1
Yessyca Femilia and Uu Nurul Huda, “KEWENANGAN DESA DALAM
PENATAAN RUANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG DESA,”
ADLIYA: Jurnal Hukum Dan Kemanusiaan 14, no. 1 (July 13, 2020): 121–40,
https://doi.org/10.15575/adliya.v14i1.5752.
kewenangan dan bentuk peraturan desa adalah hal yang harus dimiliki
oleh Pemerintah Desa agar Peraturan Desa yang ditetapkan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang lebih
tinggi dan menghambat iklim usaha. Disisi lain akuntabilitas pembuat
kebijakan berskala lokal harus mumpuni agar Peraturan Desa yang
ditetapkan dapat membuat desa menjadi mandiri, inovatif dan
sejahtera serta menyentuh seluruh kalangan masyarakat desa.2
Kewenangan desa yang dijelaskan dalam pasal 19 UU Desa
meliputi:3
1) Kewenangan berdasarkan hak asal usul;
2) Kewenangan lokal berskala Desa;
3) Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah aerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupate/Kota; dan
4) Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah kabupaten/Kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kemudian, pasal 69 ayat (4) UU Desa menjelaskan sebagai
berikut:
“Rancangan Praturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa, pungutan, tata ruang dan organisasi Pemerintah Desa harus
mendapatkan evaluasi dari Bupati/walikota sebelum ditetapkan
menjadi peraturan Desa ." Pasal ini secara tidak langsung menjelaskan
bahwa desa berhak membuat peraturan desa di bidang tata ruang.
Adapun kewenangan desa di dalam UU No. 22/1999 diatur
dalam pasal 99 mencakup:
1) kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul Desa;
2) kewenangan yang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku
belum dilaksanakan oleh Daerah dan Pemerintah; dan
3) Tugas Pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan/atau
Pemerintah Kabupaten.
Dalam Undang – undang No. 32 Tahun 2004 disebutkan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup:
1) Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa,
2) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang
diserahkan pengaturannya kepada desa,
2
Kewenangan Desa Dan Penetapan Peraturan Desa and Lia Sartika Putri Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Riau Jl Jenderal Sudirman
No, “KEWENANGAN DESA DAN PENETAPAN PERATURAN DESA
(VILLAGE AUTHORITY AND THE ISSUANCE OF VILLAGE
REGULATION),” n.d., http://www.hukumonline.com/berita/baca/.
3
“Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.,” n.d.
3) Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah provinsi, dan atau
pemerintah kabupaten/kota dan yang terakhir
4) Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-
perundangan diserahkan kepada desa. Tugas pembantuan dari
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan/atau pemerintah
Kabupaten/kota kepada desa disertai dengan pembiayaan, sarana dan
prasarana, serta sumber daya manusia. 4
Namun, ditemukan beberapa kendala di lapangan dalam
pelaksanaan pemerintahan desa Desa Sumber, Kecamatan Kradenan,
Kabupaten Blora. Pertama, mengenai asal usul kewenangan, fakta di
lapangan menunjukkan bahwa dari lima kewenangan umum yang
disebutkan oleh Zakaria5 bahwa hanya dua yang masih diterapkan
dalam model saat ini. Dua kewenangan umum yang masih berlaku di
Desa Sumber adalah penguasaan sumber daya lokal dan hak
mengelola dan memelihara aset budaya lokal.
Kedua, kekuasaan desa berupa urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan kabupaten/kota yang melimpahkan urusan
pemerintahannya kepada desa. Setiap desa mengevaluasi dan
mempublikasikan hal-hal apa saja yang dilaksanakan dan tentunya
dengan subsidi. Fakta praktis menunjukkan bahwa di desa Sumber,
otonomi desa ini berpedoman pada penyelenggaraan pemilihan kepala
desa, penetapan perangkat desa, penyusunan peraturan desa dan juga
penetapan anggaran pendapatan desa (APBD). Sementara itu, masih
banyak bidang lain yang perlu dikaji dan dikaji oleh pemerintah desa
agar masyarakat dapat terus sejahtera, mewujudkan pemerataan dan
keadilan, serta mendorong semangat kreatif desa Sumber.
Ketiga, adanya kewenangan desa berupa bantuan pemerintah,
pemerintah kabupaten dan pemerintah kabupaten/kota. Tugas
pembantuan ini dilaksanakan oleh desa, karena menurut undang-
undang kedudukan desa berada dalam wilayah administrasi. Tugas
pengurusan bersama di desa tidak lepas dari urusan pengurusan yang
menjadi kewenangan kabupaten/kota yang mengalihkan
penyelenggaraan ke desa. Beberapa industri ini juga dikategorikan
dalam tugas pengelolaan bersama, tergantung pada kapasitas dan
biaya yang tersedia di desa, karena pelaksanaan tugas pengelolaan
bersama harus disertai dengan pembiayaan. Jika tidak melibatkan
pembiayaan, desa berhak menolaknya. Tugas tolong menolong di desa
4
Kushandajani, “IMPLIKASI UU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
TERHADAP KEWENANGAN DESA,” vol. 4, 2014.
5
Sutoro Eko and Abdul Rozaki, “Prakarsa Desentralisasi Dan Otonomi Desa,”
Yogyakarta: IRE Press 268 (2005): 261–68.
Sumber bersifat umum hampir sama dengan desa pada umumnya yaitu
dalam bidang kesehatan, pertanian, pendidikan dan lain-lain.
Keempat, kekuasaan desa berupa urusan kenegaraan lainnya
yang dialihkan kepada desa karena undang-undang. Dari keterangan
lapangan ternyata Sumberküla tidak memiliki kekuasaan desa berupa
urusan negara lainnya yang dialihkan ke desa karena undang-undang.
Urusan yang diselenggarakan di Sumberküla adalah urusan
pemerintahan yang menjadi pemerintahan kabupaten/kota yang
penyelenggaraannya tetap menjadi tugas desa dan pengelolaan
bersama antara pengurus, pemerintah kabupaten dan pemerintah
kabupaten. 6
Hal ini berbeda dengan pengertian desa dalam UU No. 32
Tahun 2004, dimana desa diartikan sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat.
dalam sistem pengelolaan yang diakui dan berada di wilayah
kabupaten. Dalam pengertian ini, kata mengatur dan memerintah
mengandung arti bahwa desa berhak mengatur kehidupan rumah
tangganya sehingga desa memiliki otonomi. Otonomi desa bukanlah
otonomi formal seperti pemerintah provinsi dan/atau kabupaten,
melainkan otonomi asal dan adat. Otonomi asal usul dan adat
merupakan otonomi yang telah diperoleh sejak dahulu kala dan sudah
menjadi adat masyarakat desa ini. Fakta di lapangan menunjukkan
bahwa otonomi asli Desa Sumber mulai menurun dari waktu ke waktu.
Hal ini ditunjukkan dengan penerapan budaya dan adat istiadat yang
diwarnai oleh budaya modern. Fakta lainnya, Desa Sumber masih
bergantung secara finansial kepada pemerintah desa di atas.
Pendapatan awal desa tidak cukup untuk membiayai kegiatan
operasional pengurus Sumberküla. Sumber pendapatan kota terus
didominasi oleh bantuan dari pemerintah negara bagian dan daerah. 7
6
Innesa Destifani and Ike Wanusmawatie, “PELAKSANAAN KEWENANGAN
DESA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN OTONOMI DESA (Studi Pada
Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora),” JAP), vol. 1, n.d.
7
Government of Indonesia, “Constitutional Law No.32/2004 about Local
Government (UU No.32/2004 Tentang Pemerintah Daerah),” 2004.
PROFIL PENULIS
Desa Dan Penetapan Peraturan Desa, Kewenangan, and Lia Sartika Putri
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Riau
Jl Jenderal Sudirman No. “KEWENANGAN DESA DAN
PENETAPAN PERATURAN DESA (VILLAGE AUTHORITY
AND THE ISSUANCE OF VILLAGE REGULATION),” n.d.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/.
Destifani, Innesa, and Ike Wanusmawatie. “PELAKSANAAN
KEWENANGAN DESA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN
OTONOMI DESA (Studi Pada Desa Sumber, Kecamatan Kradenan,
Kabupaten Blora).” JAP). Vol. 1, n.d.
Eko, Sutoro, and Abdul Rozaki. “Prakarsa Desentralisasi Dan Otonomi
Desa.” Yogyakarta: IRE Press 268 (2005): 261–68.
Femilia, Yessyca, and Uu Nurul Huda. “KEWENANGAN DESA
DALAM PENATAAN RUANG BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG DESA.” ADLIYA: Jurnal Hukum Dan Kemanusiaan 14,
no. 1 (July 13, 2020): 121–40.
https://doi.org/10.15575/adliya.v14i1.5752.
Government of Indonesia. “Constitutional Law No.32/2004 about Local
Government (UU No.32/2004 Tentang Pemerintah Daerah),” 2004.
Kushandajani. “IMPLIKASI UU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
DESA TERHADAP KEWENANGAN DESA.” Vol. 4, 2014.
“Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.,” n.d.