Anda di halaman 1dari 16

BAB 4

SISTEM dan STRUKTUR


AKUNTANSI KEUANGAN
DESA/KELURAHAN

1. Pengertian Desa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) desa adalah suatu kesatuan wilayah yang
dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri yang dikepalai oleh
seorang kepala desa.

Menurut Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 yang dimaksud desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Ciri-ciri Desa:
1. Kehidupan masyarakat sangat erat dengan alam.
2. Struktur perekonomian bersifat agraris.
3. Pertanian yang sangat tergantung pada alam.
4. Desa merupakan satu kesatuan sosial dan kesatuan kerja.
kelima, di desa norma agama dan hukum adat masih kuat.

Fungsi Desa:

1. Desa Sebagai Hinterland.


Salah satu fungsi desa yaitu sebagai hinterland atau penyangga yang mensuplai kebutuhan pokok
seperti beras, jagung dan ubi kayu.

2. Desa Sebagai Pelestari Kearifan Lokal.


Fungsi desa selanjutnya adalah melestarikan kearifan lokal. Ada banyak budaya lokal yang masih
ada di masyarakat pedesaan. Dengan adanya desa maka budaya lokal akan selalu terjaga dan akan terus
berkembang.

3. Desa Sebagai Sumber Tenaga Kerja.


Penduduk desa yang hidup atas dasar gotong royong menjadi tenaga produktif dan membangun
tenaga atas dasar gotong royong dan saling pengertian. Selain itu, desa juga menjadi sumber tenaga kerja
bagi kota.

4. Desa Sebagai Mitra Pembangunan.


Selain menjadi sumber tenaga kerja, masyarakat pedesaan juga berperan sebagai mitra dalam
pembangunan perkotaan. Mitra ini cepat atau lambat akan dilaksanakan, tergantung dari hubungan atau
kemitraan yang dilakukan oleh masyarakat di dalamnya.
Jenis-jenis Desa:

1. Desa Swadaya
Desa Swadaya adalah desa yang penduduknya masih menganut atau terikat dengan adat dan tradisi yang
ada. Tingkat pendidikan masih tergolong rendah, kesadaran akan pentingnya pendidikan masih tergolong
rendah.

2. Desa Swakarya
Desa swakarya adalah desa yang sedang dalam proses pembangunan dengan tingkat
kemajuan yang lebih tinggi dari desa swadaya. Pada desa yang swakarya keberadaan adat-istiadat
dalam masyarakat mulai atau sedang mengalami peralihan atau transisi, pada desa yang mandiri
pengaruh luar mulai masuk, kemudian mengubah cara berpikir desa.

3. Desa Swasembada
Desa Swasembada sering dianggap sebagai label desa berkembang atau desa maju. Dari segi
makna, desa swasembada adalah desa yang lebih maju dari desa mandiri dan tidak lagi terikat adat.

Ada beberapa istilah penyebutan desa di berbagai daerah:


Jawa Barat: kampung
Yogyakarta: dusun
Bali: banjar
Sumatera Barat: Nagari / kampuang / jorong
Kalimantan Timur: petinggi / kampung Madura:
klebun
Kalimantan Selatan: pambakal Cirebon:
kuwu
Sulawesi Utara: hukum tua / wanua
Sulawesi Selatan: lembang
Aceh: gampong
Papua: kampung
Sumatera Utara (Batak): Huta / nagari Lampung:
tiyuh / pekon
Nusa Tenggara Barat: temukung Kutai
Barat: kampung
Maluku: negeri
Minahasa: wtinua
Makassar: gaukang
Palembang: marga / mendope Bengkulu:
marga / mendope
2. Kelembagaan Desa
Sesuai dengan Permendagri No. 18 tahun 2018, Pasal 3, bahwa : Lembaga Kemasyarakatan Desa
(LKD) adalah wadah partisipasi masyarakat, sebagai mitra Pemerintah Desa, ikut serta dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan, serta meningkatkan pelayanan masyarakat
Desa.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 desa dipimpin
oleh seorang Kepala Desa, Kepala desa tersebut dipilih langsung
Oleh masyarakatnya dengan masa jabatan selama 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembali hanya Untuk
satu kali pada masa jabatan berikutnya.

Dalam melaksanakan tugasnya, kepala desa dibantu oleh perangkat desa terdiri atas:
A .Sekretariat Desa
Sekertaris desa bertugas sebagai pembantu kepala desa dalam menangani urusan administrasi
desa. Contonya : membuat surat menyurat, merancang tata naskah, melakukan pengarsipan baik surat
keluar atau masuk,dan membuat surat ekpedisi.

B. Pelaksana kewilayahan
Pelaksana Kewilayahan merupakan unsur pembantu Kepala Desa sebagai satuan tugas
kewilayahan.

C. Pelaksana teknis.
Pelaksana Teknis merupakan unsur pembantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas operasional.
Seperti melakukan administrasi Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa;
melakukan pendataan dan pengelolaan Profil Desa; mengumpulkan, menyusun dan menyiapkan bahan
rapat termasuk rapat-rapat dengan BPD; melakukan administrasi perangkat desa.

Di desa juga dibentuk lembaga kemasyarakatan yang bertugas membantu pemerintah desa dan
memperdayakan masyarakat desa. Lembaga ini dibentuk melalui penetapan Peraturan Desa (Perdes)
yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Contoh lembaga kemasyarakatan yakni,
Lembaga Keamanan Masyarakat Desa (LKMD), Pertahanan Sipil (Hansip), PKK, Karang Taruna, RT,
RW, Posyandu dan sebagainya.

Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri
sesuai perundangan.
Kewenangan desa meliputi kewenangan di Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pelaksanaan
Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa.
Kewenangan desa meliputi:

A.Kewenangan berdasarkan hak asal usul;


Kewenangan berdasarkan hak asal usul adalah hak yang merupakan warisan yang masih hidup dan
prakarsa Desa atau prakarsa masyarakat Desa sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat.

B.Kewenangan lokal berskala Desa;


Kewenangan lokal berskala Desa adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat Desa yang telah dijalankan oleh Desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh Desa atau yang
muncul karena perkembangan Desa dan prakasa masyarakat Desa.

C. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota;
Kewenangan Pemerintah adalah hak dan kekuasaan Pemerintah untuk rnenentukan atau
mengambil kebijakan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Kewenangan Pemerintah mencakup
kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal,
agama serta kewenangan bidang lain.
3. SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN DESA/KELURAHAN.
Akuntansi desa adalah pencatatan dari proses transaksi yang terjadi di desa, dibuktikan
dengan nota-nota kemudian dilakukan pencatatan dan pelaporan keuangan sehingga akan
menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang digunakan pihak-pihak yang
berhubungan dengan desa. Pihak-pihak yang menggunakan informasi keuangan desa diantaranya
adalah:

a. Masyarakat desa

b. Perangkat desa

C. Pemerintahan daerah

d. Pemerintahan pusat

Menurut Pasal 71 ayat (1) UU No 6 tahun 2014 menyatakan bahwa keuangan desa adalah hak dan
kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu yang
berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa.

Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan desa dilakukan dengan Basis Kas (Cash Basis). Basis Kas
merupakan pencatatan transaksi pada saat kas diterima atau dikeluarkan dari Rekening Kas Desa.
Artinya, pencatatan baru dilakukan ketika terjadi transaksi dimana uang benar-benar sudah diterima
atau dikeluarkan.

Pengelolaan Keuangan Desa yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban keuangan Desa merupakan kegiatan-kegiatan dari siklus pengelolaan keuangan desa
yang dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Perencanaan
Perencanaan pengelolaan keuangan desa merupakan perencanaan penerimaan dan pengeluaran
pemerintah desa pada tahun dianggarankan dalam APB Desa. anggaran berkenan yang

b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pengelolaan keuangan desa merupakan penerimaan dan pengeluaran Desa yang
dilaksanakan melalui rekening kas Desa pada bank Bupati/Wali Kota.

C. Penatausahaan
Penatausahaan pengelolaan keuangan Desa merupakan aktivitas pencatatan setiap penerimaan dan
pengeluaran dalam satu tahun anggaran. Penatausahaan dilakukan dengan mencatat setiap penerimaan
pengeluaran dalam buka kas umum (BKU) yang ditutup setiap akhir bulan.

Dalam penatausahaan keuagan, Kau Keuangan Desa diwajibkan membuat Buku Pembantu Kas Umum
yang terdiri dari:
1) Buku pembantu bank
2) Buku pembantu pajak
3) Buku pembantu panjar
D. Pelaporan
Pelaporan dan pertanggung jawaban keuangan desa adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan
hal-hal yang berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan selama satu periode tertentu.

Tujuan Laporan keuangan Desa disusun yaitu dalam rangka menyajikan informasi realisasi anggaran dan
posisi keuangan pemerintah desa yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi
kebijakan/keputusan lalu dan merencanakan kebijakan di masa yang akan datang.

Laporan Keuangan Desa Terdiri Atas:


1. Laporan realisasi anggaran,
2. Laporan perubahan saldo anggaran lebih,
3. Neraca,
4. Laporan operasional,
5. Laporan arus kas,
6. Laporan perubahan ekuitas, dan
7. Catatan atas laporan keuangan.

E. Pertanggung jawaban
Pertanggungjawaban keuangan adalah bentuk dokumen laporan keuangan yang dilengkapi dengan bukti-
bukti penerimaan dan pengeluaran uang yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan.
Pengelola Keuangan Desa
Pengertian pengelolaan keuangan desa adalah sejumlah orang yang mengelola keuangan desa sesuai
dengan jabatannya.

Berikut beberapa pengelola keuangan Desa yaitu:

A.Kepala Desa
Kepala Desa adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa dan mewakili pemerintah desa
dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan. Dalam hal ini
1.Kepala Desa memiliki kewenangan:
• Menetapkan Kebijakan Tentang Pelaksanaan APB Desa
• Menetapkan Kebijakan Tentang Pengelolaan Barang Milik Desa
• Melakukan Tindakan Yang Mengakibatkan Pengeluaran Atas Beban APB Desa

2.Dalam melaksanakan kekuasaan pengelolaan keuangan Desa kepala Desa menguasakan sebagian
kekuasaannya kepada perangkat Desa selaku PPKD.

3.Pelimpahan sebagian kekuasaan PKPKD kepada PPKD ditetapkan dengan keputusan kepala Desa.

4.Dll

B. Sekretaris Desa
Sekretaris Desa selaku Koordinator PTPKD membantu Kepala Desa dalam melaksanakan Pengelolaan
Keuangan Desa, dengan tugas:
1) Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APB Desa
2) Menyusun rancangan peraturan desa mengenai APB Desa, perubahan APB Desa dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa
3) Melakukan pengendalian terhadap yang telah ditetapkan dalam APB Desa pelaksanaan kegiatan
4) Dll

C. Kepala Seksi mempunyai tugas:


1) Menyusun RAB kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya;

2) Melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga Kemasyarakatan Desa yang telah


ditetapkan di dalam APB Desa;

3) Melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan

5. Kepala Urusan Keuangan

Kepala Urusan Keuangan Desa merupakan salah satu unsur dari PTPKD yang dijabat oleh
kepala/staf urusan keuangan dan memiliki tugas untuk membantu Sekretaris Desa. Kepala Urusan
Keuangan Desa bertugas mengelola keuangan desa yang meliputi penerimaan pemdapatan desa dan
pengeluaran/pembiayaan dalam rangka pelaksanaan APB Desa.
Penatausahaan dilakukan dengan menggunakan Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan Buku
Bank. Penatausahaan yang dilakukan antara lain meliputi yaitu:
1) Menerima, menyimpan, menyetorkan/membayar;

2) Memungut dan menyetorkan PPh dan pajak lainnya;

3) Melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap
akhir bulan secara tertib

4) Dll

Sumber keuangan desa pada umunya berasal dari Pendapatan Asli Desa (PAD), dana dari
Pemerintah, dan hasil dari BUMDes.

Sebelumnya Pengertian Pendapatan Asli Desa (PADes) merupakan segala usaha yang dilakukan oleh
pernerintah desa untuk menunjang penyelenggaraan Pemerintahan Desa dalam rangka pelaksanaan otonomi
Desa yang tertulis dalam (Undang- undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 71).

Jenis-jenis Pendapatan Asli Desa (PADesa) adalah penerimaan desa yang bersumber dari :

1. Hasil usaha desa

2. Hasil asset

3. Swadaya, partisipasi dan gotongroyong; dan

4. Lain-lain pendapatan asli desa.

Keuangan Desa dikelola berdasarkan praktik-praktik pemerintahan yang baik. Asas-asas Pengelolaan
Keuangan Desa sebagaimana tertuang dalam Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 yaitu transparan,
akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran, dengan uraian sebagai berikut:

A.Transparan
Prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapat akses
informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa.

B.Akuntabel
Perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber
daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

C. Partisipatif
Penyelenggaraan pemerintahan desa yang mengikutsertakan kelembagaan desa dan unsur masyarakat
desa; Tertib dan disiplin anggaran yaitu pengelolaan keuangan desa harus mengacu pada aturan atau
pedoman yang melandasinya.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan Desa yang
dibahas dan ditetapkan oleh Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa melalui Peraturan Desa.
APBDesa memiliki tahapan dari awal hingga akhir periode pelaksanaannya, yaitu:

A.TAHAP PENYUSUNAN RANCANGAN APBDesa


APBDes disusun setiap tahun oleh pemerintah desa untuk mengatur penggunaan dana desa dalam
rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dan memajukan pembangunan desa.

B.TAHAP PENETAPAN APBDesa


Rencana keuangan tahunan pemerintahan Desa yang dibahas dan ditetapkan oleh Kepala Desa
bersama Badan Permusyawaratan Desa melalui Peraturan Desa.

C.TAHAP PELAKSANAAN APBDesa


Pelaksanaan pengelolaan keuangan Desa merupakan penerimaan dan pengeluaran Desa yang
dilaksanakan melalui rekening kas Desa pada bank yang ditunjuk Bupati/ Wali Kota.

D.TAHAP PERUBAHAN APBDesa


Perubahan anggaran (budgeting) adalah upaya pemerintah daerah dalam menyesuaikan rencana
keuangan dengan kondisi riil yang ada di lapangan dan memperbaiki kinerja satuan kerja

E.TAHAPAN PELAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN APBDesa


Pelaporan dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Desa merupakan tahapan akhir dari
proses pengelolaan keuangan Desa.

F.ALOKASI DANA DESA


Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan kewajiban Pemerintah Kabupaten/Kota untuk
mengalokasikan kedalam APBD melalui dana perimbangan setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus (DAK)
untuk kemudian disalurkan ke Rekening Kas Desa (RKD).

Adapun tujuan dari alokasi dana ini adalah sebagai berikut:


A.Penanggulangan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan
Penanggulangan kemiskinan adalah kebijakan dan pemerintah Daerah yang dilakukan secara
Sistematis.

B.Peningkatan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat desa


Perencanaan pembangunan desa merupakan proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

C.Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk
memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.

D.Peningkatan infrastruktur pedesaan


Penyediaan prasarana air minum, irigasi pertanian, drainase, pengembangan jaringan internet dan
telekomunikasi, embung dan lain sebagainya.

F. Peningkatan pendalaman nilai ²keagamaan , sosial budaya dalam


Suatau kandungan atau issi dari ajaran untuk mendapatkan kebaikan dunia akhirat yang diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.

G.Rangka mewujudkan peningkatan sosial


Konsep yang menunjuk pada suatu proses perubahan sosial terencana yang dirancang untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
H.Meningkatkan pendapatan desa melalui BUMDesa
Meningkatkan pendapatan asli desa dan pengelolaan potensi desa sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan masyarakat desa .

I.Laporan keuangan Desa


Laporan keuangan desa merupakan hasil akhir dari sebuah proses pencatatan transaksi keuangan
yang dilaksanakan oleh aparatur desa dalam hal ini bendahara desa rangka penatausahaan di dalam
Pengelolaan keuangan desa.
Laporan keuangan desa menurut Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 yang wajib dilaporkan oleh
pemerintahan desa berupa:

A.Laporan Pelaksanaan APB Desa semester pertama


B.Laporan Pelaksanaan APB Desa tahunan
C.Laporan Realisasi Kegiatan
D.Catatan Atas laporan Keuangan
E.Laporan Program Sektoral

Tujuan laporan keuangan disusun adalah sebagai bentuk Secara umum, tujuan
pertanggungjawaban entitas ekonomi atas penggunaan dan pengelolaan sumber daya yang dimiliki dalam
satu periode tertentu.

Manfaat pentingnya laporan keuangan bagi pemerintah desa, antara lain:

a. Mengetahui tingkat efektivitas, efisiensi dan kebermanfaatan pengelolaan sumber daya ekonomi
oleh pemerintah desa dalam satu tahun anggaran.

b. Mengetahui nilai kekayaan bersih yang dimiliki desa sampai dengan posisi terakhir periode
pelaporan.

c. Sebagai alat evaluasi yang lebih informatif tentang kinerja aparatur desa utamanya kepala desa.

d. Sebagai sarana pengendalian terhadap kemungkinan terjadinya praktik penyalahgunaan ataupun


penyimpangan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki desa.

Kesimpulan:
1. Pengelolaan Keuangan Desa dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban,
sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 900/00741/02/2015 tentang Pedoman
Pelaksanaan Dana Desa. Pengelolaan Dana Desa harus dilaksanakan dengan menggunakan prinsip
hemat, terarah dan terkendali.

2. Dalam pengelolaan dana desa ada beberapa faktor yang dapat menjadi penghambat, diantaranya
adalah rendahnya sinkronisasi antara perencanaan di tingkat desa dan kecamatan, jumlah dana desa
sebagai penunjang
operasional administrasi pemerintah masih terbatas dan kurangnya intensitas sosialisasi Dana Desa pada
masyarakat.

Saran:
1. Pemerintah desa hendaknya meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aparat desa dalam
pengelolaan keuangan desa supaya semua perangkat mempunyai pemahaman yang sama tujuannya
adalah supaya membantu keberhasilan pengelolaan Alokasi Dana Desa pada khususnya dan keuangan
desa pada umumnya.

2. Pemerintah desa harus mencari solusi dan menyelesaikan masalah rendahnya sinkronisasi antara
perencanaan di tingkat desa dan kecamatan. Pemerintah desa juga harus mencari solusi dalam
memanfaatkan jumlah Alokasi Dana
Desa (ADD) yang masih terbatas. Serta pemerintah desa harus lebih giat lagi dalam mensosialisasikan
Alokasi Dana Desa (ADD) pada masyarakat.

3. Dalam penelitian selanjutnya hendaknya lebih diperluas. Karena dalam penelitian ini terbatas pada
pengelola keuangan desa saja, tidak sampai pada pembina dan pengawas pengelolaan keuangan desa.

Anda mungkin juga menyukai