UNDANG-UNDANG
NO. 6 TAHUN 2014
TENTANG DESA
ANOTASI
UNDANG-UNDANG
NO. 6 TAHUN 2014
TENTANG DESA
ANOTASI
TENTANG DESA
Tim Penyusun:
Muhammad Yasin
Ahmad Roik
Fachurrahman
Bejo Untung
Maya Rostanty
Setyo Dwiherwanto
Iskandar Saharudin
Fitria Muslih
Penyunting:
M. Aghni Istigfar
Tugas Suprianto
Andi SP
Diterbitkan oleh:
Didukung oleh:
ii Anotasi Undang-
Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa
Kata Pengantar
Buku ini merupakan versi awal Desa dan proses pembahasannya. B tuk
klaster yang didalamnya memu
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa iii
Pengantar Direktur Eksekutif PATTIRO
Tak ada gading yang tak retak. buka dengan berbagai saran dan k perbaikan
buku ini.
Saat ini Negara telah melakuka serta memberikan mandat kewenan kepada
desa yang didahului deng penghormatan secara penuh sebaga No. 6 tahun
2014 tentang Desa.
Reaksi atas lahirnya UU Desa m kecil akademisi ada yang menilaig berbeda,
terdapat banyak sekali desa, pegiat pemberdayaan dan org besar, justru
mengapresiasi kela luar biasa. Sikap positifnya dit sosialisasi, bedah
undang-undang secara mandiri. Mereka juga deng
Saat ini UU Desa telah berusia oleh pemangku kepentingan strat yang
secara lengkap menyentuh se pembangunan, tetapi memang terke
dipahami. Diantaranya adalah yan UU Desa terhadap UU lainnya, sert
peraturan pelaksanaan, sehingga terhadap implementasi pada tahun
Mengingat Pembangunan dan Pemb Desa terus berjalan secara regul tasi
ini juga harus disebarluas tahun 2015 ini. Sehingga implem pemberdayaan
pada tahun 2016 dap dan tidak lagi menimbulkan kerag
MARWAN JAFAR
Pendahuluan
Klaster 6: Keuangan Desa dan Ase Klaster 7: Badan Usaha Milik Des
Klaster 8: Lembaga Kemasyarakata Lembaga Desa Adat dan Keten
Daftar Pustaka
Daftar Singkatan
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa ix
x Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan
Mr. R. Tresna. Peradilan di Indonesia dari Abad ke Abad. Amsterdam-Jakarta: NV. W. Versluys,
1957, hal.67-68.
HAW. Widjaja. Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulati dan Utuh. Jakarta:
RajaGraindo Persada, 2008, hal. 7.
Desa 1
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Pendahuluan
Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, de-ngan bentuk
susunan pemerintahannya ditetapkan dengan un-dang-undang, dengan
memandang dan mengingati dasar per-musyawaratan dalam sistem
pemerintahan negara, dan hak-hak asal usul dalam daerah-daerah yang
bersifat istimewa.
Sesuai amanat Pasal 18 UUD 194 beri wewenang mengatur dan mengu
2 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan
nya sendiri. Dalam pemberian wew Istanto (1971: 28) , pembuat und
bahwa untuk dapat menyelenggarak yang sebaik-baiknya pemerintah d
yang seluas3Paham-luasnyaitu.dituangkan d dang-undang yang lahir pasca
kem
Kedudukan Desa telah diatur sej lui UU No. 1 Tahun 1945 tentang kan
Komite Nasional Daerah yang m Desa misalnya pada pemungutanrooiver pa
gooningen4. Pada waktu itu ada kekhaw ri oleh Soepomo bahwa struktur p
F. Sugeng Istanto. Beberapa Segi Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam Negara
Kesatuan Indonesia. Yogyakarta: Karyaputera, 1971, hal. 28.
Tentang perkataan di lain-lain daerah jang dianggap perlu oleh Menteri Dalam Negeri. Ini tambahan
diadakan berhubung dengan perkataan mengatur rumah tangga daerahnja dalam fatsal 2. Ketika kita
merundingkan ini, kita menggam-barkan daerah tersebut, tersusun menurut faham decentralisatie
wetgeving jang dulu, dengan mempunjai harta benda dan penghasilan sendiri (eigen middelen). Dengan
kefahaman itu nistjaya sukar sekali untuk merentjanakan budgetnya, djika andaikata daerah
dibawahnya kabupaten, umpama assistenan atau Desa djuga dijadikan badan jang berautonomie
dengan mempunyai eigen middelen. Nistjaja buat ketamsilan: djika Desa telah memungaut
padjak ken-daraan dan rooiver gunningen dalam Desa itu nistjaja saja Kabupaten tidak akan
dapat memungut lagi padjak-padjak itu dari object dan subject yang sama. Dan lagi Pemerintah,
pada waktu itu (seperti jang diutjapkan oleh Menteri Kehakiman Prof. Soepomo) berkeberatan, bahwa
bangunan-bangunan (adatinsti-tuten) jang masih dihargai oleh penduduk Desa, akan dihapuskan okeh
bangunan baru ini. Maka dari sebab itu begitulah Prof. Soepomo-- Sebelumnja hal ini harus diselidiki
sedalam-dalamnja, sehingga kita dapat gambaran jang terang tentang keadaan diDesa-Desa. Baiklah
kita selidiki soal ini, djangan sampai kecepatan untuk mengatur soal ini melahirkan akibat: kekalutan.
Akan tetapi djika Rakjat memang menghendaki bangunan baru ini, maka mereka diberi kesempatan
untuk mengusulkan hal itu kepada Menteri Dlam 7 Negeri. Seperti diatas telah dite-rangkan: Desa
autonomie jang digambarkan ini berlainan dengan adatrechtelijke autonomi. (Pendjelasan UU. No 1
Tahun 1945 Bagian B huruf C)
Desa 3
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Pendahuluan
Daerah yang dapat mengatur rumah tangganya sendiri dibedakan atas daerah otonom biasa dan
daerah otonom istimewa (Pasal 3 UU No. 22 Tahun 1948 tentang Pemerintahan Daerah).
4 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan
c) Era Reformasi
R. Yando Zakaria. Abih Tandeh, Masyarakat Desa di Bawah Rejim Orde Baru. Jakarta: ELSAM,
2000.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 5
Pendahuluan
hukum adat yang hidup di Nusantara, dan karena itu dinilai ber-tentangan
dengan UUD 1945.
yang berasal dari hak asal usul. Partai Demokrat RUU Desa perlu dibahas
untuk bis ga dan Pemerintahan Desa dalam Desa.
Fraksi PKS secara khusus menye dan No. 5 Tahun 1979 yang dilahi telah
berhasil menguniformisasi menjadi seragam seluruh Indonesi sekali
kepada sistem pemerintaha dua Undang-Undang itu sistem Des
Fraksi Partai Hanura bahkan iku menPada. masa Orde Baru UU No. 5/1979
melakukan penyera-
gaman dengan model Desa administratif, yang bukan Desa oto-
8 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan
nom dan bukan Desa adat. Lebih memprihatinkan lagi, UUD 1945
amandemen kedua malah menghilangkan istilah Desa. Meskipu kata Desa
hilang, Fraksi Hanura konstitusi mengharuskan negara m kesatuan-
kesatuan masyarakat huk No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 32 nganut
rekognisi itu, tetapi Des gian (subsistem) dari pemerintah
Fraksi PPP berpendapat UU No. 5 pakan bentuk apresiasi dan pember dan
Desa, tetapi telah menjadika dari hegemoni rezim (otoritarian sinya, baik
melalui penyeragaman peniadaan partisipasi dan demokr
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 nya disebut sebagai UU Desa) yan pada
15 Januari 2014 lalu lahir
11
Lihat pendapat/pandangan mini fraksi-fraksi dalam rapat 11 Desember 2013.
Desa 9
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Pendahuluan
hun 2004 sudah tidak memadai. F disampaikan Ibnu Munzir, menyamp van
mengenai urgensi kelahiran U Partai Golkar disampaikan pada 1 intinya
menyebutPertama, tigapengaturanhal. ten dalam UU No. 32 Tahun 2004
terl banyak hal pasal-pasal tentang D lah lahir PP atau Perda yang cen si
kewenangan ke Desa bergantung PemdaKedua., UU No. 32 Tahun 2014 be
ngatur tata kewenangan antara pe Ketiga, Desain kelembagaan Pemerinta
na sebagai visi dan kebijakan u dan kesejahteraan Desa.
.......pengaturan mengenai Desa tersebut belum dapat mewadahi segala kepentingan dan
kebutuhan masyarakat Desa yang hingga saat ini sudah berjumlah sekitar 73.000 (tujuh puluh tiga
ribu) Desa dan sekitar 8.000 (delapan ribu) kelurahan. Selain itu, pelaksanaan pengaturan Desa
yang selama ini berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, terutama antara lain
menyangkut kedudukan masyarakat hukum adat, demokratisasi, keberagaman, partisipasi
masyarakat, serta kemajuan dan pemerataan pembangunan sehingga menimbulkan kesenjangan
antarwilayah, kemiskinan, dan masalah sosial budaya yang dapat mengganggu keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. (Penjelasan Umum, bagian Dasar Pemikiran UU Desa).
12 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan
Gagasan Awal
Khusus untuk RUU Desa yang diu dokumen-dokumen yang diperoleh kan
bahwa proses pembahasan pent muncul dalam rapat-rapat kerja K rintah
dalam kurun waktu 2004-20 tempuh adalah memecah UU No. 32 rintahan
Daerah menjadi tiga und lanjut kesepakatan itu, Kementer sebuah Naskah
Akademik Rancangan Desa (2011).
3. Pembahasan di DPR
Ada banyak tanggal penting yan pembahasan RUU tentang Desa. Beb jelas
berdasarkan salinan dokume adalah sebagai berikut:
Waktu
Proses/kegiatan
Aman
(Ampres)
yang menunjuk M
Negeri,
Menteri Keuangan,
13 Juni 2012 RDPU dengan sejuml Nurkholis, Prof. Sediono Prof. Robert MZ
Lawang, D Prof. Tri Ratnawati)
20 Juni 2012 RDPU dengan sejumla antara lain Sutoro Eko dan Yogyakarta), AAGN
Ari Dwi ACCESS, Combine, dan sejum
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 15
Pendahuluan
Waktu Proses/kegiatan
28 Juni 2012 RDPU dengan pakar(A Prof. Erani Yustika, Otto Amin Lasaba, dan
Husni Mua
10 Oktober 2012 RDPU dengan Forwan Karang Taruna, Akad Jatim Research
Center.
2013 hari yang sama 150 orang a Rakyat Desa Indonesia Jawa gi Pansus dan
diterima Ket
16 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan
Waktu Proses/kegiatan
2013 Paripurna DPR dan Pendapat tah. Di luar kompleks Parl Desa menggelar
demo menunt RUU Desa menjadi Undang-Un
15 Januari 2014 Presiden Susilo Ba sahkan RUU Desa menjadi UU yang sama
Menteri Hukum d Syamsudin mengundangkannya ran Negara Tahun 2014 Nomo
Selain DPR, pembahasan mengena dang tertentu juga melibatkan De Hal ini
sesuai dengan amanat ama ayat (2) yang menyatakan, Dewa membahas
Rancangan undang-undang otonomi daerah; hubungan pusat d mekaran,
dan penggabungan daerah alam dan sumber daya ekonomi la keuangan
pusat dan daerah...
Pada pembahasan RUU Desa, sejak kan tetapi DPD sempat menyampaik
dilibatkan dalam proses pembahas Tim Sinkronisasi Pansus. DPD men
Penyusunan DIM adalah bagian dari proses pembicaraan tingkat I dalam pembentukan Undang-
Undang. Kegiatan lain pada tahapan ini adalah pengantar musyawarah dan penyampaian pendapat mini
fraksi dan DPD. DIM memuat daftar inventaris masalah, usulan fraksi, dan rumusan yang disepakati.
Jumlahnya biasanya sangat banyak sehingga proses pembahasan suatu RUU menggunakan pasal- per
pasal dalam DIM akan memakan waktu yang relative lama.
Pembentukan Undang-Undang yang socially responsible di Indonesia antara lain didorong oleh Pusat
Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK). Selama ini sifat dasar proses legislasi yang dominan
lebih melihat legislasi sebagai (i) proses politikelit; (ii) proses teknokratis; atau (iii) proses politik
publik. Menurut PSHK ketiga cara pandang ini hanya merekam sebagian episode saja dari keseluruhan
proses pembentukan legislasi. Ketiga konsep ini lebih menekankan pada aspek formal procedural,
sebaliknya pembentukan Undang-Undang yang soscially responsible mengacu pada suatu proses yang
lebih luas, yakni proses kemasyarakatan (societal) yang melihat berbagai proses informal di ruang-
ruang social sama pentingnya dengan proses formal di gedung-gedung pemerintahan. Lihat Bivitri
Susanti (penyunting). Studi Tata Kelola Proses Legislasi. Jakarta: Pusat Studi Hukum dan Kebijakan
Indonesia, 2008, hal. 132.
Desa 19
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Pendahuluan
Perbesaran isu mengandung arti dang fokus pada isu-isu besar te Dalam
keseharian sering disebut kan sistemclusterkluster).Dokumen( DIM yang d
digunakan untuk penulisan anotas 2012 yang diperoleh secara resmi
Jumlah inventarisasi masalah yan 12 Desember 2012 adalah 445 DIM,
berjumlah 188, dan sisanya DIM y
Tim Peneliti PSHK. Studi Tata Kelola Proses Legislasi. Jakarta: PSHK, USAID-Democratic
Reform Support Program, 2008, hal.182
Ibid, hal. 186.
20 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan
Ini saya kira yang kami tawarkan. Kami dari Pansus sudah mencoba merancang
sedemikian rupa, ya sungguh pun kita be-lum mendengarkan ada respon
pemerintah terhadap DIM-DIM itu secara detil. Terhadap kluster ini, rapat
intern tanggal 7 De-sember yang lalu, kita sudah menyepakati. Karena itu, kami
dari Pansus ingin memberikan kesepakatan kepada Pemerintah apa-kah
pendekatan kluster yang kita lakukan itu dapat diterima di dalam rangka
memudahkan pembahasan kita di dalam proses-proses pembahasan
berikutnya?
Menurut hemat kami, pendekatan kluster ini lebih baik, karena bisa lebih cepat
pembahasannya dan lebih mudah dalam pemba-hasannya. Kemudian, dengan
pengelompokan ini bisa sekaligus diharmonisasikan antara aspek-aspek yang
terkait. Karena itu, pemerintah sudah mencoba juga mengelompokkan di sini
dan setuju tawaran yang disampaikan oleh Pansus.
Dalam Rapat Paripurna DPR 18 De kembali menyampaikan proses pemb
sebagai laporan kepada peserta R
22 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan
Pada tingkat Pansus telah dibahas Daftar Inventarisasi Masa-lah (DIM) dengan
keputusan untuk dibahas lebih lanjut dalam Tim Perumus (Timus) melalui
sistem kluster. Ketika proses pem-bahasan mulai dilakukan pada tingkat Panitia
Kerja (Panja), Panja melakukan pembahasan terhadap setiap materi muatan
yang terdapat pada setiap kluster. Sedangkan Timus dan Timsin menyelesaikan
tugasnya berdasarkan penugasan yang diberikan oleh Panja terhadap materi
substansial dan redaksional yang te-lah dihasilkan dalam rapat.
Dalam suatu RUU, secara normati dasan atau pijakan yang termuat dasan
iloso is, landasan17. sosiol
Landasan yuridis merupakan pertimbangan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk
untuk mengatasi permasalahan hokum atau mengisi kekosongan ho-kum dengan mempertimbangkan
aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hokum dan
rasa keadilan masyarakat.
Desa 23
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Pendahuluan
Bahwa dalam perjalanan blik Indonesia, Desa tela berbagai bentuk sehingga pe
berdayakan agar menjadi kua demokratis sehingga dapat m yang kuat dalam
melaksanak dan pembangunan menuju mas makmur, dan sejahtera;
Rancangan UU Desa adalah inisia jelasan pertama mengenai RUU Des 2012,
pemerintah menjelaskan lim dasi penyusunan RUU Desa. Kelima berikut:
1) Argumen Historis
sumberdaya alam dan hubungan sos fan lokal itu bertujuan menjaga tan
hubungan antarmanusia, dan a dan Tuhan.
Pemerintah berpendapat Desa seb dasan dan bagian dari tata penga nya,
dan menjadi ujung tombak da pemerintahan, pembangunan dan ke hukum
Desa juga merupakan fundam nesia, memiliki arti bahwa bangs tak di Desa.
Mengingat kompleksi berkaitan dengan Desa, maka das dibuat dengan
undang-undang ters menentukan maju mundurnya Desa, maju mundurnya
pemerintahan di a tuan sistem pemerintahan.
Pemerintah percaya, Negara Kes akan menjadi lebih kuat jika dit serta
kemandirian lokal, yakni dan lokal yang menghormati pus Desa marjinal
dan tergantung, ju pemerintah dan melumpuhkan fonda
3) Argumen Yuridis
norma dasar yang dapat dijadikan yaitu (a) norma dasar pemahaman lam
konteks pemerintahan daerah Pasal 18 ayat (7); dan (b) norma terhadap
Desa dalam konteks kesa sebagaimana diatur dalam Pasal 1
Dalam konteks Pasal 18 ayat (7 Desa mempunyai satu kesatuan den Dalam
konteks Pasal 18B, makna k adat adalah Desa atau dengan seb ta hak-hak
tradisionalnya.
Dalam proses pembahasan kedua sional, Pasal 18 ayat (7) dan Pa pat.
Penjelasan Umum menyebutkan dengan susunan dan penyelenggar setelah
amandemen pengaturan des merujuk pada Pasal 18 ayat (7) U Susunan
dan tata cara penyeleng diatur dengan Undang-Undang. Ru bentuk
Undang-Undang bahwa UUD 1 nan adanyapemerisusuntahan dalam sist
Indonesia.
4) Argumen Sosiologis
Paradigma pembangunan dari baw merintah menjadi salah satu upay sial
karena sebagian besar pendu Pengaturan tentang Desa dimaksud
masalahan sosial, budaya, ekonom kan basis penghidupankatDesa
masyaradanmemper sebagai entitas masyarakat paguy Selain itu,
pengaturan tentang D mempersiapkan Desa merespon pros dan
demokratisasi yang terus ber
Argumen Psikopolitik
Dalam proses pembahasan DIM tel rubahan redaksional berkat usula sisi
jumlah, Fraksi PPP mengusul kan menjadi lima poin (d dan f).
Dari sisi substansi, ada juga Fraksi PDIP misalnya meminta aga ngan
peraturan pelaksanaan Pasal ada sebelumnya seperti UU No. 13 mewaan
Daerah Istimewa Yogyakarta agar UU Desa bisa mengakhiri amb komunitas
yang memiliki hak asal komunitasnya sendiri, dengan Des dalam sistem
pemerintahan di dae
Rumusan awal
Usulan PDIP
Rumusan
UU Desa
Ketentuan Penutup adalah bab te Undang. Kalau tak ada bab, dibua tentuan
penutup memuat ketentuan
Pasal 116
Penetapan Desa dan Desa adat s ayat (2) paling lambat 1 (satu) t diundangkan.
Penjelasan
Ayat(2)
sebelum undang-undang ini, yang diakui adalah Desa. Oleh sebab itu, dengan
berlakunya undang-undang ini diberikan kewenangan kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota untuk menata kembali status Desa menjadi Desa atau Desa adat
dengan ketentuan tidak boleh menambah jumlah Desa.
Pasal 117
Penjelasan
Cukup jelas
Masa jabatan Kepala Desa yan tetap berlaku sampai habis masa
Anggota BPD yang menjabat pad tap menjabat hingga masa jabata
32 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan
Perangkat Desa yang tidak be kan tugas sampai habis masa jab
Patut dicatat bahwa hanya satu per yang secara tegas atau eksplisit d berlaku, yaitu
Pasal 200-216 Undan tentang Pemerintahan Daerah. Pasal Desa. Bagaimana
dengan peraturan pe sudah ada sebelumnya? Ada dua jawab Penutup, yaitu (i)
kewajibanku menyes sepanjang tidak bertentangan dengan
Pasal 119
Pasal 120
Semua peraturan pelaksanaan tentang Desa yang selama ini ada tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan un-dang-undang ini;
Dalam konteks itu, pembentuk U kan amanat pada beberapa poin pe jut
dalam Peraturan pemerintah (
Pasal
31
ayat
(3) Tata Cara Pemilihan K
40
ayat
(4)
Pemberhentian
Kepala
47
ayat
(6)
Musyawarah Desa
49
ayat
(2) Perangkat Desa
yang a
53
ayat
(4)
Pemberhentian
Perangk
66
ayat
(5)
Besaran Penghasilan T
Desa
75
ayat
(3)
Keuangan Desa
77
ayat
(3)
Tata Cara Pengelolaan
79
ayat
(5) RPJM Desa dan
Rencana
118 ayat (6)
Penempatan Perangkat
Dalam praktiknya, pemerintah t
Desa 35
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Pendahuluan
Pola yang sama ditempuh pemerintah dalam mengatur lebih lanjut UU Pelayanan Publik, UU
Administrasi Kependudukan, dan UU Keterbukaan Informasi Publik.
36 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Kedudukan dan Kewenangan Desa
Pendahuluan
Pembahasan tentang Desa tidak ses reformasi yang bergulir seja dap
Pemerintahan Orde Baru yang di awal era reformasi melahirkan
terciptanya desentralisasi secar berikan otonomi lebih luas untuk diri, alih-
alih hanya sebagai pe pusat. Hal ini dilakukan melalui 22 Tahun 1999
tentang Pemerintah kan UU No. 5 Tahun 1974 tentang di Daerah. Selain
mengatur tenta an daerah, UU No. 22/1999 ini j banyak terhadap tata
kelola peme beri keleluasaan untuk mengatur mengembangkan proses
demokratisa
Namun demikian, UU No. 22/1999 jelas posisi Desa dalam relasiny yakni
pemerintah kabupaten/kota. mengatur tentang kewenangan Desa
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 37
Klaster 1
Lalu, bagaimana posisi Desa dal menurut UU No. 6 Tahun 2014 tent tah
Desa tidak lagi menjadi bagi han kabupaten/kota, sehingga mem daripada
sekadar perpanjangan ta kota? Untuk mencari jawaban terh pada
pembahasan ini, akan ditel Desa yang mengatur kedudukan (da Desa,
tujuan pengaturan tentang tentang Desa.
1.2.1 Pengantar
1.2.2 Pasal
Pasal 5
Penjelasan
Desa dengan redaksi (1) Negara Desa atau yang disebut namai-lain mana
dimaksud pada ayat (1) bera ten/Kota.
Dalam RUU yang dirumuskan Peme kan bagian khusus tentang Kedud
mencantumkan klausul yang berbun kota dibentuk desa yang pengelol
Ketentuan ini dicantumkan dalam dari Ketentuan Umum. Menteri Dal
dalam rapat kerja dengan Pansus menyatakan bahwa secara umum pe
mencakup enam hal yang salah sat Menurut Gamawan, desamerupakan b
kan dariem pemerintahansistdaerahdan nasional dalam RUU
inilocaladalah-selfcommunity,sebayangaidimak nai bahwa semua
pelaksanaan tuga masyarakat. Dari sini dapat dima tah menyadari betul
tentang pent desa. Rumusan kedudukan desa seb rang ini merupakan hasil
dari ke (Timus) tanggal 28 Juni 2013.
Gambaran tentang kedudukan des kan dalam UU lain, yaitu UU No. Negara.
Pada Bab II (Pembagian W dinyatakan, Negara Kesatuan Repu daerah
provinsi yang kemudian di dan kota. Daerah kabupaten dan k kecamatan
dibagi atas kelurahan jatinya menekankan pada hal pemb
Dalam pembahasan RUU Desa, terkait dengan kedudukan Desa antara Delegasi
Pemerintah dan Pansus RUU Desa, ada hal fun-damental terkait pembahasan ini
yang diawali oleh pertanyaan dari Ketua Pansus RUU Desa Bapak Ahmad Muqowam,
menanya-kan pada Delegasi Pemerintah. Jadi tolong pemerintah jelaskan ke kami
tentang kedudukan desa di hadapan Negara, dalam hal ini dihadapan Pemerintah!.
Dari pertanyaan itulah muncul per-debatan panjang tentang kedudukan desa. Ada
dua Pasal UUD 1945 yang menjadi pangkal perdebatan berkaitan dengan kedu-
dukan desa yaitu: pasal 18 ayat 7 Susunan dan tata cara penye-lenggaraan
pemerintah daerah diatur dalam undang-undang dan ini yang diusung di dalam
Ampres (Amanat Presiden) RUU Desa yang diajukan Pemerintah kepada DPR RI, dan
pasal 18 b ayat 2, Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya dan se-panjang masih
hidup dan sesuai dengan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia. yang diatur di dalam un-dang-undang.
Pansus RUU Desa meminta Pasal 18B ayat (2) diutamakan, se-dangkan Delegasi
Pemerintah meminta Pasal 18 ayat 7 didahu-lukan. Jika Pasal 18B ayat (2)
didahulukan maka bobot desa se-bagai komunitas akan lebih dominan,
sebaliknya jika Pasal 18
Desa 41
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 1
Jika merunut pada proses pemba ngacu pada UU Pemerintahan Daera desa
sebelumnya, kedudukan Desa Kedudukan Desa merupakan gagasan ngan
adanya klausul ini, maka me terhadap pemerintahan di atasnya
1.2.4 Tanggapan
Bito Wikantosa, Narasumber Expert Meeting Anotasi UU Desa, 7 Mei 2015 di Kantor PATTIRO,
Jakarta.
42 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 1
Ibid
DasarPemikiran: Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
Desa 43
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 1
1.3.1 Pengantar
Desa, atau sebutan lain yang s sia, pada awalnya merupakan orga
mempunyai batas-batas wilayah, d duk, dan mempunyai adat-istiadat diri
disebutself-governingdengancommunity.4Dilihat dari peran dan fungsinya,
Desa bisa d nisPertama. , Desaself Adatgoverning community(). Desa je ini
adalah embrio (cikal-bakal) suku (genealogis) dan mempunyai ki otonomi
asli, struktur/sistem kum adat, dan menghidupi masyara
1.3.2 Pasal
Pasal 6
Desa terdiri atas Desa dan Desa Adat Penyebutan Desa atau Desa Adat1) sebag
disesuaikan dengan penyebutan yang b
4
Makalah Sutoro Eko: Kedudukan dan Kewenangan Desa
Penjelasan
Bagi yang sudah terjadi tumpang tin dalam 1 (satu) wilayah, harusai dipi dengan
ketentuan Undang-Undang ini.
Pada Rapat kerja terbuka tangga Pansus RUU Desa DPR, DPD dan Pem
menyepakati pembahasan Bab II ma
Lalu yang kedua adalah cluster penataan desa, kewenangan desa, hak dan
kewajiban masyarakat dan desa. Itu memuat Bab I, Bab II, Bab III dan Bab IV. Ada di
situ adalah penjelasannya substansi di penataan desa bisa dibahas bersama dengan
substansi kewenang-an desa, serta hak dan kewajiban masyarakat desa, karena
pasal yang mengatur terkait kewenangan desa serta hak dan kewajiban masyarakat
dan desa hanya sedikit, sehingga pembahasannya bisa digabung di dalam cluster
dua ini.
Dalam Rapat Kerja Pansus RUU D Anang Prihantono (DPD) mengusulk yang
menjadi cikal bakal dalam u
DPD RI mengambil posisi pada opsi yang kedua daripada opsi pertama. DPD
mengusulkan dua tipe desa yang didasarkan pada kuat-lemahnya pengaruh adat,
yakni Desa dan Desa Adat. Desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut desa adat, adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang me-
Desa 45
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 1
Perbedaan mendasar antara desa dan desa adat terletak pada asas pengaturan,
kewenangan serta bentuk dan susunan peme-rintahan. Kedua tipe sama-sama
memiliki otonomi, tetapi ada kesamaan dan perbedaannya:
Desa adat adalah desa yang masih memperoleh pengaruh adat secara kuat,
sementara pengaruh adat dalam desa rela-tif lemah.
Desa adat dan desa sama-sama memiliki hak kewenangan asal-usul, tetapi asal-
usul dalam desa adat lebih dominan di-bandingkan di desa.
usulan Fraksi PKS. Dalam usulann Jenis Desa terdiri atas Desa dan jalankan
urusan tugas pembantuan Daerah, sedangkan Desa Adat menj masyarakat
setempat berdasarkan
1.3.4 Tanggapan
Walaupun banyak istilah yang d tian desa namun dalam UU Desa, j ada dua
tipe desa yaitu: Desa da bahwa penyebutan Desa Adat dises yang berlaku di
daerah setempat.
Pengantar
Sedangkan pembagian urusan pem saat ini, dan relasinya dengan k dalam
UU No. 23/2014 tentang Pe menyatakan bahwa urusan pemerin yakni
urusan absolut, urusan kon han umum. Urusan absolut adalah kewenangan
Pemerintah Pusat; uru pemerintah pusat yang dapat dili Daerah; dan
urusan pemerintahan dijalankan kewenangannya oleh Pr bagian urusan ini,
Desa dapat m yang dijalankan oleh Pemerintah gubernur jika yang
memberikan tu vinsi dan peraturan bupati/walik gas adalah pemerintah
kabupaten/
1.4.2 Pasal
Pasal 18
Penjelasan
Yang dimaksud dengan hak asal usul dan adatistiadatDesa adalah hak yang
masih hidup dan sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 19
Penjelasan
Huruf:Yang dimaksud dengan hak asal merupakan warisan yang masih Desa
atau prakarsa masyarakat perkembangan kehidupan masyarak organisasi
masyarakat adat, ke hukum adat, tanah kas Desa, se kehidupan masyarakat Desa.
Pasal 20
Penjelasan
Cukup Jelas
Pasal 21
Pelaksanaan kewenangan yang ditug kewenangan tugas lain dari Pemeri Provinsi,
atau Pemerintah Daerah K dimaksud dalam Pasal 19 huruf c dan
Penjelasan
Cukup Jelas
Pasal 22
Ayat (1)
Penugasan dari
Pemerintah dan/atau
Desa meliputi
penyelenggaraan
Peme
Pembangunan
Desa, pembinaan
kemas
Ayat (2)
Penjelasan
Menurut RUU Pemerintah, kewena hal, yakni (1) kewenangan yang s usul
Desa dan kewenangan lokal b bupaten/kota. Terhadap kewenanga tur dan
mengurusnya; dan (2) kew Pemerintah Provinsi dan Kabupate
laksanaannya kepada desa sebagai Desa sebagai Penyelenggara Pemer
lainnya yang ditetapkan dengan pe Terhadap pelaksanaan kewenangan
kewenangan mengurus atau melaksa ayaan yang timbul dalam pelaksa
menjadi beban bagi pihak yang me
Fraksi PKB juga tidak sepakat terkait dengan kewenangan Pemer Provinsi
atau Kabupaten/Kota yan nurut Fraksi PKB, kewenangan Pem
Kabupaten/Kota yang dilimpahkan Desa bukanlah kewenangan karena
melaksanakan saja, tidak bersifa klausul ini dihapus, sehingga ke nangan
asal usul dan kewenangan
1.4.4 Tanggapan
Tujuan pengaturan kewenangan d pada asas rekognisi dan asas sub paian
kemandirian desa agar masy pembangunan. Selain itu diharapk perbaikan
pelayanan publik dan p syarakat.
(a) dan (b). Dalam bagian ini ta nangan untuk menyelenggarakan p hanya
kewenangan berdasarkan hak lokal berskala Desa yang dimilik sanaan
kewenangan berdasarkan pa tah dan/atau Pemerintah Daerah y (lihat
pasal 22). Selain dalam h han desa, kewenangan yang bersif dalam hal
pelaksanaan pembanguna syarakatan desa, dan pemberdayaa kewenangan-
kewenangan ini, Desa mengatur (membuat regulasi), tet mana dinyatakan
pada bagian terd pelimpahan kewenangan dari Pemer rah kepada Desa
juga dimandatkan tang Pemerintahan Daerah.
Peran regulator. Hal ini menc tertib yang dibutuhkan masyarak yang
mengatur dunia bisnis yang tasi aktivitas bisnis dan hak-h
juan yang diatur dalam Undang-Un enam peran atau fungsi derivatif
1.5.1 Pengantar
Asas merupakan dasar atau sesua berpikir, berpendapat dan bertind desa
memiliki 13 prinsip yang me para pemangku kepentingan dalam desa.
Prinsip-prinsip pengaturan dapat tercapai tujuan dari terbi
1.5.2 Pasal
Pasal 3
rekognisi;
subsidiaritas;
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 59
Klaster 1
keberagaman;
kebersamaan;
kegotongroyongan;
kekeluargaan;
musyawarah;
demokrasi;
kemandirian;
partisipasi;
kesetaraan;
pemberdayaan; dan
keberlanjutan.
Penjelasan
kebersamaan, yaitu semangat unt sama dengan prinsip saling mengha tingkat
desa dan unsur masyarakat
kegotongroyongan, yaitu kebiasa untuk membangun Desa;
demokrasi, yaitu sistem pengor dalam suatu sistem pemerintahan y rakat desa
atau dengan persetuju keluhuran harkat dan martabat manu Yang Maha Esa
diakui, ditata, dan
kemandirian, yaitu suatu proses tah Desa dan masyarakat Desa untu dalam rangka
memenuhi kebutuhanny sendiri;
pemberdayaan, yaitu upaya menin sejahteraan masyarakat desa melal gram, dan
kegiatan yang sesuai den ritas kebutuhan masyarakat desa;
Asas pengaturan desa secara ek lam RUU Desa yang diusulkan Peme
mudian dicermati oleh DPD RI dal RUU Desa usulan Pemerintah tida kan
tentang asas pengaturan desa penentuan kedudukan, kewenangan, dan
selanjutnya, meskipun dalam butir a) maupun Batang Tubuh (li ngakui dan
menghormati tetapi a ungkap juru bicara DPD RI, Anang
Fraksi PKS sebagaimana disampai kan bagian baru yang mengatur te nurut
PKS, asas pengaturan Desa subsidiaritas, keberagaman, kema si,
pemberdayaan, serta kesejaht
1.5.4 Tanggapan
1.6.1 Pengantar
patannya tidak pada bagian khusu dari Bab tentang Ketentuan Umum.
Ketentuan tentang tujuan pengat si Desa dalam kerangka NKRI serta fungsi
Desa dalam mengelola desa desa dan memberikan pelayanan bag painya
cita-cita bersama mewujudk Dengan terbitnya UU ini, pemerin desa tidak
akan terlepas dari tu dikannya dasar dalam melaksanakan
1.6.2 Pasal
Pasal 4
memberikan kejelasan status- dan lam sistem ketatanegaraan Republi kan keadilan
bagi seluruh rakyat I
Penjelasan
Cukup jelas
1.6.4 Tanggapan
berikan pengakuan dan penghormat desa, serta adat istiadat yang b dang
ini juga memberikan peluang raan masyarakat di desa karena m rakat
dalam turut terlibat dalam bangunan desa. Posisi Desa juga ini juga
bertujuan untuk memperk subyek pembangunan.
1.7 Penutup
Isu-isu krusial pada setiap tem disini menjadi topik yang bisa d
memperkuat substansi dari pembah
Pendahuluan
Penataan Desa
Penataan Desa dalam UU Desa ini Dari 11 pasal yang ada, penataan di
beberapa sub tema yang terdir gai Subyek Penataan Desa; (2) Ev Desa; (3)
Tujuan Penataan Desa; Desa; (5) Prasyarat dalam Penata Penataan Desa.
2.2.1 Pengantar
Penataan Desa
2.2.2 Pasal
Pasal 7
Penjelasan
Cukup jelas.
Penataan Desa
2.2.4 Tanggapan
Pemerintah memang memiliki otor nataan desa. Namun demikian, kar kan
kata dapat maka otoritas t tetapi bersyarat. Ketentuan tent diuraikan
pada Pasal 8-12.
2.3.1 Pengantar
Pengaturan tentang evaluasi pe desa ini merupakan hal baru jik yang
pernah ada sebelumnya. Bahk pada bagian yang mengatur tentan
mencantumkan pasalevaluakhususi dalamtentanp
72 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2
Penataan Desa
2.3.2 Pasal
Pasal 7
Penjelasan
Cukup jelas.
Rancangan UU yang disusun oleh tumkan klausul ini. Rumusan ini si-fraksi
di DPR dalam DIM-nya.
RUU yang dibahas hingga rapat Ti kipun tidak ada catatan argument
tersebut.
2.3.4 Tanggapan
Klausul ini tidak secara spesi memiliki kewenangan untuk melaku kian,
dalam rumusannya, klausul 7 ayat (1) , dimana pada pasal d tentang pelaku
penataan desa yai
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 73
Klaster 2
Penataan Desa
Sebagai sebuah norma yang telah kumen hasil evaluasi semestinya pisah
dengan dokumen yang sah te Pemerintah kabupaten/kota yang desa
hendaknya melampirkan dokum rancangan Perda yang dirumuskan. tas,
dokumen hasil evaluasi ters mudah diakses oleh masyarakat.
2.4.1 Pengantar
Tujuan penataan desa masih menj sal pembuka pada bagian Penataan
dalam proses penataan desa, sehi nanti, penataan desa semestinya hal-hal
sebagaimana dicantumkan d
74 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2
Penataan Desa
2.4.1 Pasal
Pasal 7
Penjelasan
Cukup jelas.
Tujuan penataan desa secara s Menteri Dalam Negeri pada rapat April
2012, dimana disebutkan ba mempercepat peningkatan kesejaht katan
kualitas pelayanan publik kelola pemerintahan dan meningka
Pada RUU Pemerintah, tujuan pe pada bagian awal Bab. RUU Pemeri dua
ayat, dimana dinyatakan seba
Desa 75
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 2
Penataan Desa
mempercepat peningkatan ku
2.4.4 Tanggapan
Penataan Desa
Dapat dilihat pada Laporan Studi Evaluasi Dampak Pemekaran Daerah, 2001-2007, yang
dilakukan oleh Bappenas bekerjasama dengan UNDP pada tahun 2008.
Desa 77
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 2
Penataan Desa
2.5.1 Pengantar
2.5.2 Pasal
Pasal 7
pembentukan;
penghapusan;
penggabungan;
perubahan status; dan
penetapan Desa.
Penataan Desa
Penjelasan
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan perubahan status adalah perubahan dari Desa menjadi
kelurahan dan perubahan kelurahan menjadi Desa serta perubahan Desa Adat
menjadi Desa.
Huruf e
Pemerintah melalui Menteri Dala dengan Pansus DPR pada 4 April 2 takan
bahwa penataan desa merupa pemekaran dan perubahan status k
Dalam RUU Desa yang diusulkan, kan bahwa ruang lingkup penataan tukan
desa; (b) penghapusan desa perubahan status desa; dan (e) p
Terhadap rumusan Pemerintah te gaimana tercantum dalam DIM berp desa
harus dibagi menjadi Desa d
Desa 79
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 2
Penataan Desa
desa adat;
desa otonom;
desa administratif.
Penataan Desa
pembentukan;
penghapusan;
penggabungan; dan
perubahan status.
2.5.4 Tanggapan
Ciri khusus yang membedakan rua pada UU Desa dan UU sebelumnya
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 81
Klaster 2
Penataan Desa
22/1999 dan UU No. 32/2004) adal tang penataan desa adat (poin d desa
adat dalam bagian penataan ini konsisten untuk mengakui ke adat yang
selama ini ada.
2.6.1 Pengantar
Uraian tentang persyaratan pen akan disampaikan per poin. Namun uraian
ini sedikit berbeda denga lam ruang lingkup penataan desa pasal 7 ayat (4).
Mengacu padag pa persyaratan penataan desa (Pasal-uraikan meliputi: (a)
pembentuka di kawasan yang bersifat khusus Desa; dan (d) penggabungan
Desa; rubahan status dalam poin ini te Desa menjadi kelurahan atau seba
status Desa Adat menjadi Desada tid bagian ini juga tidak ada rincia
sebagaimana dimaksud pada pasal 7
Penataan Desa
2.6.2.1 Pengantar
2.6.2.2 Pasal
Pasal 8
Penataan Desa
wilayah Nusa Tenggara Barat ribu lima ratus) jiwa atau 500 arga;
wilayah Kalimantan Timur, tan Tengah, dan Kalimantan Uta (seribu lima
ra(tus)iga jiwaratus)ataukep luarga;
wilayah Nusa Tenggara Timu ra paling sedikit 1.000 (seri tus) kepala keluarga;
dan
wilayah Papua dan Papua Bar ratus) jiwa atau 100 (seratus)
Penataan Desa
Dalam wilayah Desa dibentuk dus nama lain yang disesuaikan dengan nilai sosial
budaya masyarakat De
Penjelasan
Ayat (1)
penggabungan bagian Desa dari Desa yang bersanding menjadi 1 (satu) Desa; atau
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 85
Klaster 2
Penataan Desa
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Penataan Desa
Mengacu pada catatan DIM, pada pakat dengan rumusan ini. Namun
Klausul pada ayat (2) UU tidak diusulkan oleh Pemerintah. Namun kan
adanya tambahan pertimbangan yaitu kondisi lingkungan, geogra pada ayat
3 ini juga hampir sama kan oleh Pemerintah, kecuali ha dengan jumlah
penduduk sebagaima Terkait dengan persyaratan jumla kan desa,
Pemerintah mengusulkan
Penataan Desa
kati hingga rapat Timus 3 Oktobe berubah sesuai dengan rumusan pa pun
juga tidak ada catatan mengen
Ayat (3) huruf c hingga g dala musan usulan Pemerintah. Tambaha hasil
penyerapan dari usulan dar kan oleh FPKB adalah, Tersedian untuk
penghasilan tetap dan tunj Pemerintahan Desa yang dialokasi patan dan
Belanja Kabupaten/Kota kan dan disepakati pada rapat Ti
Ayat (4) juga tidak ada peruba sulkan oleh Pemerintah. Yang cu adalah
rumusan pada ayat 5 hingg dalam RUU usulan Pemerintah. Dal dak
mencantumkan ketentuan ini. mengatur tentang desa persiapan secara
permanen. Rumusan baru mu pada 5 September 2013, dan masih kata
persiapan masih belum dis aian lebih lanjut. Jika memperha desa
persiapan ini hampir sama d lam proses pemekaran daerah.
2.6.2.4 Tanggapan
Pasal 8 (1): Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf a merupakan
tindakan mengadakan Desa baru di luar Desa yang ada.
88 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2
Penataan Desa
Misalnya Desa A dan Desa B aka yang dimaksud sebagai desa induk lalu apa
kriterianya suatu ndesa- d duk?, jika kemudian Desa A dan D C, menurut
ketentuan ini Desa C
Pasal 5: Desa berkedudukan di wilayah Kabupaten/Kota. Pasal 6: (1) Desa terdiri atas Desa dan
Desa Adat.
Pasal 7: (1) Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dapat melakukan penataan Desa.
Penataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan hasil evaluasi tingkat perkembangan
Pemerintahan Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penataan Desa
kan menjadi Desa, tetapi harus m dahulu. Pada saat Desa C masih m status
Desa A dan Desa B masih t dihapus? Diperlukan ketentuan le dalam
implementasinya kemudian.
2.6.3.1 Pengantar
Pasal 13 ini tidak menjelaskan untuk membentuk desa yang berada khusus
dan strategis, maka pers desa di kawasan yang bersifat khu dimaksud pada
pasal 13 ini menga mengatur persyaratan pembentukan
2.6.3.2 Pasal
Pasal 13
Penjelasan
Penataan Desa
Yang dimaksud dengan kawasan yang bersifat khusus dan strategis seperti kawasan
terluar dalam wilayah perbatasan antarnegara, program transmigrasi, dan program
lain yang dianggap strategis.
Klausul ini terdapat dalam RUU merintah. Sebagian besar fraksi Hanya
FPPP yang mengusulkan perl tukan desa yang diprakarsai oleh gaimana
dimaksud adalah: a) adan masyarakat; b) masyarakat mengaj Kepala Desa
untuk disetujui dala masyarakat yang telah disetujui kan oleh Kepala Desa
kepada Peme kota melalui Camat; d) Pemerint mengadakan pengkajian dan
analis pembentukan Desa sebagaimana dim Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota jian dan analisis sebagaimana di jukan Rancangan
Peraturan Daerah Kepada DPRD Kabupaten/Kota guna bersama.
2.6.3.4 Tanggapan
Penataan Desa
tang mekanisme pembentukan desa Oleh karena itu, tidak jelas pu sebagai
acuan penetapannya. Jika pembentukan desa ditetapkan deng Ketiadaan
aturan tentang mekanis memberikan diskresi bagi pemerin
Diskresi tersebut makin luas s batasan yang jelas tentang apa y bersifat
khusus dan strategis b merintah dapat memberikan penafs kawasan yang
bersifat khusus dan gian penjelasan klausul ini han batasan.
Penataan Desa
2.6.4.2 Pasal
Pasal 9
Penjelasan
Yang dimaksud dengan program nasional yang strategis adalah antara lain
program pembuatan waduk atau bendungan yang meliputi seluruh wilayah Desa.
Pasal 8 ayat (3) Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat:
batas usia Desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung sejak pembentukan;
jumlah penduduk, yaitu: (1) wilayah Jawa paling sedikit 6.000 (enam ribu) jiwa atau 1.200 (seribu dua
ratus) kepala keluarga; (2) wilayah Bali paling sedikit 5.000 (lima ribu) jiwa atau 1.000 (seribu) kepala
keluarga; (3) wilayah Sumate-ra paling sedikit 4.000 (empat ribu) jiwa atau 800 (delapan ratus) kepala
keluar-ga; (4) wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara paling sedikit 3.000 (tiga ribu) jiwa atau
600 (enam ratus) kepala keluarga; (5) wilayah Nusa Tenggara Barat paling sedikit 2.500 (dua ribu lima
ratus) jiwa atau 500 (lima ratus) kepa-la keluarga; (6) wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Kalimantan Selatan paling sedikit 2.000 (dua ribu) jiwa atau 400
(empat ratus) kepala keluarga; (7) wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
dan Kalimantan Utara paling sedikit 1.500 (seribu lima ratus) jiwa atau 300 (tiga ratus) kepala keluarga;
(8) wilayah Nusa Ten-ggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara paling sedikit 1.000 (seribu) jiwa atau
200 (dua ratus) kepala keluarga; dan 9) wilayah Papua dan Papua Barat paling sedikit 500 (lima ratus)
jiwa atau 100 (seratus) kepala keluarga.
Desa 93
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 2
Penataan Desa
Dengan rumusan sebagaimana yan maka klausul ini tidak dapat dij status
desa yang telah ada sebel menuhi persyaratan pembentukan d ini, maka
desa hanya dapat dihap atau dua dari hal sebagaimana di
2.6.4.4 Tanggapan
sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat sesuai dengan adat
istiadat Desa;
memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
ekonomi pendukung;
batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta Desa yang telah ditetapkan dalam
peraturan Bupati/ Walikota;
sarana dan prasarana bagi Pemerintahan Desa dan pelayanan publik; dan h. tersedianya dana
operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan lainnya bagi perangkat Pemerintah Desa sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
94 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2
Penataan Desa
desa. Misalnya, desa yang terendam a rena tsunami. Namun desa yang ter
nah longsor atautidakbanjirsetabandangmerta d sepanjang desa tersebut
dapat dir
Mengacu pada pasal 8 ayat 1, p kan bagian dari pembentukan desa. an desa
diatur khusus dalam pasa persyaratan sebagaimana dimaksud pada
persyaratan sebagaimana din
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 95
Klaster 2
Penataan Desa
2.6.5.2 Pasal
Pasal 10
Dua Desa atau lebih yang berbatasan baru berdasarkan kesepakatan Desa
memperhatikan persyaratan yang di Undang ini.
Penjelasan
Cukup jelas.
Penataan Desa
2.6.5.4 Tanggapan
Penataan Desa
Pengaturan tentang perubahan s yaitu: (1) perubahan status desa dan (2)
perubahan kelurahan menj nisme penetapannya, sebagaimana kan dengan
Perda Kabupaten/Kota.
2.6.6.2 Pasal
Pasal 11
Desa dapat berubah status men prakarsa Pemerintah Desa dan Bada melalui
Musyawarah Desa dengan me pendapat masyarakat Desa.
Penjelasan
Penataan Desa
Pasal 12
Kelurahan yang berubah status sarana menjadi milik Desa dan di sangkutan untuk
kepentingan masya
Pendanaan perubahan status kel sud pada ayat (1) dibebankan pada Belanja
Daerah Kabupaten/Kota.
Penjelasan
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Mengacu pada RUU yang diajukan sud dengan perubahan status adal
kelurahan, sedangkan perubahan k but sebagai penyesuaian kelurah
Terhadap perubahan desa menjadi merintah mengajukan syarat sebag
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 99
Klaster 2
Penataan Desa
jumlah penduduk:
Penataan Desa
Oleh sebab itu kami mohon kiran sajalah, karena pemahaman pertan nya ini
seolah-olah bukan kegiat dia bakulan, komoditi pertanian, nanas menjadi
dodol, bukankah it
Ketika kemudian akan menjadi k bahwa minimal mereka sudah tidak tani atau
buruh tani atau apapun menjadi kelurahan, sehingga itu administratif dan
seterusnya. Ol tuk pembentukan desa, saya pikir kami usulkan untuk sekurang-
kura mata pencaharian pertanian.
Penataan Desa
2.6.6.4 Tanggapan
Penataan Desa
2.7.1 Pengantar
Penataan Desa
2.7.2 Pasal
Pasal 14
Penjelasan
Cukup jelas.
Pasal 15
Penjelasan
Cukup Jelas
Pasal 16
Penataan Desa
Dalam hal Gubernur menolak mem dap Rancangan Peraturan Daerah se ayat (1),
Rancangan Peraturan Dae sahkan dan tidakkembdapatli daldiajukmwanktu
tahun setelah penolakan oleh Gube
Dalam hal Gubernur tidak membe memberikan penolakan terhadap Ran yang
dimaksud dalam Pasal 15 dal mana dimaksud pada ayat (1), Bupa sahkan
Rancangan Peraturan Daerah daerah mengundangkannya dalam Lem
Dalam hal Bupati/Walikota tida raturan Daerah yang telah disetuj Peraturan
Daerah tersebut dalam j hari setelah tanggal persetujuan dengan sendirinya.
Penjelasan
Cukup jelas
Pasal 17
Penataan Desa
Penjelasan
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pembuatan peta batas wilayah Desa harus menyertakan instansi teknis terkait.
2.7.4 Tanggapan
Penataan Desa
tah pusat. Jika mengacu pada kla desa akan terkoordinasikan antar rah,
baik terkait dengan prosedu jalankan sebelumnya, sebagaimana mendagri,
proses pemekaran desa terkendali. Pemerintah daerah ti pemekaran
kepada Kemendagri, se mengetahui data desa yang dimeka karan juga tidak
mendapatkan
7
. kod
Penutup
UU Desa telah mengatur secara Bab III yang berjumlah 11 pasal rapa tema
dan sub tema yang terdi Subyek Penataan Desa; 2) Evaluas 3) Tujuan
Penataan Desa; 4) Ruan Prasyarat dalam Penataan Desa; d Desa.
Pengaturan ini telah memp pembangunan, dimana desa pemerin dengan
masyarakat diharapkan ban bagi masyarakatnya.
Proses penataan desa harus berd dilakukan oleh pemerintah diata dalam
rumusan pasal 7 ayat (1) . sebagai landasan dalam melakukan ti,: (a)
pembentukan desa; (b) P yang bersifat khusus dan strateg
http://old.setkab.go.id/berita-5485-hingga-oktober-2014-pemerintah-stop-pemekaran-desa-
kelurahan-dan-kecamatan.html diakses pada 28 Maret 2015
Desa 107
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 2
Penataan Desa
Pendahuluan
nya membuat desa tidak mandiri. tah dan DPR berupaya mengembalik
pengakuan terhadap Desa berdasar Desa (UU No. 6 Tahun 2014), mate
terutama diatur pada pasal 23-66
3.2.1 Pengantar
1
Bhenyamin Hossein. Op.cit.
110 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
3.2.2 Pasal
Pasal 1 angka 2
Penjelasan
Cukup jelas
Pasal 1 angka 3
Pemerintah Desa adalah Kepala Desa nama lain dibantu Perangkat Desa s
pemerintahan desa.
Penjelasan
Cukup jelas
Pasal 23
Penjelasan
Cukup jelas
Kepastian hukum;
Tertib penyelenggaraan pemerinta
Keterbukaan;
Proporsionalitas
Profesionalitas
Akuntabilitas
Kearifan lokal;
Keberagaman; dan
Partisipatif.
Penjelasan
Pasal 25
Pemerintah desa sebagaimana dimaks Kepala Desaatau yang disebut dengan oleh
perangkat desa atau yang diseb
Penjelasan
Penyebutan nama lain untuk Kepala Desa dan perangkat desa dapat menggunakan
penyebutan di daerah masing-masing.
Pemerintahan desa menjadi sala perhatian utama bagi DPR/DPD saa mini
atas naskah RUU tentang De pembahasan bersama, pertanyaan p oleh
Ketua Pansus RUU Desa kepad kedudukan desa di hadapan negara
Dalam pandangan Fraksi PPP, sebagaimana draft RUU Desa bahwa tujuan
pengaturan dalam RUU tersebut mencakup 5 (lima) hal yaitukedua, keinginan
membentuk pemerintan desa yang modern, yaitu profesional, e isien dan efektif,
terbuka dan bertanggung jawab. Pada sisi lain, desa tetap memelihara sistem
nilai lokal tetapi di sisi lainnya desa harus mampu mengikuti arah
perkembangan zaman.
Tanggapan
Sebagian besar dari asas terseb dalam UU No. 32/2004. Hanya asas gaman,
dan asas partisipatif yan Desa. Kearifan lokal mengandung kebijakan harus
memperhatikan ke masyarakat Desa. Evaluasi Peratur Desa, dan pemberian
wewenang dan nya ditujukan untuk kepentingan Desa. Sedangkan asas
partisipasi raturan perundang-undangan.
Lihat Safri Nugraha dkk. Hukum Administrasi Negara. Depok: Center for Law and Good
Governance Studies (CLGS), 2007, hal. 52-76.
Desa 117
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3
tahan Desa, UU Desa sudah mengga desa tetap dalam bingkai Negara
(NKRI). Bingkai ini dirumuskan sumpah para penyelenggara pemeri
Adapun karakter atau sifat peme dituju lewat pengaturan UU Desa gan
berikut.
Profesional
Bertanggung
Pemerintah
Efesien dan
Jawab
Desa
Efek f
Terbuka
Sumber:
3.3.1 Pengantar
Kepala Desa adalah salah satu rintah desa. Unsur lain adalah P setidaknya
ada 22 pasal yang men dengan beragam aspek yang diatur dan wewenang
Kepala Desa; (ii) a larangan bagi Kepala Desa (iv) p pemberhentian Kepala
Desa.
Kepala Desa adalah organ utama memiliki tugas dan, hak, dan wew kan
dalam Pasal 26 ayat (1),. aya Tema ini akan menjelaskan, satu dengan
Kepala Desa.
3.3.2.3 Pasal
Pasal 26
Ayat (1)
Penjelasan
Cukup jelas
Ayat (2)
Mewakili desa di dalam dan di l kuasa hukum untuk mewakilinya sesu turan
perundang-undangan;
Penjelasan
Cukup jelas
Ayat (3)
Penjelasan
Ayat (4)
Menyelenggarakan administrasi P
Penjelasan
Cukup jelas
Pembahasan tentang Kepala Desa Naskah Akademik RUU Desa. Disebu mik,
desa menjadi arena politik syarakat dengan perangkat desa y asaan. Karena
desa menjadi sentr Kepala Desa merupakan personi ik rintah desa. Tugas
penting pemer pelayanan administratif (surat-m
Dalam proses pembahasan RUU di Kepala Desa tidak banyak mengal hanya
berkisar pada penggantian sal, dan ada sedikit usulan pena debatan yang
cukup signi ikan da oleh fraksi-fraksi. Hanya ada be perdebatan, yaitu:
tikan perangkat desa (pasal 26 ayat (2) huruf c). Dalam rumusan RUU,
mengangkat dan mem desa menjadi hak Kepala Desa, b Akan tetapi, dalam
UU ini hak K
Desa 123
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3
26 ayat (2) huruf d). Di dalam RUU salah s Kepala Desa adalah
menetapkan P
124 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
Pada rapat kerja Pansus tanggal Perwakilan Daerah (DPD) RI memb dalam
Pendapat Mini DPD terhada lunya pengaturan yang memberi baga
kemasyarakatan untuk menye warga. Kewenangan komunitas ter bagai
kewenangan pembinaan kete oleh Desa atau kewenangan peny rakat oleh
Kepala Desa yang me krasi. Hal ini dimaksudkan aga hukum ringan yang
melibatkan wa level komunitas.
3.3.2.4 Tanggapan
Kepala Desa merupakan represen menjadi aktor penting dalam pemb itu,
tugas, wewenang dan tanggu secara detail dalam UU Desa. Sem Kepala
Desa bukan kepanjangan ta sebagai pemimpin masyarakat. Kep dengan
masyarakat, melindungi, m
syarakat. Tugas Kepala Desa buka pemerintahan desa, tetapi ia jug pada
masyarakat desa.
Wewenang Kepala Desa yang ada ayat 2) dapat dibagi dalam empat
Belasan kewenangan Kepala Desa lah mendukung visi UU Desa yang kuat,
maju, mandiri, dan demokra kat yang adil, makmur, dan seja tergantung
dari kinerja Kepala D dapat menggerakkan, memotivasi, kan, dan
melaksanakan pembanguna annya. Oleh karena itu, kapasita seorang
Kepala Desa. Sayangnya, perangkat desa tidak menjadi) per tentang hak
KepaladalamDesamelaksanakandisebutktu-
Sutoro Eko (2013) membagi lima (termasuk di dalamnya Kepala Des dalam
rangka membangunPertama, kapasitasotonomi regulasi (mengatur), yaitu
kemam ngatur kehidupan desa beserta is penduduk) dengan Perdes
berdasar masyarakatKedua,setempatkapasitas. ekstraksi, puan
mengumpulkan, mengerahkan, aset desa untuk menopang kebutuh tah dan
warga masyarKetiga,kakpasitadesa.di yaitu kemampuan pemerintah desa
secara seimbang dan merata sesua masyarakatKeempat,desakapasitas.
responsif, puan untuk peka atau memiliki da atau kebutuhan warga
masyarakat sis dalam perencanaanKelima,kebijkapakansi-tas jaringan dan
kerjasama, yait jaringan kerjasama dengan pihak-dukung kapasitas
ekstraksi.
Tampaknya pembentuk UU Desa mem jiban kepala desa dalam konteks gas
yang diatur pasal 26 ayat (1 melaksanakan tugas, kewenangan d Karena itu,
kepala desa selain m diatur dalam pasal 26 ayat n(4), sanksinya yang diatur
dalam pasa
3.3.3.2 Pasal
Pasal 27
Memberikan laporan keterangan pe secara tertulis kepada Badan Per akhir tahun
anggaran; dan
Penjelasan
Cukup jelas
Pasal 28
Ayat (1)
Kepala Desa yang tidak melaksanaka dimaksud dalam pasal 26 ayat (4)
administratif berupa teguran lisan
Ayat (2)
Dalam hal sanksi administratif1) seba tidak dilaksanakan, dilakukan tinda dan
dapat dilanjutkan dengan pember
Penjelasan
Cukup jelas
Melakukan kolusi, korupsi, dan barang, dan/ataujasa dari pihak l keputusan atau
tindakan yang akan
Penjelasan
Cukup jelas
Dalam RUU tidak disebutkan kepa poran tahunan dan laporan akhi garaan
pemerintah desa disampa huruf o). FPKB mengusulkan lap masyarakat
melalui BPD.
Sebaliknya, PPP masih memperta an bagi Kepala Desa untuk ikut Fraksi
PPP, A. W. Thalib menyat
tentang Desa 133
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
Klaster 3
3.3.3.4 Tanggapan
Istilah Badan Perwakilan Desa diganti dalam UU No. 32/2004 menjadi Badan Permusyawaratan
Desa. Pengaturan tentang BPD dalam UU Desa diatur dalam pasal 55-65.
134 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
Sub tema ini, akan menjelaskan tahapan pemilihan Kepala Desa seb
3.3.4.2 Pasal
Pasal 31
Penjelasan
Cukup jelas
Pasal 32
Ayat (1)
Penjelasan
Pemberitahuan BPD kepala Kepala Des masa jabatan Kepala Desa tembusan
Bupati/Walikota
Ayat (2)
Ayat (3)
Penjelasan
Cukup jelas
Ayat (4)
Penjelasan
Yang dimaksud dengan tokoh masyarakat adalah tokoh keagamaan, tokoh adat, tokoh
pendidikan, dan tokoh masyarakat lainnya.
Pasal 33
Berbadan sehat
140 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
Penjelasan
Cukup jelas
Pasal 34
Ayat (1)
Kepala Desa dipilih langsung oleh p
Ayat (2)
Ayat (3)
Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan pemungutan suara, dan penetapan;
Ayat (4)
Dalam melaksanakan pemilihan Kepala pada ayat (2) dibentuk panitia pemi
Ayat (5)
Panitia pemilihan sebagaimana dima mengadakan penjaringan dan penyarin
persyaratan yang ditentukan, melak menetapkan calon Kepala Desa terpi naan
pemilihan Kepala Desa.
Penjelasan
Cukup jelas
Ayat (6)
Penjelasan
Biaya pemilihan Kepala Desayang dibebankan pada ABPD Kabupa-ten/Kota
adalah untuk pengadaan surat suara, kotak suara, keleng-kapan peralatan lainnya,
honorarium panitia, dan biaya pelantikan.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 141
Klaster 3
Pasal 35
Penjelasan
Cukup jelas
Pasal 36
Ayat (1)
Ayat (2)
Calon Kepala Desa yang telah ditet pada ayat (1) diumumkan kepada masy sesuai
dengan kondisi sosial budaya
Ayat (3)
Calon Kepala Desa dapat melakukan k disi sosial budaya masyarakatn- desa dang-
undangan.
Penjelasan
Cukup jelas
b. Pra-pemilihan
Ada proses yang harus dilalui pemilihan Kepala Desa dan meliba tingan.
Proses itu antara lain a
Pemberitahuan akan berakhirnya (pasal 32 ayat 1).
c. Pemilihan
Pasal 31
Ayat (3)
Penjelasan
Cukup jelas
d. Pasca Pemilihan
saian sengketa; pasal 38 mengatu sal 39 mengatur masa jabatan Kep nya
sebagai berikut:
Pasal 37
Ayat (1)
Ayat (2)
Ayat (3)
Panitia pemilihan Kepala Desa menya Desa terpilih kepada badan permusy (tujuh)
hari setelah penetapanai- calo mana dimaksud pada ayat (2).
Ayat (4)
Ayat (5)
Bupati/Walikota mengesahkan calon K mana dimaksud pada ayat (3) menjadi (tiga
puluh) hari sejak tanggali pe panitia pemilihan Kepala Desa dala pati/Walikota.
Ayat (6)
Penjelasan ayat (1 6)
Cukup Jelas
Pasal 38
Ayat (1)
Calon Kepala Desa terpilih dilanti pejabat yang ditunjuk paling lama penerbitan
keputusan Bupati/Walikot
Ayat (2)
Ayat (3)
Penjelasan ayat (1 3)
Cukup Jelas
Pasal 39
Ayat (1)
Penjelasan
Yang dimaksud dengan terhitung sejak tanggal pelantikan adalah seseorang yang telah
dilantik sebagai Kepala Desa, maka apabila yang bersangkutan mengundurkan diri
sebelum habis masa jabatannya dianggap telah menjabat satu periode masa jabatan 6
(enam) tahun
Ayat (2)
Penjelasan
Kepala Desa yang telah menjabat satu kali masa jabatan berdasarkan UU No. 32
Tahun 2004 diberi kesempatan untuk mencalonkan kembali paling lama 2 (dua) kali
masa jabatan. Sementara itu, Kepala Desa yang telah menjabat 2 (dua) kali masa
jabatan berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 diberi kesempatan untuk mencalonkan
kembali hanya 1 (satu) kali masa jabatan.
Dalam DIM (Oktober 2012), Pemi sendiri dalam satu bab yang terd
bertambah menjadi 9 pasal berkat ngan beberapa usulan signi ikan.
tentang Pemilihan Kepala Desa me garaan Pemerintahan Desa yang di
sal 31 UU Desa). Di dalam RUU, tidak ada pemilihan Kepala Desa secara se
pengaruhi kebijakanadaserentak,pilk mengin san RUU Desa dilakukan
bersamaa RUU Pilkada.
146 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
Fraksi PPP mengusulkan jabatan dan dapat dipilih kembali hanya dengan
Fraksi Partai Hanura yang Desa merujuk pada periodisasi ja dari presiden
sampai Bupati dan
Pasal 39 ayat 1 dan 2, tentang masa jabatan Kepala Desa kami mengusulkan
perubahan sebagai berikut:
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 147
Klaster 3
(1) Kepala Desa memegang jabatan selama 8 tahun terhi-tung sejak tanggal
pelantikan. (2) Kepala Desa dapat menja-bat paling banyak 2 kali masa jabatan
secara berturut-turut atau tidak berturut-turut. .
Ketua Pansus RUU Desa Budiman Kerja IV tanggal 11 Desember 201 atau
keputusan Pansus sebagai be
Adapun mengenai jabatan Kepala Desa, yang tercantum di da-lam Pasal 39,
awalnya terdapat 2 alternatif rumusan, yaitu pasal 39 ayat (1), Kepala Desa
memegang jabatan selama 6 tahun ter-hitung sejak tanggal pelantikan. Ayat (2),
Kepala Desa sebagai-mana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling
banyak 3 kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara ber-turut-
turut. Adapun alternatif kedua adalah, Pasal 39 a. Kepala Desa memegang
jabatan selama 8 tahun terhitung sejak tanggal pelantikan. Ayat (2), Kepala
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling banyak 2 kali
masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut. Pada ak-
hirnya, tadi dicapai kesepahaman bahwa Pasal 39 itu memilih alternatif
pertama.
3.3.4.4 Tanggapan
Pemilihan Kepala Desa secara l atau biasa disebut sebagai Pilka adanya
Pemilihan Kepala Daerah l kan telah diatur pada masa orde
Pilkades kepada para calon Kepal desa Curug Wetan, Kabupaten Tang kan
ini meliputi semua tahapan seragam panitia pemilihan. Tentu calon Kepala
Desa. Akibatnya, se banyak warga yang mau mencalonka
Persyaratan untuk menjadi Kepa sal 33 UU Desa. Salah satu pers Desa
berpendidikan paling rendah Persyaratan ini tidak berubah se dahal dalam
RUU Desa, persyarata diusulkan berpendidikan paling r atau sederajat.
Undang-Undang De usia bagi calon Kepala Desa.
dak memiliki modal sosial yang k Kepala Desa yang menang karena po
legitimasinya. Sebaliknya Kepalan-
dari warga. Ketika ia akan menca miliki modal sosial yang kaya da baginya
untuk mendapatkan kembal Desa pada saat Pilkades berikutn si bagus di
hatdaptakn menjasyaminrak Kep bertakhta dengan baik selamanya.
kepentingan tentang pembangunan yang dipimpin Kepala Desa dengan ini
Kepala Desa harus benar-bena dengan baik karenaepala
legitimasiDesatakhanyK duk desa melalui videpemilihanPasal34 layatngs
pi juga dari Bupati yang mengesavide Pasal 37 ayat 5 UU Desa). Apalagati
sangat sentral. Untuk meminimalis milihan, pemerintah daerah kabup
menetapkan kebijakan pelaksanaanvide Pasal 31 ayat 2 UU Desa).
sejak tanggal diterimanya penyam nitia Pemilihan Kepala Desa (Pas mesti
dijawab, apakah mekanisme
152 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
Berhentinya Kepala Desa disebab Pasal 40 ayat (1), jika penyebab tidak
menjalankan tugas sebagai sebagai terdakwa yang diancam de singkat 5
(lima) tahun oleh- peng sal yang berkaitan dengan pember
3.3.5.2 Pasal
Pasal 40
Ayat (1)
Meninggal dunia
Diberhentikan
Penjelasan
Cukup jelas
Ayat (2)
Penjelasan
Huruf a
Yang dimaksud dengan berakhirnya masa jabatan adalah apabila telah berakhir
masa jabatannya 6 (enam) tahun terhitung tanggal pelantikan harus dihentikan.
Dalam hal belum ada calon terpilih dan belum dapat dilaksanakan pemilihan,
diangkat pejabat.
Huruf b
Yang dimaksud dengan tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau
berhalangan tetap adalah apabila Kepala Desa menderita sakit yang mengakibatkan,
baik isik maupun mental, tidak berfungsi secara normal yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter yang berwenang dan/atau tidak diketahui keberadaannya.
Ayat (3)
Penjelasan
Cukup jelas
Ayat (4)
Penjelasan
Cukup jelas
Pasal 41
Penjelasan
Cukup jelas
Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya berdasar-kan bukti
permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. Pasal 1 angka 14 KUHAP.
Terdakwa adalah seseorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili disidang pengadilan.
Pasal 1 angka 14 KUHAP.
Desa 155
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3
Pasal 42
Penjelasan
Cukup jelas
Pasal 43
Kepala Desa yang diberhentikan seme dalam Pasal 41 dan Pasal 42 diberh setelah
dinyatakan sebagai terpidan dilan yang telah mempunyai kekuatan
Penjelasan
Cukup jelas
Proses peradilan pidana tidak b mengenai status akhir Kepala Des yag
dibutuhkan. Meskipun KUHAP m pat, murah, dan sederhana, namun tikan
kapan suatu putusan berkek kuatan hukum tetap bisa terjadi atau kasasi.
Tidak ada pula yang hakim, semua bergantung pada buk
karena itu, Pasal 44 UU Desa tel membebaskan Kepala Desa, dan nor
belum/sudah berakhir.
Pasal 44
Ayat (1)
Kepala Desa yang diberhentikan seme dalam Pasal 41 dan Pasal 42 ngsetelah telah
mempunyai kekuatan hukum teta luh) hari sejak penetapan putusanla p Desa,
Bupati/Walikota merehabilita Kepala Desa yang bersangkutan sebag gan akhir
masa jabatannya.
Penjelasan
Apabila Kepala Desa yang diberhent dimaksud pada ayat (1) telah berak Walikota
harus merehabilitasi nama sangkutan.
Undang-Undang Desa ini memberik jabatan Kepala Desa dilihat dari Desa
tersebut. Jika sisa masaun, ja maka berlaku ketentuan Pasal 46.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 157
Klaster 3
Pasal 45
Ayat (2)
Dalam hal Kepala Desa diberhentika maksud dalam Pasal 41 dan Pasal 42 kan
tugas dan kewajiban Kepala Des tusan pengadilan yang telah berkeku
Penjelasan
Cukup jelas
Pasal 46
Ayat (1)
Dalam hal sisa masa jabatan Kepala-gaimana dimaksud dalam Pasal ,43 tid
Bupati/Walikota mengangkat pegawai daerah kabupaten/kota sebagai Penja ngan
terpilihnya Kepala Desa.
Penjelasan
Yang dimaksud dengan tidak lebih dari 1 (satu) tahun adalah 1 (satu) tahun atau
kurang.
Ayat (2)
Penjabat Kepala Desa melaksanakan t dan hak Kepala Desa sebagaimana dim
Penjelasan
Cukup jelas
Sebaliknya, jika sisa masa jab ngangkatan Penjabat Kepala Desa 47 berikut:
158 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
Pasal 47
Ayat (1)
Dalam hal sisa masa jabatan Kepala-gaimana dimaksud dalam Pasalti/43 leb
Walikota mengangkat pegawai negeri kabupaten/kota sebagai Penjabat Kep
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Penjelasan
Ayat (4)
Penjelasan
Cukup jelas
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 159
Klaster 3
Ayat (5)
Kepala Desa yang dipilih melalui m dimaksud pada ayat (3) melaksanaka habis sisa
masa jabatan Kepala Desa
Penjelasan
Masa jabatan Kepala Desa yang dipilih melalui musyawarah desa ter-hitung sejak
yang bersangkutan dilantik oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
Ayat (6)
Ketentuan lebih lanjut mengenai mu dimaksud pada ayat (3) diatur denga
Penjelasan
Cukup jelas
Kemudian yang berikutnya mengenai susunan dan tata peme-rintahan desa. Untuk
susunan, saya kira sudah kita kenal sam-pai sekarang ya ada Kepala Desa, kemudian
ada perangkat desa. Nah, dalam hal ini kami mengusulkan Badan Permusyawaratan
Desa itu diubah menjadi Badan Perwakilan Desa karena memang itu adalah
representasi dari masyarakat. Itu menjadi suatu ins-titusi demokrasi bagi
masyarakat dan juga dengan adanya Ba-dan Perwakilan Desa, ini berarti ada cek
and balances terhadap Kepala Desa. Namun demikian, yang kami usulkan bukan
badan perwakilan desa atau BPD versi Undang-Undang Nomor 22 Ta-hun 1999 yang
dapat menjatuhkan atau dapat memberhentikan Kepala Desa. Jadi dalam konteks ini
BPD atau Badan Perwakilan Desa itu sama dengan Badan Permusyawaratan Desa
yang kita kenal sekarang. Dia punya hak untuk mengusulkan pemberhen-tian Kepala
Desa, jadi tidak langsung punya kewenangan untuk memberhentikan.
. . . Yang lain saya mau sebutkan sebagai pemandangan umum, saya kira juga
belum menjelaskan posisinya dengan baik ten-tang beberapa persoalan-persoalan
yang sering mengemuka kalau kita bicara tentang desa yaitu soal otonomi asli desa,
se-hingga apa yang sering kita kemukakan dulu bahwa ini adalah pemberian
setengah hati saya kira masih dilanjutkan spiritnya di dalam RUU-nya Pak ya?
Dimana kita lihat misalnya nampak jelas bahwa ini adalah birokratisasi
Pemerintahan desa kalau kita lihat RUU-nya atau desa sebagai perpanjangan
tangan dari pemerintah. Darimana saya melihatnya? Misalnya contoh Pasal 16 ayat
(1) mengenai kewenangan desa. Itu sebenarnya masih tersirat bahwa tidak ada
kerelaan penuh dari pemerintah untuk kemudian memberikan satu otonomi asli
kepada desa atau mis-alnya Pasal 24 ayat (3), dimana pemberhentian Kepala Desa
itu masih oleh Bupati.
Masukan atas pasal pemberhentia lam audiensi Pansus RUU Desa den bok
pada tanggal 6 Mei 2012. Di Nyerat, Lombok, Sahim SP:
. . . Berikutnya pada Pasal 26 ayat (2) huruf a. yang katanya di sini tidak dapat
melaksanakan tugas berkelanjutan atau berha-langan secara berturut-turut selama
6 bulan. Ya, kalau penyakit dan segala macam itu datang dari Allah, tidak ada yang
meng-inginkan sebuah penyakit mungkin oleh seluruh kita semua yang hadir di sini.
Kalau penyakit itu misalkan bisa berobat kadang-kadang kan bisa sampai dalam
kurun waktu 1 tahun mungkin bisa kita terima, tetapi kalau 6 bulan ketika rekaqn-
rekan saya sakit, lalu diberhentikan karena keadaan sakit, mungkin terla-lu sakit.
Orang sakit akan lebih sakit lagi. Ini-ini mohon menjadi
162 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
Pada audiensi tersebut juga mun dra dari Partai Demokrat. Ia men
. . . . Ada beberapa hal ingin saya comment yaitu di Pasal 21 tadi disebutkan di ayat
(3) hak Kepala Desa. Pengusulan, Pengang-katan dan pemberhentiannya saya setuju
langsung ke Bupati melalui camat. Kemudian masalah larangan Kepala Desa, saya
juga setuju. Mestinya Kepala Desa sama dengan pejabat politik yang lain tidak
dibeda-bedakan. Kemudian masalah berhalan-gan, juga ini kita pelajari, nanti kita
Tanya ahlinya, Tanya dokter, Tanya tim ahli, tim kesehatan sampai berapa idealnya,
sehingga pemerintahan itu bisa berjalan dengan baik. Jangan sampai gan-ti-ganti
nanti salah nanti, tetapi prinsipnya kita harus melihat kondisi sakitnya. Sakit piak-
piak apa sakit bener?
3.3.5.4 Tanggapan
Kepala Desa berhenti karena meni diri, atau diberhentikan. Rumusa Pasal
40 ayat (1) UU No. 6 Tahun ayat berikutnya dalam tabel beri
karena:
a. Be rakhir masa ja batannya;
karena:
c.
Tidak lagi memenuhi syarat
ma 6 bulan;
pah/janji jabatan;
Desa; atau
e.
Tidak melaksanakan kewajib-
d. Melanggar larangan seba-
f.
Melanggar larangan bagi Ke-
pala Desa.
Dari tabel di atas tampak jela rat diberhentikan. Justeru menja UU Desa
seseorang yang belum mem Desa bisa diberhentikan sebagai tak memenuhi
syarat, maka ia tid pencalonan Kepala Desa? Apakah a lam Pasal 40 ayat (2)
huruf c UU
Terorisme
Makar
Penjelasan pasal ini tak membe jut apakah jenis tindak pidana pula PP No.
43 Tahun 2014 Tentan Desa yang memuat klausul pemberh 54-60) tak
disinggung lagi jenis buat Kepala Desa diberhentikan s perumusan norma
ini adalah tinda kategoriextraordinary crime atau kejahatan yang maka
rumusan keempat jenis tinda pi. Tindak pidana pencucianille- uang gal
ishing sudah secara umum diterima
3.3.6.2 Pasal
Pasal 28
Kepala Desa yang tidak melaksa dimaksud dalam Pasal 26 ayat (4) administratif
berupa teguran lisa
Dalam hal sanksi administratif ayat (1) tidak dilaksanakan dilak sementara dan
dapat dilanjutkan d
Penjelasan
Cukup jelas
Pasal 30
Kepala Desa yang melanggar lar dalam Pasal 29 dikenai sanksi ad lisan dan/atau
teguran tertulis.
Dalam hal sanksi administratif ayat (1) tidak dilaksanakan, dila sementara dan
dapat dilanjutkan d
Penjelasan
Cukup jelas
Tidak banyak catatan yang bisa san tentang sanksi. Dari dokumen ber
2012, tercatat pimpinan rapa butkan sanksi saat membahas klus masukkan
dalam kluster ketujuh,
Dalam DIM per Oktober 2012, bab masih tercantum, berisi tiga pas sanksi
dalam RUU tentang Desa s DIM pada dasarnya hanya mengenal teguran,
pemberhentian sementara dalam RUU disebut kemungkinan Kep Misalnya
rumusanKepalaDesaberikut:yangdikenakansanksi pemberhentian
sementara . dalam waktu paling lama 180 (se-
3.3.6.4 Tanggapan
Dalam hal persetujuan tertul terbit dalam waktu paling lamb hitung sejak
diterimanya permo dapat dilanjutkan;
sal 26 ayat (4) huruf p UU Desa, garah pada pemberhentian tetapi denda
jika terbukti ia sengajak ti kepada pemohon (PP No. 61 Tahun 2 No. 14
Tahun 2008 tentang Keterbu
kan sangat bersifat pidana ketim Melakukan korupsi, misalnya. Argu jika
ada klausula/norma yang men itu tidak menghapus pertanggungja
3.4.1 Pengantar
3.4.2 Pasal
Pasal 48
Sekretaris desa
Penjelasan
Cukup jelas
Pasal 49
Perangkat Desa sebagaimana dima oleh Kepala Desa setelah dikonsu nama
Bupati/Walikota;
Penjelasan
Ayat (2), Yang dimaksud dengan camat adalah camat atau yang disebut dengan
nama lain.
Pasal 49 telah menyebutkan bahw oleh Kepala Desa. Dalam proses p harus
mempertimbangkan syarat-sy UU Desa. Kepala Desa juga harus sebelum
membuat keputusan pengan nai persyaratan Perangkat Desa d kan
pemberhentiannya diatur dala
Pasal 50
(1) Perangkat Desa sebagaimana dima dari warga desa yang memenuhi per a.
Berpendidikan paling rendah
atau yang sederajat;
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 173
Klaster 3
Ketentuan lebih lanjut mengenai dimaksud dalam pasal 48, pasal 4 dalam
Peraturan Daerah Kabupaten K Pemerintah.
Penjelasan
Cukup jelas
Pasal 53
Penjelasan
Cukup jelas
174 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
c. Larangan
Sesuai amanat Pasal 53 ayat (2) larangan bisa menjadi dasar untu Desa.
Adapun larangan-larangan t rinci dalam Pasal 51 dan Pasal 5
Pasal 51
Melakukan kolusi, korupsi, dan rang, dan/atau jasa dari pihak la putusan atau
tindakan yang akan d
Penjelasan
Cukup jelas
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 175
Klaster 3
Pasal 52
Perangkat Desa yang melanggar sud dalam Pasal 51 dikenai sanksi lisan dan/atau
teguran tertulis;
Dalam hal sanksi administratif ayat (1) tidak dilaksanakan, dila sementara dan
dapat dilanjutkan d
Penjelasan
Cukup jelas
Pasal 66
Penghasilan tetap Kepala Desa d na dimaksud pada ayat (1) bersumb dalam
Anggaran Pendapatan dan Bel oleh kabupaten/kota dan ditetapka patan dan
Belanja Daerah Kabupate
Selain penghasilan tetap ,sebaga Kepala Desa dan perangkat desa me sumber dari
Anggaran Pendapatan d
Selain penghasilan tetap ,sebaga Kepala Desa dan perangkat desa me tan dan
memperoleh penerimaan lai
Penjelasan
Ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (5) cukup jelas.
Ayat (4): Jaminan kesehatan yang diberikan kepala Kepala Desa dan perangkat desa
diintegrasikan dengan jaminan pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
pala Desa berhak c. menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan
penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat ja-
Istilah perangkat desa sudah d dangan mengenai desa sebelum lah adalah
rinciannya. UU No. 5 Tahu Desa, misalnya, hanya memasukkan la-kepala
dusun sebagai perangka Desa dikenal sekretaris desa, pe kewilayahan.
Kepala Desa dibantu oleh unsur pemerintahan desa yang me-liputi sekretaris
desa dan perangkat desa. Struktur organisasi pemerintah desa ditetapkan
melalui Peraturan Desa dengan memperhatikan model dan kewenangan desa.
UU ini mengatur mengenai perangkat desa (sekretaris desa dan perangkat desa
lainnya), baik dalam sistem rekrutmen, pemberian tunjangan, penghargaan.
Rekrutmen sekretaris desa dan perangkat desa didasarkan pinsip-prinsip
profesionalitas, transparan, dan akun-tabel.
F-PKB mengusulkan agar desa mendapat alokasi APBN 11-10%. Nah ini sudah
menjadi usulan kawan-kawan juga, dan juga usul-an Kepala Desa-Kepala Desa yang
datang ke Pak Mendagri dan demo-demo di depan DPR, Pak. Dan juga perangkat
desa yang menjadi penekanan F-PKB agar menjadi PNS, Pak. Karena Sekdes yang
sudah diangkat selama 2 tahun ini menjadi sumber iri bagi para perangkat desa.
Untuk itu harga mati buat F-PKB agar pe-rangkat desa ini supaya diusulkan menjadi
PNS.
Dalam hal perangkat desa, pengisian sekdes dengan PNS men-jadi isu yang sangat
kontroversial. Kebijakan birokratisasi desa yang dimulai sejak UU No. 32/2004 ini
menimbulkan gelombang protes dari Persatuan Perangkat Desa seluruh Indonesia
(PPDI), sehingga mereka sekarang juga menuntut untuk diangkat men-jadi PNS.
DPD berpandangan bahwa birokratisasi desa semacam itu kontra produktif dengan
otonomi lokal, tetapi kebijakan pe-merintah tentang pengangkatan sekdes menjadi
PNS atau pe-ngisian sekdes dengan PNS merupakan kebijakan diskriminatif yang
menimbulkan gejolak di desa khususnya kesenjangan an-tara sekdes dan perangkat
desa lainnya, sehingga mengurangi efektivitas penyelenggaraaan pemerintahan dan
pembangunan
Desa 179
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3
desa. Karena itu, DPD berpendapat, jika pemerintah mengangkat sekdes menjadi
PNS atau mengisi sekdes dengan PNS, maka ber-titik tolak dan konsisten dengan
pilihan tersebut, maka semua perangkat desa seharusnya menjadi PNS, sesuai
dengan aspirasi PPDI.
Pada raker tanggal 15 Mei 201 (Mendagri) Gamawan Fauzi menjaw fraksi
mengenai status Sekretari nya sebagai PNS. Khusus mengenai Mendagri
menyampaikan beberapa p
Dalam hal perangkat desa diusulkan menjadi Pegawai Negeri Sipil dapat
dijelaskan:
Dari sisi anggaran memerlukan biaya yang cukup besar seti-ap tahunnya untuk
pengangkatan perangkat desa. Setiap ta-hun pembiayaan akan bertambah 5-10%
disebabkan adanya pertambahan jumlah desa, kenaikan gaji, askes dan gaji pen-
Desa 181
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3
Status PNS Sekretaris Desa buk daan pandangan pemerintah dengan juga
mendorong sejumlah undangan
182 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
Kemudian masalah pegawai. Ini hampir sama dengan kawan saya sekretaris
nagari sudah terlanjur, silakanlah jadi pegawai negeri, tetapi kalau menjadikan
pegawai negeri semua perang-
Desa 183
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3
kat desa, ini perlu pemikiran yang lebih cermat, yang lebih dalam karena seperti
contoh kalau 10 orang perangkat nagari, perang-kat desa dijadikan pegawai negeri
itu celah iskal ke saya jadi kecil sekali jadinya. Guru saja, saya memang kabupaten,
tetapi Kabupaten Agam penduduk saya hanya sekitar 450 ribu jiwa dan itu dua kali
penduduk, itu Padang hampir 1 juta, tetapi jum-lah sekolah lebih banyak di
Kabupaten Agam daripada di Kota Padang. Nah guru saya lebih banyak. Apa yang
ingin saya sam-paikan? Kalau diangkat menjadi pegawai negeri perangkat desa ini,
maka mereka juga mungkin minta perlakuan yang sama, prospek karier yang sama,
pensiun yang sama, hak yang sama. Oke, baik itu akan menyerap dana, tetapi yang
paling berbahaya kalau mereka menjadikan peluang ini, menjadikan peluang ini
untuk entry point, untuk titik masuk menjadi pegawai negeri.
Kemudian yang berikutnya mengenai perangkat desa. Nah ini maaf barangkali
agak sensitif, tetapi memang ini harus kami sampaikan bahwa kami mengusulkan
perangkat desa itu non PNS termasuk sekretaris desa ya. Jadi kami mengusulkan
perang-kat desa, sehingga tidak ada lagi nanti sebutan perangkat desa lainnya.
Sekarang itu ada sebutan perangkat desa lainnya kare-na diantarai oleh yang
namanya sekdes, sehingga nanti hanya ada perangkat desa. Kami-kami
mengusulkan itu. Apa alasan-nya? Sebetulnya desa itu jangan sampai justru menjadi
rezim administrasi kemudian justru ada terjadi birokratisasi begitu ya, sehingga
sebaiknya tidak ada perangkat desa yang PNS.
Kemudian bagaimana halnya dengan yang selama ini mungkin kita harus-harus
melihat kenapa banyak orang tertarik kemu-
184 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
dian perangkat desa itu menjadi PNS? Ini saya kira tidak bisa diingkari, ini
persoalan kepastian penghidupan. Untuk kepastian bagaimana memperoleh
penghargaan atau jerih payah atau gaji dan seterusnya. Oleh karena itu, kami
memberikan satu alterna-tif, kalau tidak ada PNS di desa lalu bagaimana? Ini perlu
ada skala penggajian saya kira begitu menggunakan standar PNS. Jadi perangkat
desa tidak harus PNS, tetapi bisa digaji dengan standar PNS. Lalu siapa yang
menggaji ditambah dengan tun-jangan plus yang namanya asuransi bagi
keluarganya. Jadi per-lakuannya sebetulnya hampir sama dengan PNS, hanya dia
tidak statusnya bukan PNS.
Dalam perdebatan kami di kampus, apa mungkin Negara mem-bayar yang bukan
pegawai negeri? Kenapa tidak. KPU itu berapa banyak orang itu digaji oleh
pemerintah dan itu bukan PNS, itu adalah pegawai sipil itu, bukan pegawai negeri,
bukan pegawai Negara sipil itu. Lalu akhirnya oh ini jalan keluar yang baik kalau
kemudian agar apa di desa tidak lagi terjadi tarik ulur dan seka-rang inikan yang
namanya sekretaris desa itu harus ya berdiri dua posisi karena ada dualisme
kepemimpinan dibenaknya yang namanya sekdes satu adalah sekretaris desa, yang
satu adalah Kepala Desa. Pada satu saat itu rentan akan terjadi kon lik.
Dalam RDPU tanggal 13 Juni 201 pakar yang hadir, DR. Hanif Nur
Tjondronegoro, Prof. DR. Robert ti, MA, dan Prof. DR. Tri Ratna
pembahasan tentangdesa, perangkatyaitutentang Perangkat Desa dan
status Perang dap peghasilan Perangkat Desa ti pendapat, namun tentang
status P menjadi PNS sempat terjadi perb statement yang muncul dalam
pem dari DR. Hanif Nurcholis:
Pertanyaannya, jadi pertama adalah, desa, setuju tidak, apakah perangkat desa itu
selain Sekdes itu menjadi PNS? Nah ini jawab-an saya tinggal posisi desa itu
diletakkan kemana? Kalau posisi desa seperti pengaturan No. 5 Tahun 1979,
Undang-undang No. 22 Tahun 1999 dan Undang-undang No. 32 Tahun 2004, seba-
gai lembaga masyarakat yang dikontrol oleh Negara, ini tidak relevan. Karena
lembaga masyarakat. Sehingga Sekdes menjadi PNS itu pun tidak relevan, itu
lembaga masyarakat. Sehingga ya, maunya masyarakatlah, itu. . . .
. . . Kalau pendapat saya, itu relevan dan saya dukung itu, yaitu dengan, tadi kan ada
3 model. Model pertama adalah desa se-bagai komunite yang dikontrol oleh Negara,
itu sekarang, dan RUU seperti itu. Pilihan kedua, ubah saja semua desa menjadi UPT
kecamatan, dan saya tidak setuju. Dan yang ketiga itu setu-ju, dan saya setuju kalau
modelnya itu adalah model yang saya jawab pada Pak. . . tadi, yaitu adalah recognisi
terhadap komuni-tas, tetapi masuk dalam sistem Negara. Setuju, 100% setuju. Ka-
rena itulah yang sebenarnya menjadi tulang punggung, membe-rikan satu yang bisa
menjadi agen. Baik itu agen sosial, ekonomi dan pemerintahan. Tanpa ada suatu
agen seperti itu ya, maka itu menjadi sangat tergantung sekali kepada peningkatan
kualitas dan kompetensi komunitas tersebut. Itu menjadi satu rekayasa, satu
instrument yang menjadi tidak efektif, kalau menurut saya. Kalau dipertahankan
sebagai komunitas seperti itu. Jadi saya se-tuju dengan Bapak, kalau perangkat desa
selain Sekdes menjadi PNS, dengan posisi yaitu desa itu sebagai yang tadi saya
berikan contoh, yaitu sebagai commune yang sekarang itu masuk dalam sistem, atau
county di Inggris. Commune. Ya. Itu, seperti itu Pak. Akhirnya masuk ke Negara, tapi
basisnya komunitas. Nah itu yang saya setuju.
Jadi mensejahterakan aparat desa bukan dengan menjadikan dia PNS, tetapi
dialokasikan anggaran untuk pembinaan pe-merintahan yang mereka dari situ
bisa hidup yang termasuk 8 juta hektar tanah itu ya mungkin antara lain
dialokasikan untuk kepentingan desa, jadi itu menjadi tanah desa misalnya saja
di situ mereka hidup seperti jaman dulu juga. Jaman dulu desa itu sejahtera kok
tidak pakai PNS. Kenapa jaman dulu bisa bagus, sekarang tidak bisa begitu. Jadi
menurut saya, kita harus hati-hati soal menjadikan mereka sebagai PNS, nanti
PNS semua. Nah kalau PNS semua pemerintahan kita jenjangnya jadi sangat
banyak Pak.
Pada RDPU yang sama, Guru Besa Pratikno, mengingatkan bahwa pen
selama ini justru merusak tatana
Sekdes yang PNS itu kan sudah terbukti menimbulkan masalah yang serius begitu
karena kemudian merusak kultur yang ada di
Desa 187
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3
Pada akhirnya, tak ada lagi sya rangkat desa lainnya. Berkaitan mokrat
mengklaim sebagai pihak y agar pengangkatan perangkat desa lam
pandangan mini fraksi yang d 2013, H. Darizal Basir dari Part
Ada banyak isu penting yang kami perjuangkan dan akhirnya masuk ke dalam RUU
dan berhasil disepakati. Isu-isu itu adalah:
1. . . .
2. . . .
3. . . .
4. . . .
Kemudian juga mengenai apakah aparat desa itu PNS? Tidak. Saya pernah rebut
betul waktu itu, waktu draft UU No. 32 Tahun 2004 sedang dibahasWaktu itu saya
sudah memperkirakan, ini pasti akan menimbulkan jealous atau kecemburuan.
Padahal waktu itu saya keciltinggal di desa, carik itu tidak perlu kok yang
namanya harus PNS. Nyatanya kerjanya bagus. Apalagi sekarang sudah ada insentif
dalam Undang-Undangnya. Menurut saya jus-tru Undang-Undang yang akan dibuat
itu merevisi agar carik, sek-des, jangan lagi PNS. Jadi, sama rata sama rasa.
Namanya juga di desa. komunalisme itu memang harus ada. Kan kita tahu bahwa
face to face interrelation itu bagian dari khas desa. Kalau semu-anya dibirokratisasi
dengan cara Jakarta, saya pikir rusak semua itu desa. Jadi, kalau saya, lebih baik
(aturan) dalam UU No. 32 Ta-hun 2004 yang mengatur bahwa sekretaris desa harus
PNS yang dicabutSaya pikr jangan dibolak-balik logika kita. Justru pasal itulah
yang merusak tatanan pemda sekarang.
Kinerja organisasi dan perangkat desa yang sangat terbatas juga berkaitan
dengan keterbatasan kesejahteraan mereka dan tidak jelasnya sistem
penggajian (remunerasi) yang didesain
Desa 189
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3
pemerintah. Meski di atas kertas sistem birokrasi desa dibuat modern, tetapi
penggajian perangkat masih menggunakan pola yang sangat tradisional.
Selama ini belum ada kebijakan yang memadai mengenai penggajian
(remunerasi) terhadap Kepala Desa dan perangkat desa. Di sebagian besar desa-
desa di Jawa, perangkat memperoleh penghasilan dari tanah bengkok (palung-
guh), sebagai bentuk remunerasi secara tradisional yang diwa-riskan secara
turun temurun.
Dalam salah satu rapat tanggal Fraksi PPP, Dr. AW. Thalib, menya
Terkait dengan penghasilan tetap Kepala Desa dan perangkat desa, ditetapkan
paling sedikit sama dengan Upah Minimum Re-gional Kabupaten/kota, tetapi
sekretaris desa penghasilannya
190 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
Fraksi PPP dan Fraksi PKB menye tap Kepala Desa 2 x UMR, tetapi PPP
mengusulkan paling sedikit s tai Demokrat bahkan mengklaim se
memperjuangkan agar Kepala Desa d oleh penghasilan tetap setiap bu
APBN, tunjangan dari APBDes, ser
Pandangan yang sama antara DPR salah satu berita gembira bagi p siologi
FISIP Universitas Indone paikan apresiasi dan pandanganny rangkat desa
dalam rapat kerja t menggunakan istilah gaji, Prof. pemberian gaji itu
bukan saja me majuan.
APBD Desa. Pada butir 2 dari pasal yang sama menyebutkan penghasilan tetap
Kepala Desa dan perangkat desa sebagaima-na dimaksud pada ayat 1 paling
sedikit sama dengan UMR ka-bupaten/kota. . Mungkin ini kemajuan. Pasal ini
akan menjadi perhatian pada kades di seluruh Indonesia dan mengharapkan
akan terlaksananya janji RUUPasal ini memberikan harapan sedikit untuk
mendorong desa mempertahankan eksistensinya.
Prof. Robert Z. Lawang juga men buat gaji Kepala Desa lebiha-ting takan:
Gaji kades lebih tinggi dari gaji sekdes yang disebutkan dalam Pasal 35. Gaji
kades yang lebih rendah dapat merusak wibawa kades di kalangan aparat
pemdes sendiri, dan di mata masyara-kat desa. Dan perpecahan ini dimulai oleh
negara Harus ada jaminan bahwa PP yang akan disusun itu menyebutkan
secara eksplisit bahwa gaji kades lebih tinggi dari gaji sekdes. Penga-laman
menunjukkan bahwa produk hukum yang disusun di Indo-nesia seringkali tidak
sinkron.
Sebenarnya intinya para perangkat desa itu juga masalah peng-hasilan saja. Jadi,
kesejahteraan antara sekretaris desa yang no-tabene juga digaji dari pegawai
negeri, sementara Kepala Desa-nya tidak digaji. Terus, perangkat di bawahnya juga
sementara ini terabaikan. Kalau itu nanti semuanya tercukupi dengan stan-darnya
masing-masing, saya rasa Insya Allah akan bisa memini-malkan permasalahan di
desa itu. Jadi, untuk itu, minta rumusan tentang UU Desa ini sedemikian rupa
sehingga apa yang diha-rapkan baik oleh perangkat desa, Kepala Desa maupun
masya-rakat desa sendiri terutama partisipasi masyarakt desa untuk membangun
desanya akan terwujud.
192 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
3.4.4 Tanggapan
kat Desa (Sekretaris Desa dan pe hun 2004 tentang Pemda telah mew
retaris Desa adalah PNS. Pasal 2 Sekdes diisi dari PNS yang memen di
bawah rezim UU No. 22 Tahun 2 juga pernah mengeluarkan Keputus tang
Pedoman Bagi PNS yang Dipil Dipilih/Diangkat Menjadi Perangk
Status PNS Sekretaris Desa ini demo selama proses pembahasan R Desa
berdemo menuntut status mer PNS. Bahkan kemudian perangkat l dusun,
mengajukanTuntutuntutaninisenadmem merintah menghadapi dilema.
Meng dan perangkat Desa menjadi PNS a anggaran negara.
sekretariat desa;
unsur kewilayahan.
Tentu saja ada perubahan menda Sekdes. Dalam PP No. 72/2005 ia rah atas
nama Bupati/Walikota. K pala Desa setelah berkonsultasi ti/Walikota. Dari
sisi persyarat harus terdaftar sebagai penduduk No. 72/2005 cukup
menyatakan ber sangkutan.
Undang-Undang Desa pada akhirn Sekdes berasal dari PNS. Pasal 4 bahwa
perangkat desa diangkat ol pengangkatan itu kepala harus mem yang sudah
ditentikan dan ia har Misalnya, untuk mampu membantu tu orang yang
boleh diangkat menjadi 42 tahun. Persyaratan model usia dikenal dalam
pencalonan Kepala D
Aturan ini sekilas tentu saja s menjadi perangkat desa karena pi haknya
sebagai PNS hilang. Persya desa sebagaimana diatur dalam Pa secara
eksplisit memuat status P ratan. Jika pemerintah kabupaten mengizinkan
PNS menjadi perangka syarat lain: (i) berpendidikan m tahun; dan (iii)
terdaftar sebag kinan bagi PNS untuk menjadi per jika Kepala Desa
menggunakan arg dimaksud sangat dibutuhkan oleh w
Halkedua yang penting dicatat adal Desa menjadi pengurus partai pol
panye. Larangan ini juga berlaku BPD. Argumentasi yang dibangun p
netralitas. Larangan-larangan la partai politik sebenarnya diatur dangan
dan menjadi prinsip memeg
(2) UU No. 42 Tahun 2008 tentang dan Wakil Presiden melarang pela
sertakan Kepala desaD berkampanyedanpergk. senada tertuang dalam UU
No. 8 T Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD. panye ini dapat dimaklumi
karena perangkatnya dituding sebagai sa broker suara dalam pemilihan
umu mesin birokrasi10 dalam pilkada
Lihat antara lain Harun Husein, Pemilu Indonesia: Fakta, Angka, Analisis, dan Stu-di Banding.
Jakarta: Perludem, 2014, hal.87; juga Gregorius Sahdan dan Muhtar Haboddin (ed). Evaluasi
Kritis Penyelenggaraan Pilkada di Indonesia. Yogyakar-ta: the Institute Power of Democracy
(IPD), 2009.
196 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
Dalam konstruksi RUU Desa, uku Desa dan perangkat desa adalah U potensi
menimbulkan perbedaan da UMR di tiap kabupaten/kota berbe bahasan,
perbedaan gaji Kepala D dikaji. Selama ini, gaji tetapn s penghasilan tidak
tetap Kepala D nya, sehingga menimbulkan kecemb
Jenis
Sumber
Keterangan
PenghasilanDana
Dibayar
setiap
bulan
tetap
perimbangd
ana perimbangannya
dalam
APBNditetapkan dalam APB
yang
diterimakabupaten/kota
kabupaten/kota
Tunjangan
APB Desa
Ditetapkan l
Perwali
JaminanBPJS
UU No. 40 Tahun 20
kesehatan
Penerimaan
Diatur lebih
lanjut
lainnya yang
sah
Des, tetapi kemudian PP menyebut Des. Bukankah ini berarti juga desa
mendapatkan tunjangan yang Bagaimana pula PNS yang diangka apakah ia
tetap punya hak penuh Desa tanpa melepaskan sama sekal bagaimana
disebut Pasal 67 ayat
3.5.1 Pengantar
3.5.2 Pasal
Pasal 54
Musyawarah Desa merupakan foru diikuti oleh Badan Permusyawarata dan unsur
masyarakatmemusyawarahkanDesauntukha bersifat strategis dalam penyelen
penataan Desa;
perencanaan Desa;
kerjasama Desa;
Penjelasan
Ayat (1)
Hasil ini menjadi pegangan bagi perangkat Pemerintah Desa dan lembaga lain
dalam pelaksanaan tugasnya.
Yang dimaksud dengan unsur masyarakat adalah antara lain tokoh adat, tokoh
agama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, perwakilan kelompok tani, kelompok
nelayan, kelompok perajin, kelompok pe-rempuan, dan kelompok masyarakat
miskin.
Ayat (2)
Huruf a
Dalam hal penataan Desa, Musyawarah Desa hanya memberikan pertimbangan dan
masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota.
Huruf b, huruf c, huruf e, huruf f, huruf g, serta ayat (3) dan ayat (4) cukup jelas.
Pengaturan Musyawarah Desa dala dalam satu Pasal berisi empat ay pasal
54 tersebut berisi tentang yang dibahas dalam musyawarah de
Musyawarah Desa; dan Pembiayaan proses pembahasan DIM, klausulMu
diperdebatkan, semua fraksi setu bab. Pemerintah dan DPR sepakat
RUU Desa yang diajukan oleh Pemerintah mereduksi kedudukan Musyawarah Desa
dalam sistem pemerintahan desa. Musyawa-rah desa hanya berfungsi untuk
membahas, mendiskusikan dan mengkoordinasikan program-program strategis
yang akan dilak-sanakan pemerintah desa. Hasil musyawarah digunakan sebagai
bahan dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa dan merupakan
masukan bagi Kepala Desa dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan desa serta bagi BPD dalam penyelenggaraan
musyawarah BPD. . . DPD RI mengusulkan desa membentuk dan
menyelenggarakan musyawarah desa, atau nama lain, sebagai wadah tertinggi un-
tuk pengambilan keputusan desa yang bersifat strategis.
Ini ada persoalan kuasa desa dan kuasa rakyat ya, itu menya-tu di dalam desa
tetapi persoalannya begini pak, kuasa desa ini sekarang tidak berdaya karena
berhadapan dengan kuasa ne-gara dan kuasa modal, jadi banyak sumber daya
lokal yang ini terkikis abis lah kalau ada intervensi modal misalnya soal air dan
macam-macam, dan oleh karena ini kan persoalan agraria yang kita harus
selesaikan juga, termasuk pembangunan pede-saan yang mengandung investasi
ya, sebenarnya pikiran yang sudah berkembang, bagaimana desa itu secara
kolektif mam-pu mengontrol usulan kita itu ada semacam musyawarah desa,
musyawarah desa itu sebagai semacam institusi yang bisa kita panggil untuk
mengambil keputusan strategis di desa, supaya ini tidak hanya diputuskan oleh
segelintir orang tetapi oleh forum yang lebih besar, karena modalnya kan
Bupati-Kepala Desa se-lesai gitu ya, jadi artinya keputusan mengenai investasi
yang ber-sentuhan dengan desa itu tidak hanya dari tangan Bupati, tetapi juga
itu basisnya ada di desa, dan desa itu pengambil keputusan-nya adalah
musyawarah desa.
206 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
3.5.4 Tanggapan
Payung hukum pelaksanaan Musr diatur dalam Undang Undang No. teknis
pelaksanaannya diatur mel (SEB) Menteri Negara Perencanaan Kepala
Bappenas dan Menteri Dala Teknis Penyelenggaraan Musrenban
tahun. Secara khusus Musrenbangd No. 66 Tahun 2007 tentang Peren yang
didalamnya termuat petunju Musrenbang untuk penyusunan Renc
Menengah Desa (RPJMDes) dan Renc Desa (RKPDes) tahunan yang kemud
Surat Dirjen414.PMD2/1408/PMDNo.31Marettanggal20 tentang Petunjuk
Teknis Perencan
Pemerintah
Desa
Badan
Masyarakat
Permusyawa-
Desa
ratan Desa
Gambar tersebut memperlihatkan pemangku kepentingan dalam pelak
Kepala Desa beserta perangkatnya
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 209
Klaster 3
dan lembaga lain dalam pelaksanaan tugasnya. Dalam hal t kon lik
kepentingan, maka peratu jalan keluar yang tegas, misalny punya
kewenangan menegur Kepala Desamemang memberi hak kepada mas
kukan pengawasan atas kegiatan pe desa serta menyampaikan aspirasi hal
kon lik kepentingan itu berk lokal berskala desa, maka Desa p tur dan
mengurus. Sedangkan jika yang ditugaskan dan kewenangan l Desa hanya
punya kewenvidePangansal 20mengda UU Desa). Bahkan dalam hal penat
tap ada di tangan pemerintah kabu hanya sekadar forum untuk member
sukan (Penjelasan Pasal 54 ayat 2
Perencanaan
Penataan Desa
Kerjasama Desa
Desa
Rencana
Penambahan
Pembentukan
dan Pelepasan
Investasi yang
BUM Desa
Aset Desa
masuk ke Desa
Kejadian
Luar Biasa
a. Hal-Hal Strategis
Pasal 54 ayat (2) UU Desa meng sebagai hal yang bersifat strate lenggaraan
musyawarah Desa. Teta strategis dan penormaannya terke untuk
menambahkan hal strategis juh hal itu saja yang masuk dikate luar ketujuh
hal tersebut tidak h rah Desa. Dalam praktiknya sanga pandangan
antaradesadenganpemerintwargadesah menge-nai sifat strategisnya
sesuatuut ha frasa kejadian luar biasa. Apa luar biasa? Banjir, misalnya, bi
Pembiayaan Musdes berasal dari raan Musdes yang hanya bergantun nya
menimbulkanPertamadua, persoalanbiladana. AP tidak mencukupi untuk
Musdes sek menyelenggarakan Musdes? Penyele dengan difasilitasi
pemerintah d dalih tidak ada dana, apakah BPD naan Musdes, dan lantas
memberik pala Desa untuk memutuskan hal-h BPD?Kedua, persoalan
pertama sebenar membuka peluang pendanaan Musdes yang sah dan tidak
mengikat. Tet kaedah yang harus ditaati pesert rasal dari pihak ketiga?
3.6.1 Pengantar
Dalam tema ini akan dibahas as BPD dalam menjalankan perannya d fungsi;
keanggotaan; hak dan kew
3.6.2.2 Pasal
Pasal 55
Penjelasan
Cukup jelas
Dalam proses awal masuknya RUU secara tidak langsung mengakui b lam
perundang-undangan sebelumny nya, diatur dalam Pasal 209 UU N kanBPD
berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala
Naskah Akademik RUU Desa menggu wakilan Desa yang menjalankan- fun
214 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
keterwakilan banyak kelompok dalam desa. Desain yang full time itu juga
sebagai respons dan persiapan untuk menghadapi banyak-
Pada saat Naskah Akademik itu musan DIM, hanya ada dua fungsi dan
menyalurkan aspirasi masyara naan pembangunan desa dan pember dan
(b) memberikan masukan, sara lam perumusan regulasi yang dite tapi
dalam proses pembahasan DIM penambahan fungsi lain yakni pe
pemerintahan desa. Bahkan usulan berkembang. Fraksi Partai Gerind
bahan antara lain membentuk pani mengusulkan pengangkatan dan pem
dan menyampaikan hasil pengawasa kepada pemerintah daerah yang di
Pada saat menyampaikan Keteran atas RUU tentang Desa pada tangg lam
Negeri Gamawan Fauzi menyebu
Karena, ini hal kedua, bahwa perkembangan antardesa itu kan tidak sama . . .
seperti kita diskusi di Yogya ya kan, misalnya BPD, itu tidak masalah. Mereka
evolusinya. Kon irmasinya itu mudah.
. . dari lembaga genuine, asli desa terus jadi LMD, LKMD, itu gam-pang, begitu. Terus
berubah lagi jadi BPD, gampang itu. Tapi ka-lau daerah-daerah, itu tidak mudah.
Jadi ini juga harus dipertim-bangkan, begitu. Karena itu fokus utamanya harus jelas.
Forum Wali Nagari (Forwana) Sum agar peran BPD tidak diamputasi bang
atas kekuasaan Kepala Desa Forwana, menyampaikan pandangan Oktober
2012:
Secara teoritik, pemerintahan m luas dan arti sempit. Umumnya pem rujuk
pada trias politica Montestif,
Desa 217
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3
UU No.
UU No. 22/1999
UU No. 32/2004
UU No. 6/2014
5/1979
Tidak
mengeMengenal-
MengenalBadan
MengenalBadan
Permu-
nal
lembagaPerwakilanPermusyawaratanDesaBadan
legislatifsebagai
lembagaDesa;berfungsisyawaratan
desa. HanyalegislatifmenetapkandesaDesaperasebagai-
MusyawarahmengayomimaadatKepalamelaksanakanDesa,
merupakanpemerintahmenyalurkandesarintahan,as-
yan
unsur
pememembuat-
Perdes,pirasi masyarakatanggotanya.
me
pirasi masyarakat,disebutdalamberdasarkan
san
tukan Peraturantetapkan seca
Perundangdemokratis-un-
.
dangan.
Masalah ini sudah lama menjadi perhatian para penulis buku hukum administrasi negara. Lihat
H.A. Muin Fahmal. Peran Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Layak dalam Mewujudkan
Pemerintahan yang Bersih. Yogyakarta: UII Press, 2006, hal. 24-28.
218 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
3.6.3 Keanggotaan
3.6.3.1 Pengantar
3.6.3.2 Pasal
Pasal 56
(3) Anggota Badan Permusyawaratan D pada ayat (1) dapat dipilih untu banyak 3
(tiga) kali secara bert berturut-turut.
Penjelasan
Ayat (1) Yang dimaksud dengan dilakukan secara demokratis adalah dapat
diproses melalui pemilihan secara langsung dan melalui proses musyawarah
perwakilan.
Ayat (2) Masa keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa terhitung sejak tanggal
pengucapan sumpah/janji.
Pasal 57
Penjelasan
Cukup jelas
220 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
Pasal 58
Jumlah anggota Badan Permusya dengan jumlah gasal, paling sedik banyak 9
(sembilan) orang, dengan rempuan, penduduk, dan kemampuan
Peresmian anggota Badan Permusy dimaksud pada ayat (1) ditetapkan Walikota;
Susunan kata sumpah/janji angg Desa sebagai berikut: Demi Alla berjanji bahwa
saya akan memenuh anggota Badan Permusyawaratan Des sejujur-jujurnya, dan
seadilat-adil dalam mengamalkan dan mempertahan dasar negara, dan bahwa saya
aka demokrasi dan Undang-Undang Dasar nesia Tahun 1945 serta melaksana
undang-undangan dengan selurus-lu desa, daerah, dan Negara Kesatuan
Penjelasan
Cukup jelas
Keanggotaan
Pasal 56 UU Desa ini termasuk dapat perhatian oleh Panja, sela menteri,
musyawarah Desa, dan ke disepakati setelah melalui tim adalah
sebagaimana hasil akhir d ber 2013. Pidato Ketua Pansus RU DPR tanggal
18 Desember 2013 men la tersebut, denganRUUtentang
mengatakan:Desamengatur
Sejak awal DIM memang ada perbe mengusulkan anggota BPD menjabat
diangkat kembali untuk satu kali si Demokrat mengusulkan 10 tahun kali;
Fraksi PPP mengusulkan mas dipilih kembali. Rumusan yang di 6 tahun dan
dapat dipilih kemba berikutnya. Parlemen menganggap diungkapkan Ketua
Rapat, Achmad Desember 2013.
Saya kira perbedaan angka itu membawa implikasi, salah pa-ham. Jadi, karena
itu, pilihan kata yang ada di sini adalah da-pat dipilihkembali. Sama dengan
Kepala Desa. Saya kira, samain saja. Jadi, bunyinya adalah ayat (2)-nya saja:
Masa keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa adalah 6 tahun dan dapat
men-jabat paling banyak 3 kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak
berturut-turut. Mutatis mutandis, mengambil dari Ke-pala Desa.
Ini rumusan darimana yang tadi 3 kali ini? Darimana, siapa yang membuat ini,
yang 3 kali berturut-turut itu. Tidak ada 3 kali berturut-turut. . . Saya ingin
koreksi. Yang berlaku adalah 39, coba 39, eh 56. . coba yang Kepala Desa
berapa?
Kalau begitu, ini yang ayat (2) dicopy paste ke dalam BPD. Sela-ma diskusi tidak
pernah ada kata 3. Ternyata ada rumusan baru.
Desa 223
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3
b. Persyaratan
Usulan persyaratan anggota BPD pada saat penyusunan DIM. PPP me baru
dengan membandingkan rumusa bandingkan dengan rumusan yang s
terdapat perbedaan dari yang diu si PPP mengusulkan usia minimal rat
pendidikan. Sementara UU Des minimal lulusan SMP/sederajat. P
dihubungkan dengan tugas-tugas m sanakan
kepemerintahanlocalgovernance). desa (
Dari situlah kemudian, nanti akan membentuk yang disebut local governance,
lokal desa tadi. Tata kelola desa yang memung-kinkan mereka memiliki
kemampuan untuk bisa melakukan be-berapa hal yang mendasar bagi
perubahan pembangunan eko-nomi di desa itu. Itu kerangka pikirnya.
224 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
Jumlah Anggota
Substansi lain terkait keanggo BPD. Sesuai dengan rumusan Pasal ling
sedikit 5 orang dan paling harus gasal. Jadi, pilihannya ad yang harus
diperhatikan dalam me layah, perempuan, penduduk, dan Siapapun yang
terpilih dan bagai pengangkatan mereka harus diteta pati/Walikota.
Berkaitan dengan jumlah anggot gasan anggotanya tetap 5 orang s DIM per
Oktober 2012. Namun rup memantik perbedaan. Fraksi Parta jumlahnya
dua orang dari masing-agar lebih merepresentasikan ma mengusulkan agar
jumlah maksimal ngan ketentuan 3 orang berasal d orang dari utusan
lembaga-lembag kan sebaiknya jumlah anggota BPD 11. Fraksi PPP pula
yang menyin perempuan, jumlah penduduk, dan dirumuskan Pasal 58 ayat
(1) di 5 orang tidak cukup untuk mengak aspirasi masyarakat desa. Tetapi
PPP telah berubah pandangan, seb W. Thalib dalam Pendapat Akhir M gal
11 Desember 2013. Ia mengata
Untuk mengawasi jalannya pemerintahan desa dibentuk Badan Permusyawaratan
Desa yang keanggotaannya dipilih berdasar-
Desa 225
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3
kan keterwakilan wilayah paling sedikit 5 (lima) orang dan pa-ling banyak 9
(sembilan) orang. Pada prinsipnya BPD melakukan fungsi legislasi secara terbatas di
tingkat pemerintahan desa.
Isu keterwakilan perempuan anta Desa. Direktur Bina Desa, Dwi As
akademik yang sama sekali tak me rempuan,afirmative action. Padahal,
menurut D punya kontribusi signi ikan dala lanjutan. Ia mengatakan:
RUU Desa belum memberikan ruang bagi perempuan untuk ter-libat aktif dalam
pelaksanaan pembangunan pedesaan. Ini kare-na tadi dari Naskah Akademiknya
saja tidak dipotret begitu ya, tidak disinggung. Lalu, kalau kami lihat dari pasal per
pasal itu tidak ada satu kalimat pun yang menyebut tentang perempuan.
3.6.3.4 Tanggapan
Undang-Undang Desa bukan hanya jiban desa, tetapi juga hak dan Khusus
mengenai hak dan kewajiba 61-63 UU Desa. Undang-Undang ini gaan BPD
dan hak personal pengur jiban mereka.
3.6.4.2 Pasal
Pasal 61
Menyatakan pendapat atas penye desa, pelaksanaan pembangunan des katan desa,
dan pemberdayaan masya
Penjelasan
Pasal 62
Penjelasan
Cukup jelas
Pasal 63
Penjelasan
Cukup jelas
Masuknya hak dan kewajiban BPD usulan dari Fraksi PPP saat pe
mengusulkan tambahan pasal-pasal kewajiban, dan larangan bagi BPD hak,
kewajiban, dan larangan bag banyak mengalami perubahan karen
berkeberatan.
Salah satu yang sempat disinggu hak mengajukan Rancangan Perdes. yang
diundang dalam RDPU tanggal
Kemudian yang menarik lagi adalah tatkala desa itu ada peme-rintahan desa,
kemudian ada muncul lagi Badan Permusyawa-ratan Desa ya. Dia representasinya
dari penduduk desa seolah-olah legislatifnya desa. Tetapi tidak mempunyai
kewenangan untuk mengesahkan pembentukan peraturan perundang-undan-gan.
Kalau begitu, apa demikian jelas bahwa makna daripada desa kita ya desa. Kita ini
adalah desanya eksekutif ya karena
Desa 229
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3
peraturan desa yang dibuat itu cukup setelah mendengarkan paparan, masukan,
selesai, langsung minta diajukan ke Bupati untuk disahkan. Selesai ya. Peran
Badan Permusyawaratan ini apa, hanya memberikan pertimbangan?
Saya pernah riset di salah satu desa di Bantul dimana Kepala Desanya sampai
stroke karena Badan Perwakilan Desa (BPD). Waktu itu kan BPD mempunyai
hak untuk menjatuhkan Kepala Desa. Kasarnya seperti itu toh. Jadi, semacam
blackmail, kemu-dian ada semacam cara-cara yang menurut saya tidak etis dila-
kukan oleh BPD terhadap Kepala Desa. . . . Itu disembuhkan oleh UU No. 32
Tahun 2004 yang menyangkut mengenai desa. Nah, saya berharap nanti adanya
undang-undang baru ini tidak akan menimbulkan hal-hal yang kontroversial
lagi.
Dalam Pandangan Mini Fraksi PPP ini mengatur hak-hak dan kewajib bang,
dan mendorong agar masyara dalam melakukan perencanaan, pel
pembangunan yang dilakukan oleh
3.6.4.4 Tanggapan
Dimana ada hak, di situ ada ke sekaligus kewajiban. Undang-Unda hak yang
melekat pada kelembagaa lekat pada masing-Hakmasingyanganggotamelek
kelembagaan pada dasarnya tak bi satu orang ketua BPD, melainkan
mekanisme pengambilan keputusan.
Satu hal yang masih perlu diper menyampaikan pendapat di luar fo kah
dimungkinkan anggota BPD men kepala desa, misalnya, melalui s desa?
Namun secara pribadi anggot suatu usul rancangan Peraturan D
Selain hak dan kewajiban, angg larangan yang sebagian besar isi Kepala
Desa. Sebagaimana rumusan
Desa 231
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3
3.6.5.2 Pasal
Pasal 64
Melakukan korupsi, kolusi, dan rang, dan/atau jasa dari pihak la putusan atau
tindakan yang akan d
Menyalahgunakan wewenang;
Penjelasan
Cukup Jelas
tian dan pemilihan Kepala Desa, tindakan penyidikan terhadap Kepala Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa.
3.6.5.4 Tanggapan
Satu hal yang patut ditegaskan anggota BPD menjadi anggota par pada
Pasal 64 huruf h, yang dil rus meskipun tak dijelaskan lebi ini pengurus
tingkat apa yang di untuk semua tingkatan dan jenis partai politik.
Menurut Pasal 59 ayat (1) pimpi ketua, 1 orang wakil ketua, dan nya
anggota BPD berjumlah 5, mak berstatus anggota. Pimpinan dipi dalam
rapat yang diadakan secara adalah berikut:
3.6.6.2 Pasal
Pasal 59
(1) Pimpinan Badan Permusyawaratan orang ketua, 1 (satu) orang waki sekretaris;
234 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
Pimpinan Badan Permusyawaratan sud pada ayat (1) dipilih dari da syawaratan
Desa secara langsung d tan desa yang diadakan secara khu
Rapat pemilihan pimpinan Badan tuk pertama kali dipimpin oleh an anggota
termuda.
Penjelasan
Cukup jelas
Penjelasan
Cukup jelas
tentang Desa 235
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
Klaster 3
Pemilihan Badan Musyawarah Desa, itu kan juga dipilih secara demokratis.
Seperti apa? Apakah ini diatur oleh masing-masing kabupaten atau diatur
dengan PP? Kalau dulu diatur dengan Perbup saja karena setiap daerah
berbeda-beda. Makanya, apa yang disebut di sini, nanti pengaturannya PP,
disebutkan di situ, bahwa nanti diatur dengan PP saja.
Anggota Fraksi Partai Demokrat punya pandangan berbeda. Ia meng diatur
dalam Peraturan Daerah (P daerah. Seperti ia ungkapkan ber
Sebenarnya, waktu perdebatan soal BPD, tata caranya memang hampir semua
kabupaten/kota itu terutama yang basisnya provinsi, itu berbeda-beda Pak.
Karena itu kemarin secara implisit sebenarnya diatur di Perda. Asumsi kita
bukan di PP karena PP akan kesulitan melihat perbedaan-perbedaan tata cara
pemilihan yang sudah berkembang pada saat sekarang ini. Kalau memang harus
ditegaskan aturan lebih lanjut, menurut saya lebih tepat Perda, Pak.
236 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
raturan Daerah/Kota.
3.6.6.4 Tanggapan
3.7.1 Pengantar
3.7.2.2 Pasal
Pasal 69
Rancangan Peraturan Desa tenta Belanja Desa, pungutan, tata ruan Desa harus
mendapat evaluasi dar ditetapkan menjadi Peraturan Desa
Hasil evaluasi sebagaimana dim kan oleh Bupati/Walikota paling kerja terhitung
sejak diterimanya but oleh Bupati/Walikota.
Peraturan Desa dan peraturan lam Lembaran Desa dan Berita Desa
Dalam pelaksanaan Peraturan D pada ayat (1), Kepala Desa meneta sebagai aturan
pelaksanaannya.
Penjelasan
Cukup jelas
Pasal 70
Peraturan Bersama Kepala Desa ditetapkan oleh Kepala Desa dari melakukan
kerjasama antar-Desa.
Peraturan bersama Kepala Desa ayat (1) merupakan perpaduan kep masing dalam
kerjasama antar-Desa
Penjelasan
Cukup jelas
Sebagai konsekuensi atas penetapan kewenangan yang mele-kat pada desa, maka
desa mempunyai kewenangan (mengatur, mengurus, dan bertanggung jawab) untuk
menyusun peraturan desa. Peraturan desa disusun oleh Kepala Desa dan BPD
sebagai kerangka kebijakan dan hukum bagi penyelenggaraan peme-rintahan dan
pembangunan desa. Penyusunan peraturan desa
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 241
Klaster 3
Dalam DIM per Oktober 2012, Per bab tersendiri (Bab XVI) yang te Tetapi
setelah jadi, jumlahnya m Rumusan dalam RUU mengalami bebe usulan
anggota Dewan. Poin-poin perdebatan adalah:
c.Evaluasi. Semua fraksi sepakat ada oleh Bupati/waikota. Materi yan dari
kepala daerah adalah ranc kut Anggaran Pendapatan dan Be ruang, dan
organisasi Pemerint Fraksi PDIP, PKS, PPP, PKB, Ger sulkan pemanfaatan
lahan, tet jadi tata ruang dalam naskah UU
Dewan Perwakilan Daerah, dalam April 2012, melalui juru bicaran paikan
pandangan:
Namun kewenangan membuat Perdes kan DR. Hanif Nurkholis, pakar ya gal
13 Juni 2012. Ia menghubungk pemerintah desa, apakah lembaga merintah.
Hanif mengatakan:
Di situ ada juga yang di dalam pikiran saya sebagai disiplin ad-ministrasi negara.
Itu juga ganjil, yaitu ada satu kewenangan
244 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
Dalam rapat yang sama, Hanif j gan mengenai problem yang mungki
muatan Perdes dihubungkan dengan Universitas Terbuka itu mengatak
Saya pernah mengatakan bahwa RUU Desa ini tidak akan per-nah menyelesaikan
persoalan karena sektoral sudah mengatur terlebih dahulu. Kalau desa berwenang
mengatur hutan, hutan itu diatur Undang-Undang Kehutanan. Kalau desa sudah
berwe-nang mengatur air, air udah diatur oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2004. Kalau desa ingin mengatur jalan, ada Undang-Un-dang Jalan dan seterusnya.
Sehingga kami pernah mengatakan kewenangan desa ini jangan-jangan hanya
pepesan kosong. Di-state oleh Undang-Undang, tapi tidak operasional. Pernah kami
berdiskusi di Kemendagri, okelah kalau begitu kewenangannya yang kecil-kecil
sajalah. Yang kecil-kecil itu apa? Pernah Pak Gir-sang, Direktur Pemerintahan Desa,
ya pokoknya mengatur mi-salnya pagar desa, mengatur pelelangan desa, mengatur
tentang pelabuhan desa yang kecil dan seterusnya. Tetapi persoalannya kemudian
tidak sesederhana itu.
3.7.2.4 Tanggapan
Salah satu masalah krusial adal sebagai salah satu jenis peratur bungkan
dengan UU No. 10 Tahun 20 No. 12 Tahun 2011 tentang Pembent
Undangan. Catatan dalam DIM No. kekhawatiran munculnya masalah d
Merujuk pada Peraturan Desa yang pernah diakui dalam UU No. 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Un-dangan, namun kemudian
dihilangkan dalam UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan, maka diusulkan untuk ditinjau kembali Bab XIII tentang
Pera-turan Desa, karena apabila terdapat permasalahan atas perse-lisihan dan
desa menggunakan dasar peraturan desa, maka da-lam penyelesaian hukum
keberadaan peraturan desa tidak akan memiliki landasan hukum, payung
hukum yag berarti. Dan juga tidak ada kekuatan yang memaksa secara hukum
harus dipatuhi atau ditegakkan.
b. Materi Muatan
Bab VIII (Pasal 69-70) UU Desa apa yang menjadi materi muatan se dalam
Pasal 69 ayat (1). Sementa dah meniadakan Perdes dalam tata an,
meskipun tetap diakui status dang-undangan. Undang-Undang seb 2004
yang mengakui perdes dalam h an menegaskan materi muatan per adalah
seluruh materi dalam rang desa atau yang setingkat sertan p perundang-
undangan yang lebih ti UU tak menyebutkan lagi apa mater secara eksplisit
disebut UU Desa lah BUM Desa (Pasal 88) dan APB D
muatan setiap jenis Perdes terse Menteri Dalam Negeri No. 111 Tah Teknis
Peraturan di Desa yang te pun materi muatan setiap jenis p dagri ini
adalah:
Jenis Peraturan
Materi Muatan
Peraturan elaksanaanDesaP kewenangan des an lebih lanjut dari pera undangan
yang lebih tingg
lebih tinggi.
Pengujian Perdes
Pasal 69 ayat (2) dan Penjelasa negaskan bahwa Perdes tidak bole turan
perundang-undangan yang le dengan kepentingan umum. Atas da siapapun
pihak yang dirugikan bi pembatalan
Perdesapakah.Persoalannya,dimungkinka jukan hak uji materiil dan formi
Dengan memasukkan Peraturan Desa atau peraturan lain yang setingkat dengan
Peraturan Desa ke dalam pengertian peraturan perundang-undangan, berarti
Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 itu memperlakukan Peraturan Desa itu sebagai
peraturan yang sama-sama merupakan produk politik yang mencerminkan per-
gulatan kepentingan di antara cabang-cabang kekuasaan legisla-tif dan eksekutif,
baik di tingkat daerah maupun pusat, tidak boleh dinilai atau diuji oleh sesama
lembaga politik. Pengujian undang-undang dan peraturan daerah itu harus
dilakukan melalui me-kanisme judicial review dengan melibatkan peranan hakim
yang objektif dan imparsial sebagai pihak ketiga (2006: 103-104).
Gagasanexecutive preview itu kemudian terce Pasal 69 ayat (4) sampai ayat
(8 Bupati/Walikota, tetapi terbatas mengenai Anggaran Pendapatan dan
tata ruang, dan organisasi pemer
baik dan benar, juga harus mempe akan diatur agar tidak melanggar bih
tinggi dan tidak terjadi dup
3.7.3.2 Pasal
Pasal 69
Ayat (9)
Ayat (10)
Penjelasan
Sebagai sebuah produk politik, Peraturan Desa diproses secara demo-kratis dan
partisipatif, yakni proses penyusunannya mengikutsertakan partisipasi masyarakat desa.
Masyarakat desa mempunyai hak untuk mengusulkan atau memberikan masukan
kepada Kepala Desa dan Ba-dan Permusyawaratan Desa dalam proses penyusunan
Peraturan Desa.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 253
Klaster 3
Dalam proses pembahasan RUU Des banyak disinggung. Regulasi tent kian
rupa sehingga bisa meningka desa. Dalam Rapat Pansus 4 April dari Fraksi
Gerindra menyatakan:
Selain itu, yang tidak kalah pentingnya dengan menempatkan desa sebagai
entitas subyek dari tata pemerintahan dan pemba-ngunan kesejahteraan. Maka
konsekuensi logis regulasi tentang desa juga harus memposisikan masyarakat
desa sebagai subyek. Dalam konteks ini . regulasi tentang desa harus
mendorong partisipasi masyarakat desa dalam tata kelola pemerintahan
desa dan pembangunan kesejahteraan dengan membuka ruang prakarsa yang
berpijak pada local asset, yakni kelembagaan so-sial yang sudah ada di desa.
3.7.3.4 Tanggapan
ik mengenai hak masyarakat meny ran atas Perdes. Norma yang terk
sebagaimana disebut Pasal 68 aya
Desa 255
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3
Nurul Firmansyah dan Wing Prabowo. Berhukum dari Desa, Memotret Proses Lahirnya Aturan
Berbasis Masyarakat Desa. Jakarta: Perkumpulan HuMA, 2013, hal. 65.
Ibid., hal. 60.
256 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
1. Iden ikasi
Masalah
6. Sosialisasi/
2. Iden dikasi
Pengesahan
Landasan Hukum
Rancangan
Perdes
5. Pembahasan/
3. Penulisan
Revisi
Ranperdes
4. Konsultasi
Publik
Setiap warga Desa berhak menya kan, saran, baik secara lisan mau dan
dibahas dalam musyawarah Des pendapat, saran dan masukan itu syarakat
Desa yang bisa menghadi tokoh adat, tokoh agama, tokoh m perwakilan
kelompok tani, nelaya hati dan perlindungan anak, dan
UU Desa tidak merinci apa saja des. Undang-Undang ini hanya men lakukan
oleh Kepala Desa dan BPD Pasal 69 ayat (4) menyebutkan ma tata ruang,
dan organisasi pemer
las. Artinya, kalau ini kita tetapkan, saya usulkan bahwa pemerin-tah itu wajib
membuat PP yang tegas dalam membagi sub urusan. Jadi misalnya pendidikan itu
yang nasional apa, yang provinsi apa, yang kabupaten apa, itu harus eksplisit, harus
tegas.
Bito Wikantosa, Op.cit. Masalah ini telah diatur secara rinci dalam Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi No. 1 Tahun 2015 tentang Pedoman
Kewenangan Berdasarkan Hak Asal usul dan Kewenangan Lokal Berkala Desa.
260 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3
pembentuk yang tepat; (c) kesesu materi muatan; (d) dapat dilaksa
kehasilgunaan; (f) kejelasan rum
Isu paling krusial dalam pemben terlihat dari proses pembentukan ber
daya manusia, dalam arti kem BPD dalamdrafting. Penyusun Naskah
Akadem pakar yang diundang ke DPR juga tas sumber daya manusia
penyusun berikan oleh Undang-Undang adala pejabat yang lebih tinggi.
USiapa Desa memberikan wewenang kepada kan evaluasi, sedangkan
Pasal4 8 memberi hak pengawasan dan pemb pati/Walikota, dan Pasal 154
PP camat untuk fasilitasi penyusun Desa. Sedangkan Pasal 88 PP No.
Peraturan Bersama Kepala Desa pala Desa yang dibuat dalam ran
Bagaimana pula dengan Peraturan syawaratan Desa yang disebut dal 2014,
apakah ini jenis peraturan
3.8 Penutup
dengan tata kelola pemerintahan baik di level pemerintah pusat, harus pula
dilaksanakan pada tin prinsip-prinsip tata kelola peme tahan Desa
berpotensi tidak stab dan kewenangan masing-masing pem la Desa yang
tidak transparan da pemerintahan desa, misalnya, ber mundur oleh
masyarakat desanya.
Pendahuluan
Menurut Dr. Ir. Arya Hadi Dharm hak adalah manusia, aktor 1. atauPada p
bagian ini yang disebut desa ada bagaan. Pengertian tersebut memp
Ketentuan Umum di Pasal 1 angka
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyara-kat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
ma-syarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat Umum DPR tanggal tanggal 27 Juni 2012
pembahasan Rancangan Undang-Undang Desa
Desa 265
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 4
yang pertama. Sementara hak yang hak tradisional dapat diartikan sejak
desa ada. Hak adalah kuasa kan suatu yang semestinya diteri pihak tertentu
dan tidak dapat o yang pada prinsipnya dapat ditun adalah bawaan atau
kepunyaan yan Sedangkan kewajiban adalah beban yang semestinya
dibiarkan atau tertentu, tidak dapat oleh pihak sipnya dapat dituntut
secara pak Sedangkan kewajiban adalah sesua atau sesuatu yang
diwajibkan. Ke melakukan sesuatu.
Bab VI dalam UU Desa mengatur jiban Desa dan Masyarakat Desa s asaan
untuk berbuat sesuatu seba nurut KBBI. Bab VI terdiri atas Pasal 68. Yang
berkaitan dengan berkaitan Hak dan Kewajiban Masy
4.2.1 Pengantar
4.2.2 Pasal
Pasal 67
Desa berhak:
Desa berkewajiban:
mengembangkan pemberdayaan ma
Penjelasan
Cukup jelas
Pada Naskah RUU Desa, pengatu Kewajiban Desa terdapat pada pas RUU
Desa yang disampaikan kepada lui Direktorat Pemerintahan Desa deral
Pemberdayaan Masyarakat Da Negeri Tahun 2007 berkaitan deng
Pasal 20
Penjelasan
Cukup jelas
2
Disarikan dari Naskah Akademik yang disampaikan oleh Direktorat Pemerintahan Desa Dan
Kelurahan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Departemen Dalam Negeri pada
tahun 2007 kepada DPR.
Pasal 21
Penjelasan
Cukup jelas
Pada Rapat-rapat Kerja dan Rap yang dilaksanakan oleh DPR denga hak
dan kewajiban desa sebagaima ini tidak dibahas secara spesi i panjang.
Pembahasan secara spesi panjang lebih banyak berhubungan nangan Desa,
dan Penataan Desa. rapa Rapat, baik Rapat Kerja (Ra Rapat Dengar
Pendapat Umum (RDPU) keholders, bagian hak dan kewajib
Mari kita cermati, kalau memang tidak punya data, saya siap
kontribusi data. Sejak Undang-undang yang mengatur tentang
Desa jaman Belanda, yaitu inlandjimentie ordonantie, saya me-
lompat langsung tentang Desa yang dibuat jaman Orde Lama,
Orde Baru, dan dimana saat ini sampai orde reformasi, terakhir
dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2004. Tolong dibaca dan
dicermati. Kalau tadi didepan Pak Kyai Muqowam mengatakan,
mengapa desa tidak pernah menampakkan entitas, menampak-
kan jati dirinya sebagai entitas yang ada dipaling bawah.
Karena dalam Undang-undang Desa sampai hari ini, desa hanya
diberi kewajiban. Ulangi, desa hanya diberi kewajiban, tanpa
diberi ke-lengkapan hak dan kewenangan.
Tapi sekali lagi, desa hanya diberi kewajiban Pak Kyai, tolong
digarisbawahi. Secara lipstick, basa-basi, dalam Undang-un-dang
No. 32 Tahun 2004 memang diberi suatu kewenangan, tapi
kewenangan itu hanya bersifat delegatif atau pendelegasian. Jadi
ulangi sekali lagi, yang seharusnya dalam ilmu pemerinta-han,
seharusnya disini ada mentor saya, Prof. DR. Ryaas Rasyid, MA,
PHd., tidak akan pernah jalan sebuah strata pemerintah baik itu
Pemerintah desa, Pemerintah kabupaten/kota, Peme-rintah
provinsi, Pemerintah pusat maksudnya, kalau tidak di-lengkapi
dengan 3 hal yaitu kewajiban, hak dan kewenangan. Sementara
desa sejak jaman Orde Lama berubah ke Orde Baru, sampai dengan
era reformasi saat ini, aturan Undang-undang yang mengatur
tentang Desa, Desa hanya dikasih 1 saja, yaitu kewajiban. Itupun
diterjemahkan dalam Peraturan Pemerintah dengan bahasa yang
malu-malu yaitu dikemas dengan suatu bahasa, pendelegasian. Itu
dulu.
Yang berikut juga tadi, dari Pak Ketua Parade Nusantara, me-mang kalau dilihat
bahwa yang ada itu adalah kewajiban. Se-mentara, belum ada suatu hak yang
diberikan, satu kewenangan yang diberikan kepada kepala desa ataupun
perangkatnya. Se-hingga desa hanya menjadi satu objek. Kegiatan-kegiatan pem-
bangunan sering hanya dilakukan oleh supra tadi, oleh institusi diatas dari pada
desa. Sementara dari desa, hanya menjadi pe-nonton yang tidak berdaya sama
sekali, untuk menegur atau mengawasi. Inilah yang tentunya diperhatikan dan kami
juga sangat konsen dengan hal itu, sehingga ada meskipun di dalam Undang-undang
Dasar 1945 kita tidak mengenal daerah tingkat III, tidak dikenal ya, daerah tingkat
III, tetapi harus ada split, otonomi daerah yang dititikberatkan tingkat II, itu harus
sampai ke tingkat desa. Banyak hal itu yang diisyaratkan dalam aturan, misalnya
Undang-undang No. 5 Tahun 1979, ada pembagian juga. Pembagian terhadap
berapa pendapatan atau bagi hasil daripada retribusi pajak. Tetapi dalam
implementasinya ternya-ta tidak dilakukan. Jadi ada semacam hak-hak yang
tertahan di-tingkat kabupaten/kota. Sehingga didalam pasal dan ayat yang ada, ini
memang sudah harus jelas. Tadi kami sangat menyambut baik, harus jelas, bahwa
daerah tidak bisa mengurangi ataupun mengalihkan dana yang harusnya untuk
desa, untuk kegiatan yang lain. Jadi tentunya ini adalah merupakan harapan dari
kita, karena kemajuan daripada desa akan menjadi kemajuan daripa-da daerah itu
sendiri.
Sementara itu dalam DIM, masuk Hak dan Kewajiban Desa dan Masya pada
perubahan nomor bab, pasal, kata. FPKS mengusulkan adanya per nya Bab
IV menjadi Bab VI. Kemud sulkan adanya perubahan nomor pa FPPP
mengusulkan untuk menyesuai
4.2.4 Tanggapan
Asasi Warga Desa) menyebutkan bahwa kesatua kum adat itu terbentuk
berdasark-nealogis, teritorial, dan/atauis g dan prinsip teritorial. Sementar,
menurut beliau adalah kesatuan m merupakan gabungan antara genealo
jelasan UUD 1945 sebelum Perubah sama-sama disebut. Penjelasan Pas
Dalam teritori Negara Indonesiazelf-besturende landchappen (daerah-
daerahvolksgetswapra-neenschappen, seperti desa di Jawa dan kabau,
Dusun dan Marga di Palemb daerah itu mempunyai susunan asl dianggap
sebagai daerah yang bers yang dipakai oleh UU Desa menunj penyusunan
UU Desa ini adalah pe asal-usul dan hak3 tradisional des
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hu-kum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk menga-tur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyara-kat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sis-tem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 67 ayat 1 huruf (b) menya menetapkan dan mengelola kelemba Desa
sebagaimana dijelaskan dala angka 5 yaitu lembaga Pemerintah diri atas
Pemerintah Desa/Desa A ratan Desa (BPD) /Desa Adat, Lem dan lembaga
adat. Sementara- itu, kan bahwaPeresmian anggota Badan
Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan kepu-
Jika sedikit mengupas sumber p pasal 71, salah satunya adalah p Pada
konteks ini Desa memiliki h daya alam di lingkungannya. Seja tersebut?
Apakah Desa juga memi kontrol dan hak untuk mengelola di wilayahnya?
4.3.1 Pengantar
4.3.2 Pasal
Pasal 68
Kepala Desa;
perangkat Desa;
Penjelasan
Cukup jelas
Naskah Akademik RUU Desa tidak jiban masyarakat desa dalam satu kah
RUU Desa, hak dan kewajiban pasal 18 dan 19. Berikut Naskah kepada DPR
oleh Pemerintah melal Desa Dan Kelurahan, Ditjen Pemb Desa, Departemen
Dalam Negeri Ta
RUU Desa
Pasal 18
mencari, meminta, mengawasi dan pada pemerintah desa tentang keg bangunan
dan kemasyarakatan di de
memilih, dipilih dan/atau- ditet rangkat desa lainnya, anggota BPD tan desa; dan
Penjelasan
Cukup jelas.
Pasal 19
Penjelasan
Cukup jelas.
Lalu yang kedua adalah cluster penataan desa, kewenangan desa, hak dan
kewajiban masyarakat dan desa. Itu memuat Bab I, Bab II, Bab III dan Bab IV. Ada di
situ adalah penjelasannya substansi di penataan desa bisa dibahas bersama dengan
substansi kewenangan desa, serta hak dan kewajiban masyarakat desa, karena pasal
yang mengatur terkait kewenangan desa serta hak dan kewajiban masyarakat dan
desa hanya sedikit, sehing-ga pembahasannya bisa digabung di dalam cluster dua
ini.
4.3.4 Tanggapan
Masyarakat Desa juga merupakan yang memiliki hak dan kewajiban rakat
lain. Hak Warga Negara Ind diatur dalam UUD 1945 dan aturan penjabaran
UUD 1945. Hak-hak war diperoleh dari untuknegarahidupsepertisecaraha
aman, pelayanan, dan hal lain y dang. Sementara itu, kewajiban t ban
terhadap masyarakat secara k bermasyarakat, berbangsa, dan be yang
ditetapkan dengan undang-un tuk membela negara, dan kewajiba
perundang-undanganyang berlaku.
Berkaitan dengan hak atas infor Pasal 68 ayat (1) ini berhubunga lain. Yaitu
pasal4, pasal26ayat5,27pasal(4)huruf8 ayat6, (1)ayat7; pasal(4) 886,
ayat9,ayat(2)(1)10,ayat(3)
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa berkewajiban: (p)
memberikan informasi kepada masyarakat Desa.
Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajiban sebagaimana di-maksud dalam
Pasal 26, Kepala Desa wajib: (d) memberikan dan/atau menyebar-kan informasi penyelenggaraan
pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa setiap akhir tahun anggaran.
Desa berhak mendapatkan akses informasi melalui sistem informasi Desa yang dikembangkan
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mengembangkan sistem informasi Desa dan
pembangunan Kawasan Perdesaan.
Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi fasilitas perangkat keras dan
perangkat lunak, jaringan, serta sumber daya manusia.
Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi data Desa, data
Pembangunan Desa, Kawasan Perdesaan, serta informasi lain yang berkaitan dengan
Pembangunan Desa dan pembangunan Kawasan Perdesaan.
Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikelola oleh Pemerintah Desa dan dapat diakses
oleh masyarakat Desa dan semua pemangku kepentingan.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menyediakan informasi perencanaan pem-bangunan
Kabupaten/Kota untuk Desa.
Penjelasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan asas keterbukaan. Yang dimaksud
dengan keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskri-minatif tentang penyelenggaraan
Pemerintahan Desa dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
282 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 4
Setiap orang berhak untuk berpendapat tanpa campur tangan. dan ayat (2)
Setiap orang berhak atas kebebasan untuk menya-takan pendapat; hak ini
termasuk kebebasan untuk mencari, me-nerima dan memberikan informasi dan
pemikiran apapun, ter-lepas dari pembatasan-pembatasan secara lisan, tertulis,
atau dalam bentuk cetakan, karya seni atau melalui media lain sesuai dengan
pilihannya.
15
Moeljarto, T. Politik Pembangunan, Sebuah Analisis, Arah dan Strategi. PT Tiara Wacana
Yogya, Yogyakarta.1987. Hal. 35
284 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 4
Adanya hak masyarakat Desa memi kewajiban desa atau negara untuk
dungi dan memenuhinya. Sementara syarakat Desa memiliki konsekuens
pelaksanaan kewajiban tersebut d masyarakat yang akan melaksanaka itu
tidak ada amanat pengaturan pelaksanaan kewajiban partisipasi
Pasal 68 ayat (1) huruf e UU De rakat Desa berhak untuk mendapat dungan
dari gangguan ketenterama sal ini sesuai dengan amanat UUD
Selain itu Pasal ini juga berk No. 39 Tahun 1999 tentang Hak As dalam
rangka menjamin keamanan
Desa 285
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 4
(1) Komponen utama yaitu TNI dan nen dasar yaitu rakyat terlatihan
Rakyat, Keamanan Rakyat, Perlin Umum yang semuanya bersifat komb
dukung yaitu sarana dan prasaran khusus, yaitu Perlindungan Masya non
kombatan. Melalui UU tersebu Pertahanan Sipil dengan fungsi P dapatkan
payung hukum yang kuat hak perlindungan bagi warga nega
Satuan polisi pamong praja dibentuk untuk menegakkan Perda dan Perkada,
menyelenggarakan ketertiban umum dan ketente-raman, serta
menyelenggarakan pelindungan masyarakat. ten-tang Pemerintahan Daerah.
286 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 4
4.4 Penutup
Pendahuluan
Pembangunan Desa
dengan substansi yang diatur dal tang Desa. Sebelumnya, perencana dari
perencanaan kabupaten/kota. bangunan
desavillageselfadalahplanningyang berdiri dan diputuskan sendiri oleh
desa
5.2.1 Pengantar
Pembangunan Desa
Berdasarkan pasal 78, tahapan-t an desa terdiri dari: (i) peren pelaksanaan
pembangunan desa; (i tauan pembangunan desa. Dokumen Desa
merupakan satu-satunya doku dan sebagai dasar penyusunan APB desaitu
dilakukan melalui Musren takan masyarakat.
5.2.2 Pasal
Pasal 78
Pembangunan Desa bertujuan men masyarakat Desa dan kualitas hidu langan
kemiskinan melalui pemenuh bangunan sarana dan prasarana Des ekonomi lokal,
serta pemanfaatan kungan secara berkelanjutan.
Penjelasan
Cukup Jelas
Pembangunan Desa
Rumusan pasal 78 ini merupakan si PDIP yang tercantum dari DIM. fraksi-
fraksi terbagiPertama, yangmenjadiMengu- du sulkan substansi baru.
Hal ini dilakukan ol mencakup:
pelaksanaan; c. pengawasan;
292 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5
Pembangunan Desa
Meski ada dua pendapat yang be perdebatan cukup signi ikan dala tang
pasal 78 ini. Dari risalah mengenai hal ini pada RDPU yang Juni 2012,
Hardisoesilo dari Fra pandangannya bahwa prinsip yang adalah
memperkuat pembangunan de mandirian kepada desa sebagai ba Berikut
kutipan pendapat Hardiso
... Sekarang prinsip yang ingin kita bangun itu adalah, bagaima-na kita
memperkuat pembangunan desa, memberikan kemandi-rian kewenangan-
kewenangan kepada desa, untuk sebagai basis pembangunan nasional. Jadi apakah
dimungkinkan, menurut pertanian misalnya, kita soal irigasi desa itu tidak bagian
dari program atau proyeknya kabupaten/kota, tapi kewenangannya diserahkan
kepada desa. Kalau dia lewat desa, ya bisa kerja sama desa dan sebagainya. Jadi
prinsip untuk kita bukan membangun desa, tapi desa membangun. Jadi betul-betul
desa memberikan wewenang. Prinsip daripada yang ingin dicapai dari undang-
undang ini tampaknya demikian. Sehingga, mungkin banyak hal-hal yang sekarang
ini menjadi bagian daripada kegiatan-ke-giatan sektoral di desa, itu yang harus
diubah pendekatannya.
Desa 293
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 5
Pembangunan Desa
PembangunanPembangunanDesabertu-perdesaa juan
meningkatkanmewujudkankese- kesejahte jahteraan masyasyarakatdesadesa dan
dan kualitas katkanhidup manusiaperanmasyara serta
penanggulangandalamsetiap tahapan kemiskinan melaluigunan dpenganme- tetap
m nuhan kebutuhanterpeliharanyadasar, adat pembangunan saranasetempatdan.
PembangunanPembangunanperdesaanDesameli-
evaluasi
Pembangunan Desa
5.2.4 Tanggapan
Pembangunan Desa
maka desa merupakan bagian dari lam ruang lingkup UU SPPN. Sayan
penjelasan di dalam UU Desa ini bangunan desa merupakan bagian d
sehingga mengikuti ketentuan per (yaitu UU SPPN) ataupun penegasa
ngunan Desa diatur tersendiri da tuan undang-undang tersebut.
1
Deinisi Desa dalam ketentuan Umum Undang-Undang Desa
Pembangunan Desa
5.3.1 Pengantar
Pembangunan Desa
Pasal 79 ayat (4) dan (5) menya tentang Rencana Pembangunan Jang dan
Rencana Kerja Pemerintah (RK tunya dokumen perencanaan di Des dalam
penyusunan Anggaran Pendap Desa.
5.3.2 Pasal
Pasal 79
Peraturan Desa tentang Rencana ngah Desa dan Rencana Kerja Pemer tu-satunya
dokumen perencanaan di
Pembangunan Desa
Perencanaan Pembangunan Desa se ayat (1) merupakan salah satu sum naan
pembangunan Kabupaten/Kota.
Penjelasan
Cukup jelas
Pasal 80
Dalam menyusun perencanaan Pemb na dimaksud pada ayat (1), Pemeri garakan
musyawarah perencanaan Pe
Penjelasan
Cukup jelas
tentang Desa 299
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
Klaster 5
Pembangunan Desa
Rumusan awal pemerintah atas p dua pasal, yaitu pasal 66 dan pa gai
berikut:
Rumusan RUU
Pasal 66
Rencana Pembangunan Jangka Me jutnya disebut RPJM Desa untuk hun; dan
RPJM Desa dan RKP Desa sebagaim ditetapkan dengan peraturan desa.
Pasal 67
Perencanaan pembangunan desa se Pasal 66 ayat (1) dilakukan- secar kat dusun
Dalam menyusun perencanaan pemb na dimaksud pada ayat (1) pemerin lembaga
kemasyarakatan desa dan t
Pembangunan Desa
(1) pemerintah desa wajib meliba desa, lembaga Adat dan tokoh masy
pada ayat (1) dimulai dari musyawarah masyarakat desa; (2) Perencanaan
pembangunan perdesaan memuat jenis pemban-gunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69; (3) Perencanaan Pembangunan Perdesaan dapat
disusun untuk jangka panjang, jangka menengah dan tahunan; (4)
Perencanaan Pembangunan Perdesaan tahunan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) disusun menjadi Rencana Kerja Pemerintah Desa dan
ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Pembangunan Desa
5.3.4 Tanggapan
Pembangunan Desa
Perihal
UU SPSN
UU Tentang Peme-
UU Desa
rintahan Daerah
De inisi-
kesatuan
kesatuan
masya-
Desa
masyarakatrakathukumhukum yan
yang memilikimemiliki
batas
untukmengaturtur dan
menguru
dan mengurus
urusan pemerint
kepentinganhan, kepentinga
masyarakatmasyarakat sete
berdasarkanprakarsaasal-
masyar
istiadat
setempatusul,dan/atau
yang diakuitradisional yan
Pemerintahanpemerintahan Ne
Negara
gara Kesatuan
Indonesia.sia.
Dasar
DesentraDesentralisasi;-Kewenangan
Asli
Med ebewind)
kewe- lisasi;Tugas PembantuanDesentralisasi;
nanganTugas (
Medebewind)
Tugas Pembantua
Desa
Pem-
Mede-
bantuan
bewind)
(
Pembangunan Desa
diperuntukkan
kepada Desa
Pembangunan
Desayang meru-
pakan bagian d
pembangunan
kabupaten/kota
Relasi antara Musyawarah Desa dan Musyawarah Pembangunan Desa
Belum Jelas
Pembangunan Desa
Pembangunan Desa
Pembangunan Desa
Jangka waktu RPJM Desa selama 6 suai dengan pasal 39 ayat (1) ya
memegang jabatan selama 6 (enam) ggal pelantikan. Namun, ada per nai
hal Pertamaini, mengapayaitu: jangka waktu berbeda dengan jangka waktu
RPJM yang berdurasi 5 (lima) tahun se SPPN?2Kedua, bagaimana proses
relasi ti rencanaan pembangunan di tingkat pembangunan di tingkat
kabupate pembangunan antara? Konkeduanyaisiiniberbpe pertimbangkan
dalam penyusunan a tidak menimbulkan permasalahan p
5.4.1 Pengantar
Pembangunan Desa
5.4.2 Pasal
Pasal 81
Pelaksanaan Pembangunan Desa s ayat (1) dilakukan dengan memanf sumber daya
alam Desa.
Penjelasan
Cukup jelas
Dari dokumen DIM, semua fraksi diajukan Pemerintah. Proses pemb dapat
ditemui dalam RDPU (Rapat yang diselenggarakan pada tangga Kementrian
ESDM, menyoroti Pasal nurutnya, pelaksanaan pembanguna memanfaatkan
kearifan lokal dan 71 mengenai pembangunan kawasan pembangunan
sumber daya manusia, infrastruktur. Ia menyatakan bah lah. Ia setuju
dengan apa yang s
Pembangunan Desa
Secara umum, pembahasan ini di mik. Rumusan pasal yang disepaka sal
yang diajukan oleh pemerinta
5.4.4 Tanggapan
Hal ini termaktub di dalam pasa mun, bagian penjelasan dari pasa jut apa
yang dimaksud dengan got Kondisi ini perlu dipertimbangka
pelaksanaannya agar kedua modal las, sehingga bisa diimplementas
Pembangunan Desa
Pasal 81 ayat (5) menyebutkan ram sektoral yang masuk ke Desa rintah
Desa untuk diintegrasikan Namun, bagian penjelasan dari pa lanjut apa
yang dimaksud dengan Pembangunan Desa. Kondisi ini p penyusunan
aturan pelaksanaannya jelas, sehingga bisa diimplement
5.5.1 Pengantar
5.5.2 Pasal
Pasal 82
Pembangunan Desa
Penjelasan
Cukup Jelas
Rumusan RUU
Pasal 77
Pembangunan Desa
Pasal 78
Pasal 79
Pemerintah Desa dan Pemerintah lakukan evaluasi atas pelaksanaa dan hasil
evaluasi tersebut menja naan pembangunan perdesaan tahun
Hasil evaluasi yang dilakukan- o na dimaksud pada ayat (1) disampa syawaratan
Desa;
Pembangunan Desa
Rumusan RUU
Pasal 82
Tanggapan
Pembangunan Desa
Pasal 82 ayat (1) dan (2) secar rakat Desa untuk: (i)mendapatkan dan
pelaksanaan Pembangunan Desa mantauan terhadap pelaksanaan Pe ini
perlu dipertimbangkan dalam naannya agar bisa diuraikan seca
mentasikan dengan baik.
Pasal 82 ayat (3) secara tegas tah Desa untuk: (i) menginformas sanaan
Rencana Pembangunan Jangk Kerja PemerintahDesa, dan Anggar Desa
kepada masyarakat Desa mela da umum; (ii) melaporkannya dala sedikit 1
(satu) tahun sekalin. K dalam penyusunan aturan pelaksan secara jelas,
sehingga bisa diim
Pembangunan Desa
Pasal 110 menyebutkan: pemerintah kabupaten dan/atau pihak ketiga yang me-rencanakan
pembangunan bagian wilayah Desa menjadi wilayah permukiman, industri, dan jasa wajib
mengikutsertakan pemerintah desa dan Badan Perwakil-an Desa dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasannya
Desa 315
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 5
Pembangunan Desa
5.4.2 Pasal
Pasal 83
4
Lihat pasal 215 ayat (2) UU Desa
316 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5
Pembangunan Desa
Penjelasan
Cukup jelas
Pasal 84
Perencanaan, pelaksanaan, pema Aset Desa untuk pembangunan Kawa pada hasil
Musyawarah Desa.
Penjelasan
Cukup jelas
Pasal 85
Cukup jelas
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 317
Klaster 5
Pembangunan Desa
Rumusan RUU
Pasal 70
Bupati walikota melakukan pend dap desa-desa yang dapat ditetapk pembangunan
perdesaan.
Pasal 71
masing-masing dilaksanakan ol
Pembangunan Desa
Seluruh Fraksi di DPR menyetuj di dalam RUU. Perubahan yang diu lam
DIM hanya terkait dengan pen lumnya, di dalam RUU Desa, penga kawasan
perdesaan terdiri dari 5 suk pengaturan tentang Sistem In setelah proses
pembahasan di DPR bangunan kawasanmejadiperdesa3asal,n nam annya
menjadi lebih detail diban
Pembangunan Desa
Pada Rapat Kerja yang sama, DPD secara khusus mengenai pembangu
Menurut DPD, isu yang terkait de ekonomi politik tidak dibicaraka rintah.
Cakupan dan orientasi p kecil dan sempit yakni mempercep syarakat dan
tingkat perkembanga pendekatan pembangunan partisipa berbicara
tentang tata kelola da dan masyarakat, tetapi tidak ber desa. Berikut adalah
pandangan l ngunan kawasan perdesaan:
Pembangunan Desa
Pembangunan Desa
Pembangunan Desa
Dalam RDPU yang diselenggaraka 2012, Prof. DR. Robert Z Lawang terkait
pembangunan kawasan perd masih perlu disempurnakan lagi bangunan
perdesaan sebagai intin perdesaan menjadi sangat penting kat status RUU
lebih tinggi diba nya, tidak sekedar perpanjangan juga mengkritisi Pasal 70
(RUU) peran pemerintah, pemerintah pro dominan dalam pembangunan
kawasa lah pernyataan lengkap dari Prof
Pembangunan Desa
. . . kritik saya pada Bab XI dan seterusnya tentang kawasan per-desaan dan
pembangunan desa. Saya berulangkali pada tahun 2007 dan 2008 kalau tidak salah,
diundang selalu untuk memba-has UU Pembangunan Desa, termasuk dengan DPD
dan sebagai-nya yang kemudian UU itu almarhum, karena disana sebetulnya mende
inisikan desa sebagai spasial. Nah pertanyaannya adalah, ketika ini mulai
dimasukkan, pasal-pasal pada bab pembangunan kawasan perdesaan ini
dimasukkan ke dalam RUU Desa, ini ke-
324 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5
Pembangunan Desa
mudian ada inkonsistensi semangat dan roh, de inis desa, antara yang ada pada Bab
XI dan seterusnya itu dengan Bab Ketentuan Umum, No. 5 tadi. Desa di dalam RUU
ini dimaknai sebagai satu ke-satuan masyarakat hukum, tetapi ada pasal-pasal yang
mengan-daikan bahwa desa itu adalah kesatuan ruang, kesatuan spasial yang
ahuman, begitu kira-kira. Yang bisa diatur-atur, diintegra-sikan dan seterusnya.
Saya ingin mengatakan bahwa masuknya pasal-pasal ini terutama Pasal 70-74, ini
menjadikan RUU yang tadinya sudah kita katakan RUU Desa, menjadi RUU apa,
begitu ya. Apakah ini RUU Desa dan Pembangunan Perdesaan? Tapi ka-lau itu yang
kita namakan, kemudian hongnya atau domainnya, ini bukan di Kemendagri nanti,
mungkin di Kemendagri dan PU, dan mungkin kementrian PDT. Nah, ini yang punya
gawe yaitu Kemendagri bisa kemudian agak kaget begitu ya. Tapi saya tidak tahu
apakah ini memang dari Kemendagri, saya tidak tahu. Teta-pi sampai tahun 2009 -
2010 ketika saya terakhir ikut mengawal RUU Desa ini bersama-sama dengan
kawan-kawan di Kemen-dagri, rasanya Bab XI tentang pembangunan desa dan
kawasan perdesaan waktu itu tidak ada. Saya tidak tahu apa yang terjadi, kemudian
ini muncul disini. Dalam catatan saya itu, saran yang saya berikan adalah sebaiknya
kita konsisiten, apakah ini akan menjadi RUU Desa, RUU Pemerintahan Desa, atau
RUU tentang Desa dan Pembangunan Perdesaan. . . .
Tidak ada perdebatan signi ikan Pasal 85 yang terkait dengan par
pembangunan kawasan perdesaan. Di lumnya adalah Pasal 72, dengan ru
Pembangunan Desa
Dalam DIM, seluruh Fraksi DPR ini. Usulan perubahan hanya pada sal.
Sementara dalam Rapat Kerja kan perhatian khusus pada Pasal Menurut
pandangan DPD, pengatura kanisme keterlibatan masyarakat cukup
memadai untuk menjawab per dan proteksi desa dari investasi
. . . Di sisi lain RUU hanya berbicara tentang tata kelola dan rela-si antara
pemerintah, desa dan masyarakat, tetapi tidak berbica-ra tentang investasi masuk
desa. Pasal 72 ayat 2 menegaskan: Pelaksanaan pembangunan desa dan
pembangunan kawasan perdesaan sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dilakukan
oleh pemerintah kabupaten/kota dan pihak ketiga wajib mengikut-sertakan
masyarakat desa yang bersangkutan yang diwakili oleh pemerintah desa dan BPD.
Mekanisme ini tidak cukup memadai untuk menjawab persoalan representasi desa
dan proteksi desa dari investasi. RUU Desa versi pemerintah sebenarnya mem-punyai
klausul tentang musyawarah desa tetapi institusi deli-beratif ini tidak diposisikan
sebagai wadah pengambilan kepu-tusan tentang pembangunan perdesaan
khususnya yang terkait dengan investasi.
Pembangunan Desa
Terkait dengan izin investasi, pandangannya dalam RDPU yang dis 12 Juni
2012. Menurutnya, ijin tidak bisa diputuskan sendiri ol persetujuan dari
desa. Berikut p
. . . . kemudian yang ketiga, izin investasi yang masuk ke ranah desa tidak bisa
diputuskan sendiri oleh pemerintah dengan ca-ra-cara rente selama ini ya, tetapi
butuh persetujuan awal dari desa. Nah persetujuan awal dari desa itu tidak cukup
dengan re-komendasi kepala desa yang selama ini terjadi seperti itu. Jadi sebelum
bupati mengeluarkan ijin itu ada rekomendasi dari ke-pala desa dan mohon maaf itu
menjadi bagian dari perebutan rente selama ini. Oleh karena itu, di dalam usulan ini,
perlu ada semacam institusi musyawarah desa yang mengambil keputusan secara
kolektif untuk mengambil keputusan yang strategis ter-masuk investasi yang masuk
desa, termasuk perubahan desa dan sebagainya. Jadi basis awalnya melalui
musyawarah desa secara emansipatoris, secara partisipatoris. . .
5.4.4 Tanggapan
Pembangunan Desa
Pasal 84 ayat (1) dan (2), dit kawasan perdesaan yang terkait d dan tata
ruang desa wajib melibat naan, pelaksanaan, dan pemanfaat pada hasil
Musyawarah Desa. Seca bertujuan memperkuat Pemerintah raan
pembangunan serta menjadika subyek pembangunan.
Pembangunan Desa
Belum ada pengaturan tentang izin investasi yang masuk ke desa dalam
pembangunan kawasan perdesaan.
Pasal 83-85 yang mengatur pemb saan, tidak mengatur tentang izi Padahal
persoalan izin investasi pada saat pembahasan RUU di DPR. ro Eko dan
DPD mempersoalkan per ijin investasi yang masuk keta-desa si khususnya
yang terkait dengan
Pembangunan Desa
tidak bisa diputuskan langsung ol Izin yang dikeluarkan oleh pemer kup
dengan rekomendasi dari Kepa harus dijadikan sebagai pengambil bentuk
rekognisi (pengakuan) terh
Pasal 85 ayat (1) dan (2) mene san perdesaan yang dilakukan ol provinsi
dan kabupaten wajib men daya alam dan sumber daya manusi masyarakat
desa dan pemerintah Desa memiliki semangat memperkua memosisikan
mereka sebagai subye pi, pengaturan mengenai bagaiman syarakat dan
pemerintah desa dal pembangunan kawasan perdesaan be dalam pasal 85.
Sementara, apabi (2), penetapan kawasan pembangun eksplisit masuk
dalam hal-hal st syawarah Desa.
Pembangunan Desa
Akan tetapi, penjelasan mengenai skala lokal desa ini belum jelas di dalam
penjelasan UU Desa. Kon timbangkan dalam aturan pelaksan bisa
diterapkan.
5.5.1 Pengantar
Sistem Informasi Desa (SID) men dari pembangunan desa dan pemban
Dengan adanya perubahan paradigm buat SID menjadi penting peranan
bangkan SID yang sesuai dengan v desa kuat, mandiri, sejahtera, d SID
diatur secara khusus dalam U
Dalam UU No. 32/2004 tentang P PP No. 72/2005 tentang Desa tida sistem
informasi serupa SID. Und negaskan pentingnya SID dalam pe an desa,
karena itu dalam Pasal jibkan kepada Pemerintah dan Pem SID, dan
pengelolaannya dilakuka dapat diakses oleh masyarakat de lainnya. Ayat
(6) menjelaskan ba paten/kota menyediakan informasi kabupaten/kota
untuk desa.
Pembangunan Desa
5.5.2 Pasal
Pasal 86
Sistem informasi Desa sebagaim meliputi data Desa, data Pembangu saan, serta
informasi lain yang b Desa dan pembangunan Kawasan Perd
Penjelasan
Cukup jelas.
Pembangunan Desa
Rumusan RUU
Pasal 73
Sistem informasi desa sebagaima liputi fasilitas perangkat keras serta sumber daya
manusia.
Ayat (6) informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disam-paikan setiap
tahun kepada BPD, DPRD kabupaten/kota, DPR, dan pemerintah.
Dalam proses pembahasan pasal ja, maupun RDPU tidak ada perdeb DPR,
maupun kritik dan masukan d
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 333
Klaster 5
Pembangunan Desa
5.5.4 Tanggapan
Sistem
Dasar
Muatan
Capaian
Masih
Informasi
Informasi
Berlaku?
Data Desa
. . . . . . . . . . .Ya/T.
LayananTahun 2008
Informasitentang KIP
publik
. . . . . . . . . . .. .. .. .. .. .. .
. . . . . . . . . . .. .. .. .. .. .. .
334 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5
Pembangunan Desa
Pembangunan Desa
kualitas SID dan manajemen infor tangan, bagaimana desa mampu mem
dan informasi desa secara terus perlu diperhatikan dalam aturan tuan ini
bisa diterapkan.
5.6.1 Pengantar
Kerjasama desa diatur dalam bab desa dan pembangunan kawasan per sah
pengaturannya, kerjasama des pembangunan desa dan pembanguna
Pengaturan tentang kerjasama ant Pasal 91-93. Dalam UU Desa ini t antar-
desa dengan pihak ketiga.
Pada pasal 91, ditegaskan bahwa jasama desa. Kerjasama desa dapa
yaituPertama, kerjasama Kedua,antarkerjadesamadan ngan pihak ketiga.
Kedua model k yang sama, yakni mempercepat pem pemberdayaan
masyarakat desa.
Pasal 92 ayat (1) menyebutkan dilakukan oleh desa ini meliput bersama
yang dimiliki oleh desa yang berdaya saing; (b) Kegiatan
pembangunan,danpemberdayaan masyaraka
(c) Bidang kemananan dan ketert pada ayat (2) disebutkan kerjasam
336 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5
Pembangunan Desa
Pasal
Pasal 91
Desa dapat mengadakan kerja sama d kerja sama dengan pihak ketiga.
Pembangunan Desa
Penjelasan
Cukup jelas.
Pasal 92
Pembangunan Desa
Penjelasan
Cukup jelas.
Pasal 93
Kerja sama Desa dengan pihak k percepat dan meningkatkan penyel Desa,
pelaksanaan Pembangunan Des katan Desa, dan pemberdayaan masy
Penjelasan
Cukup jelas.
Pada saat menyampaikan pandang Desa di dalam Rapat Pansus 4 Apr geri
mewakili Pemerintah tidak s pernyataan terkait dengan klausu rintah
dalam RUU Desa juga dapat Di sana dinyatakan bahwa, Desa d antar desa
dan kerjasama dengan rahkan dengan BPD. Ketentuan leb antar desa dan
kerjasama dengan tur dengan Peraturan Pemerintah.
Pembangunan Desa
desa yang dibuka oleh UU sebelum elit-elit desa untuk membentuk f Sejak
tahun 2000, hampir di seti komunikasi atau asosiasi Kepala lan Desa (BPD).
Tahun-tahun beri di level provinsi dan nasional, hadirnya Asosiasi Badan
Perwakil (ABPEDSI), Asosiasi Pemerintah D DESI) dan juga Parade
Nusantara Nusantara). Kemudian juga disusu Sekdes Seluruh Indonesia
untuk m reka agar segera diangkat menjad-nyata tumbuh sebagai
organisasi sebagai wadah penyaluran aspiras digunakan untuk menekan
dan mena dan pemerintah pusat. Penyaluran pin Desa melalui wadah
asosiasi yang dijamin oleh konstitusi,a te tidak diutamakan oleh asosiasi-a
Pembangunan Desa
Terhadap rumusan draf RUU ters yang disusun mengusulkan agar di jelas
tentang ruang lingkup bida nurut FPKS, kerjasama antar desa pihak ketiga
meliputi bidang-bid mian masyarakat desa; (b) pening
(g) tenaga kerja; (h) pekerjaan pemanfaatan sumber daya alam dan ngan
memperhatikan kelestarian d
(g) pekerjaan umum; (h) pemanfaa teknologi tepat guna dengan mem
keadilan lingkungan; dan (i) la menjadi kewenangan desa.
Pembangunan Desa
UU ini memberikan peluang dibent dimiliki oleh dua desa atau lebi
Pembangunan Desa
5.6.4 Tanggapan
gent (penting dan mendesak). Sedan radaan badan kerjasama antar des
suatu keharusan. Mengacu pada k desa hanya dapat dilakukan melal
Pembangunan Desa
5.7 Penutup
Sejalan dengan dinamika dan tun sa, pemerintah melalui UU Desa j bangun
desa dengan meningkatkan desaan yang bertujuan untuk memp kualitas
pelayanan, pembangunan,
344 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5
Pembangunan Desa
kat desa. Oleh karena itu, UU De nan kawasan perdesaan yang terpi dalam
Pasal 83-85. Di dalam pemb terdapat Sistem Informasi Desa ( terpisahkan
dariasanpembangunanperdesaankawya dalam Pasal 86. Bagian lain yang
ngunan kawasan perdesaan adalah diatur dalam pasal 91-93, meskip
kerjasama antar desa menjadi Bab bangunan kawasan perdesaan.
Pendahuluan
Keuangan desa pada UU Desa dia Keuangan Desa dan Aset Desa yang
Secara umum, bahasan keuangan d menjadi beberapa tema, yaitu: Li patan
Desa, APB Desa, Belanja da
Pada bahasan kali ini, pengatu akan dibahas secara komprehensif pembaca
memahami latar belakang an tersebut.
naan desa dari APBN sebagai bagi an pusat dan daerah yang diterim
terpecah dalam menyikapi usulan hendaki adanya alokasi dengan pr
menyepakati sebagai bagian dari dan daerah.
6.2.1 Pengantar
Jika merujuk pada beberapa per an yang mengatur tentang keuanga 2003
tentang Keuangan Negara, UU Pemerintahan Daerah, UU No. 33 T bangan
Keuangan Antara Pemerinta Daerah, UU No. 1 Tahun 2004 tent dan UU No.
15 Tahun 2004 tentang dan Tanggung Jawab Keuangan Negar secara
khusus mengatur tentang hanya sampai di tingkat kabupate gian dari
kabupaten/kota.
Pasal lain terkait hal ini adal tang struktur APB Desa yang terd dan
pembiayaan Desa. Rancangan A
348 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6
6.2.2 Pasal
Pasal 71
Keuangan Desa adalah semua hak pat dinilai dengan uang serta seg barang yang
berhubungan dengan pe jiban Desa.
Penjelasan
Cukup Jelas
Pasal 73
Sesuai dengan hasil musyawarah ayat (2) , Kepala Desa menetapkan Belanja Desa
setiap tahun dengan
Penjelasan
Cukup Jelas
Dalam pembahasan Pasal 71 dan polemik. Pasal ini diusulkan ole dapatkan
masukan dari anggota DP hasan. Pasal ini menjelaskan lin spektif hak dan
kewajiban.
Sebelumnya, regulasi yang menga adalah PP No. 72 Tahun 2005 ten aturan
turunan dari UU No. 32 Ta tur di PP No. 72/2005 ini relati Desa. Dengan
demikian, dapat dis tentang keuangan Desa ini adalah Peraturan
Pemerintah .menjadi Und
6.2.4 Tanggapan
desa sehingga tidak diperoleh i justi ikasi ruang lingkup keuang Pasal 71
ayat (2) .
Penerimaan Negara;
Pengeluaran Negara;
Penerimaan Daerah;
Pengeluaran Daerah;
sunan rancangan APB Desa dan mu lakukan serta tidak ada ketentu
keterlibatan warga di dalam pr Di UU No 17 Tahun 2003 dan UU dak
menjelaskan secara rinci pr APBN/APBD, namun setidaknya ada tur
tentang kapan dan bagaimana
6.3.1 Pengantar
Money follow function adalah prinsip yang kan posisi dari keuangan desa in
menegaskan pengakuan negara atas dan subsidiaritas yang mengakiba
kewenangan berdasarkan hak asal lokal desa.
Pemberian kewenangan ini harus sumber daya kepada Desa agar kew
dilaksanakan dengan baik. Atas d ber-sumber
pendapatanhakDesaDesayangsebagsel nya harus dikelola dengan sebaik
kewajiban Desa yang tercermin dari is dan Belanja Desa (APBDes) .
6.3.2 Pasal
Pasal 72
bersumber dari:
pendapatan asli Desa terdiri swadaya dan partisipasi, gotong dapatan asli Desa;
Bagian hasil pajak daerahta dan r sebagaimana dimaksud pada ayat (1 (sepuluh
perseratus) dari pajak d
Alokasi dana Desa sebagaimanad d paling sedikit 10% (sepuluh perse an yang
diterima Kabupaten/Kota d dan Belanja Daerah setelah dikura
Penjelasan
Pasal 72
Ayat (1)
Huruf a: Yang dimaksud dengan pendapatan asli Desaadalah pen-
dapatan yang berasal dari kewenangan Desa berdasar-
kan hak asal usuldan kewenangan skala lokal Desa. Yang
dimaksud dengan hasil usaha termasuk juga hasil BUM
Desa dan tanah bengkok.
Huruf b: Yang dimaksud dengan Anggaran bersumber dari Ang-
garan Pendapatan dan Belanja Negara tersebut adalah
anggaran yang diperuntukkan bagi Desa dan Desa Adat
yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten/Kota yang digunakan untuk membi-
ayai penyelenggaran pemerintahan, pembangunan, serta
pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan.
Huruf c: Cukup jelas
Huruf d: Cukup jelas
Huruf e: Cukup jelas
Huruf f: Cukup jelas
Huruf g: Yang dimaksud dengan lain-lain pendapatan Desa yang
sah adalah antara lain pendapatan sebagai hasil kerja
sama dengan pihak ketigadan bantuan perusahaan yang
berlokasi di Desa.
Ayat (2)
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Perdebatan pertama terjadi pada gian dari bagi hasil pajak daera ten/kota.
Rumusan awal dari peme prosentase khusus dari bagi hasi daerah yang
menjadi hak Desa. Fr si Partai Golkar, Fraksi PKB men 10% dari hasil pajak
daerah dan kota menjadi anhakprosentaseDesa.Besarini un prinsip
keadilan pembagian dan m pihakan pemerintah di atasnya ke naan.
Sedangkan Fraksi PDIP, Fra Fraksi Gerindra mengusulkan teta
pemerintah) .
356 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6
Fraksi Partai PPP mengusulkan sebesar paling sedikit 20% APB ma ini
telah memberikan banyak ki beberapa kekurangan, yaitu: dari sisanya sisa
APBD sehin Kedua, sekitar 60% (seharusnya sudah memberikan ADD
kepada des rah tidak taat pada ketentuan bupaten/kota yang memberikan
AD dana perimbangan. Di sisi lain, ra penuh sebagai hakblock
grantdesa,tetapidenga ADD dikontrol ketat olehspeciicgrantdaerah. Ketiga,
karena ketentuanixeddanbesarategas maka ADD menjadi alat politisa
antara desa dan kabupaten/kota.
Sedangkan Fraksi PKB mengusul sebesar paling sedikit 10% dar Netto
(PDN Netto) yang berasal dan Belanja Negara.
Usulan adanya alokasi APBN untu lak oleh Kementerian Keuangan de ngan
ketentuan yang berlaku, yai bagaimana dijelaskan oleh H. Sud dalam RDPU
I tanggal 24 Mei 2012
Ketika kami melakukan RDPU dengan Pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh
Menteri Keuangan selaku Bendahara Negara, Pak Kyai Muqowam, saya dibantah
hebat. Pak Sudir, tidak bisa, ada alokasi dana dari APBN langsung diberikan kepada
desa. Mengapa? Karena itu bertentangan dengan Undang-undang No. 33 Tahun
2004 yaitu tentang Sistem Perimbangan Keuangan Pu-sat dan Daerah. Yang
dimaksud pusat dan daerah itu adalah ka-bupaten dan kota. Artinya, desa bukan
pemangku anggaran.
Hal yang sama disampaikan oleh MA pada RDPU VII tanggal 27 Juni
358 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6
saya termasuk orang yang sangat skeptis kalau ada alokasi dengan nominal
tertentu untuk desa karena seperti yang Bapak bayangkan tadi, Bapak putuskan itu
undang-undang hari ini ya besok lahir seribu desa baru, lusa dua ribu karena hanya
perda begitu dan apa alasan untuk tidak membuat itu karena itu pasti dapat uang
begitu Pak. Jadi itu resikonya tinggi. Kalau saya cen-derung begini, strategi
pembangunan kita yang harus berbasis desa, sehingga alokasi anggaran untuk
pembangunan desa ada, tetapi tidak berarti dikelola oleh pemerintah desa begitu
Pak. Jadi ada alokasi pembangunan desa. Nah itu memang harus ada satu
penanganan khusus untuk membangun Indonesia dari desa. Alokasinya bisa lebih
besar, tetapi bukan diberikan kepada kepa-la desa Pak. Kawin lagi Pak, kalau dikasih
uang banyak, pasti itu. Jadi mengerikan Pak.
Praktik selama ini, desa mendap tuk desa dalam dua bentuk, yaitu sanakan
oleh kementerian dan bag yang diterima oleh Kabupaten/Kot perjelas
posisi dari alokasi dar disampaikan olehM. Hemanto,MpadaRDPUS. IXE, 1
2012:
ini menjadi persoalan mendasar buat kita. Karena apa? Ka-rena kalau kita
melihat, hampir dari semua kementerian, tidak semuanya, tapi hampir
kebanyakan kementerian, alokasi dana program-program yang bersifat ke desa
itu basis hitungan-nya adalah desa. Ini kan juga harus kita pikirkan
perimbangan keuangan ini nanti. Kalau misalnya masuk unsur misalnya sekian
persen tertentu sumber keuangan desa itu dari APBN, sementara di kementerian
lain juga ada mengalokasikan program-program tertentu. Jadi bisa
kemungkinan itu adalah dua sumber dari sum-ber yang sama.
Jadi menurut saya Pansus memang perlu mengkaji secara dalam, karena ini
dampaknya kepada APBN juga, mengingat memang misalnya PNPM itu adalah
anggaran dari APBN, itu masuk se-muanya ke desa. Kemudian Bansos dari
beberapa kementerian, itu masuknya juga ke desa. Jadi kalau kita lihat desa ini
sebe-narnya banyak sekali sumber keuangannya. Hanya persoalannya adalah
konsolidasi keuangan di desa ini seperti apa. Sementara kita lihat pembangunan
desa itu tidak begitu terkonsolidasi de-ngan baik.
Dengarkan, termasuk wartawan. APBN kita yang dibuat oleh Pemerintah pusat dan
DPR RI ini, kalau saya boleh rata-rata minimal, setiap tahunnya sejak tahun 2009-
2012 Rp 1.300 tri-liun. Ternyata setelah diketok di dalam Sidang Paripurna, yang
dinikmati oleh 71.862 desa dari Sabang sampai Merauke, diketok dengan asumsi
alokasi dana desa itu hanya Rp 17 triliun. Rp 17 triliun dari Rp 1.300 triliun artinya
hanya 1,3%. Sementara dide-
360 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6
pan saya mengatakan, rakyat yang hidup di desa, rakyat Indo-nesia ini, 78%.
Sangat tidak rasional, tidak proporsional. Kalau komunitas rakyat 78% ini
hanya dikasih jatah 1,3%. Padahal waktu saya ngaji dengan Pak Muqowam
namanya, kewajiban fakir miskin, anak yatim ketika mendapatkan zakat mal
dan za-kat-zakat lain minimal itu adalah 2,5%. Artinya, Pemerintahan Pusat
memandang rakyat desa ini lebih nista daripada yatim piatu, mukoroh wama
sakin [fuqoro wal masakin].
Itulah dasar Parade Nusantara meminta minimal 10%. Kalau 10% ini
dikabulkan, berarti ada angka Rp 130 triliun, karena keseluruhan APBN Rp
1.300 triliun, ketika dibagi 71 ribu desa sesuai dengan luas wilayah dan jumlah
penduduk, rata-rata seti-ap tahun akan mendapatkan Rp 1,3 miliar. Dan saya
yakin, akan segera tumbuh dan berkembang perekonomian sehat ditingkat lini
desa.
berdasarkan perhitungan kami, itu selama ini sudah ada alo-kasi anggaran,
tetapi sangat pecah-pecah, sangat terfragmenta-si, terhitung ada sekitar 1,1
miliar di seluruh desa di Indonesia ini. Persoalannya ini melalui BLM-BLM,
termasuk PNPM Mandi-ri. Karena itu usulan kami sebenarnya bagaimana ini
merelokasi, mengkonsolidasi kembali terhadap bantuan langsung-bantuan
langsung masyarakat itu dalam prinsip satu desa satu rencana satu anggaran.
Kemudian ke depan itu tambah satu fasilitasi. Jadi fasilitasinya tidak perlu banyak
fasilitator dari berbagai macam program. Ke
Desa 361
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 6
depan kalau ada program nasional, itu integrated dalam satu desa. Jadi tidak
perlu secara sektoral.
Di sisi lain, Sutoro Eko (IRE) bahwa Desa akan mampu mengelola gaimana
disampaikan pada RDPU IX
Disamping itu kita juga belajar dari PNPM itu mengenai tata kelola yang itu
bisa kita kelola secara demokratis, secara trans-paran, sehingga titik kebocoran
atau korupsi itu bisa kita cegah sedemikian rupa.
Ada banyak kekhawatiran akan te oleh Kepala Desa dan Perangkat D paikan
oleh Rusli Ridwan, M.Si pada tanggal 28 Juni 2012,:
jika ADD ini diberikan dari APBN, bagaimana tata kelola keuangannya?
Karena yang namanya sistem pemerintahan itu, itu hanya sampai kepada
kabupaten/kota, tidak sampai desa. Akibatnya tata kelola juga hanya sampai
kabupaten/kota. Lan-tas bagaimana itu tata kelolanya, keuangan,
pertanggungjawa-bannya, dan sebagainya. Karena desa itu bukan struktur
peme-rintahan yang terendah. Karena dalam Undang-undang Dasar 1945,
provinsi, kabupaten/kota, sampai situ, bagaimana tata kelolanya? Inilah
kerumitan-kerumitan.
Hal senada disampaikan oleh H. RDPU VIII pada tanggal 28 Juni 2 tidak
diatur mekanismenya, banya kat desa, masuk penjara ituanPak. juga yang
disampaikan oleh Totok RDPU IV pada tanggal 7 Juni 2012
itu penyakitnya saya yakin sama Pak. Kalau uang ini tiba-tiba digelontorkan
di desa, apalagi permintaan 10% APBN dan lain sebagainya itu yang terjadi
kira-kira sama dengan ketika oto-nomi baru kita jalankan langsung kita
gelontorkan ke daerah-daerah, 60% bupati dan gubernur itu urusan dengan
KPK dan hukum.
Hal senada juga diungkapkan ole RDPU VI pada tanggal 6 Juni 2016
Ini hitungannya sudah lebih pasti. Pastinya5, 97% kita bulat-kan, ya kita
bonuslah, kita bonus nol koma menjadi 6% dan itu nanti posisinya pos transito
Pak, tidak langsung ke desa.
Pasal 72, ayat (1), Pendapatan desa sebagaimana dimaksud da-lam Pasal 71
ayat (2) bersumber dari: a. Pendapatan asli desa, terdiri atas hasil usaha, hasil
aset, swadaya dan partisipasi, go-tong-royong dan lain-lain pendapatan asli
desa; b. Alokasi ang-garan pendapatan dan belanja negara; c. Bagian dari hasil
pa-jak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; d. Alokasi dana desa yang
merupakan bagian dari dana perimbangan yang dite-rima kabupaten/kota; e.
Bantuan keuangan dari anggaran pen-dapatan dan belanja daerah provinsi, dan
anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota; e. Hibah dan
sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan f. Lain-lain pendapa-tan
desa yang sah.
Pada ayat (2) , dalam perkembangan konsultasi tadi siang, ada 4 alternatif yang
muncul dari masing-masing fraksi. Alternatif 1, sebagaimana draft awal, besaran
alokasi anggaran yang ber-sumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara
untuk desa, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) b. ditentukan setiap tahun sesuai
dengan kemampuan keuangan negara yang dite-tapkan dengan Peraturan
Pemerintah. Alternatif ke-2, besaran alokasi anggaran yang bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara untuk desa, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) b. ditentukan 5% dari anggaran pendapatan dan belan-ja negara. Alternatif
ke-3, besaran alokasi anggaran yang ber-sumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara untuk
364 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6
desa, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) b. ditentukan 15% dari anggaran
pendapatan dan belanja negara setelah dikurangi dana perimbangan subsidi
belanja pegawai dan anggaran me-ngikat lainnya. Alternatif ke-4, besaran
alokasi anggaran yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara untuk desa, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) b. ditentukan 10% on
top dari Dana transfer daerah.
Dalam lobi yang baru saja kita lakukan, baru selesai, tercapai kesepahaman
bahwa: Pasal 72 ayat (1) akan berbunyi: alokasi anggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) b. bersumber dari belanja pusat dalam APBN dengan
mengefekti kan program yang berbasis desa secara merata dan berkeadilan.
Ayat (2) , penjelasannya adalah, masih ada 2 alternatif yang akan diputuskan besok.
Penjelasan alternatif ke-1: Besaran alokasi ang-garan ditentukan 10% dari dan di
luar dana transfer daerah, al-ternatif 1, secara bertahap. Penjelasan alternatif ke-2:
Besaran alokasi anggaran ditentukan 10% dari dan di luar dana transfer daerah,
titik, tidak ada kata secara bertahap.
Menyepakati variabel
Saya kira anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dialokasikan berdasarkan jumlah desa per kapita ini, per kapita itu tidak
desa, per kapita. Berdasarkan kapita penduduk, dan variabelnya saya kira tidak
hanya ini. Jadi variabelnya juga ada luas wilayah, ada jumlah penduduk, jadi
kalau bisa itu ditambah.
Menanggapi usulan ini, pimpina Muqowam (Fraksi PPP) berpendapat
digunakan sebagai dasar pengalo PP, namun I Wayan Koster (Fraksi
deskripsi mengenai variabel yang pada bagian penjelasan:
Karena ini parameter penting untuk mengalokasikan anggaran dari APBN ini, itu
perlu disinggung, Pak, jadi dicantumkan.
Pimpinan rapat kemudian menyet jika akan dicantumkan, maka haru yang
diusulkan adalah: luas wila kemiskinan dan tingkat kesulitan penjelasan
adalah sebagai beriku
Terkait alternatif satu dan dua lih alternatif satu, yaitu ntidak pemerintah
belum menyampaikan pi musan ini, Khatibul Umam Wiranu, mengusulkan
penambahan kata on berikut:
jadi di kampung kan memang populernya memang on top, tapi bahasa Pak
Farouk tadi kan memang besaran alokasi anggaran ditentukan 10% dari dan diluar,
kenapa tidak ditanda kurung on top, begitu? Karena bahasa dari dan diluar itu tidak
populer, sebenarnya. Dalam tanda kurung, on top, begitu.
dari dan diluar itu memang confuseya, kalau dibaca. Kalau mungkin kita di
dalam sini bisa dipahami. Jadi yang baku bia-sanya kan kayak pagu DAU
terhadap PDN itu, 26%, sekurang-kurangnya 26%. Kemudian alokasi yang lain
juga demikian. Makanya kalau ini, bukan dari dan di luar, tapi terhadap dana
transfer ke daerah (on top) , terhadap. Jadi artinya pengalinya itu, terhadap,
bukan dari, tapi pengalinya.
Desa 367
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 6
Kan tadi kata Pak Muqowam tadi, cari bonggolnya. Nah itu mak-sudnya
bonggolnya, itu, terhadap itu bonggolnya itu. Dari dan diluar diganti terhadap.
Nah, on top nya di belakang, dana trans-fer daerah secara bertahap. Kalau dari
itu, include, Pak. Jadi ka-lau ini kan terhadap kan bisa kali, atau setara, 10% dari
transfer daerah.
10% dari transfer daerah itu yang di on top-kan itu, itu yang benar. Jadi diatas
pagu dari transfer daerahnya, ditambah 10% itu dia.
diluar. Dari transfer daerah, kemudian kalkulasinya, diluar dana itu. Itu
bahasa hukum. Sehingga 10% itu berada diluar 100%, bu-kan 10% itu
include bagian dari 100%.
saya kasihan nanti Kabinet yang 2014 akhir ini. Kalau mau diputuskan
sekarang, saya sarankan alternatif dua, supaya ada 1 tahun kabinet baru ini
menyesuaikan dirilah. Tahun kedua, baru 10%. Itulah, bagaimana Pak
Muqowam, ini kan bertahap itu bisa dua tahun, Pak. Tahun pertama, konsolidasi,
tahun kedua, 100%.
saya kira, sekali lagi, apa tidak kita putuskan, bertahapnya dihi-langkan saja
sih Pak?
Menanggapi permintaan dari pimp mawan Fauzi tetap berargumen bah
langsung (tidak bertahap), maka bani kabinet baru.
Tidak, begini Pak, sebenarnya berlaku ini kan 2015? Kalau kita berpikir, sangat
subyektif, bagi saya, tidak ada masalah. Tapi saya sayang betul kepada kabinet
nanti, di tahun awal sudah menghadapi persoalan yang sudah cukup berat. Jadi
perlu kon-solidasilah, satu tahun minimal. Jadi tahun pertama, 2015, itu
mungkin 7,5%. Tahun 2016, 10%. Kalau tidak, nanti, kita tidak tahu ekonomi
kita ini. Kasihan kita kabinet nanti. Tapi kalau kita buat 10, terkunci, kita Pak.
Kabinet nanti itu kasihan. Kalau saya, tidak ada beban, sebenarnya. Tapi kabinet
nanti itu kasihan. Wa-laupun saya berulang-ulang melihat Pak Budiman, tapi
yang lain juga barangkali bisa merasakanlah.
Jadi yang dibilang Pak Menteri tadi, bertahap, satu atau dua ta-hun, atau tiga
tahun sesuai itu tadi, kita muat didalam Peraturan Peralihan. Jadi diatur di
Peraturan Peralihan itu dikatakan disa-na bahwa semua yang berkaitan
misalnya.
Namun, usulan ini ditolak oleh Muqowam dari Fraksi PPP) dengan
disepakati untuk dimasukkanarikke p ke norma lagi, meskipun di pasal
Oke, kalau begitu begini, silakan Pemerintah itu besok melapor-kan, saya
mohon maaf, tidak perlu rapat kerja. Itu ya? Apapun putusan Pemerintah, kita
terima, begitu? Dengan memperhati-kan asumsi siapapun pemenang Pemilu
nanti.
Terkait rumusan ini, Dr. AW. Th kritisi variabel yang ada, sebag
bahwa itu dihitung dari jumlah desa, karena ini transfer ke dae-rah, ya
mungkin. Tapi kalau jumlah penduduknya dari mana, apakah dari daerah?
Angka kemiskinannyaini, angka kemis-kinan daerah atau desa?
Saya kira kalau begitu, maka itu keseluruhan adalah desa. Kalau kemudian
dikomplitkan adalah, jumlah desa, jumlah penduduk desa, angka kemiskinan
desa, luas wilayah desa, kemudian ting-kat kesulitan geogra is desa, kalau mau
dikomplitkan. Atau mau begini, berdasarkan jumlah, penduduk, angka
kemiskinan, luas wilayah dan tingkat kesulitan desa. Tidak bisa. Kalau itu, kom-
plitkan semua saja. Jumlah desa, jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa,
luas wilayah desa, kemudian tingkat kesulitan geogra is desa.
Ketua, yang kita atur ini kan adalah untuk desa, Undang-Un-dang Desa. Jadi
sudah jelas itu, anggaran yang ... bla, bla, dialo-kasikan berdasarkan jumlah
desa. Jadi tidak ada aturan lain di-situ, Pak. Itu sudah jelas.
Seperti itu, memang kalau untuk desa, harusnya dia menghitung jumlah dusun ya?
Kalau ini untuk desa. Tetapi, nampak bahwa ini dana transfer ke daerah,
hitungannya adalah dari jumlah desa, memperoleh hal itu. Tetapi parameter
lainnya, ada jumlah pen-duduk, ada angka kemiskinan. Ini seolah-olah
menggambarkan, ini jumlah penduduk daerah itu, angka kemiskinan daerah itu.
Padahal ini yang dimaksud adalah desa.
Menanggapi hal ini, I Wayan Kos paikan bahwa lebih baik ditambah tidak
salah ditafsirkan ketika m nanti:
Sebagaimana dinyatakan berikut ini, menurut saya, ditambah desa lebih clear dan
tidak salah itu Pak. Jumlah penduduk desa, angka kemiskinan di desa, begitu Pak,
luas wilayah desa, tidak apa-apa, supaya tidak salah tafsir lagi nanti dibuat PP.
Terkait hal ini, Prof. Dr. Farouk Muhammad (DPD RI) memberikan penje-lasan
sebagai berikut, Memang penambahan kata jumlah desa tadi, didasarkan kepada
pemikiran, bahwa pemerintah menja-min pengalokasian itu akan merata pada
semua desa. Tidak di-dasarkan kepada ayat (4) . Kalau ayat (4) itu ada berdasarkan
DAU dan sebagainya, sehingga misalnya terjadi ketimpangan. Nah, sehingga tadi
saya dengar Pak Menteri itu, akan dijamin seluruh itu dapat disamaratakan. Tapi
dengan adanya kata-ka-ta pemerataan pembangunan desa, maka mungkin kata
jumlah desa itu tidak kita perlukan lagi, kecuali mau diganti menjadi jumlah dusun,
sebagaimana. . .
Sebentar, sebentar, Ketua, coba diperhatikan dulu. Ini tadi kan pendekatannya
itu, walaupun dana langsung ke desa, masih di-tahan di pusat, tapi lewatnya
tetap kabupaten. Jadi sebetulnya menghitungnya tetap ke kabupaten sana
dikirim berapa, dikirim berapa, nah ketika dikirim berapanya itu, makanya
diperhatikan adalah jumlah desanya berapa di kabupaten itu, jumlah pendu-
duknya, setiap desanya berapa, begitu.
Namun, diskusi masih berjalan h gota DPR berpendapat dana dari A per
desa, sesuai jumlah desa- y tu 72.944 desa. Selanjutnya, pim Kementerian
Keuangan (M. Na i) u patnya dengan menganalogikan alo formula DAU.
Wakil dari Kementer
Jadi pada dasarnya kalau kita melihat analogi didalam perhi-tungan DAU, kita
mengenal ada formula DAU, yang sifatnya na-sional, berdasarkan provinsi,
kabupaten/kota. Nah kemudian kita bicara juga alokasi berdasarkan variabel
jumlah penduduk, luas wilayah, indeks pembangunan konstruksi, PDMD per
kapita, IPM dan ya, itu ada 5 variabel itu.
Nah kalau dianalogikan dari sana, sesungguhnya ini bisa 2 tahap, Pak. Tahap
pertama adalah ke kabupaten/kotanya, dari pusat ke kabupaten/kota,
menghitungnya adalah berdasarkan tadi, se-perti dijelaskan Pak Prof. Farouk tadi,
berdasarkan jumlah desa, sehingga ada unsur pemerataan. Ketika ke
kabupaten/kota, ka-bupaten/kota bisa berdasarkan rumusan Undang-Undang ini,
memperhatikan variabel jumlah penduduk di masing-masing dusun, misalkan,
angka kemiskinan di masing-masing desa yang berbeda-beda dalam
kabupaten/kota itu, luas wilayah, kemu-dian tingkat ... gra is, itu jadi pertimbangan.
Jadi nanti rumus-annya bisa dipandu oleh Kementerian Dalam Negeri, mengenai
variabel-variabel tersebut. Bisa diatur lebih lanjut dalam Pera-turan Pemerintah,
Pak, dalam PP.
Desa 373
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 6
Saya kira perlu ada penambahan ini saja, di Anggaran Penda-patan dan Belanja
Negara, yang ditransfer melalui kabupaten/ kota, sehingga itulokasinya bukan
nasional, tapi kabupaten/ kota. Sehingga jumlah desa itu sudah disebut di
kabupaten/kota. Kalau hanya pendapatan dan belanja negara, seolah-olah nasio-
nal, masih. Sehingga anak kalimatnya, jumlah desa, jumlah pen-duduk itu menjadi
bisa ditafsirkan secara nasional. Tapi kalau kita batasi kabupaten/kota, itu sudah
pasti desanya disitu.
Pak Hermanto, kalau desa itu kemudian, sakerepe dewek, bisa nanti. Karena itu
jumlah desa itu menjadi penting. Sehingga itu de initifnya itu adalah ada nomor
induk desa. Kalau untuk desa begini, maka semau gue Pemerintah nanti, Kan
saya memenuhi aturan didalam Undang-Undang.
Coba, ini diubah-ubah, itu jadi tidak jelas. Kita ini kan mau mencari parameter,
mengalokasikan itu parameternya apa? Ka-lau bersumber itu tadi, sudah sumbernya
itu dari belanja pusat. Jadi ini jangan sampai nanti ini keliru lagi, pengertiannya.
Jadi ini kan alokasi, sebetulnya kan menjelaskan, anggaran yang dari belanja pusat
tadi itu, itu pengalokasiannya ke desa-desa itu, itu parameternya adalah ini, jumlah
desa. Kemudian jumlah pendu-duk, angka kemiskinan di desa itu, luas wilayah desa
itu, dan dilanjutkan dengan mengajukan rumusan sebagai berikut, Ang-garan
yang bersumber dari APBN dihitung berdasarkan jumlah desa, dan memperhatikan
jumlah penduduk di setiap desa, angka kemiskinan, luas wilayah dan tingkat
kesulitangeogra is dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan
pemba-ngunan desa. Pokoknya maksudnya pemerataan dihitung secara nasional
begitu.
Saya setuju dengan kalimat ini Pak ketua, Cuma ini ada satu pertanyaan.
Pengalokasiannya itu pakai scheme apa? Apakah itu diatur di PP atau
dimasukkan disini?
Desa 375
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 6
Saya kira begini, untuk lebih jelasnya bapak sekalian, ini perlu norma PP itu masuk
disini, bukan di penjelasan. Karena itu disini kalau disepakati maka berbasis desa.
Pak Wayan, dengan meng-efekti kan program berbasis desa secara merata dan
berkeadil-an, yang diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.
Pasal 72
(2) Alokasi anggaran sebagaimana di bersumber dari Belanja Pusat deng yang
berbasis Desa secara merata
Penjelasan
Anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dihitung
berdasarkan jumlah Desa dan dialokasikan dengan memperhatikan jumlah
penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geogra is dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan Desa.
6.3.4 Tanggapan
Dalam hal ini Pemerintah Kabup kasi desa-desa yang penghasilan kat Desa
berkurang karena ketent upaya-upaya untuk mencegah terja pelayanan di
tingkat Desa.
Pada Pasal 72 ayat (2) menyebu ran yang berasal dari APBN ini dengan
mengefekti kan program ya rata dan berkeadilan. Hal ini di bahwa besaran
alokasi anggaran y ke Desa ditentukan 10% dari dan (on top) secara
bertahap. Anggaran y garan Pendapatan dan Belanja Ne jumlah Desa dan
dialokasikan den penduduk, angka kemiskinan, luas litan geogra is dalam
rangka men pemerataan pembangunan Desa.
Desa dan Desa Adat yang ditransf tan dan Belanja Daerah Kabupaten
membiayai penyelenggaraan pemeri ta pemberdayaan masyarakat, dan
Jumlah desa yang begitu besar bilitas penyaluran dan pemanfaat tinggi. Di
sisi lain, Pemerintah laksanakan oleh Desa sebagai bag Kota. Dengan
pertimbangan terseb nal adalah penyaluran dana dilak fer dari Rekening
Kas Umum Negar Umum Daerah (RKUD) dan dilanjut RKUD masing-masing
Kabupaten ke ratan dalam penyaluran dana lazi legal (ketersediaan
regulasi pen Kota maupun Desa) dan prosedur ( dalam penyampaian
laporan) .
bih dahulu yaitu ADD dari pada b jika kewajiban pengalokasian ADD lebih
efektif bila bantuan keuan pembangunan kawasan pedesaan. De ngan
bantuan keuangan provinsi.
Desa dapat memperoleh sumbangan bangan yang tidak mengikat dari lah
danacorporateCSRsocial (responsibility) dari perusa yang berlokasi di luar
Desa. Bag dengan berbekal RPJM Desa, dapat ngunan untuk disampaikan
kepada swasta.
6.4.1 Pengantar
tur dasar.
6.4.2 Pasal
Pasal 74
Penjelasan
Ayat (1)
Dalam penetapan belanja Desa dapat dialokasikan insentif kepada rukun tetangga
(RT) dan rukun warga (RW) dengan pertimbangan bahwa RT dan RW walaupun
sebagai lembaga kemasyarakatan, RT dan RW membantu pelaksanaan tugas
pelayanan pemerintahan, pe-rencanaan pembangunan, ketertiban, dan
pemberdayaan masyara-kat Desa.
Desa 383
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 6
Ayat (2)
6.4.4 Tanggapan
Ketentuan belanja sangat umum dan tidak ada batas minimal maupun
maksimal untuk alokasi tertentu.
Tipe ketentuan seperti ini mem dan negatif pada saat yang bersa Desa
memiliki keleluasaan untuk anggaran dalam rangka memenuhi k
Sedangkan potensi konsekuensi ne tuk rendahnya kualitas belanja d dari
postur APBDesa yang lebih m (Kepala Desa, perangkat Desa dan han warga.
Dengan model ketentua belanja di APBDesa tergantung pa Desa. Hal ini
mengingat pada das pakan keputusan politis dan sang yang terlibat di
dalam penyusuna
Ketentuan pasal 74 ini terkait yang mengatur tentang penghasila Desa yang
membawa konsekuensi pe sal 66 menyebutkan bahwa:
tap Kepala Desa dan perangkat Desa yang diterima oleh Desa sebagai
penerimaan APBDesa. I besarnya penghasilan tetap Ke Desa ada di
tingkat Desa, kar putusanya terkait maknadengankedua: APBD alokasi
dana Desa yang dibagi sesuai formula yang telah di yangtelah
dikurangi dengan kebutuhan a tuk penghasilan tetap Kepala dan
selanjutnya alokasi ini d ja Tidak Langsung dari APBD dilakukan
karenaetapkanfrasadalamditAngg dapatan dan Belanja Daerah Ka
bahwa penghasilan tetap bagi Desa ditetapkan oleh pemerint secara
eksplisit besarannya d Kabupaten/Kota. Konsekuensiny penghasilan
tetap Kepala Desa tingkat Kabupaten/Kota.
Hal ini berbeda dengan pasal secara eksplisit menyebutkan setiap bulan
dan/atau tunjang kemampuan keuangan desa yang Desa, atau
maknasamapertamadengarin pasal ayat 2.
sumber penghasilan dari Kepa Desa dan praktik ini sudah d Bila
merunut pada ketentuan U kasinya, penghasilan Kepala D berpotensi
berkurang,bengkoktidakrenalg jadi sumber sumber penghasila mati
oleh Kepala Desa dan per ini yang perlu dipertimbangka tentuan lebih
lanjut.
6.5.1 Pengantar
6.5.2 Pasal
Pasal 75
Penjelasan
Cukup Jelas
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 391
Klaster 6
RUU
UU Desa
Keterangan
(1) Kepala Desa(1) KepadalaRumusanhDesa tetap pemegang kekuadalah- peme-
Keuangan Desa.
merintah.
392 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6
6.5.4 Tanggapan
Sistem pengendalian intern mer yang harus ada untuk memastikan p nakan
dengan baik,check andyaitubalances dimekanismdalam pengelolaan
keuangan dimana ada memerintahkan, menguji, dan yang uang. Sayangnya,
UU Desa tidak s ngenai hal ini, 32berbedaTahunyangdengan2004secarUU
eksplisit mengatur implementasi dalam pengelolaan keuangan daera dalam
pasal 156 (3) yang berbuny seluruh kekuasaan sebagaimana di sarkan pada
prinsip pemisahan ke rintahkan, menguji, dan yang men
6.6.1 Pengantar
Di dalam ketentuan umum, disebu lah barang milik Desa yang beras beli
atau diperoleharan atasPendapatbeban daAn Desa atau perolehan hak
lainnya y bahwa Aset Desa dapat berupa tana Desa, pasar hewan, tambatan
perah ikan, pelelangan hasil pertanianlik Desa, pemandian umum, dan aset
la
Dalam sub tema ini juga akan di jelaskan tentang asas dan tujuan
6.6.2 Pasal
Pasal 76
Aset Desa dapat berupa tanah k Desa, pasar hewan, tambatan perah an ikan,
pelelangan hasil pertani milik Desa, pemandian umum, dan a
kekayaan Desa yang dibeli ata garan Pendapatan dan Belanja Ne an dan Belanja
Daerah, serta A Belanja Desa;
Kekayaan milik Pemerintah dan lokal Desa yang ada di Desa dapat kepada Desa.
Kekayaan milik Desa yang telah Daerah Kabupaten/Kota dikembalika yang sudah
digunakan untuk fasili
Penjelasan
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan sumbangan adalah termasuk tanah wakaf sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
396 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6
Pasal 77
Pengelolaan kekayaan milik Desa ayat (2) dibahas oleh Kepala Desa ratan Desa
berdasarkan tata cara Desa yang diatur dalam Peraturan
Penjelasan
Cukup jelas.
Secara umum pembahasan Pasal 7 tentang aset desa berjalan tdenga dari
perbandingan antara rumusan rumusan RUU dan rumusan yang dis
6.6.4 Tanggapan
Pasal 76 ayat (3) dan (5) meny kepemilikan aset, yaitu kekayaan rintah
Daerah berskala lokal Des hibahkan kepemilikannya kepada D lapangan,
banyak aset dari Pemer
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 397
Klaster 6
6.7 Penutup
Sebelum UU Desa ini lahir, Des APBN dalam bentuk program sektor
kementerian dan bagian dari dana oleh Kabupaten/Kota. Untuk memud
anya, perlu diperjelas posisi. da Hal ini dikarenakan kekhawatiran dana
oleh Kepala Desa dan Perang rupakan dukunganDesabisaagarmembangun
da kan Desa.
Ketidaklengkapan materi yang me dan ases Desa, serta isu-isu yan dalam
UU Desa ini perlu mendapat lam menyusun aturan turunannya, multitafsir
didalam pelaksanaann
Pendahuluan
Ketentuan tentang Badan Usaha M lam UU Desa diatur pada Bab X, d 90).
Ketentuan yang diatur dalam menjadi dua, yaitu (1) pendirian bangan dan
pemanfaatan hasil BUM rian, juga dibahas pihak yang me dan
pengelolaannya. Sedangkan pe atan hasil usaha BUM Desa termas
Pemerintah pusat, provinsi dan k
Bila dilihat sepintas, pengerti dan Usaha Milik Negara (BUMN), da kekayaan
yang dipisahkan dan pem besar kesejahteraanlihatUUNo.
masyarakat19tahun2003 ( tentang BUMN Pasal 1 angka 1). Bedanya BUMN
dal gara, sedangkan BUM Desa dalam s umum Pasal 1 Angka 6 UU Desadiny
Milik Desa, yang selanjutnya dis usaha yang seluruh atau sebagian
Desa melalui penyertaan secara l kayaan Desa yang dipisahkan guna nan,
dan usaha lainnya untuk seb masyarakat Desa.
7.2.1 Pengantar
7.2.2 Pasal
Pasal 87
BUM Desa dapat menjalankan usa atau pelayanan umum sesuai dengan undang-
undangan
402 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 7
Penjelasan.
BUM Desa dibentuk oleh Pemerintah Desa untuk mendayaguna-kan segala potensi
ekonomi, kelembagaan perekonomian, ser-ta potensi sumber daya alam dan
sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Desa.
BUM Desa secara spesi ik tidak dapat disamakan dengan badan hukum seperti
perseroan terbatas, CV, atau koperasi. Oleh kare-na itu, BUM Desa merupakan
suatu badan usaha bercirikan Desa yang dalam pelaksanaan kegiatannya di
samping untuk mem-bantu penyelenggaraan Pemerintahan Desa, juga untuk
meme-nuhi kebutuhan masyarakat Desa. BUM Desa juga dapat melak-sanakan
fungsi pelayanan jasa, perdagangan, dan pengembang-an ekonomi lainnya.
Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 88
Penjelasan
Cukup jelas
Cukup jelas
Peraturan Pemerintah No. 72 Tah sal 78 mengatakan bahwa Desa dap Kata
dapat artinya bukan suatu daan badan usaha Desa menjadi sa yaitu
mengelola ekonomi untuk ke Desa sangat membutuhkan badan us selama
ini mengalami keterpuruka Desa hadir untuk melayani komuni tib hukum,
sosial maupun membant raan masyarakatnya.
Pada Raker I RUU Desa tanggal 4 selaku Menteri Dalam Negeri men Desa,
pengaturan dalam regulasi memiliki pendapatan yang bersum desa; bagian
dari hasil pajak da kota; bagian dari dana perimbang yang diterima oleh
Kabupaten/Kot merintah Pusat, Pemerintah Provi Kota; serta hibah dan
sumbangan mengikat. Adanya kepastian penda meningkatkan kemandirian
desa un an dan kebutuhan masyarakat yang yang juga diatur adalah
mengenai kan menjadi potensi untuk mening asli desa, sehingga
pengelolaan perlu ditatausahakan dengan baik
Pemerintahan desa yang kuat bentuk pemerintah dan kapala d nya dengan
masa jabatan yang dalam bentuk pemerintahan des nangan dan anggaran
memadai, tata pemerintahan demokratischeckand balances) oleh institusi
lokal se Desa dan masyarakat setempat.
Desa bermartabat secara bud tas atau sistem sosial-budaya kearifan lokal
yang kuat unt dan sumber daya lokal.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 405
Klaster 7
..... Sumber pendapatan lain yang dapat diusahakan oleh Desa berasal dari
Badan Usaha Milik Desa, pengelolaan pasar Desa, pengelolaan kawasan wisata
skala Desa, pengelolaan galian C dengan tidak menggunakan alat berat dan
sumber lainnya.
Selain itu, dalam pembahasan R hal yang disoroti adalah terkait pada Pasal
88 seperti yang terek 2012. Pada kesempatan tersebut, perwakilan dari
Relawan Pemberda nuturkan, Sayang sekali, dalam kami melihat bahwa
dalam penjela Desa, menurut kami sangat tidak dan Usaha Milik Desa
cukup diben Sementara Peraturan Desa tidak d rundangan. Ini menjadi
pertanyaa gusulkan, untuk dibuka peluang
7.2.4 Tanggapan
Keberadaan BUM Desa merupakan dari suatu Desa sebagai impleme BUM
Desa, diharapkan Desa dalam an tidak sepenuhnya bergantung s dan Usaha
Milik Desa dapat dijad memberikan tambahan terhadap4Badan Usahkeu
Buku Panduan Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa, (Malang: Departemen
Pendidikan Nasional Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (PKDSP) Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijaya, 2007), hal. 4.
Milik Desa ini juga berguna untu Desa agar dapat didayagunakan se
jahteraan masyarakat Desa.
Kooperatif
Partisipatif
Semua komponen yang terlibat rus bersedia secara sukarela kungan dan
kontribusi yang da usaha BUM Des.
Emansipatif
Aris Ahmad Risadi, Badan Usaha Milik Desa (Jakarta: Dapur Buku, 2012), hal. 10.
Moh Mahfud MD, dkk, Prosiding Kongres Pansasila IV: Srategi Pelembagaan Nilai-nilai
Pancasila dalam Menegakkan Konstitusionalitas Indonesia, (Yogya-karta, 2012), hal. 334.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 409
Klaster 7
Transparan
Akuntabel
Sustainabel
Hadi Irawan, Eksistensi BUMDes dari Aspek Otonomi Berdasarkan Undang-Un-dang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, (Mataram: Fakultas Hukum Universitas Mataram,
2013), hal. 6-7.
410 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 7
Buku Panduan Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa, Op.Cit., hal.6.
masyarakat desa yang berangkat d dikelola dengan tepat akan menim Agar
keberadaan lembaga ekonomi kelompok tertentu yang memiliki Maka
kepemilikan lembaga itu ole dimana tujuan utamanya untuk me ekonomi
masyarakat10.
Melakukan identi ikasi pote produk (barang dan jasa) yan Desa;
7.3.1 Pengantar
Pada bagian ini akan membahas Desa yang berisi tentang ketentu BUM
Desa untuk pengembangan usah
Buku Panduan Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa, Op.Cit., hal. 6.
Ibid., hal. 23.
412 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 7
7.3.2 Pasal
Pasal 89
Penjelasan.
Pasal 90
Penjelasan
RUU Inisiatif
RUU Timus
Rumusan yang
Pemerintah
disepakati
Tidak diatur PasalPasal96 89 Keuntungan BUMDesaHasilusaha BUM D
dialokasikandimanfaatkanuntuk: untu
pengembangan.Pengembanganusaha; u
pembangunan. PembangunanDesa De dan pemberdayaanpemberdayaan ma-
masyarakat melaluisyarakat Desa, d APB Desa; pemberian bantua
kesejahteraanAnggaranpengePendapa-
lola BUMDesadan. Belanja Desa
Pada RDPU VIII tanggal 28 Juni Hadi Dharmawan selaku pakar ten Apakah
sama sepertipro it PT,maximizationyang ka orientation, berorientasi pada
keuntunga rasi, yang mengagungkan kolektiv seperti yayasan yang sosial
tanp Atau seperti BUMN atauagent of BUMDdevelop- yang ment danpro it
maximization.
RUU Inisiatif
RUU Timus
Rumusan yang
Pemerintah
disepakati
Pasal 64
Pasal 95
Pasal 90
Modal BUM1. Jenis usaha PemerintBUMDesah,meliPe-
Desa dapatputibe- bidang jasa,merintahpenyaluDaeranh
rasal dari:kebutuhan pokok,Provinsi,perda- Pemer
a. pemerintahgangan hasil pertanian,tahDaerah Kabu
desa;
dan/atau industripaten/Kota,kecildan
tabunganrumah- tangga. Pemerintah Desa syarakat;2. danModal usaha
mendorongBUMDesa bep-r-
Pasal 97
b. melakukan
kabupa ten /
kota.
pendampingan
teknis dan ak
ses ke pasar;
c. mempriorita
b. melakukan pendampingan
dalam pengel-
7.3.4 Tanggapan
Kontribusi ini akan berkaitan rikan oleh BUMDesa untuk masya berupa
pelayanan. Rendahnya pro utamanya di BUM Desaselama ini mahnya
sumberdaya manusia di bi lain. Sehingga dalam kontribusi dang dari segi
kerjasama dalam ngan demikian sumber dana untuk desa dapat
direalisasikan.
Dalam rangka meningkatkan pen pendapatan asli desa maka bumd rapa
kontribusi untuk memenuhi Salah satunya dalam kebutuhan BUMDesa ini
adalah suatu lembag
Coristya Berlian Ramadana dkk, Jurnal Administrasi Publik Vol.1 No.6, Kebera-daan Badan Usaha
Milik Desa (BUMDesa) Sebagai Penguatan Ekonomi Desa, (Malang: Fakultas Ilmu Administrasi
Fakultas Brawijaya, tth), hal 1074-1075.
416 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 7
Kontribusi BUM Desa ini ialah ngunan desa mandiri yag dapat b bahwa
desa memang sudah berhasi ganya sendiri dan menciptakan dak hanya
bergantung kepada ang lah diberikan oleh pemerintah
Pasal 89 tidak mengatur lebih BUM Desa yang menilai bahwa BUM
pengembangan usaha, melakukan pemberdayaan masyarakat Desa s
bantuan bagi masyarakat miskin. jelaskan gambaran keberhasilan BUM
Desa yang telah berhasil d lam meningkatkan peran BUM Desa
Keberadaan kelembagaan BUM Desa jadi salah satu ikon dalam mewuj ta
sesuai dengan amanah UU Pemer kehadiran BUM Desaakan menjadi
korporasi asing dan nasional. D BUM Desa ini mampu menggerakkan rakat
Desa. Di sisi lain, bagi p aset-aset dan potensi Desa denga ri melalui
kepemilikan BUM Desa, lapangan pekerjaan baru di Desa, optimal bagi
masyarakat dalam me jutnya, keberadaan kelembagaan B bangunan daerah
dan menjadi pen korporasi 13di pedesaan.
7.4 Penutup
13
Ibid., hal. 34.
418 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat,
dan Ketentuan Kekhususan Desa Adat
Pendahuluan
Modal sosial diartikan sebagai ngikat warga masyarakat yang ber pola
perilaku warganya,(trust) jugadan jauns-
Naskah Akademik RUU Desa oleh Baleg DPR (2008), halaman 33-34)
Pada bagian ini ingin akan di katan, lembaga desa adat dan ke menjawab
permasalahan4 berikut in
Isbandi Rukminto Adi (2013), Intervensi Komunitas dan Pengembangan Masyara-kat Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta: Rajawali Press, hal. 258
Kementerian Dalam Negari Republik Indonesia (2011), Naskah Akademik Rancangan Undang-
UndangTentangDesa, hal. 6-7
420 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8
8.2.1 Pengantar
5
Kementerian Dalam Negari Republik Indonesia (2011), Naskah Akademik Rancangan
Undang-Undang Tentang Desa, hal.38 dan 97
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
421
Klaster 8
8.2.2 Pasal
Pasal 94
Penjelasan
Cukup Jelas
gian ini, baik dalam rangka menj maupun menggerakkan dan mengemba
nomi desa dalam penanggulangan nan.
Alasan iloso is-konseptual jug lah kebutuhan ke depan atas des bertenaga
secara sosial, berdaulra ekonomi dan bermartabat secara b menyampaikan
argumentasi secara takan:
Pada Dalam Raker sebelumnya tan lalui juru bicara Anang Prihanto
Terhadap hal ini Menteri memberi pikan pada Raker 15 Mei 2015, ba
makna bahwa kegiatan pemerintaha bangunan di desa harus mengakomo
yang diartikulasi dan diagregasi masyarakatan sebagai mitra pemer
... Dengan logika fakta sejarah, sejatinya desa harus menjadi landasan bagian
penting dari tata pengaturan pemerintahan di atasnya. Desa yang memiliki tata
pemerintahan yang lang-sung berhubungan dengan masyarakat seharusnya
juga menjadi ujung tombak dalam setiap penyelenggaran urusan pemerinta-
han, pembangunan dan kemasyarakatan.
premis dasar ini, maka desa merupakan subjek utama dalam tata pemerintahan dan
pembangunan kesejahteraan rakyat dan premis dasar inilah dalam pandangan
Fraksi Partai Gerindra sejatinya harus menjadi roh dan landasan dalam
merumuskan dan menetapkan kebijakan pemerintahan dan pembangunan ter-
masuk dalam menyusun peraturan perundangan dalam desa.
Selanjutnya regulasi tentang desa dalam sebuah perundangan juga tidak sekedar
regulasi yang hanya mengatur tata kelola pemerintahan desa semata. Regulasi
tentang desa harus menjadi landasan dan instrumen penguatan dan peningkatan
kese-jahteraan masyarakatdesa.Kesejahteraanmasyarakatdesaharus menjadi gool
utama dari regulasi ini yang dicapai melalui tata kelola pemerintahan desa. Menjadi
tidak berarti dan tidak urgen bila regulasi tentang desa hanya mengatur soal
pemerintahan desa, apalagi hanya mengatur soal elit desa saja. Selain itu, yang juga
tidak kalah pentingnya dengan menempatkan desa sebagai entitas subjek dari tata
pemerintahan dan pembangunan kesejahteraan, maka konsekuensi logis regulasi
tentang desa juga harus memposisikan masyarakat desa sebagai subjek dalam
konteks ini pandangan Fraksi Gerindra regulasi tentang desa harus mendorong
partisipasi masyarakat desa dalam tata kelola pemerintahan desa dan
pembangunan kesejahteraan dengan membuka ruang prakarsa yang berpijak pada
lokal aset yakni kelembagaan sosial yang sudah ada di desa.
Menteri Dalam Negeri, Gamawan F Fraksi Gerindra pada Raker 15 Mei desa
harus mendorong partisipasi kelola Pemerintahan desa dan pem dengan
membuka ruang prakarsa ya Lokal aset yang dimaksud adalah dah ada di
desa-desa. Di lain si demokratisasi.
... Tugas pokok karang taruna yaitu secara bersama-sama dengan pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten kota dan ber-sama-sama masyarakat lainnya
menyelenggarakan pembinaan generasi muda dan kesejahteraan sosial. Fungsi
karang taruna mencegah timbulnya masalah kesejahteraan sosial khususnya bagi
generasi muda, menyelenggarakan kesejahteraan sosial meliputi rehabilitasi
perlindungan sosial jaminan sosial pem-
Desa 427
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 8
...Yang saya tegaskan adalah dari karang taruna tadi perlunya koordinasi antar
lembaga yang ada di desa, antara lain mung-kin antara kepala desa sebagai
leader-nya, BPD sebagai fungsi kontrolnya, karang taruna juga harus dilibatkan
di sana, lalu un-sur-unsur tokoh masyarakat desa, sehingga nantinya di desa itu
betul-betul secara demokratis dan bisa mempertanggungjawab-kan semua
program di desa yang ada.
Sutoro Eko dalam forum yang sam lembaga kemasyarakatan tidak cuk dan
PKK, sehingga perlu ada ruan tuk sendiri oleh warga.
DPR juga melihat seberapa jauh nilai-nilai kedesaan yang tum-buh berkembang
yang dihormati oleh warga desa sebagai suatu capital untuk membangun desa
itu. Kita memiliki modal sosial yang bagus, maka Insya Allah permasalahan
uang akan datang sendiri itu, misalnya dengan pengembangan desa wisata yang
bagus yang akan mendatangkan uang.
Prof. Dr. Sediono MP. Tjondrone RDPU 13 Juni 2012, menyampaikan
disamakan dengan modal sosial. I tanggaan yaitu inti dari adat ya
Nursuhud, anggota DPR dari Fra Mei 2012 menyampaikan kepada pes
pernah menyampaikan kepada Mend pandangan fraksi-fraksi terhadap
. . . Kami sampaikan begini, hal-hal yang lain itu tidak terlalu rumit, tetapi yang
rumit nyaris tidak pernah kita kerjakan ada-lah bagaimana merumuskan
partisipasi masyarakat.
. . . Dan yang juga penting adalah bagaimana proses mereka mengintegrasi antara
berbagai macam latar belakang ras yang ada. Jadi disetiap keyboots [kibbutz, ed] ini
ada Arab, ada Jerman dan sebagainya. Jadi mereka ada proses yang secara continue
untuk melakukan integrasi. Ini yang menjadi satu keseluruhan sistem di keyboots
[kibbutz, ed], untuk menjadikan komunitas itu bisa mencapai kesejahteraan. Jadi
tidak hanya berbicara soal pendapatan yang naik, bagaimana meningkatkan
pendapatan, tapi juga bagaimana aspek pendidikan dasar, kesehatan, juga di-urus
oleh komunitas ini. Ini yang terjadi di Israel.
Di Brazil, lebih banyak intervensi pemerintah. Karena di Brazil ti-dak ada bentuk
komunitas seperti di Israel, tapi mereka hanya ada istilah rural, daerah pedesaan,
pertanian. Tapi tidak ada organi-sasi-organisasi yang namanya desa di Brazil. Tapi
yang membuat mereka bisa menyelesaikan permasalahannya adalah sekali lagi,
pengorganisasian. Pengorganisasian dari petani itu. Bagaimana mengorganisasi
dari tingkatan produksi kemudian memasarkan bersama, adanya badan usaha-
badan usaha yang dilakukan un-tuk menjawab permasalahan dari para petani. Dan
ada kelompok lain yang kalau kita bicara soal desa, kita permasalahan desa,
kesejahteraan, kita juga tidak lepas dari permasalahan tanah. Di Brazil, juga ada
Gerakan MST, kelompok petani yang tidak punya tanah. Nah ini permasalahan lain.
Tetapi satu yang menyamakan
Kibbutz berarti kelompok dalam bahasa Hebrew (bahasa di Israel). Orang-orang dalam komunitas
tersebut tinggal dan bekerjasama. Kerjasama dalam kibbutz tidak menggunakan dasar kompetitif.
Tujuan dari kibbutz adalah menghasilkan masyarakat mandiri secara ekonomi dan sosial dengan
menggunakan prinsip kepemilikan komunitas terhadap property, keadilan sosial, dan persamaan hak.
Salah satu gerakan komunitas ini di bidang pertanian.
Desa 431
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 8
(3 Oktober 2013)
Pasal 77
Pasal 101
(1) Di desa dibentuk(1)DesalembdangaDesa Ad kemasyarakatan
dayagunakanengan lembag peraturan desa.baga kemasyarakatan ada dalam
rangka m tu menjalankan fun si pelayanan pemer pembangunan, dan p dayaan
masyarakat.
dayaan masyarakat.
tan bersumber dari iuran swadaya masyarakat, APB Desa, APBD dan sumber lain
yang sah dan tidak mengikat.
Desa Adat.
Pasal 78
Pasal 102
Ketentuan lebih(1)lanjutLembagamengeKemasyar-
nai lembaga kemasyarakatanmempunyai tugas me
sebagaimana
dimaksudkan upayadalam pemberday
Pasal 77 diatur denganmasyarakat,peratuikut-
s
ran pemerintah. dalam perencanaan,
pelaksanaan pemban
dan peningkatan pe
masyarakat.
bagainya.
8.2.4 Tanggapan
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, (????) Petunjuk Teknis
Penguatan Modal Sosial: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan,
434 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8
Ada pula organisasi rakyat, ger kader penggerak masyarakat desa, rupakan
hasil program ACCES teru Timur9Tahun. 2000-an Ford Foundatio forum
warga. Demikian pula commu diperkenalkan PATTIRO sejak 2007
YAPPIKA10menyebut dengan istilah Org (OMS). Kalangan lain menyebut de
syarakat(Community Based Organization), Kelompok Sw Masyarakat (KSM),
dan lain lain. syarakatan tersebut tidak selalu dan meningkatkan pelayanan
masya kan oleh pemerintah desa.
Sutoro Eko, dkk, (2014), Desa Membangun Indonesia, Yogyakarta: FPPD. Ba-gian Bab 2: Desa
Bertenaga Secara Sosial hal. 47 66.
YAPPIKA sejak tahun 2000 bergerak dalam bidang peningkatkan kapasitas orga-nisasi untuk
dapat mengawal proses transisi demokrasi di Indonesia.
Desa 435
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 8
Sutoroeko, (2013), Policy Paper: Membangun BUMDes yang Mandiri, Kokoh dan Berkelanjutan
8.3.1 Pengantar
8.3.2 Pasal
Pasal 95
Penjelasan
Cukup jelas
adat Minangkabau. Yang keenam, sudah punya polisi, sudah punya jaksa, sudah
punya hakim, sudah punya pengadilan adat, itu menurut Tan Malaka dan Moh.
Hatta dalam bukunya.
Pasal 1 (12) Undang-undang kan bahwa desa yang disebut d nang untuk
mengatur dan mengu rakat setempat sesuai dengan setempat yang diakui
dan diho rintahan Negara Kesatuan Repu
Apabila Rancangan Undang-un has juga antara DPR dengan Pr kembali agar
namanya diganti Pemerintahan Terendah, atau P
Anggota Komisi III Fraksi14 Part memberikan tanggapan yang menco ri dan
jorong yang ada dibawahny (dana desa yang mungkin akan dip
... Saya kembali ke nusantara lagi, tadi saya di nagari sebagai penghulu. Dalam hal
ini memang ada pepatah Minang, padi se-rumpun dibagi duo, adek salingga nagari.
Maksudnya itu, nagari itu tidak dipertaruhkan karena uang, karena ada anggaran.
Na-gari adalah nagari. Dengan segala keistimewaannya. Di jorong, tidak ada
Kerapatan Adat Jorong, yang ada Kerapatan Adat Na-gari. Oleh karena itu, tadi
disampaikan oleh Ketua LKAAM, Pak Datuk, bahwa yang kita minta diistimewakan
itu salah satunya adalah bahwa nagari itu yang membawahi beberapa jorong,
didalam kue pembangunan yang akan diberikan, hendaknya juga
mempertimbangkan untuk tidak persis sama dengan desa. Artinya nagari tetap
merupakan nagari yang dianggap sebagai
14
Nudirman Munir menyatakan pendapat. Pimpinan rapat, sebelumnya member-ikan pengantar:
Pak Nudirman, ini bukan anggota Pansus, tapi anggota DPR, bukan pengurus LKAAM tapi
adalah anggota kehormatan. Jadi Pak Ganjar, ini anggota DPR yang LKAAM Pak. Silakan Pak
Nudirman. Nudirman kemudian memperkenalkan diri: Saya dari Komisi III intervensi masuk,
tapi bukan ma-suk karena komisinya, tapi karena masuk karena penghulunya. Tadi saya serba
salah duduk di situ, saya penghulu, saya duduk di sini, saya anggota DPR. Tapi akhirnya saya
pilih duduk di sini biar dua-duanya terpenuhi..... kebetulan saya penghulu dari Kaum Suku Koto,
di Kabupaten Agam. Gelar saya Datuk Pangli-ma Bandaro
desa, dari sudut formalitas kita berbangsa dan bernegara. Tetapi dari sudut
kepentingan adat, kepentingan komunitas masyara-kat hukum adat di
Minangkabau, maka nagari yang dikedepan-kan. Dan jumlah bantuan tidak bisa
sama dengan yang diberikan kepada desa. Dengan pertimbangan bahwa nagari
dulu hanya sekedar tumbal saja. Undang-undang Pemerintahan Daerah, Un-dang-
undang No. 5 Tahun 1974, adalah pembusukan terhadap nagari di
Minangkabau.Nah ini jangan sampai terjadi lagi. Kalau kita arahkan kepada
jorong, maka yang terjadi adalah pembusuk-an terhadap nagari. Sehingga peran
ninik-mamak, peran alim-ulama cerdik pandai, menjadi terdegradasi. Karena itu,
peran ini jangan sampai dilupakan, karena ini adalah sangat penting. Re-vitalisasi
ninik-mamak adalah merupakan hal yang mutlak.
. . . Bahkan kami diancam, kalau sekiranya nanti desa itu sta-tusnya dapat,
misalnya kita kue-kue ini, di desa di Jawa dapat sekian, 1 desa Rp 1 miliar, di desa,
Jawa, begitu banyak, Aceh dan Lampung, atau Pekanbaru, Riau. Lalu Sumatera
Barat hanya 543. Terus-terang Pak, seperti yang disampaikan oleh Pak Nudir-man
Munir tadi, kami di Sumatera Barat, tidak segala-galanya uang, Pak. Kami harga
diri, dan kultur adat yang hidup itu. Kare-na kenapa kami sampaikan itu Pak Ibnu?
Dari awal sudah saya katakan, jangan ada terlintas di benak orang Indonesia
bahwa Sumatera Barat mau buat merdekakah, mau khusus, tidak ada. Membuat
Republik Indonesia ini kita tidak bisa memungkiri sejarah. Buka Lembar Negara
Badan Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia, itu 9 dari Panitia Persiapan
Kemerdekaan, itu 4 orang, orang Minang. Tidak mungkinlah orang Minang itu
minta merdeka, yang memerdekakan Republik ini orang Minang. Hanya kami hanya
minta supaya diberi khusus. Alternatifnya khususnya 2 saja, pertama, hitunglah cost
yang akan dibantu itu, per penduduk, itu alternatif pertama. Berapa Jawa misalnya
444 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8
1 penduduk itu dapat Rp 1 juta, kalau 1000 dapat Rp 1 miliar. Kalau penduduk
kami sejuta, maka dapatlah sekian. Tidak usah dipermasalahkan nagari
dengan jorong itu. Atau apa yang di-katakan Pak Nudirman Munir tadi,
diberikan karena Sumatera Barat itu karena khusus hanya 543 nagari, kalau
didesa misal-nya dapat Rp 1 miliar, makaSumatera Barat itu 10 kali lipat. Kan
tidak apa-apa. Kalau 1 nagari itu Rp 10 miliar, di desa dapat Rp 1 miliar. Ini
yang .. jadi jangan diancam-ancam kami, Kalau tidak mau nanti sedikit
bantuan, tidak ada itu. Kami tidak ada urusan dengan uang-uang itu.
ri 1977. Disini sudah mengenai jorong itu sudah menjadi desa, sebanyak 3.516. Jadi
tidak perlu Bapak-Bapak kuatir, karena ini sudah mulai oleh Pemerintah Pusat, oleh
eksekutif. Sekarang yang saya lihat, ini berputar-putar, sudah sebegini, dialihkan
lagi. Ini sama saja dengan Undang-undang Desa ini, dulu Undang-un-dang No. 5
Tahun 1979 ini mengenai desa sudah dikeluarkan juga, di waktu Orde Lama.
Sehingga ini tetap berjalan, waktu undang-undang itu, nagari dialihkan
kepemimpinannya ke Ke-tua Kerapatan Adat. Jadi ini berjalan. Yang tidak berjalan
setelah 2000 belakangan. Nah mengapa diurak-arik begini? Saya tidak mengertilah
Pemerintahan pusat menjalankan pemikirannya. Mengapa hal ini kami sampaikan
kepada Bapak-bapak yang ter-hormat? Nagari ini sebetulnya sudah otonomi, dari
dahulu. Dari jaman per Patih Nusabatang, dengan Datuk Ketemanggungan. Dua
pakar adat di Minangkabau yang meletakkan sendi-sendi adat, demokrasinya sudah
ada, Bapak-Bapak sekalian. Demo-krasi yang beraja ke mufakat. Ketemanggungan
demokrasi yang meraja ke daulat. Dan untuk Bapak-Bapak ketahui, di Minangka-
bau itu sudah dulu di nagari itu demokrasi, daripada Eropa. Ero-pa baru setelah
Revolusi Perancis. Tapi di Minangkabau, nagari ini sudah didudukkan berdemokrasi.
Duduk sama rendah, tegak sama tinggi. Basilang kayu dalam tungku, disenan api
makonyo kaiduik.
. . . Lebih baik judul ini diarahkan kepada sistem pemerintahan yang paling
ujung, sehingga secara nyata tidak akan bertabra-kan dengan nilai nagari.
. . . Nah agar ini (nagari) tetap eksis, tidak ditabrak oleh nilai-nilai yang akan kita
buat ini, memang perlu ada satu tata aturan yang memberikan kepastian bahwa
komunitas ini bisa berkem-bang secara independen. Dan ini kita geser menjadi
Undang-un-
446 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8
. . . saya mencoba memberikan satu alternatif ya, yang pada dasarnya saya
tidak berkeinginan agar nagari itu hilang. Justru saya berkeinginan nagari tetap
eksis sebagai satu lembaga. Dan ini juga merupakan satu lembaga yang kita
terima, bagaimana nanti berjalan beriringan. Ini yang saya katakan, satu
ditawar-kan, tapi orang Minang dapat dua.
Drs. H. Ibnu Munzir dari Fraksi hal serupa dengan bahasa yang be
. . . Tetapi prinsip dasarnya saya kira, apapun namanya, yang di-sebut sebagai
Bhinneka Tunggal Ika itu tidak boleh kita na ikan. Apa yang ada secara adat,
dan itu hidup di Negara kita, itu tidak boleh kita na ikan. Kita harus akomodasi
itu, tetapi mencari ru-musannya secara baik.
Kata penutup Datuk Sayuti meny Undang Undang ini terhadap adat.
. . . bahwa nagari memang tidak sama dengan desa. Nagari me-rupakan kesatuan
adat yang mempunyai wilayah, ulayat tersen-
Desa 447
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 8
diri, punya rakyat, anak kemenakan, punya struktur pemerin-tahan secara adat,
dan menganut sistem kekerabatan matrili-neal yang menempatkan kedudukan,
peranan perempuan setara dengan kedudukan dan peranan laki-laki. Jadi
kesetaraan bagi orang Minang sudah selesai. Jadi dalam hal ini saya juga menge-
mukakan, kalau ada tuntutan undang-undang kesetaraan gen-der, kami dari
Sumatera Barat, menolak. Atau perlu belajar juga ke Sumatera Barat mengenai
bagaimana kesetaraan laki-laki dengan perempuan dalam konsep seimbang dan
berimbang.
Ide formulasi tersebut ditangkap MM, yang mengkon irmasi lagi pad
... sangat menarik ini usulan dari Bundo Kanduang, terkait de-ngan persoalan,
tadi saya agak remang-remang mendengarnya ya, saya ingin dipertegas saja
betul apa tidak. Per nagari berba-sis 9 desa? Oh 9 jorong? Nah, jadi begini,
kalau kita lihat fakta di lapangan, ada satu nagari jumlah jorongnya itu kalau
tidak salah 23 jorong, ada 28? Ya ini nanti tolong dipikirkan oleh ninik-mamak,
kalau ini konsepnya yang mau diperjuangkan, tolong nanti di daerah itu ada
satu nagari itu 28 jorong. Bagaimana? Ada, ada, tolong dicek saja nanti...
448 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8
Masalahnya terletak pada eksistensi desa yang tidak permanen dalam NKRI, dalam
perkembangan masyarakat global. Satu, Un-dang-undang Dasar 1945 memberi
pengakuan dan penghorma-tan secara bersyarat. Jadi bukan absolut, bersyarat,
terhadap ke-satuan masyarakat hukum adat dan hak-hak tradisionalnya. Di-situ ada
kata-kata sepanjang masih hidup, kalau tidak hidup ya hilang. Sesuai dengan
perkembangan masyarakat, kalau tidak berkembang ya hilang. sesuai dengan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, kalau tidak, ya hilang. Jadi
eksistensinya pe-nuh dengan syarat-syarat yang datang dari luar. Bukan datang dari
masyarakat adat itu sendiri. Memang Undang-undang Dasar 1945 tidak menyebut
masyarakat hukum adat ini sebagai desa. Tetapi, dimana letaknya desa, kalau tidak
terkait dengan masya-rakat hukum adat? Dalam konsep masyarakat hukum adat,
pasti ada desa sebagai sistem pemerintahan.
. . . Jadi pada suatu saat, dalam satu perkembangan evolusi, akan tidak ada lagi
desa, dan hanya ada kota di Indonesia. Jadi seperti yang dikatakan oleh Prof.
Tjondro kita tadi, Negara kita ini akan kehilangan basis dasarnya, yaitu desa.
yang mungkin kita kenal dengan d kan entitas komunitas adat yang akan
menghindarkan dari potensi lembaga adat selama ini.
Saya mencoba memahami konsep yang ada ini. Sepertinya Pe-merintah ingin
membuat satu sistem pemerintahan terkecil pada tingkat desa di seluruh wilayah
nusantara kita ini, dimana fung-si dan peranan itu ditempatkan di atas komunitas
masyarakat yang ada. Saya mengambil perbandingan katakanlah di Sumate-ra
Barat, ada nagari, kemudian ada sistem pemerintahan. Fungsi ini ditumpangkan di
atas nagari. Sehingga timbullah suatu ke-rancuan. Kerancuan yang muncul ya,
tumpang tindihnya atas sistem pemerintahan dengan hak-hak adat yang
berkembang secara tradisional dan turun-menurun. Itu lama-lama bisa jadi hilang.
Yang pasti saja ya, dengan aturan seorang kepala desa, seorang wali nagari,
katakan, dipilih dengan persyaratan formal, maka pejabat-pejabat informal kita,
para pemimpin-pemimpin karismatik kita itu semakin tersisih, semakin tidak
muncul. Nah saya mencoba menanyakan kepada Bapak dan Ibu narasumber,
bagaimana kalau RUU ini kita tempatkan secara berdiri sendiri, tidak ditumpangkan
dalam fungsi komunitas masyarakat yang ada? Artinya apa? RUU ini memang
mengatur suatu sistem pe-merintahan terdepan, tetapi dia merupakan satu lembaga
yang berdiri sendiri diluar komunitas masyarakat. Jadi nanti akan ada lembaga
pemerintahan paling depan yang mungkin kita kenal dengan desa tadi. Disamping
itu, ada komunitas masyarakat yang mempertahankan hak tradisionalnya. Jadi
kalau di Sumatera Ba-rat ada nagari, yang mungkin nanti dipimpin oleh wali nagari,
mengatur sistem adat dan budaya, sedangkan sistem pemerin-tahan ini tentu
mengatur yang intinya masalah pembangunan dan pemerintahan. Ini dua masalah
yang coba saya lemparkan, bagaimana menurut sudut pandang Bapak, para
narasumber.
Apakah mungkin dibuat suatu bentuk undang-undang yaitu ada satu satuan
pemerintahan yang formal, kemudian juga ada satu pengakuan satu komunitas-
komunitas adat. Bapak memberikan satu contoh, yaitu nagari, bagus sekali. Ini
krusial, menurut saya, dari disiplin Ilmu Administrasi Negara. Karena apa? Karena
itu kalau itu diakomodasi dalam satu legalitas formal, itu akan ada tabrakan
kepentingan. Ini adalah pengalaman yang barangkali mungkin secara detail
barangkali ada suatu penelitian, tetapi dari bacaan saya yang tidak begitu
mendetail adalah kon lik an-tara desa adat dan desa dinas di Bali. Yang sampai
sekarang itu tidak pernah selesai, dari sisi kepentingan-kepentingan kesejah-teraan
masyarakat dan kepentingan Negara. Oleh karena itu tadi dalam makalah saya,
saya mengusulkan adanya satu kompromi, yang tadi saya menunjuk satu contoh
yang sudah ada, yaitu com-mune, commune di Perancis, atau dalam skala besar
adalah state di Amerika. Koloni, dulunya itu adalah koloni, Pak. Yang sekarang
menjadi state-state, United States itu dulunya koloni. Pada model commune atau
koloni di Amerika atau commune di Perancis. Itu adalah modelnya adalah dengan
satu teori yang disebut dengan teori Recognisi. Recognisi itu adalah pengakuan
Negara atas se-buah komunitas adat yang sudah menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan yang bisa dianggap, yaitu penyelenggaraan Pemerinta-han. tadi saya
ambilkan contoh, di dalam commune di Perancis, sebelum itu diintegrasikan di
dalam Negara, itu seperti nagari, Pak. Mengurus kesehatan dibawah gereja, waktu
itu, kalau di Su-
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 451
Klaster 8
provinsi, pusat. Tapi kemudian secara teknis, itu hanya disuruh melaksanakan,
itu namanya tugas pembantuan. Tapi kalau de-sentralisasi itu memang
urusannya itu diserahkan kepada com-mune tersebut. Tapi kalau pengaturannya
menjadi terpisah, itu agak dalam disiplin ilmu kami, itu akan mengalami kon lik
dan tidak produktif. Karena di dalam ilmu administrasi Negara, yang namanya
tugas untuk pemberdayaan masyarakat itu harus di-lakukan oleh satuan-satuan
Pemerintahan yang profesional. Bahwa satuan-satuan profesional itu diambil
dari satu komuni-tas-komunitas yang sudah berjalan, itu oke. Tetapi harus ada
satu tugas dan tanggung jawab dari satuan-satuan yang professional. Itu baru
yang namanya tugas-tugas pemberdayaan masyarakat itu baru bisa berjalan.
. . . Model pertama adalah desa sebagai komunite yang dikont-rol oleh Negara,
itu sekarang, dan RUU seperti itu. Pilihan ke-dua, ubah saja semua desa menjadi
UPT kecamatan, dan saya tidak setuju. Dan yang ketiga itu setuju, dan saya
setuju kalau modelnya itu adalah model recognisi terhadap komunitas, tetapi
masuk dalam sistem Negara. Setuju, 100% setuju. Karena itulah yang
sebenarnya menjadi tulang punggung, memberikan satu yang bisa menjadi
agen.
... Ada yang meminta supaya jangan rusak satu kesatuan masya-rakat hukum
adat di daerah, seperti Bali. Kan tidak enak kalau Badung berbeda dengan yang
lain, apa ini tidak dengan Perda Provinsi maksud saya, kalau disini kan
kabupaten/kota
... Susunan kelembagaan, pengisian jabatan dan masa jabatan kepala desa adat
berdasarkan hukum adat, ditetapkan dalam
Desa 453
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 8
Pengertiannya tidak seperti itu, bahwa ini adalah eksklusif me-ngenai desa adat
ini diatur dengan peraturan daerah provinsi, itu saja, eksepsinya disitu,
eksklusifnya disitu Pak.
Wakil Ketua Rapat, Budiman Sud mencoba menyodorkan fakta bahwa adat
memiliki skala adat tingkat di provinsi. Mungkin untuk Bali, Provinsi sudah
cukup menjelaskan untuk beberapa provinsi yang lai kat kabupaten
misalnya di NTT. A kabupaten yang lain bisa mempuny dahal satu provinsi
yang sama. S pengaturan di tingkat kabupaten/
Baik, jadi lebih baik diatur daripada kemudian ada kekosongan pada tingkat
regional provinsi. Jadi Pasal 108 itu adalah mahfum
454 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8
Sedangkan mengenai usulan DPD seperti pengadilan desa, DPD dala sulkan
untuk menjadi bahan kajia
. . . Terkait dengan proses tersebut, kami juga memang harus menyesalkan langkah
tersebut, karena sesuai dengan Keputusan tanggal 23 Oktober 2013, usulan sesuai
DIM DPD tentang per-lunya pengaturan yang memberikan kewenangan kepada lem-
baga kemasyarakatan yang disebut Polmas atau nama lain, diakomodir untuk
menyelesaikan pertikaian antarwarga. Kewe-nangan komunitas tersebut, dimulai
dari berbagai kewenangan pembinaan ketertiban dan ketentraman atau tindakan
preventif oleh desa, atau kewenangan penyelesaian sengketa masyarakat, oleh
kepala desa yang merupakan perangkat birokrasi. Penga-turan tersebut
dimaksudkan agar permasalahan pelanggaran hukum serba ringan, terutama yang
melibatkan warga, dapat diselesaikan pada level komunitas, dan dan bukan pada
birokra-si, apakah Polri atau pemerintahan desa.
8.3.4 Tanggapan
Hak satuan masyarakat adat unt nilai budaya berada pada kelemba
kemasyarakatan lainnya. Jika seb daya berada pada pemimpin satuan
pemerintahan desa berpotensi be tranformasi budaya setempat. Kar aturan
yang memberikan kepastian berkembang secara independen.
Situasi Terakhir
8.4.1 Pengantar
Secara keseluruhan, Bab Desa Ada ayat, yang dibagi ke dalam empat
adalah:
Bagian Kesatu
:
Penataan Desa
Bagian Kedua
:
Kewenangan Desa
Bagian
Ketiga
:
Pemerintahan D
Bagian
Keempat
:
Peraturan Desa
Untuk memudahkan dalam pemerik struktur anotasi atas UU Desa me an
dalam UU Desa tersebut, denga gan maksud agar klasi ikasi pemb pembaca.
Struktur anotasi yang d Desa Adat; (2) Kewenangan Desa A Adat dan; (4)
Peraturan Desa Ada
Pada bagian ini akan menjelask tata cara penataan desa adat. Se Desa tidak
menjadidariBabbagianXIIIdalammelainkBab yang diatur melalui Pasal 6
ayat
8.4.2.2 Pasal
Pasal 96
Penjelasan
Penetapan kesatuan masyarakat hukum adat dan Desa Adat yang sudah ada saat ini
menjadi Desa Adat hanya dilakukan untuk 1 (satu) kali.
Pasal 97
kesatuan masyarakat hukum ada nya secara nyata masih hidup, b genealogis,
maupun yang bersifa
kesatuan masyarakat hukum ada nya dipandang sesuai dengan per dan
kesatuan masyarakat hukum ada nya sesuai dengan prinsip Negar nesia.
substansi hak tradisional ter oleh warga kesatuan masyarakat masyarakat yang
lebih luas serta hak asasi manusia.
Penjelasan
Pasal 98
Pembentukan Desa Adat setelah p mana dimaksud pada ayat (1) dilak kan faktor
penyelenggaraan Pemeri Pembangunan Desa, pembinaan kema pemberdayaan
masyarakat Desa, dan kung.
Penjelasan
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan penetapan Desa Adat adalah penetapan untuk pertama
kalinya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 99
Penjelasan
Cukup jelas.
Pasal 100
(1) Status Desa dapat diubah menja diubah menjadi Desa Adat, Desa Ada dan
Desa Adat dapat diubah menja prakarsa masyarakat yang bersangk Desa dan
disetujui oleh Pemerinta
460 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8
(2) Dalam hal Desa diubah menjadi ralih status menjadi kekayaan Des berubah
menjadi Desa Adat, kekaya menjadi kekayaan Desa Adat, dala menjadi Desa,
kekayaan Desa Adat kayaan Desa, dan dalam hal Desa A rahan, kekayaan Desa
Adat berali Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Penjelasan
Ayat (1)
Perubahan status Desa Adat menjadi kelurahan harus melalui Desa, sebaliknya
perubahan status kelurahan menjadi Desa Adat harus melalui Desa.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 101
Penjelasan
Cukup jelas.
Pasal 102.
Cukup jelas.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 461
Klaster 8
Dalam Rapat Dengar Pendapat Umu sanakan pada tanggal 31 Mei 2012
Ketua Pansus RUU Desa, pada pemb tentang penataan desa, seperti b
Dengan demikian, agaknya, Pansu rima dua macam jenis Desa terseb Desa
Adat. Sebagaimana termaktub yangmenyebutkan bahwa Desa terdi
Ketentuan ini sudah dijelaskan d Desa yang menyatakan bahwa, Ses
konteks empirik yang berkembang tiga tipe bentuk desa,self
governingyaitu: a)
Penataan Desa merupakan topik san kedudukan Desa Adat dan Desa
Karena ketentuan pengaturan pena lakupula bagi Desa Adat. Termasu
satuan pemerintahan terkecil yan nistratif berskala urban.
Yang selanjutnya juga untuk mengantisipasi maraknya peme-karan desa, perlu juga
mungkin ada beberapa langkah-langkah yang perlu kita perhatikan dalam rangka
mengantisipasi marak-nya pemekaran desa. Yang pertama, adanya persyaratan
dan mekanisme pembentukan desa yang lebih diperketat lagi. Saya rasa itu mungkin
perlu juga menjadi perhatian kita.
Ahmad Firman, Kepala Pusat Stu dan Otonomi Daerah, Universitas Desa
dan Pemda mengatakan:
menurut hemat saya yang perlu di atur dalam undang-undang ini adalah
penataan tentang desa, bukan ditekankan kepada pemekaran, tetapi menata
desa sesuai dengan undang-undang yang akan dirancang, yaitu dengan jumlah
penduduk yang su-dah ditetapkan berbeda antara Jawa, Sumatera dan luar
Jawa. Itu sudah. Ini melahirkan ketentuan Pasal 97 UU Desa yang mengatur
mengenai persyaratan penetapan Desa Adat.
Dalam Pembahasan RUU Desa, DPR masukan, kritikan dan saran dari
mendengarkan jajak pendapatam. Krit Arsyad dari perwakilan Konsorsium
RDPU VI RUU Desa yang mengatakan begitu lebar antara argumentasi
akademik dengan apa yang dituang pasal-pasal terus pasal mengen tidak
mencerminkan substansinya d Adat, desa otonom atau seperti y akademik.
Ini memperkuat tanggapa
Hal senada juga disampaikan ole kilan dari Forwana Sumbar dalam
Oktober 2012 yang menyampaikan ma taan desa bahwa, Yang semua dra
sekretariat, yang kedua mengenai hal ini sudah memuat penataan de kian
ketentuan Pasal 5 ayat (4) sebaiknya ketentuan desa ini tid lah penduduk
akan tetapi tetap j usul desa atau sebutan lainnya k kan jumlah penduduk,
maka akan t kembali desa, secara psikologis nimbulkan keresahan
ditengah-ten dengan jumlah yang sebaran pendu antara Sumatera dan
Kalimantan d Sumatera Barat merekomendasikan untuk Sumatera
berjumlah 2.500 j
Penataan Desa Adat sebenarnya Desa yang di inisiasi oleh Peme mengenai
penataan Desa Adat ini yang telah selesai dibahas sampa ber 2013.
Penataan Desa Adat dia Timus, Kamis 5 September 2013); Kamis 12
September 2013); Pasal 12 September 2013); Pasal 17 (Ke tember 2013);
dan Pasal 18 (Kepu tember 2013). Sedangkan hasil ak disahkan ketentuan
mengenai Pena Pasal 96, Pasal 97, Pasal dan98, Pa Pasal 102.
8.4.2.4 Tanggapan
Dalam konstitusi kita, keberad kui. Hal ini sangat jelas terpat 1945 yang
berbunyi Negara menga tuan-kesatuan masyarakat adat be sepanjang
masih hidup dan sesuai syarakat dan prinsip Negara Kesa diatur dalam
undang-undang. Ad hukum adat itu terbentuk berdasa genealogis,
teritorial, dan/atau logis dan prinsip teritorial. Un komodir dua prinsip
karena yang rakat hukum adat yang merupakan dan teritorial.
Penetapan Desa Adat untuk pert pada ketentuan khusus sebagaiman Desa.
Sedangkan pembentukan Desa man pada ketentuan sebagaimana d
Penetapan Desa Adat sebagaimana jadi acuan utama adalah Putusan lik
Indonesia15: yaitu
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Masyarakat Desa (Piagam Tanggung Jawab dan Hak Asasi Warga
Desa), hal. 3.
466 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8
adat itu terdapat didaerah kota ga wilayah keduanya tidak dapat meskipun
boleh jadi ada juga des suatu kesatuan masyarakat hukum Indonesia 16.
Dalam perkembangan desa dalam h adat ini, seperti diuraikan dala pat
dikemukakan adanya beberapa berubah menjadi lebih dari a1 (sa adat yang
berubah menjadi desa. desa adatmenjadi 1 desa; atau 1 juga berfungsi
sebagai 1 (satu),
Ibid, hal. 2
Agus Pubathin Hadi, Eksistensi Desa Adat dan Kelembagaan Lokal: Kasus Bali, Pusat
Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA).
468 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8
Kewenangan desa adat ini diber jang kemandirian desa untuk meng tingan
masyarakatnya. Kewenangan ini meliputi kewenangan yang sud usul dan
kewenangan lokal berska ten. Karena kebutuhan yang terus rakat adat,
maka diberikanlah ke hak mengatur dan mengurus rumah masyarakatnya.
8.4.3.2 Pasal
Pasal 103
penyelesaian sengketa adat berd laku di Desa Adat dalam wilayah y hak asasi
manusia dengan mengutam musyawarah;
18
Jimly Asshiddiqie, Op.Cit.,hal.2.
Penjelasan
Huruf a
Yang dimaksud dengan susunan asli adalah sistem organisasi kehi-dupan Desa
Adat yang dikenal di wilayah masing-masing.
Huruf b
Yang dimaksud dengan ulayat atau wilayah adat adalah wilayah kehidupan
suatu kesatuan masyarakat hukum adat.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Pasal 104
Penjelasan
Pasal 105.
Pelaksanaan kewenangan yang ditugas nangan tugas lain dari Pemerintah, atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/K dalam Pasal 19 huruf c dan huruf d
Penjelasan.
Cukup jelas
Pasal 106
Penugasan dari Pemerintah dan/ pada Desa Adat meliputi penyeleng Adat,
pelaksanaan Pembangunan De masyarakatan Desa Adat, dan pembe Adat.
Penjelasan.
Cukup jelas
Dalam Raker I RUU Desa 4 April ju RUU Desa untuk dibahas lebih jutnya.
Dalam kesempatan yang sa oleh Rusli Ridwan menyampaikan p
RUU versi pemerintah (lihat Pas kan pengaturan mengenai kewenang usul
dijelaskan sebagai berikut: yang berdasarkan hak asal alusul, budaya
masyarakat adalah hak un
kepentingansetempatmasyaraksesuaintasaldengusul istiadat dan nilai-nilai
sosial berlaku dan tidak bertentangan d undangan (seperti Subak, Jogobo
Kaolotan, Kajaroan), memfasilita masyarakat dan tindak pidana ri desa
(tanah kas desa/titi sara,. Hak asal-usul itu pasti akan me masyarakat adat
karena tidak men adat yang merupakan hak asal-us seperti subak, jogoboyo
dan seb merupakan institusi dan pranata bahwa hak asal-
usullihatPasaldesa22RUU Desamencaku yang diajukan DPD RI):
Menyelenggarakan institusil; (o
Terus point kedua mengenai kewenangan asli desa. Di sini ada-lah mengenai batas
penentuan wilayah desa ditentukan oleh siapa? Kalau mengacu kepada self local
govermance dan self local community apakah ini bicara mengenai wilayah administ-
rasi atau wilayah cultural? Makanya tadi yang pertama diskusi antara self local
govermance dan self local community menjadi penting ketika kita bicara
kewenangan asli desa.Kalau kita me-ngacu kepada desa sebagai administrasi
Negara ya itu mungkin administrasi Negara, tetapi ketika itu bicara self community
itu-itu sangat tergantung dari adat itu memaknai wilayah-wi-layahnya.Terus yang
ketiga mengenai pelimpahan kewenangan. Pertanyaan mendasar yang muncul
dalam hal ini adalah sebe-rapa besar pelimpahan kewenangan dari pemerintah
dalam pengaturan kewenangan desa. Ini tadi yang relevan dengan disampaikan
kepada pemerintah daerah, di era pemerintahan
474 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8
daerah ketika dari pusat turun ke daerah, daerah itu ada provin-si, ada
pemerintah kabupaten apakah itu sampai di sana? Atau-kah kemudian otonomi
itu sampai ketingkat desa, desa sebagai self local govermance atau desa sebagai
self local community. Ini akan berbeda elaborasinya.
8.4.3.4 Tanggapan
Desa adat atau yang disebut de karakteristik yang berbeda dari karena
kuatnya pengaruh adat ter lokal, pengelolaan sumber daya l daya
masyarakat desa. Desa adat warisan organisasi kepemerintaha lihara
secara turun menurun yang kan oleh pemimpin dan masyarakat
Berdasarkan keterangan dari pen pat kita pahami bahwa kewenangan dan
mengurus kepentingan masyara hak asal usul. Sedangkan yang di desa adat
berdasarkanusuldijelaskanhakasaldal UU Desa yang berbunyi: Kewenanga
hak asal usul sebagaimana dimaks meliputi:
penyelesaian sengketa adat yang berlaku di Desa Adat dal dengan prinsip
hak asasi manu kan penyelesaian secara musya
8.4.4.1 Pengantar
8.4.4.2 Pasal
Batang Tubuh.
Pasal 107
Pengaturan dan penyelenggaraan Peme nakan sesuai dengan hak asal usul di Desa
Adat yang masih hidup serta masyarakat dan tidak bertentangan d Pemerintahan
Desa Adat dalam prinsi Indonesia.
Pasal 108
Pemerintahan Desa Adat menyelenggar tan dan Musyawarah Desa Adat atsesuai
atau dibentuk baru sesuai dengan pr
Desa 477
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 8
Pasal 109
Penjelasan.
Pasal 107.
Cukup jelas
Pasal 108.
Cukup jelas
Pasal 109.
Cukup jelas
Walaupun keragaman susunan hormati dan diakui, namun dal diatur asas-
asas tata kelola kratis. Pemerintahan desa yan judkan dengan
melembagakan pa dan akuntabilitas dalam prose rintahan. Esensi dari tata
pe tis adalah mendekatkan pemeri
RUU Desa bukan semata-mata desa melainkan sistem pemerin dang Desa
perlu memperjelas s yang meliputi susunan atau st tugas pokok dan fungsi
dari k desa serta pola relasinya.
4. Pemerintahan desa yang demo apabila ada saluran dari warg lam proses
politik-pemerintah maupun melalui perwakilan. Ke proses politik
pemerintahan d konteks artikulasi dan agrega kan bagian dari
keikutsertaan fungsi-fungsi pemerintahan de itu juga
sebagaicheckupayaandbalancesmemban dalam penyelenggaraan pemerin
mikian salah satu indikator d mokratis adalah keberadaan da perwakilan
politik warga sepe
Yang memutuskan Undang-undang Desa, DPR RI- nya. Jadi ang-gota DPR RI periode
masa lalu, mengganggap rakyat desa, peme-gang terbesar saham mayoritas bangsa
ini, hanya penumpang gelap saja. Tidak patutkah komunitas rakyat desa yang 78%
dari keseluruhan penduduk negeri ini mendapatkan Undang-undang Desa sendiri,
yang tentu didalamnya adalah mengatur tentang Pemerintahan Desa. Itu saja yang
bisa kami sesuaikan rohnya, agar menjadi semangat kepada seluruh Bapak-Bapak
anggota RUU Desa ini, yaitu satu, untuk memutuskan Undang-undang Desa ditahun
ini, untuk memutuskan Undang-undang Desa di-tahun ini. Yang kedua, memberi
nyawa yang sehat, yaitu antara kewajiban, hak dan kewenangan. Bapak bisa
mengacu konside-ran dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat (1) a dan b,
silakan nanti Bapak pelajari, tentu Bapak sudah lebih ahli dan memahami itu
semua.
Pada RDPU III RUU Desa, perwaki paikan masukannya mengenai pemer
usulan kami ada dua tipe yang generik, ada desa dan Desa Adat, tetapi juga ada
pengecualiannya ya. Pengecualiannya itu ternya-ta ada sejumlah daerah yang
sudah melakukan integrasi, misal-nya Sumatera Barat itu antara adat dan nagari
antara desa dan adat itu diintegrasikan dalam, dalam satu wadah nagari. Keya-
kinan mereka itu diikat dengan hukum adat, hukum agama dan hukum negara,
maka disebut sebagai tali tigo sapilin ya, tiga yang diikat menjadi satu. Kemudian
juga di Maluku itu ada in-tegrasi juga, tetapi juga ada pola yang sifatnya ko
eksistensi atau saling melengkapi seperti halnya terjadi di Bali antara Desa Adat
dan desa dinas itu saling melengkapi. Oleh karena itu, ini perlu ada pola pengaturan
yang lebih jelas ini secara makro bisa kita
482 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8
buat dan perbedaan utama antara Desa Adat dan desa itu teru-tama pada
susunan dan penyelenggaraan pemerintahan. Desa Adat itu kita berikan
rekognisi untuk menggunakan susunan asli juga proses pemerintahannya.
Yang kedua, desa asli Indonesia juga sudah berubah banyak percampuran-
percampuran, maka opsi yang kedua adalah sis-tem sebut saja desa praja, desa
otonom dan lain sebagainya.
Desa 483
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 8
Kurang lebih seperti desa yang kita kenal sekarang. Ada peme-rintahan desa,
ada pemilihan, ada BPD dan macam-macam itu dan yang ketiga perlu Bapak
ingat-ingat juga tadi saya katakan ada desa asli Indonesia yang memang scope
of kontrol mana-gement-nya itu sangat terbatas seperti saya katakan Mentawai
tadi mungkin juga sebagian besar wilayah Papua. Akan sangat terlalu berat bagi
mereka untuk menjalankan sebuah sistem pe-merintahan desa praja bahkan
tidak mungkin menyelenggara-kan sistem pemerintahan tadi, maka harus ada
yang ketiga yaitu sistem pemerintahan desa administrative. Seperti halnya
kurang lebih kelurahan sekarang artinya apa? Karena sesuatu dan lain hal
Negara ini mewajibkan ada suatu sistem pemerintahan di wilayah yang remote-
remote itu untuk melakukan pelayanan-pelayanan publik begitu.
Dalam naskah akademik RUU Desa gai konsekuensi pilihan Desa yan
tentang kelembagaan dan penyelen dibuat beragam juga pilihannya. Desa
disebutkan bahwa Desa atau lain mempunyai karakteristik yan ruh
Indonesia, sedangkan desa ad nama lain mempunyai karakteristi pada
umumnya, terutama karena ku dap sistem pemerintahan lokal, p dan
kehidupan sosial budaya masy prinsipnya merupakan warisan org syarakat
lokal yang dipelihara s tap diakui dan diperjuangkan ole desa adat agar
dapat berfungsi m dan identitas sosial budaya loka usul yang lebih
dominan daripada
sejak awal Desa Adat lahir sebag tengah masyarakat. Desa adat ada kat
hukum adat yang secara histo dan identitas budaya yang terben berwenang
mengatur dan mengurus desa berdasarkan hak asal usul.
Dalam pembahasan di DPR RI, ket tahan desa adat tidak diatur dal
merintah. Ketentuan mengenai peme dalam RUU Desa versi Timus dalam
Kamis 26 September 2013) disetuj baru, Pasal 67 (Keputusan Timus, dan
Pasal 68 (Keputusan Timus, Ka
8.4.4.4 Tanggapan
Penetapan desa adat dilakukan tah Daerah Provinsi, dan Pemerin dengan
melakukan penataan kesatu dan ditetapkan menjadi desa adat pasal 100
dengan jelas tentang p sesuai dengan hukum adat dan nor Pasal 111 ayat
(1) menegaskan UU 110 hanya berlaku untuk desa ada
(2) menegaskan ketentuan tentang desa adat selagi tidak tidak dia adat.
21
Ibid, hal. 12-13
488 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8
8.4.5.2 Pasal
Pasal 110
Penjelasan.
Cukup jelas
Pasal 111
Ketentuan khusus tentang Desa Adat Pasal 96 sampai dengan Pasal 110 ha
Ketentuan tentang Desa berlaku jug tidak diatur dalam ketentuan khusus
Penjelasan.
Cukup jelas
kabupaten itu memiliki perda. Ba desa yang dia juga memiliki BPD. Dewan,
tantangan DPRD terkait de lam hirarkis peraturan perundang
8.4.5.4 Tanggapan
22
Ibid, hal. 12
490 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8
lembaga pemerintahan desa adat, l nya kepada masyarakat desa adat s tik
setempat dengan otonominya ma diri sendiri sesuaihukum adatnyadengan
trmasdins Termasuk didalamnya peraturan des
8.5 Penutup
mun dalam rapat Timus rumusan in san. Penetapan desa adat dilakuk tah
Daerah Provinsi, dan Pemerin Sistem pemerintahan dan struktur adat,
diserahkan sepenuhnya kepa suai dengan kebutuhan praktik se untuk
mengatur diri sendiri sesu nya masing-masing.
Pendahuluan
Undang-Undang Desa telah memba antara Desa dengan tingkat pemer nya
dengan pemerintah kabupaten. Tahun 2004 tentang Pemerintahan bagian
dari pemerintahan kabupat tentuan di dalam UU Desa, Desa b tahan
kabupaten, namun terletak Perubahan ini perlu dipahami ole gan agar
semangat UU Desa ini bi baik, termasuk di dalam pembinaa
9.2.1 Pengantar
9.2.2 Pasal
Pasal 112
Penjelasan
Ayat (1)
Pemerintah dalam hal ini adalah Menteri Dalam Negeri yang mela-kukan
pembinaan umum penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Pemerintah Daerah
Provinsi dalam hal ini adalah Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pemerintah dalam hal ini adalah Menteri Dalam Negeri yang mela-kukan
pemberdayaan masyarakat.
Pemerintah Daerah Provinsi dalam hal ini adalah Gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat.
Ayat (4)
Pasal 84
Pasal 85
Bupati/walikota dapat membatal peraturan kepala desa yang berten umum dan
peraturan perundang-unda
Pasal 86
Pasal 104
Pada akhirnya, rumusan pasal y musan pasal draf RUU per 3 Oktob patkan
penambahan substansi meng rakat, yang dapat dilihat dari t
Pasal 84
Pasal
112
(1) Pemerintah,(1) Pemerintah,- Pemeri rintah DaerahProvinsi,- dan Pemerin vinsi,
dan PemerinKabupatahen/Kota membi Daerah Kabupaten/mengawasi
penyelengga Kota membinameridantahan Desa. mengawasi (2)penyePemerintah,-
Pemeri lenggaraan PemerProvinsi,- dan Pemerin tahan Desa. Kabupaten/Kota
dapat
nologi, teknologi t dan temuan baru unt juan ekonomi dan p masyarakat Desa;
meningkatkan kual rintahan dan masyar melalui pendidikan, dan penyuluhan; dan
9.2.4 Tanggapan
Pasal 112 ayat (2) menyebutkan rintah Daerah Provinsi, dan Pem Kota
dapat mendelegasikan pembin da perangkat daerah. Namun, baga ini
dilakukan tidakpasal diaturberikutnyanidida. perlu dipertimbangkan
dalam peny
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 499
Klaster 9
9.3.1 Pengantar
9.3.2 Pasal
Pasal 113
Pembinaan dan pengawasan yang dilak gaimana dimaksud dalam Pasal 112 ay
Penjelasan
Cukup jelas
Rumusan awal yang diajukan oleh dangan dari fraksi-fraksi 1di.1 DPR yang
menjelaskan mengenai proses musan pasal 113 ini tidak ada di oleh
pemerintah ke DPR.
Perubahan rumusan pasal ini di Di dalam dokumen Draft RUU Des DRAFT
RUU Tentang DESA Yang Telah Selesai Dibahas sd Rapat
Pasal 105
memfasilitasi dan melakukan pen tuan kesatuan masyarakat hukum ada dan
Pada akhirnya, rumusan pasal y musan pasal draft RUU per 3 Okto lami
perubahan substansi, yang d ini:
Pasal 105
Pasal 113
memfasilitasi bangunandanmelakuperdesaan;-
petunjuk
teknis bag
Desa
dan
lembaga ke
sama
Desa.
Namun, tidak diperoleh petunjuk pasal ini terjadi .
9.3.4 Tanggapan
Pada pasal 113 butir k disebutk dan pengawasan oleh pemerintah d rong
percepatan pembangunan per abstrak dibandingkan dengan pera spesi ik
mengenai kegiatan -terte bangkan di dalam penyusunan atur
9.4.1 Pengantar
9.4.2 Pasal
Pasal 114
melakukan pembinaan dan pengawas gan Anggaran Pendapatan dan Belan dalam
pembiayaan Desa;
Penjelasan
Cukup jelas
Rumusan awal yang diajukan oleh dangan dari fraksi-fraksi 1di.1 DPR yang
menjelaskan mengenai proses musan pasal 114 ini tidak ada di oleh
pemerintah ke DPR.
2013, terdapat perubahan yang sign sal mengenai pembinaan dan penga
sebagai berikut:
Pasal 106
memfasilitasi dan melakukan pen tuan kesatuan masyarakat hukum ada dan
Pada akhirnya, rumusan pasal y musan pasal Draft RUU per 3 Okto lami
perubahan substansi, yang d ini:
Pasal 106
Pasal
114
Pembinaan yang Pembinadilakukan danoleh
pengaw
Pemerintah Provinsiyang dilantakukanra oleh
lain:
Daerah Provinsi seba
melakukan pembinaandimaksud terdalam- Pasal hadap
Kabupaten/kota(1)meliputi:da-
Desa (ADD);
bupaten/Kota dalam
melakukan pembinaanpemberian-alokasi d ningkatan kapasitasDesa; Kepala
kota;
pingan, dan bantuan
g. melakukan inventarisasif.melakukan bimbin
kewenangan-kewenanganbidang tertentu yan
provinsi yang dilaksamungkinakandilakukan o
oleh Desa;
Pemerintah Daerah K
ten/Kota;
dalam
rangka penata
layah
Desa;
membantu Pemerin lam rangka penentua tuan masyarakat huk sebagai Desa; dan
9.4.4 Tanggapan
Pasal 114 poin a, b, h, i, dan ran pembinaan dan pengawasan ole dilakukan
dengan meningkatkan ka paten. Peran ini realistis dilak sesuai dengan
peran provinsi seb
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 511
Klaster 9
Pasal 114 butir c dan d menyeb naan dan pengawasan oleh pemerin dengan
meningkatkan kapasitas SD pada Kepala Desa dan perangkat D Desa, dan
lembaga kemasyarakatan sesuaiannya dengan pembagian uru merintah
provinsi dan pemerintah dengan melihat jumlah Desa yang ini realistis
dilakukan oleh Pem
Pengantar
9.5.2 Pasal
Pasal 115
meliputi:
memberikan sanksi atas penyimpa Kepala Desa sesuai dengan ketentu dangan.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 513
Klaster 9
Penjelasan
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas
Huruf n
Cukup jelas.
Rumusan awal yang diajukan oleh dangan dari fraksi-fraksi lasdi-DPR kan
di bagian 14.1.1 yang menjel hasan pasal 112. Rumusan pasal 1 RUU yang
diajukan oleh pemerinta
2013, terdapat perubahan yang sign sal mengenai pembinaan dan penga
sebagai berikut:
Pasal 107
memberikan sanksi atas penyimpa pala Desa sebagaimana diatur dala dangan;
Pada akhirnya, rumusan pasal y musan pasal Draft RUU per 3 Oktob
perubahan substansi, yang dapat d
melakukan fasilitasie.melakukapenyevaluas-lenggaraan
PemerintahangawasanPeraturan D
Desa;
f. menetapkan pembi
melakukan evaluasialokasidandanape-perimb ngawasan
PeraturanuntukDesa;Desa;
untuk Desa;
gunaan aset Desa;
mengawasi pengelomelakukanh. pembina Keuangan Desa danpengawasan-
penyelen dayagunaan AsetraanDesaPemerintahan D
menyelenggarakankemasyarakatan;pendi-
melakukan peningkatan ka-pasitas BUM Desa dan lem-baga kerja sama antar-Desa;
dan
memberikan sanksi atas penyimpangan yang dilaku-kan oleh Kepala Desa sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 107
Pasal
115
Pembinaan dan pengawasPembinaan dan pengaw Pemerintah
Kabupyangten/kota,dilakukan oleh
meliputi:
Daerah Kabupaten/Kot
a.
pedoma
memberikan
laksanaan penugasan
sanakan oleh Desa;
Kabupaten/Kota yang
b. memberikan pedoman
b. memberikan pedoma
penyusunan Peratura
c. memberikan pedoman
penyusunan perencanaan
c. memberikan pedoma
pembangunan partisipatif;
penyusunan perencan
pembangunan partisi
lenggaraan Pemerintahan
Desa;
d. melakukan fasilit
garaan Pemerintahan
e. melakukan evaluasi dan pe-
e. melakukan evaluas
ngawasan Peraturan
f. menetapkan pembiayaan
f.
menetapkan pembi
untuk Desa;
alokasi dana perimb
untuk Desa;
menyelenggarakani.menyelenggarakanpendidi-
teknis; dan
pasitas BUM Desa da
n. pembinaan lainnyabag kerjayang disama- ant
perlukan.
dan
n. memberikan sanksi
penyimpangan yang d
kan oleh Kepala Des
dengan ketentuan pe
perundang-undangan.
tentang Desa 519
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
Klaster 9
9.5.4 Tanggapan
Rumusan senada sebenarnya dibe da. Dalam kasus Perda, Menteri D luasi
sebelum memberikan persetu kewajiban daerah untuk menyampai Perda
tetapi juga Perda tertentu kukan evaluasi sebelum diberikan da yang perlu
mendapat persetuju Perda Kabupaten/Kota tentang pem 221 ayat 3 UU No.
23 Tahun 2014 rah menyatakan, Rancangan Perda pembentukan
Kecamatan yang telah bersama bupati/wali kota dan DPR ditetapkan oleh
bupati/ wali kot melalui gubernur sebagai wakil P dapat persetujuan.
Sedangkan Pe tapi harus mendapatkan persetuju laku contohnya adalah
Perda tent an perangkat daerah. Pasal 212 a menyatakan, Perda
sebagaimana d laku setelah mendapat persetujua Daerah provinsi dan dari
gubernu Pusat bagi Perangkat Daerah kabu sud menyatakan,
Pembentukan dan
Dalam konteks Perdes, dapat dip dipergunakan untuk regulasi yang Berita
Desa. Bentuk konkrit dar mungkinan membatalkan Perdes.
Dari penjelasan di atas dapat yang perlu dijawab dalam pengatu mentasi
UU Desa.
Kedua, apakah evaluasi hanya ber APB Desa, pungutan, tata ruang, desa?
Artinya, di luar keempat b evaluasi?
yang memiliki hak itu? (Fatmawat sal 115e junctohuruf Pasal 69 ayat (4)
bahwa yang melakukan evaluasi ad kalau dibaca lebih lanjut, -ada j
kenalkan UU Desa, yaitu pengawas Pengawasan ini bisa dibaca dari P
antara lain menyebut:
Keempat, apa saja ukuran yang bisa kukan evaluasi dan pengawasan? S dan
disebut dalam Pasal 69 ayat nya suatu Perdes dengan peratura lebih tinggi.
Parameter lain dis angka 7 UU Desa, yaitu:
Terganggunya ketenteraman d
9.6 Penutup
makalah
Seminar Arah Pembangunan Hukum Menu-
rah
(Hubungan
Kewen angan Anta
, Jakarta, 29-31
1945 Hasil Amandemen
rut UUD
pada
Natabaya,SistemHPeraturan.A.S..Perundang-Undangan Indo-
Berkala Desa
APB Desa
:
: Anggaran Pendapata
ADD
:
Alokasi Dana Desa
BUM Des
:
BPD
Badan Permusyawarata
DPD
:
Dewan Perwakilan Da
DIM
:
Daftar Inventaris M
Kades
:
Kepala Desa
LKMD
:
Lembaga Ketahanan Ma
Musrenbangdes
: Musyawarah Peren
Mendagri
Desa.
NKRI
: Negara Kesatuan Rep
NA
: Naskah Akademik
Pansus
Panitia khusus
Perda
Peraturan Daerah
Perdes
:
Peraturan Desa
Pilkades
:
:
Pemilihan Kepala
Perppu
Peraturan Pemerint
Undang
RUU
:
Rancangan Undang-und
RDPU
:
Rapat Dengar Pendap
RT/RW
: Rukun Tangga (RT), R
Pilkada
: Pemilihan Kepala
Pemilu
: Pemilihan Umum
PKK
: Pendidikan Kesejahte
SID
: Sistem Informasi Des
Sekdes
: Sekretaris Desa
UU
: Undang-Undang
Buku ini dapat disebut versi awal yang fokus pada isi dari UU Desa dan
proses pembahasannya. Buku ini disusun dalam bentuk klaster yang
didalamnya memuat tema-tema yang ada di dalam UU Desa disertai
isu-isu krusial yang ada dalam setiap tema. Kendati pembahasan isu
krusial dalam buku ini belum dapat disajikan secara sempurna, namun
pembahasan mengenai hal ini akan terus dimutakhirkan melalui
serangkaian seri diskusi, termasuk mengenai pasal yang belum jelas,
multi tafsir atau kontradiktif dengan peraturan lainnya. Hasil diskusi
ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk merumuskan solusi agar
tidak menimbulkan permasalahan dalam implementasi UU Desa.