Edy Supriadi
Kepala Desa Mekar Damai
email : kades.md@gmail.com
Naskah diterima : 03/06/2015; direvisi : 05/08/2015; disetujui : 20/08/2015
ABSTRACT
This research aimed to analyze the regulation of the Village financial management, the
mechanism and procedure of the Village financial management and the liability of the head of
the Village in the Village finanacial management according to Law number 6 of 2014 concerning
Village. Type of this research is normative legal research, using statutes, conceptual and case
approaching method. This research concludes that the head of the Village posses a wide authority as
the budget user power which may cause deviation of the Village financial utilization. Hence, the head
of the Village requires acknowledgement of the Village Deliberation Body in the financial
management supervision yet in the Village financial allocation.
Keywords: Liability, Village financial
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis terkait pengaturan tentang pengelolaan keuangan
desa menurut UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa, mekanisme dan prosedur pengelolaan
keuangan desa menurut UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa, pertanggungjawaban Kepala Desa
dalam pengelolaan keuangan desa menurut UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa. Penelitian ini
adalah penelitian normatif dengan metode Pendekatan perundang-undangan, Kedua Pendekatan
konsep dan ketiga pendekatan kasus. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Kepala desa
mempunyai kewenangan yang luas sebagai kuasa pengguna anggaran sehingga sangat rentan
terjadinya penyimpangan terhadap penggunaan keuangan desa, sehingga dalam mengawasi
pelaksanaan kewenangan kepala desa untuk pengelolaan keuangan desa tidak hanya meminta
persetujuan badan permusyawaratan desa namun perlu persetujuan Badan permusyawaratan desa
dalam menentukan penggunaan keuangan desa oleh kepala desa.
Kata Kunci : Pertanggungjawaban Kepala Desa, Keuangan Desa
PENDAHULUAN menjadi lebih demokratis-desentralistik.
Desentralisasi memungkinkan berlang-
Transisi politik yang terjadi di Indo-
sungnya perubahan mendasar dalam kara-
nesia menghasilkan dua proses politik
kteristik hubungan kekuasaan antara Pusat
yang berjalan secara simultan, yaitu desen-
dengan Daerah, sehingga daerah diberikan
tralisasi dan demokratisasi. Kedua proses
keleluasaan untuk menghasilkan kepu-
politik tersebut terlihat jelas dalam perge-
tusan-keputusan politik tanpa intervensi
seran format pengaturan politik di area lo-
pusat. Demokratisasi setidaknya men-
kal maupun nasional, yaitu dari pengaturan
gubah hubungan kekuasaan di antara lem-
politik yang bersifat otoritarian-sentralistik
baga-lembaga politik utama dalam berbagai
1).Aspiratif, dalam pengambilan kebi- “Badan Perwakilan Desa atau yang dise-
jakan tentang pengelolaan keuangan but dengan nama lain berfungsi men-
Desa pemerintah desa dan BPD harus gayomi adat istiadat, membuat peraturan
mendengar aspirasi dari masyarakat. Desa, serta membuat pengawasan ter-
hadap penyelenggaraan Pemerintahan
2).Partisipatif, dalam pengambilan ke- Desa.”
bijakan pengelolaan keuangan Desa,
pemerintah desa harus melibatkan Konsepsi Badan Perwakilan Desa seb-
masyarakat. agaimana yang diinginkan oleh Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 adalah un-
3).Transparan, masyarakat mem- tuk memberikan fungsi kontrol yang kuat
peroleh informasi yang cukup ten- kepada Kepala Desa. Selain itu, dikenalkan-
tang APBDes, termasuk program nya Badan Perwakilan Desa adalah untuk
pembangunan,lelang kas Desa, ban- memperkenalkan adanya lembaga legislatif,
tuan pemerintah dan pungutan ke dan mempunyai kewenangan-kewenangan
masyarakat. legislasi pada umumnya di Desa.
4).Akuntabilitas, dalam mengelola keun- Hal ini berbeda dengan Undang-undang
gan desa harus berdasarkan kepala Nomor 32 Tahun 2004. Badan Perwakilan
aturan yang berlaku. Desa yang semula diharapkan dapat men-
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) jalankan fungsi check and balance di desa,
dapat membuat Rancangan Peraturan Desa telah dikurangi perannya. Di desa, berdasar-
yang secara bersama-sama Pemerintah kan undang-undang ini, tidak mengenal
Desa ditetapkan menjadi Peraturan Desa. lagi lembaga perwakilan. Yang ada adalah
Dalam hal ini, BPD sebagai lembaga lembaga permusyawaratan desa yang dise-
pengawasan memiliki kewajiban untuk but dengan Badan Permusyawaratan Desa.
melakukan kon- trol terhadap implementasi Pada pasal 209 undang-undang tersebut
peraturan desa serta anggaran pendapatan dijelaskan bahwa
dan belanja desa (APBDes). “Badan Permusyawaratan Desa berfungsi
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menetapkan peraturan Desa bersama Ke-
bukan merupakan lembaga pertama yang pala Desa, menampung dan menyalurkan
berperan sebagai lembaga penyalur aspirasi aspirasi masyarakat.”
masyarakat desa melainkan perbaikan dari Namun Badan Permusyawaratan Desa
lembaga sejenis yang pernah ada sebelum- memiliki fungsi kontrol yang sangat ber-
beda jauh dengan Badan Perwakilan Desa.
4
Lembaga Adiministrasi Negara dan Badan Penga-
was Keuangan dan Pembangunan , 2000 : 3 Dalam Badan Permusyawaratan Desa
1) Perencanaan APBDes
5
Dalam Modul APBDes Partisipatif, Membangun
Tanggung-Gugat Tata Pemerintahan Desa (2003, hal ,
11
Direktorat Pemerintahan Desa Dan Kelurahan 12
Bambang Antariksa, Implikasi Yuridis Pengelo-
Dan Direktorat Jendral Pemberdayaan Dan Desa De- laan Keuangan Desa Berdasarkan Uu No. 6 Tahun 2014
partemen Dalam Negeri , Naskah Akademik Tentang Desa
Rancangan Undang-Undang Desa, Jakarta 2007, Hlm.
67.
.Sumber : www.bppk.depkeu.go.id
Saat ini masih diberlakukan peraturan disebutkan dalam Permendagri yang harus
transisi yang disebut Standar Akuntansi digunakan dalam pengelolaan keuangan
Pemerintahan berbasis Kas menuju Akrual. desa tersebut adalah:
kalau Pemerintahnya sendiri memerlukan
waktu selama 4 tahun (sejak 2010) dan be- a) Pesan publik khas
lum menuntaskan transisi laporan keuan- b) Buku kas pembantu perincian obyek
gan berbasis kas menjadi berbasis akrual, penerimaan
bagaimana nantinya kira-kira proses akun- c) Buku kas pembantu Perincian obyek
tansi yang harus dilakukan oleh ke 78 ribu produksi
desa yang umumnya memiliki sumberdaya d) Buku kas harian pembantu
manusia yang lebih terbatas.
Dengan pemahaman atas situasi dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri kondisi dari pengelolaan keuangan desa
No.37/2007 tentang Pedoman Pengelolaan saat ini, kita dihadapkan pada fakta bah-
Keuangan Desa yang menjadi peraturan wa dalam waktu dekat pencairan dana
pelaksana dari UU No.32/2004 tentang desa akan segera dilaksanakan. Di satu
Pemerintahan Daerah. Dalam Permendag- sisi Desa diberi tugas untuk menyeleng-
ri tersebut disebutkan bahwa pengelolaan garakan urusan pemerintahan sehingga
keuangan desa dilaksanakan oleh perang- untuk pencatatan dan pertanggung-jawa-
kat desa antara lain, Bendahara Desa dan ban pengelolaan keuangannya seharusnya
Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan mengikuti standar akuntansi yang dikelu-
Desa (PTPKD). Sedangkan dokumen yang arkan pemerintah yang telah diatur dalam
PP no.71/2010. Namun di sisi lain seperti
Daftar Pustaka
Bambang Antariksa, Implikasi Yuridis Pengelolaan Keuangan Desa
Berdasarkan Uu No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa Dalam Modul
APBDes Partisipatif, 2003, hal 67Dalam Modul APBDes
Partisipatif, Membangun Tanggung-Gugat Tata Pemerintahan
Desa
Direktorat Pemerintahan Desa Dan Kelurahan Dan Direktorat Jendral
Pemberdayaan Dan Desa Departemen Dalam Negeri , Naskah
Akademik Rancangan Undang-Undang Desa, Jakarta 2007,
Dwipayana dan Aridan Suntoro Eko, Membangun Good Governance di
Desa, Institute Of Research and Empowerment, Yogyakarta, 2003,
Gatot Dwi Hendro Wibowo, Aspek Hukum Dan Kelembagaan Dalam
Peningkatan Efisiensi Dan Efektivitas Pengelolaan Wilayah
Pesisir, Jurnal Hukum, Uii, Vol. 16, No. 1 Januari 2009,
HAW. Widjaja., Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat, dan
20
Widjaja, HAW. Otonomi Desa: Merupakan Oto-
nomi yang Asli, Bulat dan Utuh. Jakarta, Raja Grafindo
Persada. 2003, hlm.166