Anda di halaman 1dari 7

KEWENANGAN DESA

Oleh: Muhammad Fatan Taqiyullah Kholilullah

Desa merupakan bagian penting dari negara Indonesia, status


desa diberikan secara khusus menurut asas rekognisi dan
subsidiaritas, yang diatur dalam pasal 3 UU Desa No 6 Tahun 2014
(selanjutnya disebut Desa). Menerapkan prinsip-prinsip tersebut,
desa berhak mengatur dirinya sendiri berdasarkan kekayaan dan
segala kemungkinannya. Kekuasaan desa berdasarkan hak asal usul
(pengakuan) adalah hak desa untuk mengatur urusannya atas
prakarsa masyarakat desa menurut budaya asli masyarakat desa,
yang tidak melawan hukum. Kelembagaan yang berdasarkan hak
asal usul ini meliputi pengurusan barang-barang yang berada dalam
wilayah desa (harta alam, tanah bersama, kas desa), hak asal usul ini
juga memberikan kebebasan kepada desa untuk merancang struktur
administrasi berdasarkan aslinya. organisasi menyelesaikan
perselisihan dengan hukum umum. dan pelestarian adat dan budaya
desa. 1 Sementara itu, asas subsidiaritas memberikan kewenangan
kepada desa untuk mengatur dan mengurus desa secara lokal.
Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 memberikan
kewenangan kepada salah satu perangkat desa untuk membuat
peraturan desa tentang perencanaan wilayah. Dengan memperkuat
pembangunan desa, masyarakat menjadi sejahtera dan mendorong
kota tumbuh lebih sehat.1
Kewenangan desa yang lebih luas diberikan peraturan
perundang-undangan menjadikan Desa memiliki tata pemerintahan
layaknya Kabupaten/Kota. Salah satu pembahasan utama yang harus
diperhatikan adalah apa saja kewenangan yang dimiliki oleh Desa
dan jika dibandingkan dengan peraturan Daerah, sejak tahun 2009
Kementrian Dalam Negeri telah melakukan proses evaluasi terhadap
9000 (Sembilan ribu) Peraturan Daerah yang bermasalah. Hasil
evalasi tersebut menghasilkan Perda yang dibatalkan karena
bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi dan menghambat iklim
usaha. Kolerasinya adalah agar tidak terjadi hal yang sama karena
keterbatasan SDM, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
Pemerintah Desa maka meningkatkan pengetahuan terhadap

1
Yessyca Femilia and Uu Nurul Huda, “KEWENANGAN DESA DALAM
PENATAAN RUANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG DESA,”
ADLIYA: Jurnal Hukum Dan Kemanusiaan 14, no. 1 (July 13, 2020): 121–40,
https://doi.org/10.15575/adliya.v14i1.5752.
kewenangan dan bentuk peraturan desa adalah hal yang harus
dimiliki oleh Pemerintah Desa agar Peraturan Desa yang ditetapkan
tidak bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang
lebih tinggi dan menghambat iklim usaha. Disisi lain akuntabilitas
pembuat kebijakan berskala lokal harus mumpuni agar Peraturan
Desa yang ditetapkan dapat membuat desa menjadi mandiri, inovatif
dan sejahtera serta menyentuh seluruh kalangan masyarakat desa. 2
Kewenangan desa yang dijelaskan dalam pasal 19 UU Desa
meliputi:3
1) Kewenangan berdasarkan hak asal usul;
2) Kewenangan lokal berskala Desa;
3) Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah aerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupate/Kota; dan
4) Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah kabupaten/Kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kemudian, pasal 69 ayat (4) UU Desa menjelaskan sebagai
berikut:
“Rancangan Praturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa, pungutan, tata ruang dan organisasi Pemerintah Desa
harus mendapatkan evaluasi dari Bupati/walikota sebelum ditetapkan
menjadi peraturan Desa ." Pasal ini secara tidak langsung
menjelaskan bahwa desa berhak membuat peraturan desa di bidang
tata ruang.
Adapun kewenangan desa di dalam UU No. 22/1999 diatur
dalam pasal 99 mencakup:
1) kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul Desa;
2) kewenangan yang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku
belum dilaksanakan oleh Daerah dan Pemerintah; dan
3) Tugas Pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan/atau
Pemerintah Kabupaten.
Dalam Undang – undang No. 32 Tahun 2004 disebutkan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup:
1) Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa,

2
Kewenangan Desa Dan Penetapan Peraturan Desa and Lia Sartika Putri Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Riau Jl Jenderal Sudirman
No, “KEWENANGAN DESA DAN PENETAPAN PERATURAN DESA
(VILLAGE AUTHORITY AND THE ISSUANCE OF VILLAGE
REGULATION),” n.d., http://www.hukumonline.com/berita/baca/.
3
“Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.,” n.d.
2) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota
yang diserahkan pengaturannya kepada desa,
3) Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah provinsi, dan atau
pemerintah kabupaten/kota dan yang terakhir
4) Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-
perundangan diserahkan kepada desa. Tugas pembantuan dari
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan/atau pemerintah
Kabupaten/kota kepada desa disertai dengan pembiayaan, sarana dan
prasarana, serta sumber daya manusia.4
Namun, ditemukan beberapa kendala di lapangan dalam
pelaksanaan pemerintahan desa Desa Sumber, Kecamatan Kradenan,
Kabupaten Blora. Pertama, mengenai asal usul kewenangan, fakta di
lapangan menunjukkan bahwa dari lima kewenangan umum yang
disebutkan oleh Zakaria5 bahwa hanya dua yang masih diterapkan
dalam model saat ini. Dua kewenangan umum yang masih berlaku di
Desa Sumber adalah penguasaan sumber daya lokal dan hak
mengelola dan memelihara aset budaya lokal.
Kedua, kekuasaan desa berupa urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan kabupaten/kota yang melimpahkan urusan
pemerintahannya kepada desa. Setiap desa mengevaluasi dan
mempublikasikan hal-hal apa saja yang dilaksanakan dan tentunya
dengan subsidi. Fakta praktis menunjukkan bahwa di desa Sumber,
otonomi desa ini berpedoman pada penyelenggaraan pemilihan
kepala desa, penetapan perangkat desa, penyusunan peraturan desa
dan juga penetapan anggaran pendapatan desa (APBD). Sementara
itu, masih banyak bidang lain yang perlu dikaji dan dikaji oleh
pemerintah desa agar masyarakat dapat terus sejahtera, mewujudkan
pemerataan dan keadilan, serta mendorong semangat kreatif desa
Sumber.
Ketiga, adanya kewenangan desa berupa bantuan pemerintah,
pemerintah kabupaten dan pemerintah kabupaten/kota. Tugas
pembantuan ini dilaksanakan oleh desa, karena menurut undang-
undang kedudukan desa berada dalam wilayah administrasi. Tugas
pengurusan bersama di desa tidak lepas dari urusan pengurusan yang
menjadi kewenangan kabupaten/kota yang mengalihkan
penyelenggaraan ke desa. Beberapa industri ini juga dikategorikan
dalam tugas pengelolaan bersama, tergantung pada kapasitas dan

4
Kushandajani, “IMPLIKASI UU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
TERHADAP KEWENANGAN DESA,” vol. 4, 2014.
5
Sutoro Eko and Abdul Rozaki, “Prakarsa Desentralisasi Dan Otonomi Desa,”
Yogyakarta: IRE Press 268 (2005): 261–68.
biaya yang tersedia di desa, karena pelaksanaan tugas pengelolaan
bersama harus disertai dengan pembiayaan. Jika tidak melibatkan
pembiayaan, desa berhak menolaknya. Tugas tolong menolong di
desa Sumber bersifat umum hampir sama dengan desa pada
umumnya yaitu dalam bidang kesehatan, pertanian, pendidikan dan
lain-lain.
Keempat, kekuasaan desa berupa urusan kenegaraan lainnya
yang dialihkan kepada desa karena undang-undang. Dari keterangan
lapangan ternyata Sumberküla tidak memiliki kekuasaan desa berupa
urusan negara lainnya yang dialihkan ke desa karena undang-undang.
Urusan yang diselenggarakan di Sumberküla adalah urusan
pemerintahan yang menjadi pemerintahan kabupaten/kota yang
penyelenggaraannya tetap menjadi tugas desa dan pengelolaan
bersama antara pengurus, pemerintah kabupaten dan pemerintah
kabupaten.6
Hal ini berbeda dengan pengertian desa dalam UU No. 32
Tahun 2004, dimana desa diartikan sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat. dalam sistem pengelolaan yang diakui dan berada di
wilayah kabupaten. Dalam pengertian ini, kata mengatur dan
memerintah mengandung arti bahwa desa berhak mengatur
kehidupan rumah tangganya sehingga desa memiliki otonomi.
Otonomi desa bukanlah otonomi formal seperti pemerintah provinsi
dan/atau kabupaten, melainkan otonomi asal dan adat. Otonomi asal
usul dan adat merupakan otonomi yang telah diperoleh sejak dahulu
kala dan sudah menjadi adat masyarakat desa ini. Fakta di lapangan
menunjukkan bahwa otonomi asli Desa Sumber mulai menurun dari
waktu ke waktu. Hal ini ditunjukkan dengan penerapan budaya dan
adat istiadat yang diwarnai oleh budaya modern. Fakta lainnya, Desa
Sumber masih bergantung secara finansial kepada pemerintah desa di
atas. Pendapatan awal desa tidak cukup untuk membiayai kegiatan
operasional pengurus Sumberküla. Sumber pendapatan kota terus
didominasi oleh bantuan dari pemerintah negara bagian dan daerah. 7

6
Innesa Destifani and Ike Wanusmawatie, “PELAKSANAAN KEWENANGAN
DESA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN OTONOMI DESA (Studi Pada
Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora),” JAP), vol. 1, n.d.
7
Government of Indonesia, “Constitutional Law No.32/2004 about Local
Government (UU No.32/2004 Tentang Pemerintah Daerah),” 2004.
PROFIL PENULIS

Muhammad Fatan Taqiyullah Kholilullah

Bertempat lahir di Kuningan, 12 Juli


2003. Riwayat Pendidikan RA Ulil
Albab, Bandung. MI Zakaria,
Bandung. MTs Zakaria, Bandung.
MA di Pondok Pesantren Al-
Mu’awanah, kabupaten Bandung dan
sekarang melanjutkan Pendidikan di
Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati, Bandung. Program
studi Perbandingan Mazhab dan
Hukum. Email penulis:
mfatantk@gmail.com
DAFTAR PUSTAKA

Desa Dan Penetapan Peraturan Desa, Kewenangan, and Lia Sartika Putri
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Riau
Jl Jenderal Sudirman No. “KEWENANGAN DESA DAN
PENETAPAN PERATURAN DESA (VILLAGE AUTHORITY
AND THE ISSUANCE OF VILLAGE REGULATION),” n.d.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/.
Destifani, Innesa, and Ike Wanusmawatie. “PELAKSANAAN
KEWENANGAN DESA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN
OTONOMI DESA (Studi Pada Desa Sumber, Kecamatan Kradenan,
Kabupaten Blora).” JAP). Vol. 1, n.d.
Eko, Sutoro, and Abdul Rozaki. “Prakarsa Desentralisasi Dan Otonomi
Desa.” Yogyakarta: IRE Press 268 (2005): 261–68.
Femilia, Yessyca, and Uu Nurul Huda. “KEWENANGAN DESA
DALAM PENATAAN RUANG BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG DESA.” ADLIYA: Jurnal Hukum Dan Kemanusiaan 14,
no. 1 (July 13, 2020): 121–40.
https://doi.org/10.15575/adliya.v14i1.5752.
Government of Indonesia. “Constitutional Law No.32/2004 about Local
Government (UU No.32/2004 Tentang Pemerintah Daerah),” 2004.
Kushandajani. “IMPLIKASI UU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
DESA TERHADAP KEWENANGAN DESA.” Vol. 4, 2014.
“Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.,” n.d.

Anda mungkin juga menyukai