Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SISTEM ADMINISTRASI DESA


DOSEN PENGAMPU : DR NASIR S.Sos.,M.Si

NAMA : PRUDENSIANA JELUT


NIM : 521041004
PRODI : ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN POLITIK
MATA KULIAH : SISTEM PEMERINTAHAN DESA

UNIVERSITAS PANCASAKTI MAKASSAR


KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat tuhan yang maha esa karena berkat rahmat dan hidayah-nya sehingga
makalah ini dapat terseleikan dengan baik sebagaimana waktu yang telah di tentukan serta di
sepakati bersama. Ucapan terima ksih juga saya sampaikan kepada dosen pembimbing yang
telah memberikan tugas makalah ini, sehingga membuat keterbukaan fikiran dalam
mengerjakannya.
Penulis mengucapkan permohonan maaf bila mana di saat penulisan terdapat banyak masalah
baik dalam keadaan sengaja maupun tidak dalam keadaan sengaja..

Makassar 14 april 2023


BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Secara Etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, deca yang
berartitanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, Desa
atau villagediartikan sebagai “a groups of hauses or shops in a countryarea,
smaller than atown”. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yangmemiliki
kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul
dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah
Kabupaten.
R.Bintarto (2010:6) menyatakan desa juga dapat dikatakan sebagai suatu
hasil perpaduan anatara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya.
Hasil dari perpaduan itu ialah suatu wujud atau kenampakan di muka bumi yang
ditimbulkan oleh unsur – unsur fisiografi, social, ekonomi, politik dan cultural
yang saling berinteraksi antar unsur dan juga dalam hubungannya dengan daerah
– daerah.
N.Daldjoeni (2011:4) Desa dalam arti umum juga dapat dikatakan sebagai
pemukiman manusia yang letaknya di luar kota dan pendudukaya bermata
pencaharian dengan bertani atau bercocok tanam.
H.A.W. Widjaja (2009:3) Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat
istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan
masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Sejarah terbentuknya administrasi desa
2. Manfaat aplikasi dalam administrasi desa
3. Peran penting administrasi desa
4. Jenis-jenis administrasi desa
5. Factor pendukung dan penghambat administrasi desa
6. Proses penataan administrasi desa

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui sejarah terbentuknya administrasi desa
2. Untuk mengetahui manfaat aplikasi dalam administrasi desa
3. Untuk mengetahui peran penting administrasi desa
4. Untuk mengetahui jenis-jenis administrasi desa
5. Untuk mengetahui factor pendukung dan penghambat administrasi desa
6. Untuk mengetahui proses penataan administrasi desa
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah terbentuknya administrasi desa

Desa berasal dari istilah dalam bahasa Sansekerta yang berarti tanah tumpah
darah. Menurut definisi universal, desa adalah kumpulan dari beberapa permukiman di
area pedesaan atau rural area. Istilah desa di Indonesia merujuk kepada pembagian
wilayah administratif yang berada dibawah kecamatan dan dipimpin oleh seorang Kepala
Desa. Desa adalah suatu kumpulan dari beberapa pemukiman kecil yang biasa disebut
Kampung (Jabar), Dusun (Yogya), atau Banjar (Bali) dan Jorong (Sumbar). Sebutan lain
untuk Kepala Desa adalah Kepala Kampung, Petinggi (Kaltim), Klebun (Madura),
Pambakal (Kalsel), Kuwu (Cirebon), Hukum Tuan (Sulut).
Istilah desa berkembang dengan nama lain sejak berlakunya otonomi daerah
seperti di Sumbar dengan sebutan Nagari, Gampong dari Aceh, dan dikenal dengan
sebutan kampung di Papua, Kutai Barat. Semua institusi lain di desa juga bisa mengalami
perbedaan istilah tergantung kepada karakteristik adat istiadat dari desa tersebut.
Perbedaan istilah tersebut merupakan salah satu pengakuan dan penghormatan dari
pemerintah terhadap asal usul adat setempat yang berlaku. Walaupun begitu, dasar
hukum desa tetap sama yakni didasarkan pada adat, kebiasaan dan hukum adat.

Pembentukan Desa di Zaman Belanda

Desa sebagai unit paling rendah tingkatannya dalam struktur pemerintahan


Indonesia telah ada sejak dulu dan bukan terbentuk oleh Belanda. Awal sejarah
terbentuknya desa diawali dengan terbentuknya kelompok masyarakat akibat sifat
manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan kodrat atau kepentingan yang
sama dari bahaya luar. Kapan awal pembentukan desa hingga sekarang sulit diketahui
secara pasti. Tetapi ada bukti dalam prasasti Kawali di Jawa Barat pada akhir tahun 1350
M serta ditemukannya prasasti Walandit di Tengger, Jatim pada 1381 M. Desa sudah ada
jauh sebelum penjajahan Belanda di Indonesia dimana penyelenggaraannya didasarkan
pada hukum adat.
Setelah Belanda menjajah Indonesia dan membentuk undang–undang
pemerintahan di Hindia Belanda (Regeling Reglemen), maka desa juga diberi kedudukan
hukum. Untuk menjabarkan maksud dari peraturan perundangan tersebut, Belanda
kemudian mengeluarkan Indlandsche Gemeente Ordonnantie (IGO) yang berlaku untuk
Jawa dan Madura. Pada tahun 1924 Regeling Reglemen diubah dengan Indische
Staatsregeling tetapi dalam prinsipnya tidak ada perubahan berarti, maka IGO masih
berlaku. Untuk daerah di luar Jawa pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, Belanda
mengeluarkan peraturan Indlandsche Gemeente Ordonnantie Buitengewesten (IGOB)
tahun 1938 no.490
Menurut IGO ada tiga unsur penting dari sejarah terbentuknya desa yaitu kepala
desa, pamong desa, dan rapat desa. Kepala desa adalah penguasa tunggal pemerintahan
desa, menyelenggarakan urusan rumah tangga desa, dan urusan yang berhubungan
dengan pemerintah dan harus memperhatikan pendapat desa dalam melaksanakan
tugasnya. Kepala desa dibantu oleh Pamong Desa yang berbeda sebutannya antara satu
daerah dengan daerah yang lain. Kepala desa perlu tunduk pada rapat desa untuk hal–hal
yang penting

B. Manfaat aplikasi dalam administrasi desa

Aplikasi Sistem Informasi Desa digunakan untuk membantu kinerja Pemerintah


Desa sehingga dapat lebih efisien dalam pengelolaan administrasi dan tata desa. Berikut
ini dijelaskan secara singkat beberapa manfaat SID secara garis besarnya.

1. Mempercepat Pengelolaan Data Desa Pengelolaan data desa seperti data


kependudukan, sarana dan prasarana, anggaran desa, dan lain sebagainya dapat
dilakukan dengan cepat dan akurat. Selain cepat dan mudah, dengan menggunakan
aplikasi SID data desa dapat disimpan dengan aman didalam sistem dan lebih mudah
dalam pencarian data menggunakan fitur pencairan yang disediakan aplikasi.

2. Mempercepat Pelayanan Desa Pelayanan administrasi desa konvensioanal sangat


menyita waktu. Aplikasi SID yang dibangun dengan baik dapat mempercepat waktu
pelayanan desa.

3. Memanfaatkan Data Desa Desa dapat memanfaatkan data yang terdapat dalam sistem
untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, keterbukaan informasi publik,
perencanaan dan pembangunan di tingkat desa, perencanaan dan pembangunan di
tingkat kabupaten/kawasan, serta pengelolaan sumber daya desa secara mandiri oleh
komunitas desa.

4. Transparasi Pemerintah Desa Pemerintah Desa dapat melaksanakan kewajiban


transparasi desa dengan memanfaatkan website desa yang terintegrasi dengan aplikasi
SID sebagai media keterbukaan informasi desa. Warga juga dapat ikut memantau
informasi yang desa umumkan melalui website resmi desa. Sistem Informasi
Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan juga sudah dijelaskan
dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang tercantum dalam
Pasal 86 yakni: Desa berhak mendapatkan askes informasi melalui sistem informasi
desa yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Pemerintah dan
Pemerintah Daerah wajib mengembangkan sistem informasi desa dan pembangunan
Kawasan Perdesaan. Sistem Informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi fasilitas perangkat keras dan perangkat lunak, jaringan, serta sumber daya
manusia. Sistem Informasi Desa sebagaimana dimaksud ayat (2) meliputi data desa,
data pembangunan desa, kawasan perdesaan, serta informasi lain yang berkaitan
dengan Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan. Sistem Informasi
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikelola oleh Pemerintah Desa dan dapat
diakses oleh masyarakat desa dan semua pemangku kepentingan. Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota menyediakan informasi perencanaan pembangunan kabupaten/kota
untuk desa.

C. Peran penting administrasi desa


Administrasi desa menurut Nurcholis (2011) adalah proses kegiatan pencatatan
data dan informasi pada penyelenggaraan pemerintahan desa yang dicatat dalam buku
administrasi desa. Kemudian, berdasarkan aturan dijelaskan melalui Pasal 1 Permendagri
47/2016 tentang Administrasi Pemerintahan Desa, bahwa administrasi pemerintahan desa
adalah keseluruhan proses kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai
pemerintahan desa pada buku register desa yang meliputi administrasi umum,
administrasi penduduk, administrasi keuangan, administrasi pembangunan, dan
administrasi lainnya. Dengan kata lain, kegiatan kecil yang dapat dilakukan agar
administrasi desa dapat terwujud adalah dengan tertib administrasi desa.

Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua desa menerapkan


tertib administrasi desa. Berdasarkan data, tercatat 37 aduan terkait pemerintahan desa
yang masuk ke Perwakilan Ombudsman RI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
sepanjang tahun 2021. Adapun aduannya hampir semuanya sama, yaitu terkait sengketa
tanah. Hal tersebut menunjukkan bahwa tertib administrasi desa belum sepenuhnya
dilakukan oleh pemerintah desa. Padahal tertib administrasi pada pertanahan desa wajib
dilakukan sesuai asas-asas pemerintahan desa yang berlaku dan tercantum pada
administrasi umum sebagaimana dijelaskan melalui Pasal 24 UU 6/2014Â juncto Pasal 5
ayat (2) Permendagri 47/2016. Sehingga berdasarkan hal tersebut, tidak menutup
kemungkinan maladministrasi (penyimpangan maladminstrasi) kerap terjadi di
pemerintah desa. Secara istilah, maladministrasi adalah perilaku atau perbuatan melawan
hukum, melampaui wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang
tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan
pelayanan publik yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan yang
menimbulkan kerugian materiil dan/atau immaterial bagi masyarakat dan orang
perseorangan sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 Angka 3 UU 37/2008 tentang
Ombudsman Republik Indonesia. Apabila dipahami bahwa pembiaran ketidaktertiban
pada administrasi desa akan menimbulkan maladministrasi seperti tidak memberikan
pelayanan, penyimpangan prosedur, penundaan berlarut maupun pungutan liar karena
tidak tertibnya administrasi desa.

Lalu sebenarnya apa yang menyebabkan maladministrasi tersebut kerap terjadi?


Penulis menganalisis terdapat beberapa faktor yang menyebabkan maladministrasi terjadi
pada pemerintahan desa. Pertama, kurangnya sosialisasi dan pelatihan serta peran dari
pemerintah daerah maupun kecamatan terkait tertib administrasi desa. Kedua,
pemahaman pemerintah desa yang kurang terkait administrasi desa. Ketiga, pemahaman
dan partisipasi masyarakat terkait administrasi desa yang minim. Kemudian, berdasarkan
hasil sidak Ombudsman RI Bangka Belitung ke sejumlah desa di wilayah Bangka
Belitung beberapa waktu lalu ditemukan indikasi tidak tertibnya administrasi desa. Oleh
karena itu, banyaknya aduan terkait pemerintah desa yang merupakan korelasi dari hal
tersebut.
Terdapat beberapa solusi untuk meminimalisasi adanya maladministrasi yang
diakibatkan dengan tidak tertibnya administrasi desa. Pertama, penguatan peran
pemerintah daerah. Peran pemerintah daerah sangat penting karena pemerintah desa
dalam menjalankan aktivitas pencatatan buku administrasi desa wajib melaporkannya
kepada bupati/walikota sebagaimana tercantum dalam Pasal 10 Permendagri 47/2016.
Kemudian, pemerintah daerah perlu melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada
pemerintah desa terkait tertib administrasi desa. Namun, sosialisasi dan pelatihan saja
tidaklah cukup. Perlu adanya monitoring, pembinaan, dan pengawasan terhadap
pelaksanaan administrasi pemerintahan desa. Adapun pembinaan dan pengawasan yang
wajib dilakukan oleh pemerintah daerah meliputi penetapan pengaturan dan pedoman
teknis terhadap penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa, melakukan evaluasi
serta pengawasan terhadap penyelenggaraannya sekaligus memberikan bimbingan,
supervisi dan konsultasi. Apabila melanggar, pemerintah desa dapat diberikan sanksi
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Kedua, penguatan peran camat. Sebagaimana diatur pada Pasal 12 Ayat (2)
Permendagri 47/2016 bahwa dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan
administrasi pemerintahan desa, bupati/walikota dapat melimpahkan kewenangan kepada
camat. Itu berarti peran camat pun sangat penting. Camat wajib melaksanakan
pelimpahan kewenangan tersebut meliputi kegiatan fasilitasi, pengawasan, bimbingan,
supervisi, dan konsultasi terhadap penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa.
Dengan begitu, fasilitasi dan pengawasan yang dilakukan secara berjenjang tersebut akan
efektif untuk mendorong pemerintah desa dalam menyelenggarakan administrasi
pemerintahan desa yang tertib.

Ketiga, partisipasi pemerintah desa. Tanpa partisipasi pemerintah desa mustahil


tertib administrasi pemerintahan desa dapat tercapai. Sehingga peran dan komitmen
kepala desa sangat penting. Adapun yang perlu dilakukan oleh kepala desa adalah dengan
membuat aturan turunan dari Permendagri 47/2016 dan aturan pemerintah daerah terkait
administrasi pemerintahan desa. Sehingga dengan adanya aturan turunan tersebut dapat
menjadi pedoman dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa. Selain itu,
diiringi sosialisasi kepada masyarakat terkait administrasi pemerintahan desa. Hal
tersebut bertujuan agar masyarakat memahami aturan main terkait administrasi desa demi
mendorong partisipasi dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah desa.
Keempat, partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat sangat penting dalam
penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa. Masyarakat dapat mengawasi
penyelenggaraannya dan dapat melaporkan apabila dalam prosesnya terdapat
penyimpangan atau maladministrasi. Dengan begitu tercipta check and balance yang
baik antara pemerintah desa dengan masyarakat.

Terakhir yang kelima adalah keterlibatan Ombudsman Republik Indonesia.


Melalui perwakilannya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Ombudsman memiliki
peran penting dalam melakukan pengawasan pada penyelenggaraan administrasi desa.
Pemerintah daerah, kecamatan maupun pemerintah desa dapat melakukan kerja sama
dengan Ombudsman terkait penyusunan pedoman penyelenggaraan administrasi
pemerintahan desa. Di sisi lain, masyarakat dapat mengawasi penyelenggaraan
administrasi pemerintah desa dengan melaporkannya kepada Ombudsman apabila
ditemukan maladministrasi. Dengan begitu, penyelenggaraan administrasi pemerintahan
desa dapat terwujud secara efektif dan efisien. Tentunya dengan tertib administrasi
pemerintahan desa dapat terwujud pemerintahan desa tanpa maladministrasi.

D. Jenis-jenis administrasi desa

Ada 5 jenis Administrasi Desa :

 Administrasi Umum
 Administrasi Penduduk
 Administrasi Keuangan
 Administrasi Pembangunan
 Administrasi Lainnya

1. Administrasi Umum

Buku Peraturan Kepala Desa


Buku Keputusan Kepala Desa
Buku Aparatur Pemerintahan Desa
Buku Tanah Kas Desa
Buku Tanah di Desa
Buku Agenda Surat Keluar
Buku Agenda Surat Masuk
Buku Ekspedisi
Buku Lembaran Desa dan Berita Desa
2. Administrasi Penduduk

Buku Induk Penduduk


Buku Rekapitulasi Jumlah Penduduk
Buku Penduduk Sementara
Buku KTP dan KK

3. Administrasi Keuangan

Buku Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa


Buku Kas Pembantu Kegiatan
Buku Kas Umum
Buku Bank Desa

4. Administrasi Pembangunan

Buku Rencana Kerja Pembangunan


Buku Kegiatan Pembangunan
Buku Inventaris Hasil-hasil Pembangunan
Buku Kader Pemberdayaan

E. Factor pendukung dan penghambat administrasi desa

a. Faktor Pendukung
Pemerintah desa sudah mengimplementasi
kebijakan pengelolaan administrasi umum pemerintahan desa namun belum
maksimal. Desa tersebut tetap berupaya untuk menerapkan administrasi
umum sesuai dengan paraturan yang berlaku. Kepala desa Rian dan Kapuak
berusaha agar aparatur desa memiliki kemampuan dan memiliki motivasi
untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Dari aspek kemampuan, dapat
dikatakan aparatur desa masih kurang, namun dengan adanya pelatihan
maupun bimbingan teknis pelaksanaan administrasi desa yang dilaksanakan
baik lewat kecamatan maupun bekerjasama dengan kantor PMD. Pelatihan
yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas staf desa Rian
dan Desa Kapuak dalam mengurus administrasi desa. Kegiatan tersebut
merupakan faktor pendukung dalam menerapkan kebijakan pengelolaan
administrasi umum. Selain pelatiahn sebagai faktor pendukung, kesiapan
dana desa dan sarana prasarana kantor desa. Dana merupakan sumber daya
yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Oleh karena
itu, dana desa adalah salah satu faktor pendukung dalam mengurus
administrasi di desa Rian dan Desa Kapuak. Sarana dan prasarana
merupakan fasilitas yang digunakan oleh staf desa untuk penyelenggaraan
pemerintah desa Rian dan Kapuak. Kepala Desa Rian dan Kapuak sebagai
kepala pemerintahan sudah memfaslitasi sarana dan prasarana di kantor
desa dengan baik sehingga dapat mendukung penyelenggaraan
pemerintahan desa.
Didukung dengan pendapat Mahayana (2013: 8) menyatakan peran
Kepala Desa sebagai fasilitator yaitu orang yang memberikan bantuan dan
menjadi narasumber yang baik untuk berbagai permasalahan serta
memfasilitasi kegiatan-kegiatan pembangunan desa memberikan kemudahan
dan kelancaran dalam proses pembangunan sehingga program
pembangunan desa berjalan baik. Kepala desa Rian dan Kepala desa Kapuak
sudah memfasilitasi aparatur desa dengan baik sehingga dapat membatu
aparat desa dalam mengerjakan tugas dan fungsi sesuai dengan aturan yang
berlaku.

b. Faktor Penghambat
Faktor kemampuan dan keterampilan aparatur desa pada bidang
tugas yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya merupakan salah satu
faktor penentu efektif tidaknya pelaksanaan tugas yang dibebankan. Namun
kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa faktor ini kurang dimiliki oleh
aparat/perangkat Desa Rian dan Desa Kapuak sehingga berdampak kepada
efektivitas dalam administrasi. Dari aspek kamampuan aparatur desa masih
tergolong renda, hal itu disebabkan karena latar belakang pendidikan yang
masih tergolong rendah.

F. Proses penataan administrasi desa


Dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa pasal 26 mengatakan
salah satu tugas pemerintah desa adalah menyelenggarakan administrasi pemerintahan
desa dengan baik. Penyelenggaraan tertib administrasi yang ada di Desa masih banyak
yang harus dibenahi, sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Mentri Dalam Negeri
Nomor 32 Tahun 2006 tentang Pedoman Administrasi Desa, disitu menjelaskan bahwa
ada beberapa jenis dan bentuk administrasi desa. Sedangkan di Desa sendiri administrasi
desanya belum sesuai dengan Peraturan Mentri yang ada, karna masih ada beberapa
bentuk administrasi yang belum lengkap, Seperti jenis administrasi umum yang
didalamnya ada buku data tanah yang ada didesa yang sampai saat ini data-datanya tidak
ada. Semua ini
dibutuhkan kerja sama dari aparat pemerintah desa agar tujuan administrasi desa bisa
tercapai dengan baik, tapi yang terjadi dilapangan tugas dan fungsi Kepala-kepala Urusan
belum efektif membantu Sekertaris desa dalam mengatur administrasi didesa. Sedangkan
dalam Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa, sudah menjelaskan bahwa tugas dan fungsi
kepala urusan.
Keberhasilan pemerintahan desa sangat tergantung dengan administrasi desa.
Administrasi desa dapat berjalan dengan baik apabila kualitas manusia sebagai sumber
daya insani dapat melaksanakan dengan sebaik mungkin artinya administrasi desa sangat
menentukan kedudukan pemerintahan desa. Administrasi desa merupakan tolak ukur
keberhasilan pemerintahan desa karena merupakan fondasi dalam memperkuat dan
mengembangkan pemerintahan desa. Jadi administrasi desa merupakan prioritas utama
yang harus mendapat perhatian serius oleh pemerintah khususnya pemerintah kecamatan.
Penataan merupakan suatu proses perencanaan , pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan untuk semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna,
serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan serta keterbukaan , persamaan keadilan dan
perlindungan hukum (Kamus Tata Ruang, Edisi I :1997) Proses penataan ini juga
mencakup penataan ruang dimana penduduk menempati daerah tertentu.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Desa berasal dari istilah dalam bahasa Sansekerta yang berarti tanah tumpah
darah. Menurut definisi universal, desa adalah kumpulan dari beberapa permukiman di
area pedesaan atau rural area. Istilah desa di Indonesia merujuk kepada pembagian
wilayah administratif yang berada dibawah kecamatan dan dipimpin oleh seorang Kepala
Desa.
Menurut IGO ada tiga unsur penting dari sejarah terbentuknya desa yaitu kepala
desa, pamong desa, dan rapat desa. Kepala desa adalah penguasa tunggal pemerintahan
desa, menyelenggarakan urusan rumah tangga desa, dan urusan yang berhubungan
dengan pemerintah dan harus memperhatikan pendapat desa dalam melaksanakan
tugasnya. Kepala desa dibantu oleh Pamong Desa yang berbeda sebutannya antara satu
daerah dengan daerah yang lain. Kepala desa perlu tunduk pada rapat desa untuk hal–hal
yang penting
Aplikasi Sistem Informasi Desa digunakan untuk membantu kinerja Pemerintah
Desa sehingga dapat lebih efisien dalam pengelolaan administrasi dan tata desa.
Administrasi desa menurut Nurcholis (2011) adalah proses kegiatan pencatatan
data dan informasi pada penyelenggaraan pemerintahan desa yang dicatat dalam buku
administrasi desa. Kemudian, berdasarkan aturan dijelaskan melalui Pasal 1 Permendagri
47/2016 tentang Administrasi Pemerintahan Desa, bahwa administrasi pemerintahan desa
adalah keseluruhan proses kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai
pemerintahan desa pada buku register desa yang meliputi administrasi umum,
administrasi penduduk, administrasi keuangan, administrasi pembangunan, dan
administrasi lainnya. Dengan kata lain, kegiatan kecil yang dapat dilakukan agar
administrasi desa dapat terwujud adalah dengan tertib administrasi desa.

Ada 5 jenis Administrasi Desa :

 Administrasi Umum
 Administrasi Penduduk
 Administrasi Keuangan
 Administrasi Pembangunan
 Administrasi Lainnya

a. Factor pendukung
Didukung dengan pendapat Mahayana (2013: 8) menyatakan peran
Kepala Desa sebagai fasilitator yaitu orang yang memberikan bantuan dan
menjadi narasumber yang baik untuk berbagai permasalahan serta
memfasilitasi kegiatan-kegiatan pembangunan desa memberikan kemudahan
dan kelancaran dalam proses pembangunan sehingga program
pembangunan desa berjalan baik. Kepala desa Rian dan Kepala desa Kapuak
sudah memfasilitasi aparatur desa dengan baik sehingga dapat membatu
aparat desa dalam mengerjakan tugas dan fungsi sesuai dengan aturan yang
berlaku.

b. Faktor Penghambat
Faktor kemampuan dan keterampilan aparatur desa pada bidang
tugas yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya merupakan salah satu
faktor penentu efektif tidaknya pelaksanaan tugas yang dibebankan. Namun
kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa faktor ini kurang dimiliki oleh
aparat/perangkat Desa Rian dan Desa Kapuak sehingga berdampak kepada
efektivitas dalam administrasi. Dari aspek kamampuan aparatur desa masih
tergolong renda, hal itu disebabkan karena latar belakang pendidikan yang
masih tergolong rendah.
Keberhasilan pemerintahan desa sangat tergantung dengan administrasi desa.
Administrasi desa dapat berjalan dengan baik apabila kualitas manusia sebagai sumber
daya insani dapat melaksanakan dengan sebaik mungkin artinya administrasi desa sangat
menentukan kedudukan pemerintahan desa. Administrasi desa merupakan tolak ukur
keberhasilan pemerintahan desa karena merupakan fondasi dalam memperkuat dan
mengembangkan pemerintahan desa. Jadi administrasi desa merupakan prioritas utama
yang harus mendapat perhatian serius oleh pemerintah khususnya pemerintah kecamatan.
Penataan merupakan suatu proses perencanaan , pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan untuk semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna,
serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan serta keterbukaan , persamaan keadilan dan
perlindungan hukum (Kamus Tata Ruang, Edisi I :1997) Proses penataan ini juga
mencakup penataan ruang dimana penduduk menempati daerah tertentu.

B. SARAN
Penulis memohon maaf apabila dalam pembuatan makalah terdapat banyak
kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat d harapkan untuk membangun segala
kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.banjarsari-labuhanhaji.desa.id/artikel/2020/11/10/sejarah-
terbentuknya-desa-di-indonesia
https://www.academia.edu/38827761/
SEJARAH_DAN_PERKEMBANGAN_DESA
http://repository.ut.ac.id/4201/1/IPEM4208-M1.pdf
https://balingasal.kec-padureso.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/
4/549
https://journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera117-
xKFz28c3ZzpVRBui7lplyEpUn.pdf
https://sidodadi-sidomulyo.desa.id/index.php/artikel/2021/6/13/administrasi-
pemerintahan-desa
https://www.lintastv.com/2021/01/5-jenis-administrasi-pemerintahan-
desa.html?m=1
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jisep/article/download/9231/9099
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/download/
15434/14981
https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/viewFile/758/pdf

Anda mungkin juga menyukai