Anda di halaman 1dari 5

KEWENANGAN DESA DALAM PENGELOAAN PARIWISATA DESA

Muhammad Ibnu Isra

Universitas Muhammadiyah Surabaya, Email: ibnuisra78@gmail.com

Abstrak
Tulisan ini berjudul Kewenangan Desa Dalam Pengelolaan Pariwisata
Desa. Tulisan ini dibuat bertujuan untuk memahami dan mengerti
kewenangan desa dalam pengelolaan pariwisata desa. Sektor pariwisata
merupakan salah satu sektor penting dalam peningkatan pendapatan
daerah, juga dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat dan
masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisatawan. Penulisan ini
menggunakan penelitian hukum normatif yang bersifat diskriptif. Merujuk
dalam aturan pemerintahan daerah dan aturan tentang pariwisata. Dalam
melaksanakan otonomi daerah, kewenangan merupakan hal yang sangat
penting dan berpengaruh. Tanpa adanya kewenangan yang diserahkan
oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, otonomi daerah tidak
akan ada artinya. Salah satu kewenangan Pemerintah Pusat yang
diserahkan kepada Pemerintah Daerah yaitu bidang pariwisata. Tulisan ini
dimaksudkan untuk mengungkap Kewenangan Desa dalam Pengelolaan
Pariwisata Desa

Latar Belakang
Pemerintah daerah berdasarkan pada Pasal 1 ayat 6 UU Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pemetintahan Daerah
menjelaskan bahwa dalam menyelenggarakan pemerintahannya, daerah
berhak, berwenang, dan berkewajiban mengurus dan mengatur sendiri
urusan rumah tangganya. Dari UU tersebut Pemerintah Derah boleh
mengatur dan mengurus segala sesuatu yang dianggap penting dan perlu
untuk daerahnya, asal kan tidak mengganggu peraturan pemerintah pusat
atau pun peraturan daerah yang tingkatannya lebih tinggi.

Perintah Kabupaten/Kota memberikan sebagian kewenangannya kepada


Pemerintahan Desa. Desa merupakan lembaga kemasyarakatan yang
mempunyai hubungan sangat erat dengan elemen kewenangan desa.
Undang-udang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
telah mengatur Kewenangan Desa. Pada Bab IV Pasal 18, Kewenangan
Desa meliputi; kewenangan di bidang penyelenggara Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul, dan adat istiadat Desa. Dari Kewenangan Desa tersebut, desa
berhak mengatur dan mengurus masyarakatnya sesuai dengan kondisi
sosial dan budaya dari desa setempat. Pemerintah Kabupaten/Kota
memberikan salah satu kewenangannya terhadap desa yaitu pada bidang
pariwisata.

Rumusan Masalah

Apa kewenangan desa dalam menjalankan pariwisata desa?

Tinjauan Pustaka

A. Desa

Menurut Bahasa, kata desa berasal dari Bahasa sansekerta yaitu


deca. Deca memiliki arti tanah kelahiram, tanah air, atau tempat asal. Dari
pandangan geografis, Desa bisa juga diartikan sebagai kelompok rumah
yang lebih kecil dari kota. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
dalam menyelenggarakan pemerintahannya, mempunyai hak, kewenangan,
dan kewajiban mengurus dan mengatur sendiri urusan rumah tangganya
berdasarkan prakarsa masyarakat, asal-usul serta adat istiadat dan kondisi
setempat Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten.

R.Bintarto (2010:6) berpendapat bahwa desa dikatakan sebagai


hubungan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Akibatnya menjadi
bentuk pada suatu wilayah yang lahir oleh unsur social, ekonomi, politik,
budaya, dan fisiografi yang saling berhubungan dengan daerah-daerah.

N.Daldjoeni (2011:4) Desa memiliki arti umu sebagai tempat tinggal


manusia yang terletak di luar kota dan mata pencaharian penduduknya
sebagai petani atau bercocok tanam. H.A.W.

Arti Desa menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5


tahun 1979 yaitu: Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah
penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah
langsung dibawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya
sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Desa diartikan sebagai berikut : Desa atau yang disebut nama lain,
selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah pasal 1 ayat 12). Sedangkan pengertian desa
menurut UU Nomor 6 tahun 2014, desa adalah desa dan desa adat atau
yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Wewenang Desa yang tertulis dalam Peraturan Pemerintah No 72


Tahun 2005 tentang Desa yaitu:

a. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada


berdasarkan hak asal-usul desa.
b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Kabupaten/ Kota yang diserahkan pengaturannya
Kepada Desa, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung
dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.
c. Tugas pembantuan dari pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/ Kota.

Urusan Pemerintahan lainnya yang oleh Peraturan perundang-undangan


diserahkan kepada desa.

Analisi dan Pembahasan


Pengertian Desa menurut R.H Unang Soenardjo adalah kesatuan
masyarakat berdasarkan adat dan hukum adat yang bertempat di suatu
wilayah dengan batasan-batasannya, memiliki ikatan lahir dan batin secara
keturunan maupun secara kepentingan, ekonomi, politik, sosial, dan
keamanan; memiliki kepengurusan yang dipilih bersama serta memiliki
kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak mengatur dan
menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri. Sedangkan pengertian
desa menurut UU Nomor 6 Tahun 2014 yaitu:
“Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Pemerintah daerah berdasarkan pada Pasal 1 ayat 6 UU Nomor 32 Tahun


2004 tentang Pemetintahan Daerah menjelaskan bahwa dalam
menyelenggarakan pemerintahannya, daerah berhak, berwenang, dan
berkewajiban mengurus dan mengatur sendiri urusan rumah tangganya
berdasarkan prakarsa masyarakat, asal-usul serta adat istiadat dan kondisi
setempat.

Dari UU Nomor 32 Tahun 2004 diharapkan masyarakat desa lebih aktif dan
demokratis. Karena segala sesuatu mengenai desa akan menjadi tanggung
jawab masyarakat desa. Oleh karena itu seluruh masyarakat desa harus
dilibatkan untuk memajukan desa tersebut. Untuk itu, dalam
memaksimalkan Pemerintahan Desa, Pemerintah Desa perlu mengimbau
masyarakatnya untuk membangun sarana prasarana desa.

Menurut UU Nomor 6 Tahun 2014 pada Bab III dijelaskan bahwa


Pemerintah Daerah dapat melakukan penataan Desa. Tujuan daripada
penataan Desa, dijelaskan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 pada Bab III
ayat 3, yang berbunyi:

“Penataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan:

a. Mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Desa;


b. Mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa
c. Mempercepat peningkatan kualitas pelayanan public;
d. Meningkatkan kualitas tata kelola Pemerintahan Desa; dan
e. Meningkatkan daya saing Desa.”

Untuk mewujudkan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang penataan Desa yaitu


dengan membangun sector pariwisata yang merupakan salah satu sarana
dan prasarana desa.

Melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang


Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota Kepada
Desa, menjadi sumber kekuatan untuk Desa. Karena pada Pasal (2)
dijelaskan bahwa urusan pemerintahan Kabupaten/Kota yang dapat
diserahkan kepada desa dalah satunya dalah pariwisata. Dalam hal ini,
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota Kepada Desa menjadi
tumpuan secara hukum dalam penyerahan kewenangan desa dalam
pengelolaan pariwisata desa.

Kesimpulan
Kewenangan Desa dalam pengelolaan pariwisata desa tidak dijabarkan
dengan jelas dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Ketetapan
tentang kewenangan desa dalam pengelolaan pariwisata desa tercantum
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota Kepada Desa
yang terdapat pada Pasal (2) bahwa urusan pemerintahan Kabupaten/Kota
yang dapat diserahkan kepada desa dalah satunya dalah pariwisata.

Daftar Pustaka

Indonesia. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Lembaran


RI Tahun 2014, No. 6. Sekretariat Negara. Jakarta.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah. Lembaran RI Tahun 2014, No. 6. Sekretariat Negara. Jakarta.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan


Desa. Lembaran RI Tahun 2014, No. 6. Sekretariat Negara. Jakarta.

Indonesia. 2006. Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 30 Tahun


2006 tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota
Kepada Desa. Jakarta.

Afrizal dan Nazaki. 201). “Peran Pemerintah Kabupaten Bintan Dalam


Meningkatkan Kemampuan Desa Terhadap Pengelolaan Kewenangan
(Studi Pelaksanaan Kewenangan Desa Malang Rapat Dalam Mengelola
Potensi Wisata” dalam Kewenangan Desa dalam Pengelolaan Pariwisata
Desa Vol 5, Nomor 1 (halaman 90-98). Tanjung Pinang: Universitas Maritim
Raja Ali-Haji.

https://www.pinhome.id/kamus-istilah-properti/desa/ , Diakses pada 7


Desember 2021 pukul 21.00.

Anda mungkin juga menyukai