Anda di halaman 1dari 58

IMPLEMENTASI

UNDANG – UNDANG NO. 6


TAHUN 2014 TENTANG DESA
UNTUK KESEJAHTERAAN
RAKYAT

OLEH : SUTRISNO, S.Pd, SH, M.Si


Nama : Sutrisno, Spd, SH, M.Si
TTL : Nganjuk, 01-Mei-1968
NIP : 19680501 199202 1 001
Jabatan : Kepala Bagian Hukum
Gol/Pkt: IV-b /Pembina Tingkat I
Instansi : Sekretariat Kab. Nganjuk
Alamat : RT 01 RW 01 Desa Jekek Kec. Baron
Kontak : HP. 085 338 333 388
Email : sutrisno.baron@gmail.com
FB : Adi Sutrisno
IG : Adi Sutrisno
3 Kushandajani 19
Definisi Desa
• Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah
• Berwenang untuk mengatur dan mengurus Urusan
Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
• Berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional
• Yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Hal yang terkait dengan Desa
• Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai
kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber
daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
• Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang
dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang
dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban Desa.
• Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari
kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak
lainnya yang sah.
Pemerintah Desa
• Menyelenggarakan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
• Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa.
• Badan Permusyawaratan Desa adalah lembaga yang
melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya
merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokratis.
Kewenangan Desa
• Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa.
• Kewenangan Desa meliputi:
– a. kewenangan berdasarkan hak asal usul;
– b. kewenangan lokal berskala Desa;
– c. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan
– d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
HAK DAN KEWAJIBAN DESA
 HAK:
 a. mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak
asal usul, adat istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat Desa;
 b. menetapkan dan mengelola kelembagaan Desa; dan
 c. mendapatkan sumber pendapatan.

 KEWAJIBAN:
 a. melindungi dan menjaga persatuan, kesatuan, serta kerukunan
masyarakat Desa dalam rangka kerukunan nasional dan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
 b. meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Desa;
 c. mengembangkan kehidupan demokrasi;
 d. mengembangkan pemberdayaan masyarakat Desa; dan
 e. memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Desa.
HAK MASYARAKAT DESA
– a. meminta dan mendapatkan informasi dari Pemerintah Desa serta
mengawasi kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa;
– b. memperoleh pelayanan yang sama dan adil;
– c. menyampaikan aspirasi, saran, dan pendapat lisan atau tertulis secara
bertanggung jawab tentang kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa;
– d. memilih, dipilih, dan/atau ditetapkan menjadi:
• 1. Kepala Desa;
• 2. perangkat Desa;
• 3. anggota Badan Permusyawaratan Desa; atau
• 4. anggota lembaga kemasyarakatan Desa.
• e. mendapatkan pengayoman dan perlindungan dari gangguan ketenteraman
dan ketertiban di Desa.
Kewajiban Masyarakat Desa
• a. membangun diri dan memelihara lingkungan Desa;
• b. mendorong terciptanya kegiatan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa yang baik;
• c. mendorong terciptanya situasi yang aman, nyaman,
dan tenteram di Desa;
• d. memelihara dan mengembangkan nilai
permusyawaratan, permufakatan, kekeluargaan, dan
kegotongroyongan di Desa; dan
• e. berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di Desa.
Peraturan Di Desa
• Jenis peraturan di Desa terdiri atas Peraturan Desa, peraturan
bersama Kepala Desa, dan peraturan Kepala Desa.
• Peraturan dilarang bertentangan dengan kepentingan umum
dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi.
• Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas
dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
• Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa, pungutan, tata ruang, dan organisasi Pemerintah
Desa harus mendapatkan evaluasi dari Bupati/Walikota
sebelum ditetapkan menjadi Peraturan Desa.
Azas Pengelolaan Keuangan Desa

- Akuntabel
- Transparansi
- Partisipatif
- Tertib dan Disiplin Anggaran
APB Desa
• Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa terdiri atas
bagian pendapatan, belanja, dan pembiayaan Desa.
• Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
diajukan oleh Kepala Desa dan dimusyawarahkan
bersama Badan Permusyawaratan Desa.
• Kepala Desa menetapkan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa setiap tahun dengan Peraturan
Desa.
Dana Desa
• Dana Desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang
diperuntukan bagi Desa yang ditransfer melalui APBD
kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan Desa yang mencakup pelayanan, pembangunan, dan
pemberdayaan masyarakat.
• Dialokasikan oleh Pemerintah Pusat untuk mendanai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan
pembinaan kemasyarakatan, serta pemberdayaan masyarakat Desa
berdasarkan kewenangan dan kebutuhan Desa sesuai dengan
ketentuan undangundang mengenai Desa.
• Belanja untuk Desa mencakup alokasi APBN untuk Desa, alokasi
dana Desa, dan bagian dari hasil pajak dan retribusi kabupaten/kota
ke Desa untuk penyelenggaraan pemerintahan yang mencakup
pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat.
SISTEM PENGAWASAN DANA
DESA
Aset Desa
 Berupa tanah kas Desa, tanah ulayat, pasar Desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan Desa,
pelelangan ikan, pelelangan hasil pertanian, hutan milik Desa, mata air milik Desa, pemandian umum, dan
aset lainnya milik Desa.
 Aset lainnya milik Desa antara lain:
 kekayaan Desa yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN, APBD, serta APB Desa;
 kekayaan Desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis;
 kekayaan Desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan lain-lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
 hasil kerja sama Desa; dan
 kekayaan Desa yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.
 Kekayaan milik Pemerintah dan Pemerintah Daerah berskala lokal Desa yang ada di Desa dapat
dihibahkan kepemilikannya kepada Desa.
 Kekayaan milik Desa yang berupa tanah disertifikatkan atas nama Pemerintah Desa.
 Kekayaan milik Desa yang telah diambil alih oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dikembalikan
 kepada Desa, kecuali yang sudah digunakan untuk fasilitas umum.
 Bangunan milik Desa harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan ditatausahakan secara tertib.
BADAN USAHA MILIK DESA
 Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUM Desa.
Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah Desa ditetapkan dengan
Peraturan desa
 BUM Desa dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan.
 BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Hasil usaha BUM Desa dimanfaatkan untuk:
 a. pengembangan usaha; dan
 b. Pembangunan Desa, pemberdayaan masyarakat Desa, dan pemberian bantuan untuk masyarakat
miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa.
 Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan
Pemerintah Desa mendorong perkembangan BUM Desa dengan:
 a. memberikan hibah dan/atau akses permodalan;
 b. melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar; dan
 c. memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sumber daya alam di Desa.
Kerjasama Desa
• Kerja Sama antar-Desa
• Kerja sama antar-Desa meliputi:
– a. pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai ekonomi yang
berdaya saing;
– b. kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat antar-
Desa;
– c. bidang keamanan dan ketertiban.
• Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa melalui
kesepakatan musyawarah antar-Desa.
• Kerja sama antar-Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar-Desa yang dibentuk
melalui Peraturan Bersama Kepala Desa.

• Kerja Sama dengan Pihak Ketiga


• Kerja sama Desa dengan pihak ketiga dilakukan untuk mempercepat dan
meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
• Kerja sama dengan pihak ketiga dimusyawarahkan dalam Musyawarah Desa.
• Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup
manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui
pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan
prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal,
serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan
secara berkelanjutan.
• Pembangunan Desa meliputi tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan.
• Pembangunan Desa mengedepankan kebersamaan,
kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan
pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial.
• Rencana Pembangunan disusun Jangka Menengah Desa
untuk jangka waktu 6 (enam) tahun; dan Rencana
Pembangunan Tahunan Desa (Rencana Kerja Pemerintah
Desa)
HUKUM PERADILAN
TATA USAHA NEGARA
Penyelesaian Senketa TUN
Mahkamah Agung
RI Ps. 51 ayat (4)
C
PT TUN
Ps. 51 ayat (1), (3)
B Instansi Atasan
II 4a Ps. 48 jo Sema
No 2/1999
P TUN I
Ps. 50
Penguasa dg
Suat Ketetapan
3a
2a 2 I Ia 2a
X Keputusan
Keberatan
A 3
III Individu/Badan
Hkm Perdata
Ps. 53 ayat (1)
Alur Penyelesaian Sengketa TUN
Mahkamah Agung
Pasal 51 ayat 4

PT TUN PT TUN
Pasal 51 ayat 3

“Banding Adm”
P. TUN Ps. 48 jo Sema
No. 2/1991

“Keberatan”
Ps jo Sema No.
2/1991

Individu/Badan
Hukum Perdata
Ps 53 ayat 1
Pengajuan Gugatan dan
Tenggang Waktu
 Gugatan  permohonan yg berisi tuntutan thdp
Badan/Pejabat TUN dan diajukan kepada
pengadilan untuk mendapatan putusan (Psl. 5 UU
No 5/1986)
 Isi gugatan hanya terbatas pada suatu macam
tuntutan pokok, yaitu agar keputusan TUN yg
diselengarakan batal/tidak sah.
Gugatan Sengketa TUN

 Beracara di muka PTUN tingkat pertama selalu


diawali dg pengajuan gugatan kpd pengadilan yg
berwenang.
 Gugatan adlh permohonan yg berisi tuntutan thdp
Badan/Pejabat TUN an diajukan kpd pengadilan
untuk mendapatkan putusan.
Alasan-alasan yg dpt digunakan dlm gugatan
adalah:
 KTUN yg digugat itu bertentangan dg peraturan
perundang-undangan yg berlaku.
 Badan atau Pejabat TUN pd waktu mengeluarkan
keputusan tlh menggunakan wewenang untuk
tujuan lain dari maksud diberikan wewenang
tersebut.
PEMBEKALAN CALON HAKIM AGUNG 2012

HUKUM ACARA
PERDATA

32
ACARA GUGATAN
1 Acara Gugatan Voluntair – tidak dibahas
2 Acara Gugatan Contentiosa
- Sistem pemeriksaan secara Contradictoir,
Prinsip pemeriksaan due prosess of law, dihadiri kedua
belah pihak memberi kesempatan kepada tergugat untuk
membantah, juga memberi kesempatan kepada penggugat
untuk melawan bantahan tergugat Ketentuan tersebut
dapat disimpangi oleh hakim, diputuskan tanpa ada
bantahan dari tergugat, jika tergugat telah dipanggil secara
patut tidak hadir ( Pasal125 ayat (1) HIR)
- Sebaliknya hakim secara ex-offisio juga mempunyai
kewenangan untuk menggugurkan gugatan jika
penggugat tidak hadir (Pasal 124 HIR/148 RBg)

33
LANJUTAN

Asas Pemeriksaan
- Hakim mencari dan menemukan kebenaran formil dan materiil
dengan batasan tidak boleh melampoi batasan fakta
dan kebenaran yang dibuktikan para pihak.
- Hakim hanya dituntut mencari dan menemukan kebenaran
formil, tidak dituntut mencari kebenaran materiil
- Jika kebenaran hakiki tidak diketemukan maka putusan
diambil berdasarkan kebenaran formil
- Dalam pemeriksaan memberi kesempatan kepada para pihak
secara seimbang Pasal 131 ayat (1) HIR (asas audi
alteram partem), Bersikap jujur, adil dan tidak
memihak pasal 29 UU No 4 th 2004 (asas imparsialitas)
- Pasal 29 ayat (1) : pihak yang diadili mempunyai ”hak ingkar”
terhadap hakim yang mengadili perkaranya

34
PERMASALAHAN YANG SERING TIMBUL
PADA PEMERIKSAAN PERKARA GUGATAN
a. Pencabutan gugatan – berpedoman pada Pasal 272 Rv
b Perubahan gugatan – Tidak diatur dalam hukum acara, hanya berpedom-
an pada Pasal 127 Rv dan praktik peradilan berdasarkan kepentingan beracara
c Pasal 127 Rv tidak mengatur syarat formil batas waktu perubahan gugatan.
d Pedoman MA: Perubahan gugatan dapat dilakukan pada sidang pertama
yang dihadiri Tergugat . Apakah perubahan gugatan perlu persetujuan Tergugat?
Seringkali menghambat persidangan. Persetujuan Tergugat tidak merupakan
syarat formil, jadi sepenuhnya diserahkan kepada kewenangan hakim,
sepanjang tidak merubah ”materi pokok gugatan”
e Apakah perubahan gugatan dapat diajukan pada tingkat banding ?
Pasal 344 Rv : Melarang tuntutan baru pada tingkat banding, dengan kecualian
(1) uang bunga atau sewa. (2) bunga /kerugian yang diderita (3) putusan serta
merta. Apakah perubahan gugatan ini sama dengan diajukan tuntutan baru?
Dalam praktik : Dilarang mengajukan perubahan gugatan pada tingkat banding
jika mengakibatkan perubahan materi pokok perkara.

35
KUMULASI GUGATAN ATAU
PENGGABUNGAN PERKARA
Apakah dimungkinkan kumulasi gugatan atau penggabungan lebih dari satu
tuntutan hukum dalam satu gugatan?
 Kumulasi gugatan tidak diatur dalam HIR/Rbg, tetapi diatur dalam Pasal
134-135 Rv
 Pada umumnya suatu gugatan harus berdiri sendiri. Kumulasi gugatan
hanya dapat dimohonkan terhadap perkara yang berhubungan erat satu
sama lain dan tidak bertentangan dengan hukum acara yang berlaku
 Permohonan penggabungan juga di kabulkan jika pihak2nya adalah
orang-orang yang sama, sehingga kedua gugatan tersebut dapat dituangkan
dalam 1 gugatan
 Misalnya jika dalam suatu pengadilan ada 2 perkara yang saling
berhubungan dan pihaknya sama, maka salah satu pihak atau keduanya
dapat mohon agar digabungkan
 Jika penggabungan tsb dimohon oleh penggugat harus diajukan dalam
surat gugatan yang kedua
 Jika diajukan oleh tergugat harus diajukan dalam jawaban pertama

36
HUKUM ACARA PIDANA
SYAFRUDDIN, SH, M.HUM

Satuan Acara Perkuliahan


1. Beberapa Landasan Motivasi KUHAP
a. Landasan Filosofis
b. Landasan operasional
c. Landasan Konstitusional
2. Perbedaan Hukum Acara Pidana dengan Hukum Acara
Perdata
3. Landasan Tujuan KUHAP
4. Ruang Lingkup Berlakunya KUHAP
5. Asas- asas Hukum Acara Pidana
6.Pihak-pihak yang Terlibat Dlm Hk.Ac Pid
7.Penyelidikan
8.Penyidikan
9.Penangkapan
10.Penahanan
11.Penggeledahan
12.Penyitaan
13.Pemeriksaan Surat
14.Hak & Kedudukan Tersangka/Terdakwa
15.Bantuan Hukum
16. Penyerahan Berkas Perkara
17.Penuntut Umum
18.Penuntutan
19.Surat Dakwaan
20.Praperadilan
21.Koneksitas
22.Ganti Kerugian
23.Rehabilitas
24.Gabungan Perkara
25.Panggilan, Sengketa Wewenang
Mengadili, dan Kewenangan Relatif
26.Pemeriksaan Di sidang Pengadilan
27.Sistem atau Teori Pembuktian
28.Alat-alat Bukti & Kekuatan Pembuktian
29.Putusan Pengadilan
a. Bentuk Putusan
b.Isi Keputusan
c.Formalitas Suatu Putusan Hakim
30.Upaya Hukum
a. Upaya Hukum Biasa
b. Upaya Hukum Luar Biasa
31.Pelaksanaan Putusan Hakim
a.Pelaksanaan Putusan Pengadilan
b.Biaya Perkara
c.Pengawasan Pelaksanaan Putusan Hakim
32.Mudah2an Dapat Terpenuhi…..!!!???
PERBEDAAN HUKUM ACARA
PIDANA DAN PERDATA

1. Perbedaan dari segi kepentingan yang dilindungi


dlm hk ac pidana ada dua kepentingan yg
dihadapi, yaitu kepentingan hukum dan
kepentingan umum.
dlm hk ac perdata kep perseorangan
2.Perbedaan dari segi inisiatif penuntutannya ke
pengadilan
Acara Pidana : Jaksa
Acara Perdata : Penggugat
3. Perbedaan dari segi terus atau tidaknya
pemeriksaan perkara.
Ac Pidana : Jaksa tdk dpt mhentikan
Ac Perdata : Penggugat dpt mencabut
4.Perbedaan dari segi aktif dan pasifnya hakim.
Ac Pidana : Hakim Aktif
Ac Perdata : Hakim Pasif
5.Perbedaan dari segi keyakinan hakim
Ac Pidana : Hakim tidak yakin NO !
Ac Perdata : No keyakinan hakim
6.Perbedaan dari segi kebenaran yang ingin dicapai
Ac Pidana : Kebenaran Materil
Ac Perdata : Kebenaran Formal
7. Perbedaan dari segi keterikatan hakim pada alat
bukti
Ac Pidana : Tidak Terlalu terikat
Ac Perdata : Terikat (preponderance of
evidence) keterikatan hakim sepenuhnya
pd alat bukti
8.Perbedaan dari segi pemeriksaan pendahuluan.
Ac Pidana : Polisi / Jaksa
Ac Perdata : Pengadilan
Tujuan Hukum Ac. Pidana
 Tujuan Hk.Ac.Pidana : ut mencari dan mendptkan atau se-
tidak2x mdekati kbenaran materil, ialah kbenaran yg
selengkap2x dr suatu pkara pidana dg mnerapkan ktentuan
hk ac pid scr jujur dan tepat dg 7an ut mcari siapakah plaku
yg dpt didakwakan mlakukan suatu planggaran hk, dan
slanjutnya mminta pmeriksaan dan putusan dr pngadilan
guna mnemukan apk tbukti bhw suatu tindak pidana tlh
dilakukan dan apk org yg didakwa itu dpt dipsalahkan
Fungsi Hukum Ac Pidana
Van Bemmelen mengemukakan tiga
fungsi hukum acara pidana
1. Mencari dan menemukan kebenaran
2. Pemberian keputusan o/hakim
3. Pelaksanaan keputusan
Penyelidikan
 Penyelidikan = Tindakan pengusutan =
Opspornig = Investigation
 Penyelidik : org yg melakukan “penyelidikan”
 Penyelidikan : serangkain tindakan
penyelidik ut mencari dan menemukan
sesuatu peristiwa yg diduga sbg tindak
pidana guna menentukan dpt at tdkx
dilakukan penyidikan… {psl 1(5)}
 Tujuan Penyelidikan ut mengumpulkan bukti
permulaan at bukti yg cukup…
POLRI sebagai penyelidik
 Psl 1(4) : penyelidik ad pejabat polisi Negara RI yg
diberi wwnang o/UU ut melakukan penyelidikan.

Fungsi dan wwnang Penyelidik


1. Menerima laporan at pengaduan
2. Mencari keterangan dan brg bukti
3. Mnyuruh bhenti org yg dicurigai
4. Tindakan lain menurut hukum
Pasal 5 (1)a KUHAP
Kewenangan Berdasar
perintah Penyidik
1. Penangkapan, larangan meninggalkan t4,
penggeledahan, dan penyitaan
2. Pemeriksaan dan penyitaan surat
3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
4. Membawa dan menghadapkan seseorang pada
penyidik
Penyidikan
 Penyidik : Pejabat Polisi Negara RI atau
pejabat pegawai negeri sipil “tertentu”yg
diberi wwnang khusus o/UU ut melakukan
penyidikan {Pasal 1(1)}

 Penyidikan : Serangkaian tindakan penyidik


dlm hal & menurut cara yg diatur dalam UU
ini u/mencari serta mengumpulkan bukti, yg
bukti itu membuat terang tentang tindak
pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya.
{Pasal 1(2)}
Pejabat Penyidik
# Pejabat Penyidik Polri
a. Pejabat penyidik penuh
Syarat kepangkatan : Pembantu letda polisi, at yg bpangkat
bintara (sektor kepolisian) at yg ditunjuk dan diangkat o/kepala
kepolisian RI
b. Penyidik pembantu
a. Sekurang2nya berpangkat serda
b. PNS dlm lingkungan kepolisian Negara dg syarat min pangkat
pengatur muda/ gol IIa
c. diangkat o/KAPOLRI ats usul komandan atau pimpinan
kesatuan masing2.
# Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
Penahanan
Pengertian : Penempatan tersangka at terdakwa
di tempat tertentu oleh penyidik at penuntut
umum at hakim dgn penetapannya, dlm hal serta
menurut cara yg diatur dlm UU

Tujuan Penahanan
1. Ut kepentingan penyidikan
2. Ut kepentingan penuntutan
3. Ut kepentingan pemeriksaan di Pengadilan
Tata cara penahanan
A. Dengan surat perintah penahanan at surat
penetapan
1. Identitas tersangka at terdakwa
2. Alasan penahanan
3. Uraian singkat kejahatan
4. Tempat mana ia ditahan
B. Tembusan harus diberikan kepada keluarga
Jenis tahanan

1. Penahanan Rumah Tahanan


Negara (RUTAN)
2. Penahanan Rumah
3. Penahanan Kota

Perbandingan :

1 : 1/3 : 1/5
Batas Waktu Penahanan
1. Batas Kewenangan Penyidik
* 20 hari
* 40 hari (izin Penuntut Umum)
2. Batas Kewenangan Penuntut Umum
* 20 hari
* 30 hari (izin Ketua Pengd Negeri)
3. Batas Kewenangan Hakim Pengadilan Negeri
* 30 hari
* 60 hari (izin Ketua Pengd Negeri)
4. Batas Kewenangan Hakim Pengd Tinggi
* 30 hari
* 60 hari (izin Ketua Pengd Tinggi)
5. Batas Kewenangan Hakim Mahkamah Agung
* 50 hari
* 60 hari (izin ketua Mahkamah Agung)
Pra-Penuntutan
 Prapenuntutan: terletak antara dimulainya
penuntutan dlm arti sempit (perkara dikirim ke
PN) dan penyidikan yg dilakukan oleh penyidik.
 Prapenuntutan = Penyidikan lanjutan

 Prapenuntutan ialah  Tindakan Penuntut

Umum untuk memberi petunjuk dalam rangka


penyempurnaan penyidikan oleh penyidik
57
SELAMA KITA MASIH
PUNYA TEKAD
YANG TERPELIHARA
DALAM SEMANGAT
TIDAK AKAN ADA
KATA TERLAMBAT
UNTUK MELANGKAH
MENUJU KESUKSESAN

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai