Anda di halaman 1dari 30

107 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA


(APBDes) DI WILAYAH KECAMATAN BATU BENAWA KABUPATEN HULU
SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Abdussakur
Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRAK

Kewenangan desa untuk mengelola keuangan dan sumber daya desa secara otonom
merupakan bukti dari otonomi desa. Kecamatan Batu Benawa merupakan wilayah yang
keseluruhannya merupakan desa yang berjumlah 14 desa, dan desa-desa tersebut memang
membuat APBDes, namun dalam penganggaran berdasarkan anggaran yang telah ada dari tingkat
atas. Artinya proses ini hanya bersifat top-down saja, sedangkan seharusnya proses ini bersifat
campuran top-down dan bottom-up. Padahal kinerja anggaran desa harus tercermin dari APBDes,
yang dibuat oleh Kades sebagai kepala pemerintahan di tingkat desa dengan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD). APBDes merupakan acuan pembiayaan pembangunan di suatu
desa. Sehingga kinerja dan penggunaan setiap anggaran di tingkat desa dapat
dipertanggungjawabkan. Penelitian ini meneliti implementasi kebijakan APBDes di wilayah
Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pelaksanaan kebijakan APBDes di wilayah
Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan sudah
sesuai dengan Peraturan Bupati Hulu Sungai Tengah Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) Kabupaten Hulu Sungai
Tengah. Akan tetapi dari analisis yang dilakukan penulis, sangat jelas bahwa prakteknya tidaklah
memadukan antara top-down dan bottom-up, karena adanya ketimpangan dan lebih dominan top-
down. (2) Dilihat dari dokumen perubahan APBDes dari Desa Baru, Desa Pagat, dan Desa Layuh,
tampak sekali bahwa Perdes tersebut seperti formalitas yang dimintakan oleh Pemerintah Daerah
untuk melengkapi berkas saja. (3) Faktor-faktor yang menentukan implementasi kebijakan
APBDes di Kecamatan Batu Benawa adalah perencana dan pelaksana kebijakan APBDes,
keberadaan aspek pemasukan desa dan tingkat urgensi program.

Kata Kunci : Implementasi, APBDes

I. Latar Belakang Keberhasilan dari suatu


Lahirnya Undang-Undang Nomor pemerintahan terletak pada pemerintahannya
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan sendiri, dalam hal ini pemerintah telah
Daerah, terutama Bab XI yang membahas membuat undang-undang mengenai
dan mengatur mengenai desa, merupakan pemerintahan desa, salah satunya adalah
suatu cerminan yang memberikan suatu Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
dasar yang berlandaskan pada prinsip 2005 tentang desa, yang isinya menyebutkan
desentralisasi dan otonomi daerah. bahwa Pemerintahan Desa adalah
Walaupun Undang-Undang Nomor 32 penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Tahun 2004 belum secara jelas mengatur tata Pemerintah Desa dan Badan
kewenangan antara Pemerintah, Pemerintah Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan
daerah dan Desa, ini tetap memberikan mengurus kepentingan masyarakat setempat
suatu pengakuan atas otonomi asli yang ada berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
pada Desa. setempat yang diakui dan dihormati dalam
108 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

sistem Pemerintahan Negara Kesatuan anggota BPD tidak diperbolehkan


Republik Indonesia. merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan
Pada dasarnya, desa merupakan awal Perangkat Desa. Badan Permusyawaratan
bagi terbentuknya masyarakat politik dan Desa (BPD) berfungsi menetapkan
pemerintahan di Indonesia. Jauh sebelum Peraturan Desa bersama Kepala Desa,
negara modern ini terbentuk, kesatuan sosial menampung dan menyalurkan aspirasi
sejenis desa atau masyarakat adat telah masyarakat (Utami, 2007: 9).
menjadi institusi sosial yang mempunyai Terkait dengan kewenangan yang
posisi sangat penting. Mereka ini merupakan dimiliki desa dalam Undang-Undang Nomor
institusi yang otonom dengan tradisi, adat 32 Tahun 2004, yakni : Urusan
istiadat dan hukumnya sendiri yang pemerintahan yang sudah ada berdasarkan
mengakar kuat serta relatif mandiri dari hak asal-usul desa. Urusan pemerintahan
campur tangan kekuasaan dari luar (Santoso, yang menjadi kewenangan kabupaten/kota
2003:2). yang diserahkan pengaturannya kepada desa.
Pemerintah desa adalah bagian dari Tugas pembantuan dari Pemerintah,
birokrasi negara dan sekaligus sebagai pemerintah propinsi, dan/atau pemerintah
pemimpin lokal yang memiliki posisi dan kabupaten/kota. Urusan pemerintahan
peran yang signifikan dalam membangun lainnya yang oleh peraturan perundang-
dan mengelola pemerintahan desa. perundangan diserahkan kepada desa.
Pemerintah desa mengemban tugas utama Berdasarkan empat kewenangan
dalam hal menciptakan kehidupan yang yang dimiliki desa sesungguhnya tersirat
demokratis, mendorong pemberdayaan bahwa desa merupakan institusi pemerintah
masyarakat serta memberikan pelayanan yang merupakan perpanjangan tangan
publik yang baik (Dwipayana, 2003:15). tangan dari organ pemerintah diatasnya,
Desa bukanlah bawahan Kecamatan, namun disisi lain desa sesungguhnya
karena Kecamatan merupakan bagian dari merupakan organ pemerintahan yang
perangkat daerah kabupaten/ kota, dan desa diberikan otonomi yang cukup luas.
bukan merupakan bagian dari perangkat Otonomi desa tersebut tercermin dari
daerah. Berbeda dengan kelurahan, desa adanya kewenangan desa terhadap urusan
memiliki hak untuk mengatur wilayahnya yang terkait dengan hak asal-usul desa, serta
lebih luas. Namun dalam perkembangannya, urusan lainnya yang diserahkan berdasarkan
sebuah desa dapat ditingkatkan statusnya peraturan perundang-undangan.
menjadi kelurahan. Desa memiliki Dalam hal ini, kewenangan desa
pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa untuk mengelola keuangan dan sumber daya
terdiri atas Pemerintah Desa yang meliputi desa secara otonom merupakan bukti dari
Kepala Desa, Perangkat Desa dan Badan otonomi desa ini. Dalam Pasal 212 Undang-
Permusyawaratan Desa (BPD). Kepala Desa Undang Nomor 32 Tahun 2004, sumber
merupakan pimpinan penyelenggaraan pendapatan desa dibagi dalam lima bagian
pemerintahan desa berdasarkan kebijakan umum: pendapatan asli desa, bantuan
yang ditetapkan bersama Badan pemerintah kabupaten, bantuan dari
Permusyawaratan Desa (BPD). Badan pemerintah pusat dan propinsi, sumbangan
Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan dari pihak ketiga, dan pinjaman desa.
lembaga perwujudan demokrasi dalam Keuangan desa menurut pasal ini diatur
penyelenggaraan pemerintahan desa. dalam APBDes (Anggaran Pendapatan dan
Anggota BPD adalah wakil dari penduduk Belanja Desa) yang ditetapkan oleh Kades
desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan bersama Badan Permusyawaratan Desa
wilayah. Anggota BPD terdiri dari Ketua (BPD). Dahulu sebelum Undang-Undang
Rukun Warga, pemangku adat, golongan Pemerintahan Daerah (Undang-Undang
profesi, pemuka agama dan tokoh atau Nomor 22 Tahun 1999) digulirkan, istilah
pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan APBDes lebih dikenal dengan APPKD atau
anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran
diangkat/ diusulkan kembali untuk 1 kali Keuangan Desa. Namun demikian, makna
masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan keduanya adalah sama (Habirono, 2004:1).
109 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

Berdasarkan pengamatan penulis, Partisipasi merupakan suatu proses


Kecamatan Batu Benawa merupakan wilayah pelembagaan yang bersifat bottom-up,
yang keseluruhannya merupakan desa yang dimana berbagai pengalaman yang terjadi
berjumlah 14 desa, dan desa-desa tersebut dijadikan masukan dalam pengembangan
memang membuat APBDes, namun dalam program. Kepercayaan dan keterbukaan,
penganggaran berdasarkan anggaran yang Kunci sukses partisipasi adalah
telah ada dari tingkat atas. Artinya proses ini menumbuhkan dan membangun hubungan
hanya bersifat top-down saja, sedangkan atas dasar „saling percaya‟ dan „keterbukaan‟.
seharusnya proses ini bersifat campuran top- Pengalaman menunjukkan bahwa suatu
down dan bottom-up. Padahal kinerja proses partisipasi berjalan dengan baik, maka
anggaran desa harus tercermin dari APBDes, berbagai upaya perbaikan akan terjadi
yang dibuat oleh Kades sebagai kepala dengan cepat. Sebagai contoh kasus
pemerintahan di tingkat desa dengan Badan penanganan hama terpadu (PHT), tidak
Permusyawaratan Desa (BPD). APBDes dapat menunggu instruksi atau program
merupakan acuan pembiayaan pembangunan yang direncanakan oleh Departemen
di suatu desa. Sehingga kinerja dan Pertanian, tetapi harus segera ditangani
penggunaan setiap anggaran di tingkat desa dengan mengeliminasi sejauh mungkin
dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini kerugian yang lebih parah dengan
menjadi penting sebagai bahan kajian dalam pengambilan inisiatif dari petani sendiri
penelitian ini, karena pentingnya posisi dengan cara yang dianggap sesuai. Partisipasi
APBDes itu sendiri dalam penyelenggaraan mendorong hubungan lebih terbuka antara
pemerintahan di tingkat desa. Hal ini berbagai pihak baik pejabat pemerintah,
menjadi penting karena menurut Mubyarto LSM, swasta dan masyarakat.
dalam Rahayu (2008 : 6), berhasilnya setiap Berdasarkan paparan di atas,
program pemerintah, dikarenakan adanya demikian jelaslah bahwa permasalahan yang
partisipasi sebagai bentuk kesediaan muncul adalah adanya proses implementasi
membantu sesuai kemampuan setiap orang kebijakan dalam APBDes di Kecamatan
tanpa berarti mengorbankan kepentingan Batu Benawa yang tidak sesuai dengan
diri sendiri, yang dibangun atas dasar tujuan pemerintahan. Anggaran harus sesuai
beberapa prinsip yaitu : Kebersamaan, Setiap prioritas kebutuhan dan tepat sasaran
individu, kelompok atau organisasi dalam terhadap kepentingan publik. Dan melalui
masyarakat membutuhkan suatu penyusunan APBDes inilah pemenuhan
kebersamaan untuk berbuat, bertindak dan kebutuhan masyarakat hasil perencanaan
mengatasi permasalahan dan hambatan yang bottom-up yang sesungguhnya.
terjadi. Pelembagaan partisipasi hanya dapat
dilakukan melalui proses interaksi antara II. Rumusan Masalah
berbagai elemen baik struktural maupun Berdasarkan latar belakang yang
horizontal. Partisipasi tumbuh melalui telah diuraikan di atas, maka peneliti
konsensus dan kesamaan visi, cita-cita, merumuskan masalah penelitian sebagai
harapan, tujuan dan saling membutuhkan berikut:
satu dengan yang lainnya. Proses pengaturan 1. Bagaimana implementasi
yang terjadi dalam masyarakat akan tumbuh kebijakan APBDes di wilayah
melalui kebersamaan, pengorganisasian dan Kecamatan Batu Benawa
pengendalian program pembangunan. Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Tumbuh dari bawah, Partisipasi bukan Provinsi Kalimantan Selatan?
sesuatu yang dipaksakan dari atas ke bawah 2. Faktor-faktor apa saja yang
“top-down” atau dikendalikan oleh individu menentukan implementasi
atau kelompok melalui mekanisme kebijakan APBDes di wilayah
kekuasaan. Partisipasi tumbuh berdasarkan Kecamatan Batu Benawa
kesadaran dan kebutuhan yang dirasakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah
oleh masyarakat. Prakarsa dan inisiatif Provinsi Kalimantan Selatan?
muncul dari, oleh dan untuk masyarakat
sebagai suatu proses belajar sepanjang hayat. III. Tinjauan Pustaka
110 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

Implementasi Kebijakan politik ke dalam prosedur rutin lewat saluran


Secara sederhana implementasi birokrasi, melainkan lebih dari itu, yang
diartikan sebagai pelaksanaan atau menyangkut masalah konflik, keputusan dan
penerapan. Majone dan Wildavsky (dalam siapa yang memperoleh apa dari
Nurdin dan Usman, 2002) mengemukakan implementasi kebijakan merupakan aspek
implementasi sebagai evaluasi, sementara penting dari keseluruhan proses kebijakan
Brown dan Wildavsky (dalam Nurdin dan sebagaimana yang dikemukakan oleh J.O.
Usman , 2002) berpendapat implementasi Udoji dalam Wahab (1997:59) yang
sebagai perluasan aktivitas yang saling menyatakan bahwa “the execution policies it as
menyesuaikan. Adapun Schuber (dalam important if not more important than policy making,
Nurdin dan Usman , 2002) mengemukakan policies will remain dreams or blue prints file jackets
implementasi sebagai sistem rekayasa. unless they are implemented” (implementasi
Pengertian di atas memperlihatkan kebijakan adalah sesuatu yang penting,
bahwa kata implementasi bermuara pada bahkan jauh lebih penting daripada
aktivitas, adanya aksi, tindakan atau pembuatan kebijakan, kebijakan akan
mekanisme sistem. Ungkapan mekanisme sekedar berupa impian atau rencana bagus
mengandung arti bahwa bukan hanya yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak
sekedar aktivitas tetapi suatu kegiatan yang diimplementasikan). Dengan demikian
terencana dan dilakukan secara sungguh- implementasi kebijakan pemerintah yang
sungguh berdasarkan acuan norma tertentu telah ditetapkan harus segera dilaksanakan
untuk mencapai tujuan kegiatan. sesuai dengan perencanaan program yang
Gaffar (1993 : 3) menggambarkan telah ditetapkan guna mencapai hasil yang
implementasi kebijakan sebagai serangkaian diinginkan.
aktivitas yang diarahkan, bagaimana suatu Implementasi suatu kebijakan
program dapat berjalan dengan baik pemerintah dimanapun sebenarnya
terutama menyangkut tiga hal yaitu : mengandung resiko untuk gagal,untuk itu
Organisasi, Interpretasi dan Aplikasi. peranan birokrasi pemerintah sebagai
Dengan demikian implementasi merupakan : pembuat dan pelaksana kebijakan sangat
1) pelaksanaan kebijakan, 2) suatu proses menentukan keberhasilan dan kegagalan
untuk memperoleh tambahan sumber daya, suatu kebijakan. Hogwood dan Gunn dalam
3) proses interaksi antara tujuan yang Wahab (1997:61), telah membagi kegagalan
ditentukan dengan pelaksanaan, 4) kebijakan menjadi 2 (dua) kategori yaitu:
kemampuan untuk menghilangkan 1) Non Implementation (tidak
hambatan dan permasalahan antara tujuan terimplementasi) yaitu : suatu
dan langkah-langkah strategis. kebijakan yang tidak
Dari berbagai pengertian dilaksanakan sesuai dengan
implementasi yang dikemukakan oleh para rencana.
pakar di atas, maka penulis mengambil 2) Unsuccesfull Implementation
kesimpulan implementasi adalah upaya (implementasi yang tidak
untuk melaksanakan peraturan perundang- berhasil), biasanya terjadi
undangan, ketentuan yang telah ditetapkan manakala suatu kebijakan
atau kebijakan. Dengan penerapan tersebut tertentu telah dilaksanakan sesuai
dapat dilihat hasil berupa umpan balik dalam dengan rencana namun
bentuk perbaikan atau penguatan yang telah mengingat kondisi eksternal
dianggap berhasil. ternyata tidak menguntungkan.
Salah satu proses dalam pembuatan Dengan demikian biasanya kebijakan
kebijakan negara adalah implementasi memiliki resiko untuk gagal, hal itu
kebijakan yang merupakan aspek penting disebabkan oleh faktor pelaksananya jelek
dari keseluruhan proses kebijakan, karena (bad policy) atau kebijakan itu memang
kebijakan tersebut perlu bernasib jelek (bad luck). Selanjutnya Edward
dilaksanakan.Implementasi kebijakan negara dan Sharansky dalam Wahab (1997:8)
sesungguhnya bukanlah sekedar berkaitan menyatakan bahwa ”Kebijakan publik dapat
dengan mekanisme penjabaran keputusan ditetapkan secara jelas dalam peraturan
111 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

perundang-undangan, atau dalam bentuk implementasi kebijakan merupakan aspek


pidato-pidato pejabat teras pemerintah yang penting (unsur pokok) dalam setiap
ataupun dalam program-program dan studi dan proses kebijakan. Bahkan Chief
tindakan-tindakan yang dilakukan J.O.Udoji (dalam Leo Agustino : 2006)
pemerintah. Sedangkan dalam kehidupan dengan tegas mengatakan bahwa
masyarakat bernegara saat ini, baik individu “Pelaksanaan kebijaksanaan adalah sesuatu
maupun berkelompok sangat dipengaruh yang penting bahkan mungkin jauh lebih
oleh negara. Pengaruh ini dapat dinikmati penting dari pada pembuatan kebijakan.
atau dirasakan mulai seseorang lahir sampai Kebijakan-kebijakan hanya akan sekedar
meninggal dunia, dalam berbagai bentuk berupa impian atau rencana bagus yang
pengaturan dan kontrol pemerintah yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak di
bertindak atas negara. Fenomena ini implementasikan “.
merupakan bentuk perwujudan diterimanya Dengan demikian proses
welfare state. Oleh karena itu intervensi negara implementasi merupakan suatu tindakan
akan memberikan bentuk beragam dari yang mutlak harus dilakukan dalam meraih
pelayanan publik yang dilakukan dampak yang diinginkan sebab yang menjadi
pemerintah”. tolak ukur keberhasilan suatu kebijakan
Untuk itu proses implementasi suatu terletak pada proses implementasinya.
kebijakan negara umumnya tidak terlepas Konsep implementasi menurut kamus
dan sangat dipengaruhi oleh peranan Webster (dalam Wahab : 9:97), implementasi
birokrasi pemerintahan, baik ditingkat pusat kebijakan adalah “to implement” atau
maupun di daerah, karena implementasi mengimplementasikan yang berarti juga
kebijakan negara oleh suatu pemerintahan, sebagai “to provide the means for carrying out”
sebenarnya bentuk pelayanan yang diberikan (menyediakan sarana untuk melakukan
kepada masyarakat, sesuai dengan fungsi dari sesuatu) serta “to give practical effect to” (
birokrasi untuk melayani masyarakat. Oleh menimbulkan dampak/ akibat terhadap
karena itu semua kebijakan yang dibuat oleh sesuatu).
suatu pemerintahan atau negara bertujuan Jika pandangan ini kita ikuti, maka
untuk mengatur, mengurus, dan melayani implementasi kebijakan dapat dipandang
kepentingan bersama serta menjaga suatu sebagai suatu proses melaksanakan suatu
kondisi sistem politik yang kondusif serta keputusan kebijakan (biasanya dalam bentuk
sistem ketertiban umum yang masyarakat undang-undang, peraturan pemerintah,
bisa menjalani kehidupan secara wajar. Salah keputusan peradilan, perintah eksekutif) atau
satu bentuk implementasi kebijakan dengan kata lain bahwa implementasi pada
pemerintah atau negara dalam melaksanakan suatu tindakan yang difokuskan untuk
fungsi pelayanannya kepada masyarakat mencapai kebijakan yang telah ditetapkan.
adalah penyediaan pasar beserta fasilitas Tindakan-tindakan tersebut pada
penunjang lainnya. suatu saat berusaha untuk
Menurut Islamy (2000) “ Pada mentransformasikan keputusan-keputusan
hakikatnya kebijaksanaan negara yang telah menjadi pola operasional dan melanjutkan
dirumuskan menjadi suatu kebijakan dan upaya tersebut untuk mencapai perubahan
diwujudkan dalam bentuk program seperti yang digariskan dalam keputusan-
bertujuan untuk diimplementasikan, sebab keputusan tertentu.
setiap perumusan kebijakan yang baik harus Selanjutnya, Van Meter dan Horn
terkandung nuansa implementasinya dan (dalam Budi Winarno:2007:146) membatasi
tolak ukur keberhasilannya. Hal ini menjadi implementasi kebijakan sebagai tindakan
modal yang berharga bagi proses yang dilakukan oleh individu-individu (atau
implementasi yang berhasil ”. kelompok-kelompok) pemerintah maupun
Implementasi merupakan bagian swasta yang diarahkan untuk mencapai
penting dari seluruh proses suatu tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam
kebijaksanaan sejalan dengan yang keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.
ditemukan oleh Grindle (1980) dan Tindakan-tindakan ini mencakup
Hoogwood dan Gunn (1986) bahwa usaha-usaha untuk mengubah keputusan-
112 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

keputusan menjadi tindakan operasional bentuk undang-undang, namun dapat pula


dalam kurun waktu tertentu maupun dalam berbentuk perintah-perintah atau keputusan-
rangka melanjutkan usaha-usaha untuk keputusan eksekutif yang penting atau
mencapai perubahan-perubahan besar dan keputusan badan peradilan. Lazimnya
kecil yang di tetapkan oleh keputusan- keputusan tersebut mengindentifikasikan
keputusan kebijakan. yang perlu ditekankan masalah yang ingin dicapai dan berbagai cara
di sini adalah bahwa tahap implementasi untuk menstrukturkan atau mengatur proses
kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan- implementasinya.
tujuan dan saran-saran ditetapkan atau Wayne Parsons (2005 : 462),
diidentifikasi oleh keputusan-keputusan Mendefinisikan implementasi adalah sebuah
kebijakan. proses interaksi antara penentuan tujuan dan
Yang perlu ditekankan di sini adalah tindakan untuk mencapai tujuan tersebut. Ini
bahwa tahap implementasi kebijakan tidak artinya kemampuan untuk melakukan
akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan hubungan mata rantai sebab akibat agar bisa
saran-saran ditetapkan atau diidentifikasi berdampak. Implementasi akan semakin tak
oleh keputusan-keputusan kebijakan. efektif apabila hubungan antar semua agen
Dengan demikian tahap yang menjalankan kebijakan justru
implementasi terjadi hanya setelah undang- menghasilkan defisit implementasi.
undang ditetapkan dan dana disediakan Setidaknya ada sejumlah kata kunci
untuk membiayai implementasi kebijakan dari konsep tersebut di atas, yakni
tersebut. Lebih lanjut Riant Nugroho implementasi adalah sebuah proses. Ini
(2003:17) mengartikan “Implementasi berarti memerlukan input kebijakan yang valid
kebijakan dengan suatu cara agar sebuah dan bersumber dari pihak yang terkait,
kebijakan dapat mencapai tujuannya, tidak perlunya rentang waktu untuk merumuskan
lebih tidak kurang, untuk dan mengimplementasikannya, serta out put
mengimplementasikan kebijakan ada dua yang sekaligus evaluasi dari implementasi
langkah yang bisa dilakukan yaitu, langsung kebijakan yang telah dibuat.
mengimplementasikan dalam bentuk Definisi di atas juga mengisyaratkan
program tersebut, kedua implementasi bahwa implementasi memerlukan
kebijakan dalam bentuk Undang-Undang kemampuan melakukan hubungan dalam
atau Perda, yang pelaksanaannya bisa mata rantai sebab akibat hal ini dapat
langsung operasional, misalnya dengan dimaknai bahwa setiap implementasi
Kepres, Inpres, Kepmen, Keputusan Kepala melibatkan sejumlah pihak sehingga berjalan
Daerah, Keputusan Kepala Dinas. terintegrasi dan membuahkan hasil sesuai
Ripley dan Franklin (dalam Budi dengan tujuan yang dikehendaki. Bahkan
Winarno ; 2007:145) berpendapat bahwa rumusan di atas mengingatkan kepada semua
implementasi adalah apa yang terjadi setelah pihak bahwa ketidakefektifan akan terjadi
undang-undang ditetapkan yang manakala hubungan berbagai komponen
memberikan otoritas program, kebijakan, tidak berjalan harmonis dan tidak
keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran berorientasi pada pencapaian tujuan.
yang nyata (tangible output). Istilah Beranjak dari beberapa definisi
Implementasi menunjuk pada sejumlah tersebut disimpulkan bahwa implementasi
kegiatan yang mengikuti pernyataan tentang kebijakan adalah upaya untuk melaksanakan
tujuan-tujuan program dan hasil-hasil yang keputusan, peraturan, perundang-undangan,
diinginkan oleh pemerintah. Implementasi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan
mencakup tindakan-tindakan (tanpa atau kebijakan dan pada akhirnya akan
tindakan-tindakan) oleh berbagai aktor, mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan
khususnya para birokrat, yang dimaksud tujuan dan sasaran kebijakan itu sendiri.
untuk membuat program berjalan. Implementasi mengacu pada
Daniel Mazmainan dan Paul Sabatier tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
(dalam Leo Agustino : 2006 :154) telah ditetapkan dalam suatu keputusan,
Mendefinisikan implementasi kebijakan tindakan ini berusaha untuk mengubah
sebagai pelaksanaan dasar, biasanya dalam keputusan-keputusan tersebut menjadi pola-
113 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

pola operasional serta berusaha mencapai implementasi. Pada pendekatan


perubahan-perubahan besar atau kecil ini adanya rantai komando yang
sebagaimana yang telah diputuskan baik dan mempunyai kapasitas
sebelumnya. Implementasi pada hakekatnya untuk mengkoordinasikan dan
juga upaya pemahaman apa yang seharusnya mengontrol semua tindakan.
terjadi setelah sebuah program dilaksanakan. Mengesampingkan perilaku dan
Implementasi kebijakan tidak hanya memfokuskan pada hubungan
melibatkan instansi yang bertanggungjawab logis antara input, proses, dan
untuk pelaksanaan kebijakan tersebut, output. Bersumber dari satu
namun juga menyangkut jaringan kekuatan garis komando dan tidak banyak
politik, sosial dan ekonomi. Dalam tataran melibatkan organisasi dari
praktis, implementasi adalah proses sumber lain.
pelaksanaan keputusan dasar. Proses 2. Pendekatan implementasi
tersebut terdiri dari beberapa tahapan yaitu : Bottom-up (dari bawah ke atas)
1) tahapan pengesahan Pendekatan ini memandang
2) pelaksanaan keputusan bahwa implementasi kebijakan
3) kesediaan kelompok sasaran untuk sebaliknya tidak mekanistik dan
menjalankan keputusan linier, tetapi membuka peluang
4) dampak nyata keputusan baik yang untuk terjadinya interaksi,
dikehendaki atau tidak melalui proses negosiasi,
5) dampak keputusan sebagaimana berguna untuk menghasilkan
yang diharapkan instansi pelaksana kompromi, peka terhadap
6) upaya perbaikan atas kebijakan atau dinamika yang berkembang di
peraturan perundang-undangan. masyarakat (khususnya target
Proses persiapan implementasi grup) terhadap implementasi
setidaknya menyangkut beberapa hal penting kebijakan. Adanya interaksi
yaitu : birokrat dengan klien mereka di
1) penyiapan sumber daya unit dan tingkat lapangan. Backward
metode Mapping (Elmore, 1985) sukses
2) penerjemahan kebijakan menjadi berdasarkan term human
rencana dan arahan yang dapat /perilaku manusia. Sukses
diterima dan dijalankan pelayanan publik melalui orang-
3) penyediaan layanan, pembayaran dan orang yang berdedikasi dan
hal lain secara rutin. berkomitmen di tingkat
Menurut Parsons (2005) lapangan, ketimbang
menyebutkan ada 4 (empat) model menganggap manusia sebagai
pendekatan implementasi yaitu : rantai komando. Sifat deskripsi,
1. Pendekatan sistem Rasional top- yakni memberikan keleluasaan
down. dalam penerapan kebijakan.
Pendekatan top down Sebuah program akan
memandang bahwa melibatkan banyak organisasi
implementasi kebijakan dapat sehingga menimbulkan interaksi
berjalan secara mekanistik atau yang kompleks (rumit).
linier satu arah, pada tataran 3. Sintesis implementasi rasional
diimplementasikan di lapangan top-down dan Bottom-up
harus mengikuti hasil rumusan Model sintesis (perpaduan)
dari kebijakan yang telah memadukan kedua model
digariskan, implementasi tersebut di mana proses
kebijakan dilakukan secara implementasi kebijakan
tersentralisasi, membutuhkan mungkin akan efektif bila terjadi
sistem kontrol dan komunikasi sintesis dari model pendekatan
top-down terhadap sumber daya top-down dengan model
yang menjalankan tugas pendekatan bottom-up atau
114 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

perpaduan antara tanggung pada keyakinan, kekuasaan,


jawab dan kepercayaan. makna dan nilai
Dukungan dari kelompok
kepentingan dan penguasa di Faktor–Faktor yang Berpengaruh
legislatif dan eksekutif. Struktur Terhadap Implementasi Kebijakan
implementasi yang disusun Proses implementasi kebijakan
secara legal untuk membantu negara banyak faktor yang mempengaruhi
pihak-pihak yang keberhasilan suatu kebijakan pemerintah
mengimplementasikan ketika di implementasikan.
kebijakan. Warwiek (dalam H.Tachjan : 2008 :
Menurut Sabateir (1986) memenuhi 52) Menyatakan bahwa tahap implementasi
6 (enam) syarat : program, terdapat dua kategori faktor yang
a. Tujuan yang jelas dan konsisten bekerja dan mempengaruhi Keberhasilan
b. Teori kausal yang memadai, pelaksanaan proyek yaitu (a) faktor
mengandung teori yang akurat pendorong (facilitating conditions), dan (b)
tentang cara melahirkan faktor penghambat (impeding conditions). Tak
perubahan ada suatu rencana pembangunan yang dalam
c. Struktur implementasi yang pelaksanaannya terlepas sama sekali dari
disusun secara legal untuk pengaruh kekuatan-kekuatan politik, sejarah
membantu pihak-pihak yang maupun nilai-nilai budaya.
mengimplementasikan kebijakan Menurut Warwiek, faktor pendorong
d. Para pelaksana implementasi implementasi, terdiri dari : (a) Komitmen
yang ahli dan berkomitmen pimpinan politik, (b) Kemampuan
menggunakan kebijaksanaan organisasi, (c) Komitmen para pelaksanaan,
mereka mencapai tujuan dan (d) dari kelompok kepentingan.
e. Dukungan dari kelompok Komitmen pimpinan politik dalam praktek
kepentingan dan penguasa di adalah terutama komitmen dari pimpinan
legislatif dan eksekutif pemerintahan, karena pimpinan
f. Perubahan dalam kondisi sosial pemerintahan pada hakikatnya tercakup
ekonomi tidak melemahkan dalam pimpinan politik yang berkuasa di
dukungan kelompok dan daerah.
penguasa atau tidak Kemampuan organisasi dalam tahap
meruntuhkan teori kausal yang implementasi program, pada hakikatnya
mendasari kebijakan. dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
4. Implementasi model metafora. melaksanakan tugas-tugas yang seharusnya,
Tidak ada satu pendekatan yang seperti telah ditetapkan atau dibebankan
dapat memberikan semua pada salah satu unit organisasi. Kemampuan
jawaban terhadap implementasi organisasi (organization capacity) terdiri dari
yang setepat-tepatnya. Pada tiga unsur yaitu (i) kemampuan teknis, (ii)
implementasi model campuran kemampuan dalam menjalin hubungan
(metafora), terlihat keterlibatan dengan organisasi lain yang beroperasi dalam
berbagai pihak sangat jelas dan bidang yang sama.; Seperti diketahui,
model integrasinya dalam pelaksanaan kegiatan / program pemerintah
penerapan sangat menyentuh senantiasa membutuhkan kerja sama dan
dimensi kesetaraan dan bantuan dari berbagai pihak, baik yang
tanggung jawab. berada dalam masyarakat organisasi
Mengungkapkan dan pemerintahan di daerah maupun yang berada
menjelaskan mengenai dalam masyarakat (berupa organisasi
implementasi. Konteks dalam kemasyarakatan). Kerja sama bantuan dan
menentukan policy problems dukungan dalam pelaksanaan amat
(masalah kebijakan) dan diperlukan. Seringkali ada pula
pembuatan kebijakan bersumber ketergantungan pada “birokrasi pelayanan
administrasi” yang turut mempermudah
115 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

proses implementasi program dan kegiatan perhatian yang cukup, semata-


tersebut, (iii) Hadirnya atau adanya keinginan mata karena tidak punya waktu
yang kuat untuk mengembangkan atau suatu lagi, karena seluruh waktunya
SOP “Standard Operational Producedures”, yaitu telah habis disita oleh tugas-tugas
pedoman tata aliran kerja dalam pelaksanaan lainnya. Dalam banyak kasus di
serta cara-cara pemecahan masalah yang daerah, pejabat-pejabat tertentu,
timbul dalam pelaksanaan kegiatan di terlibat yang ikut bertanggung
lapangan. jawab dalam berbagai jenis
Komitmen para pelaksana program, sampai melampaui
(implementasi) Salah satu asumsi yang sering batas kemampuannya untuk
kali terbukti keliru yaitu “Jika pimpinan telah memberikan perhatian yang
siap untuk bergerak bawahan akan segera cukup terhadap program-
ikut”. Dalam kenyataan kesediaan dan program tersebut. Hal ini
kemauan bawahan untuk mengerjakan dan berkaitan pula dengan masih
melaksanakan (to carry out) sebuah adanya pegawai yang memikul
kebijaksanaan yang telah di setujui amat tugas rangkap.
bervariasi, dan dapat dipengaruhi oleh iii) Hal yang hampir sama dijumpai
faktor-faktor psikologis dan birokratisme. dalam masa pembentukan unit
Dukungan dari kelompok organisasi baru, yang masih
kepentingan (interests group support): memerlukan pegawai-pegawai
Pelaksanaan program dan kegiatan baru, sehingga senantiasa terasa
pembangunan, sering lebih berhasil bila kekurangan pegawai.
mendapat dukungan dari kelompok- c) Kerumitan yang melekat pada
kelompok kepentingan dalam masyarakat, program-program itu sendiri
khususnya yang berkaitan langsung dengan (intrinsic-complexity)
program-program tersebut. Sering kali program pembangunan
Adapun beberapa faktor yang secara mengalami kesulitan dalam
teoritik dapat menimbulkan hambatan pelaksanaan karena sifat hakiki dari
terhadap pelaksanaan program-program program itu sendiri. Hambatan yang
pembangunan, ialah : melekat dapat berupa faktor teknis
a) Banyaknya “pemain” (actors) yang (technical complec), faktor ekonomi
terlibat. (economic complec), pengadaan bahan
Makin banyak pihak yang terlibat, (supply complec), dan faktor perilaku
dan turut mempengaruhi pelaksana atau masyarakat (behavioral
pelaksanaan, makin rumit complec).
komunikasi, makin besar d) Jenjang pengambilan keputusan
kemungkinan terjadinya delay, terlalu banyak
hambatan dalam proses pelaksanaan. Makin banyak jenjang dan tempat
b) Terdapat komitmen atau loyalitas pengambilan keputusan yang
ganda : persetujuannya diperlukan sebelum
i) Dalam banyak kasus, pihak- rencana program/kegiatan
pihak yang terlibat dan dilaksanakan, berarti makin banyak
menentukan dalam program waktu yang diperlukan guna
pembangunan, telah menyetujui persiapan pelaksanaan. Begitu pula
suatu program tetapi dalam pada tahap operasional, penyaluran
pelaksanaannya masih dan sumbangan yang diperlukan,
mengalami penundaan, karena memakan banyak waktu karena
adanya komitmen terhadap memerlukan persetujuan dari banyak
program yang lain pihak yang berwenang.
ii) Kadang-kadang pada seseorang e) Faktor lain (Waktu dan Perubahan
yang seharusnya ikut berperan kepemimpinan)
demi keberhasilan program Makin panjang waktu yang
tersebut, tidak memberikan dibutuhkan dari saat penyusunan
116 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

rencana dengan pelaksanaan, makin (Wahab : 1997:62) membagi pengertian


besar kemungkinan pelaksanaan. kegagalan kebijakan (policy failer) menjadi 2
Perubahan kepemimpinan, baik pada (dua) kategori yaitu :
tingkat pimpinan pelaksana maupun 1. Non implementation, mengandung
pimpinan dalam organisasi di daerah arti bahwa suatu kebijakan tidak
seperti Bupati / Walikota sedikit dilaksanakan sesuai dengan
banyak mempunyai pengaruh rencana. Keadaan ini
terhadap pelaksanaan program dipengaruhi oleh banyak faktor,
/kegiatan. seperti kerja sama, penguasaan
Grindle (1980:111), Berasumsi permasalahan ataupun wilayah
bahwa implementasi kebijaksanaan permasalahan yang di luar
ditentukan oleh isi kebijaksanaan dan jangkauan kewenangan.
konteks implementasinya, karena pada saat 2. Unsuccesfull Implementation,
kebijaksanaan akan diimplementasikan manakala suatu kebijakan telah
sejumlah program kegiatan maupun sumber dilaksanakan sesuai dengan
dana telah disediakan, berhasil atau tidaknya rencana tetapi mengingat
implementasi kebijakan tinggal hanya eksternal ternyata tidak
tergantung pada isi dan konteks dari menguntungkan (disebabkan
kebijaksanaan tersebut. Isi kebijaksanaan oleh faktor eksternal, misalnya
tersebut menurut Grindle mencakup : (a) terjadi peristiwa pergantian
kepentingan yang dipengaruhi (b) jenis kekuasaan, bencana alam, dan
manfaat yang akan dihasilkan (c) derajat sebagainya) akibatnya kebijakan
perubahan yang diinginkan (d) kedudukan tersebut tidak berhasil dalam
pembuat kebijaksanaan (e) pelaksana mewujudkan dampak/hasil
program (f) sumber daya yang dilibatkan. akhir yang diinginkan.
Sedangkan konteks kebijakan Kebijakan yang memiliki risiko
mencakup (a) kekuasaan, kepentingan dan untuk gagal dalam mengimplementasikannya
strategi aktor yang terlibat (b) karakteristik bisa saja disebabkan oleh faktor-faktor (1)
lembaga dan penguasa (c) kepatuhan serta pelaksanaan jelek (bad execution).
tanggap pelaksana. Kebijakan dalam mencapai hasil
Meter dan Horn (1975) yang yang diharapkan sangat tergantung pada
menghubungkan antara kebijaksanaan proses implementasi. Kadang kala terjadi
dengan prestasi kerja. Menurut mereka perbedaan antara apa yang diharapkan
presentasi kerja suatu organisasi sangat dengan apa yang senyatanya terjadi atau
terkait dengan faktor-faktor atau variabel tercapai (Implementation Gap). Hal ini
bebas, yaitu (1) ukuran dan tujuan dipengaruhi oleh apa yang disebut Ilham
kebijaksanaan (2) sumber-sumber sebagaimana dikutip oleh Wahab (1997)
kebijaksanaan (3) ciri-ciri atau sifat badan / sebagaimana implementation capacity di artikan
instansi pelaksana (4) Komunikasi antar sebagai kemampuan suatu organisasi atau
organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan aktor untuk melaksanakan keputusan
pelaksanaan (5) sikap para pelaksana, serta kebijakan sedemikian rupa sehingga ada
(6) lingkungan ekonomi dan sosial. jaminan bahwa tujuan atau sasaran yang
Pendapat tersebut memperlihatkan ditetapkan dalam dokumen formal dapat
bahwa adanya keterkaitan antara variabel / tercapai.
faktor implementasi dengan tingkat Sedangkan implementasi itu sendiri
keberhasilan pencapaian tujuan memiliki unsur sebagai berikut:
kebijaksanaan. Variabel-variabel tersebut 1. Proses implementasi program
adalah (1) ciri-ciri atau sifat badan/instansi kebijakan adalah : rangkaian
pelaksana (2) komunikasi atau organisasi kegiatan tindak lanjut (setelah
terkait (3) Sikap/komitmen para pelaksana. sebuah program atau kebijakan di
Kebijakan pemerintah sebenarnya terapkan) yang terdiri dari
memiliki risiko untuk gagal. Kegagalan pengambilan keputusan, langkah-
kebijaksanaan oleh Hagwood dan Gun langkah strategi maupun
117 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

operasional yang ditunjuk untuk Pentingnya komunikasi yang


mewujudkan suatu program atau ditujukan untuk membangun suatu kerja
kebijaksanaan menjadi kenyataan sama dalam pelaksanaan kebijakan
guna mencapai sasaran dari pemerintah dan itu merupakan salah satu
program ditetapkan semula. syarat sebagaimana yang dikemukakan oleh
2. Proses implementasi dalam Van Mater dan Horn (dalam Wibawa, 1994:
kenyataannya yang sesungguhnya 19) bahwa “salah satu variable-variable lainnya
dapat berhasil, kurang berhasil dalam menghasilkan kinerja kebijakan yang
atau gagal sama sekali bila ditinjau tinggi”. Pandangan senada juga dikemukakan
dari wujud yang dicapai, karena oleh Hugwood dan Gun (dalam Abdul
dalam proses tersebut bermain Wahab : 1997 : 77) yang mengemukakan
dan terlihat sebagai unsur yang bahwa “harus ada komunikasi dan
pengaruhnya dapat bersifat koordinasi yang sempurna di antara berbagai
mendukung maupun unsur atau badan yang terlibat dalam suatu
menghambat sasaran program. program kebijakan”.
3. Proses implementasi sekurang- Begitu juga sebagaimana yang
kurangnya terdapat 3 (tiga) unsur diutarakan Yen (1920) seorang pendiri
penting yang mutlak, yaitu (a) gerakan rekonstruksi di Cina seperti yang
adanya program atau dikutip oleh Tjokrowinoto (1993:29) bahwa
kebijaksanaan yang dilaksanakan. birokrasi harus “Go to people live among the
(b) target group, yaitu people, learn from the people plan with the people :
sekelompok masyarakat yang star with what the people know built owhop the
menjadi sasaran yang diharapkan people have : teach by the showing : not odds and but
akan menerima program tersebut, system : not piccemeal, but integrate approach”
perubahan atau peningkatan. (c) (datanglah kepada rakyat hiduplah bersama
unsur pelaksana, baik organisasi rakyat, belajar dari rakyat, rencanakan
atau perorangan yang bersama rakyat, bekerja bersama rakyat,
bertanggung jawab dalam mulailah dengan apa yang diketahui rakyat,
pengolahan maupun pelaksana bangunlah apa yang dimiliki rakyat, ajarilah
dan pengawasan dari proses dengan contoh, belajarlah dengan bekerja
implementasi tersebut. bukan pameran, melainkan pola : bukan
4. Implementasi program atau rintangan dan akhir, melainkan suatu sistem,
kebijaksanaan tidak mungkin bukan pendekatan cerai berai, melainkan
dilaksanakan dalam ruang hampa, menyatu bukan kompromi melainkan
oleh karena lingkungan sosial, mengubah : bukan pertolongan melainkan
budaya dan politik mempengaruhi pembebasan).
proses implementasi program- Kesiapan pelaksana dalam
program pembangunan pada melaksanakan suatu kebijakan tidak bisa
umumnya. terlepas dari sumber daya yang memadai
Menurut Brian W Hogwood dan bahwa para pelaksana harus dengan curereses
Lewis A Gunn (Wahab :1997) yang cukup, seperti hummanresources (staf
menggambarkan bahwa tingkat keberhasilan dalam jumlah kualifikasi yang memadai
suatu kebijakan dipengaruhi oleh : (1) dengan hak dan kewajibannya sesuai dengan
Kondisi eksternal, (2) waktu atau sumber kewenangan dan tanggung jawabnya).
yang tersedia, (3) hubungan kausalitas (sebab Financial, resuces, technological resources, maupun
akibat), (4) pemahaman yang mendalam dan psychological resaurces. (Islamy, 1998:34).
kesepakatan terhadap tujuan, (5) perincian Menurut Joko Widodo (2007 : 162)
tugas yang tepat, (6) komunikasi dan bahwa “sumber daya keuangan dapat
koordinasi yang sempurna, (7) adanya memperlancar pelaksanaan suatu kebijakan.
komitmen dari pihak-pihak yang berwenang Kurangnya atau terbatasnya dana atau
guna mendapatkan kepatuhan yang insentif isi dalam implementasi kebijakan
sempurna. merupakan sumbangan besar terhadap
gagalnya pelaksanaan kebijakan “
118 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

sebagaimana dikemukakan oleh Derthicks atas, maka memahami struktur


dalam Van Meter bahwa “new towns study birokrasi merupakan faktor yang
suggest that limited supply of federal incentives a fundamental untuk mengkaji
major contributor to the program”. implementasi kebijakan publik.
Faktor-faktor yang berpengaruh Menurut Edward III dalam Winarno
dalam implementasi menurut George C. (2005:150) terdapat dua karakteristik
Edward III dalam Winarno (2006:127) utama dari birokrasi yaitu :“Standart
sebagai berikut : Operational Procedure (SOP) dan
a. Struktur Birokrasi Fragmentasi”.
Birokrasi merupakan salah satu Standart operational procedure (SOP)
institusi yang paling sering bahkan merupakan perkembangan tuntutan
secara keseluruhan menjadi internal akan kepastian waktu,
pelaksana kegiatan. Keberadaan sumber daya serta kebutuhan
birokrasi tidak hanya dalam struktur penyeragaman dalam organisasi kerja
pemerintah tetapi juga ada dalam yang kompleks dan luas Winarno
organisasi-organisasi swasta, institusi (2005:150). Ukuran dasar SOP atau
pendidikan dan sebagainya. Bahkan prosedur kerja ini biasa digunakan
dalam kasus-kasus tertentu birokrasi untuk menanggulangi keadaan-
diciptakan hanya untuk menjalankan keadaan umum diberbagai sektor
suatu kebijakan tertentu. Ripley dan publik dan swasta. Dengan
Franklin dalam Winarno (2005:149- menggunakan SOP, para pelaksana
160) mengidentifikasi enam dapat mengoptimalkan waktu yang
karakteristik birokrasi sebagai hasil tersedia dan dapat berfungsi untuk
pengamatan terhadap birokrasi di menyeragamkan tindakan-tindakan
Amerika Serikat, yaitu : pejabat dalam organisasi yang
1) Birokrasi diciptakan sebagai komplek dan tersebar luas sehingga
instrumen dalam menangani dapat menimbulkan fleksibilitas yang
keperluan-keperluan publik besar dan kesamaan yang besar
2) Birokrasi merupakan institusi yang dalam penerapan peraturan.
dominan dalam implementasi Berdasarkan hasil penelitian Edward
kebijakan publik yang mempunyai III dalam Winarno (2005:152)
kepentingan yang berbeda-beda menjelaskan bahwa SOP sangat
dalam setiap hierarkhinya. mungkin dapat menjadi kendala bagi
3) Birokrasi mempunyai sejumlah implementasi kebijakan baru yang
tujuan yang berbeda. membutuhkan cara-cara kerja baru
4) Fungsi birokrasi berada dalam atau tipe-tipe personil baru untuk
lingkungan yang kompleks dan luas. melaksanakan kebijakan-kebijakan.
5) Birokrasi mempunyai naluri bertahan Dengan begitu, semakin besar
hidup yang tinggi dengan begitu kebijakan membutuhkan perubahan
jarang ditemukan birokrasi yang dalam cara-cara yang lazim dalam
mati. suatu organisasi, semakin besar pula
6) Birokrasi bukan kekuatan yang netral probabilitas SOP menghambat
dan tidak dalam kendali penuh dari implementasi. Namun demikian,
pihak luar. disamping menghambat
Implementasi kebijakan yang bersifat implementasi kebijakan SOP juga
kompleks menuntut adanya mempunyai manfaat. Organisasi-
kerjasama banyak pihak. Ketika organisasi dengan prosedur
struktur birokrasi tidak kondusif perencanaan yang luwes dan kontrol
terhadap implementasi suatu yang besar atas program yang
kebijakan, maka hal ini akan bersifat fleksibel mungkin lebih
menyebabkan ketidakefektifan dan dapat menyesuaikan tanggungjawab
menghambat jalannya pelaksanaan yang baru daripada birokrasi-
kebijakan. Berdasarkan penjelasan di
119 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

birokrasi tanpa mempunyai ciri-ciri bidang sumber daya, Schmerchorn,


seperti ini. Jr (1994:14) mengelompokkan
Sifat kedua dari struktur birokrasi sumber daya kedalam “Information,
yang berpengaruh dalam pelaksanaan Material, Equiepment, Facilities, Money
kebijakan adalah fragmentasi. and People”. Sementara Hodge
Edward III dalam Winarno (1996:14) mengelompokan sumber
(2005:155) menjelaskan bahwa daya ke dalam “Human Resources,
“fragmentasi merupakan penyebaran Material Resources, Financial Resources
tanggungjawab suatu kebijakan and Information Resources”.
kepada beberapa badan yang Pengelompokan ini diturunkan pada
berbeda sehingga memerlukan pengkategorian yang lebih spesifik ke
koordinasi”. Pada umumnya, dalam yaitu sumber daya manusia ke
semakin besar koordinasi yang dalam “Human resources-can be classified
diperlukan untuk melaksanakan in a variety of ways, labours, engineers,
kebijakan, semakin berkurang accountants, faculty, nurses, etc”. Sumber
kemungkinan keberhasilan program daya material dikategorikan kedalam
atau kebijakan. “material resources-equipment, building,
Fragmentasi mengakibatkan facilities, material, office, supplies, etc”.
pandangan-pandangan yang sempit Sumber daya finansial digolongkan
dari banyak lembaga birokrasi. Hal menjadi “financial resources – cash on
ini akan menimbulkan konsekuensi hand, debt financing, owner’s investment,
pokok yang merugikan bagi sale revenue, etc. Serta sumber daya
keberhasilan implementasi kebijakan. informasi dibagi menjadi “data
Berikut hambatan-hambatan yang resources – historical, projective, cost,
terjadi dalam fragmentasi birokrasi revenue, manpower data, etc”.
berhubungan dengan implementasi Edward III (1980:11)
kebijakan publik (Winarno, mengkategorikan sumber daya
2005:153-154) yaitu : organisasi terdiri dari : staff,
Pertama, tidak ada otoritas yang kuat information, authority, facilities, building,
dalam implementasi kebijakan karena equipment, land and supplies. Edward
terpecahnya fungsi-fungsi tertentu mengemukakan bahwa sumber daya
kedalam lembaga atau badan yang tersebut dapat diukur dari aspek
berbeda. Disamping itu, masing- kecukupannya didalamnya tersirat
masing badan mempunyai yurisdiksi kesesuaian dan kejelasan. Sumber
yang terbatas pada suatu bidang, daya diposisikan sebagai in put dalam
maka tugas-tugas yang penting organisasi sebagai suatu sistem yang
mungkin akan terlantarkan dalam mempunyai implikasi yang bersifat
berbagai agenda birokrasi yang ekonomis dan teknologi. Secara
menumpuk. ekonomi, sumber daya bertalian
Kedua, pandangan yang sempit dari dengan biaya atau pengorbanan
badan-badan yang mungkin langsung yang dikeluarkan oleh
menghambat perubahan. Jika suatu organisasi yang merefleksikan nilai
badan mempunyai fleksibelitas yang atau kegunaan potensial dalam
rendah dalam misi-misinya, maka transformasinya kedalam out put.
badan itu akan berusaha Sedangkan secara teknologi, sumber
mempertahankan esensinya dan daya bertalian dengan kemampuan
besar kemungkinan akan menentang transformasi kedalam organisasi.
kebijakan-kebijakan baru yang Menurut Edward dalam Agustino
membutuhkan perubahan. (2006:158-159) sumber daya
b. Sumber Daya merupakan hal penting dalam
Syarat berjalannya suatu organisasi implemetasi kebijakan yang baik.
adalah kepemilikan terhadap sumber Indikator-indikator yang digunakan
daya (resources). Seorang ahli dalam untuk melihat sejauh mana sumber
120 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

daya mempengaruhi implementasi kebijakan. Implementator mungkin


kebijakan sebagai berikut : mempunyai staff yang mencukupi,
1) Staff, sumber daya utama dalam kapabel dan kompoten tetapi tanpa
implementasi kebijakan adalah staff adanya fasilitas pendukung (sarana
atau pegawai. Kegagalan yang sering dan prasarana) maka implementasi
terjadi dalam implementasi kebijakan tersebut tidak akan
kebijakan, salah satunya disebabkan berhasil.
oleh staff pegawai yang tidak cukup c. Disposisi atau sikap
memadai, mencukupi, ataupun tidak Menurut Edward III dalam Winarno
kompeten dalam bidangnya. (2005:142-143) mengemukakan
Penambahan jumlah staff dan kecenderungan-kecenderungan atau
implementator saja tidak cukup disposisi merupakan salah satu
menyelesaikan masalah implementasi faktor yang mempunyai konsekuensi
kebijakan, tetapi diperlukan sebuah penting bagi implementasi kebijakan
kecukupan staff dengan keahlian dan yang efektif. Jika para pelaksana
kemampuan yang diperlukan mempunyai kecenderungan atau
(kompetensi dan kapabel) dalam sikap positif atau adanya dukungan
mengimplementasi kebijakan. terhadap implementasi kebijakan
2) Informasi, dalam implementasi maka terdapat kemungkinan yang
kebijakan informasi mempunyai dua besar implementasi kebijakan akan
bentuk yaitu : pertama, informasi terlaksana sesuai dengan keputusan
yang berhubungan dengan cara awal. Demikian sebaliknya, jika para
melaksanakan kebijakan. Kedua, pelaksana bersikap negatif atau
informasi mengenai data kepatuhan menolak terhadap implementasi
dari para pelaksana terhadap kebijakan karena konflik kepentingan
peraturan dan regulasi pemerintah maka implementasi kebijakan akan
yang telah ditetapkan. menghadapi kendala yang serius.
3) Wewenang, pada umumnya Bentuk penolakan dapat bermacam-
kewenangan harus bersifat formal macam seperti yang dikemukakan
agar perintah dapat dilaksanakan Edward III tentang “zona
secara efektif. Kewenangan ketidakacuhan” dimana para
merupakan otoritas atau legitimasi pelaksana kebijakan melalui
bagi para pelaksana dalam keleluasaannya (diskresi) dengan cara
melaksanakan kebijakan yang yang halus menghambat
ditetapkan secara politik. Ketika implementasi kebijakan dengan cara
wewenang tidak ada, maka kekuatan mengacuhkan, menunda dan
para implementator di mata publik tindakan penghambatan lainnya.
tidak dilegitimasi sehingga dapat Faktor-faktor yang menjadi
menggagalkan implementasi perhatian Edward III dalam
kebijakan. Tetapi dalam konteks Agustino (2006:159-160) mengenai
yang lain, ketika wewenang formal disposisi dalam implementasi
tersedia, maka sering terjadi kebijakan terdiri dari:
kesalahan dalam melihat efektivitas 1. Pengangkatan birokrasi, disposisi
kewenangan. Disatu pihak, atau sikap pelaksana akan
efektivitas kewenangan diperlukan menimbulkan hambatan-hambatan
dalam implementasi kebijakan, tetapi yang nyata terhadap implementasi
disisi lain, efektivitas akan menyurut kebijakan bila personel yang ada
manakala wewenang diselewengkan tidak melaksanakan kebijakan yang
oleh para pelaksana demi diinginkan oleh pejabat-pejabat yang
kepentingannya sendiri atau lebih tinggi. Karena itu,
kelompoknya. pengangkatan dan pemilihan
4) Fasilitas, fasilitas fisik merupakan personel pelaksana kebijakan
faktor penting dalam implementasi haruslah orang-orang yang memiliki
121 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

dedikasi pada kebijakan yang telah 3. Konsistensi, perintah yang diberikan


ditetapkan, lebih khusus lagi pada dalam pelaksanaan suatu komunikasi
kepentingan masyarakat. harus konsisten dan jelas untuk
2. Insentif merupakan salah satu teknik ditetapkan atau dijalankan. Jika
untuk mengatasi masalah sikap para perintah yang diberikan sering
pelaksana kebijakan dengan berubah maka dapat menimbulkan
memanipulasi insentif. Pada dasarnya kebingungan bagi pelaksana
orang bergerak berdasarkan dilapangan.
kepentingan dirinya sendiri, maka Berdasarkan penelitian Edward III
memanipulasi insentif oleh para yang dirangkum dalam Winarno
pembuat kebijakan mempengaruhi (2006:127) terdapat beberapa
tindakan para pelaksana kebijakan. hambatan umum yang biasanya
Dengan cara menambah keuntungan terjadi dalam transmisi komunikasi
atau biaya tertentu mungkin akan yaitu :
menjadi faktor pendorong yang Pertama, terdapat pertentangan
membuat para pelaksana kebijakan antara pelaksana kebijakan dengan
menjalankan perintah dengan baik. perintah yang dikeluarkan oleh
Hal ini dilakukan untuk memenuhi pembuat kebijakan. Pertentangan
kepentingan pribadi atau organisasi. seperti ini akan mengakibatkan
d. Komunikasi distorsi dan hambatan yang langsung
Menurut Agustino (2006:157) bahwa dalam komunikasi kebijakan. Kedua,
komunikasi merupakan salah satu informasi yang disampaikan melalui
faktor penting yang mempengaruhi berlapis-lapis hierarkhi birokrasi.
implementasi kebijakan, komunikasi Distorsi komunikasi dapat terjadi
sangat menentukan keberhasilan karena panjangnya rantai informasi
pencapaian tujuan dari implementasi yang dapat mengakibatkan bias
kebijakan publik. Implementasi yang informasi. Ketiga, masalah
efektif akan terlaksana, jika para penangkapan informasi juga
pembuat keputusan mengetahui apa diakibatkan oleh persepsi dan
yang akan mereka kerjakan. ketidakmampuan para pelaksana
Informasi yang diketahui para dalam memahami persyaratan dalam
pengambil keputusan hanya bisa suatu kebijakan.
didapat melalui komunikasi yang Menurut Winarno (2005:125) faktor-
baik. Terdapat tiga indikator yang faktor yang mendorong
dapat digunakan dalam mengukur ketidakjelasan informasi dalam
keberhasilan faktor komunikasi. implementasi kebijakan biasanya
Menurut Edward III dalam Agustino karena kompleksitas kebijakan,
(2006:157-158) ada tiga faktor yaitu : kurangnya konsensus mengenai
1. Transmisi, penyaluran komunikasi tujuan-tujuan kebijakan, adanya
yang baik akan dapat menghasilkan masalah dalam memulai kebijakan
suatu implementasi yang baik pula. yang baru serta adanya
Seringkali terjadi masalah dalam kecenderungan menghindari
penyaluran komunikasi yaitu adanya tanggungjawab kebijakan.
salah pengertian (miskomunikasi) Dalam mengelola komunikasi yang
yang disebabkan banyaknya baik perlu dibangun dan
tingkatan birokrasi yang harus dilalui dikembangkan saluran-saluran
dalam proses komunikasi sehingga komunikasi yang efektif. Semakin
apa yang diharapkan terdistorsi baik pengembangan saluran
ditengah jalan. komunikasi yang dibangun, maka
2. Kejelasan, komunikasi yang diterima semakin tinggi probabilitas perintah-
oleh pelaksana kebijakan harus jelas perintah tersebut diteruskan secara
dan tidak ambigu atau ganda. benar.
122 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

Dalam kejelasan informasi biasanya dinyatakan bahwa APBD adalah suatu rencana
terdapat kecenderungan untuk keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan
mengaburkan tujuan-tujuan berdasarkan Peraturan Daerah tentang Anggaran
informasi oleh pelaku kebijakan atas Pendapatan dan Belanja Daerah.
dasar kepentingan sendiri dengan Secara khusus pengertian mengenai
cara menginterpretasikan informasi APBDes tidak pernah dijumpai. Namun ada
berdasarkan pemahaman sendiri- beberapa Peraturan Daerah yang
sendiri. Cara untuk mengantisipasi mendefinisikan sendiri apa yang
tindakan tersebut adalah dengan dimaksudkan dengan APBDes itu sendiri.
membuat prosedur melalui Contohnya pengertian APBDes dapat dibaca
pernyataan yang jelas mengenai pada Perda Kabupaten Kotawaringin Timur
persyaratan, tujuan, menghilangkan No. 7 Tahun 2000 tentang Anggaran
pilihan dari multi interpretasi, Pendapatan dan Belanja Desa pasal 2 adalah
melaksanakan prosedur dengan hati- sebagai berikut: APBDes adalah rencana
hati dan mekanisme pelaporan yang operasional tahunan yang diambil dari program
terperinci. umum pemerintahan dan pembangunan Desa yang
Faktor komunikasi sangat dijabarkan dalam angka-angka rupiah, disatu
berpengaruh terhadap penerimaan pihak mengandung perkiraan target penerimaan
kebijakan oleh kelompok sasaran dan dilain pihak mengandung perkiraan batas
sehingga kualitas komunikasi akan tertinggi belanja/pengeluaran keuangan Desa.
mempengaruhi dalam mencapai Sedangkan pada Perda Kabupaten Kapuas
efektivitas implementasi kebijakan. No. 24 Tahun 2000 tentang Anggaran
Dengan demikian penyebaran isi Pendapatan dan Belanja Desa (Bab II pasal
kebijakan melalui proses komunikasi 2) berbunyi sebagai berikut: APBDes
yang baik akan mempengaruhi merupakan rencana operasional tahunan dari
terhadap implementasi kebijakan. program pemerintahan dan pembangunan Desa
Dalam hal ini, media komunikasi yang dijabarkan dan diterjemahkan dalam angka-
yang digunakan untuk memperluas angka rupiah yang mengandung perkiraan target
isi kebijakan kepada kelompok pendapatan dan perkiraan batas tertinggi belanja
sasaran akan sangat berperan. Desa. Sementara itu pada Peraturan Desa
Bentek Kabupaten Lombok Barat No.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa 02/2001 tentang Peraturan Tata Tertib
(APBDes) Majelis Krama Desa Bentek pasal 1 huruf j
Tidak satupun, baik Undang-Undang dinyatakan bahwa APBDes adalah Anggaran
No. 22 Tahun 1999, Undang-Undang No. pendapatan dan belanja Desa yang memuat
25 Tahun 1999 maupun Peraturan rancangan Pendapatan dan Pengeluaran belanja
Pemerintah No. 76 Tahun 2001 dan Desa yang ditetapkan setiap tahun (Habirono,
Kepmendagri No. 64 Tahun 1999 2004:3).
memberikan pengertian atau “definisi” Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
tentang APBDes atau Anggaran Pendapatan pun ditemukan Peraturan Daerah yang
dan Belanja Desa. Pada Undang-Undang mendefinisikan sendiri apa yang
No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan dimaksudkan dengan APBDes itu sendiri,
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan yakni pada Peraturan Bupati Hulu Sungai
Daerah hanya diberikan pengertian Tengah Nomor 10 Tahun 2007 tentang
mengenai APBN (Anggaran Pendapatan dan Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan
Belanja Negara) dan APBD (Anggaran dan Belanja Desa, pada Bab I Pasar 1 Butir
Pendapatan dan Belanja Daerah). 10 yang menyebutkan bahwa APBDes
Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 adalah rencana keuangan tahunan
pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa APBN pemerintah desa yang dibahas dan disetujui
adalah suatu rencana keuangan tahunan Negara bersama oleh Pemerintah desa dan Badan
yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang Permusyawaratan Desa dan ditetapkan
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja dengan Peraturan Desa.
Negara. Pada ayat selanjutnya (ayat 13)
123 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

Bunyi-bunyi pada UU No.22/1999 honor para Aparat


pasal 107, PP No.76/2001 pasal 49 s.d 62, Desa dan anggota BPD
dan Kepmendagri No.64/1999 pasal 52 s.d bila memungkinkan
64, serta beberapa Perda dari berbagai b. Pos Belanja Barang,
Kabupaten khususnya yang berkaitan yaitu seperti pengadaan
dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja ATK untuk Desa,
Desa, maka struktur APBDes tiap-tiap Desa komputer bila
menjadi kurang lebih seragam sebagai memungkinkan dan
berikut: lain sebagainya
1. Setiap APBDes terdiri atas 2 c. Pos Biaya
(dua) bagian besar yaitu Pemeliharaan, yaitu
pertama adalah Anggaran seperti Pengecatan
Penerimaan dan kedua Kantor Desa atau Balai
Anggaran Pengeluaran. Desa, Reparasi
2. Anggaran Penerimaan Komputer bila ada,
didasarkan pada Sumber- dan lain sebagainya
sumber Pendapatan Desa d. Pos Biaya Perjalanan
yaitu: Dinas, yaitu seperti
a. Pendapatan asli Desa perjalanan dinas aparat
yang terdiri antara lain: Desa atau anggota
1) Hasil Usaha Desa BPD ke Desa-Desa
2) Hasil Kekayaan Desa lain atau ke Kecamatan
3) Hasil Swadaya dan atau ke Kabupaten,
Partisipasi dan lain sebainya
4) Hasil Gotong-royong termasuk ke dusun-
5) lain-lain pendapatan dusun di wilayah
asli Desa yang sah desanya
b. Bantuan dari e. Pos Biaya lain-lain,
Pemerintah Kabupaten yaitu seperti tunjangan
yang meliputi: hari raya (THR) untuk
1) Bagian dari perolehan Kepala Desa, parat
Pajak dan Retribusi Desa dan Anggota
Daerah BPD, dana Beasiswa
2) Bagian dari dana untuk anak-anaak
perimbangan keuangan sekolah yang
Pusat dan Daerah yang berprestasi, Bingkisan
diterima oleh hari raya untuk
Pemerintah Kabupaten keluarga-keluarga
c. Bantuan dari kurang mampu, dan
Pemerintah dan lain sebagainya. Semua
Pemerintah Propinsi ini dilakukan bila
d. Sumbangan dari pihak keuangan Desa
ketiga, dan memungkinkan
e. Pinjaman Desa 5. Pengeluaran Belanja
3. Anggaran Pengeluaran terdiri Pembangunan antara lain
atas 2 (dua) sub bagian besar berupa:
yaitu Pengeluaran Belanja a. Pos Prasarana
Rutin dan Pengeluaran Pemerintahan Desa,
Belanja Pembangunan yaitu seperti
4. Pengeluaran Belanja Rutin Rehabilitasi atau
antara lain berupa: penambahan ruang
a. Pos Belanja Pegawai, kerja atau Kantor Desa
yaitu seperti Gaji dan atau kantor BPD, dll
124 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

b. Pos Prasarana dicantumkan di dalam Anggaran Pendapatan


Produksi, yaitu seperti dan Belanja Desa.
pembangunan saluran Pinjaman Desa sebagaimana
irigasi Desa, dimaksud pada No. 2 huruf e, dilakukan
pembentukan atau oleh Pemerintah Desa setelah mendapat
pengembangan persetujuan Badan Perwakilan Desa. Kepala
BUMDes (Badan Desa melakukan penandatanganan pinjaman
Usaha Milik Desa), dan setelah memenuhi syarat-syarat yang
lain-lain ditetapkan sesuai dengan ketentuan
c. Pos Prasarana peraturan perundangan-undangan. Sumber-
Perhubungan, yaitu sumber Pinjaman Desa dapat berasal dari :
seperti pembangunan Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan
jalan, jembatan, Pemerintah Kabupaten; Bank Pemerintah;
gorong-gorong dan Bank Pemerintah Daerah; Bank Swasta; dan
lain-lain sumber-sumber lain yang sah sesuai
d. Pos Prasarana Sosial, peraturan perundang-undangan.
yaitu seperti Pinjaman Desa digunakan untuk
Rehabilitasi Gedung meningkatkan Pendapatan Asli Desa;
SD, rehabiltasi atau membiayai suatu usaha yang dapat
pembangunan Pustu meningkatkan pendapatan Desa; dan
(Puskesmas menambah/menyertakan modal Pemerintah
Pembantu), rehabiltasi Desa kepada Badan Usaha Milik Desa, dan
mesjid/gereja, dan lain atau usaha-usaha lain. Pinjaman Desa tidak
sebagainya dapat digunakan untuk membiayai Belanja
Dalam upaya peningkatan Rutin Desa. Penggunaan dan pengembalian
Pendapatan Asli Desa sebagaimana pinjaman Desa dicantumkan dalam
dimaksud pada Sumber Pendapatan Desa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
No.2 huruf a.1 di atas, Pemerintah Desa
dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa IV. Metode Penelitian
(BUMDes) yang ditetapkan dengan Pendekatan yang akan digunakan
Peraturan Desa. dalam penelitian ini adalah pendekatan
Kekayaan Desa sebagaimana kualitatif karena peneliti bermaksud
dimaksud pada Sumber Pendapatan Desa memperoleh deskripsi yang mendalam
No.2 huruf a.2 di atas dapat berupa hasil- tentang implementasi kebijakan APBDes di
hasil dari tanah kas Desa, pasar Desa, wilayah Kecamatan Batu Benawa Kabupaten
bangunan Desa, pelelangan ikan yang Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan
dikelola oleh Desa, obyek-obyek rekreasi Selatan. Pendekatan kualitatif merupakan
yang diurus oleh Desa, pemandian umum suatu proses penelitian dan pemahaman
yang diurus oleh desa, hutan Desa, dan lain- yang berdasarkan pada metodologi yang
lain kekayaan milik Desa. menyelidiki suatu fenomena sosial dan
Sumbangan dari Pihak Ketiga kepada masalah manusia. Pada pendekatan ini,
Desa sebagaimana dimaksud pada No. 2 peneliti membuat suatu gambaran kompleks,
huruf d, dapat berbentuk hadiah, donasi, meneliti kata-kata, laporan terinci dari
wakaf, hibah dan atau lain-lain sumbangan, pandangan responden, dan melakukan studi
dan pemberian sumbangan dimaksud tidak pada situasi yang alami. Bogdan dan Taylor
mengurangi kewajiban-kewajiban pihak dalam Moleong (2005:3) mengemukakan
penyumbang kepada Desa. bahwa metodologi kualitatif merupakan
Sumbangan yang berbentuk barang, prosedur penelitian yang menghasilkan data
baik barang bergerak maupun barang tidak deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun
bergerak dicatat sebagai barang inventaris lisan dari orang-orang dan perilaku yang
kekayaan milik desa sesuai dengan ketentuan diamati.
peraturan perundang-undangan yang Penelitian ini termasuk dalam tipe
berlaku. Sumbangan yang berbentuk uang penelitian deskriptif kualitatif yang
125 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

dimaksudkan untuk mempelajari secara Kalimantan Selatan, untuk mendapatkan


intensif tentang latar belakang masalah data mengenai kebijakan APBDes yang ada
keadaan dan posisi suatu peristiwa yang di wilayah Kecamatan Batu Benawa yang
sedang berlangsung saat ini, serta interaksi sesuai dengan pembangunan yang
lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat dicanangkan secara hierarki.
apa adanya (given). Subjek penelitian dapat Untuk mengumpulkan data
berupa individu, kelompok, institusi atau digunakan teknik: Studi kepustakaan, yaitu
masyarakat. Penelitian deskriptif kualitatif teknik pengumpulan data dengan
merupakan studi mendalam mengenai unit mempelajari buku-buku, makalah, peraturan-
sosial tertentu dan hasil penelitian tersebut peraturan, jurnal penelitian dan bahan-bahan
memberikan gambaran luas serta mendalam tertulis lainnya yang berhubungan dengan
mengenai unit sosial tertentu. Subjek yang topik penelitian. Wawancara mendalam
diteliti relatif terbatas, namun variabel- dengan menggunakan angket yang dirancang
variabel dan fokus yang diteliti sangat luas khusus untuk penelitian, sehingga dapat
dimensinya. dicapai tujuan penelitian. Dokumentasi,
Penelitian ini dilakukan di perekaman bentuk suatu informasi baik itu
Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu dokumen ataupun catatan-catatan terkait
Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan. dengan permasalahan penelitian.
Pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas Untuk menjawab pertanyaan dalam
pertimbangan kesesuaian substansi penelitian ini digunakan teknik analisis
permasalahan pada penelitian ini dan juga dengan pendekatan kualitatif. Analisis
pertimbangan entry data baik orang, kualitatif bermakna sebagai suatu pengertian
program, struktur, maupun interaksi sesuai analisis yang didasarkan pada argumentasi
dengan kebutuhan. logika. Namun materi argumentasi
Untuk memperoleh data dan didasarkan pada data yang diperoleh melalui
informasi yang sangat diperlukan bagi kegiatan teknik perolehan data. Baik studi
penelitian kualitatif ini, maka di perlukan lapangan maupun studi pustaka, di dalam
adanya informan penelitian. Adapun menganalisisnya tidak berdasarkan pada
informan penelitian ini adalah orang-orang perhitungan-perhitungan kuantitatif, tetapi
yang terlibat dalam implementasi kebijakan pada kemampuan nalar peneliti dalam
APBDes di wilayah Kecamatan Batu menghubung-hubungkan fakta, data dan
Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah informasi. Kemudian data yang diperoleh
Provinsi Kalimantan Selatan, yakni : Kepala akan disusun secara sistematis pada tiap
Desa yang mewakili desa yang maju (Desa kategori. Kecenderungan masing-masing
Baru), Sjajutie, perwakilan desa yang sedang kategori akan dianalisis sehingga diharapkan
(Desa Pagat), Abdurrahman, dan perwakilan muncul gambaran yang dapat
desa yang belum maju (Desa Layuh) mengungkapkan permasalahan penelitian.
Alfiannor, untuk mendapatkan data Teknik yang digunakan dalam
mengenai implementasi dari kebijakan penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif
APBDes yang ada di wilayah Kecamatan menurut Miles and Huberman dalam
Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Sugiyono (2008:91) : Reduksi data, yaitu
Tengah Provinsi Kalimantan Selatan. Ketua proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
Badan Pembangunan Desa yang mewakili penyederhanaan pengabstrakan dan
desa yang maju (Desa Baru), Muliyadi, transformasi data mentah atau data kasar
perwakilan desa yang sedang (Desa Pagat), yang muncul dalam catatan tertulis di
H. Muslih, dan perwakilan desa yang belum lapangan. Reduksi data dilakukan dengan
maju (Desa Layuh) Yunus, untuk membuat ringkasan, mengembangkan sistem
mendapatkan data mengenai implementasi pengodean, menelusuri tema, membuat
dari kebijakan APBDes yang ada di wilayah gugus-gugus dan menulis memo. Penyajian
Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu data, yaitu proses penyusunan informasi
Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan. yang kompleks dalam bentuk yang sistematis
Drs. Mukarram, Camat Batu Benawa sehingga menjadi lebih sederhana dan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi selektif, serta dapat dipahami maknanya.
126 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

Penyajian data dimaksudkan untuk berikut: (1) Pendapatan Asli Desa (PADesa),
menentukan pola-pola bermakna, serta (2) Bagi hasil pajak kabupaten/kota. (3)
memberikan kemungkinan adanya penarikan Bagian dari retribusi kabupaten/kota. (4)
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Alokasi Dana Desa (ADD), (5) Bantuan
Setelah data direduksi peneliti melakukan keuangan dari pemerintah, pemerintah
penyajian data sehingga data-data mengenai provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan
penelitian ini, dapat terorganisasikan, desa lainnya, (6) Hibah, (7) Sumbangan
tersusun dalam pola hubungan, sehingga pihak ketiga.
semakin mudah dipahami. Menarik Belanja desa meliputi semua
kesimpulan, yaitu analisa dilakukan secara pengeluaran dari rekening desa yang
terus-menerus baik selama maupun sesudah merupakan kewajiban desa dalam 1 tahun
pengumpulan data guna menarik kesimpulan anggaran yang tidak akan diperoleh
yang dapat menggambarkan suatu pola pembayarannya kembali oleh desa. Belanja
tentang peristiwa yang terjadi. Peneliti dapat desa, terdiri dari belanja langsung dan
membuat kesimpulan yang longgar dan belanja tidak langsung. Belanja langsung
terbuka yang pada awalnya belum jelas terdiri dari belanja pegawai, belanja barang
kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan dan jasa dan belanja modal. Belanja tidak
mengakar dengan kokoh. Kesimpulan akhir langsung, terdiri dari belanja
dirumuskan setelah pengumpulan data pegawai/penghasilan tetap, belanja subsidi,
terakhir, tergantung pada catatan-catatan belanja hibah (pembatasan hibah), belanja
lapangan, pengodean, penyimpanan data dan bantuan sosial, belanja bantuan keuangan
metode pencarian ulang yang digunakan. dan belanja tak terduga.
Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan Pembiayaan desa meliputi semua
matriks-matriks yang dibuat untuk penerimaan yang perlu dibayar kembali
menemukan pola yang sesuai dengan dan/atau pengeluaran yang akan diterima
penelitian. kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun
V. Hasil Penelitian dan Pembahasan anggaran berikutnya. Pembiayaan desa
Implementasi Kebijakan APBDes di terdiri dari penerimaan pembiayaan dan
Wilayah Kecamatan Batu Benawa pengeluaran pembiayaan. Penerimaan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah pembiayaan, mencakup (1) Sisa lebih
Provinsi Kalimantan Selatan perhitungan anggaran (SilPA) tahun
Anggaran Pendapatan dan Belanja sebelumnya, (2) Pencairan dana cadangan (3)
Desa (APBDes) adalah rencana keuangan Hasil penjualan kekayaan desa yang
tahunan pemerintahan desa yang dibahas dipisahkan (4) Penerimaan pinjaman.
dan disetujui bersama oleh pemerintah desa Pengeluaran pembiayaan mencakup (1)
dan Badan Permusyawaratan Desa serta Pembentukan dana cadangan (2) Penyertaan
ditetapkan dengan peraturan desa. modal desa (3) Pembayaran utang.
Pemerintah desa wajib membuat APBDes Pengelolaan keuangan desa yang baik
untuk menjalankan roda pemerintahan desa dan tertib, dapat dipertanggungjawabkan dan
sebagai desa yang otonom yaitu desa yang sesuai aturan yang berlaku serta dapat
mampu untuk mengatur dan mengelola mencapai tujuan dan sasaran yang
keuangan desanya sendiri. Tujuan ditetapkan, maka perlu di susun rancangan
pembuatan APBDes adalah untuk APBDes yang baik pula. Penyusunan
kesejahteraan kepala desa, perangkat desa rancangan APBDes diperlukan beberapa
dan masyarakat desa. tahap antara lain, (1) Membuat Rencana
APBDes terdiri dari pendapatan Pembangunan Jangka Menengah Desa
desa, belanja desa dan pembiayaan desa. (RPJMDesa) dan Rencana Kerja
Pendapatan desa meliputi semua penerimaan Pembangunan Desa (RKPDesa), (2)
uang melalui rekening desa yang merupakan Penetapan Rancangan APBDes dan (3)
hak desa dalam 1 tahun anggaran yang tidak Evaluasi Rancangan APBDes.
perlu dibayar kembali oleh desa. Pendapatan Dalam pelaksanaan pada kebijakan
desa, terdiri dari pendapatan-pendapatan APBDes, dilihat dari proses perencanaan
127 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

dan penyusunan anggaran desa (APBDes) di Belanja ini terdiri atas belanja tidak
desa. Pada penelitian ini dijelaskan oleh langsung yang mencakup belanja
Kepala Desa Layuh, Alfiannor bahwa proses pegawai/penghasilan tetap, tambahan
perencanaan dan penyusunan anggaran desa penghasilan aparat desa, belanja operasional
(APBDes) di Desa Layuh: kepala desa, belanja subsidi, belanja hibah,
“dalam perencanaan dan penyusunan belanja bantuan sosial, serta belanja tidak
APBDes, kami mengikuti saja pada terduga, dan belanja langsung terdiri dari
Peraturan Bupati Nomor 10 Tahun belanja pegawai, belanja barang dan jasa,
2007. Dalam hal ini tentu ada format serta belanja modal.
yang disampaikan oleh pihak Dalam proses penyusunan APBDes,
kecamatan kepada kami. Lalu kami Pemerintah Desa dan Badan Pembangunan
tinggal menyusunnya berdasarkan Desa (BPD) menyusun Rencana Kerja
format tersebut.” (Wawancara Pemerintah Desa (RKPDes) berdasarkan
tanggal 7 Juli 2012) Musyawarah Rencana Pembangunan Desa
Kecamatan Batu Benawa dalam (Musrenbangdes) yang ditetapkan dengan
melaksanakan kebijakan APBDes mengacu peraturan kepala desa. Kemudian Rancangan
kepada Peraturan Bupati Hulu Sungai Peraturan Desa (Raperdes) tentang APBDes
Tengah Nomor 10 Tahun 2007 tentang disusun berdasarkan RKPDes oleh
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Sekretaris Desa.
dan Belanja Desa (APBDes) Kabupaten Kemudian Kepala Desa
Hulu Sungai Tengah. Dalam hal ini, menyampaikan Raperdes tentang APBDes
APBDes merupakan satu kesatuan yang kepada BPD untuk dibahas bersama dan
terdiri dari : memperoleh persetujuan bersama. Raperdes
1. Pendapatan desa, yang meliputi tentang APBDes yang telah disetujui Kepala
semua penerimaan uang melalui Desa – BPD kemudian diserahkan kepada
rekening desa yang merupakan hak Bupati sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa
desa dalam 1 (satu) tahun anggaran paling lambat 3 (tiga) hari sebelum
yang tidak berlaku dibayar kembali ditetapkan.
oleh desa. Bupati akan mengeluarkan hasil
2. Belanja desa, meliputi semua evaluasi Raperdes tentang APBDes akan
pengeluaran dari rekening desa yang disampaikan paling lama 20 (dua puluh) hari
merupakan kewajiban desa dalam 1 kerja kepada Kepala Desa. Apabila hasil
(satu) tahun anggaran yang tidak evaluasi tidak dikeluarkan lewat dari 20 hari
akan diperoleh pembayarannya kerja oleh Bupati, maka Kepala Desa dapat
kembali oleh desa. menetapkan Raperdes tentang APBDes
3. Pembiayaan desa, meliputi semua menjadi Perdes tentang APBDes).
penerimaan yang perlu dibayar Namun apabila hasil evaluasi
kembali dan atau pengeluaran yang dikeluarkan dan diserahkan kepada Kepala
akan diterima kembali, baik pada Desa, maka wajib dilakukan penyempurnaan
tahun anggaran yang bersangkutan atas Raperdes dilaksanakan paling lama 7
maupun pada tahun-tahun anggaran hari kerja setelah diterima, jika tidak
berikutnya. dilakukan penyempurnaan, dan tetap
Anggaran belanja ini diprioritaskan dilakukan penetapan perdes oleh Kepala
untuk optimalisasi pelaksanaan tugas pokok Desa, maka perdes tersebut dapat dibatalkan
dan fungsi perangkat pemerintahan desa oleh bupati. Perdes yang dibatalkan bupati
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, tersebut harus dicabut oleh Kepala Desa –
dan mendorong terciptanya peningkatan BPD.
kesejahteraan masyarakat. Penganggaran Dalam hal ini, yang menjadi
belanja desa ini harus didukung dengan pemikiran tersendiri adalah ketika melihat
adanya kepastian penerimaan desa dalam bagaimana proses penyusunan yang
jumlah yang cukup banyak dan tidak menginginkan seimbangnya konsep
dibenarkan melaksanakan kegiatan yang pembangunan yang bersifat top-down dan
dananya belum dan atau tidak tersedia. bottom-up, dan kemudian dilihat dari
128 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

bagaimana bisa desa melaksanakan apa yang kehidupan penduduk desa, keputusan sektor
telah dianggarkan oleh mereka yang disetujui mana yang akan dibangun tidak akan
oleh Bupati. ditetapkan secara tergesa-gesa oleh anggota
Sebagaimana dijelaskan oleh Ketua BPD. Dalam musyawarah pertama BPD di
Badan Pembangunan Desa (BPD) Desa sekretariat, hal yang dilakukan hanyalah
Baru, Muliyadi, terlihat memang sebagian sekedar menginventarisir aspirasi masyarakat
besar anggaran dihabiskan untuk belanja yang telah ditampung oleh anggota BPD.
pegawai (dapat dilihat pada lampiran). Pada rapat untuk yang kedua kalinya,
Dalam hal ini juga, dalam APBDes, barulah dirapatkan dalam musyawarah
peranan BPD dirasakan oleh Muliyadi perencanaan pembangunan desa untuk
kurang. Sejatinya Badan Permusyawaratan menetapkan skala prioritas yang akan
Desa merupakan aktor yang sangat penting dibangun. Dalam menetapkan skala prioritas
dalam pembangunan desa. Setelah mereka ini, tentu harus dipertimbangkan aspek-
menyerap aspirasi masyarakat desa, maka aspek yang menjadi patokan di atas. Tiap-
tugas mereka selanjutnya adalah menetapkan tiap aspirasi akan dinilai kepentingannya bagi
sektor mana dari aspirasi penduduk yang penduduk. Sampai akhirnya ditemukan satu
sangat penting dan sangat mendesak untuk atau lebih aspirasi yang memiliki bobot yang
dibangun. Penetapan sektor yang akan paling penting. Rapat ini sangat penting
dibangun ini tentunya bukan suatu pekerjaan artinya bagi seluruh anggota. Bagi pihak
yang mudah karena harus memperhitungkan Badan Permusyawaratan Desa, kesempatan
berbagai aspek dari berbagai aspirasi yang ini dipergunakan untuk menerangkan secara
menjadi pilihan. Pada tahap pertama dalam detail tentang usaha mereka dalam
proses penetapan perencanaan menampung aspirasi dari masyarakat desa
pembangunan ini, Ketua Badan yang telah mereka susun dengan sedemikian
Permusyawaratan Desa terlebih dahulu rupa.
menginventarisir aspirasi dari masyarakat Walaupun sudah dengan
yang telah ditampung oleh keseluruhan pertimbangan yang matang dalam
anggota. Daftar aspirasi masyarakat ini memasukkan suatu program pembangunan
kemudian akan dibawa oleh Ketua BPD ke tertentu ke dalam APBDes, tetap saja dapat
dalam rapat anggota atau yang biasa disebut dihapus oleh Bupati dengan berbagai alasan
Musrenbang Desa (Musyawarah karena penetapan APBDes harus dengan
Perencanaan Pembangunan Desa), yang juga persetujuan Bupati. Akan tetapi apabila
dihadiri oleh Kepala Desa dan perangkatnya, suatu program pembangunan desa juga
LKMD, PKK, dan tokoh masyarakat. dapat dilaksanakan oleh pihak Pemerintah
Dalam musyawarah perencanaan Kabupaten karena program yang disusun
pembangunan desa ini akan dibahas berbagai desa tadi masuk ke dalam APBD Kabupaten
aspirasi masyarakat desa. Aspirasi ini akan (lolos pada Musrenbang tingkat kecamatan
ditinjau dari berbagai aspek. Adapun aspek- dan kabupaten).
aspek yang akan diperhatikan tersebut adalah Desa telah melaksanakan
sebagai berikut : sebagaimana penyusunan APBDes sesuai
1. Apakah pembangunan tersebut dengan peraturan bupati, tetapi juga
merupakan kebutuhan mayoritas perancangan APBDes dari desa yang diteliti
penduduk, sudah sesuai dengan Permendari Nomor 37
2. Apakah objek pembangunan Tahun 2007. Hal ini terlihat dari dengan
tersebut kebutuhannya penting/ adanya Rencana Pembangunan Jangka
mendesak, Menengah Desa (RPJMDes) dan Rencana
3. Apakah objek pembangunan Kerja Pembangunan Desa (RKPDes).
tersebut dapat mengangkat RKPDes adalah hasil musyawarah
perekonomian penduduk. masyarakat desa tentang program dan
Hal-hal inilah yang dipertimbangkan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
oleh anggota BPD dalam menetapkan periode 1 tahun dan RPJMDesa adalah
perencanaan pembangunan di desa. dokumen perencanaan desa untuk periode 5
Tentunya karena persoalan ini menyangkut tahun. Berdasarkan pengamatan di lapangan
129 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

kepala desa maupun perangkat desa sangat Pendapatan dan Belanja Desa Layuh Tahun
memperhatikan mengenai RKPDes maupun 2010 yang menunjukkan bahwa hasil pajak
RPJMDes, mereka menyusun rancangan daerah adalah sebesar Rp. 1.445.000,- dan
APBDes berdasarkan kebutuhan pada saat sedangkan bantuan keuangan dari
dilakukan penyusunan dan RPJM. pemerintah kabupaten adalah sebesar Rp.
Penyusunan rancangan APBDes 56.200.000,-. Dari jumlah pemasukan
terlebih dahulu harus membuat Rencana tersebut, belanja terbesar adalah belanja
Pembangunan Jangka Menengah Desa pegawai, baik langsung maupun tidak
(RPJMDes) dan Rencana Kerja langsung yang apabila digabungkan
Pembangunan Desa (RKPDes). RPJMDes berjumlah Rp. 41.800.000,- atau sebesar
untuk jangka waktu 5 tahun merupakan 74,37% dari pendapatan desa.
penjabaran dari visi dan misi dari kepala desa Hal ini juga terjadi pada Desa Pagat
yang terpilih. Setelah berakhir jangka waktu dengan Peraturan Desa Pagat Nomor 02
RPJMDes, kepala desa terpilih menyusun Tahun 2010 tentang Perubahan Anggaran
kembali RPJMDes untuk jangka waktu 5 Pendapatan dan Belanja Desa Pagat Tahun
tahun. RPJMDes ditetapkan paling lambat 3 2010 yang juga menunjukkan hasil pajak
bulan setelah kepala desa dilantik. Kepala daerah adalah sebesar Rp. 1.445.000,- dan
desa bersama Badan Permusyawaratan Desa sedangkan bantuan keuangan dari
menyusun RKPDes yang merupakan pemerintah kabupaten adalah sebesar Rp.
penjabaran dari RPJMDes berdasarkan hasil 56.575.000,-. Dari jumlah pemasukan
Musyawarah Rencana Pembangunan Desa. tersebut, belanja terbesar adalah belanja
Penyusunan RKPDes diselesaikan paling pegawai, baik langsung maupun tidak
lambat akhir bulan Januari tahun anggaran langsung yang apabila digabungkan
sebelumnya. berjumlah Rp. 35.800.000,- atau sebesar
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat 63,27% dari pendapatan desa.
dijelaskan bahwa sistem keuangan Desa Pada Desa Baru keadaannya juga
telah dilakukan melalui beberapa tahapan tidak jauh berbeda, dengan Peraturan Desa
oleh Kepala Desa dan BPDes. Pertama, Baru Nomor 02 Tahun 2010 tentang
mengenai perencanaan dan penganggaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Belanja Desa Baru Tahun 2010 yang juga
Desa (RPJMDesa), Rencana Kerja menunjukkan hasil pajak daerah adalah
Pembangunan Desa (RKPDesa) serta sebesar Rp. 1.445.000,- dan sedangkan
kebijakan pemerintah yaitu Rencana bantuan keuangan dari pemerintah
Pembangunan Jangka Menengah Daerah kabupaten adalah sebesar Rp. 56.200.000,-.
(RPJMD) dan Rencana Kerja Pembangunan Dari jumlah pemasukan tersebut, belanja
Daerah (RKPD) selalu dijadikan pedoman. terbesar adalah belanja pegawai, baik
Pembangunan di desa selama ini didasarkan langsung maupun tidak langsung yang
dengan kebutuhan yang ada pada saat apabila digabungkan berjumlah Rp.
disusun anggaran. Penyusunan RKPDesa 41.800.000,- atau sebesar 74,37% dari
dilakukan dengan menjaring semua pendapatan desa.
kebutuhan dan kepentingan desa yang Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai
dimusyawarahkan dengan BPD dan Tengah melalui Badan Pemberdayaan
kelembagaan lainnya yang ada di tingkat Masyarakat dan Pemerintahan Desa
desa. Jangka waktu perencanaan dibuat membuat suatu petunjuk teknis mengenai
untuk pembangunan desa dalam 1 tahun pelaksanaan bantuan keuangan kepada desa
mendatang. yang disebut dengan Petunjuk Pelaksanaan
Diketahui bahwa Desa Layuh sendiri Tahapan Realisasi Penggunaan Bantuan
mengakui bahwa pendapatan desa mereka Keuangan Kepada Desa di Kabupaten Hulu
tidak banyak dan lebih mengandalkan pada Sungai Tengah. Petunjuk ini terdapat
bantuan pemerintah kabupaten. Hal ini juga dilampiran penelitian ini.
didukung oleh data sekunder berupa Padahal dalam segi pendapatan desa,
Peraturan Desa Layuh Nomor 02 Tahun idealnya terdiri dari :
2010 tentang Perubahan Anggaran
130 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

1. Pendapatan asli desa, terdiri dari kepala desa. Berdasarkan wawancara dan
hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, pengamatan kepala desa sebenarnya sudah
hasil swadaya dan partisipasi, hasil menetapkan bendahara desa yaitu kepala
gotong royong, dan lain-lain urusan keuangan desa.
2. Bagi hasil pajak daerah 1. Penatausahaan penerimaan
Kabupaten/Kota paling sedikit 10% Penatausahaan penerimaan wajib
untuk desa dan dari retribusi dilaksanakan oleh bendahara desa.
Kabupaten/Kota sebagian Penatausahaan penerimaan wajib
diperuntukkan bagi desa; menggunakan buku-buku berikut :
3. Bagian dari dana perimbangan a) Buku kas umum.
keuangan pusat dan daerah yang b) Buku kas pembantu
diterima oleh Kabupaten/Kota perincian obyek penerimaan.
untuk Desa paling sedikit 10% c) Buku kas harian
setelah dikurangi gaji pegawai, yang pembantu.
pembagiannya untuk setiap Desa Bendahara desa wajib
secara proporsional yang merupakan mempertanggungjawabkan
alokasi dana desa (ADD); penerimaan uang yang menjadi
4. Bantuan keuangan dari Pemerintah, tanggungjawabnya melalui laporan
Provinsi, dan Kabupaten/Kota pertanggungjawaban penerimaan
dalam rangka pelaksanaan urusan kepada kepala desa paling lambat
pemerintahan; tanggal 10 bulan berikutnya. Laporan
5. Hibah dan sumbangan dari pihak pertanggungjawaban penerimaan di
ketiga yang tidak mengikat. atas, dilampiri dengan dokumen
Pada penelitian ini terlihat bahwa kelengkapannya. Berdasarkan
pada dokumen maupun wawancara yang wawancara dan pengamatan di
dilakukan, ADD tidak jelas keberadaannya lapangan diperoleh gambaran bahwa
dalam APBDes. Dari dokumen Perda pengelolaan keuangan desa sudah
APBDes Perubahan, juga tidak terlihat dijalankan sesuai dengan ketentuan
ADD sebagai salah satu sumber pendapatan peraturan yang berlaku. Penerimaan
desa. keuangan desa, dibukukan secara
Dalam Peraturan Bupati Nomor 10 tertib dan buku-buku keuangan
Tahun 2007 Pasal 47 yang menjelaskan semua terisi dengan baik.
pelaksanaan anggaran belanja desa, secara Penatausahaan pengeluaran wajib
jelas dikatakan pada ayat (1) bahwa setiap dilakukan oleh bendahara desa.
pengeluaran belanja atas beban APBDes Dokumen penatausahaan
harus didukung dengan bukti lengkap dan pengeluaran disesuaikan pada
sah. Dan jelas juga pada ayat (3) bahwa peraturan desa tentang APBDes atau
pengeluaran kas desa yang mengakibatkan peraturan desa tentang perubahan
beban APBDes tidak dapat dilakukan APBDes melalui pengajuan Surat
sebelum rancangan peraturan desa tentang Permintaan Pembayaran (SPP).
APBDes ditetapkan menjadi peraturan desa. Pengajuan SPP harus disetujui oleh
Yang menjadi permasalahan adalah, kepala desa melalui Pelaksana Teknis
ketika APBDes telah disusun dan dilakukan Pengelolaan Keuangan Desa
penyesuaian dengan perubahan APBDes, (PTPKD). Bendahara desa wajib
haruslah dilakukan secara cepat dan tepat mempertanggungjawabkan
karena pengeluaran yang dilakukan juga penggunaan uang yang menjadi
terkait dengan jalannya pemerintahan desa. tanggung jawabnya melalui laporan
Kepala desa dalam melaksanakan pertanggungjawaban pengeluaran
penatausahaan keuangan desa harus kepada kepala desa paling lambat
menetapkan bendahara desa. Dalam tanggal 10 bulan berikutnya.
penetapan bendahara desa harus dilakukan Dokumen yang digunakan
sebelum dimulainya tahun anggaran bendahara desa dalam melaksanakan
bersangkutan dan berdasarkan keputusan
131 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

penatausahaan pengeluaran meliputi tetap menetapkan rancangan peraturan desa


buku-buku berikut : tentang APBDes menjadi peraturan desa,
a. Buku kas umum. bupati/walikota membatalkan peraturan
b. Buku kas pembantu desa di maksud dan sekaligus menyatakan
perincian obyek pengeluaran. berlakunya pagu APBDes tahun anggaran
c. Buku kas harian pembantu. sebelumnya. Pembatalan peraturan desa dan
Penerimaan dan pengeluaran pernyataan berlakunya pagu tahun anggaran
keuangan desa sudah dilaksanakan sebelumnya ditetapkan dengan peraturan
walaupun dari pengamatan yang bupati/walikota paling lama 7 hari kerja
dilakukan penulis bahwa buku-buku setelah pembatalan peraturan desa, kepala
penatausahaan penerimaan dan desa harus memberhentikan pelaksanaan
pengeluaran belum semuanya terisi peraturan desa dan selanjutnya kepala desa
secara tertib. Hal ini disebabkan oleh bersama BPD mencabut peraturan desa di
kemampuan perangkat desa dalam maksud. Pencabutan peraturan desa,
melaksanakan penatausahaan dilakukan dengan peraturan desa tentang
keuangan desa masih perlu pencabutan peraturan desa tentang APBDes.
bimbingan dan pendampingan, Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APBDes
sehingga akan berdampak pada tahun sebelumnya ditetapkan dengan
kurang akuratnya laporan keuangan keputusan kepala desa.
desa. Solusinya yaitu harus Berdasarkan hasil pengamatan dan
ditingkatkan peran kecamatan dan wawancara dengan narasumber di atas
kabupaten untuk selalu memberikan diperoleh gambaran bahwa selama ini
pembinaan ke desa mengenai evaluasi rancangan APBDes sudah dilakukan
pengisian penatausahaan keuangan oleh kecamatan dan kabupaten serta dari
desa yang terdiri dari penerimaan ketiga desa yang jadi objek penelitian dapat
dan pengeluaran keuangan desa. berjalan dengan baik dan yang menjadi
2. Pertanggungjawaban penggunaan kendala dalam mengevaluasi Rancangan
dana APBDes adalah karena pihak kecamatan
Dalam hal laporan sering terlambat dalam mengirimkan
pertanggungjawaban pengeluaran Rancangan APBDes ke kabupaten.
harus dilampirkan dengan : Semua pendapatan desa dilaksanakan
a. Buku kas umum. melalui rekening kas desa. Setiap pendapatan
b. Buku kas pembantu desa harus didukung oleh bukti yang lengkap
perincian obyek pengeluaran dan sah. Khusus bagi desa yang belum
yang disertai dengan bukti- memiliki pelayanan perbankan diwilayahnya
bukti pengeluaran yang sah. maka pengaturannya diserahkan kepada
c. Bukti atas penyetoran daerah. Program dan kegiatan yang masuk
PPN/PPh ke kas negara. desa merupakan sumber penerimaan dan
Bupati harus menetapkan evaluasi pendapatan desa dan wajib dicatat dalam
rancangan APBDes paling lama 20 hari APBDes. Kepala desa wajib
kerja. Apabila hasil evaluasi melampaui batas mengintensifkan pemungutan pendapatan
waktu di maksud, kepala desa dapat desa yang menjadi wewenang dan
menetapkan rancangan peraturan desa tanggungjawabnya. Pemerintah desa di
tentang APBDes menjadi peraturan desa. larang melakukan pungutan selain dari yang
Dalam hal bupati menyatakan hasil evaluasi ditetapkan dalam peraturan desa.
Raperdes tentang APBDes tidak sesuai Pengembalian atas kelebihan
dengan kepentingan umum dan peraturan pendapatan desa dilakukan dengan
perundang-undangan yang lebih tinggi, membebankan pada pendapatan desa yang
kepala desa bersama BPD melakukan bersangkutan untuk pengembalian
penyempurnaan paling lama 7 hari kerja pendapatan desa yang terjadi dalam tahun
terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. yang sama. Untuk pengembalian kelebihan
Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti pendapatan desa yang terjadi pada tahun-
oleh kepala desa dan BPD, dan kepala desa tahun sebelumnya dibebankan pada belanja
132 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

tidak terduga. Pengembalian harus didukung barang masih belum tertib (2) tidak
dengan bukti yang lengkap dan sah. Setiap terdapatnya bendahara desa yang dibentuk
pengeluaran belanja atas beban APBDes oleh kepala desa dan yang menjalankan
harus di dukung dengan bukti yang lengkap pengelolaan keuangan desa.
dan sah. Bukti harus mendapat pengesahan Pertanggungjawaban pelaksanaan
oleh sekretaris desa atas kebenaran material APBDes terdiri dari penetapan
yang timbul dari penggunaan bukti di pertanggungjawaban pelaksanaan APBDes
maksud. dan penyampaian laporan
Pengeluaran kas desa yang pertanggungjawaban pelaksanaan APBDes.
mengakibatkan beban APBDes tidak dapat Sekretaris desa menyusun rancangan
dilakukan sebelum rancangan peraturan desa peraturan desa tentang pertanggungjawaban
tentang APBDes ditetapkan menjadi pelaksanaan APBDes dan rancangan
peraturan desa. Pengeluaran kas desa tidak keputusan kepala desa tentang
termasuk untuk belanja desa yang bersifat pertanggungjawaban kepala desa. Sekretaris
mengikat dan belanja desa yang bersifat desa menyampaikan kepada kepala desa
wajib yang ditetapkan dalam peraturan untuk dibahas bersama BPD. Berdasarkan
kepala desa. Bendahara desa sebagai wajib persetujuan kepala desa dengan BPD maka
pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak rancangan peraturan desa tentang
lainnya, wajib menyetorkan seluruh pertanggungjawaban pelaksanaan APBDes
penerimaan potongan dan pajak yang dapat ditetapkan menjadi peraturan desa.
dipungutnya ke rekening kas negara sesuai Jangka waktu penyampaian rancangan
dengan ketentuan peraturan perundang- keputusan kepala desa dilakukan paling
undangan. lambat 1 bulan setelah tahun anggaran
Sisa lebih perhitungan anggaran berakhir. Berdasarkan wawancara dengan
(SilPA) tahun sebelumnya, merupakan Kepala Desa menyatakan penetapan
penerimaan pembiayaan yang digunakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDes
untuk : melalui pembentukan peraturan desa sudah
a. Menutupi defisit anggaran dilaksanakan. Walaupun penetapan APBDes
apabila realisasi pendapatan lebih melalui peraturan desa sudah dilaksanakan
kecil dari pada realisasi belanja. walaupun desa memang belum bisa mandiri
b. Mendanai pelaksanaan kegiatan dan selalu minta bantuan dari kecamatan.
lanjutan atas beban belanja Penyampaian laporan
langsung. pertanggungjawaban pelaksanaan APBDes
c. Mendanai kewajiban lainnya yang oleh kepala desa disampaikan kepada bupati
sampai dengan akhir tahun melalui camat. Waktu penyampaian paling
anggaran belumdiselesaikan. lambat 7 hari kerja setelah peraturan desa
Dana cadangan dibukukan dalam ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara
rekening tersendiri atau di simpan pada kas dengan narasumber diperoleh kejelasan
desa tersendiri atas nama dana cadangan bahwa penyampaian laporan
pemerintah desa. Dana cadangan tidak dapat pertanggungjawaban pelaksanaan APBDes
digunakan untuk membiayai kegiatan lain di selalu dilakukan setiap tahun dan dilaporkan
luar yang telah ditetapkan dalam peraturan kepada bupati melalui camat.
desa tentang pembentukan dana cadangan.
Kegiatan yang ditetapkan berdasarkan Faktor-Faktor yang Menentukan
peraturan desa dilaksanakan apabila dana Implementasi Kebijakan APBDes di
cadangan telah mencukupi untuk Wilayah Kecamatan Batu Benawa
melaksanakan kegiatan. Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Berdasarkan uraian tersebut diatas Provinsi Kalimantan Selatan
mengenai pelaksanaan APBDes dapat Dalam implementasi kebijakan
dijelaskan yaitu (1) bahwa mengenai APBDes, tentunya akan ada faktor-faktor
penerimaan dan pengeluaran APBDes alat yang menentukan implementasi kebijakan
bukti yang sah seperti kwitansi penerimaan, APBDes tersebut. Grindle (1980:111),
kwitansi pengeluaran serta kwitansi belanja berasumsi bahwa implementasi
133 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

kebijaksanaan ditentukan oleh isi implementasi karena sifat hakiki dari


kebijaksanaan dan konteks implementasinya, program itu sendiri. Hambatan yang melekat
karena pada saat kebijaksanaan akan dapat berupa faktor teknis dimana harus
diimplementasikan sejumlah program tertib administrasi (seperti masalah bukti
kegiatan maupun sumber dana telah pengeluaran), dan faktor lainnya.
disediakan, berhasil atau tidaknya Dari apa yang disampaikan oleh
implementasi kebijakan tinggal hanya narasumber, maka dapat disimpulkan bahwa
tergantung pada isi dan konteks dari dukungan aparat pada tingkat yang lebih
kebijaksanaan tersebut. Walaupun demikian, tinggi penting adanya karena mereka juga
pendapat ini tidak sepenuhnya benar secara berperan dalam implementasi kebijakan
praktis. APBDes agar pembangunan dan jalannya
Ada hal lain selain masalah konteks pemerintahan desa juga lancar.
dan isi dari kebijakan yang dikeluarkan yang Pada penelitian ini terlihat bahwa
menjadi faktor yang menentukan pada dokumen maupun wawancara yang
implementasi kebijakan APBDes di dilakukan, ADD tidak jelas keberadaannya
Kecamatan Batu Benawa, tetapi juga dalam APBDes. Dari dokumen Perda
mengenai personal atau aktor yang APBDes Perubahan, juga tidak terlihat
menjalankan kebijakan tersebut. Aktor ini ADD sebagai salah satu sumber pendapatan
mempunyai beberapa atribut yang menurut desa. Alokasi Dana Desa (ADD) berasal dari
penulis akan mempengaruhi dan APBD kabupaten/kota yang bersumber dari
menentukan bagaimana implementasi bagian dana perimbangan keuangan pusat
kebijakan APBDes ini dapat jalan. Karena dan daerah yang diterima oleh
makin banyak pihak yang terlibat, dan turut kabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10
mempengaruhi pelaksanaan, makin rumit %. Tujuan ADD diprisioritaskan untuk
komunikasi, makin besar kemungkinan kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan
terjadinya delay, hambatan dalam proses Desa, operasional kelembagaan tingkat desa
pelaksanaan. Selain itu juga , pihak-pihak dan belanja publik. Biaya kelancaran
yang terlibat dan menentukan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa
program pembangunan, telah menyetujui merupakan belanja aparatur yang terdiri dari
suatu program tetapi dalam pelaksanaannya belanja administrasi umum, belanja
masih mengalami penundaan, karena adanya operasional, tunjangan BPDes dan belanja
komitmen terhadap program yang lain yang modal. Biaya operasional kelembagaan
sebelumnya telah ada, kadang-kadang pada tingkat desa antara lain PKK, LPMD,
seseorang yang seharusnya ikut berperan RT/RW, Karang Taruna dan Pusyandu.
demi keberhasilan program tersebut, tidak Belanja publik ditujukan untuk
memberikan perhatian yang cukup, semata- meningkatkan pelayanan sarana dan
mata karena tidak punya waktu lagi, karena prasarana sosial.
seluruh waktunya telah habis disita oleh Pengelolaan Alokasi Dana Desa
tugas-tugas lainnya. Dalam banyak kasus di merupakan satu kesatuan dengan
daerah, pejabat-pejabat tertentu, terlibat yang pengelolaan keuangan desa. Rumus yang
ikut bertanggung jawab dalam berbagai jenis dipergunakan dalam Alokasi Dana Desa
program, sampai melampaui batas adalah:
kemampuannya untuk memberikan a. Azas Merata adalah besarnya
perhatian yang cukup terhadap program- bagian Alokasi Dana Desa yang
program tersebut. Hal ini berkaitan pula sama untuk setiap desa, yang
dengan masih adanya pegawai yang memikul selanjutnya disebut Alokasi Dana
tugas rangkap. Hal yang hampir sama Desa Minimal (ADDM).
dijumpai dalam masa pembentukan unit b. Azas Adil adalah besarnya bagian
organisasi baru, yang masih memerlukan Alokasi Dana Desa berdasarkan
pegawai-pegawai baru, sehingga senantiasa Nilai Bobot Desa (BDx) yang
terasa kekurangan pegawai. dihitung dengan rumus dan
Memang diakui kebijakan mengalami variabel tertentu (misalnya
kesulitan dalam pelaksanaan atau kemiskinan, keterjangkauan,
134 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

pendidikan dasar, kesehatan dll), Undang 32 Tahun 2004 disebutkan pada


selanjutnya disebut Alokasi Dana Pasal 206 dijelaskan bahwa urusan
Desa Proporsional (ADDP). pemerintahan yang menjadi kewenangan
Besarnya prosentase perbandingan desa yang mencakup :
antara azas merata dan adil adalah besarnya a. Urusan pemerintahan yang
ADDM adalah 60% dari jumlah ADD dan sudah ada berdasarkan hak asal-
besarnya ADDP adalah 40% dari jumlah usul Desa;
ADD. Pengelolaan ADD di desa disesuaikan b. Urusan pemerintahan yang
dengan Usulan Rencana Kegiatan Desa menjadi kewenangan
(URKD). Desa sebelum mendapatkan ADD Kabupaten/ Kota yang
harus membuat URKD terlebih dahulu. diserahkan pengaturannya
Pelaksanaan ADD harus sesuai dengan kepada Desa;
URKD masing-masing desa. c. Tugas pembantuan dari
Sesuai dengan Permendagri Nomor Pemerintah, Pemerintah
37 Tahun 2007 tentang Pedoman Propinsi, dan/atau Pemerintah
Pengelolaan Keuangan Desa dinyatakan Kabupaten/Kota;
bahwa pengelolaan Alokasi Dana Desa d. Urusan pemerintahan lainnya
dalam APBD kabupaten/kota dianggarkan yang oleh Peraturan Perundang-
pada Bagian Pemerintahan Desa. undangan diserahkan Kepada
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang Desa.
pembiayaannya bersumber dari ADD dalam Secara khusus kedudukan
APBDes, sepenuhnya dilaksanakan oleh Tim Pemerintah Desa menjadi sangat penting
Pelaksana Desa dengan mengacu pada karena memiliki kewenangan yang sangat
peraturan bupati/walikota. Penggunaan luas setelah dikeluarkannya Undang-Undang
anggaran Alokasi Dana Desa adalah sebesar Otonomi Daerah Tahun 2004.
30% untuk belanja aparatur dan operasional Kewenangan-kewenangan itu perlu
pemerintah desa, sebesar 70% untuk biaya penangan khusus seperti halnya pengelolaan
pemberdayaan masyarakat. Alokasi Dana keuangan desa yang merupakan
Desa sebesar 30% digunakan untuk implementasi dari kewenangan
operasional pemerintah desa, BPD dan kabupaten/kota yang diserahkan
lembaga-lembaga desa. pengaturannya kepada desa yang telah diatur
Pertanggungjawaban ADD dalam Permendagri Nomor 37 Tahun 2007.
terintegrasi dengan pertanggungjawaban Berdasarkan hasil penelitian dapat
APBDes, sehingga bentuk dijelaskan bahwa sesuai tugas pokok dan
pertanggungjawabannya adalah fungsi kepala desa berwenang menyusun
pertanggungjawaban APBDes. Bentuk RPJMDes dan RKPDes, sebagai pedoman
pelaporan atas kegiatan dalam APBDes yang penyusunan APBDes yang dilaksanakan
dibiayai dari ADD. dengan melakukan musrenbangdes dan
Tingkat urgensi suatu program kemudian disyahkan bersama dengan BPD.
pembangunan yang kadang dimasukkan Peran nyata Pemdes dan BPD terlihat jelas
dalam APBDes, saat memasuki tahap penyusunan rancangan APBDes diperlukan
persetujuan Bupati malah dihilangkan, beberapa tahap antara lain membuat
namun dipindahkan ke dalam APBD Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Kabupaten. Akan tetapi masalahnya adalah Desa (RPJMDesa) dan Rencana Kerja
ketika tingkat urgensinya tinggi, maka tidak Pembangunan Desa (RKPDesa), Penetapan
dapat ditangani dengan cepat. Namun Rancangan APBDes dan ketiga evaluasi
masalah seperti ini bisa saja diatasi dengan Rancangan APBDes. Berdasarkan hasil
partisipasi masyarakat untuk memperbaiki penilitian data primer dari desa dalam
fasilitas desa dengan gotong royong. merancang APBDes dapat dijelaskan bahwa
untuk keuangan, pada dasarnya
Pembahasan direncanakan di akhir tahun sebelumnya
Peran pokok Pemdes jelas tertuang oleh perangkat desa dengan membuat
dalam kewenangan desa dalam Undang- rancangan anggaran, kemudian dilakukan
135 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

rapat konsultasi rencana anggaran APBDes dapat berubah sebagaimana


pendapatan sekaligus belanja tersebut keinginan Bupati.
kepada kepala desa dan sekdes, kemudian Adanya pendapatan dan pengeluaran
setelah disetujui oleh kepala desa dan sekdes, yang tidak dapat dijelaskan dalam perdes,
rancangan tersebut dirapatkan bersama artinya ada Permendagri Nomor 37 Tahun
BPD, lembaga lainnya dan seluruh tokoh 2007 dalam struktur Anggaran Pendapatan
masyarakat dan juga disertakan dalam dan Belanja Desa (APBDes) terdiri dari
musrenbagdes. Ketika semua perencanaan pendapatan desa, belanja desa dan
tersebut disetujui pemerintah desa tinggal pembiayaan desa tidak berfungsi
melaksanakan, dari apa yang sudah menjadi sebagaimana mestinya, terutama
Rencana APBDes. pembentukan dana cadangan, penyertaan
Secara teknis dalam proses modal desa dan pembayaran lainnya. Selain
penyusunan APBDes, Pemerintah Desa dan itu juga dilihat dari dokumen perubahan
Badan Pembangunan Desa (BPD) APBDes dari Desa Baru, Desa Pagat, dan
menyusun Rencana Kerja Pemerintah Desa Desa Layuh, tampak sekali bahwa Perdes
(RKPDes) berdasarkan Musyawarah tersebut seperti formalitas yang dimintakan
Rencana Pembangunan Desa oleh Pemerintah Daerah untuk melengkapi
(Musrenbangdes) yang ditetapkan dengan berkas saja. Ini dapat dilihat dari samanya
peraturan kepala desa. Kemudian Rancangan nomor Perdes yang dikeluarkan dan besaran
Peraturan Desa (Raperdes) tentang APBDes data keuangan yang tidak jauh berbeda (lihat
disusun berdasarkan RKPDes oleh lampiran).
Sekretaris Desa. Kemudian Kepala Desa Faktor-faktor yang menentukan
menyampaikan Raperdes tentang APBDes implementasi kebijakan APBDes
kepada BPD untuk dibahas bersama dan berdasarkan uraian dari hasil penelitian
memperoleh persetujuan bersama. Raperdes bahwa di Kecamatan Batu Benawa adalah :
tentang APBDes yang telah disetujui Kepala 1. Perencana dan pelaksana kebijakan
Desa – BPD kemudian diserahkan kepada APBDes
Bupati sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa Dalam hal ini, aktor utama dalam
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum perencana dan pelaksana APBDes,
ditetapkan. Bupati akan mengeluarkan hasil yakni pemerintah desa. Dalam
evaluasi Raperdes tentang APBDes akan penelitian ini menunjukkan bahwa
disampaikan paling lama 20 (dua puluh) hari dalam pengelolaan keuangan daerah
kerja kepada Kepala Desa. Apabila hasil dari segi kualitas Sumber Daya
evaluasi tidak dikeluarkan lewat dari 20 hari Manusia (SDM) sebenarnya masih
kerja oleh Bupati, maka Kepala Desa dapat kurang, namun karena adanya
menetapkan Raperdes tentang APBDes kerjasama maka pengelolaan masih
menjadi Perdes tentang APBDes). Namun lancer. Hal ini dikarenakan tidak
apabila hasil evaluasi dikeluarkan dan adanya masyarakat yang dapat
diserahkan kepada Kepala Desa, maka wajib ditunjuk untuk dapat mengelola
dilakukan penyempurnaan atas Raperdes keuangan (untuk bendahara desa)
dilaksanakan paling lama 7 hari kerja setelah karena tidak memiliki kemampuan
diterima, jika tidak dilakukan khusus dikarenakan pendidikan
penyempurnaan, dan tetap dilakukan pengelola desa kebanyakan paling
penetapan perdes oleh Kepala Desa, maka tinggi berpendidikan SMA.
perdes tersebut dapat dibatalkan oleh bupati. 2. Keberadaan aspek pemasukan desa
Perdes yang dibatalkan bupati tersebut harus Keberadaan pemasukan yang tidak
dicabut oleh Kepala Desa – BPD. jelas pada APBDes yakni adalah
Hal ini memang dimaksudkan untuk Pendapatan asli desa dan alokasi
memadukan perencanaan yang bersifat top- dana desa. Pemasukan pada tiga desa
down dan bottom-up. Namun jelas sekali yang menjadi objek penelitian tidak
ketimpangan terjadi karena terlihat lebih menunjukkan keberadaan dari PAD
besar kekuatan top-down daripada bottom-up. dan ADD dalam APBDes mereka.
Dengan power yang dimiliki Bupati maka
136 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I Edisi 2, Juli-Desember 2012

Pemasukan kebanyakan berasal dari Dwipayana, AAGN. Ari. 2003. Membangun


bantuan kabupaten/provinsi. Good Governance di Desa. Yogyakarta:
3. Tingkat urgensi program IRE Press
Dalam hal ini dapat dikatakan
prioritas dalam program Habirono, Haryo. 2004. APBDes atau
pembangunan yang kadang APEBEDES yang penting adalah
dituangkan dalam APBDes juga Anggaran Pendapatan dan Belanja
mempengaruhi pelaksanaan Desa. Jakarta : FPPM
kebijakan APBDes. Prioritas
maksudnya disini adalah penting dan Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Kualitatif
memang bersifat mendesak sehingga Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
kadang tidak bisa menunggu Rosdakarya
penetapan Perda APBDes.
Rosidah, Zamiathul. 2011. Pengelolaan
VI. Kesimpulan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
Dari hasil pengujian dan (APBDes) di Desa Bintang Ninggi II
pembahasan penelitian, dapat ditarik Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten
kesimpulan bahwa : Pelaksanaan kebijakan Barito Utara Kalimantan Tengah.
APBDes di wilayah Kecamatan Batu Banjarmasin : Unlam.
Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Provinsi Kalimantan Selatan sudah sesuai Santoso, Purwo. 2003. Pembaharuan Desa
dengan Peraturan Bupati Hulu Sungai Secara Partisipatif. Yogyakarta:
Tengah Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pustaka Pelajar
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDesa) Kabupaten Subroto, Agus. 2009. Akuntabilitas Pengelolaan
Hulu Sungai Tengah. Akan tetapi dari Dana Desa (Studi Kasus Pengelolaan
analisis yang dilakukan penulis, sangat jelas Alokasi Dana Desa Di Desa-Desa
bahwa prakteknya tidaklah memadukan dalam Wilayah Kecamatan Tlogomulyo
antara top-down dan bottom-up, karena adanya Kabupaten Temanggung Tahun 2008).
ketimpangan dan lebih dominan top-down. Semarang : Undip.
Dilihat dari dokumen perubahan APBDes
dari Desa Baru, Desa Pagat, dan Desa Sugiyono, Prof. Dr. 2008. Memahami
Layuh, tampak sekali bahwa Perdes tersebut Penelitian Kualitatif. Bandung :
seperti formalitas yang dimintakan oleh Penerbit Alfabeta.
Pemerintah Daerah untuk melengkapi
berkas saja. Faktor-faktor yang menentukan Sutiyono. 2009. Efektivitas Pengelolaan
implementasi kebijakan APBDes di Keuangan Desa (Studi Kasus Desa
Kecamatan Batu Benawa adalah : Perencana Seling Kecamatan Karang Sambung
dan pelaksana kebijakan APBDes; Kabupaten Kebumen Tahun 2007-
Keberadaan aspek pemasukan desa; Tingkat 2008). Yogyakarta : UMY
urgensi program
Utami, Eko Tri. 2007. Peranan Badan
Permusyawaratan Desa dalam
DAFTAR PUSTAKA Perencanaan Pembangunan Desa.
Dama, Melati. 2008. Studi Implementasi Medan : USU
Kebijakan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDes) dalam Widjaja, HAW. 2004. Otonomi Desa
Meningkatkan Pembangunan pada Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat
Desa Sebuntal Kecamatan Marang dan Utuh. Jakarta: PT. Raja
Kayu Tahun Anggaran 2006. Jurnal Grafindo Persada
Sprit Publik. Volume 4 Nomor 1.
Edisi April 2008. h. 69 – 84.

Anda mungkin juga menyukai