Anda di halaman 1dari 27

NASKAH AKADEMIK

TENTANG RANCANGAN PERATURAN DESA KOTA


LEKAT ILIR TENTANG TATA TERTIB KEBERSIHAN
LINGKUNGAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA


BENGKULU
2023

1
2

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan nikmat dan Rahmat-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
Naskah Akademik dalam rangka menjalankan tugas kuliah perancangan undang undang.

Selesainya Naskah Akademik ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam


penyusunan Rancangan Peraturan Desa tentang Tata kebersihan lingkungan di desa kota
lekat ilir . Dengan harapan dan keinginan untuk menata kembali kebersihan lingkungan
desa guna terwujudnya suasana yang bersih serta sehat serta menjaga lingkungna sekitar
agar dapat kondusif menuju tercapainya kesejahteraan dan ketentraman hidup
bermasyarakat.

Akhirnya dalam kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah turut serta membantu dalam memberikan kontribusi pemikiran,
perhatian dan bantuannya terhadap penyelesaian serta penyusunan naskah akademik
untuk Peraturan Desa tentang Tata kebersihan lingkungan di desa kota lekat ilir semoga
bermanfaat.

Bengkulu, September 2023

Tim Penyusun
3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan merupakan konsep normatif yang dibangun oleh nilai-nilai (values)


dan pengembangan (improvement) bersama. Dengan demikian pembangunan adalah
perjuangan nilai-nilai dalam mewujudkan improvement bersama. Dalam perspektif ini,
ukuran keberhasilan pembangunan tidak pernah bersifat tunggal tetapi komposit. Dalam
kerangka pembangunan tersebut, pembangunan tidak hanya sekedar sebagai
pembangunan ekonomi dan tidak hanya mengejar pertumbuhan semata.
Warga masyarakat sebagai subjek pembangunan tentunya Dalam kerangka etika,
kebersihan dapat dianggap sebagai kualitas moral yang penting. Filosofi etika
menekankan pentingnya menjaga kebersihan sebagai tanggung jawab moral individu dan
komunitas. Masyarakat desa dapat merenungkan bagaimana kebersihan lingkungan
mereka mencerminkan nilai-nilai moral seperti tanggung jawab, penghargaan terhadap
lingkungan, dan empati terhadap sesama.
pembangunan sosial menekankan pentingnya pemahaman yang mendalam tentang
kebersihan dalam konteks perkembangan manusia dan masyarakat. Masyarakat desa
dapat merenungkan bagaimana kebersihan lingkungan mereka berkontribusi pada
kesejahteraan sosial, ekonomi, dan budaya mereka.
Yang dimana terdapat Konsep keberlanjutan (sustainability) adalah pertimbangan
filosofis yang penting dalam pemahaman kebersihan desa. Masyarakat desa dapat
mempertimbangkan bagaimana tindakan mereka dalam menjaga kebersihan lingkungan
saat ini akan memengaruhi generasi mendatang dan apakah mereka menjalankan tugas
etis untuk melestarikan sumber daya alam.
Aspek filosofis ini menyoroti peran aktif komunitas dalam menjaga kebersihan
lingkungan desa. Filosofi partisipasi masyarakat memandang bahwa masyarakat desa
memiliki hak dan tanggung jawab untuk terlibat dalam pengambilan keputusan dan
tindakan terkait kebersihan desa mereka.
Melalui pemikiran filosofis yang mendalam, masyarakat desa dapat mendapatkan
pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai dan makna kebersihan dalam konteks
kehidupan mereka. Hal ini dapat menginspirasi tindakan kolektif untuk menjaga
kebersihan lingkungan desa, mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,
4

Urgensi dari naskah akademik tentang tata tertib lingkungan desa ini adalah karna
menurut warga setempat Serta penelitian dari tim penyusun yang dimana memang
ditempat tersebut warga masih membuang sampah sembarangan, serta membakar sampah
sembarangan yang dimana dapat merusak lingkungan sekitar dan menggangu warga
sekitar. Walaupun sudah terdapat Peraturan desa yang dimana mengatur tentang
kebersihan lingkungan hidup ini tetapi warga masi sering melanggar aturan tersebut.
Dikarenakan dalam peraturan tersebut, tim penyusun melihat dimana di peraturan desa
tentang kebersihan lingkungan ini tidak memasukan sanksi sebagai orang yang
membuang sampah sembarang. Jadi tim penyusun menarik untuk membahas hal ini, dan
ingin menyempurnakan dari peraturan desa tersebut yang mengenai kebersihan
limgkungan.

1.2 Identifiksasi Masalah

Permasalahan tata tertib kebersihan lingkungnan adalah hal yang terpenting dalam
kehidupan. Dikarenakan hal tersebut akan mempengaruhi kesejahteraan untuk
lingkungan sekitar. Di desa kota lekat ilir terdapat permasalahan sampah yang masih
menjadi masalah. Dikarenakan pengolahan sampah yang diatur masih belum baik,
kemudian Kesadaran lingkungan yang rendah di kalangan penduduk desa dapat menjadi
hambatan dalam mengatasi masalah lingkungan. Pendidikan dan advokasi lingkungan
mungkin diperlukan untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam
pelestarian lingkungan. Kemuidan dari aturan sebelumnya yang tidak menegaskan
terhadap sanksi bagi yang mereka yang membuang sampah sembarangan serta merusak
lingkungan desa. maka yang perlu diidentifikasi dalam kajian ini adalah bagaimana upaya
untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang sejahtera melalui pengaturan hukum
terhadap tata tertib kebersihan lingkungan desa.
Atas dasar uraian tersebut, maka permasalahan yang dianggap perlu dalam
penyusunan peraturan daerah tentang Tata tertib kebersihan lingkuingan di Desa Kota
Lekat Ilir adalah :
1. Permasalahan apa yang dihadapi desa kota lekat ilir dalam pelaksanaan
Tata tertib kebersihan lingkungan bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi ?
2. Mengapa perlu Rancangan Perubahan Peraturan Desa Atas Peraturan
Desa tentang Tata tertib kebersihan lingkungan sebagai dasar pemecahan
masalah pengelolaan sampah di Desa kota lekat ilir
5

3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis,


yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah, Kabupaten Blora tentang
Perubahan Atas Desa Kota Lekat Ilir tentang Tata Tertib Kebersihan
lingkungan .
4. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan,
dan arah pengaturan dari pengaturan Rancangan Peraturan Desa kota Lekat
Ilir tentang Perubahan Atas Peraturan Desa Kota Lekat Ilir tentang Tata
Tertib Kebersihan Lingkungan.
1.3 Tujuan dan Kegunaan

1. Merumuskan permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Blora dalam pelaksanaan


tugas dan kewenangan dalam pengelolaan samapah.
2. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan pembentukan Rancangan
Peraturan Daerah sebagai dasar hukum penyelesaian atau solusi permasalahan dalam
kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, dalam hal ini permasalahan hukum
yang dihadapi sebagai alasan pembentuk Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Blora
tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Sampahi.
3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan
Rancangan Peraturan Daerah, dalam hal ini Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Blora
tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Sampah.
4. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah
pengaturan dalam Rancangan Peraturan Daerah, dalam hal ini sasaran yang akan
diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten Blora tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 11
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah.

1.4 Metode

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan naskah akademik ini adalah
metode Kualitatif dengan mendapatkan data dari dokumen pendukung dan wawancara
dengan pihak terkait.

Data yang terkait dengan peraturan perundang-undangan atau kebijakan didapatkan


melalui studi pustaka terhadap:
a. Bahan-bahan hukum (primer, sekunder dan tersier) seperti peraturan dasar,
peraturan perundang-undangan, tulisan-tulisan, literatur, serta hasil penelitian yang akan
dipergunakan.
b. Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan berbagai stakeholder, baik yang
berasal dari unsur akademisi dan perangkat desa. Melalui FGD ini diharapakan
6

ditemukan kecenderungan dan pola atas suatu isu strategis yang terkait Tentang
rancangan peraturan Desa Kota Lekat Ilir tentang tata tertib kebersihan lingkungan.
7

BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis
1. Definisi Lingkungan
Pengertian Lingkungan Hidup diatur dalam PP No 22 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup didefinisikan sebagai
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan dialam
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Pengertian lingkungan menurut KBBI mencakup
beberapa hal. Pertama, lingkungan adalah daerah atau Kawasan yang termasuk di
dalamnya. Kedua, lingkungan adalah sebuah bagian wilayah di dalam kelurahan yang
merupakan lingkungan kerja pelaksanaan pemerintahan desa. Maka dari itu, Lingkungan
Hidup merupakan Aspek penting dalam kehidupan yang terjadi di muka bumi.
Lingkungan hidup yang baik akan membuat unsur-unsur di dalamnya hidup dengan
nyaman dan harmonis.
Bedasarkan Proses terbentuknya Lingkungan Hidup terbentuk secara alami
dan melalui buatan manusia, kita mengenal nya dengan Istilah Lingkungan Hidup Alami
dan Lingkungan Hidup Buatan. Dikutip dari buku Ekologi Manusia (2020) karya Eri
Barlian dan Iswandi U, lingkungan alami adalah lingkungan yang terbentuk secara alami.
Lingkungan ini dibentuk tanpa campur tangan manusia. Sedangkan Lingkungan Buatan
adalah Lingkungan yang terbentuk dari hasil ciptaan Manusia untuk memenuhi keinginan
dan kebutuhan manusia yang jumlahnya tidak terbatas. Berdasarkan Unsur
Pembentuknya Lingkungan Hidup juga terbagi menjadi dua, yaitu Komponen Biotik dan
Komponen Abiotik. Komponen Abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah,
udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen Biotik adalah segala
sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro- organisme (virus
dan bakteri).

2. Pengelolaan Lingkungan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya sistematis
dan terpadu yang dilakukan untuk mel.estarikan fungsi Lingkungan Hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan Lingkungan, Hidup yang meliputi
8

perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan


hukum. Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung
jawab negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Adapun sasaran dari pengelolaan lingkungan hidup adalah :


1. Tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan
hidup
2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insane lingkungan hidup yang memiliki sikap
dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup
3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan
4. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup
5. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana
6. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau
kegiatan di luar wilayah Negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup

B. Kajian asas/ prinsip yang terkait dengan penyelenggaraan norma

a. Asas Tanggung Jawab Negara


Negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini
maupun generasi masa depan”, Negara menjamin hak warga negara atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat, Dan : negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan
sumber daya alam yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakaan lingkungan
hidup.
b. Asas Berkelanjutan
Bahwa setiap orang memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap
generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu generasi dengan melakukan
upaya pelestarian daya dukung ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup.
9

c. Asas Manfaat
Asas ini bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang merata
berdasarkan prinsip kebersamaan dan keseimbangan untuk mencegah terjadinya
kesenjangan ekonomi, konflik sosial dan budaya.

Dinyatakan dalam ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011


tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan bahwa Dalam membentuk
Peraturan Perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan yang baik, yang meliputi:
a. kejelasan tujuan
b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat
c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan
d. dapat dilaksanakan
e. kedayagunaan dan kehasilgunaan
f. kejelasan rumusan
g. keterbukaan.
Selain itu, Secara tegas juga dinyatakan dalam ketentuan Pasal 6 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
bahwa Asas Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan meliputi:
1. Pengayoman
2. Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kekeluargaan
5. Kenusantaraan
6. Bhineka Tunggal Ika
7. Keadilan
8. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
9. Ketertiban dan kepastian hukum
10. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan

Untuk membentuk peraturan perundang-undangan yang baik perlu


diperhatikan juga berbagai asas. Menurut Van der Vlies dibedakan asas-asas formal dan
asas material (Bagir Manan, 1992: 19). Asas-asas formal meliputi:
1. Asas tujuan yang jelas (beginsel van duidelijke doelsteling).
10

Asas ini mencakup mengenai ketepatan letak peraturan perundang-undangan


dalam kerangka kebijakan umum pemerintahan, tujuan khusus peraturan
perundangundangan yang akan dibentuk, dan tujuan dari bagianbagian peraturan
perundang-undangan yang akan dibentuk tersebut.
2. Asas organ/lembaga yang tepat (beginsel van het juiste orgaan).
Latar belakang asas ini ialah memberikan penegasan mengenai perlunya
kejelasan kewenangan organ/organ/lembaga-lembaga yang menetapkan peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan.
3. Asas perlunya pengaturan (het noodzakelijkheidsbeginsel).
Asas ini tumbuh karena selalu terdapat alternatif atau alternatif-alternatif lain
untuk menyelesaikan suatu masalah pemerintahan selain dengan membentuk peraturan
perundang-undangan.

C.Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi Yang Ada Serta


Permaslahan Yang Dihadapi.
a. Kependudukan
Data kependudukan merupakan data pokok yang dibutuhkan baik kalangan
pemerintah maupun swasta sebagai lahan untuk perencanaan dan evaluasi hasil-hasil
pembangunan. Hampir setiap aspek perencanaan pembangunan baik di bidang sosial,
ekonomi maupun politik memerlukan data penduduk karena penduduk merupakan subjek
sekaligus objek dari pembangunan.
Jumlah penduduk Desa Lekat Ilir pada tahun 2023 tercatat sebesar 280 jiwa
terdiri dari jumlah penduduk Laki – laki 150 jiwa dan jumlah penduduk Perempuan 130
jiwa. Apabila dilihat dari persebaran penduduk, maka Desa Lekat Ilir memiliki penduduk
yang cukup rendah karena merupakan Desa Pemekaran.

b. Permaslahan secara umum dalam pengelolaan samapah di Desa Lekat


Ilir:
Permasalahan manajemen pengendalian sampah terutama sampah satu kali
pakai akhir-akhir ini banyak menjadi bahan pembahasan di lingkungan masyarakat baik
individu maupun lembaga. Oleh karena itu, perlunya perbaikan terhadap mutu
pengelolaan sampah, dari pelayanan komunikasi dan informasi yang memang benar-
benar mutlak dibutuhkan. Bukan saja karena banyaknya keluhan-keluhan dari masyarakat
yang merasa kecewa, baik dari segi mutu, di samping itu juga karena adanya tuntutan
11

perkembangan zaman yang sudah mendesak untuk melakukan perbaikan-perbaikan


pengelolaan samapah terutama terkait teknologi.
Pemerintah daerah dituntut untuk selalu meningkatkan pelayanan
pengendalian sampah yang lajunya sangat pesat terkait pertumbuhan ekonomi secara
terus menerus, padahal memiliki sumber daya yang terbatas dibandingkan dengan
pesatnya laju konsumsi masyrakat yang menghasilkan limbah di Desa Lekat Ilir.

D.Kajian terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru yang Akan Diatur dalam
Peraturan Daerah
Dalam Kehidupan Mayarakat tentunya sangat diuntungkan apabila memiliki
Lingkungan yang bersih dan tidak tercemar. Dengan meminimalisir dampak dari Lingkungan
yang tidak bersih di Desa Lekat Ilir maka secara sosial masyarakat akan memberikan keuntungan,
yaitu:
1). Meningkatnya akses terhadap infrastruktur dan pelayanan bagi kegiatan
masyarakat
2). Meningkatkan taraf kualitas hidup sehat bagi masyarakat setempat
3).Peningkatan Kualitas estetika wilayah
4).Peningkatan cakupan pengendalian sampah
5).Mengembangkan inovasi pengelolaan sampah lingkungan yang efektif
6). Mengubah perilaku dan budaya masyarakat yang tidak baik mengenai
Pengelolaan Lingkungan.

Pemberlakuan peraturan daerah yang mengatur tentang Pengelolaan


Lingkungan di Desa Lekat Ilir ini merupakan langkah yang tepat sebagai jalan keluar
terhadap beberapa permasalahan krusial yang ada mengenai Lingkungan yang telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya. Kebutuhan akan peraturan daerah tentang
Pengelolaan Lingkungan ini diharapkan akan menjadi panduan yang komprehensif, baik
bagi pemerintah daerah ataupun masyarakat. Ketika peraturan daerah tentang
Pengelolaan Lingkungan mulai berlaku maka dampaknya akan membawa pada beberapa
implikasi yang secara nyata akan muncul sebagai dampak dari adanya peraturan daerah
ini. Implikasi ini dapat berupa hal-hal yang sifatnya positif atau juga sebaliknya berupa
hal-hal yang negatif. Tugas pemerintah Daerah sebagai pengelola adalah memanfaatkan
dampak positif tersebut dan mengantisipasi adanya dampak negatif yang muncul
sehingga dapat diminimalisir. Beberapa implikasi positif yang akan muncul ketika
peraturan daerah ini berlaku antara lain sebagai berikut:
12

1. Adanya acuan yang jelas tentang Pengelolaan Lingkungan di Desa Lekat


Ilir.
2. Adanya integrasi antara program-program yang telah dibentuk dan dilaksanakan
selama ini kepada masyarakat, terutama dengan program yang dicanangkan oleh
pemerintah secara nasional.
3. Arah pengembangan terhadap Pengelolaan Lingkungan dengan manajemen yang
profesioal dan perkembangan teknologi pada pemerintah daerah sebagai dan masyarakat
akan semakin jelas.

Melihat permasalahan yang secara nyata terjadi di Desa Lekat Ilir, maka perlu
adanya suatu regulasi yang mampu mewadahi permasalahan tersebut. Regulasi tersebut
harus dapat menjadi acuan dalam rangka penyelenggaraan pengendalian sampah agar
dapat berjalan optimal, efektif, efisien, terprogram secara terpadu, dan berkelanjutan.
Oleh karena itu diperlukan peraturan daerah yang ditujukan kepada Pemerintah Desa
Lekat Ilir, para pihak yang terlibat dalam Pengelolaan Lingkungan, serta seluruh
komponen masyarakat di wilayah Desa Lekat Ilir.
13

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PER UNDANG-UNDANGAN

TERKAIT

A. KETERKAITAN DENGAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK


INDONESIA TAHUN 1945

Dalam Penyusunan suatu Peraturan Daerah tidak bisa dipisahkan dengan


keberadaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
merupakan landasan hukum tertinggi di Indonesia. Peraturan Daerah tidak dapat dibentuk
jika substansi hukum yang akan diatur bertentangan dengan kaidah dalam UUD Tahun
1945. Pasal 28 A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia menyebutkan
bahwa “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak untuk mempertahankan hidup dan
penghidupannya”. Selain itu, dalam Pasal 28 H juga menyebutkan bahwa “Setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Hal tersebut
membuktikan bahwa Lingkungan yang sehat adalah suatu Aspek penting yang diakui
oleh Negara. Setiap masyarakat memiliki hak yang sama untuk menikmati Lingkungan
yang sehat.

Maka dari itu, dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 pada Pasal 18 ayat 6 dikatakan “Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan
daerah dan Peraturan - peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan”. Dalam hal ini Pemerintah Daerah telah diberikan kewenangan untuk
membentuk serta menetapkan suatu Produk Hukum di Daerah dan dapat mengatur sendiri
terkait dengan perlindungan, pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup di daerahnya,
hal ini tentunya haruslah berpedoman dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau Ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan yang lebih tinggi.

B. KETERKAITAN DENGAN UNDANG-UNDANG

1. . Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup.
14

Pada landasan filosofis dalam butir konsideran Undang-Undang Nomor 32 Tahun


2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menjelaskan bahwa
lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28 ayat H Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Dengan terbitnya Undang-Undang tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup disadari merupakan salah satu indikator keberhasilan dari
bagian rencana strategi pemerintah dalam mewujudkan program pembangunan ekonomi
nasional.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup dibentuk tentunya untuk mengakomodir permasalahan Lingkungan
yang ada di Indonesia meliputi limbah industri, pertambangan, perkebunan dan lain
sebagainya. Namun, dalam praktik nya terutama di daerah-daerah masih banyak yang
mengabaikan hal tersebut, kehadiran Undang-Undang ini tidak dapat menjawab setiap
permasalahan yang ada secara spesifik di daerah-daerah. Untuk itu diperlukan peran
Pemerintah Daerah dalam pembentukan Produk Hukum terkait untuk menjaga
kelangsungan Lingkungan di daerah tersebut.

2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

Dengan meningkatnya jumlah penduduk yang memiliki dampak pada pola


konsumsi masyarakat, tentulah sampah menjadi salah satu permasalahan tersbesar yang
ada terhadap Lingkungan. Pada Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah menyatakan “Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat”. Selain itu pada Pasal 5 dinyatakan
“Pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan
sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini”. Pasal 6 menyatakan Tugas Pemerintah dan
pemerintahan daerah sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5 terdiri atas:

a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan


sampah;

b. melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan penanganan


sampah;
15

c. memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan, penanganan,


dan pemanfaatan sampah;

d. melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana


pengelolaan sampah;

e. mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah;

f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada masyarakat


setempat untuk mengurangi dan menangani sampah; dan

g. melakukan koordinasi antarlembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha agar


terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.

Tiap daerah tentunya memiliki permasalahan Lingkungan yang berbeda maka dari
itu Pemerintah Daerah diberikan kewenangan untuk mengatur permasalahan tersebut.
Dalam hal ini, Pemerintah Daerah memiliki tanggung jawab besar dalam pengelolaan
sampah yang ada di tiap daerah.

C. KETERKAITAN DENGAN PERATURAN PEMERINTAH

1. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan mengatur dua
instrumen perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yaitu instrumen Kajian
Lingkungan Hidup (dalam bentuk Amdal dan UKL-UPL) serta instrumen Izin
Lingkungan. Pada Pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa Izin Lingkungan adalah izin yang
diberikan kepada setiap orang yang melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
sebagai prasyarat memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan. Setiap Usaha dan/atau
Kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup oleh peraturan pemerintah
ini wajib memiliki Amdal. Maka, Pemerintah Daerah juga harus memperhatikan segala
bentuk usaha yang ada di Daerah harus mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
16

BAB IV

PANDANGAN LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, YURIDIS


TERHADAP TATA TERTIB KEBERSIHAN LINGKUNGAN

4.1 Pandangan Landasan Filosofis Terhadap Tata Tertib Kebersihan Lingkungan


Kebersihan lingkungan merupakan suatu kondisi di mana lingkungan sekitar
kita, baik itu alam maupun tempat-tempat tinggal, bebas dari pencemaran, sampah,
kotoran, dan hal-hal lain yang dapat merusak atau mengganggu kesehatan dan keindahan
lingkungan tersebut. Kebersihan lingkungan sangat penting karena memiliki dampak
positif terhadap kesehatan manusia, kelestarian alam, dan kualitas hidup secara
keseluruhan. Tata Tertib Kebersihan Lingkungan merupakan aspek yang sangat relevan
dalam konteks filosofi lingkungan. Beberapa pandangan filosofis yang dapat diterapkan
dalam konteks ini meliputi.

Secara Ekofilsufi Pandangan ekofilsufi menekankan koneksi yang mendalam


antara manusia dan alam. Menurut para ekofilsuf, alam memiliki nilai intrinsik yang
independen dari kepentingan manusia, dan kita memiliki kewajiban etis untuk menjaga
dan menghormati alam. Oleh karena itu, Tata Tertib Kebersihan Lingkungan dapat dilihat
sebagai wujud dari penghormatan terhadap alam dan upaya untuk menjaga ekosistem
yang seimbang.

Kemudian Etika lingkungan yang dimana ia adalah cabang filsafat yang


mempertimbangkan tindakan manusia terhadap alam dan makhluk lainnya. Dalam
konteks Tata Tertib Kebersihan Lingkungan, etika lingkungan mendorong kita untuk
bertindak secara bertanggung jawab terhadap lingkungan, menghindari pencemaran, dan
merawat alam untuk generasi mendatang. Sementara itu terdapat Pandangan
antroposentrisme, yang mungkin lebih berkaitan dengan pandangan konvensional,
menempatkan manusia sebagai pusat perhatian. Namun, dalam konteks Tata Tertib
Kebersihan Lingkungan, pandangan ini masih menekankan tanggung jawab manusia
untuk menjaga kebersihan lingkungan demi kesejahteraan manusia sendiri dan untuk
mempertahankan sumber daya yang diperlukan bagi kelangsungan hidup.

Beberapa filosof berpendapat bahwa tata tertib kebersihan lingkungan juga


harus mempertimbangkan peran sistem ekonomi seperti kapitalisme dan konsumerisme
dalam menciptakan perilaku yang merusak lingkungan. Mereka mungkin menekankan
pentingnya mengubah nilai-nilai sosial dan ekonomi untuk mencapai lingkungan yang
lebih bersih dan berkelanjutan. Pandangan-pandangan di atas dapat membantu kita
memahami dan merumuskan tata tertib kebersihan lingkungan secara filosofis. Terlepas
dari pendekatan filosofis mana yang kita pilih, penting untuk diingat bahwa menjaga
kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab bersama kita sebagai manusia, yang harus
kita lakukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan meningkatkan kualitas hidup
kita dan generasi mendatang.
17

Hukum yang terkandung dalam cita bangsa, diharapkan mencerminkan


sistem nilai tersebut. Baik sebagai sarana yang melindungi nilai nilai maupun sebagai
sarana yang melindungi nilai-nilai maupun sebagai sarana mewujudkannya dalam
tingkah laku masyarakat. Nilai-nilai ini ada yang dibiarkan dalam masyarakat, sistem
nilai tersebut telah terangkum secara sistematik dalam suatu rangkuman baik berupa
teori-teori filsafat maupun doktrin-doktrin filsafat secara resmi seperti pancasila.

Nilai yang terkandung dalam sila keadilan bagi social bagi seluruh rakyat
Indonesia. Didasari dan dijiwai oleh sila ketuhanan yang maha esa, kemanusian yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia, serta kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam perwusyawaratan atau perwakilan. Dalam sila ke 5 ini mengandung
Nilai yang menekankan pentingnya distribusi yang adil atas sumber daya dan
manfaatnya, Dalam konteks kebersihan lingkungan, hal ini mencakup hak setiap individu
untuk hidup dalam lingkungan yang bersih dan sehat. Pemerintah dan masyarakat
seharusnya bekerja sama untuk menciptakan kondisi ini. Yang dimana Nilai-nilai
Pancasila mencerminkan prinsip-prinsip dasar yang harus dipegang dan diaplikasikan
dalam menjaga kebersihan lingkungan. Dengan memahami dan menginternalisasi nilai-
nilai tersebut, kita dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat,
dan berkelanjutan untuk generasi saat ini dan masa depan.

4.2 Pandangan Landasan sosiologis Terhadap Tata Tertib Kebersihan Lingkungan


Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai
aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai
perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara. Sosiologis berkaitan
dengan harapan bahwa Peraturan Daerah yang dibentuk merupakan keinginan masyarakat
daerah(Bagir Manan, 1992, Jakarta, hlm. 17).

Suatu Peraturan Desa dikatakan mempunyai landasan sosiologis apabila


ketentuan-ketentuannya sesuai dengan keyakinan umum atau kesadaran hukum
masyarakat. Hal ini selaras dengan aliran Sociological Jurisprudence, memandang hukum
sesuatu yang tumbuh di tengah-tengah rakyat sendiri, yang berubah menurut
perkembangan masa, ruang dan bangsa. Ini akibat dari perubahan pemikiran dari
konservatif ke pemikiran hukum sosiologis berkat jasa Ehrich dengan gigihnya
mensosialisasikan konsep living law yang merupakan kunci teorinya(Ni’matul Huda,
Yogyakarta, 2005, hlm. 29).

Melalui konsep living law, Ehrich menyatakan bahwa hukum positif yang baik
(dan karenanya efektif) adalah hukum yang sesuai dengan living law yang merupakan
”inner order” daripada masyarakat mencerminkan nilai-nilai yang hidup di
dalamnya(Surojo Wignjodipuro,Jakarta, 1982, hlm. 87) Pesan Ehrich kepada pembuat
undang-undang agar pembuat undang-undang hendak memperhatikan apa yang hidup
dalam masyarakat (Mochtar Kusumaatmadja, Bandung, 1986, hlm.5). Sejak itu,
kedudukan hukum mulai memperoleh perhatian serius dan proporsional dari penguasa
18

politik dari banyak negara dan mulai tampak kesungguhannya untuk menempatkan
hukum sebagai bagian dari proses pembangunan secara menyeluruh.

Apabila ditinjau dari segi yuridis, hukum tidak semata- mata dilihat dari sudut dogmatis
saja, tanpa melihat hukum itu dibutuhkan untuk kepentingan masyarakat (ajaran hukum
murni dari Hans Kelsen), tapi juga harus melihat hukum sebagai suatu gejala sosial.
Permasalahan pengelolaan sampah merupakan dampak sosial dari masyarakat, yang
tumbuh dan berkembang (secara historis) sesuai dengan semakin meningkatnya
pertumbuhan dan perkembangan masyarakat.

Dalam hal ini, hukumpun berkembang dengan memperhatikan aspek sosiologis


sebagai gejala sosial, dan bahwa hukum itu tidak hanya terdiri dari norma-norma yang
tersusun secara sistematis, tetapi juga sekaligus hukum itu mempunyai berbagai aspek.
Oleh karenanya hukum yang hendak mengatur mengenai retribusi sampah hendaknya
memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspek lainnya dalam
masyarakat.

Landasan sosiologis dalam Naskah Akademik ini, merupakan pertimbangan atau


alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta
empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat, yang dalam hal ini
adalah Tata Tertib Kebersihan Lingkungan dalam hal ini Peraturan desa Kota Lekat Ilir

Secara sosiologis, sampah merupakan masalah besar bagi masyarakat tetapi


sampah juga dapat menghasilkan omset apabila dpat dimanfaatkan salah satu
infrastruktur utama dalam penyelenggaraan sumberdaya manusia, infrastruktur dan
teknologi.Pertumbuhan pembangunan yang begitu pesat di berbagai wilayah Indonesia
akan diikuti dengan bertambahnya jumlah sampah dipengaruhi peningkatan industri,
teknologi dan pasar yang cukup massif dan agresif. Keberadaan yang sangat dibutuhkan
masyarakat dalam hal kebutuhan infrastruktur penfaatan teknologi. sudah sepatutnya
untuk mengarahkan kebijakannya untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat.

Peraturan perundang-undangan termasuk peraturan desa merupakan wujud


konkrit dari hukum. Pembentukan peraturan perundang–undangan harus sesuai dengan
kenyataan, fenomena, perkembangan dan keyakinan atau kesadaran serta kebutuhan
hukum masyarakat. Keyakinan atau kesadaran serta kebutuhan hukum masyarakat,
keberadaannya harus mempunyai landasan sosiologis. Apabila ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam peraturan desa sesuai dengan keyakinan umum atau kesadaran hukum
masyarakat, maka untuk mengimplementasikannya tidak akan mengalami banyak
kendala. Hukum yang dibuat harus dipahami masyarakat sesuai dengan kenyataan yang
dihadapi masyarakat. Dengan demikian dalam penyusunan rancangan Peraturan Desa
harus sesuai dengan kondisi masyarakat yang bersangkutan.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya informasi terus meningkat dan


mendorong fungsi jasa telekomunikasi berubah menjadi sarana untuk mendapatkan
informasi dan kebutuhan hidup. Bentuk – bentuk informasi yang ingin diperoleh semakin
19

hari semakin meningkat disetiap sektor kehidupan. Peraihan proses ini telah membedakan
nilai tambah yang begitu besar bagi perusahaan jasa telekomunikasi dan informasi, sektor
pengguna dan lapisan masyarakat dalam peningkatan kualitas efisiensi dan keuntungan
yang semakin besar, sehingga pergeseran nilai- nilai budaya, bisnis dan sektor lain akan
terasa dengan datangnya masyarakat informasi ini.

4.3 Pandangan Landasan Yuridis Terhadap Tata Tertib Kebersihan Lingkungan


Negara Indonesia adalah negara hukum.dengan demikian negara Indonesia telah
memiliki landasan yuridis yang kuat dalam peranannya melaksanakan pembangunan.
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia telah
memberikan arah dan tujuan bagi pembangunan yang diharapkan, yakni menuju keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia seutuhnya.

Seperti telah dinyatakan dalam Penjelasan Undang- undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas
hukum (Recht Staat) dan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (MachtStaat), yang
dalam Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
penjelasan bahwa Indonesia merupakan negara hukum sangatlah bernilai konstitutif(Arif
Hidayat,PSP UGM, 2012, Yogyakarta, hlm. 59). Dengan demikian maka penggarisan
Negara Indonesia adalah sebagai negara hukum mempunyai konsekuensi bahwa segala
sesuatu persoalan yang menyangkut urusan baik antara warga negara dengan warga
negara, maupun antara warga negara dengan negara/pemerintah harus berdasarkan atas
hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan semua warga negara
dengan terkecuali, baik warga negara dalam status rakyat maupun dalam status pejabat
pemerintah harus tunduk dan patuh kepada hukum.

Pada hakikatnya, hukum mengatur hubungan antarmanusia karena hukum


merupakan bagian dari sistem sosial yang ada dalam masyarakat. Hukum dan masyarakat
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Idealnya, hukum dan masyarakat
seharusnya berjalan seiring karena hukum senantiasa mengikuti perkembangan
masyarakat. Hukum mengintegrasikan kepentingan- kepentingan yang ada dalam
masyarakat terutama untuk terciptanya ketertiban dalam masyarakat. Interaksi sosial
setiap orang dalam kehidupan bermasyarakat perlu diatur agar tertib dan disitulah hukum
berfungsi(Marhaeni Ria Siombo. 2010, Jakarta, hlm. 23).

Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan


bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi
kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah,
atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat.
Dalam sebuah negara hukum pada asasnya setiap tindakan pemerintah harus dilakukan
berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Suatu
tindakan pemerintahan yang dilakukan tanpa dasar kewenangan adalah berakibat batal
demi hukum.
20

Peraturan Daerah sebagai suatu produk hukum daerah hendaknya mencerminkan


aspek yuridis, dimana aspek yuridis berkaitan dengan harapan bahwa Peraturan Daerah
memenuhi dan menjamin kepastian hukum seperti halnya pembentukan Undang-Undang.

Guna menjamin kepastian hukum dan/atau rasa keadilan masyarakat terhadap


kesehatan lingkungan di Kabupaten Blora mengenai pengelolaan sampah maka perlu
dibentuk Perubahan Peraturan Daerah yang baru untuk memayungi dan mengakomodir
Perubahan Peraturan Daerah Atas Pengelolaan Sampah.

Berkenaan dengan pembentukan Peraturan Daerah tentang Bantuan Hukum secara


hierarkis pertama-tama harus memperhatikan kerangka berpikir tujuan dibuatnya
Peraturan Daerah tersebut yang dapat dilekatkan dengan tujuan umum dalam UUD 1945.
Di dalam Alinea Keempat Pembukaan UUD 1945 disebutkan sebagai berikut:

”Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyatam yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”.

Ketentuan tersebut merupakan landasan bagi arah politik hukum dalam


pembangunan hukum nasional, sehingga sampai saat ini orang bertumpu pada kata
“segenap bangsa” sebagai asas tentang persatuan seluruh bangsa Indonesia. Di samping
itu, kata “melindungi” mengandung asas perlindungan (hukum) pada segenap bangsa
Indonesia, tanpa kecuali(Az. Nasution, Jakarta, 2002, hlm. 31) Artinya negara turut
campur dan bertanggung jawab dalam upaya mengangkat harkat dan martabat manusia
sebagai perwujudan perlindungan hukum(M. Arief Amarullah, Malang, 2007, hlm. 2)

Turut campurnya negara, karena Indonesia mengklaim sebagai negara hukum


sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) UndangUndang Dasar 1945 yang
berbunyi: “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Pengklaiman sebagai negara hukum
apabila dicermati dan ditelusuri dari substansi Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-
Undang Dasar 1945 menandakan, bahwa model negara yang dianut Indonesia dalam ilmu
hukum dikenal sebagai negara hukum dalam arti materiil atau diistilahkan dengan negara
kesejahteraan (welfare state) atau negara kemakmuran(Krisna Harahap,Bandung, 2007,
hlm. 19)
21

Atas dasar itu, peran pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan bagi warga
negaranya, secara umum berdasarkan alinea keempat pembukaan UUD NRI Tahun
1945, yang berbunyi: “... untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia …” harus dimaknai, bahwa pemerintahan yang
dimaksud adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Perihal pemerintah daerah ini
secara konstitusional

kewenangan pemerintah daerah diatur dalam Pasal 18 UUD NRI Tahun 1945,
sedangkan terkait dengan pembentukan Peraturan Daerah dijelaskan di dalam Pasal 18
ayat (6) UUD NRI Tahun 1945, yang berbunyi: “Pemerintah daerah berhak menetapkan
peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan”.

Untuk materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta memuat kondisi khusus
daerah dan penjebaran peraturan perundang – undangan yang lebih tinggi. Pelaksanaan
otonomi di dalam Pasal 236 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, ditegaskan bahwa pembentukan Peraturan Daerah oleh Pemerintah
Daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan. Peraturan
Daerah ini memuat materi muatan yang terkait dengan penyelenggaraan otonomi daerah
dan tugas pembantuan, dan penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi. Selain materi muatan tersebut, Peraturan Daerah dapat
memuat muatan lokal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Materi muatan yang akan dicantumkan berdasarkan peraturan perundang-


undangan diatas tentu tidak dapat serta merta dituangkan ke dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Blora tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabbupaten Blora Nomor 1
Tahun 201 tentang Pengelolaan Sampah. Peraturan Daerah tetap harus tetap
memperhatikan budaya, norma, dan kearifan lokal. Sehingga materi muatan di dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Blora tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten
Blora Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah tetap berisi materi muatan
dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung
kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang- undangan
yang lebih tinggi. Sehingga ketentuan mengenai Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blora
telah diatur dalam Peraturan Daerah nomor 1 tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah..

Landasan yuridis menggambarkan peraturan yang dibentuk untuk mengatasi


permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan
aturan yang telah ada, yang akan diubah, guna menjamin kepastian hukum dan rasa
keadilan masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan
dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk Peraturan Perundang-
Undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum itu, antara lain, peraturan yang sudah
ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau tumpang tindih, jenis peraturan yang
22

lebih rendah dari Undang- Undang sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya sudah
ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang sama sekali belum ada.

Dasar hukum pembentukan Peraturan Daerah setidaknya memuat Pasal 18 ayat


(6) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Undang-Undang tentang Pembentukan Daerah
dan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah.Selain itu Dasar hukum juga
memuat Dasar kewenangan pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan
Perundang-undangan yang memerintahkan pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dalam membentuk Peraturan desa tentang
Perubahan Atas Peraturan desa tentang Tata tertib Kebersihan lingkungan digunakan
dasar hukum sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah


Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;

2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup;

5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 entang Pemerintah Daerah;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah


Tangga dan Sejenis Rumah Tangga

8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Noomor 16 Tahun 2011 tentang Pedoman


Materi Muatan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga danSampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
23

BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI


MUATAN UNDANG-UNDANG

A.Jangkauan

Kondisi empirik di Desa Kota Lekat Ilir menunjukkan bahwa perkembangan


sampah yang terus bertambah melalui produksi sampah masyarakat merupakan sesuatu
yang harus disikapi dengan mendapatkan perhatian secara serius. Dalam rangka
mempercepat kinerja kebijakan dan program-program pengembangan perlindungan
lingkungan hidup,maka Pemerintah Desa Kota Lekat Ilir merancang kebijakan
pengembangan upaya pengendalian sampah yang teraah melalui system daur
ulang.Kebijakan tersebut nantinya akan menjadi upaya sinergi dengan pihak yang terkait
guna mempercepat kebijakan dan program yang telah ada.

Kebijakan ini dengan demikian tidak menafikan kebijakan dan program yang
telah ada, dan yang didesain berbeda dari yang telah ada di masa yang akan datang.
Muatan peraturan daerah tentang perubahan Perda Desa Kota Lekat Ilir Nomor 1 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Sampah ini secara penuh selaras dengan arah tujuan
pembangunan kesehatan dan lingkungan hidup nasional untuk meningkatkan derajat
kemudahan mendapakat kesehatan dan lingkungan.Kebijakan ini juga lahir dari
keyakinan bahwa pengembangan sarana dan sisten pengelolaan sampah juga merupakan
salah satu tanggung jawab pemerintah daerah yang memerlukan keterpaduan di antara
lembaga pemerintah, masyarakat pengolah sampah dan partisipasi masyarakat.

Oleh karena, dalam raperda ini juga mencakup tanggung jawab dan hak para
pihak guna meningkatkan perlindungan masyarakat di Desa Kota Lekat Ilir Dengan
dimuatnya berbagai kebijakan dan program, tanggung jawab dan hak pemerintah,
pengelola, masyarakat dan pemangku kepentingan maka diharapkan agar pengembangan
pengembangan pengelolaan sampah yang menitik beratkan pada daur ulang sampah dapat
berjalan lebih optimal, efektif, efisien, terprogram secara terpadu dan berkelanjutan.
Selain itu, dengan dimuatnya hal-hal di atas dalam Perda maka pengaturan pengelolaan
sampah melalui instrumen daur ulang sampah dan bank sampah telah mempunyai dasar
hukum yang kuat.

B. Arah Pengaturan Peraturan Daerah

Sesuai dengan kondisi yang ada serta Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun
2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sejenis Rumah Tangga ,
Pengelolaan sampah diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup, masyarakat, serta
tercapainya derajat kesehatan masyarakat dengan mengurangi laju. Penyusunan
Perubahan Raperda ini dimaksudkan untuk memberikan justifikasi akademik (historis,
filosofis, konseptual, sosiologis, politik dan yuridis) atas penyusunan Perubahan Raperda
Pengelolaan Sampah
24

C. Materi yang Akan Diatur

Substansi rancangan peraturan daerah tersebut meliputi:

a. Konsideran menimbang yang memuat landasan filosofis, yuridis, dan sosiologis

b. Dasar Hukum mengingat yang memuat dasar hukum pembentukan Perubahan


Peraturan Daerah

c. Batang tubuh materi perubahan terdiri dari:

1.Sampah yang dikelola berdasarkan Peraturan Daerah ini terdiri atas:

a. sampah rumah tangga

b. sampah sejenis sampah rumah tangga

c. sampah spesifik.

2.Wadah sampah

- Wadah sampah harus memenuhi persyaratan bahan sebagai berikut :

a. tidak mudah rusak dan kedap air

b. ekonomis dan mudah diperoleh

c. mudah dikosongkan.

d. dapat dibedakan dengan warna atau diberikan tanda

- Ukuran wadah sampah ditentukan berdasarkan jumlah penghuni setiap rumah, jumlah
timbulan sampah, frekuensi pengambilan sampah, cara pemindahan sampah dan sistem
pelayanan pengangkutan sampah.

3.Sanksi apabila melanggar peraturan tersebut

Sanksi atas pelanggaran peraturan tentang kebersihan Lingkungan dapat


bervariasi tergantung pada yurisprikdi dan peraturan yang berlaku di daerah setempat

-Denda: Pelanggar dapat dikenakan denda yang jumlahnya tergantung pada peraturan
desa kota lekat ilir

-Peringatan: Pelanggar juga dapat diberi peringatan tertulis untuk mematuhi peraturan
kebersihan lingkungan, jika pelanggaran terus berlanjut, sanksi lebih lanjut dapat
diberlakukan.

-Tuntutan Hukum: Jika pelanggaran peraturan serius atau berulang kali, tindakan hukum
dapat diambil terhadap pelanggar, termasuk pengadilan.

-Apabila melanggar peraturan tersebut akan dikenakan sanksi sesuai pasal yang berlaku.
25

BAB VI
PENUTUP

6.1 Simpulan

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya sistematis dan


terpadu yang dilakukan untuk mel.estarikan fungsi Lingkungan Hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan Lingkungan, Hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan
hukum. Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung
jawab negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
maka yang perlu diidentifikasi dalam kajian ini adalah bagaimana upaya untuk
mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang sejahtera melalui pengaturan hukum
terhadap tata tertib kebersihan lingkungan desa.
Adapun undang-undang yang mengaturnya yaitu:
1. . Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

6.2 SARAN

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan laporan di atas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.

Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan laporan itu dengan
menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para
pembaca.
26

DAFTAR PUSTAKA

PP No 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Buku Ekologi Manusia karya Eri Barlian dan Iswandi U
UU No 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
UU No 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
UUD 1945
UU NO 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
UU No 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Peraturan Pemerintah No 27/2012 tentang Izin Lingkungan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah
Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 entang Pemerintah Daerah;
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sejenis Rumah Tangga
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Noomor 16 Tahun 2011 tentang Pedoman Materi
Muatan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
danSampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
27

Anda mungkin juga menyukai