KEWAJIBAN:
a. melindungi dan menjaga persatuan, kesatuan, serta kerukunan
masyarakat Desa dalam rangka kerukunan nasional dan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Desa;
c. mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. mengembangkan pemberdayaan masyarakat Desa; dan
e. memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Desa.
HAK MASYARAKAT DESA
– a. meminta dan mendapatkan informasi dari Pemerintah Desa serta
mengawasi kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa;
– b. memperoleh pelayanan yang sama dan adil;
– c. menyampaikan aspirasi, saran, dan pendapat lisan atau tertulis secara
bertanggung jawab tentang kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa;
– d. memilih, dipilih, dan/atau ditetapkan menjadi:
• 1. Kepala Desa;
• 2. perangkat Desa;
• 3. anggota Badan Permusyawaratan Desa; atau
• 4. anggota lembaga kemasyarakatan Desa.
• e. mendapatkan pengayoman dan perlindungan dari gangguan ketenteraman
dan ketertiban di Desa.
Kewajiban Masyarakat Desa
• a. membangun diri dan memelihara lingkungan Desa;
• b. mendorong terciptanya kegiatan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa yang baik;
• c. mendorong terciptanya situasi yang aman, nyaman,
dan tenteram di Desa;
• d. memelihara dan mengembangkan nilai
permusyawaratan, permufakatan, kekeluargaan, dan
kegotongroyongan di Desa; dan
• e. berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di Desa.
Peraturan Di Desa
• Jenis peraturan di Desa terdiri atas Peraturan Desa, peraturan
bersama Kepala Desa, dan peraturan Kepala Desa.
• Peraturan dilarang bertentangan dengan kepentingan umum
dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi.
• Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas
dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
• Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa, pungutan, tata ruang, dan organisasi Pemerintah
Desa harus mendapatkan evaluasi dari Bupati/Walikota
sebelum ditetapkan menjadi Peraturan Desa.
Azas Pengelolaan Keuangan Desa
- Akuntabel
- Transparansi
- Partisipatif
- Tertib dan Disiplin Anggaran
APB Desa
• Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa terdiri atas
bagian pendapatan, belanja, dan pembiayaan Desa.
• Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
diajukan oleh Kepala Desa dan dimusyawarahkan
bersama Badan Permusyawaratan Desa.
• Kepala Desa menetapkan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa setiap tahun dengan Peraturan
Desa.
Dana Desa
• Dana Desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang
diperuntukan bagi Desa yang ditransfer melalui APBD
kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan Desa yang mencakup pelayanan, pembangunan, dan
pemberdayaan masyarakat.
• Dialokasikan oleh Pemerintah Pusat untuk mendanai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan
pembinaan kemasyarakatan, serta pemberdayaan masyarakat Desa
berdasarkan kewenangan dan kebutuhan Desa sesuai dengan
ketentuan undangundang mengenai Desa.
• Belanja untuk Desa mencakup alokasi APBN untuk Desa, alokasi
dana Desa, dan bagian dari hasil pajak dan retribusi kabupaten/kota
ke Desa untuk penyelenggaraan pemerintahan yang mencakup
pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat.
SISTEM PENGAWASAN DANA
DESA
Aset Desa
Berupa tanah kas Desa, tanah ulayat, pasar Desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan Desa,
pelelangan ikan, pelelangan hasil pertanian, hutan milik Desa, mata air milik Desa, pemandian umum, dan
aset lainnya milik Desa.
Aset lainnya milik Desa antara lain:
kekayaan Desa yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN, APBD, serta APB Desa;
kekayaan Desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis;
kekayaan Desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan lain-lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
hasil kerja sama Desa; dan
kekayaan Desa yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Kekayaan milik Pemerintah dan Pemerintah Daerah berskala lokal Desa yang ada di Desa dapat
dihibahkan kepemilikannya kepada Desa.
Kekayaan milik Desa yang berupa tanah disertifikatkan atas nama Pemerintah Desa.
Kekayaan milik Desa yang telah diambil alih oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dikembalikan
kepada Desa, kecuali yang sudah digunakan untuk fasilitas umum.
Bangunan milik Desa harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan ditatausahakan secara tertib.
BADAN USAHA MILIK DESA
Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUM Desa.
Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah Desa ditetapkan dengan
Peraturan desa
BUM Desa dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan.
BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hasil usaha BUM Desa dimanfaatkan untuk:
a. pengembangan usaha; dan
b. Pembangunan Desa, pemberdayaan masyarakat Desa, dan pemberian bantuan untuk masyarakat
miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa.
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan
Pemerintah Desa mendorong perkembangan BUM Desa dengan:
a. memberikan hibah dan/atau akses permodalan;
b. melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar; dan
c. memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sumber daya alam di Desa.
Kerjasama Desa
• Kerja Sama antar-Desa
• Kerja sama antar-Desa meliputi:
– a. pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai ekonomi yang
berdaya saing;
– b. kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat antar-
Desa;
– c. bidang keamanan dan ketertiban.
• Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa melalui
kesepakatan musyawarah antar-Desa.
• Kerja sama antar-Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar-Desa yang dibentuk
melalui Peraturan Bersama Kepala Desa.
PT TUN PT TUN
Pasal 51 ayat 3
“Banding Adm”
P. TUN Ps. 48 jo Sema
No. 2/1991
“Keberatan”
Ps jo Sema No.
2/1991
Individu/Badan
Hukum Perdata
Ps 53 ayat 1
Pengajuan Gugatan dan
Tenggang Waktu
Gugatan permohonan yg berisi tuntutan thdp
Badan/Pejabat TUN dan diajukan kepada
pengadilan untuk mendapatan putusan (Psl. 5 UU
No 5/1986)
Isi gugatan hanya terbatas pada suatu macam
tuntutan pokok, yaitu agar keputusan TUN yg
diselengarakan batal/tidak sah.
Gugatan Sengketa TUN
HUKUM ACARA
PERDATA
32
ACARA GUGATAN
1 Acara Gugatan Voluntair – tidak dibahas
2 Acara Gugatan Contentiosa
- Sistem pemeriksaan secara Contradictoir,
Prinsip pemeriksaan due prosess of law, dihadiri kedua
belah pihak memberi kesempatan kepada tergugat untuk
membantah, juga memberi kesempatan kepada penggugat
untuk melawan bantahan tergugat Ketentuan tersebut
dapat disimpangi oleh hakim, diputuskan tanpa ada
bantahan dari tergugat, jika tergugat telah dipanggil secara
patut tidak hadir ( Pasal125 ayat (1) HIR)
- Sebaliknya hakim secara ex-offisio juga mempunyai
kewenangan untuk menggugurkan gugatan jika
penggugat tidak hadir (Pasal 124 HIR/148 RBg)
33
LANJUTAN
Asas Pemeriksaan
- Hakim mencari dan menemukan kebenaran formil dan materiil
dengan batasan tidak boleh melampoi batasan fakta
dan kebenaran yang dibuktikan para pihak.
- Hakim hanya dituntut mencari dan menemukan kebenaran
formil, tidak dituntut mencari kebenaran materiil
- Jika kebenaran hakiki tidak diketemukan maka putusan
diambil berdasarkan kebenaran formil
- Dalam pemeriksaan memberi kesempatan kepada para pihak
secara seimbang Pasal 131 ayat (1) HIR (asas audi
alteram partem), Bersikap jujur, adil dan tidak
memihak pasal 29 UU No 4 th 2004 (asas imparsialitas)
- Pasal 29 ayat (1) : pihak yang diadili mempunyai ”hak ingkar”
terhadap hakim yang mengadili perkaranya
34
PERMASALAHAN YANG SERING TIMBUL
PADA PEMERIKSAAN PERKARA GUGATAN
a. Pencabutan gugatan – berpedoman pada Pasal 272 Rv
b Perubahan gugatan – Tidak diatur dalam hukum acara, hanya berpedom-
an pada Pasal 127 Rv dan praktik peradilan berdasarkan kepentingan beracara
c Pasal 127 Rv tidak mengatur syarat formil batas waktu perubahan gugatan.
d Pedoman MA: Perubahan gugatan dapat dilakukan pada sidang pertama
yang dihadiri Tergugat . Apakah perubahan gugatan perlu persetujuan Tergugat?
Seringkali menghambat persidangan. Persetujuan Tergugat tidak merupakan
syarat formil, jadi sepenuhnya diserahkan kepada kewenangan hakim,
sepanjang tidak merubah ”materi pokok gugatan”
e Apakah perubahan gugatan dapat diajukan pada tingkat banding ?
Pasal 344 Rv : Melarang tuntutan baru pada tingkat banding, dengan kecualian
(1) uang bunga atau sewa. (2) bunga /kerugian yang diderita (3) putusan serta
merta. Apakah perubahan gugatan ini sama dengan diajukan tuntutan baru?
Dalam praktik : Dilarang mengajukan perubahan gugatan pada tingkat banding
jika mengakibatkan perubahan materi pokok perkara.
35
KUMULASI GUGATAN ATAU
PENGGABUNGAN PERKARA
Apakah dimungkinkan kumulasi gugatan atau penggabungan lebih dari satu
tuntutan hukum dalam satu gugatan?
Kumulasi gugatan tidak diatur dalam HIR/Rbg, tetapi diatur dalam Pasal
134-135 Rv
Pada umumnya suatu gugatan harus berdiri sendiri. Kumulasi gugatan
hanya dapat dimohonkan terhadap perkara yang berhubungan erat satu
sama lain dan tidak bertentangan dengan hukum acara yang berlaku
Permohonan penggabungan juga di kabulkan jika pihak2nya adalah
orang-orang yang sama, sehingga kedua gugatan tersebut dapat dituangkan
dalam 1 gugatan
Misalnya jika dalam suatu pengadilan ada 2 perkara yang saling
berhubungan dan pihaknya sama, maka salah satu pihak atau keduanya
dapat mohon agar digabungkan
Jika penggabungan tsb dimohon oleh penggugat harus diajukan dalam
surat gugatan yang kedua
Jika diajukan oleh tergugat harus diajukan dalam jawaban pertama
36
HUKUM ACARA PIDANA
SYAFRUDDIN, SH, M.HUM
Tujuan Penahanan
1. Ut kepentingan penyidikan
2. Ut kepentingan penuntutan
3. Ut kepentingan pemeriksaan di Pengadilan
Tata cara penahanan
A. Dengan surat perintah penahanan at surat
penetapan
1. Identitas tersangka at terdakwa
2. Alasan penahanan
3. Uraian singkat kejahatan
4. Tempat mana ia ditahan
B. Tembusan harus diberikan kepada keluarga
Jenis tahanan
Perbandingan :
1 : 1/3 : 1/5
Batas Waktu Penahanan
1. Batas Kewenangan Penyidik
* 20 hari
* 40 hari (izin Penuntut Umum)
2. Batas Kewenangan Penuntut Umum
* 20 hari
* 30 hari (izin Ketua Pengd Negeri)
3. Batas Kewenangan Hakim Pengadilan Negeri
* 30 hari
* 60 hari (izin Ketua Pengd Negeri)
4. Batas Kewenangan Hakim Pengd Tinggi
* 30 hari
* 60 hari (izin Ketua Pengd Tinggi)
5. Batas Kewenangan Hakim Mahkamah Agung
* 50 hari
* 60 hari (izin ketua Mahkamah Agung)
Pra-Penuntutan
Prapenuntutan: terletak antara dimulainya
penuntutan dlm arti sempit (perkara dikirim ke
PN) dan penyidikan yg dilakukan oleh penyidik.
Prapenuntutan = Penyidikan lanjutan
TERIMAKASIH