ATAS
RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN
TENTANG
PENETAPAN DESA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
D. Metode Penyusunan
Metode penyusunan melalui pendekatan yang digunakan dalam
penyusunan naskah penjelasan ini adalah metode yuridis normatif atau
mencermati referensi hukum kepustakaan maupun peraturan perundang-
undangan. Sejalan dengan itu, maka sumber referensi hukum berupa bahan-
bahan hukum (primer, sekunder dan tersier) seperti peraturan dasar, peraturan
perundang-undangan, tulisan-tulisan, literatur, serta hasil penelitian yang akan
dipergunakan. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan,
catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan Perundang-undangan dan
putusan-putusan hakim. Sedangkan bahan-bahan sekunder berupa semua
publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi.
Publikasi tentang hukum meliputi: buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-
jurnal hukum, dan komentar komentar atas putusan pengadilan (bahan-bahan
tersier). Disamping melaksanakan wawancara, mendengar pendapat narasumber
atau para ahli, dan melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait.
Berdasarkan metode tersebut, data dan informasi yang diperoleh akan
disusun secara deskriptif dan sistimatis untuk memudahkan bagi pengambilan
kebijakan dan membantu perumusan norma oleh tim penyusun atau perancang
Perundang-undangan (legal drafter) khususnya Penyusunan naskah Raperda
tentang Penetapan Desa.
Desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara
Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Sebagai bukti keberadaannya tersebut
dalam Penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia Tahun 1945 sebelum dilakukan amandemen sebanyak 4 (empat) kali,
menyebutkan bahwa “Dalam territori Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250
“Zelfbesturendelandschappen” dan “Volksgemeenschappen”, seperti desa di
Jawa dan Bali, Nagari di Minangkabau, Dusun dan Marga di Palembang, dan
sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan Asli dan oleh karenanya
dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Negara Republik
Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala
peraturan negara yang mengenai daerah-daerah itu akan mengingati hak-hak
asal usul daerah tersebut”.
Oleh sebab itu, keberadaannya wajib tetap diakui dan diberikan jaminan
keberlangsungan hidupnya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam
sejarah pengaturan Desa, telah ditetapkan beberapa pengaturan tentang Desa,
yaitu :
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode Dan Data
Wilayah Administrasi Pemerintahan.
Penetapan Desa tersebut disertai dengan kode wilayah administrasi
Pemerintahan Desa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137
Tahun 2017 tentang Kode Dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1955). Berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka perlu membentuk Peraturan
Daerah tentang Penetapan Desa di Kabupaten Bulungan.
A. Landasan Filosofis
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode Dan
Data Wilayah Administrasi Pemerintahan.
Penetapan Desa tersebut disertai dengan kode wilayah administrasi
Pemerintahan Desa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137
Tahun 2017 tentang Kode Dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1955). Berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka perlu membentuk Peraturan
Daerah tentang Penetapan Desa di Kabupaten Bulungan.
C. Landasan Sosiologis
A. Sasaran
Sasaran Penetapan Desa adalah untuk memberikan legalitas dan landasan
yuridis secara sah menurut hukum bagi Desa dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat. Disamping dalam upaya penataan dan untuk lebih
mengoptimalkan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat Desa.
Sasaran yang ingin diwujudkan adalah menciptakan rasa aman terhadap
masyarakat Desa dengan mewujudkan penetapan Desa yang dilegalisasi dengan
Peraturan Daerah, sehingga dalam pelaksanaan penyelegaraan pemerintahan desa
menjadi tertib administrasi, dan sah menurut hukum.
B. Saran
Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (LNRI Tahun 2014 No.7, TLN No.
5495);
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (LNRI Tahun 2014
No. 244, TLN No.5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (LNRI Tahun 2015 No.
58, TLN No. 5679);
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (LNRI Tahun 2014 No. 123, TLN
No.5539) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (LNRI Tahun 2019 No. 41, TLN No.6321);
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1996 tentang Pembentukan 13 (Tiga belas)
Kecamatan Di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Kutai, Berau, Bulungan, Pasir,
Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda Dan Balikpapan Dalam Wilayah Propinsi
Daerah Tingkat I Kalimantan Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1996 Nomor 56);
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2017 tentang Penataan Desa (LNRI Tahun
2017 No.89);
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah
Administrasi (LNRI Tahun 2017 No.1955);
Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pembentukan
Kecamatan Tanjung Palas Barat, Tanjung Palas Utara, Tanjung Palas Timur, Tanjung
Selor, Tanjung Palas Tengah, Sesayap Hilir, Tanah Lia, dan Kecamatan Peso Hilir
Dalam wilayah Kabupaten Bulungan (Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan Tahun
2002 Seri E Nomor 2);
Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nmor 12 Tahun 2005 tentang Pembentukan Desa
dan Kelurahan Dalam Wilayah Kabupaten Bulungan (Lembaran Daerah Kabupaten
Bulungan Tahun 2005 Seri E Nomor 9)
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto dalam Peraturan dan Yurisprudensi (1979);
Jimly Asshidiqie, Perihal Undang-Undang, Raja Grafindo Persada, 2010.
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta: Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia dan Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2004.
Raharjdo dalam bukunya yang berjudul Pengantar Sosiologi Pedesaan Dan Pertanian
Rosjidi Ranggawijaya, Pengantar Ilmu Perundang-Undangan Indonesia, Bandung,
CV. Mandar Maju, 1998.
William G. Andrews, Constitutions and Constitutionalism 3rd edition, (New Jersey:
Van Nostrand Company, 1968.