Edy Supriadi
Kepala Desa Mekar Damai
email : kades.md@gmail.com
Naskah diterima : 03/06/2015; direvisi : 05/08/2015; disetujui : 20/08/2015
Abstract
This research aimed to analyze the regulation of the Village financial management, the mechanism
and procedure of the Village financial management and the liability of the head of the Village in
the Village finanacial management according to Law number 6 of 2014 concerning Village. Type of
this research is normative legal research, using statutes, conceptual and case approaching method.
This research concludes that the head of the Village posses a wide authority as the budget user power
which may cause deviation of the Village financial utilization. Hence, the head of the Village requires
acknowledgement of the Village Deliberation Body in the financial management supervision yet in the
Village financial allocation.
Keywords: Liability, Village financial
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis terkait pengaturan tentang pengelolaan keuangan
desa menurut UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa, mekanisme dan prosedur pengelolaan keuangan
desa menurut UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa, pertanggungjawaban Kepala Desa dalam
pengelolaan keuangan desa menurut UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa. Penelitian ini adalah
penelitian normatif dengan metode Pendekatan perundang-undangan, Kedua Pendekatan konsep
dan ketiga pendekatan kasus. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Kepala desa mempunyai
kewenangan yang luas sebagai kuasa pengguna anggaran sehingga sangat rentan terjadinya
penyimpangan terhadap penggunaan keuangan desa, sehingga dalam mengawasi pelaksanaan
kewenangan kepala desa untuk pengelolaan keuangan desa tidak hanya meminta persetujuan badan
permusyawaratan desa namun perlu persetujuan Badan permusyawaratan desa dalam menentukan
penggunaan keuangan desa oleh kepala desa.
Kata Kunci : Pertanggungjawaban Kepala Desa, Keuangan Desa
PENDAHULUAN menjadi lebih demokratis-desentralistik.
Desentralisasi memungkinkan berlang-
Transisi politik yang terjadi di Indo- sungnya perubahan mendasar dalam kara-
nesia menghasilkan dua proses politik kteristik hubungan kekuasaan antara Pusat
yang berjalan secara simultan, yaitu desen- dengan Daerah, sehingga daerah diberikan
tralisasi dan demokratisasi. Kedua proses keleluasaan untuk menghasilkan kepu-
politik tersebut terlihat jelas dalam perge- tusan-keputusan politik tanpa intervensi
seran format pengaturan politik di area lo- pusat. Demokratisasi setidaknya men-
kal maupun nasional, yaitu dari pengaturan gubah hubungan kekuasaan di antara lem-
politik yang bersifat otoritarian-sentralistik baga-lembaga politik utama dalam berbagai
tingkatan. Salah satu bentuk perubahan kutan.2 Desa yang otonom akan memberi-
karakter hubungan kekuasaan tercermin kan ruang gerak yang luas pada perenca-
dari pergeseran locus politics dari pemer- naan pembangunan yang merupakan kebu-
intahan oleh birokrasi menjadi pemerintah- tuhan nyata masyarakat dan tidak banyak
an oleh partai (party government).1 dibebani oleh program-program kerja dari
berbagai instansi dan pemerintah.3
Transisi politik yang dimaksudkan ten-
tu adalah pemberlakuan otonomi daerah Kewenangan yang dimiliki desa menu-
berasarkan UU No. 22 Tahun 1999, seb- rut Pasal 18 UU No. 6 Tahun 2014 meliputi
agaimana diubah oleh UU No. 32 Tahun kewenangan di bidang penyelenggaraan
2004, dan sebagaimana diubah kembali pemerintahan desa, pelaksanaan pemban-
oleh UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemer- gunan desa, pembinaan kemasyarakatan
intahan Daerah. Seperti diketahui bahwa desa, dan pemberdayaan masyarakat desa
hakikat diberlakukannya otonomi daerah berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
adalah untuk mempercepat terwujudnya usul, dan adat istiadat desa. Lebih lanjut
kesejahteraan masyarakat melalui pening- Pasal 19 UU No. 6 Tahu 2014 menegaskan
katan pelayanan, pemberdayaan, dan peran bahwa kewenangan Desa dalam pemerin-
serta masyarakat, serta peningkatan daya tahan desa meliputi: 1. kewenangan ber-
saing daerah dalam pembangunan nasional. dasarkan hak asal usul; 2. kewe n a n g an
lokal berskala Desa; 3. kewenangan yang
Pada perkembangannya, semangat un-
ditugaskan oleh Pemerintah, pemerintah
tuk mempercepat terwujudnya kesejahter-
daerah provinsi, atau pemerintah daerah
aan masyarakat melalui otonomi daerah
kabupaten/kota; dan 4. kewenangan lain
tersebut kemudian dikembangkan dalam
yang ditugaskan oleh Pemerintah, pemer-
sistem otonomi desa melalui penetapan UU
intah daerah provinsi, atau pemerintah dae-
No. 6 Tahun 2014 tentang Desa dan PP No.
rah kabupaten/kota sesuai dengan keten-
43 Tahun 2014 sebagai peraturan pelak-
tuan peraturan perundang-undangan.
sananya. Sebenarnya istilah otonomi desa
dalam arti yang sebenarnya sudah dikenal Dari sekian kewenangan yang dimiliki
semenjak ditetapkannya UU No. 22 Tahun oleh Kepala Desa tersebut, kewenangan
1999, kemudian sedikit lebih diperjelas me- Kepala Desa dalam pengelolaan keuangan
lalui penetapan UU No. 32 Tahun 2004 dan desa melalui penetapan dan pelaksanan
PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes) adalah bagian yang paling men-
Otonomi desa adalah hak untuk menga-
arik bagi peneliti untuk ditelaah. Pasal 75
tur dan mengurus rumah tangganya sendiri
UU No. 6 Tahun 2014 menegaskan bahwa:
yang terbentuk bersamaan dengan terben-
tuknya persekutuan masyarakat hokum (1)Kepala Desa adalah pemegang kekua-
tersebut, dengan batas-batas berupa hak saan pengelolaan keuangan desa.
dan kewenangan yang belum diatur oleh (2)Dalam melaksanakan kekuasaan se-
persekutuan masyarakat hokum yang lebih bagaimana dimaksud pada ayat (1),
luas dan tinggi tingkatannya, dalam rangka Kepala Desa menguasakan sebagian
memenuhi kebutuhan hidup dan penghidu- kekuasaannya kepada perangkat desa.
pan kesatuan masyarakat hukum bersang- 2
Sadu Wasistiono., Kapita Selekta Pemerintahan
Daerah, Alqa Print, Bandung,2001, hlm. 71
1
Dwipayana dan Aridan Suntoro Eko, Membangun 3
HAW. Widjaja., Otonomi Desa Merupakan Oto-
Good Governance di Desa, Institute Of Research and nomi Yang Asli, Bulat, dan Utuh, Cetakan Keenam, PT
Empowerment, Yogyakarta, 2003, hlm. 5-6 Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 23
(3)Ketentuan lebih lanjut mengenai dengan masyarakat. Karena itu, sistem dan
keuangan desa diatur dalam Peraturan mekanisme penyelenggaraan pemerintahan
Pemerintah. daerah sangat didukung dan ditentukan
Dalam praktek pengelolaan keuangan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusy-
desa berdasarkan peraturan yang masih awaratan Desa (BPD) sebagai bagian dari
berlaku sekarang ini, masih ditemukan ad- Pemerintah Daerah. Struktur kelembagaan
anya ketimpangan antara aturan dengan dan mekanisme kerja di semua tingkatan
prakteknya. Di Kabupaten Lombok Tengah pemerintah, khususnya pemerintahan desa
misalnya, terdapat beberapa Kepala Desa harus diarahkan untuk dapat menciptakan
yang tersandung kasus korupsi karena pemerintahan yang peka terhadap perkem-
dugaan penyalahgunaan ADD dan bantuan bangan dan perubahan yang terjadi dalam
beras miskin (Raskin). Dari beberapa kasus masyarakat.
korupsi tersebut, sudah ada yang diputus Reformasi dan otonomi daerah sebena-
oleh Pengadilan. rnya adalah harapan baru bagi pemerintah
Ketimpangan dalam pengelolaan keuan- dan masyarakat desa untuk membangun
gan desa sebagaimana tergambar dalam desanya sesuai kebutuhan dan aspirasi ma-
beberapa kasus di atas, tentu merupakan syarakat. Bagi sebagian besar aparat pemer-
persoalan yang serius karena menyangkut intah desa, otonomi adalah suatu peluang
nasib masyarakat di desa setempat. Secara baru yang dapat membuka ruang kreativitas
umum, ketimpangan dalam pengelolaan bagi aparatur desa dalam mengelola desa,
keuangan desa jelas akan menghambat tu- misalnya semua hal yang akan dilakukan
juan pemberlakuan otonomi daerah dan oleh pemerintah desa harus melalui rute
otonomi desa, sebagaiman yang dikehen-
persetujuan kecamatan, untuk sekarang hal
daki dalam UU No. 32 Tahun 2004 dan
itu tidak berlaku lagi. Hal itu jelas membuat
PP No. 72 Tahun 2005.
pemerintah desa semakin leluasa dalam
Dari paparan di atas, maka perma- menentukan program pembangunan yang
salah yang dikaji dalam tulisan ini adalah akan dilaksanakan, dan dapat disesuaikan
Bagaimanakah Kewenangan Kepala Desa dengan kebutuhan masyarakat desa.
dalam pengelolaan Keuangan Desa menu-
Kewenangan pengelolaan keuangan
rut UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa?.
Bagaimanakah mekanisme dan prosedur Desa dilaksanakan oleh Kepala Desa seb-
pengelolaan keuangan desa menurut UU agaimana disebutkan dalam Pasal 75 ayat
No. 6 tahun 2014 tentang Desa?, dan (1) bahwa Kepala Desa adalah pemegang
Bagaimanakah pertanggungjawaban Ke- kekuasaan pengelolaan Keuangan Desa.
pala Desa dalam pengelolaan keuangan Dalam melaksanakan kekuasaannya kepala
desa menurut UU No. 6 tahun 2014 ten- desa menguasakan sebagian kekuasaannya
tang Desa? kepada perangkat desa.
pada hakikatnya adalah mitra kerja Pemer- nya, seperti LMD yang direvisi menjadi
intah Desa yang memiliki kedudukan yang Badan Perwakilan Desa (BPD) yang oleh
sejajar dalam menyelenggarakan urusan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
pemerintahan, pembangunan, dan pember- diubah menjadi Badan Permusyawaratan
dayaan masyarakat. Desa (BPD). Pembahasan mengenai Badan
Perwakilan Desa dan Kepala Desa dalam
Prinsip pengeloaan keuangan di Desa
undang-undang yang lama (UU No. 22 Ta-
dalam rangka Good Governance harus men-
hun 1999) pasal 104 dinyatakan bahwa
cakup beberapa aspek diantaranya adalah:4
“Badan Perwakilan Desa atau yang dise-
1).
Aspiratif, dalam pengambilan kebi-
but dengan nama lain berfungsi men-
jakan tentang pengelolaan keuangan
gayomi adat istiadat, membuat peraturan
Desa pemerintah desa dan BPD harus
Desa, serta membuat pengawasan ter-
mendengar aspirasi dari masyarakat.
hadap penyelenggaraan Pemerintahan
2).
Partisipatif, dalam pengambilan ke- Desa.”
bijakan pengelolaan keuangan Desa,
Konsepsi Badan Perwakilan Desa seb-
pemerintah desa harus melibatkan
agaimana yang diinginkan oleh Undang-
masyarakat.
Undang Nomor 22 Tahun 1999 adalah un-
3).
Transparan, masyarakat mem- tuk memberikan fungsi kontrol yang kuat
peroleh informasi yang cukup ten- kepada Kepala Desa. Selain itu, dikenalkan-
tang APBDes, termasuk program nya Badan Perwakilan Desa adalah untuk
pembangunan,lelang kas Desa, ban- memperkenalkan adanya lembaga legislatif,
tuan pemerintah dan pungutan ke dan mempunyai kewenangan-kewenangan
masyarakat. legislasi pada umumnya di Desa.
4). Akuntabilitas, dalam mengelola keun- Hal ini berbeda dengan Undang-undang
gan desa harus berdasarkan kepala Nomor 32 Tahun 2004. Badan Perwakilan
aturan yang berlaku. Desa yang semula diharapkan dapat men-
jalankan fungsi check and balance di desa,
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) telah dikurangi perannya. Di desa, berdasar-
dapat membuat Rancangan Peraturan Desa kan undang-undang ini, tidak mengenal
yang secara bersama-sama Pemerintah Desa lagi lembaga perwakilan. Yang ada adalah
ditetapkan menjadi Peraturan Desa. Dalam lembaga permusyawaratan desa yang dise-
hal ini, BPD sebagai lembaga pengawasan but dengan Badan Permusyawaratan Desa.
memiliki kewajiban untuk melakukan kon- Pada pasal 209 undang-undang tersebut
trol terhadap implementasi peraturan desa dijelaskan bahwa
serta anggaran pendapatan dan belanja desa
(APBDes). “Badan Permusyawaratan Desa berfungsi
menetapkan peraturan Desa bersama Ke-
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) pala Desa, menampung dan menyalurkan
bukan merupakan lembaga pertama yang aspirasi masyarakat.”
berperan sebagai lembaga penyalur aspirasi
masyarakat desa melainkan perbaikan dari Namun Badan Permusyawaratan Desa
lembaga sejenis yang pernah ada sebelum- memiliki fungsi kontrol yang sangat ber-
beda jauh dengan Badan Perwakilan Desa.
4
Lembaga Adiministrasi Negara dan Badan Penga- Dalam Badan Permusyawaratan Desa
was Keuangan dan Pembangunan , 2000 : 3
fungsi kontrol terhadap kepala Desa dalam Perencanaan adalah proses merumus-
menjalankan tugasnya lemah. Selain itu, kan suatu kegiatan dalam rangka mem-
terdapat beberapa kelemahan dari Badan peroleh hasil yang diharapakan dalam ke-
Permusyawaratan Desa, antara lain : giatan tersebut. Sebelum APBDes dibahas
maka harus didahului dengan tahapan
1) Tidak melibatkan partisipasi langsung
musyawarah yaitu tahap pertama, musy-
masyarakat/pemilihan langsung
awarah pembangunan di tingkat dusun un-
2) Keanggotaan berbasis tokoh masyara- tuk menyerap aspirasi dari masing-masing
kat yang tidak mencerminkan keang- RT/RW, musyawarah ini dipimpin oleh
gotaan desa masing- masing Kepala Dusun. Hasil-hasil
dari penyerapan aspirasi ditingkat dusun
3) Kekuatan legitimasi lemah tetapi mem- dituangkan dalam bentuk usulan yang
buat peraturan desa akan dibawa tingkat Musyawarah Desa.
4) Fungsi kontrol ada pada badan musy- Kedua, musyawarah ditingkat desa dalam
awarah desa, namun dalam hal pengam- musyawarah ini aspirasi pembangunan
bilan keputusan terkait sanksi diserah- dari masing-masing dusun dibahas dalam
kan kepada Camat dan Bupati. musyawarah ini, didalam musyawah desa
dibahas hal-hal sebagai berikut:
Kepala Desa menjalankan hak, we-
wenang dan kewajiban pimpinan Pemer- a) Musyawarah di setiap dusun
intahan Desa yaitu penyelenggaraan rumah b) Membahas usulan atau program pem-
tangganya sendiri dan merupakan peny- bangunan yang diajukan oleh dusun
elenggaraan dan penanggung jawab utama c) Menyusunskalaprioritaskegiatanpem-
dibidang pemerintahan,pembangunan dan bangunan
kemasyarakatan dalam rangka penyeleng- d) Mengkompilasi usulan yang diterima
garaan urusan Pemerintahan Desa, urusan dalam format RAPBDes
pemerintahan umum termasuk pembinaan
e) Pengajuan RAPBDes untuk dibahas ke
ketentraman dan ketertiban sesuai dengan
BPD
peraturan perundang-undangan yang ber-
laku dan menumbuhkan serta megembang- 2) Pelaksanaan APBDes
kan jiwa gotong-royong masyarakat desa, Pelakanaan adalah proses aktualisa-
Kepala Desa antara lain melakukan usaha si atau pengoperasian dari perencanaan
penetapan koordinasi melalui lembaga- yang telah ditetapkan. Proses pelaksanaan
lembaga kemasyarakatan lainnya yang ada APBDes adalah menjabarkan rencana-
di Desa. rencana pembangunan yang tercantum
dalam APBDes untuk dilaksanakan den-
Maka dari itu dalam setiap penen- gan sebaik-baiknya. Dalam pelaksanaan
tuan kebijakan Kepala Desa harus selalu Pembangunan Desa ini harus melalui
menekankan prinsip-prinsip Good Gov- tahapan sosialisasi kepada masyarakat,
ernance, begitu juga dalam pengelolaan agar mengetahui bahwa akan diadakan
keuangan Desa. Prinsip-prinsip manajemen pembangunandesadanberpartisipasiaktif
APBDes ini dijabarkan sebagai berikut: 5 dalam pembangunan.
1) Perencanaan APBDes 3) Pengawasan APBDes
5
Dalam Modul APBDes Partisipatif, Membangun
Tanggung-Gugat Tata Pemerintahan Desa (2003, hal ,
52
gelola barang-barang publik dan kehidupan jalankan, tidak serta-merta diikuti dengan
Desa, termasuk keuangan desa. pengelo- pemulihan pembangunan dan keseahteraan
laan keuangan desa berdasarkan UU No. masyarakat desa, khusunya dalam pengelo-
22 Tahun 1999 dilakukan oleh Kepala Desa laan keuangan sebagai tumpuan pembangu-
dan BPD yang dituangkan dalam APBDesa nan desa.
setiap tahunnya.Sumber pendapatan Desa
B. Kewenangan Kepala Desa Dalam Pen-
terdiri atas :
gelolaan Keuangan Desa Berdasarkan
a) pendapatan asli Desa yang meliputi : Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
hasil usaha Desa; hasil kekayaan Desa; Tentang Desa
hasil swadaya dan partisipasi; hasil go- Dalam Undang-Undang Nomor 6 Ta-
tong royong; dan lain-lain pendapatan hun 2014 tentang Desa Pasal 1 angka (1)
asli Desa yang sah; menjelaskan bahwa desa merupakan kesat-
b) bantuan dari Pemerintah Kabupaten uan masyarakat hukum yang memiliki ba-
yang meliputi :bagian dari perolehan tas wilayah yang berwenang untuk menga-
pajak dan retribusi Daerah; dan bagian tur dan mengurus urusaan pemerintahan,
dari dana perimbangan keuangan Pusat kepentingan masyarakat setempat berdasar-
dan Daerah yang diterima oleh Pemer- kan prakarsa masyarakat, hak asal-usul
intah Kabupaten; dan/atau hak tradisional yang diakui dan
c) bantuan dari Pemerintah dan Pemer- dihormati dalam sistem pemerintahan Neg-
intah Propinsi;sumbangan dari pihak ara Kesatuan Republik Indonesia.Berdasar-
ketiga; dan, pinjaman Desa. kan undang-undang ini menjadikan desa
Meski menciptakan lompatan yang luar memiliki kewenangan untuk mengurus dan
bisa, tetapi UU No. 22/1999 tetap memiliki mengatur kepentingan masyarakatnya ses-
sejumlah keterbatasan, terutama kalau dili- uai dengan kondisi dan sosial, budaya se-
hat dari sisi Desain desentralisasi. UU ini tempat sehingga posisi desa yang memiliki
menyerahkan sepenuhnya persoalan Desa otonomi asli menjadi sangat strategis.
kepada kabupaten/kota, sehingga membuat Salah satu substansi yang diatur dalam
rumusan UU No. 22 Tahun 1999 memberi- Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 adalah
kan “cek kosong” pengaturan Desa kepada mengenai keuangan Desa. Pasal 1 angka 10
kabupaten/kota. UU No. 22/199 hanya Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 mem-
memberikan diktum yang sifatnya makro berikan definisi keuangan Desa adalah
dan abstrak dalam hal desentralisasi ke- semua hak dan kewajiban yang dapat dini-
wenangan kepada Desa. lai dengan uang serta segala sesuatu berupa
Subtansi UU No. 22/1999 membuat ka- uang dan barang yang berhubungan den-
bur posisi Desa karena mencampuradukkan gan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
antara prinsip self-governing community Pengertian hak dan kewajiban tersebut
(otonomi asli) dan local-self government (de- adalah semua yang menimbulkan pendapa-
sentralisasi) tanpa batas-batas perbedaan tan, belanja, pembiayaan dan pengelolaan
yang jelas. Pengakuan Desa sebagai self- Keuangan Desa.
governing community (otonomi asli) lebih Kewenangan pemerintah desa menjadi
bersifat simbolik dan nostalgia, ketimbang begitu besar dalam penyelenggaraan pemer-
substantif.8 Setelah UU No. 22/199 di- intahan desa khususnya dalam pengelolaan
Keuangan Desa setelah berlakunya UU No.
8
Ibid ...
3) Bagian dari dana perimbangan keuangan pengelolaan keuangan yang efektif dan
pusat dan daerah yang diterima oleh Ka- efisien. Disamping itu diharapkan dapat
bupaten/Kota; diwujudkan tata kelola pemerintahan desa
4) Alokasi anggaran dari APBN; yang baik, yang memiliki tiga pilar utama
5) Bantuan keuangan dari APBD Provinsi yaitu transparansi, akuntabilitas dan parti-
dan APBD Kabupaten/Kota; sipatif.
Bendahara Desa. Pengelolaan keuangan pemerintah daerah, dan ada yang di desa
Desa meliputi: itu sendiri yang semuanya memanfaatkan
jaringan komunikasi data selular dengan
a) perencanaan; tujuan keseragaman sistem dan mem-
b) pelaksanaan; perkecil biaya investasi perangkat keras.
.Sumber : www.bppk.depkeu.go.id
Saat ini masih diberlakukan peraturan disebutkan dalam Permendagri yang harus
transisi yang disebut Standar Akuntansi digunakan dalam pengelolaan keuangan
Pemerintahan berbasis Kas menuju Akrual. desa tersebut adalah:
kalau Pemerintahnya sendiri memerlukan
a) Pesan publik khas
waktu selama 4 tahun (sejak 2010) dan be-
lum menuntaskan transisi laporan keuan- b) Buku kas pembantu perincian obyek
gan berbasis kas menjadi berbasis akrual, penerimaan
bagaimana nantinya kira-kira proses akun- c) Buku kas pembantu Perincian obyek
tansi yang harus dilakukan oleh ke 78 ribu produksi
desa yang umumnya memiliki sumberdaya d) Buku kas harian pembantu
manusia yang lebih terbatas. Dengan pemahaman atas situasi dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri kondisi dari pengelolaan keuangan desa
No.37/2007 tentang Pedoman Pengelolaan saat ini, kita dihadapkan pada fakta bah-
Keuangan Desa yang menjadi peraturan wa dalam waktu dekat pencairan dana
pelaksana dari UU No.32/2004 tentang desa akan segera dilaksanakan. Di satu
Pemerintahan Daerah. Dalam Permendag- sisi Desa diberi tugas untuk menyeleng-
ri tersebut disebutkan bahwa pengelolaan garakan urusan pemerintahan sehingga
keuangan desa dilaksanakan oleh perang- untuk pencatatan dan pertanggung-jawa-
kat desa antara lain, Bendahara Desa dan ban pengelolaan keuangannya seharusnya
Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan mengikuti standar akuntansi yang dikelu-
Desa (PTPKD). Sedangkan dokumen yang arkan pemerintah yang telah diatur dalam
PP no.71/2010. Namun di sisi lain seperti
yang diungkapkan Robert Endi Jaweng yang lebih umum dan mudah dikerjakan.
dalam diskusi “Prospek Implementasi UU Wasistiono dan tahir16, menyatakan bahwa,
No.6/2014, terdapat masalah kapasitas unsur kelemahan yang dimiliki oleh pemer-
administrasi dan tata kelola aparat pemer- intahan desa pada umumnya yaitu :
intah desa yang masih minim. Kemudian
a) Kualitas sumber daya aparatur yang
sistem akuntabilitas dan pranata penga-
dimiliki desa pada umumnya masih
wasan yang masih lemah, termasuk belum
rendah.
kritisnya masyarakat atas pengelolaan ang-
garan pendapatan dan belanja desa.14 b) Belum sempurnanya kebijakan pen-
Senada dengan itu Jan Hoesada, CPA gaturan tentang organisasi pemerin-
dari Komite Standar Akuntansi Pemerin- tah desa, sejak dikeluarkan peraturan
tah (KSAP) menyatakan dalam tulisan- pemerintah No 72 tahun 2005 tentang
nya tentang Desa, bahwa penyusunan PP desa, masih diperlukan beberapa aturan
tentang akuntansi dan pelaporan laporan pelaksana baik sebagai pedoman mau-
keuangan desa harus dirangkai secara amat pun sebagai operasional.
hati-hati. Diduga seluruh desa amat terbe- c) Rendahnya kemampuan perencanaan
lakang dalam teknologi akuntansi, sebagian ditingkat desa, sering berakibat pada
diramalkan cepat beradaptasi, sebagian lagi kurangnya sinkronisasi antara out-
amat sulit beradaptasi dengan teknologi put (hasil/keluaran) implementasi
akuntansi. Diramalkan akan ada berbagai kebijakan dengan kebutuhan dari ma-
desa menerapkan akuntansi pemerintahan syarakat yang merupakan input dari
karena dinilai bermanfaat bagi desa yang kebijakan.
bersangkutan namun jumlahnya amat ter-
batas. Karena itulah kita harus coba untuk d) Sarana dan prasarana penunjang op-
menemukan solusi-nya dari sisi sumberda- erasional administrasi pemerintah ma-
ya manusia dan perangkat pendukung.15 sih sangat terbatas, selain mengganggu
efisiensi dan efektivitas
Penyusunan laporan keuangan desa
terutama dalam implementasi pelaksanaan B. Prosedur Pengelolaan Keuangan Desa
UU no.6/2014 tentang Desa ini juga ha- Prosedur pengelolaan Pengelolaan
rus merupakan tanggungjawab pemerintah keuangan desa antara lain:
mulai dari pemerintah pusat, provinsi sam-
pai kabupaten. Dengan demikian, seluruh a. Perencanaan
aparatur pemerintahan dari pusat sampai 1) Kesesuaian perencanaan dengan kebu-
ke desa khususnya yang berkaitan di bidang tuhan masyarakat
akuntansi harus dialokasikan, yaitu untuk 2) Pelibatan partisipasi masyarakat
sumberdaya manusia yang terbatas menger-
3) Ketetapan waktu untuk perencanaan
jakan porsi pekerjaan yang paling spesifik
4) Perencaan sesuai dengan visi dan misi
untuk beberapa desa sekaligus, dan sum-
berdaya yang lebih banyak yaitu para per- b. Pelaksanaan
angkat desa untuk mengerjakan pekerjaan 1) Kesesuaian alokasi anggaran
2) Transparansi pendanaan
14
Pengelolaan Keuangan Desa dalam Kerangka UU
No.6 Tahun 2014. http://keuanganlsm.com/pengelo- 16
Wasistiono dan Tahir Wasisitiono, Sadu dan
laan-keuangan-desa-dalam-kerangka-uu-6-tahun-2014 Irwan Tahir.2006. Prospek Pengembangan Desa.
diakses pada hari Ahad 12 April 2015 Jatinangor:Fokus Media.2006. hlm. 96
15
Ibid ...
pemerintahan yang menjadi kewenangan terdapat dua tingkat daerah otonom yaitu
desa mencakup: Daerah Tingkat II dan Daerah Tingkat I.
Apabila dilihat dari kewenangannya, ke-
a) urusan pemerintahan yang sudah ada
bijakan ini tidak menjelaskan secara tegas
berdasarkan hak asal-usul desa;
sehingga yang menonjol adalah tugas-tugas
b) urusan pemerintahan yang menjadi ke- pembantuan. Tugas utama yang harus di-
wenangankabupatenataukotayangdis- emban oleh Pemerintah Desa adalah.19
erahkan pengaturannya kepada desa;
“bagaimana menciptakan kehidupan
c) tugas pembantuan dari Pemerintah, yang demokratis dan memberikan pelay-
Pemerintah Provinsi,dan Pemerintah anan sosial yang baik, sehingga dapat
Kabupaten atau Kota; membawa warganya pada kehidupan
yang sejahtera, tenteram, aman, dan
d) urusan pemerintahan lainnya yang berkeadilan”.
oleh peraturan perundang-undangan
diserahkan kepada desa. Dikeluarkannya Undang-Undang No-
mor 22 Tahun 1999 yang kemudian disem-
Urusan pemerintahan yang menjadi ke- purnakan menjadi Undang-Undang Nomor
wenangan kabupaten atau kota yang dis- 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dae-
erahkan pengaturannya kepada desa tercan- rah memberikan landasan kuat bagi desa
tum pada Peraturan Menteri Dalam Negeri dalam mewujudkan “Development Com-
Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara munity” yang memposisikan desa tidak lagi
Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabu- sebagai level administrasi atau bawahan
paten/ Kota Kepada Desa. daerah tetapi sebaliknya sebagai “Indepen-
Otonomi desa hingga saat ini masih dent Com-munity” yaitu desa dan masyara-
menjadi isu perdebatan baik ditinjau dari katnya berhak berbicara atas kepentingan
pengertiannya maupun hakekatnya. Jika masya-rakat sendiri. Desa diberi kewenan-
dilihat dari berbagai kebijakan pengaturan gan untuk me-ngatur desanya secara man-
tentang desa yang ada hingga saat ini maka diri termasuk bidang sosial, politik dan
otonomi desa tidak secara eksplisit memi- ekonomi. Dengan adanya kemandirian ini
liki pengertian yang jelas dan dapat diteri- diharapkan akan dapat meningkatkan par-
ma secara umum. Apabila dibandingkan tisipasi masyarakat desa dalam pembangu-
dengan pengertian hak otonomi dalam ilmu nan sosial dan politik.
ketatanegaraan pada umumnya, maka per- Widjaja berpendapat bahwa pelaksa-
bedaannya terletak pada sempitnya penger- naan hak, kewenangan dan kebe-basan
tian hak otonomi desa. Adapun pengertian dalam penyelenggaraan otonomi desa ha-
yang dimaksud adalah haknya untuk men- rus tetap menjunjung nilai-nilai tanggung
gatur rumah tangga daerah dalam batas jawab terhadap Negara Kesatuan Repub-
wilayah kekuasaan bersama dengan DPRD. lik Indonesia dengan menekankan bahwa
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 desa adalah bagian yang tidak terpisahkan
Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dari bangsa dan negara Indonesia. Pelaksa-
dijelaskan bahwa walaupun desa memiliki naan hak, wewenang dan kebebasan oto-
otonomi, namun desa tidak menjadi daerah nomi desa menuntut tanggung jawab untuk
otonom karena berdasarkan pasal 3 Un-
dang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 hanya 19
Moch. Soelkhan, Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, Setara Press, Malang, 2012, Hal. 41
memelihara integritas, persatuan dan kesat- jukan oleh kepala desa sehingga kedudukan
uan bangsa dalam ikatan Negara Kesatuan sangat lemah.
Republik Indonesia dan tanggung jawab
Mekanisme pengelolaan keuangan desa
untuk mewu-judkan kesejahteraan rakyat
yang dimulai dengan Perencanaan untuk
yang dilak-sanakan dalam koridor per- merencanakan penggunaan keuangan
aturan perundang-undangan yang berlaku.20 desa, kemudian rencana anggaran terse-
but dilaksanaan, penatausahaan, pelapo-
SIMPULAN
ran dan pertanggungjawaban kepada BPD
Berdasarkan peraturan perundang-un- dan Bupati. Mekanisme dan Prosedur
pengelolaan keuangan desa oleh Kepala
dangan sebelum diberlakukannya Undang-
Desa masih memberikan peluang terjadi
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
penyimpangan anggaran karena BPD se-
Desa Kepala desa mempunyai kewenan- bagai badan kontrol kepala desa hanya
gan mengelola keuangan desa dengan me- memberikan pertimbangan dalam peren-
minta persetujuan Badan Permusyawaratn canaan penggunaan keuangan desa bukan
Desa sehingga BPD mempunyai hak untuk dimintai persetujuan kepada BPD.
menerima dan menolak rencana pengelo-
laan keuangan Desa. Berdasarkan Undang- Kepala desa bertanggungjawab kepada
Badan Permuswaratan desa sebagai ben-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
tuk pertanggungjawaban politik kepada
Desa, Kewenangan Kepala Desa dalam pen-
lembaga pengawal pemerintahan desa
gelolaan Desa menjadi lebih luas karena dengan menyampaikan laporan keteran-
hanya meminta pertimbangan BPD. BPD gan pengelolaan keuangan desa. Kepala
tidak mempunyai hak untuk menolak ren- desa juga bertanggungjawab kepada Bu-
cana pengelolaan keuangan desa yang dia- pati sebagai bentuk pertanggungjawaban
administratif.
Daftar Pustaka
Bambang Antariksa, Implikasi Yuridis Pengelolaan Keuangan Desa
Berdasarkan Uu No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa Dalam Modul
APBDes Partisipatif, 2003, hal 67Dalam Modul APBDes
Partisipatif, Membangun Tanggung-Gugat Tata Pemerintahan
Desa
Direktorat Pemerintahan Desa Dan Kelurahan Dan Direktorat Jendral
Pemberdayaan Dan Desa Departemen Dalam Negeri , Naskah
Akademik Rancangan Undang-Undang Desa, Jakarta 2007,
Dwipayana dan Aridan Suntoro Eko, Membangun Good Governance di
Desa, Institute Of Research and Empowerment, Yogyakarta, 2003,
Gatot Dwi Hendro Wibowo, Aspek Hukum Dan Kelembagaan Dalam
Peningkatan Efisiensi Dan Efektivitas Pengelolaan Wilayah
Pesisir, Jurnal Hukum, Uii, Vol. 16, No. 1 Januari 2009,
HAW. Widjaja., Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat, dan
20
Widjaja, HAW. Otonomi Desa: Merupakan Oto-
nomi yang Asli, Bulat dan Utuh. Jakarta, Raja Grafindo
Persada. 2003, hlm.166