TENGAH
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daerah secara optimal dan terpadu dalam mengisi otonomi Daerah yang
Desa.
Daerah yang lebih nyata dan bertanggung jawab serta bertujuan untuk
tidak lain berangkat dari konteks empirik dan berpijak pada idealisme
sama. Pergantian dari UU No. 5 Tahun 1974 di rasa perlu karena dinilai
lebih cenderung bernuansa sentralistik karena menekankan desentralisasi
berdasarkan asal-usulnya.
otonomi bagi pemerintah desa. Oleh karena itu, Undang-undang ini terdiri
harus terjalin hubungan yang harmonis antara Kepala Desa dan Badan
(botton-up).
lingkup Desa harus bisa memainkan peran dan fungsinya secara optimal
baik itu sebagai seorang pelayan masyarakat maupun sebagai perantara
tindak lanjuti oleh seorang Kepala Desa agar apa yang menjadi tujuan
B. Rumusan Masalah
berikut:
1. Tujuan Penelitian
Tengah.
2. Manfaat Penelitian
b. Manfaat Teoritis
Darusallam Ambon .
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode adalah suatu prosedur atau cara-cara untuk mengetahui sesuatu yang
mempunyai langkah-langkah sistimatis (Husaini Usman dan Purnomo Setiady, 2006: hal
42).
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu menentukan jenis penelitian yang dipakai,
agar dalam melakukan penelitian, peneliti dapat dengan mudah melakukan penelitian
tersebut. Jenis penelitian yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan
tipe deskriptif. menurut Hadari Nawawi, “Metode penelitian deskriptif dapat diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan subyek-subyek penelitian (seseorang, lembaga masyarakat dan
sebagainya), berdasarkan fakta-fakta yang nyata atau sebagaimana adanya” (Hadari
Nawawi, 2003, hal 67).
Selanjutnya metode penelitian deskripsi ini sering disertai ciri-ciri sebagai berikut:
Sejalan dengan permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini, maka
dalam penelitian ini membutuhkan informasi yang akan mendukung dalam memperoleh
data. Adapun unit informan yang akan memberikan informasi kepada peneliti yaitu
kepala desa, sekretaris desa, staf desa, BPD, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi
pemuda, dan unsur RW yang dianggap relevan dalam arti tepat untuk dijadikan sumber
data utama yang diperlukan.
B. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian yang peneliti tetapkan adalah Rasabou Kecamatan Sape
Kabupaten Bima, karena sesuai dengan judul yang penulis ajukan yaitu “Fungsi Kepala
Desa Sebagai Mediator Dalam Pelaksanaan Pembangunan Di Desa Rasabou Kecamatan
Sape Kabupaten Bima”.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah “semua elemen atau individu yang dapat dijadikan subyek penelitian”.
(Sutrisno Hadi, 2004:24). Berdasarkan pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan
populasi adalah semua elemen yang dapat dijadikan subyek penelitian. Dalam penelitian
ini yang menjadi subyek dalam populasi adalah seluruh aparat Pemerintah Desa dan
masyarakat serta organisasi-organisasi sosial yang ada di Desa Rasabou, yaitu sebanyak
30 orang.
2. Sampel
“Dalam purposive sampling pemilihan sekelompok subyek didasari atas ciri-ciri atau
sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri
atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.Sampling purposive dikenal
juga sebagai sampling pertimbangan, terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan pribadi”. (Sutrisno Hadi,
1984:122).
Sekdes : 1 orang
BPD : 5 orang
Unsur RW : 5 orang
Jumlah : 30 orang
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengamati suatu
fenomena secara langsung. Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling
efektif adalah melengkapinya dengan sistematis terhadap apa yang diteliti (Nurkancana,
2006:18). Sedangkan menurut pendapat Arikunto adalah: Metode observasi atau yang
disebut dengan pengamatan meliputi, kegiatan pemusatan perhatian terhadap kejadian
dengan menggunakan metode observasi (2007:204).
Berdasarkan kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan metode observasi adalah suatu penelitian atau penyelidikan yang dilakukan
dengan cara mengamati langsung gejala-gejala yang akan diteliti.
Adapun permasalahan yang akan diobservasi oleh peneliti adalah berkaitan dengan
pembangunan infrastruktural pedesaan serta kinerja aparatur Pemerintah Desa
termasuk di dalamnya Kepala Desa.
2. Metode Interview
Menurut Drs. Wayan Nurkencana mengatakan bahwa yang dimaksud dengan metode
interview adalah ”suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan
pertanyaan secara lisan kepada sumber data dan juga memberikan jawaban secara lisan
pula” (2000:61).
Unsur-unsur yang akan menjadi responden dalam penelitian ini sebagai berikut:
Sekdes : 1 orang
BPD : 5 orang
Unsur RW : 5 orang
Jumlah : 30 orang
Teknik wawancara yang akan digunakan oleh peneliti adalah wawancara terstruktur,
karena dengan menggunakan teknik terstruktur peneliti akan mudah mendapatkan
data-data yang dianggap urgen dan relevan dengan penelitian.
3. Metode Dokumentasi
Menurut Abdurrahim metode dokumentasi adalah suatu tehnik atau cara dalam
mengumpulkan data dengan melalui dokumen atau catatan yang diperlukan dalam
penelitian ((2007:26).
Adapun data-data yang akan diambil oleh peneliti adalah Peraturan Desa, klasifikasi
tingkat pendidikan aparat Pemerintah Desa, orbitasi atau jarak tempuh Desa, jumlah
penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin.
E. Metode Analisis Data
Dari data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini, tehnik analisis yang akan
digunakan yaitu secara kualitatif, dengan didukung oleh penggunaan tabel distribusi
frekuensi.
BAB IV
1. Letak Geografis
Kalau diamati secara administratif, maka Desa Rasabou yang menjadi lokasi penelitian
dalam penulisan skripsi ini, termasuk salah satu Desa dalam Wilayah Kecamatan Sape
Kabupaten Bima. Desa Rasabou dengan luas wilayah 549,68 Ha dengan areal
pemukiman seluas 27,61 Ha, dengan posisi diapit atau berbatasan dengan Desa
sebagaimana tabel 1 berikut ini:
Sumber Data : Data Daftar Isian Dasar Profil Desa Rasabou 2009
Selanjutnya, jika dilihat dari orbitasi atau jarak tempuh, maka Desa Rasabou berjarak
dari pusat pemerintahan Kecamatan sepanjang 1 km sedangkan jarak ke Ibu Kota
Kabupaten sepanjang 45km. Kemudian, jika dilihat dari waktu tempuh, maka dari Desa
Rasabou ke Pusat Pemerintahan Kecamatan memakan waktu 5 menit, sedangkan waktu
tempuh dari Desa Rasabou ke Ibu Kota Kabupaten memakan waktu 1,5 Jam.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Desa Rasabou tidak dapat diklasifikasikan
sebagai Wilayah/Desa terisolir, walaupun dapat dikategorikan wilayah pedesaan, karena
Wilayah Desa Rasabou dapat ditempuh dalam waktu 1,5 Jam atau 90 Menit ke Ibu Kota
Kabupaten.
Untuk lebih jelasnya, keadaan orbitasi atau jarak tempuh Desa Rasabou tersebut,
terlihat dengan jelas sebagaimana tertera pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Orbitasi Dan Jarak Tempuh Desa Rasabou Kecamatan Sape Kabupaten Bima
No. Orbitasi dan Jarak Tempuh Keterangan
Sumber Data : Data Daftar Isian Dasar Profil Desa Rasabou 2009
2. Pemerintahan
Pemerintahan yang baik akan mempertimbangkan segala aspek yang diperlukan oleh
masyarakat dengan tujuan ke arah yang lebih baik. Pemerintah yang baik akan menata
sedemikian rupa agar roda pemerintahan dapat dilaksanakan dan diimplementasikan
secara adil dan merata sehingga kesejahteraan dapat dicapai oleh semua unsur yang ada
di dalamnya terutama lapisan masyarakat.
Di samping itu pemerintah yang baik adalah pemerintah yang dapat mempergunakan
dan memanfaatkan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia secara efektif dan
efisien sehingga apa yang menjadi tujuan bersama dapat tercapai.
Untuk mengetahui tingkat pendidikan pemerintah desa, dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
1. SD/Sederajat 1 10
2. SMP/ Sederajat 3 30
3. SMA/ Sederajat 4 40
4. Sarjana Muda 1 10
5. Sarjana 1 10
Jumlah 10 100
Untuk meningkatkan produksi pertanian tidak cukup hanya diperlukan tanah yang
subur, akan tetapi teknologi pertanian modern, teknik pengolahan, pengairan dan
pemeliharaan juga sangat menentukan banyak sedikitnya hasil pertanian.
Adapun jenis-jenis pertanian yang ada dan dikerjakan oleh masyarakat Desa Rasabou
adalah:
1. Padi
2. Bawang merah
3. Kedelai
4. Jagung
5. Kacang tanah
6. Umbi-umbian
7. Sayur-sayuran.
4. Pendidikan
Pendidikan salah satu sumber utama dalam mengatur, mengelola, dan menata ditiap
aspek kehidupan agar melancarkan pembangunan dan meningkatkan kinerja
pemerintahan Desa, tingkat pendidikan merupakan batu loncatan dalam mncerminkan
setiap jenis pekerjaan dan memberikan kejernihan disetiap arus yang ditempuh. Untuk
itu agar terbentuk pemerintahan Desa yang lebih baik diperlukan pendidikan yang lebih
baik pula, baik itu dari aparat pemerintah Desa maupun masyarakat secara umum. Oleh
karena itu, untuk mengetahui tingkat pendidikan penduduk dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut :
2. SD/sederajat 444
3. SMP/sederajat 1.362
4. SMA/sederajat 1.654
5. D-1 25
6. D-2 47
7. D-3 52
8. S-1 112
9. S-2 -
10. S-3 -
Jumlah 4.191
Sumber Data : Data Daftar Isian Dasar Profil Desa Rasabou 2009
B. Fungsi dan Tugas Kepala Desa Menurut Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005
Tentang Desa dan Menurut Perda No. 8 Tahun 2006 Tentang Perangkat Desa.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai Kepala Desa, maka Kepala Desa mempunyai hak,
wewenang dan kewajiban yaitu mengatur rumah tangga sendiri dan merupakan
penyelenggara serta penanggung jawab utama dalam bidang pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan urusan
pemerintahan Desa, urusan pemerintah umum termasuk pembinaan ketentraman dan
ketertiban sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
menumbuhkan serta mengembangkan jiwa gotong royong masyarakat sebagai sendi
utama pelaksanaan pembangunan Desa.
Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 8 Tahun 2006 tentang perangkat Desa di
dalam pasal 1 point (g) bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batasan-batasan wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kepala Desa mempunyai tugas penyelengaraan urusan pemerintahan, pembangunan,
dan kemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Paragraf 2 pasal 14 ayat 2 menjelaskan
tentang wewenang Kepala Desa adalah sebagai berikut:
4. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan Desa mengenai APB Desa untuk
dibahas dan ditetapkan bersama BPD.
8. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa
untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sebagaimana yang dimaksud di atas dalam melaksanakan tugas dan wewenang Kepala
Desa, maka sesuai pada paragraf 2 pasal 15 ayat 1 menjelaskan bahwa Kepala Desa
mempunyai kewajiban adalah sebagai berikut :
5. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan Desa yang bersih dan bebas dari Kolusi,
Korupsi dan Nepotisme.
13. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat.
15. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.
Menurut Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2006 Kabupaten Bima tentang perangkat Desa
dalam pasal 2 ayat 1 bahwa perangkat Desa berkedudukan sebagai staf yang membantu
Kepala Desa dalam urusan penyelenggaraan pemerintah Desa dan pasal 2 ayat 2 bahwa
perangkat Desa terdiri dari sekretaris Desa dan perangkat Desa lainnya serta pada pasal
2 ayat 3 bahwa perangkat Desa lainnya yaitu point (a). Sekretariat Desa minimal 5 (lima)
orang kepala urusan dan point (b). Unsur kewilayahan terdiri dari minimal 2 (dua) orang
Kepala Dusun.
Adapun Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2006 Kabupaten Bima yang menyebutkan
kedudukan, tugas, dan fungsi Kepala Desa sebagai berikut :
2. Pemerintah Desa mempunyai tugas menjalankan urusan rumah tangga Desa dan
urusan pemerintahan umum serta menumbuhkan jiwa gotong royong masyarakat dalam
pelaksanaan pemerintahan Desa di wilayahnya.
Dalam menjalankan fungsi Kepala Desa Rasabou sebagai Mediator melakukan dua hal
yang sering dilaksanakan sesuai dengan wawancara peneliti dengan Kepala Desa
Rasabou adalah 1. Penyelesai konflik, 2. Penampung dan penyalur aspirasi masyarakat
kepada pemerintah atasan, dan 3. Menjalankan segala program-program yang
dicanangkan oleh Kepala Desa sendiri maupun program-program dari
pemerintah. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan seperti dibawah ini:
1. Penyelesai Konflik
Kepala Desa merupakan salah satu unsur pimpinan tertinggi di lingkungan pedesaan,
dalam menyelesaikan konflik-konflik diwilayahnya tentu akan melalui prosedur-prosedur
berdasarkan undang-undang, peraturan pemerintah, maupun peraturan daerah.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan responden (ketua RW) ada beberapa langkah
yang dilakukan Kepala Desa adalah:
Dari tanggapan masyarakat pada umumnya, Kepala Desa cukup baik dalam
melaksanakan fungsi sebagai mediator karena setiap aspirasi masyarakat langsung
disalurkan dan implementasikan oleh aparat Desa. Dalam halnya Desa Rasabou
Kecamatan Sape sering terjadi perkelahian antar warga. Berikut wawancara peneliti
dengan salah satu warga Desa :
“Setiap tahun perkelahian warga tetap terjadi, lebih-lebih pada saat lebaran bulan
puasa, masyarakat yang melakukan jiarah kubur. Dalam penyelesaian masalah tersebut
Kepala Desa melakukan tindakan dan pemahaman terhadap kehidupan bermasyarakat”
(www. 15 Maret 2009).
Situasi keamanan Desa Rasabou cukup dikenal oleh masyarakat Bima pada umumnya,
pada saat lebaran, masyarakat Rasabou menjadi pusat perhatian dan tempat para
aparat keamanan turun langsung di tempat yang dimaksud. Dalam mengatasi masalah
tersebut Kepala Desa cukup professional dalam memetakkan permasalahan. Berikut
wawancara peneliti dengan Sekretaris Desa:
Prinsip dasar sebagai landasan pemikiran perubahan nama init tetap mengakomodir
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokrasi dan pemberdayaan masyarakat
desa dengan tujuan bahwa penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pelaksanaan
pembangunan Desa tetap memperhatikan aspirasi masyarakat melalui wadah Badan
Permusyawaratan Desa sebagai mitra Pemerintahan Desa dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
Dalam melaksanakan segala aspirasi masyarakat Desa Rasabou, Kepala Desa melakukan
penyaringan aspirasi dimana mengklarifikasikan mana aspirasi yang jangka pendek dan
mana yang jangka panjang. Setelah diklarifikasikan Kepala Desa mempresentasikan
kepada jajarannya untuk dilaksanakan bersama jajarannya. Kemudian aspirasi-aspirasi
tersebut disampaikan dan dikonsultasikan kepada pemerintah sehingga dapat
dilaksanakan atau direalisasikan kepada masyarakat Desa Rasabou.
Jika Kepala Desa menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam hal
pembangunan Desa, Kepala Desa cukup proporsional dalam memilah dan memilih
setiap aspirasi yang diterima.
3. Menjalankan segala program-program yang dicanangkan oleh Kepala Desa
sendiri maupun program-program dari pemerintah
Jika program yang disosialisasikan tanggapannya baik dari masyarakat maka dilakukan
realisasi di lapangan dan pemetaan program sesuai dengan situasi dan kondisi wilayah
yang bersangkutan. Setelah dilaksanakan program untuk kesejahteraan masyarakat,
maka Kepala Desa melakukan evaluasi bersama staf-staf Desa untuk mencari kelemahan
dan kelebihan dari program sehingga ke depan dapat ditingkatkan lagi program tersebut
atau diberhentikan. Namun secara tidak langsung kepala desa yang bersangkutan cukup
memuaskan dalam menjalankan program-program pembangunan desa.
Dalam menjalankan fungsi kepala desa sebagai mediator tidak terlepas dengan
sosialisasi kepala desa, Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Kepala Desa sebagai
Mediator atau sebagai perantara terhadap pelaksanaan program pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintah Desa beserta stafnya, dapat dilihat dari jawaban responden
berikut ini :
Tabel 6. Tanggapan Responden terhadap fungsi Kepala Desa sebagai Mediator dalam
Pelaksanaan Pembangunan di Desa Rasabou Kecamatan Sape Kabupaten Bima
1 2 3 4
1. Sangat efektif 12 40
2. Efektif 5 16,7
3. Cukup efektif 9 30
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel tersebut di atas, maka tampak bahwa tanggapan responden terhadap
fungsi Kepala Desa sebagai Mediator dalam pelaksanaan pembangunan di Desa Rasabou
sebagai berikut : sejumlah 12 orang atau 40 % responden menilai sangat efektif,
sebanyak 5 orang atau 16,7 % responden menilai efektif, sejumlah 9 orang atau 30 %
responden memberi tanggapan cukup efektif, sebanyak 2 orang atau 6,67 % responden
menilai kurang efektif, dan sebanyak 2 orang atau 6,67 % responden yang menilai tidak
efektif. Berdasarkan prosentase efektifitas kerja Kepala Desa tersebut terlihat bahwa
Kepala Desa cukup efektif dalam menjalankan fungsinya sebagai Mediator walaupun
masih perlu ditingkatkan lagi.
Dari wawancara peneliti dengan salah satu ketua RW, dimana peneliti menanyakan
tentang bagaimana kinerja Kepala Desa sebagai Mediator bahwa:
“Saya melihat dalam menyalurkan segala usulan atau pendapat dari warga pada
umumnya Kepala Desa cukup respon serta bijak dalam menentukan sikap sebagai
pimpinan wilayah” (www. 16 Maret 2009).
Berdasarkan dari hasil wawancara di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam
melaksanakan fungsinya sebagai Mediator Kepala Desa cukup memberikan jalan keluar
atau solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh warganya baik itu menyangkut
penyelesai berbagai macam konflik, penampung dan penyalur aspirasi masyarakat
kepada pemerintah atasan, dan menjalankan segala program-program yang
dicanangkan oleh Kepala Desa sendiri maupun program-program dari pemerintah.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa Kepala Desa berfungsi sebagai Mediator dalam
penelitian ini dianggap berhasil dan sesuai dengan keinginan masyarakat, mengingat
hasil dari wawancara peneliti dengan responden lebih banyak yang mengatakan bahwa
Kepala Desa selalu turut serta dalam membantu dan menyelesaikan setiap
permasalahan yang timbul dalam masyarakat sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Menyalurkan segala usulan baik yang bersifat tertulis maupun tidak tertulis Kepala Desa
Rasabou menggunakan metode umpan balik dimana masyarakat yang menyampaikan
usulan diberikan suatu tanggapan yang cukup serius sehingga masyarakat percaya setiap
aspirasi yang sampaikan tetap tersalurkan.
Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan merata di seluruh tanah air dan tidak
untuk golongan tertentu akan tetapi untuk seluruh masyarakat untuk perbaikan dan
peningkatan taraf hidup yang berkeadilan sosial sesuai dengan tujuan dan cita-cita
kemerdekaan Indonesia.
Untuk menggali dan mengolah sumber daya alam yang tersedia perlu adanya upaya-
upaya dari pemerintah kelurahan adalah merencanakan pembangunan fisik yang
mengena kepentungan masyarakat dengan memanfaatkan sumber-sumber yang
tersedia, misalnya perencanaan pembangunan pasar kelurahan, pembangunan jalan
kelurahan, yang akan mentribusikan hasil produksi pertanian, perikanan dan industri
serta menyediakan koperasi yang akan menyalurkan kebutuhan masyarakat dan
menampung hasil produksi masyarakat.
Hal ini dapat terjadi dari adanya kelemahan-kelemahan dalam pengaturan sistem dan
mekanisme atau tata cara pengangkatan Kepala Desa melalui pemilihan Kepala Desa
yang mengakibatkan terpilihnya seorang Kepala Desa yang hanya mampu dari segi ilmu
pengetahuan dan bukan dari segi kemampuan untuk melaksanakan tugas sebagai
Kepala Desa.
Atas dasar segala kenyataan dan pertimbangan inilah yang menjadi dasar ditetapkannya
Peraturan Daerah ini sebagai pedoman pelaksanaannya di dalam rangka tata cara
pemilihan, pencalonan, pengangkatan, pelantikan dan pemberhentian Kepala Desa.
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Kepala Desa tentunya selalu berpedoman
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Ketika ingin mengambil kebijakan Kepala
Desa mempertimbangkan berbagai macam faktor-faktor yang terjadi dan berkembang
dalam kehidupan masyarakat Desa khususnya. Polemik fenomena masyarakat tentunya
Kepala Desa diharuskan untuk melakukan survei maupun melakukan menertiban segala
polemik yang berkembang.
Jika kita melihat Kepala Desa sebagai mediator, Kepala Desa sangat dibebankan dengan
penumpukan pekerjaan atau tugas-tugas yang harus selesaikan secara kontinu. Dalam
pelayanan-pelayanan masyarakat perlu adanya suatu pemilihan sistem pemerintahan
yang tepat dan sesuai dengan kondisi Desa Rasabou yang pada kenyataannya Kepala
Desa Rasabou cukup meyakinkan dalam proses pelayanan dengan membagi job-job staf
Desa yang secara proposional. Misalnya dalam pelayanan pembayaran pajak Kepala
Desa Rasabou cukup kontinu dalam menerima dan menyalurkan dana pajak sehingga
tidak ada kecurigaan yang sangat signifikan pada masyarakat Desa Rasabou.
Kepala Desa sebagai Mediator dalam pantauan peneliti yang terlihat dan nampak dalam
aktivitasnya, Kepala Desa cukup meyakinkan dalam proses pembangunan. Dimana
setiap kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan kemasyarakatan, Kepala Desa cukup
antusias dalam menyelenggarakannya. Misalnya kegiatan syukuran, Kepala Desa selalu
aktif dan partisipatif dalam proses berlangsungnya kegiatan tersebut.
Kegiatan pesta demokrasi desa yang semarak dan meriah khusus tataran desa, perlu
adanya kepala desa sebagai mediator untuk membentuk dan melantik kepanitiaan atau
pelaksana kegiatan pemilihan kepala desa, Badan Permusyawaratan Desa sebagai wujud
kinaerja kepala desa. Namun di sisi lain kepala desa mediator yaitu mampu memfasilitasi
segala kegiatan-kegiatan kemasayarakat sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBD).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal adalah
sebagai berikut :
1. Kepala Desa sebagai Mediator telah melaksanakan tugas dan fungsinya dengan
baik, dengan dibuktikan oleh adanya keputusan Kepala Desa Rasabou No.
01/DU.1/IV/2004.
3. Kepala Desa sebagai Mediator, maka Kepala Desa berlaku sebagai penyelesaian
konflik dan sebagai penyalur aspirasi masyarakat kepada pemerintah sehingga dalam
menjalankan tugasnya sebagai Mediator Kepala Desa dianggap sangat efektif (40%).
B. Saran
Dari uraian di atas, adapun saran yang disampaikan penulis kesemua pihak adalah
sebagai berikut:
1. Untuk Kepala Desa Rasabou, agar meningkatkan koordinasi antar warga secara
rutinitas supaya terjalin suatu hubungan yang erat antara pimpinan dengan bawahan.
2. Untuk Mahasiswa, dengan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan berpikir
dan meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan pemerintahan baik pemerintahan
Desa maupun pemerintah daerah.
3. Bagi semua pihak yang membaca tulisan ini dapat dijadikan acuan dan bahan
referensi penelitian lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Beratha, I Nyoman, 1982. Desa, Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Malayu S.P. Hasibuan, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia; Dasar dan Kunci
Keberhasilan, Haji Masagung, Jakarta.
Mason dan McEachern dalam Berry, 2002. Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi, CV.
Rajawali, Jakarta.
Masri Singarimbun, Sofian Effendi, 2005. Metode Penelitian Survei, Penerbit LP3ES,
Jakarta.
Nawawi, Hadari, 2003. Metode Penelitian Sosial, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Pariata Westra, 2007. Pokok-pokok Pengertian Manajemen, Balai Pembinaan
Administrasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Usman, Husaini dan Setiady Akbar, Purnomo, 2006. Metoodologi Penelitian Sosial, Bumi
Aksara, Jakarta.
Yuliati, Yayuk dan Mangku Purnomo, 2003. Sosiologi Pedesaan, Lapera Pustaka
Utama, Yogyakarta.