NASKAH AKADEMIK
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG
PENYELENGGARAAN KEARSIPAN
ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembentukan Peraturan Daerah adalah proses pembuatan
Peraturan Daerah yang pada dasarnya dimulai dari perencanaan,
pembahasan, teknik penyusunan, perumusan, pembahasan,
pengesahan, pengundangan dan penyebarluasan. Dalam
mempersiapkan pembahasan dan pengesahan Rancangan Peraturan
Daerah menjadi Peraturan Daerah, harus berpedoman kepada
Peraturan Perundangundangan. Kebijakan desentralisasi dan
otonomi daerah dilaksanakan dalam rangka mempercepat
mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan publik, pemberdayaan dan membuka ruang bagi
partisipasi masyarakat. Pemerintahan daerah provinsi, daerah
kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai
urusan Pemerintah Pusat. Pemerintahan daerah berhak menetapkan
peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan
otonomi dan tugas pembantuan. Sebagaimana Pasal 1 butir 6 UU
Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menyebutkan
Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Urusan pemerintahan menurut UU
Nomor 23 Tahun 2014 adalah terdiri dari urusan pemerintahan
absolut dan urusan pemerintahan konkuren. Urusan pemerintahan
konkuren. Usaha pemerintahan konkuren adalah Urusan
pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan
Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. Selanjutnya urusan
tentang kearsipan masuk dalam urusan konkuren yaitu Urusan
Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar
sebagaimana dalam Pasal 11 ayat (2) Urusan Pemerintahan Wajib
yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) meliputi:
a. tenaga kerja;
b. pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak;
c. pangan;
d. pertanahan;
e. lingkungan hidup;
f. administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;
g. pemberdayaan masyarakat dan Desa;
h. pengendalian penduduk dan keluarga berencana;
i. perhubungan;
j. komunikasi dan informatika;
k. koperasi, usaha kecil, dan menengah;
l. penanaman modal;
m. kepemudaan dan olah raga;
n. statistik;
o. persandian;
p. kebudayaan;
q. perpustakaan; dan
r. kearsipan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada Latar Belakang maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, so-
siologis dan yuridis perlunya dibentuk Peraturan Daerah Kabu-
paten Pandeglang tentang Penyelenggaraan Kearsipan?
2. Apakah sasaran, ruang lingkuo pengaturan, jangkauan dan
arah pengaturan dari pembentukan Peraturan Daerah Kabu-
paten Pandeglang tentang Penyelenggaraan Kearsipan?
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Kearsipan
Menurut Sugiarto dan Wahyono (2015), Secara harfiah, istilah
arsip berasal dari Bahasa Yunani, yaitu fari kata arche, kemudian
berubah menjadi archea dan selanjutnya mengalami perubahan
Kembali menjadi archeon. Archea artinya dokumen atau catatan
mengenai permasalahan.
Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai
bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh Lembaga negara,
pemerintahan daerah, Lembaga Pendidikan, perusahaan, organisasi
public, organisai kemasyarakatan dan perseorangan dalam
pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu, tujuan arsip di Kelola dengan baik atau belum dapat
dilihar dari 3 ciri utama, yaitu : arsip dapat ditemukan saat akan
digunakan atau saat di cari mudah di dapat baik secara fisik
maupun elektronik.
Kearsipan mempunyai peranan penting dalam pusat ingatan,
yaitu sebagai : sumber infomasi dan sebagai alat pengawasan yang
sangat di perlukan dalam setiap organisasi saat kegiatan
perencanaan, penganalisaan, pengembangan, perumusan kebijakan,
pengambilan keputusan, pembuatan laporan, pertanggung jawaban,
penilaian dan pengendalian. Jadi manajemen kearsipan adalah
pekerjaan pengurusan arsip yang meliputi pencatatan, pengendalian
dan pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan , pengawasan ,
pemindah dan pemusnahan.
2. Fungsi Arsip
Dalam pemenuhsm kegiatan operasional beroganisasi, kebu
tuhan akan infomasi merupakan hal yang sangat mendasar sehingga
peranan arsip sangat penting dalam Sistem Informasi Manajemen
(SIM). Peranan arsip yang dinilai penting dalam kegiatan organisasi
maka (Sugiarto dan Wahyono, 2015 : 10) mengarakan bahwa data
merupakan fakta atau apapun yang digunakan sebagai input dalam
menghasilkan informasi, sedangkan informasi adalah data yang
diolah menjadi suatu bentuk yang mempunyai arti dan bermanfaat
bagi manusia. Adapun fungsi dari arsip menurut (Muhidin dan
Winata, 2016:3) beberapa fungsi arsip sebagai sumber informasi yang
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan yaitu:
1. Mendukung proses pengambilan keputusan. Dalam
prosesnya pengambilan keputusan, pimpinan dalam tingkat
menajerial maupun pasti membutuhkan informasi.
Ketersedian informasi yang cukup, baik dari segi kualitas
maupun kuantitas, dapat mendukung tercapainya tujuan
pengambilan keputusan.
2. Menunjang proses perencenaan. Perencanaan merupakan
suatu proses kegiatan untuk memperkirakan kondisi yang
akan dating, yang akan dituju atau dicapai. Untuk
Menyusun rencana, diperlukan banyak infomasi yang
mendukung tercapainya.
3. Mendukung pengawasan. Dalam melakukam pengawasan,
dibutuhkan informasi terekam tentang rencana yang telah
disusun, hal-hal yang belum dilaksanakan. Semuanya
direkam dan disimpan dalam bentuk arsip.
4. Sebagai alat bukti. Institusi pengadilan menghasilkam
banyak infomasi yang terekam dan dapat digunakan
Kembali oleh pengadilan tersebut.
5. Sebagai memori organisasi. Seluruh kegiatan organisai baik
berupa transaksi, aktivitas internal maupun pengeluaran
yang digunakan organisasi dapat terekam dalam bentuk
arsip.
6. Dapat digunakan untuk pentingan public dan ekonomi.
Kegiatan politik dan ekonomi menghasilakan infomasi.
Beragam infomarsi dapat diperoleh dari berbagai sumber.
Menurut (Barthos, 2016:4) fungsi arsip dibedakan :
1. Arsip Dinamis, arsip yang dapat digunakan secara langsung
dalam perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan
kehidupan kebangsaan pada umumnya atau dipergunakan
secara langsung dalam penyelenggaraan administrasi
negara.
2. Arsip Statis, arsip yang tidak dapat dipergunakan secara
langsung untuk perencanaan, penyelenggaraan kehidupan
kebangsaan pada umunya maupun untuk penyelenggaraan
sehari-hari administari negara.
Ketentuan fungsi tersebutkan menegaskan adanya 2 jenis sifat
dan arti arsip secara fungsional, yaitu Arsip dinamis dan Arsip statis
4. Penyusutan Arsip
Arsip yang terus berkembang setiap hari akan menjadi
tumpukan arsip, apabila dibiarkan begitu saja tentu akan
membutuhkan tempat yang lebih luas dalam hal penyimpanan arsip,
sehingga terjadi pemborosan tempat. Oleh karena itu penyusutan
arsip merupakan kegiatan yang penting dalam proses pengelolaan
arsip dalam suatu lembaga atau organisasi. Pada dasarnya dengan
melakukan penyusutan, maka pengelolaan arsip dapat
memungkinkan pengelolaan arsip yang dilakukan dapat lebih efektif.
Arsip merupakan berkas yang memiliki nilai guna sehingga nantinya
akan digunakan kembali. Dengan demikian menurut Sugiarto dan
Wahyono (2015) mengatakan perlu dilakukan seleksi dokumen
sebelum dilakukan penyimpanan.
Menurut Muhidin dan Winata (2016), Penyusutan arsip adalah
kegiatan pengurangan jumlah (volume) arsip dengan cara
pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan,
pemusnahan yang tidak memiliki nilai guna, dan penyerahan arsip
statis (bernilai sejarah) kepada Lembaga kearsipan (UU No. 43 tahun
2009). Penyusutan arsip dilakukan oleh pencipta arsip berdasarkan
jadwal retensi arsip. Dengan demikian, penyusutan arsip dilakukan
apabila arsip sudah habis masa retensinya.
Penyusutan arsip bertujuan untuk menghemat tempat,
peralatan, dan biaya; menggunakan arsip dinamis sebagai berkas
kerja; memudahkan pengendalian arsip yang tercipta; mempercepat
dalam penemuan kembali; menyelamatkan arsip yang bernilai guna
permanen yang mempunyai nilai pertanggungjawaban nasional.
Berdasarkan penjelasan menurut Muhidin dan Winata (2016),
ada beberapa cara penyusutan arsip, dapat terlebih dahulu
dilakukan sesuai dengan Jadwal Retensi Arsip (JRA). Apabila
organisasi memiliki jadwal retensi arsip, penyusutan arsip dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu :
1. Pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit
kearsipan
Unit pengolah adalah satuan kerja dari pencipta arsip
yang memiliki tugas dan tanggung jawab mengolah semua
arsip yang berkaitan dengan kegiatan penciptaan arsip
dilingkungannya. Unit kearsipan adalah satuan kerja pada
pencipta arsip yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
penyelenggaraan kearsipan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pemindahan arsip dari unit pengolah ke
unit kearsipan yaitu :
a. Peminidahan arsip inaktif pada unit pengolah (unit
kerja) di dalam organisasi menjadi tanggung jawab
kepala unit kerja masing-masing.
b. Pelaksanaan pemindahan arsip inaktif dilakukan
dengan penandatanganan berita acara dan dilampiri
daftar arsip yang dipindahan.
c. Berita acara pemindahan arsip inaktif ditandatangani
oleh kepala satuan kerja dan kepala unit kearsipan
d. Pemindahan arsip inaktif dilaksanakan dengan memer
hatikan bentuk dan media arsip melalui kegiatan:
penyeleksian, pembuatan daftar yang dipindahkan,
dan
penataan yang akan dipindahkan.
e. Pemindahan arsip inaktif: (1) yang memiliki retensi
dibawah 10 tahun dilakukan dari unit pengolah/unit
kerja ke unit kearsipan; (2) yang memiliki retensi seku
rang-kurangnya 10 tahun dilakukan dari unit
pengolah
ke unit kearsipan dilakukan berkoordinasi dengan
unit
kearsipan ditingkat Lembaga kearsipan.
2. Pemusnahan arsip yang tidak memiliki nilai guna
Pemusnahan arsip merupakan salah satu dari kegiatan
penyusutan arsip yang bertujuan mengurangi jumlah arsip.
Arsip yang akan dimusnahkan harus memiliki kriteria sebagai
berikut :
a. tidak memiliki nilai guna
b. telah habis retensinya dan berketerangan musnah
c. tidak ada peraturan yang melarang
d. tidak berkaitan dengan penyelesaian perkara
Pemusnahan arsip pada pencipta arsip merupakan tanggung
jawab pimpinan organisasi. Dalam hal pemusnahan arsip,
dilakukan dengan pembentukan panitia penilaian arsip yang
juga ditetapkan oleh pimpinan organisasi. Panitia penilaian
arsip sekurang-kurangnya memenuhi unsur: (1) kepala unit
kearsipan sebagai ketua untuk pemusnahan arsip yang
memiliki retensi di bawah 10 tahun; (2) kepala unit pengolah
sebagai anggota; (3) Kepala Lembaga kearsipan sebagai ketua
untuk pemusnahan arsip yang memiliki retensi sekurang-
kurangnya 10 tahun; (4) arsiparis sebagai anggota.
3. Penyerahan arsip statis (bernilai sejarah) kepada lembaga
kearsipan (UU No. 43/2009) jika organisasi tidak memiliki JRA, maka
penyusutan arsip 23 dilakukan melalui tahapan tertentu, yaitu
pendataan, penataan, pendaftaran, penilaian, dan penyusutan.
Berdasarkan penjelasan diatas, meyimpulkan bahwa
penyusutan arsip dapat dilakukan dengan 3 kegiatan : pemindahan
arsip inaktif, dari unit pengolah ke unit kearsipan; pemusnahan arsip
yang telah habis retensinya dan tidak memiliki nilai guna lagi;
penyerahan arsip statis oleh pencipta arsip kepada Lembaga
kearsipan.
BAB III
EVALUASI ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT