wali

Nagari bertindak sebagai pengguna anggaran, Sekretaris sebagai pelaksana

pengelola.

2. Penilain Resiko

Adanya pencatatan ke dalam buku bank dan buku kas umum yang digunakan oleh

Bendahara.

3. Kegiatan Pengendalian

a. Otorisasi atas kejadian penting pada surat permintaan pembayaran, penyetujuan

rencana anggaran biaya, dan surat penyataan tanggungjawab belanja yang

dibuat oleh Pelaksana Kegiatan serta akuntabilitas terhadap sumber daya dan

pencatatannya. Namun dalam rencana anggaran biaya ini tidak ada kejelasan

verifikasi oleh Sekretaris Nagari.

76
4.2 ANALISIS MASALAH

Berdasarkan uraian prosedur penatausahaan pada pemerintahan nagari Sicincin ini

belum baik, selain karena fungsi urusan bagian pemerintahan tidak terpisah dengan

Bendahara Nagari juga masih terdapat kelemahan dari dokumen yang digunakan dan

kekurangan catatan akuntansi yang digunakan serta sistem pengendalian intern

pemerintahan seperti kurangnya pemantauan dan pengawasan oleh Sekretaris Nagari

terhadap penatausahaan yang dilakukan oleh Bendahara.

4.2.1 Analisis Penatausahaan Penerimaan Kas Nagari

Analisis masalah yang penulis hasilkan dalam prosedur penatausahaan penerimaan

adalah sebagai berikut:

a. Bendahara tidak menggunakan buku rincian pendapatan. Buku rincian

pendapatan berguna untuk membantu mengklasifikan jenis pendapatan yang

diterima. Buku ini memudahkan untuk bendahara menyusun laporan realisasi

pelaksanaan anggaran pendapatan belanja nagari selanjunya.

b. Belum adanya laporan pertanggung jawaban Bendahara kepada Wali Nagari,

karena Bendahara tidak ada melakukan tutup buku pada akhir bulan. Pada akhir

bulan Bendahara harus melakukan tutup buku kas umum, buku bank, dan buku

pembantu pajak dan membuat laporan pertanggungjawaban Bendahara. Pada

laporan pertanggungjawaban Bendahara itu Ia melaporkan jumlah saldo kas

tunai, saldo kas yang ada di rekening nagari dan jumlah rekapitulasi posisi kas di

Bendahara Nagari. Laporan ini berguna untuk pengawasan terhadap kas nagari.

77
c. Belum memenuhi standar sistem pengendalian intern bagian kegiatan

pengendalian dikarenakan belum adanya pengendalian kelengkapan dalam

pelaksanaan rekonsiliasi data untuk memverifikasi data.

d. Belum adanya pengawasan dari sekretaris maupun Wali Nagari terhadap

pembukuan yang dilakukan oleh Bendahara nagari.

4.2.2 Analisis Penatausahaan Pengeluaran Kas Nagari

Analisis masalah yang penulis dapat dari prosedur pengeluaran kas nagari adalah:

a. Belum adanya buku pembantu kegiatan oleh Pelaksana Kegiatan, buku pembantu

kegiatan berguna untuk mengklasifikan pengeluaran yang dilakukan oleh

Bendahara Nagari, buku ini mempermudah penyusunan laporan

pertanggungjawaban dan laporan realisasi pelaksanaan anggaran pendapatan

belanja nagari.

b. Tidak adanya kolom nomor bukti dan kolom pengeluaran jumlah kumulatif pada

buku kas umum, kolom nomor bukti berfungsi untuk mencatat dasar bukti

pencatatan penerimaan. Jumlah pengeluaran kumulatif adalah jumlah

pengeluaran secara keseluruhan.

c. Tidak adanya tanda verifikasi oleh Sekretaris Nagari pada rencana anggaran

biaya sesuai dengan Permendagri.

d. Tidak adanya pencantuman nomor SPP pada surat permintaan pembayaran.

Nomor SPP berguna untuk sumber penelusuran pada buku kas umum. Tidak

adanya laporan pertanggungjawaban oleh Bendahara, karena Bendahara tidak

ada melakukan tutup buku di akhir bulan dan nomor SPJ tidak diisi.

78
4.3 PEMECAHAN MASALAH

Agar penatausahaan ini dapat berjalan dengan baik, maka beberapa hal yang perlu

diperhatikan adalah :

1. Wali Nagari dalam melaksanakan penatausahaan keuangan nagari harus

menetapkan Bendahara Nagari. Penetapan Bendahara Nagari harus dilakukan

sebelum dimulainya tahun anggaran bersangkutan dan berdasarkan keputusan

Wali Nagari. Bendahara adalah perangkat nagari yang ditunjuk Wali Nagari untuk

menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, membayar, dan

mempertanggungjawabkan keuangan nagari dalam rangka pelaksanaan anggaran

pendapatan dan belanja nagari. Bendahara Nagari wajib

mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban Bendahara

yang disampaikan setiap bulan kepada Wali Nagari dan paling lambat tanggal 10

setiap bulannya.

2. Sekretaris Nagari sebagai pelaksana pengelola keuangan nagari harus memahami

tugas-tugas sebagai Sekretaris Nagari. Nagari tidak akan berkembang apabila

Sekretaris Nagari tidak paham tugas, tanggungjawab dan fungsinya. Sekretaris

Nagari dituntut untuk memiliki jiwa yang akuntabel yang berarti

bertanggungjawab dalam mengelola administrasi keuangan nagari, keberadaan

Sekretaris Nagari yang mampu memahami tugasnya akan mendukung terciptanya

transparansi keuangan nagari.

3. Pelaksana Kegiatan juga harus membuat pembukuan terhadap anggaran belanja

nagari yang dikeluarakan oleh Pelaksana Kegiatan sebagai bentuk

pertanggungjawaban pelaksanaan.
79
4. Wali Nagari harus mengawasi pembukuan yang dilakukan oleh Bendahara Nagari,

sehingga pelaporan yang dibuat oleh Bendahara Nagari tidak sering terjadi

kesalahan.

Penulis juga mengusulkan dokumen dan formulir tambahan dalam

penatausahaan penerimaan dan pengeluaran kas nagari.

4.3.1 Penatausahan Penerimaan Kas Nagari

Pada penatausahaan penerimaan ini beberapa catatan yang ditambahkan oleh penulis

adalah buku rincian pendapatan, laporan pertanggungjawaban bendahara nagari dan

laporan realisasi pelaksanaan anggaran pendapatan belanja nagari.

4.3.1.1 Catatan yang diusulkan dalam Penatausahaan Penerimaan Kas dari

Pendapatan Dana Transfer Nagari

Pada prosedur penatausahaan yang dilakukan sebelumnya oleh Bendahara Nagari,

maka penulis mengusulkan adanya buku rincian pendapatan. Buku ini merupakan

buku pembantu untuk mengklasifikasi dan mengelompokkan rincian pendapatan yang

diterima agar pada saat menyusun laporan realisasi APB nagari tidak mengalami

kesulitan.

4.3.1.2 Dokumen yang diusulkan pada Penatausahaan Penerimaan Kas dari

Pendapatan Transfer Nagari

Adapun dokumen tambahan diusulkan penulis adalah:

1. Laporan pertanggungjawaban bendahara. Laporan ini berfungsi untuk pengawasan

terhadap kas nagari. Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun

2014 pasal 39 yang menyebutkan bahwa laporan pertanggungjawaban

disampaikan setiap bulan kepada Wali Nagari dan paling lambat tanggal 10 bulan
80
berikutnya. Laporan pertanggungjawaban tersebut berasal dari buku kas umum,

buku kas pembantu pajak dan buku bank harus dibuat oleh Bendahara Nagari.

2. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Nagari.

Laporan realisasi ini menggambarkan realisasi pendapatan, belanja dan

pembiayaan selama semester 1 dibandingkan dengan target dan anggarannya.

Sedangkan laporan realisasi pelaksanaan APB nagari semester akhir tahun

menggambarkan realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan sampai dengan

akhir tahun, jadi bersifat akumulasi hingga akhir tahun anggaran ( lampiran 9 ).

4.3.1.3 Kegiatan Pokok dalam Penatausahaan Penerimaan kas dari Pendapatan

Transfer Nagari

1. Wali Nagari dibantu oleh Sekretaris Nagari menyiapkan dokumen-dokumen

yang dibutuhkan dalam pengajuan dana, seperti permohonan penyaluran ADN

dan DD, surat verifikasi Camat, berita acara verifikasi oleh Camat, laporan

realisasi ADN dan DD per tahap, peraturan nagari tentang Rencana kerja

pemerintah nagari, peraturan nagari tentang rencana pembangunan jangka

menengah nagari, SK Wali Nagari, kwitansi penerimaan bermaterai, fotocopy

rekening kas nagari, pakta integritas. Lalu menyerahkan pada DPPKA kabupaten

melalui camat bagian pemerintahan, Wali nagari pun diberi nomor SP2D dan

kwitansi rangkap 1 kembali dan menyerahkan nya pada Bendahara agar

melakukan pencairan uang ke bank umum yang ditunjuk, dalam hal ini bank

umum yang ditunjuk adalah bank nagari.

2. Bendahara melakukan pencairan dana ke bank nagari dan memprint buku

tabungan nagari, lalu mencatat ke dalam buku bank, dan buku rincian pendapatan
81
berdasarkan kwitansi yang diterima yang telah dicocokkan dengan penerimaan

dari bank. Setiap akhir bulan bendahara harus melakukan tutup buku pada buku

bank, buku rincian pendapatan secara tertib.

3. Sekretaris Nagari menerima buku bank dan buku rincian pendapatan dari

bendahara untuk diverifikasi dan menyerahkan kembali pada bendahara untuk

dibuatkan laporan realisasi pelaksanaan anggaran, lalu menyerahkan kembali

kepada Sekretaris Nagari untuk diperiksa pencatatan yang dilakukannya.

4. Setelah Sekretaris Nagari menerima laporan realisasi pelaksanaan anggaran dari

Bendahara Nagari, maka Sekretaris memberikannya pada Wali Nagari untuk

diotorisasi.

5. Laporan realisasi pelaksanaan anggaran yang telah diotorisasi diserahkan

kembali pada Sekretaris Nagari untuk di arsip.

6. Berdasarkan buku pembantu Bank Nagari dan buku rincian pendapatan, maka

Bendahara membuat laporan pertanggungjawaban, dan menyerahkannya pada

Sekretaris Nagari untuk diverifikasi.

7. Berdasarkan laporan pertanggungjawaban yang diperoleh oleh Sekretaris Nagari,

maka laporan pertanggungjawaban pun dicocokkan dengan buku pembantu bank

nagari dan buku rincian pendapatan dan melanjutkannya pada Wali Nagari untuk

diotorisasi.

8. Setelah Wali Nagari mengotorisasi maka laporan pertanggungjawaban, buku

pembantu bank, dan buku rincian pendapatan pun diserahkan kembali pada

Bendahara Nagari untuk diarsip.

82
4.3.1.4 Bagan Alir Sistem Penerimaan Kas dari Dana Transfer Nagari

Wali Nagari Bendahara Nagari

1 3
5
6 9
Mulai
Nomor SP2D
Kwitansi
Nomor SP2D Buku penerimaan
Bank
Kwitansi
LRA Buku BPB
penerimaan
Menyiapkan BPB Rincian
dokumen-dokumen Pend. BRP
pencairan dana
nagari dibantu BRP
Melakukan
Sekna
pencairan Membuat Membuat
Per
Memeriksa& LPJ dana ke Lap. LRA
bul
bank Pert,bend
mengotorisas an
ahara
Pakta Integritas i
BPB
Nomor SP2D BPB
Fk rek kas nagari
Kwitansi BRP
Memeri BRP
Kwitansi penerimaan
LRA ksa &
penerimaan mengot LPJ
LRA

SK wali nagari orisasi


Mencatat
Perna RPJM ke dalam
BPB&BRP
Perna RKP
BPB
LP Realisasi 4
8
per tahap Nomor SP2D 7
LP BRP
penyelenggaran Kwitansi 10
penerimaan
Perna
LPJ BPB
Berita acara
BPB
verifikasi BRP
Surat verifikasi
BRP
camat
Peromohonan LPJ
peny. dana

10 2 T

selesai

DPPKA Kabupaten
melalui camat
bagian pemerintahan

Nomor SP2D
Kwitansi
penerimaan

Gambar 4.1Usulan Bagan Alir Penerimaan Kas Nagari

83
Sekretaris Nagari

2 4 7

BPB BPB
Nomor SP2D

Kwitansi BRP BRP


penerimaan

BPB LRA LPJ

BRP

memveri
fikasi
Memverifika 5 6
si
berdasarkan
APBN BPB

8 BRP
Nomor SP2D
LPJ
Kwitansi
penerimaan

BPB LRA

BRP

APBN

T 9

3
LRA : Laporan Realisasi Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan Belanja Nagari
LPJ : Laporan Pertanggungjawaban Bendahara
Perna RPJM : Peraturan Nagari tentaang rencana Pembangunan
Jangka Menengah
Perna RKP : Peraturan Nagari tentang Rencana Kerja
Pemerintah
LP Realisasi per tahap :Laporan Realisasi per tahap
LP Penyelenggaraan perna: Laporan Penyelenggaraan Peraturan Nagari
BRP : Buku Rincian Pendapatan
BPB : Buku Pembantu Baank
Nomor SP2D : Nomor Surat Perintah Pencairan Dana
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari

Gambar 4.2 Lanjutan Usulan Bagan Alir Penerimaan Kas Nagari

84
4.3.1.5 Sistem Pengendalian Intern

Unsur sistem pengendalian intern yang terdapat dalam penerimaan kas Nagari adalah:

1. Lingkungan Pengendalian

a. Melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat lainnya dengan tingkatan

yang lebih rendah. Wali Nagari dan seluruh pegawai harus mencipatakan dan

memelihara lingkungan organisasi yang baik dengan cara adanya pemisahan

tugas pada masing-masing pegawai, menegakkan tindakan disiplin yang tepat

atas penyimpangan terhadap kebijakan dan prosedur yang berlaku serta

memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan

fungsi masing-masing pegawai kantor Wali Nagari Sicincin.

2. Penilaian Resiko

Wali Nagari sebagai pimpinan dalam pemerintahan nagari harus melakukan

penilaian risiko dengan cara membuat pernyataan dan arahan spesifik dan terukur.

a. Bendahara Nagari membuat laporan pertanggungjawaban bendahara setiap

bulan.

b. Sekretaris memeriksa buku pembantu bank naagari dan buku rincian

pendapatan setiap bulan.

c. Wali Nagari memeriksa dan mengotorisasi buku bank dan buku rincian

pendapatan setiap bulan.

3. Informasi dan komunikasi

85
Informasi penerimaan kas nagari dari dana transfer nagari dicatat oleh Bendahara

ke dalam buku bank dan buku rincian pendapatan.

3. Pemantauan Pengendalian Intern

a. Sekretaris dan Wali Nagari harus mengetahui setiap transaksi penerimaan dan

pengeluaran dana nagari.

b. Otorisasi atas kejadian yang penting seperti tanda tangan yang dibubuhkan

oleh Wali nagari pada bukti dan pencatatan transaksi penerimaan.

c. Setiap transaksi langsung dicatat agar hasil yang didapatkan akurat dan

efisien

d. Dokumentasi yang baik atas transaksi penerimaan.

e. Kegiatan penerimaan diklasifikasikan sesuai dengan jenis kegiatan

menggunakan buku rincian pendapatan.

4.3.2 Penatausahaan Pengeluaran Kas Nagari

Pada penatausahaan pengeluaran kas nagari ini penulis menambahkan beberapa

catatan akuntansi seperti buku pembantu kegiatan dan laporan pertanggungjawban

bendahara, serta beberapa perbaikan-perbaikan formulir yang digunakan bendahara.

4.3.2.1 Catatan yang diusulkan dalam Penatausahaan Pengeluaran Kas Nagari

Catatan yang diusulkan dalam perbaikan penatausahaan pengeluaran adalah buku

pembantu kegiatan.

86
Buku pembantu kegiatan berisi rincian pengeluaran dan jumlah pengeluaran yang

dilakukan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan. Buku pembantu kegiatan ini

dibuaat oleh Pelaksana Kegiatan sebagai catatan akuntansi yang digunakan atas

penggunaan kas nagari.

4.3.2.2 Dokumen yang diusulkan dalam Penatausahaan Pengeluaran Kas Nagari

Perbaikan Dokumen yang diusulkan penulis adalah:

1. Format rencana anggaran biaya yang digunakan saat ini tidak ada mencantumkan

kolom verifikasi oleh Sekretaris Desa. Maka disarankan agar membuat kolom

verifikasi oleh Sekretaris desa, sebagai tanda bahwa Sekretaris desa ikut berperan

dalam memverifikasi rencana anggaran biaya yang disiapkan olek Pelaksana

Kegiatan.

2. Format surat permintaan pembayaran yang saat ini digunakan saat ini tidak

memiliki informasi nomor SPP, sebaiknya agar dibuatkan informasi nomor SPP

yang gunanya agar mudah penelusuran ke dokumen sumber.

3. Laporan pertanggung jawaban Bendahara kepada Wali Nagari.

Sesuai dengan Permendagri pasal 35 ayat 2 disebutkan bahwa Bendahara wajib

melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib, dan

mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban bendahara,

maka Bendahara wajib melaporkan jumlah saldo kas tunai, saldo kas yang ada di

87
rekening kas nagari dan jumlah rekapitulasi posisi kas di Bendahara Nagari.

Laporan ini berguna untuk pengawasan terhadap kas nagari.

4.3.2.3 Kegiatan Pokok Dalam Pelaksanaan Penatausahaan Pengeluaran Kas

Nagari

1. Pelaksana Kegiatan mengajukan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan

dengan membuat rencana anggaran biaya, rencana anggaran biaya ini harus

diverifikasi oleh Sekretaris Nagari. Setelah mengajukan rencana anggaran biaya

maka Pelaksana Kegiatan membuat surat permintaan pembayaran berdasarkan

bukti transaksi, Sekretaris bertugas untuk memverifikasi dengan cara meneliti

kelengkapan SPP, menghitung kebenaran perhitungan tagihan, menguji

ketersediaan dana, lalu melanjutkan nya pada Wali Nagari untuk diotorisasi

apabila telah sesuai.

2. Wali Nagari mengecek kembali dan mengotorisasi SPP beserta dokumen

pendukung lainnya, dan memerintahkan Bendahara agar melakukan perintah

pembayaran uang atas kegiatan yang dilaksanakan Pelaksana Kegiatan.

3. Bendahara melakukan penarikan uang ke bank dengan mengisi bukti slip

penarikan 2 rangkap sejumlah SPP dari pelaksana kegiatan. Bendahara menerima

slip penarikan rangkap 2 dari bank. Pencatatan yang dilakukan oleh Bendahara

adalah mencatat ke dalam buku kas umum, sesuai dengan item pengeluaran

penggunaan kas, lalu mencatat ke dalam buku bank karena penarikan

mengurangi saldo bank, dan menggunakan buku pembantu pajak apabila ada

88
pengeluaran yang pajaknya di pungut oleh Bendahara Nagari. Uang diserahkan

pada Pelaksana Kegiatan.

4. Pelaksana Kegiatan melakukan pembayaran dan mencatat ke dalam buku

pembantu kegiatan berdasarkan SPP, SPTB dan bukti transaksi yang telah

diotorisasi oleh Sekretaris dan Wali Nagari.

5. Sekretaris menerima laporan realisasi pelaksanaan anggaran belanja nagari

beserta buku kas umum, buku bank dan buku pembantu pajak dan

memverifikasinya berdasarkan SPP, SPTB dan bukti transaksi, lalu dilanjutkan

pada wali nagari untuk diperiksa dan diotorisasi.

6. Laporan realisasi pelaksanaan anggaran belanja nagari yang telah diotorisasi

Wali Nagari di kembalikan pada sekretaris untuk di arsip. Buku kas umum, buku

bank dan buku pembantu pajak di kembalikan pada bendahara.

7. Berdasarkan buku kas umum, buku bank, dan buku pembantu pajak maka

bendahara membuat laporan pertanggungjawaban Bendahara kepada wali nagari

melalui sekretaris untuk diverifikasi terlebih dahulu setiap akhir bulan, setelah

diotorisasi Wali Nagari maka bendahara mengarsip Laporan pertanggungjawaban

tersebut berdasarkan tanggal.

89
4.3.2.4 Bagan Alir Sistem Pengeluaran Kas Nagari

Pelaksana Kegiatan
Mulai 3 10 Bendahara

uang
Membuat Bukti transaksi
RAB 3
RAB 3
SPTB 3
SPP 3 Pihak Ke tiga
Membuat SPP,
3 SPTB
berdasarkan
2 bukti transaksi
T
RAB 1
BPK
3
2
Bukti transaksi 1
3
1
2
SPTB 1

2
SPP 1

Keterangan :
RAB : Rencana Anggaran Biaya
SPP : Surat Permintaan pembayaran
SPTB : Surat Permintaan Tanggungjawab Belanja
BKU : Buku Kas Umum
BB : Buku Bank
BPP : Buku Pembantu Pajak
BPK : Buku Pembantu Kegiatan
APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Nagari
LRA : Laporan Realisasi Anggaran
LPJ : Laporan Peratanggungjawaban Bendahara

Gambar 4.3 Usulan Bagan Alir Sistem Pengeluaran Kas Nagari

90
Sekretaris Nagari
1 6 9 11

3 LRA
Bukti
2 3 transaksi 2 BPB
RAB 1 2
SPTB 2
Bukti transaksi 1 BKU
SPP 2 BP
3
2
SPTB 1
Memeriksa 5
berdasarkan 3
APBN 2 diverifikasi
RAB 2 SPP 1
APBN
Bukti
3 transaksi 2
2 SPTB 2
RAB 1
SPP 2
LRA

Memeriksa
T BPB
berdasarkan
RAB BKU

2 BP

RAB 2

2 13
T 12
Bukti transaksi 1
3
2 13 15
SPTB 1

3
2 BPB
LRA
SPP 1 BKU

BP
LPJ

diverifikasi

BPB
BKU

BP
LPJ

16 17

Gambar 4.4 Usulan Bagan Alir Sistem Pengeluaran Kas Nagari

91
Wali Nagari
7 13
2

3 3 LRA

2 2

RAB 1 Bukti transaksi 1


3
2 diotorisasi
SPTB 1
3
2
disahkan SPP 1 LRA

3
2
14
RAB 1

Disetujui
untuk
3 16
dibayarkan

4 5 3
2 LPJ
Bukti transaksi 1

3
2 diotorisasi
SPTB 1
3
2 LPJ
SPP 1

18

8 9

10

Gambar 4.5 Lanjutan Usulan Bagan Alir Sistem Pengeluaran Kas Nagari

92
Bendahara Nagari
4 8 12

RAB 1 Bukti transaksi 1 BPB


BKU
SPTB 1
BP
SPP 1

Membuat
LPJ

Menarik
uang ke
bank BPB
BKU
Mengisi
BP
slip
penarikan LPJ

2
Slip
bank Penarikan 1

Menerima 15
uang

Slip penarikan 17 18
2
uang
Pelaksana
Kegiatan
BPB LPJ
Slip penarikan
2 BKU

Bukti transaksi 1 BP

SPTB 1
T
SPP 1

Selesai
T
T

Mencatat ke
dalam BPB,
BKU, BP, dan
membuat LRA

LRA

BPB
BKU

BP

11

Gambar 4.6 Lanjutan Usulan Bagan Alir Sistem Pengeluaran Kas Nagari

93
4.3.2.5 Sistem Pengendalian Intern Penatausahaan Pengeluaran

1. Lingkungan Pengendalian, adanya pemisahan tugas setiap pengelola

keuangan.Wali Nagari melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses

penetapan tujuan kegiatan. Wali nagari sebagai pengguna anggaran nagari

mengetahui kegunaan pengeluaran kas nagari.

2. Kegiatan Pengendalian

a. Otorisasi atas kejadian penting, serta akuntabilitas terhadap sumber daya dan

pencatatan nya.

b. Pengendalian kelengkapan pelaksanaan rekonsiliasi setiap akhir bulan.

c. Pengendalian akurasi pencatatan, pelaporan, dan penambahan catatan dan

dokumen yang digunakan.

d. Kegiatan pengeluaran diklasifikasikan sesuai dengan jenis kegiatan

menggunakan buku pembantu kegiatan.

e. Setiap pengeluaran di dukung dengan bukti transaksi.

3. Informasi dan Komunikasi

Penggunaan kas nagari di catat dalam buku kas umum, buku bank dan buku

pembantu pajak, serta pelaksana kegiatan menggunakan buku pembantu

kegiatan. Laporan pertanggungjawaban yang dibuat bendahara dibuat guna untuk

mencatat secara jelas penggunaan dan penerimaan kas nagari setiap bulannya.

4. Pemantauan dan Pengendalian

a. Adanya verifikasi sekretaris nagari terhadap rencana anggaran biaya nagari

94
b. Adanya pencantuman nomor SPP pada form SPP, yang mempermudah

melakukan penelusuran apabila adanya pemeriksaan.

c. Diawasinya pencatatan yang dilakukan oleh bendahara nagari, agar membuat

laporan tidak lagi melakukan kesalahan.

d. Pencatatan yang dilakukan secara tepat waktu.

e. Adanya otorisasi untuk setiap kegiatan.

f. Wali nagari mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh pelaksana kegiatan

95
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Penatausahaan keuangan nagari adalah kegiatan pencatatan yang khususnya

dilakukan oleh Bendahara Nagari. Bendahara wajib melakukan seluruh pencatatan

transaksi secara sistematis dan kronologis sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.

Bendahara wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta

melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib dan bendahara wajib

mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban Bendahara

Desa yang paling lambat disampaikan pada Kepala Desa tanggal 10 bulan berikutnya.

Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran menggunakan buku kas umum, buku kas

pembantu pajak, buku bank, dan buku kas pembantu kegiatan. Maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa penatausahaan penerimaan dan pengeluaran kas nagari

berdasarkan Peraturan Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 dengan aturan teknis

dan petunjuk pelaksanaan BPKP belum sesuai karena staf yang melakukan

penatausahaan di Nagari Sicincin belum dipisah dengan staf urusan bagian

pemerintahan sehingga belum jelas tugas pokok dan fungsi dari Bendahara Nagari

tersebut, Bendahara tidak membuat laporan pertanggungjawaban terhadap Wali

Nagari, dan tidak ada melakukan tutup buku setiap akhir bulan.

Bendahara juga belum menggunakan format yang sesuai dalam rencana

anggaran biaya karena tidak ada bukti bahwa ada verifikasi Sekretaris Desa, dan surat

96
permintaan pembayaran yang tidak mencantumkan nomor SPP sehingga sulit untuk

melakukan penelusuran apabila ada pemeriksaan.

5.2 Saran

Penulis menyarankan agar :

1. Dibentuknya Bendahara khusus untuk melakukan pencatatan keuangan nagari,

sehingga proses pencatatan untuk mmbuat laporan keuangan nagari dapat berjalan

dengan baik.

2. Bendahara diharapkan dapat memahami proses penatausahaan dengan baik dengan

melakukan tutup buku setiap bulan dan membuat laporan pertanggungjawaban

Bendahara Desa, sehingga jelas jumlah uang yang ada di rekening desa setiap

bulannya.

3. Dalam pembuatan surat permintaan pembayaran agar mencantumkan nomor SPP

agar mudah menelusuri dokumen-dokumen yang digunakan dalam pengeluaran

kas desa.

4. Wali Nagari dan Sekretaris Nagari agar lebih memperhatikan pengawasan terhadap

keuangan nagari.

5. Semua perangkat nagari dapat memahami tugas pokok dan fungsi maing-masing

bagian, agar terpenuhinya azas-azas pengelolaan keuangan yang tertib, disilpin

anggaran, transparan, partisipatif, dan akuntabel.

97
98

Anda mungkin juga menyukai