Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Otonomi Desa

1. Otonomi Desa

Adanya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, membuat desa semakin kuat dengan otonomi yang

dimiliki. Desa juga semakin kuat dengan adanya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang Desa yang mengatur kewenangan desa dan segala

sesuatu yang terkait tentang desa. Kewenanagan yang dimiliki oleh desa

sepenuhnya menjadikan desa sebagai suatu daerah yang lebih mandiri

dalam mengatur pemerintahannnya.

Otonomi desa menurut Sabtoni (2005:16) merupakan kesatuan

masyarakat hukum yang berwenang mengatur dan mengurus rumah

tangganya serta kepentingan masyarakat setempat berdasarkan peraturan-

peraturan dan perundangundangan yang berlaku, serta merupakan

pemaknaan standar yang formalis dan tidak clear dalam kehidupan

masyarakat desa. Sedangkan menurut Rozaki (2004:6) otonomi desa

merupakan kemandirian desa yang ditopang dengan swadaya dan gotong

royong masyarakat setempat untuk membiayai pelaksanaan fungsi

pemerintah, pembangunan, dan kemasyarakatan desa.

Kartohadikoesoemo dalam Kushabdajani (2006:5-6) mengartikan

otonomi desa sebagai:

“istilah otonomi desa terasa lebih kuat pemaknaan normologisnya dari


sudut pandang hukum dan politik, yang lebih menekankan kepada

13
14

aturan normatif, dimana desa lebih dipaham sebagai suatu darah


kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang
berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Perspetif hukum dan
polirik ini jelas berbeda dengan perspektif sosial ekonomi. Jika
perspektif sosial lebih menekankan “kultur” komunitas atau
masyarakat desa, maka sebaliknya perspektif hukum lebih
menekankan pada “struktur” pemerintahan desa.”

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa otonomi desa

merupakan kewenangan yang dimiliki oleh desa untuk mengurus dan mengatur

pemerintahahannya berdasar prakarsa sendiri sehingga desa lebih mandiri,

bebas dan leluasa dalam menyelenggarakan pemerintahannya.

2. Tujuan Otonomi Desa

Tujuan otonomi desa menurut Rozaki (2004:15) adalah semakin

transparansinya pengelolaan pemerintah desa dan semakin pendeknya

rantai birokrasi, dimana hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung

berpengaruh terhadap jalannya pembangunan desa, sehingga dapat dilihat

bahwa tujuan dari otonomi daerah ini sangat baik. Otonomi desa akan

memberikan ruang gerak bagi desa untuk menyelenggarakan pemerintahan

desa dan pembangunan desa. Sedangkan menurut Eko, Sutoro dkk

(2005:15) menjelaskan bahwa:

“Tujuan yang substansial dari desentralisasi dan otonomi desa itu


adalah: pertama, mendekatkan perencanaan pembangunan ke
masyarakat, kedua, memperbaiki pelayanan publik dan pemerataan
pembangunan, ketiga, menciptakan efisiensi pembiayaan pem-
bangunan yang sesuai dengan kebutuhan lokal, keempat, men-
dongkrak kesejahteraan perangkat desa, kelima, menggairahkan
ekonomi lokal dan penghidupan masyarakat desa, keenam mem-
berikan kepercayaan, tanggungjawab dan tantangan bagi desa untuk
membangkitkan prakarsa dan potensi desa, ketujuh, menempa
kapasitas desa dalam mengelola pemerintahan dan pembangunan,
kedelapan membuka arena pembelajaran yang sangat bagi pemerintah
15

desa, BPD dan masyarakat dan kesembilan merangsang tumbuhnya


partisipasi masyarakat lokal.”

Dapat dikatakan bahwa dengan adanya otonomi desa maka tujuan dari

pemerintah nasional akan mudah untuk tercapai. Karena dengan adanya

otonomi maka pemerintah akan lebih tepat sasaran dalam menjalankan

program dan juga dapat memangkas pengeluaran. Hal ini disebabkan

pemerintah desa merupakan pemerintah yang paling dekat dengan

masyarakat.

3. Kewenangan Desa

Kewenangan Desa adalah hak untuk mengatur dan mengelola desa

sesuai dengan kondisi daerah setempat. Dengan kewenangan yang dimiliki

oleh desa, maka desa mempunyai keleluasaan untuk mengambil keputusan

tanpa adanya intervensi dari pemerintah pusat.

Menurut Pasal 18 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa, kewenangan desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan

pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan

kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan

prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa. Sedangkan dalam

pasal 19, kewenangan desa meliputi:

a. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan

hak asal usul desa.

b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni


16

urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan

pelayanan masyarakat.

c. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan

Pemerintah Kabupaten/Kota.

d. Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa

B. Desa

1. Pengertian Desa

Menurut R. Bintarto dalam Hanif Nurcholis (2011:4) desa merupakan

perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisografis, sosial,

ekonomis, politik, kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal

balik dengan daerah lain.

Sedangkan menurut P.J Bournen dalam Nurcholis (2011:4) desa

adalah suatu bentuk kuno dari kehidupan bersama sebanyak beberapa tibu

orang, hampir semuanya saling menganal; kebanyakan yang termasuk di

dalamnya hidup dari pertanian, perikanan dan sebagiannya usaha-usaha

yang dapat dipengaruhi oleh hukum dan kehendak alam. Dan dalam tempat

tinggal itu terdapat banyak ikatan-ikatan keluarga yang rapat, ketaatan dan

kaidah-kaidah social.

R. H. Unang Soenardjo dalam Nurcholis (2011:4) mengatakan bahwa

Desa adalah suatu kesatuan masyarakat berdasarkan adat dan hukum adat

yang menetap dalam suatu wilayah yang tertentu batas-batasnya; memiliki

ikatan lahir dan batin yang sangat kuat, baik karena seketurunan maupun

karena sama-sama memiliki kepentingan politik, ekonomi, social dan


17

keamanan; memiliki susunan pengurus yang dipilih bersama; memiliki

kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak menyelenggarakan urusan

rumah tangga.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa desa adalah

suatu kesatuan hukum yang didalamnya terdapat hubungan timbal balik

masyarakat untuk mengatur dan mengurus pemerintahan.

2. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Pemerintah perlu lebih didekatkan dengan masyarakat untuk

meningkatkan kualitas pelayanan. Oleh karena itu, pemerintah membagi

beberapa kewenangan kepada pemerintah daerah dalam menyelenggarakan

urusan pemerintahan yang dekat dengan masyarakat. Pemerintah daerah

kemudian membagi kekuasaaanya pada bagian terkecil daerah yaitu pada

desa. Desa sebagai Badan Pemerintah Negara terendah, memiliki hubungan

langsung dengan masyarakat akan lebih mengatahui kebutuhan yang paling

sesuai dengan kondisi yang ada dilapangan.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 24

menyatakan penyelenggaraan desa berdasarkan asas:

a. Kepastian hukum
b.Tertib penyelenggaraan pemerintahan
c. Tertib kepentingan umum, keterbukaan
d.Proporsionalitas
e. Profesionalitas
f. Akuntabilitas
g.Efektivitas dan efisiensi
h.Kearifan lokal
i. Keberagaman dan partisipatif
18

Asas-asas penyelenggaran desa dapat dijadikan pedoman dalam

penyelenggaran pemerintahan desa demi terwujudnya kesejahteraan

masyarakat desa.

3. Keuangan Desa

Keuangan desa menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai

dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan

dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Keuangan desa berasal dari

pendapatan desa yang menjadi kewenangan desa yang didanai dari

APBDes, bantuan pemerintah pusat, dan bantuan pemerintah daerah.

Penyelenggaraan urusan Pemerintah Desa didanai oleh APBD, sedangkan

penyelenggaraan pemerintah pusat yang diselenggarakan oleh Pemerintah

Desa didanai dari APBN.

Sumber keuangan desa atau pendapatan desa sebagaimana yang

disebutkan dalam Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 menyatakan

bahwa sumber pendapatan desa terdiri dari:

a. Pendapatan Asli Desa, pendapatan asli desa merupakan tombak dari

pendapatan desa. adapun pendapatan asli desa terdiri dari:

1) Usaha Desa.

Usaha desa merupakan suatu kegiatan yang diusahakan oleh

lembaga/badan usaha di desa setempat seperti Badan Usaha Milik

Desa (Bumdes). Bumdes selaku pemberi kontribusi pada PADesa


19

berwenang untuk mengelola aset yang ada di desa sesuai dengan

peraturan yang ada.

2) Hasil kekayaan desa.

Hasil kekayaan desa berasal dari aset yang diperjualbelikan,

disewakan, maupun dipindahtangankan oleh Pemerintah Desa.

hasil dari pengelolaan tersebut masuk kedalam kas PADesa.

3) Hasil swadaya dan partisipasi.

Hasil swadaya dan partisipasi berasal dari kesedian masyarakat

untuk membantu finansial desa secara sukarela. Pemerintah Desa

tidak dapat mengharapkan peningkatan PADesa karena nilainya

tidak dapat dipastikan.

4) Hasil gotong royong.

Hasil gotong royong lebih seperti hubungan anatara Pemerintah

Desa dan masyarakat dalam mengerjakan suatu kegiatan usaha.

Sehingga, ketika hasil dari kegiatan tersebut mendapat untung,

maka keuntungannya akan dibagi antara Pemerintah Desa dan

masyarakat sesuai yang telah disepakati. Keuntungan yang

diperoleh oleh Pemerintah Desa nantinya akan masuk dalam

PADesa.

5) Pendapatan asli desa yang sah.

b. Bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh

per seratus), untuk desa dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian

diperuntukkan bagi desa.


20

c. Dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh

Kabupaten/Kota untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus),

yang pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional yang

merupakan Alokasi Dana Desa.

d. Bantuan keuangan dari Pemerintah yaitu bantuan dari Pemerintah

Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan

pemerintahan.

e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

C. Aset desa

1. Pengertian Aset Desa

Siregar (2016:36) menyatakan bahwa secara umum, aset yang berasal

dari bahasa Inggris asset, adalah barang atau sesuatu barang yang

mempunyai nilai ekonomi, nilai komersial atau nilai jual, atau nilai tukar

yang dimiliki oleh badan, instansi atau individu.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, aset desa adalah

barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh

atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak

lainnya yang sah.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa aset desa merupakan

barang milik desa yang dikelola oleh desa untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat. Aset desa harus dikelola sefektif dan seefisien mungkin agar

dapat memberikan hasil yang optimal untuk bisa meningkatkan pendapatan

desa. Jika pendapatan desa naik secara otomatis akan digunakan memenuhi
21

kebutuhan masyarakat, salah satunya adalah untuk meningkatkan

pembangunan desa.

2. Jenis-Jenis Aset

Dalam buku IAI-KASP tentang Pedoman Asistensi Akuntansi

Keuangan Desa (2015:9) aset dikelompokkan dalam:

a. Aset lancar yaitu aset yang dalam periode waktu tertentu (tidak
lebih dari satu tahun) dapat dicairkan menjadi uang kas atau
menjadi bentuk aset lainnya. Misalnya kas, piutang, persediaan.
b. Aset tidak lancar yaitu aset yang mempunyai nilai ekonomis lebih
dari satu tahun. Misalnya investasi permanen, aset tetap, dana
cadangan, aset tidak lancar lainnya.

Pada pasal 75 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

menyebutkan secara rinci jenis aset desa sebagai berikut:

Ayat (1) Aset Desa dapat berupa:

a. Tanah kas Desa


b. Tanah ulayat
c. Pasar Desa
d. Pasar hewan
e. Tambatan perahu
f. Bangunan Desa
g. Pelelangan ikan
h. Pelelangan hasil pertanian
i. Hutan milik Desa
j. Mata air milik Desa
k. Pemandian umum
l. Aset lainnya milik Desa.

Ayat (2) Aset lainnya milik Desa sebagaimana dimaksud ayat

(1) antara lain:

a. Kekayaan Desa yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
b. Kekayaan Desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau
yang sejenis.
22

c. Kekayaan Desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari


perjanjian/kontrak dan lain-lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan hasil kerja sama Desa.
d. Kekayaan Desa yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Dari rincian aset desa tersebut dapat dikatakan bahwa pemerintah

memberikan wewenang pada desa bahwa aset yang dimiliki desa dapat

dikelola dan menjadi sumber pendapatan asli desa. Aset desa bukan hanya

digunakan untuk meningkatkan pendapatan desa. Aset desa dapat

memberikan manfaat yang lebih besar untuk masyarakat seperti pemenuhan

pelayanan publik, modal usaha dalam pembangunan desa dan sarana

prasarana lainnya untuk menunjang kebutuhan publik.

3. Bentuk-Bentuk Aset

Dalam konteks pemberdayaan desa menurut Christopher Duereau

dalam Sutaryono, Dyah dan Akhmad (2014:6), Aset Desa dibedakan

menjadi 7 (tujuh) bentuk, yaitu sebagai berikut:

a. Aset Sumber Daya Manusia

Aset sumber daya manusia adalah kemampuan atau keahlian yang

dimiliki oleh oleh masyrakat desa. Misalnya, keahlian dalam bercocok

tanam, menjahit, memasak, mengajar dan lain lain. Keahlian tersebut

merupakan kepemilikan individu namum pemerintah dapat

memanfaatkan hal tersebut. Misalnya Pemerintah Desa mempunyai

ladang yang membutuhkan keahlian dalam bercocok tanam.

b. Aset Sumber Daya Alam

Aset sumber daya alam dapat berupa hutan, lahan perkebunan,

sumber mata air dan lain sebagainya. Sumber daya alam akan menjadi
23

aset desa apabila pemerintah dan juga masyarakat bersama-sama terlibat

dalam pengelolaannya. Pengelolaan sumber daya alam dimaksutkan

untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

c. Aset Sosial

Aset sosial biasanya berhubungan dengan kolektivisme yang

berpengaruh secara politik, sehingga sering disebut juga aset sosial dan

politik. Contohnya, organisasi keagamaan yang terdapat di Desa yaitu

NU, Muhammadiyah. Selain itu kelompok tari, kelompok bela diri,

karang taruna, remaja masjid juga merupakan aset sosial. Kelompok

lainnya, seperti komunitas maupun LSM juga disebut aset sosial.

Mayarakat dan pemerintah bisa memanfaatkan aset sosial tersebut

dengan cara membentuk suatu acara. Misalnya masyarakat semakin

sadar akan lingkungan setelah mengikuti beberapa kegiatan yang

dilakukan oleh komunitas pecinta lingkungan.

d. Aset Finansial

Aset finanasial adalah segala sesuatu yang bisa dijual dan

bisa dimanfaatkan untuk bisnis kecil-kecilan. Aset finansial biasanya

berupa sumber-sumber keuangan seperti tabungan, kredit, pensiun dan

lain sebagainya. Secara lebih khusus, aset finansial desa adalah segala

macam bentuk keuangan desa, baik yang bersumber dari Alokasi

APBN, swadaya masyarakat, Pendapatan Asli Desa (PADes), Alokasi

Dana Desa (ADD), bantuan pemerintah maupun bantuan dari pihak

ketiga.
24

e. Aset Fisik (Sarana Prasarana)

Aset fisik desa bisa berupa, kantor desa, gedung, alat pertanian,

tanah desa, pasar desa, lapangan dan lain sebagainya.

f. Aset Kelembagaan

Aset kelembagaan berbentuk badan-badan pemerintahan atau

lembaga-lembaga pemerintahan yang berhubungan dengan masyarakat.

Misalnya, layanan kesehatan, layanan air, layanan listrik, posyandu,

layanan pertanian, layanan peternakan dan lain sebagainya. Contoh

tersebut merupakan aset sosial dan bisa disebut aset kelembagaan

apabila didanai oleh pemerintah. BUM Desa yang didanai oleh

Pemerintah Desa meupakan contoh aset kelembagaan.

g. Aset Spiritual/Budaya

Aset spiritual berupa nilai-nilai keimanan, berbagi dan saling

mendoakan. Nilai lain yang dimiliki adalah nilai budaya seperti saling

menghormati, menjalankan tradisi-tradisi lokal dan juga menjalin

kerukunan.

Masing-masing aset mempunyai peran tersendiri dalam mewujudkan

kesejahteraan masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu,

pemerintah perlu mengelola aset tersebut dengan baik dan benar.


25

D. Strategi

Kusdi (2009:87) menjelaskan bahwa pengertian strategi dalam konteks

organisasi adalah penetapan berbagai tujuan dan sasaran jangka panjang yang

bersifat mendasar bagi sebuah organisasi adalah penetapan berbagai tujuan dan

sasaran jangka panjang yang bersifat mendasar bagi sebuah organisasi, yang

dilanjutkan dengan penetapan rencana aktivitas dan pengalokasian sumber daya

yang diperlukan guna mencapai berbagai sasaran tersebut.

Menurut Terry (2013:58) istilah strategi juga mengandung arti sebagai

memilih cara yang paling efektif untuk menggunakan sumber-sumber

perusahaan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi direncanakan

untuk menyesuaikan dengan lingkungan di dalam maupun luar perusahaan. Hal

ini berarati strategi menunjukan faktor-faktor apa saja yang menjadi prioritas

dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut adisasmita (2011:69) strategi memuat sejumlah langkah,

metode, taktik yang dirancang untuk melaksanakan setiap strategi yang

dicanangkan termasuk pemberian tanggungjawab, jadwal dan sumber-sumber

daya.

Dengan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa strategi adalah

cara atau metode jangka panjang yang dipilih paling efektif dari beberapa

alternatif oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

dengan menyesuaikan kondisi lingkungan yang berubah-ubah.


26

E. Pengelolaan Aset Desa

1. Pengertian Pengelolaan

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, pengelolaan merupakan

sebuah kata yang mempunyai kata dasar kelola dan mendapat imbuhan pe-

an yang kemudian mempunyai arti suatu proses kegiatan tertentu dengan

menggerakan orang lain untuk membantu dalam merumuskan

kebijaksanaan dan tujuan organisasi serta memberikan pengawasan pada hal

yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.

Menurut Adisasmita (2011:22) pengelolaan bukan hanya melaksanakan

suatu kegiatan, akan tetapi merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi

fungsi-fungsi manajemen, seperti perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Sedangkan

menurut G.R. Terry dalam Hasibuan (2014:2) mendefinisikan manajemen

sebagai suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan

perencanaan, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk

menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.

Berdasarkan definisi-definisi pengelolaan atau manajemen diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa manajemen serangkaian kegiatan mulai dari

perencanaan, pegorganisasian, pegawasan dengan memanfaatkan sumber

daya yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Permatasari, Pratiwi dan Suwondo (2013:1.215) mengemukakan

ada tiga proses pengelolaan aset desa yaitu:


27

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan fungsi mendasar dari sebuah kegiatan

karena merupakan suatu titik tolak kegiatan selanjutnya. Menurut

Horald Koontz dan Cyril O’Donnel dalam Hasibuan (2014:92)

menyatakan bahwa perencanaan merupakan salah satu fungsi

manajemen yang berkaitan dengan pemilihan diantara satu dari banyak

alternative pilihan untuk mencapai tujuan, melaksanakan

kebijaksanaan, prosedur dan program.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan suatu tindakan atau pelaksanaan dari

sebuah rencana yang telah ditetapkan secara matang dan terperinci.

Horn dalam Domai (2011:68) menjelaskan bahwa implementasi

diartikan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-

individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau

swastayang diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan yang elah

digariskan dalam keputusan kebijakan.

c. Pengawasan

Pengawasan dibutuhkan untuk menjamin agar semua kegiatan

dapat mencapai hasil yang efektif dan efisisen. Menurut Sujamto dalam

Halim (2009:94) pengawasan dalam arti sempit diartikan sebagai segala

sesuatu atau segala kegiatan untuk mengetahui dan melihat kenyataan-

kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau pekerjaan,

apakah sesuai dengan semestinya atau tidak.


28

Pengelolaan aset desa mempunyai manfaat yang sangat besar. Oleh

karena itu, desa harus bisa mengelola dengan baik dan benar sesuai dengan

pedoman yang ada. Ketiga proses pengelolaan aset desa diatas dapat

dijadikan pedoman dalam mengelola aset desa. Selain tiga proses

pengeloloaan yang dikemukakan diatas, terdapat peraturan yang bisa

dijadikan pedoman dalam melakukan pengelolaan aset desa yaitu Peraturan

Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Desa. Dalam

pasal 1 disebutkan bahwa ada 1 (empat belas) kegiatan pengelolaan aset

desa yaitu:

a. Perencanaan

Perencaan merupakan kegiatan awal untuk menentukan kegiatan

selanjutnya. Dalam kegiatan ini dirumusan rincian kebutuhan barang

milik desa.

b. Pengadaan

Pengadaan barang dilaksanakan berdasarkan prinsip efisiensi,

efektif, terbuka, akuntabel, adil dan bersaing. Kegiatan ini dilaksanakan

untuk pemenuhan barang milik desa untuk menyelenggarakan

pemerintahan desa.

c. Penggunaan

Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna

barang dalam mengelola dan menatausahakan aset desa sesuai dengan

tugas dan fungsi.

d. Pemanfaatan
29

Pemanfaatan adalah pendayagunaan aset desa yang tidak

digunakan sesuai dengan TUPOKSI dalam bentuk sewa, pinjam pakai,

kerjasama pemanfaatan, bangun serah guna atau bangun serah guna, dan

tidak mengubah status kepemilikan.

e. Pengamanan

Pengamanan dimaksudkan agar pengelola barang/kuasa pengguna

barang wajib mengamankan aset desa sesuai dengan penugasannya.

Pengamanan aset desa meliputi pengamanan fisik, pengamanan

admnistrasi dan pengamanan hukum.

Pengamanan fisik untuk mencegah hilangnya barang, penurunana

fungsi barang dan hilangnya barang. Pengamanan tanah dan bangunan

dilakukan dengan cara pemberian pagar atau tanda batas, sedangkan

pengamanan selain tanah dan bangunan dilakukan dengan cara

penyimpanan. Pengamanan administrasi dilakukan dengan cara

pembukuan, inventarisasi, pelaporan dan penyimpanan dokumen

kepemilikan. Pengaman hukum meliputi kegiatan melengkapi bukti

status kepemilikan barang milik desa.

f. Pemeliharaan

Pemeliharaan dimaksudkan agar aset desa selalu dalam keadaan

baik dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.

g. Penghapusan

Penghapusan merupakan kegiatan untuk menghapus/meniadakan

aset desa dari buku inventaris desa dengan keputusan kepala desa untuk
30

membebaskan pengelola barang/kuasa pengguna barang atas tanggung

jawab administrasi dan fisik yang berada dalam penugasannya.

h. Pemindahtanganan

Pemindahtanganan adalah pengalihan dari kepemilikan aset desa

sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara dijual,

dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebai modal pemerintah.

i. Penatausahaan

Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan meliputi

pembukuan, inventarisasi dan pelaporan aset desa sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

j. Pelaporan

Pelaporan merupakan penyajian keterangan berupa informasi

terakait dengan keadaan obyektif aset desa.

k. Penilaian

Penilaian adalah suatu kegiatan pengukuran yang dilakukan secara

selektif yang didasarkan pada data/fakta yang objektif dan relevan

menggunakan metode/teknik tertentu untuk memperoleh nilai aset desa.

l. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian

Pembinaan merupakan kegiatan melalui pemberian pedoman,

bimbingan, pelatihan untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan

pengelolaan aset desa secara berhasilguna dan berdayaguna.


31

Pengawasan merupakan kegiatan untuk mengetahui dan menilai

kenyataan pelaksanaan pengelolaan aset desa, apakah sudah sesuai

dengan peraturan yang telah ditetapkan.

Pengendalian merupakan kegiatan untuk menjamin dan

mengarahkan agar pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan.

Menurut Mardiasmo (2002:238) sasaran strategis yang harus dicapai

desa dalam kebijakan pengelolaan kekayaan desa, antara lain:

a. Terwujudnya ketertiban administrasi mengenai kekayaan desa,

menyangkut: inventarisasi tanah dan bangunan, sertifikasi

kekayaan desa, penghapusan dan penjualan kekayaan desa,

sistem pelaporan kegiatan tukar-menukar, hibah, dan ruislag

b. Terciptanya efisiensi dan efektivitas penggunaan kekayaan desa.

c. Pengamanan kekayaan desa.

d. Tersedianya data/ informasi yang akurat mengenai jumlah

kekayaan desa.

2. Strategi pengelolaan

Dalam pengelolaan suatu kekayaan diperlukan juga strategi yang benar

agar tujuan pengelolaan tersebut tercapai. Pada dasanya, pengelolaan aset

desa sama halnya dengan aset daerah. Menurut Mardiasmo (2002:241)

strategi optimalisasi pengelolaan aset daerah meliputi:

a. Identifikasi dan inventarisasi nilai dan potensi aset


32

Pemerintah perlu mengetahui jumlah dan nilai kekayaan yang

sudah dimiliki maupun potensi yang belum dimanfaatkan. Untuk

mendapatkan informasi yang akurat, lengkap dan mutakhir pada tahap

ini kegiatan yang dilakukan adalah mendata, mengelompokkan potensi,

jumlah, nilai aset yang dimiliki oleh desa. Keterlibatan konsultan penilai

yang professional dan ahli sangat penting untuk mengetahui potensi aset

yang dimiliki dan informasi aset lainnya

b. Adanya sistem informasi manajemen aset

Dengan adanya sistem informasi manajemen akan menciptakan

keterbukaan informasi sehingga dapat mencegah korupsi, kolusi dan

nepotisme. Sistem Informasi Manajemen Aset juga berisi database aset

yang dimiliki. Selain itu sistem ini juga bermanfaat untuk dasar

pengambilan keputusan yang komprehensif dan handal dan juga

bermanfaat untuk laporan pertanggungjawaban.

c. Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan aset

Pengawasan dan pengendalian aset merupakan hal yang paling

sering disoroti dan penting agar tidak terjadi salah arus (miss

management), kehilangan dan tidak temnafaatkan (idle). Untuk itu

pengawasan dan pengendalian harus diberikan dari dalam maupun luar

organisasi agar tidak terjadi penyalahgunaan pengelolaan aset. Dengan

adanya pengawasan akan menghasilkan feedback bagi pemerintah untuk

perbaikan dan pemanfaatan aset.

d. Keterlibatan Jasa Penilai (Appraisal).


33

Pelibatan berbagai profesi atau keahlian yang terkait seperti

auditor internal dan appraisal (penilai). Peran profesi penilai secara

efektif dalam pengelolaan aset desa antara lain:

1) Identifikasi dan inventarisasi aset desa

2) Memberi informasi mengenai status hukum harta desa

3) Penilaian harta kekayaan daerah baik yang berwujud maupun yang

tidak berwujud

4) Analisis investasi dan set-up investasi/pembiayaan

5) Pemberian jasa konsultasi manajemen aset desa

Pengelolaan dapat juga diartikan sebagai manajemen. Menurut David

J Hunger dan Thomas L.Wheelen yang dikutip oleh Joesron (2005:18)

menyatakan bahwa strategi manajemen memiliki pokok meliputi:

a. Mengamati Lingkungan

Mengamati lingkungan merupakan kegiatan faktor internal dan

eksternal organisasi menggunakan konsep SWOT (Strenght, weakness,

opportunities and threaths). Faktor internal organisasi meliputi

kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) misalnya jumlah

sumberdaya pengelola, staf karyawan, pengurus. Sedangkan faktor

eksternal meliputi kesempatan (opportunities) dan tantangan atau

ancaman (threaths) misalnya ada tidaknya campur tangan dari pihak

pemerintah atau stakeholder lain, ada tidaknya kebijakan yang

mendukung organisasi dll.

b. Penyusunan Strategi
34

Penyusunan strategi merupakan perencanaan jangka panjang

untuk mencapai tujuan, visi, misi, mengembangkan strategi yang

diwujudkan dalam bentuk program atau prosedur sebagai bahan acuan

dalam melakukan kegiatan organisasi.

c. Pelaksanaan Strategi

Pelaksanaan strategi merupakan penerapan dari kebijakan yang

telah ditentukan melalui pengembangan program, anggaran dan

prosedur. Pelaksanaan strategi berbeda-beda setiap organisasi

tergantung dengan faktor internal maupun eksternal.

d. Evaluasi dan Kontrol

Dalam sebuah organisasi diperlukan adanya pengawasan baik dari

dalam atau luar organisasi, hal ini dimaksudkan untuk menilai apakah

kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan strategi yang disusun.

Selain itu pengawasan ini juga dimaksudkan untuk menilai kinerja atas

produk yang dihasilkan sehingga mempermudah organisasi untuk

memperbaiki dan meningkatkan hasil produk tersebut.

Pengelolaan aset bila dilakukan dengan benar maka dapat

meningkatkan pendapatan dan secara otomatis dapat meningkatkan

pendapatan asli desa. Terdapat 5 (lima) tahapan dalam manajemen aset

menurut Siregar (2004:518) yaitu:

a. Identifikasi dan Inventarisasi Aset

Inventarisasi aset terdiri atas dua aspek, yaitu inventarisasi fisik

dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, volume/jumlah.


35

Sedangkan aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang

dimiliki, batas akhir penguasaan dan lain-lain. Pada tahapan ini

dilakukan pendataan, kodefikasi, pengelompokkan dan

pembukuan/administrasi sesuai dengan tujuan manajemen aset.

b. Legal Audit

Legal audit merupakan satu lingkup kerja manajemen aset yang

berupa inventarisasi status penguasaaan aset, sistem, dan prosedur

penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas

permasalahan legal dan strategi untuk memecahkan berbagai

permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan ataupun pengalihan

aset. Permasalahan legal yang sering ditemui antara lain status hak

penguasaan yang lemah, aset dikuasai pihak lain, penandatanganan aset

yang tidak termonitor dan lain lain.

c. Penilaian Aset

Penilaian aset merupakan proses untuk melakukan penilaian atas

aset yang dikuasai. Pemerintah menggunakan konsultan penilai yang

profesional dan independen untuk menjalankan pekerjaan tersebut.

Hasil dari penilaian tersebut dakan dimanfaatkan utnuk mengetahui nilai

kekayaan maupun informasi untuk penetapan harga aset yang akan

dijual.

d. Optimalisasi Aset

Optimalisasi aset merupakan proses kerja dalam manajemen aset

yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai,


36

jumlah/volume, legal, dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut. Pada

tahapan ini aset-aset yang dikuasai pemerintah diidentifikasi dan

dikelompokkan atas aset yang tidak memiliki potensi dan tidak memiliki

potensi.

e. Pengawasan dan Pengendalian

Pengawasan dan pengendalian aset merupakan masalah yang

penting untuk pemerintah. Satu sarana yang efektif untuk meningkatkan

kinerja aspek ini adalah pengembangan Sistem Informasi Manajemen

Aset (SIMA). Melalui SIMA, transparansi dalam pengeloaan aset sangat

terjamin dan dapat diawasi dengan jelas, karena termonitor langsung

seperti pada arus keuangan diperbankan sehingga dapat mencegah

penyalahgunaan dalam pengelolaan aset.

3. Prinsip pengelolaan

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengelolaan keuangan desa

sama halnya dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah. Menurut

Mardiasmo (2002:105) prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah

adalah:

a. Transparansi

Penyelenggaraan proses perencanaan, penyusunan dan

pelaksanaan anggaran desa harus terbuka untuk semua pihak.

b. Akuntabilitas
37

Seluruh proses penganggaran mulai dari perencanaan,

penyusunan, dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa.

c. Value for money

Prinsip ini merupakan penerapan dari tiga prinsip dalam proses

penganggaran yaitu ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Ekonomi yaitu

penggunaan sumber daya dalam jumlah dan kualitas tertentu ada harga

yang lebih murah. Efisiensi yaitu penggunaan dana yang seminim

mungkin tetapi menghasilkan output yang maksimal. Efektif yaitu

penggunaan dana bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

F. Kontribusi

Kontribusi berasal dari Bahasa inggris yaitu contribute, contribution

yang mempunyai arti keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun

sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi berupa sumbangan materi maupun

tindakan. Kontribusi berupa sumbangan yaitu seperti seorang individu

memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan Bersama. Sedangkan

kontribusidalam pengertian tindakan yaitu perilaku yang dilakukan oleh

individu yang kemudian memberikan dampak positif maupun negatif kepada

pihak lain. Dengan kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha

meningkatkan efisisensi dan efektivitas. Kontribusi dapat diberikan dalam

berbagai bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial,

dan lainnya. (Anne Ahira 2012:77).


38

Menurut Kamus Ilmiah Populer, Dany, H. (2006:264) Kontribusi

diartikan sebagai uang sumbangan atau sokongan. Sedangkan menurut

sedangkan menurut T Guritno dalam Dewi (2010:24) kontribusi adalah

sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya,

atau kerugian tertentu atau bersama. Sehingga kontribusi disini dapat

diartikan sebagai sumbangan yang diberikan dari hasil pengelolaan aset desa

terhadap besarnya Pendapatan Asli Desa.

Anda mungkin juga menyukai