Anda di halaman 1dari 727

ANOTASI

UNDANG-UNDANG
NO. 6 TAHUN 2014
TENTANG DESA
ANOTASI
UNDANG-UNDANG
NO. 6 TAHUN 2014
TENTANG DESA
ANOTASI

UNDANG-UNDANG NO. 6 TAHUN 2014

TENTANG DESA

Tim Penyusun:

Muhammad Yasin
Ahmad Roik

Fachurrahman

Bejo Untung

Maya Rostanty

Setyo Dwiherwanto

Iskandar Saharudin

Fitria Muslih

Penyunting:

Ahmad Alamsyah Saragih

Sad Dian Utomo


Agus Salim

M. Aghni Istigfar

Desain dan Visualisasi:

Tugas Suprianto

Andi SP

vi + 526 hal. 14,5 x 21 cm

Diterbitkan oleh:

Pusat Telaah dan Informasi Regional


(PATTIRO)

Didukung oleh:

ii Anotasi Undang-
Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa
Kata Pengantar

Direktur Eksekutif PATTIRO

P uji syukur kami panjatkan kepa atas rahmat dan anugerah-Nya, No 6

Tahun 2014 Tentang Desadap Buku ini diharapkan dapat berkon


plementasi Undang-Undang Nomor 6 (selanjutnya disebut dengan UU D
langkah konkret dalam menanggapi itan dengan desa dalam UU terseb

Posisi Pemerintah Desa dalam k tik desentralisasi dan otonomis d setelah


terbitnya UU No. 32/2004 rah yang menempatkan posisi Peme dari
Pemerintah Kabupaten/Kota. No. 32/2004 ini berhenti pada l kota,
sehingga desa merupakan ba bupaten/kota. UU Desa kemudian Desa
dengan menempatkan desa ber kabupaten/kota. Kompromi tentang
dudukan desa memunculkan aturan subsidiaritas yang akan dijelask

Buku ini merupakan versi awal Desa dan proses pembahasannya. B tuk
klaster yang didalamnya memu
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa iii
Pengantar Direktur Eksekutif PATTIRO

lam UU Desa disertai isu-isu. kru Kendati pembahasan isu krusial d


disajikan secara sempurna, namun ini akan terus dimutakhirkan mel
termasuk mengenai pasal yang be kontradiktif dengan peraturan- la kan
dapat menjadi bahan untuk me menimbulkan permasalahan dalam i

Ringkasnya, anotasi ini merupak kembangliving document)( dan akan


disampaikan tual, sehingga substansi bukua in bertahap dengan
mengakomodasi pe

Kami sangat mengapresiasi Tim A ja keras untuk menyelesaikan ano


berikan kepada seluruh pihak ya penyelesaian buku ini. Khususnya
Pembangunan Daerah Tertinggal, d syah Saragih, Bito Wikantosa, R Sutoro
Eko, dan Anom Surya Putra kan masukan terhadap penyusunan da pihak
lain yang tidak dapat d

Tak ada gading yang tak retak. buka dengan berbagai saran dan k perbaikan
buku ini.

Jakarta, 21 Agustus 2015

Direktur Eksekutif PATTIR

SAD DIAN UTOMO


iv Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Kata Sambutan

Menteri Desa, Pembangunan Daerah


Tertinggal, dan Transmigrasi

P erjalanan pemerintahan desa se lam sistem birokrasi pemerintah

pakar telah sengaja didesain se pemerintahan palsu. Kekeliruan a


menjadikan desa hanya sebagai pe

Saat ini Negara telah melakuka serta memberikan mandat kewenan kepada
desa yang didahului deng penghormatan secara penuh sebaga No. 6 tahun
2014 tentang Desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Transmigrasi Republik Indonesia undang


tersebut sebagai titika to baru, sekaligus menjadi momentum membuang
jauh-jauh paradigma des

Reaksi atas lahirnya UU Desa m kecil akademisi ada yang menilaig berbeda,
terdapat banyak sekali desa, pegiat pemberdayaan dan org besar, justru
mengapresiasi kela luar biasa. Sikap positifnya dit sosialisasi, bedah
undang-undang secara mandiri. Mereka juga deng

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa v
Sambutan Kemendesa

menyiapkan diri untuk mengawal i dapat berjalan sesuai dengan ruh

Saat ini UU Desa telah berusia oleh pemangku kepentingan strat yang
secara lengkap menyentuh se pembangunan, tetapi memang terke
dipahami. Diantaranya adalah yan UU Desa terhadap UU lainnya, sert
peraturan pelaksanaan, sehingga terhadap implementasi pada tahun

Semua kalangan tentu saja memb hana untuk memahami, menginterpr UU


Desa secara benar dan tepat. membuat pemahaman dari yang rumi dari
yang awalnya dianggap susah

Kehadiran Kementerian Desa, Pe tinggal, dan Transmigrasi mempun kan


NAWACITA JokowiJK, khususny Memperkuat Indonesia dari Ping Daerah
dan Desa. Salah satu age implementasi UU No. 6 tahun 2014 tis, konsisten
dan berkelanjuti pendampingan.

Berdasarkan UU Desa, tujuan da

(1) memberikan pengakuan dan pen sudah ada denganya


ksebelumdanragamannsesudah bentuknya Negara Kesatuan Republ ikan
kejelasan status dan kepas sistem ketatanegaraan Republik I keadilan bagi
seluruh rakyat Ind memajukan adat, tradisi, dan bu
mendorongarsa,prakgerakan, dan part

vi Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Sambutan Kemendesa

Desa untuk pengembangan potensi kesejahteraan


bersama;emerintahan(5)membD yang profesional, e isien danng ef jawab;
(6) meningkatkan pelayana kat Desa guna mempercepat perwuj

(7) meningkatkan ketahanan sosia guna mewujudkan masyarakat Desa ra


kesatuan sosial sebagai bagia memajukan perekonomian masyarak
kesenjangan pembangunan nasional syarakat Desa sebagai subyek pem

Kami memberikan apresiasi atas Anotasi UU No. 6 Tahun 2014 Ten


diharapkan dapat mendorong para Desa untuk berperan aktif mendor
sehingga dapat mewujudkan pemba efektif dan inklusif.

Mengingat Pembangunan dan Pemb Desa terus berjalan secara regul tasi
ini juga harus disebarluas tahun 2015 ini. Sehingga implem pemberdayaan
pada tahun 2016 dap dan tidak lagi menimbulkan kerag

Jakarta, 5 September 2015

Menteri Desa, Pembangunan dan Transmigrasi Republik

MARWAN JAFAR

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa vii
viii Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Daftar Isi
Kata Pengantar Direktur Eksekuti

Kata Sambutan Kementerian Desa, Tertinggal, dan Transmigrasi v

Pendahuluan

Klaster 1: Kedudukan dan Kewenan Klaster 2: Penataan Desa Klaster 3:


Penyelenggaraan Pemer

dan Peraturan Desa

Klaster 4: Hak dan Kewajiban Mas Klaster 5: Pembangunan Kawasan P

dan Kerjasama Desa

Klaster 6: Keuangan Desa dan Ase Klaster 7: Badan Usaha Milik Des
Klaster 8: Lembaga Kemasyarakata Lembaga Desa Adat dan Keten

Khusus Desa Adat

Klaster 9: Pembinaan dan Pengawa

Daftar Pustaka

Daftar Singkatan
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa ix
x Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan

Dinamika Pengaturan Desa dalam Tata Hukum Indonesia

a) Zaman Hindia Belanda Hingga Awal Kemerdekaan

Jejak pengaturan tentang Desa d Indonesia merdeka. Kumpulan masy adat


tertentu hidup di Desa-Desa karakteristik setempat. Dalam hub Hindia
Belanda, Desa diakui seba berdasar pada adat. Hakim-hakim tahun 1 1935.

Sejarah perjalanan tata Pemeri rubah-ubah seiring dengan dinami


nasional2Perubahan. itu sejalan denga yang dituangkan ke dalam peratur

Ketika Indonesia merdeka, Pemer landasan konstitusional. Pasal

Mr. R. Tresna. Peradilan di Indonesia dari Abad ke Abad. Amsterdam-Jakarta: NV. W. Versluys,
1957, hal.67-68.

HAW. Widjaja. Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulati dan Utuh. Jakarta:
RajaGraindo Persada, 2008, hal. 7.
Desa 1
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Pendahuluan

Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, de-ngan bentuk
susunan pemerintahannya ditetapkan dengan un-dang-undang, dengan
memandang dan mengingati dasar per-musyawaratan dalam sistem
pemerintahan negara, dan hak-hak asal usul dalam daerah-daerah yang
bersifat istimewa.

Penjelasan UUD 1945 menyatakan bagian


daerahDalamterritoirituIndonesia.terdapat lebih ku-
rang 250 Zel besturende landschappen dan Volksgemeenshappen, seperti Desa di
Jawa dan Bali, negeri di Minangkabau, dusun, dan marga di Palembang, dan
sebagainya. Daerah-daerah itu mem-punyai susunan asli, dan oleh karenanya
dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Negara Republik
Indonesia meng-hormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan
segala peraturan negara yang mengenai daerah-daerah itu akan men-gingati
hak-hak asal usul daerah tersebut.

Pengertianzelbesturendedarilandschappen adalah dae swapraja, yaitu


wilayah yang dik kuasaan dan kedaulatan pemerinta politikverklaring)(.
Sedangkanvolksgemeenschappen tidak dij laskan lebih lanjut oleh Penjela
contoh Desa di Jawa dan Bali, na marga di Palembang.

Meskipun keduanya diperlakukan (2000: 52), ada perbedaanlandmendas-


schappen (swapraja) yang beradavolksgemeen- dala schappen. Secara
hierarkis,Zelfbesturendekedudukaland-
schappen beradaVolksgemeenschappendiatas.

Sesuai amanat Pasal 18 UUD 194 beri wewenang mengatur dan mengu
2 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan

nya sendiri. Dalam pemberian wew Istanto (1971: 28) , pembuat und
bahwa untuk dapat menyelenggarak yang sebaik-baiknya pemerintah d
yang seluas3Paham-luasnyaitu.dituangkan d dang-undang yang lahir pasca
kem

Kedudukan Desa telah diatur sej lui UU No. 1 Tahun 1945 tentang kan
Komite Nasional Daerah yang m Desa misalnya pada pemungutanrooiver pa
gooningen4. Pada waktu itu ada kekhaw ri oleh Soepomo bahwa struktur p

F. Sugeng Istanto. Beberapa Segi Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam Negara
Kesatuan Indonesia. Yogyakarta: Karyaputera, 1971, hal. 28.

Tentang perkataan di lain-lain daerah jang dianggap perlu oleh Menteri Dalam Negeri. Ini tambahan
diadakan berhubung dengan perkataan mengatur rumah tangga daerahnja dalam fatsal 2. Ketika kita
merundingkan ini, kita menggam-barkan daerah tersebut, tersusun menurut faham decentralisatie
wetgeving jang dulu, dengan mempunjai harta benda dan penghasilan sendiri (eigen middelen). Dengan
kefahaman itu nistjaya sukar sekali untuk merentjanakan budgetnya, djika andaikata daerah
dibawahnya kabupaten, umpama assistenan atau Desa djuga dijadikan badan jang berautonomie
dengan mempunyai eigen middelen. Nistjaja buat ketamsilan: djika Desa telah memungaut
padjak ken-daraan dan rooiver gunningen dalam Desa itu nistjaja saja Kabupaten tidak akan
dapat memungut lagi padjak-padjak itu dari object dan subject yang sama. Dan lagi Pemerintah,
pada waktu itu (seperti jang diutjapkan oleh Menteri Kehakiman Prof. Soepomo) berkeberatan, bahwa
bangunan-bangunan (adatinsti-tuten) jang masih dihargai oleh penduduk Desa, akan dihapuskan okeh
bangunan baru ini. Maka dari sebab itu begitulah Prof. Soepomo-- Sebelumnja hal ini harus diselidiki
sedalam-dalamnja, sehingga kita dapat gambaran jang terang tentang keadaan diDesa-Desa. Baiklah
kita selidiki soal ini, djangan sampai kecepatan untuk mengatur soal ini melahirkan akibat: kekalutan.
Akan tetapi djika Rakjat memang menghendaki bangunan baru ini, maka mereka diberi kesempatan
untuk mengusulkan hal itu kepada Menteri Dlam 7 Negeri. Seperti diatas telah dite-rangkan: Desa
autonomie jang digambarkan ini berlainan dengan adatrechtelijke autonomi. (Pendjelasan UU. No 1
Tahun 1945 Bagian B huruf C)
Desa 3
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Pendahuluan

menghilangkan keberadaan struktu masih hidup, sehingga perlu dibe tuk


mempelajari (menginventarisa kat Desa (adat). Kemudian tiga t 22 Tahun
1948 tentang Pemerintah ran lebih lanjut mengenai daerah kelompok
Daerah Otonom Biasa5. dan Diatur pula mengenai bentuk dan tugas
Pemerintahan Desa sebagai s hak mengatur dan mengurus pemerin

Diwarnai dinamika hubungan pus pemberontakan PRRI/Permesta, lah


yang mengatur tentang Desa, anta tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
1965 tentang Pokok-Pokok Pemerin 19 Tahun 1965 tentang Desapraja.
masyarakat hukum yang tertentu b hak mengurus rumah tangganya sen
dan mempunyai harta benda sendir untuk mempercepat terwujudnya Da
wilayah Indonesia.

b) Era Orde Baru

Selama periode pemerintahan Ord hun 1974 tentang Pokok-Pokok Peme


No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerint

Daerah yang dapat mengatur rumah tangganya sendiri dibedakan atas daerah otonom biasa dan
daerah otonom istimewa (Pasal 3 UU No. 22 Tahun 1948 tentang Pemerintahan Daerah).
4 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan

kurang mendapatkan kebebasan unt rumah tangganya sendiri. Melalui


dang-undangan, Desa diperlemah k dan hak ulayatnya diambil. Undan
tentang Pemerintahan Desa melaku dan susunan Pemerintahan Desa de
menghapuskan banyak unsur demokr menyatakan apasebagaiyang
terjadiDemokrasi t sekadar impian dan slogan6 dalam

Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 kosong kepada masyarakat Desa, dak


lagi diposisikan sebagai dae administrasi pemerintahan yang b bawah, yang
dikoordinasikan ol Kepala Desa sebagai penguasa tu atau anak buah
camat. Desa hanya garakan rumah tangganya sendiri. barkannnya sebagai
upaya Orde Ba struktur masyarakat Desa7 yang be

c) Era Reformasi

Pada era Pemerintahan BJ Habib 1999 tentang Pemerintahan Daerah 1999


tentang Perimbangan Keuanga dan Pemerintah Daerah. Kedua und dang-
undang terakhir yang didasa sebelum pasal ini diamandemen.

HAW Widjaja, Op.cit.

R. Yando Zakaria. Abih Tandeh, Masyarakat Desa di Bawah Rejim Orde Baru. Jakarta: ELSAM,
2000.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 5
Pendahuluan

Undang-Undang No. 22 Tahun 199 Desa bukan lagi sebagai wilayah


menjadi bawahan atau unsur pelak daerah yang istimewa dan bersifa
wilayah kabupaten, sehingga seti ra atas kepentingan sendiri sesu hidup di
lingkungan8 masyarakatny

UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pe gai pengganti UU No. 22/1999, ke tang


Desa dalam satu bab khusus takan Pemerintahan Desa dibentuk
Kabupaten/Kota. Pemerintahan Des dan Perangkat Desa. Untuk keuang
hun 2004 tentang Perimbangan Keu Pusat dan Pemerintah Daerah. Ked di
tahun 2004 ini sudah merujuk men.

Menurut Hanif Nurcholis, di ba UU No. 22 Tahun 1999, dan UU No.


merintahan Desa adalah lembaga s pemerintah atasan untuk mengurus
tingkat Desa. Desa disebut sebag na dibentuk negara melalui undan dana
dari negara. Tetapi Kepala of icial government ataucivilservant sebagaimana
dima No. 5 Tahun 2014 tentang9 Aparatu

HAW Widjaja. Op.cit., hal.17


Hanif Nurkholis, Tantangan dan Prospek Implementasi UU No. 6/2016 tentang Desa, makalah
disampaikan dalam Seminar Nasional Administrasi Negara di FISIP Universitas Negeri Padang,
13 November 2014, hal. 1.
6 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan

Bhenyamin Hossein memperlihatk pemakaian istilah pemerintah dae rah


dalam UU No. 32 Tahun 2004 d rancuan itu justru bermula dari UUD 1945
bab yang menaungi kete ggunakan istilah Pemerintah Daer oleh Setjen MPR
judulnya berubah rah. Penerbitan oleh instansi- la hal keduanya berbeda
meskipun be merujuk pada organ, sedangkan pe pada
fungsilocalgovernment.Istilahdapat merujuk pa atau 10fungsi.

d) Perkembangan Wacana di DPR

Kritik terhadap Undang-Undang l anggota DPR saat memberikan tang


dapat mini DPD misalnya menyeb dari enam dekade, Indonesia meng
untuk mendudukkan Desa dalam peme an, termasuk kesulitan membentuk
ragamannya. Secara khusus DPD me 1979 yang bertahan
telahsekitarberhasilmenye-34 ta ragamkan Desa dan pratek pemerintahan
yang sangat otoriter

terhadap masyarakat Desa sendiri. Undang-Undang tersebut oleh kebanyakan


warga di luar Jawa dianggap sebagai bentuk Jawani-sasi yang membunuh
keragaman berbagai kesatuan masyarakat

Bhenyamin Hossein, Arah Kebijakan Pembangunan Hukum di Bidang Penyelenggaraan


Desentralisasi dan Otonomi Daerah (Hubungan Kewenangan Antara Pusat dan Daerah), makalah
pada Seminar Arah Pembangunan Hukum Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen, Jakarta, 29-31
Mei 2006, hal. 2
Desa 7
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Pendahuluan

hukum adat yang hidup di Nusantara, dan karena itu dinilai ber-tentangan
dengan UUD 1945.

Fraksi Partai Demokrat berpenda yang meletakkan posisi Desatidak bera


koheren dan konkruen dengan nafas lain dalam UU No. 32 Tahun

2004 yang justru mengakui dan menghormati kewenangan asli

yang berasal dari hak asal usul. Partai Demokrat RUU Desa perlu dibahas
untuk bis ga dan Pemerintahan Desa dalam Desa.

Fraksi Partai Golkardalam berpendapperjalan-annya UU No. 32 Tahun 2004


belum secara jelas mengatur tata kewenangan antara pemerintah,
pemerintah daerah, dan Desa. Selain itu, Desain kelembagaan Pemerintahan
Desa yang ter-tuang dalam UU No. 32 Tahun 2004 belum sempurna sebagai
visi dan kebijakan untuk membangun kemandirian, demokrasi, dan
kesejahteraan Desa.

Fraksi PKS secara khusus menye dan No. 5 Tahun 1979 yang dilahi telah
berhasil menguniformisasi menjadi seragam seluruh Indonesi sekali
kepada sistem pemerintaha dua Undang-Undang itu sistem Des

Fraksi Partai Gerinda menyataka tentang pemerintahan daerah dan


nyabelumdapat merangkum segala kepentingan dan kebutu-

han masyarakat Desa yang kian berkembang.

Fraksi Partai Hanura bahkan iku menPada. masa Orde Baru UU No. 5/1979
melakukan penyera-
gaman dengan model Desa administratif, yang bukan Desa oto-
8 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan

nom dan bukan Desa adat. Lebih memprihatinkan lagi, UUD 1945
amandemen kedua malah menghilangkan istilah Desa. Meskipu kata Desa
hilang, Fraksi Hanura konstitusi mengharuskan negara m kesatuan-
kesatuan masyarakat huk No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 32 nganut
rekognisi itu, tetapi Des gian (subsistem) dari pemerintah

Fraksi PPP berpendapat UU No. 5 pakan bentuk apresiasi dan pember dan
Desa, tetapi telah menjadika dari hegemoni rezim (otoritarian sinya, baik
melalui penyeragaman peniadaan partisipasi dan demokr

Fraksi PKB menyatakan konsepsi 32 Tahun 2004 adalah otonomi be


Konsekuensinya, pengaturan lebih kan oleh kabupaten/kota, sehingg
kewenangan kota yang diserahkan k rekognisi terhadap otonomi Desa hak
tradisionalnya?11

2. Lahirnya UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 nya disebut sebagai UU Desa) yan pada
15 Januari 2014 lalu lahir
11
Lihat pendapat/pandangan mini fraksi-fraksi dalam rapat 11 Desember 2013.
Desa 9
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Pendahuluan

a) Urgensi dan Tujuan

Hampir semua fraksi di DPR dan pembahasan telah menyinggung keg an


lama dan perlunya peraturan b baru ini menjadi koreksi terhada lama
sekaligus menjadi antisipas mendatang.

Rancangan UU Desa sebenarnya la ja Komisi II DPR RI periode 2004 terian


Dalam Negeri. Rapat kerja Tahun 2004 dipecah menjadi tiga tang
Pemerintahan Daerah, UU ten rah, dan UU tentang Desa. Untuk tersebut
Menteri Dalam Negeri me No. 180.05-458 tanggal 1 Septemb Undang-
Undang di Lingkungan Depa masuk di dalamnya Undang-Undang

Pentingnya UU Desa disampaikan mawan Fauzi seperti tertuang da


tertanggal 2 April 2012 berikut

Undang-Undang tentang Desa bertujuan hendak mengangkat Desa pada posisi


subjek yang terhormat dalam ketatanegaraan Republik Indonesia. Hal lain
adalah bahwa pengaturan Desa akan menentukan format Desa yang tepat
sesuai dengan konteks keragaman lokal. Penguatan kemandirian Desa melalui
Undang-Undang tentang Desa sebenarnya juga menempatkan Desa se-bagai
subjek pemerintahan dan pembangunan yang betul-betul berangkat dari bawah
(bottom up).

Dalam proses pembahasan, Pemeri pandangan bahwa aturan mengenai


10 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan

hun 2004 sudah tidak memadai. F disampaikan Ibnu Munzir, menyamp van
mengenai urgensi kelahiran U Partai Golkar disampaikan pada 1 intinya
menyebutPertama, tigapengaturanhal. ten dalam UU No. 32 Tahun 2004
terl banyak hal pasal-pasal tentang D lah lahir PP atau Perda yang cen si
kewenangan ke Desa bergantung PemdaKedua., UU No. 32 Tahun 2014 be
ngatur tata kewenangan antara pe Ketiga, Desain kelembagaan Pemerinta
na sebagai visi dan kebijakan u dan kesejahteraan Desa.

Senada dengan Fraksi Partai Go Nasional menyampaikan pandangan Desa,


sebagaimana dibacakan H. T sember 2003, berikut:

Undang-Undang tentang Desa sangat diperlukan untuk mem-berdayakan


masyarakat Desa dalam perspektif komprehensif yang bisa membuat Desa
mampu mengembangkan diri dengan segala potensi yang ada di dalamnya.
Dalam konteks tersebut, Undang-Undang tentang Desa harus memberikan
legitimasi atau kewenangan bagi Desa untuk mengatur dirinya sendiri.
Alasan ini tertuang dalam UU D menjelaskan bahwa pengaturan sel
lindungi kepentingan masyarakat menghadapi tantangan terbesarnya
jumlah desa yang sangat banyak tidak lagi mampu mengimbangi laj

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 11
Pendahuluan

berkaitan dengan eksistensi desa dalamnya terhadap perkembangan z kan


kesenjangan sosial, pada akh tuan dan kesatuan12. bangsa

Pembentuk Undang-Undang Desa mencantumkan poin penting yang p sar


Pemikiran, asas pengaturan, sebenarnya berhubungan dengan pe dengan
undang-undang tersendiri. an pembentuk undang-undang agar ngan
konstitusi, yaitu penjabar7)

dan Pasal 18B ayat (2) UUD 1945.

Ketika menyampaikan pendapat m si PPP secara khusus juga menyi nurut


Fraksi PPP ada lima tujuan penghormatan dan perlindungan te bersumber
dari hak asal usul seh dan Desa adat; (ii) keinginan me yang modern, yaitu
professional,an bertanggung jawab. Namun Desa ju nilai lokal sekaligus
bisa mengi adanya semangat meningkatkan pel

.......pengaturan mengenai Desa tersebut belum dapat mewadahi segala kepentingan dan
kebutuhan masyarakat Desa yang hingga saat ini sudah berjumlah sekitar 73.000 (tujuh puluh tiga
ribu) Desa dan sekitar 8.000 (delapan ribu) kelurahan. Selain itu, pelaksanaan pengaturan Desa
yang selama ini berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, terutama antara lain
menyangkut kedudukan masyarakat hukum adat, demokratisasi, keberagaman, partisipasi
masyarakat, serta kemajuan dan pemerataan pembangunan sehingga menimbulkan kesenjangan
antarwilayah, kemiskinan, dan masalah sosial budaya yang dapat mengganggu keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. (Penjelasan Umum, bagian Dasar Pemikiran UU Desa).
12 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan

berkualitas untuk menjawab tuntu makin cerdas; (iv) mengakselaras jukan


dan menyejahterakan masyar galkan penduduknya; dan (v) pemb
partisipasi masyarakat dalam me pedesaan.

Sedangkan dalam Penjelasan Umum turan tentang Desa adalah:

Memberikan pengakuan dan pen sudah ada dengan keberagamanny


terbentuknya NKRI.

Memberikan kejelasan status Desa dalam sistem ketatanegaraa


mewujudkan keadilan bagi seluru

Melestarikan dan memajukan ad syarakat Desa.

Mendorong prakarsa, gerakan, Desa untuk pengembangan potensi


sejahteraan bersama.

Membentuk Pemerintahan Desa dan efektif, terbuka serta bert

Meningkatkan pelayanan publi Desa guna mempercepat perwujuda


Meningkatkan ketahanan sosia guna mewujudkan masyarakat Desa ra
kesatuan sosial sebagai bagi

Memajukan perekonomian masyar si kesenjangan pembangunan nasi


Memperkuat masyarakat Desa se
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 13
Pendahuluan

b) Dua Tahun Pembahasan

Gagasan Awal

Sebenarnya gagasan untuk melah dang khusus tentang Desa sudah b


setidaknya terungkap dari penjel Khatibul Umam Wiranu, pada Rapat
tanggal 28 Juni 2012. Dalam rap bahwa pada periode 1999-2004 Peme
RUU tentang Desa tetapi ditolak 2009 DPR mengajukan RUU Pembangu
Pemerintah. Usulan ketiga adalah

Khusus untuk RUU Desa yang diu dokumen-dokumen yang diperoleh kan
bahwa proses pembahasan pent muncul dalam rapat-rapat kerja K rintah
dalam kurun waktu 2004-20 tempuh adalah memecah UU No. 32 rintahan
Daerah menjadi tiga und lanjut kesepakatan itu, Kementer sebuah Naskah
Akademik Rancangan Desa (2011).

3. Pembahasan di DPR

Pada 4 Januari 2012, Presiden mengeluarkan amanat presiden No.


menunjuk Menteri Dalam Negeri, M Pendayagunaan Aparatur Negara (P
krasi, serta Menteri Hukum dan H membahas RUU tentang Desa.

14 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan

Ada banyak tanggal penting yan pembahasan RUU tentang Desa. Beb jelas
berdasarkan salinan dokume adalah sebagai berikut:

Waktu
Proses/kegiatan

Aman

4 Januari esiden2012 Prmenerbitkan

(Ampres)
yang menunjuk M

Negeri,
Menteri Keuangan,

Reformasi Birokrasi, dan Me

Pemerintah membahas RUU Des

28 Februari 2012 Pembentukan Pansus

2 April 2012emerintahP menyampaikan Ket rintah dalam Raker dengan

4 April 2012 Raker Pemerintah, DP

15 Mei 2012 Raker pemerintah, DPR


16 Mei 2012 Audiensi Pansus deng daerah dan Kepala Desa.

13 Juni 2012 RDPU dengan sejuml Nurkholis, Prof. Sediono Prof. Robert MZ
Lawang, D Prof. Tri Ratnawati)

14 Juni 2012 RDPU dengan Badan In menterian Pertanian, Kemen dan


Kementerian ESDM

20 Juni 2012 RDPU dengan sejumla antara lain Sutoro Eko dan Yogyakarta), AAGN
Ari Dwi ACCESS, Combine, dan sejum
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 15
Pendahuluan

Waktu Proses/kegiatan

27 Juni 2012 RDPU dengan pakar(S Rasyid, Pratikno, Frenadin Tendean)

28 Juni 2012 RDPU dengan pakar(A Prof. Erani Yustika, Otto Amin Lasaba, dan
Husni Mua

6-12 Juli 2012 Pansus melakukan s

26 Agustus 2012 Pansus melakukan s

10 Oktober 2012 RDPU dengan Forwan Karang Taruna, Akad Jatim Research
Center.

7 DesemberRapat intern Pansus menye


2012
kluster.
12 DesemberRaker DPR, DPD, dan Pemeri

2012 merintah menyetujui pendek

30 SeptemberRapat konsultasi Pimpinan

2013 dengan Pemerintah(Mendagri Bappenas).

11 DesemberRapat akhir/pandangan mini

2013 Panja ke Pansus, Pandangan RUU ditandatangani.

14 DesemberHearing dengan Tim Pokja

2013 hari yang sama 150 orang a Rakyat Desa Indonesia Jawa gi Pansus dan
diterima Ket
16 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan

Waktu Proses/kegiatan

18 DesemberLaporan Ketua Pansus RUU D

2013 Paripurna DPR dan Pendapat tah. Di luar kompleks Parl Desa menggelar
demo menunt RUU Desa menjadi Undang-Un

15 Januari 2014 Presiden Susilo Ba sahkan RUU Desa menjadi UU yang sama
Menteri Hukum d Syamsudin mengundangkannya ran Negara Tahun 2014 Nomo

Jika proses pembahasan dihitung siden hingga tanggal pengundanga dua


tahun untuk membahas RUU Des hun itu tidak maksimal digunakan bur
nasional. Apalagi ada kesibu mengingat pada saat yang sama ha an Daerah
dan RUU Pemilihan Gube (RUU Pilkada).

Selain DPR, pembahasan mengena dang tertentu juga melibatkan De Hal ini
sesuai dengan amanat ama ayat (2) yang menyatakan, Dewa membahas
Rancangan undang-undang otonomi daerah; hubungan pusat d mekaran,
dan penggabungan daerah alam dan sumber daya ekonomi la keuangan
pusat dan daerah...

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 17
Pendahuluan

Pada pembahasan RUU Desa, sejak kan tetapi DPD sempat menyampaik
dilibatkan dalam proses pembahas Tim Sinkronisasi Pansus. DPD men

Terkait dengan proses tersebut kami menyesalkan langkah ter-sebut karena


justru sesuai keputusan rapat tanggal 23 Oktober 2013 usulan sesuai DIM DPD
tentang perlunya pengaturan yang memberi kewenangan kepada lembaga
kemasyarakatan yang disebut Polmas atau nama lain diakomodir untuk
menyelesaikan pertikaian antar warga. (Pendapat mini DPD tanggal 11 Desem-
ber 2013)

Pemerintah beranggapan proses p perti disampaikan dalam pendapat pat


Paripurna Pengambilan Keputu Desa tanggal 18 Desember 2013. P

Dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Desa, dinamika


pembahasan yang berkembang antara Pemerintah dengan anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia berjalan alot dan panjang. Hal ini
menunjukkan kesungguhan segenap anggota Panja dan Pansus untuk
mendengar aspirasi berbagai kalangan masyarakat.
Pihak DPD dalam Pendapat Mini y Desember 2013 menyebutkan pembah
walaupun ada proses dialogis yan

Pembahasan RUU Desa ini berjalan relatif lancar sebagaimana telah


direncanakan, hingga proses dialogis yang panjang menu-ju tercapainya
konsensus politik yang luar biasa strategis bagi bangsa, negara, dan terutama
masyarakat di daerah.

18 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan

Dari Daftar Inventaris Masalah (DIM) ke Klaster

Lazimnya, jika RUU diusulkan o sun DIM adalah Pemerintah. Sebal


Pemerintah, yang membuat DIM ada adalah usul inisiatif13. Pemerintah

Kajian yang dilakukan Pusat Stu menemukan tiga alasan mengapa DI


sebagai alat, berubah menjadi sa UU yang
bertanggungsosiallyjawabresponsible)secara. Legislasi yang bertanggung
jawab gai legislasi yang dibentuk deng melingkupi masyarakat yang henda
si adalah proses pembentukan nor menjadi panduan dalam penyelengg
pengelolaan kehidupan14Tigabermasyaraalasanit pertama, DIM secara
otomatis memecah

Penyusunan DIM adalah bagian dari proses pembicaraan tingkat I dalam pembentukan Undang-
Undang. Kegiatan lain pada tahapan ini adalah pengantar musyawarah dan penyampaian pendapat mini
fraksi dan DPD. DIM memuat daftar inventaris masalah, usulan fraksi, dan rumusan yang disepakati.
Jumlahnya biasanya sangat banyak sehingga proses pembahasan suatu RUU menggunakan pasal- per
pasal dalam DIM akan memakan waktu yang relative lama.
Pembentukan Undang-Undang yang socially responsible di Indonesia antara lain didorong oleh Pusat
Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK). Selama ini sifat dasar proses legislasi yang dominan
lebih melihat legislasi sebagai (i) proses politikelit; (ii) proses teknokratis; atau (iii) proses politik
publik. Menurut PSHK ketiga cara pandang ini hanya merekam sebagian episode saja dari keseluruhan
proses pembentukan legislasi. Ketiga konsep ini lebih menekankan pada aspek formal procedural,
sebaliknya pembentukan Undang-Undang yang soscially responsible mengacu pada suatu proses yang
lebih luas, yakni proses kemasyarakatan (societal) yang melihat berbagai proses informal di ruang-
ruang social sama pentingnya dengan proses formal di gedung-gedung pemerintahan. Lihat Bivitri
Susanti (penyunting). Studi Tata Kelola Proses Legislasi. Jakarta: Pusat Studi Hukum dan Kebijakan
Indonesia, 2008, hal. 132.
Desa 19
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Pendahuluan

masalah-masalah kecil sehingga m soalan pada hal teknis rincian d batkan


kerangka pikir dan prinsi RUUKedua., DIM sangat membatasi pelu Dewan
untuk mempengaruhi arah da kan atas DIM ditutup, maka sejak yang
hendak dibahasKetiga ,sudahDIM cendertertu mendorong perdebatan di
antara a pusat pada rincian perumusan nor menyita waktu dan energi.
Sering porsi besar dalam pembahasan15. Mi Rekomendasi PSHK atas
masalah it perbesaran16 isu.

Perbesaran isu mengandung arti dang fokus pada isu-isu besar te Dalam
keseharian sering disebut kan sistemclusterkluster).Dokumen( DIM yang d
digunakan untuk penulisan anotas 2012 yang diperoleh secara resmi
Jumlah inventarisasi masalah yan 12 Desember 2012 adalah 445 DIM,
berjumlah 188, dan sisanya DIM y

Ketua Rapat Drs H. Akhmad Muqo merintah berkaitan


denganSesuaidenganDIM te hasil rapat kerja antara Pansus dan Pemerintah
pada tanggal 2
April 2012, dalam mekanisme kerja Pansus RUU Desa disebut-kan bahwa
materi yang diusulkan tetap oleh fraksi-fraksi, maka

Tim Peneliti PSHK. Studi Tata Kelola Proses Legislasi. Jakarta: PSHK, USAID-Democratic
Reform Support Program, 2008, hal.182
Ibid, hal. 186.
20 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan

langsung dimintakan persetujuannya oleh Pansus, dengan catat-an


persetujuan tersebut dapat ditinjau kembali sepanjang mem-punyai
relevansi dengan materi muatan yang dibahas.

Menteri Dalam Negeri Gamawan F dengan catatancatatankalau


masihdantanggada sesuaikan. Selain itu, rapat jug sulkan dihapus, diubah
redaksion pasalnya ditambah dan ayatnya di

Dalam Rapat Kerja 12 Desember 2 dibahas tentang persetujuan tent ta


Panja RUU Desa, tetapi juga u pendekatan kluster. Usulan itu a internal
Pansus. Usulan ini sebe tar yang disampaikan ketua rapat bahwa Pansus
RUU Desa sengaja m pecahan UU No. 32 Tahun 2004 yan na
ketiganyalinked; (iii)harus sulit mencari kerja, termasuk karena kesibukan

Dari penjelasan Ketua Rapat Ke anggota DPR adalah:

Klaster 1: Judul, Konsiderans

Klaster 2: penataan Desa, kew jiban masyarakat dan Desa (Bab

Klaster 3: Pemerintahan Desa dan Permusyawaratan Deda (BPD) (Bab v-


VIII);

Klaster 4: keuangan Desa, Ba ngunan Desa dan pembangunan ka kerjasama


Desa (Bab IX-XII);
Desa 21
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Pendahuluan

Klaster 5: Lembaga kemasyarak XIII);

Klaster 6: Peraturan Desa (B

Klaster 7: pembinaan dan pen tang sanksi (Bab XV-XVI); dan

Klaster 8: Ketentuan Peralih (Bab XVII-XVIII).

Akhmad Muqowan selanjutnya meny

Ini saya kira yang kami tawarkan. Kami dari Pansus sudah mencoba merancang
sedemikian rupa, ya sungguh pun kita be-lum mendengarkan ada respon
pemerintah terhadap DIM-DIM itu secara detil. Terhadap kluster ini, rapat
intern tanggal 7 De-sember yang lalu, kita sudah menyepakati. Karena itu, kami
dari Pansus ingin memberikan kesepakatan kepada Pemerintah apa-kah
pendekatan kluster yang kita lakukan itu dapat diterima di dalam rangka
memudahkan pembahasan kita di dalam proses-proses pembahasan
berikutnya?

Pemerintah kemudian langsung m pada hari itu juga sebagaimana p geri


Gamawan Fauzi berikut:

Menurut hemat kami, pendekatan kluster ini lebih baik, karena bisa lebih cepat
pembahasannya dan lebih mudah dalam pemba-hasannya. Kemudian, dengan
pengelompokan ini bisa sekaligus diharmonisasikan antara aspek-aspek yang
terkait. Karena itu, pemerintah sudah mencoba juga mengelompokkan di sini
dan setuju tawaran yang disampaikan oleh Pansus.
Dalam Rapat Paripurna DPR 18 De kembali menyampaikan proses pemb
sebagai laporan kepada peserta R
22 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan

Pada tingkat Pansus telah dibahas Daftar Inventarisasi Masa-lah (DIM) dengan
keputusan untuk dibahas lebih lanjut dalam Tim Perumus (Timus) melalui
sistem kluster. Ketika proses pem-bahasan mulai dilakukan pada tingkat Panitia
Kerja (Panja), Panja melakukan pembahasan terhadap setiap materi muatan
yang terdapat pada setiap kluster. Sedangkan Timus dan Timsin menyelesaikan
tugasnya berdasarkan penugasan yang diberikan oleh Panja terhadap materi
substansial dan redaksional yang te-lah dihasilkan dalam rapat.

b. Landasan Filoso is, Sosiologis, dan Yuridis

Dalam suatu RUU, secara normati dasan atau pijakan yang termuat dasan
iloso is, landasan17. sosiol

Adapun bagian konsiderans Men UU No. 6 Tahun 2014 adalah sebag

MenimbangBahwa. Desa memiliki hak asa sional dalam mengatur dan m


masyarakat setempat dan be cita-cita kemerdekaan berda

Berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2011, landasan filosofis merupakan pertimbangan


atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan
hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa
Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.
Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan
yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan ini
menyangkut fakta empiris mengenai perkemban-gan masalah dan kebutuhan masyarakat dan
negara.

Landasan yuridis merupakan pertimbangan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk
untuk mengatasi permasalahan hokum atau mengisi kekosongan ho-kum dengan mempertimbangkan
aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hokum dan
rasa keadilan masyarakat.
Desa 23
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Pendahuluan

Bahwa dalam perjalanan blik Indonesia, Desa tela berbagai bentuk sehingga pe
berdayakan agar menjadi kua demokratis sehingga dapat m yang kuat dalam
melaksanak dan pembangunan menuju mas makmur, dan sejahtera;

Bahwa Desa dalam susuna lenggaraan pemerintahan dan lu diatur tersendiri


denga

Bahwa berdasarkan perti dimaksud dalam huruf a, hur lu membentuk Undang-


Undang

Mengingat Pasal 5 ayat(1), 0,Pasal dan Pasal 22 D ayat(2) UUD 1

Rancangan UU Desa adalah inisia jelasan pertama mengenai RUU Des 2012,
pemerintah menjelaskan lim dasi penyusunan RUU Desa. Kelima berikut:

1) Argumen Historis

Sejak dahulu, Desa-Desa yang b Indonesia sudah menjadi pusat p tempat,


yang memiliki otonomi da tatakelola atas penduduk, pranat nomi.
Masyarakat Desa memiliki k kearifan lokal itu mengatur masa

24 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan

sumberdaya alam dan hubungan sos fan lokal itu bertujuan menjaga tan
hubungan antarmanusia, dan a dan Tuhan.

2) Argumen Filoso is Konseptual

Pemerintah berpendapat Desa seb dasan dan bagian dari tata penga nya,
dan menjadi ujung tombak da pemerintahan, pembangunan dan ke hukum
Desa juga merupakan fundam nesia, memiliki arti bahwa bangs tak di Desa.
Mengingat kompleksi berkaitan dengan Desa, maka das dibuat dengan
undang-undang ters menentukan maju mundurnya Desa, maju mundurnya
pemerintahan di a tuan sistem pemerintahan.

Pemerintah percaya, Negara Kes akan menjadi lebih kuat jika dit serta
kemandirian lokal, yakni dan lokal yang menghormati pus Desa marjinal
dan tergantung, ju pemerintah dan melumpuhkan fonda

3) Argumen Yuridis

Pemerintah menjelaskan bahwa se 1945, sudah ada pengaturan tenta


khususnya yang berkaitan dengan
Desa 25
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Pendahuluan

norma dasar yang dapat dijadikan yaitu (a) norma dasar pemahaman lam
konteks pemerintahan daerah Pasal 18 ayat (7); dan (b) norma terhadap
Desa dalam konteks kesa sebagaimana diatur dalam Pasal 1

Dalam konteks Pasal 18 ayat (7 Desa mempunyai satu kesatuan den Dalam
konteks Pasal 18B, makna k adat adalah Desa atau dengan seb ta hak-hak
tradisionalnya.

Dalam proses pembahasan kedua sional, Pasal 18 ayat (7) dan Pa pat.
Penjelasan Umum menyebutkan dengan susunan dan penyelenggar setelah
amandemen pengaturan des merujuk pada Pasal 18 ayat (7) U Susunan
dan tata cara penyeleng diatur dengan Undang-Undang. Ru bentuk
Undang-Undang bahwa UUD 1 nan adanyapemerisusuntahan dalam sist
Indonesia.

Sementara pengakuan terhadap ke adat dipertegas melalui ketentua yang


berbunyi: Negara mengakui kesatuan masyarakat hukum adat b nya
sepanjang masih hidup dan se masyarakat dan prinsip Negara Ke yang
diatur dalam Undang-Undang

26 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan

4) Argumen Sosiologis

Paradigma pembangunan dari baw merintah menjadi salah satu upay sial
karena sebagian besar pendu Pengaturan tentang Desa dimaksud
masalahan sosial, budaya, ekonom kan basis penghidupankatDesa
masyaradanmemper sebagai entitas masyarakat paguy Selain itu,
pengaturan tentang D mempersiapkan Desa merespon pros dan
demokratisasi yang terus ber

Naskah AkademikDampakenyebutkan:globalisasidan eksploitasi oleh


kapitalis global tidak mungkin dihadapi oleh

lokalitas, meskipun dengan otonomi yang memadai. Tantangan ini memerlukan


institusi yang lebih kuat (dalam hal ini negara) untuk menghadapinya. Oleh
karena (itu) diperlukan pembagian tugas dan kewenangan secara rasional di
negara dan masyarakat agar masing-masing dapat menjalankan fungsinya.
Prinsip dasar yang harus dipegang erat dalam pembagian tugas dan kewenang-
an tersebut adalah daerah dan Desa dapat dibayangkan sebagai kompartemen-
kompartemen leksibel dalam entitas negara.

Argumen Psikopolitik

Dari pandangan psikopolitik, se

tentang Desa telah mengalami bon peraturan ini menunjukkan sulitn


politik dalam mendudukkan Desa nan berbasis
padaearifanpotensilokaldansertak komitmen politik terhadap Desa a
politisasi. Melalui UU Desa, pem lebih mandiri dan menjadi fondas

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 27
Pendahuluan

Dalam penyampaian awal pandanga RUU Desa, Menteri Dalam Gamawan


lanjut:

Undang-Undang tentang Desa bertujuan hendak mengangkat Desa pada posisi


subjek yang terhormat dalam ketatanegaraan Republik Indonesia. Hal lain
adalah bahwa pengaturan Desa akan menentukan format Desa yang tepat
sesuai dengan konteks keragaman lokal. Penguatan kemandirian Desa melalui
Undang-Undang tentang Desa sebenarnya juga menempatkan Desa se-bagai
subjek pemerintahan dan pembangunan yang betul-betul berangkat dari bawah
(bottom-up).

Argumentasi Pemerintah itu kem dielaborasi DPR ke dalam DIM RUU


dalam bagian Konsideran Menging tasi yang dibangun, yaitu:

Bahwa sesuai ketentuan UUD R negara mengakui dan menghormati


syarakat hukum adat beserta hak jang masih hidup dan sesuai de rakat dan
prinsip Negara Kesatu

Bahwa dalam upaya melaksanaka rintah Pusat berkewajiban menat ngenai


Desa sehingga keberadaan menyelesaikan berbagai permasal
pemerintahan sesuai dengan perk nguatkan identitas lokal yang b budaya
masyarakat setempat deng globalisasi, dan demokratisasi

Bahwa berdasarkan pertimbang dalam huruf a dan huruf b, per dang


tentang Desa.
28 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan

Dalam proses pembahasan DIM tel rubahan redaksional berkat usula sisi
jumlah, Fraksi PPP mengusul kan menjadi lima poin (d dan f).

Dari sisi substansi, ada juga Fraksi PDIP misalnya meminta aga ngan
peraturan pelaksanaan Pasal ada sebelumnya seperti UU No. 13 mewaan
Daerah Istimewa Yogyakarta agar UU Desa bisa mengakhiri amb komunitas
yang memiliki hak asal komunitasnya sendiri, dengan Des dalam sistem
pemerintahan di dae

Penyempurnaan substansi konside lain tampakb,


padasepertihuruftergambar pa

Rumusan awal
Usulan PDIP
Rumusan

UU Desa

Bahwa dalamBahwupayaberdasBahwarkndalam melaksanakanperjalananke-


perjalananktatane- ket tentuan hurufgaraan, RepubliknegaraanIndoRepub-
Pemerintahnesipusa,t DesaIndonesia,memiliki Des berkewajibanhak mebawaan-
telahyang berkemba nata kembalimelekatpen- padadalamsejarahberbagai gaturan
mengenaiasalusul Desabentukdalamsehingg Desa sehinggamengaturke-
danperlume- dilindun beradaannyangurusmam- kepentingandandiberdayak pu
mewadahimasyarakatdan agarsetempatmenjadi k menyelesaikanberdasarkan-
maju,dat mandiri,is-bagai permastiadlathansetempatdemokratis,yang seh
kemasyarakatanperlu dandilindungigadapatgarmenci
pemerintahdalamsesuaiperkembangantakanlandasan-dengan perkemnya-tetap
mampuyang kuat dala
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 29
Pendahuluan

bangan danmewadahidapat danmelaksanakan menguatkanmenyelesaikanidenti-


pemerintahanber- d tas lokal byagaing berpermasalahan-pembangunan me basis
padakemasyaraknilai-nilanujutani danmasyaraka sosial budayapemerintahanma-
yangsesuaiadil, mak syarakat setempatdenganperkemdan- sejahtera. dengan
semangatbangan dan dapat modernisasi,menguatkanlo- identitas balisasi,
lokaldandemoyang- berbasis kratisasi pyadang nilaiterus-nilai sosial
berkembangbudaya. masyarakat

setempat dengan se-mangat modernisasi, globalisasi, dan demo-kratisasi yang


terus berkembang.

Landasan iloso is, yuridis, da siderans menimbang dan mengingat


Konsiderans tampak ada pengakuan asal usul dan hak tradisional d
kepentingan masyarakat setempat. las tentang hak asal usul dan ha bahwa
Desa atau yang disebut den belum Negara Kesatuan Republik I

4. Ketentuan Peralihan dan Penutup

Sesuai konsepsi UU No. 12 Tahun dibuat hanya


Iajikamemuatdibutuhkanpenyesuai. ran tindakan hukum atau hubungan
dasarkan peraturan perundang-und peraturan perundang-undangan yan

30 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan

Menghindari terjadinya keko

Memberikan kepastian hukum

Memberikan perlindungan huk na dampak perubahan ketentuan


undangan; dan

Mengatur hal-hal yang bersi sementara.

Ketentuan Penutup adalah bab te Undang. Kalau tak ada bab, dibua tentuan
penutup memuat ketentuan

Penunjukan organ atau alat nakan peraturan perundang-und

Nama singkat peraturan peru

Status peraturan perundang-

Saat mulai berlaku peratura

Ketentuan Peralihan dalam UU De lam Pasal 116-117 sebagai beriku

Pasal 116

Desa yang sudah ada sebelum und diakui sebagai Desa.

Pemerintah daerah kabupaten/ko Daerah tentang penetapan Desa dan

Penetapan Desa dan Desa adat s ayat (2) paling lambat 1 (satu) t diundangkan.

Paling lama 2 (dua) tahun seja pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan


inventarisasi asset Des

Penjelasan
Ayat(2)

Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 31
Pendahuluan

sebelum undang-undang ini, yang diakui adalah Desa. Oleh sebab itu, dengan
berlakunya undang-undang ini diberikan kewenangan kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota untuk menata kembali status Desa menjadi Desa atau Desa adat
dengan ketentuan tidak boleh menambah jumlah Desa.

Pasal 117

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa menyesuaikannya dengan ketentuan da

Penjelasan

Cukup jelas

Pasal 117 ini menegaskan dua ha penetapan DesaPertamadan,


Desapenetapand. De Desa adat oleh pemerintah kabup tenggat waktu
paling lama 15 Jan satu tahun yang dimaksud sudah apakah setelah lewat
waktu itu status Desa dan Desa adat? Dan a lagi punya wewenang
menetapkan D lewatnya jangkaKedua, sesuaiwaktu itu?penjelasa leh ada
penambahan jumlah Desa.

Kemudian, Pasal 118 mengatur ma yang berkaitan dengan masa jabat


rangkat Desa. Ditentukan sebagai

Masa jabatan Kepala Desa yan tetap berlaku sampai habis masa

Selanjutnya periodisasi masa ketentuan UU Desa.

Anggota BPD yang menjabat pad tap menjabat hingga masa jabata
32 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan

Selanjutnya, periodisasi masa suaikan UU Desa.

Perangkat Desa yang tidak be kan tugas sampai habis masa jab

Perangkat Desa yang bestatus sampai penempatan berikutnya d atur dalam


Peraturan Pemerintah

Patut dicatat bahwa hanya satu per yang secara tegas atau eksplisit d berlaku, yaitu
Pasal 200-216 Undan tentang Pemerintahan Daerah. Pasal Desa. Bagaimana
dengan peraturan pe sudah ada sebelumnya? Ada dua jawab Penutup, yaitu (i)
kewajibanku menyes sepanjang tidak bertentangan dengan

dibaca dari ketentuan Pasal 119

Pasal 119

Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkai-tan secara


langsung dengan Desa wajib mendasarkan dan menye-suaikan pengaturannya
dengan ketentuan undang-undang ini.

Pasal 120

Semua peraturan pelaksanaan tentang Desa yang selama ini ada tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan un-dang-undang ini;

Peraturan Pemerintah sebagai peraturan pelaksanaan un-dang-undang ini


harus ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang
ini diundangkan.
Desa 33
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Pendahuluan

Ketentuan Penutup lainnya diat menyebutkanUndang-Undang ini mulai


berlaku pada saat diun-dangkan. Pada Rapat kerja dengan Pa ri Dalam
Negeri Gamawan Fauzi me daya ikat UU Desa. Ia menegaskan

Demikian pula terhadap pandangan DPD RI mengenai tidak adanya penegasan


dalam RUU tentang Desa bahwa seluruh instansi pemerintah, Kementerian,
Kepolisian, TNI, lembaga-lembaga negara, lembaga peradilan, lembaga perbankan,
pemerintah daerah, dan lain-lain, harus memberikan pengakuan dan penghormatan
terhadap Desa, baik mengenai institusi Desa maupun produk politik hukum Desa
seperti Peraturan Desa, Pemerintah berpendapat bahwa suatu ketentuan yang telah
ditetapkan dalam suatu Undang-Undang wajib dilaksanakan dan dipatuhi oleh
semua instansi dan masyarakat

Dalam konteks itulah pada bagia Undang-Undang selalu disebutkan


kewajiban mengundangkan. Kalimat Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan perundang-

an undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara


Republik Indonesia.

Mengenai ketentuan transisiona tikan Angka 13 Penjelasan Umum tentuan


khusus. Dijelaskan bahwa Papua, dan Papua Barat, pemerin harus
memerhatikan bukan hanya U Undang khusus ketika menetapkan Undang-
Undang khusus dimaksud a 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi na diubah
dengan UU No. 35 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.

34 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Pendahuluan

5. Pengaturan Lebih Lanjut

Undang-Undang Desa bukan saja m pelaksanaan tentang Desa yang ti laku,


tetapi juga mendorong agar undangan yang berkaitan secara l
mendasarkan dan menyesuaikan pen tuan undang-undang ini. Ketentua
120 ayat (1) dan 119 UU No. 6 Ta

Dalam konteks itu, pembentuk U kan amanat pada beberapa poin pe jut
dalam Peraturan pemerintah (

Pengaturan Pelaksanaan UU Desa Dalam Bentuk PP

Pasal

Materi yang Diatur

31
ayat
(3) Tata Cara Pemilihan K
40
ayat
(4)
Pemberhentian
Kepala
47
ayat
(6)
Musyawarah Desa

49
ayat
(2) Perangkat Desa
yang a
53
ayat
(4)
Pemberhentian
Perangk
66
ayat
(5)
Besaran Penghasilan T

maan Lainnya yang Sah Kepala

Desa

75
ayat
(3)
Keuangan Desa

77
ayat
(3)
Tata Cara Pengelolaan
79
ayat
(5) RPJM Desa dan
Rencana
118 ayat (6)
Penempatan Perangkat
Dalam praktiknya, pemerintah t
Desa 35
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Pendahuluan

persatu PP yang diamanatkan UU dapat menggabungkan beberapa isu


inilah yang ditempuh pemerintah 43 Tahun 2014 tentang Peraturan No. 6
Tahun 201418 tentang Desa.

Dalam PP No. 43 Tahun 2014 sud ngenai pembentukan dan penetapan


milihan dan masa jabatan Kepala hasilan perangkat Desa, peraturan milik
Desa, serta lembaga kemasy 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa y

Satu hal penting disepakati p adalah masa


lahirnyasud,sebagaimanaPPdimak te Pasal 120 ayat (2) UU No. 6 Tahu

Peraturan Pemerintah sebagai peraturan pelaksanaan undang-undang ini


harus ditetapkan paling lambat 2 (dua) tahun terhi-tung sejak Undang-Undang
ini diundangkan.

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 kan dalam Lembaran Negara Tahun 2


2014, dan PP No. 43 Tahun 2014 d Negara pada 3 Juni 2014. PP No. 21 Juli
2014. Artinya, batas wak Dalam perkembangannya, peraturan rus
dikeluarkan oleh instansi te pelaksanaan itu adalah harmonisa tindih dan
sulit diterapkan di l

Pola yang sama ditempuh pemerintah dalam mengatur lebih lanjut UU Pelayanan Publik, UU
Administrasi Kependudukan, dan UU Keterbukaan Informasi Publik.
36 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Kedudukan dan Kewenangan Desa

Pendahuluan

Pembahasan tentang Desa tidak ses reformasi yang bergulir seja dap
Pemerintahan Orde Baru yang di awal era reformasi melahirkan
terciptanya desentralisasi secar berikan otonomi lebih luas untuk diri, alih-
alih hanya sebagai pe pusat. Hal ini dilakukan melalui 22 Tahun 1999
tentang Pemerintah kan UU No. 5 Tahun 1974 tentang di Daerah. Selain
mengatur tenta an daerah, UU No. 22/1999 ini j banyak terhadap tata
kelola peme beri keleluasaan untuk mengatur mengembangkan proses
demokratisa

Namun demikian, UU No. 22/1999 jelas posisi Desa dalam relasiny yakni
pemerintah kabupaten/kota. mengatur tentang kewenangan Desa
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 37
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

nangan yang sudah ada berdasark kewenangan yang oleh peraturan p


berlaku belum dilaksanakan oleh rintah pusat; dan (c) tugas pemb
pemerintah provinsi, dan/atau pem

Selanjutnya lahir UU No. 32 Tah han Daerah menggantikan UU No. 2


pemerintah Desa sebagai bagian d kota, sehingga kedudukan desa da
plikasi pada kewenangan yang dim jalankan kewenangan dari pemerin
laksanakan kewenangan yang berda

Lalu, bagaimana posisi Desa dal menurut UU No. 6 Tahun 2014 tent tah
Desa tidak lagi menjadi bagi han kabupaten/kota, sehingga mem daripada
sekadar perpanjangan ta kota? Untuk mencari jawaban terh pada
pembahasan ini, akan ditel Desa yang mengatur kedudukan (da Desa,
tujuan pengaturan tentang tentang Desa.

1.2 Lingkup Kedudukan Desa

1.2.1 Pengantar

Posisi pemerintah Desa dalam ko desentralisasi dan otonomi -daera telah


terbitnya UU No. 32/2004 t Desentralisasi menurut UU ini be
38 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

kabupaten/kota, dan memosisikan bagian dari pemerintah kabupaten pada


pasal 200berbunyiayat(1)antaradalamyangpeme- lain rintahan daerah
kabupaten/kota dapat dibentuk pemerintahan

desa. . . . sehingga Desa merupakan ba kabupaten/kota. Dengan kata lain


sistem dari pemerintah kabupaten

Dalam menjalankan pemerintahan menjalankan tugas pembantuan dar


desanya sendiri. Berangkat dari Desa pada posisi yang mandiri, t tentang
Desa (selanjutnya disebu

1.2.2 Pasal

Pasal 5

Desa berkedudukan di wilayah Kabupa

Penjelasan

Desa yang berkedudukan di wilayah dalam sistem pemerintahan negara s Pasal 18


Undang-Undang Dasar Negara 1945.

1.2.3 Pembahasan di DPR

Penyebutan kedudukan desa dite tarisasi Masalah (DIM) fraksi-fr tariat


Panitia Khusus (Pansus) R (Oktober 2012). Fraksi Partai Ke sulkan
ketentuan tentang Keduduk Selanjutnya, PKS mengusulkan, pa

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 39
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

Desa dengan redaksi (1) Negara Desa atau yang disebut namai-lain mana
dimaksud pada ayat (1) bera ten/Kota.

Dalam RUU yang dirumuskan Peme kan bagian khusus tentang Kedud
mencantumkan klausul yang berbun kota dibentuk desa yang pengelol
Ketentuan ini dicantumkan dalam dari Ketentuan Umum. Menteri Dal
dalam rapat kerja dengan Pansus menyatakan bahwa secara umum pe
mencakup enam hal yang salah sat Menurut Gamawan, desamerupakan b
kan dariem pemerintahansistdaerahdan nasional dalam RUU
inilocaladalah-selfcommunity,sebayangaidimak nai bahwa semua
pelaksanaan tuga masyarakat. Dari sini dapat dima tah menyadari betul
tentang pent desa. Rumusan kedudukan desa seb rang ini merupakan hasil
dari ke (Timus) tanggal 28 Juni 2013.

Gambaran tentang kedudukan des kan dalam UU lain, yaitu UU No. Negara.
Pada Bab II (Pembagian W dinyatakan, Negara Kesatuan Repu daerah
provinsi yang kemudian di dan kota. Daerah kabupaten dan k kecamatan
dibagi atas kelurahan jatinya menekankan pada hal pemb

is saja, bukan menyangkut pemba


40 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

Sedangkan UU No. 32/2004 tenta sendiri tidak


secaratentangspesikedudukaikme Bab XI UU itu hanya menggambarka
rintah desa terhadap pemerintah tercantum dalam Pasal 200 ayat (1
rintahan daerah kabupaten/kota d yang terdiri dari pemerintah des desa.
Dari rumusan ini dapat di merintah desa merupakan bagian d kota.
Namun demikian, subyek dal desa atau pemerintah desa melain

Dalam pembahasan RUU Desa, terkait dengan kedudukan Desa antara Delegasi
Pemerintah dan Pansus RUU Desa, ada hal fun-damental terkait pembahasan ini
yang diawali oleh pertanyaan dari Ketua Pansus RUU Desa Bapak Ahmad Muqowam,
menanya-kan pada Delegasi Pemerintah. Jadi tolong pemerintah jelaskan ke kami
tentang kedudukan desa di hadapan Negara, dalam hal ini dihadapan Pemerintah!.
Dari pertanyaan itulah muncul per-debatan panjang tentang kedudukan desa. Ada
dua Pasal UUD 1945 yang menjadi pangkal perdebatan berkaitan dengan kedu-
dukan desa yaitu: pasal 18 ayat 7 Susunan dan tata cara penye-lenggaraan
pemerintah daerah diatur dalam undang-undang dan ini yang diusung di dalam
Ampres (Amanat Presiden) RUU Desa yang diajukan Pemerintah kepada DPR RI, dan
pasal 18 b ayat 2, Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya dan se-panjang masih
hidup dan sesuai dengan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia. yang diatur di dalam un-dang-undang.

Pansus RUU Desa meminta Pasal 18B ayat (2) diutamakan, se-dangkan Delegasi
Pemerintah meminta Pasal 18 ayat 7 didahu-lukan. Jika Pasal 18B ayat (2)
didahulukan maka bobot desa se-bagai komunitas akan lebih dominan,
sebaliknya jika Pasal 18
Desa 41
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

ayat 7 didahulukan maka desa sebagai subordinasi pemerintah kabupaten/kota


akan lebih dominan. Dari perdebatan ini ada kompromi yang kemudian melahirkan
pasal 5 di Undang-Un-dang Desa, yaitu desa berkedudukan di wilayah
kabupaten/kota. Ini otomatis mengubah cara pengaturan sebelumnya, dimana desa
itu support dari pemerintah kabupaten/kota. 1

Jika merunut pada proses pemba ngacu pada UU Pemerintahan Daera desa
sebelumnya, kedudukan Desa Kedudukan Desa merupakan gagasan ngan
adanya klausul ini, maka me terhadap pemerintahan di atasnya

Mengacu pada klausulnya, posis bagian kewilayahan dari suatu da atau


kota. Posisijuga denganinidiperkuatUUNo. tang Pemerintahan Daerah yang
ju mata bagian kewilayahan dari sua ngan kecamatan. Kedua UU tersebu
sebagai bagian dari pemerintahan tu saja cukup maju jika dibandin UU No.
32/2004 yang belum secara atau kedudukan Desa.

1.2.4 Tanggapan

Pengaruh Kedudukan Desa terhadap Kewenangan

Kedudukan Desa dalam rumusan Pa rupakan bagian dari kompromi ata

Bito Wikantosa, Narasumber Expert Meeting Anotasi UU Desa, 7 Mei 2015 di Kantor PATTIRO,
Jakarta.
42 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

18 ayat (7) dan Pasal 18 B ayat telah menempatkan desa berkedudu


paten/kota. Kompromi tentang lan dukan desa memunculkan aturan t
subsidiaritas. Rekognisi melahir anekaragaman kultural, sedangkan relasi
hubungan antara negara de dimana negara tidak lagi mengont rus
memosisikan desa itu sanggup2

b. Kedudukan Desa sebagai Subyek Pembangunan

Pengaturan tentang kedudukan De ditempatkan sepenuhnya sebagai


kabupaten/kota. Perubahan kedud 22/1999, UU No. 32/2004 dan UU Desa
bukan lagi obyek pembangun pembangunan. Konstruksi pemerin dalam UU
Desa adalah konstruksi UU Desa menyebutkan secara tegas gabungkanself-
governingfungsicommunity denganlocalself government, diharapkan
kesatuan masy yang selama ini merupakan bagia sedemikian rupa
menjadi3. Ringkasnydesada asas rekognisi dan subsidiaritas
kontrol/pengendalian negara terh Desa sebagai subyek pembangunan.

Ibid
DasarPemikiran: Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
Desa 43
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

1.3 Jenis Desa

1.3.1 Pengantar

Desa, atau sebutan lain yang s sia, pada awalnya merupakan orga
mempunyai batas-batas wilayah, d duk, dan mempunyai adat-istiadat diri
disebutself-governingdengancommunity.4Dilihat dari peran dan fungsinya,
Desa bisa d nisPertama. , Desaself Adatgoverning community(). Desa je ini
adalah embrio (cikal-bakal) suku (genealogis) dan mempunyai ki otonomi
asli, struktur/sistem kum adat, dan menghidupi masyara

Kedua, Desa localOtonomselfgovernment)(. Ciri desa in berkurangnya


pengaruh adat di de nomi dan kewenangan dalam blik,halper keuangan
(melalui Anggaran Penda serta mempunyai sistemKetiga,
dDemokrasisaAdm nistratif, yang mempunyai batas-berada dalam
subsistem dari peme ini sering
disebutthelocalstategovernmentsebagai.Otonomi desa jenis ini sangat
terbatas d

1.3.2 Pasal

Pasal 6

Desa terdiri atas Desa dan Desa Adat Penyebutan Desa atau Desa Adat1) sebag
disesuaikan dengan penyebutan yang b

4
Makalah Sutoro Eko: Kedudukan dan Kewenangan Desa

44 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa


Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

Penjelasan

Untuk mencegah terjadinya tumpang t duplikasi kelembagaan antara Desa d


wilayah, maka dalam 1 (satu) wilay Desa Adat.

Bagi yang sudah terjadi tumpang tin dalam 1 (satu) wilayah, harusai dipi dengan
ketentuan Undang-Undang ini.

1.3.3 Pembahasan di DPR

Pada Rapat kerja terbuka tangga Pansus RUU Desa DPR, DPD dan Pem
menyepakati pembahasan Bab II ma

Lalu yang kedua adalah cluster penataan desa, kewenangan desa, hak dan
kewajiban masyarakat dan desa. Itu memuat Bab I, Bab II, Bab III dan Bab IV. Ada di
situ adalah penjelasannya substansi di penataan desa bisa dibahas bersama dengan
substansi kewenang-an desa, serta hak dan kewajiban masyarakat desa, karena
pasal yang mengatur terkait kewenangan desa serta hak dan kewajiban masyarakat
dan desa hanya sedikit, sehingga pembahasannya bisa digabung di dalam cluster
dua ini.

Dalam Rapat Kerja Pansus RUU D Anang Prihantono (DPD) mengusulk yang
menjadi cikal bakal dalam u

DPD RI mengambil posisi pada opsi yang kedua daripada opsi pertama. DPD
mengusulkan dua tipe desa yang didasarkan pada kuat-lemahnya pengaruh adat,
yakni Desa dan Desa Adat. Desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut desa adat, adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang me-
Desa 45
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

miliki batas-batas wilayah dan susunan pemerintahan asli yang berwenang


mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan/atau adat istiadat yang dia-kui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan desa atau yang disebut dengan
nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyara-kat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan/atau kepen-tingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat dan asal usul yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerin-tahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Perbedaan mendasar antara desa dan desa adat terletak pada asas pengaturan,
kewenangan serta bentuk dan susunan peme-rintahan. Kedua tipe sama-sama
memiliki otonomi, tetapi ada kesamaan dan perbedaannya:

Desa adat adalah desa yang masih memperoleh pengaruh adat secara kuat,
sementara pengaruh adat dalam desa rela-tif lemah.

Desa adat dan desa sama-sama memiliki hak kewenangan asal-usul, tetapi asal-
usul dalam desa adat lebih dominan di-bandingkan di desa.

Desa adat mengutamakan asas rekognisi (pengakuan dan penghormatan),


sementara desa mengutamakan asas subsi-diarity (penetapan kewenangan
berskala lokal desa).

Pemerintahan (beserta lembaga dan perangkat) desa adat menggunakan susunan


asli (asal-usul), sementara desa meng-gunakan susunan modern seperti yang selama
ini kita kenal.

Keduanya sama-sama menjalankan pemerintahan umum yang ditugaskan oleh


negara dan juga sama-sama mempe-roleh alokasi dana desa (ADD).
Pengaturan jenis desa tidak te RUU versi Pemerintah dan pandanga rapat
Pansus. Ketentuan ini baru
46 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

usulan Fraksi PKS. Dalam usulann Jenis Desa terdiri atas Desa dan jalankan
urusan tugas pembantuan Daerah, sedangkan Desa Adat menj masyarakat
setempat berdasarkan

Hasil rapat pembahasan oleh Tim hasilkan rumusan sebagaimana yan

1.3.4 Tanggapan

Keanekaragaman Desa memiliki m dapat disesuaikan dengan asal-us


masyarakat setempat, seperti Nag Lembang, Pamusungan, Huta, Bori
bahwa pola penyelenggaraan Pemer hormati sistem nilai yang berlak daya
masyarakat setempat, sekali nilai bersama dalam kehidupan be gara tidak
mengurus desa adat, k publik pada warga. Desa adat mem dirian, tidak ada
pembagian keku membantu Negara. Negara hanya me nangan asli dan
kekayaan desa ad

Walaupun banyak istilah yang d tian desa namun dalam UU Desa, j ada dua
tipe desa yaitu: Desa da bahwa penyebutan Desa Adat dises yang berlaku di
daerah setempat.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 47
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

1.4 Kewenangan Desa

Pengantar

UU Pemerintahan Daerah yang lam Pasal 206 hanyalah membagi kewen


yang menjadi kewenangan desa. Ber dilihat bahwa titik berat memUU-No.
berikan perhatian kepada kewenang kan titik tekan pada pembagian ur

Sedangkan pembagian urusan pem saat ini, dan relasinya dengan k dalam
UU No. 23/2014 tentang Pe menyatakan bahwa urusan pemerin yakni
urusan absolut, urusan kon han umum. Urusan absolut adalah kewenangan
Pemerintah Pusat; uru pemerintah pusat yang dapat dili Daerah; dan
urusan pemerintahan dijalankan kewenangannya oleh Pr bagian urusan ini,
Desa dapat m yang dijalankan oleh Pemerintah gubernur jika yang
memberikan tu vinsi dan peraturan bupati/walik gas adalah pemerintah
kabupaten/

1.4.2 Pasal

Pasal 18

Kewenangan Desa meliputi kewenangan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pem


kemasyarakatan Desa, dan pemberdaya sarkan prakarsa masyarakat,sahak. asa
48 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

Penjelasan

Yang dimaksud dengan hak asal usul dan adatistiadatDesa adalah hak yang
masih hidup dan sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 19

Kewenangan Desa meliputi:

kewenangan berdasarkan hak asal

kewenangan lokal berskala Desa;

kewenangan yang ditugaskan ole Provinsi, atau Pemerintah Kabupat

kewenangan lain yang ditugaskan Provinsi, atau Pemerintah Kabupa ketentuan


peraturan perundang-und

Penjelasan

Huruf:Yang dimaksud dengan hak asal merupakan warisan yang masih Desa
atau prakarsa masyarakat perkembangan kehidupan masyarak organisasi
masyarakat adat, ke hukum adat, tanah kas Desa, se kehidupan masyarakat Desa.

Huruf:Yangb dimaksud dengan kewenanga adalah kewenangan untuk menga


kepentingan masyarakat Desa yan Desa atau mampu dan efektif di yang muncul
karena perkembanga masyarakat Desa, antara lain t Desa, tempat pemandian
umum, s lingkungan, pos pelayanan terp belajar, serta perpustakaan Des Desa.

Huruf c: Cukup Jelas Huruf d: Cukup Jelas


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 49
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

Pasal 20

Pelaksanaan kewenangan berdasarkan lokal berskala Desa sebagaimana dim dan


huruf b diatur dan diurus oleh

Penjelasan

Cukup Jelas

Pasal 21

Pelaksanaan kewenangan yang ditug kewenangan tugas lain dari Pemeri Provinsi,
atau Pemerintah Daerah K dimaksud dalam Pasal 19 huruf c dan

Penjelasan

Cukup Jelas
Pasal 22

Ayat (1)

Penugasan dari
Pemerintah dan/atau

Desa meliputi
penyelenggaraan
Peme

Pembangunan
Desa, pembinaan
kemas

pemberdayaan masyarakat Desa.

Ayat (2)

Penugasan sebagaimana dimaksud pada

Penjelasan

Ayat (1): Cukup Jelas

Ayat (2): Cukup Jelas

1.4.3 Pembahasan di DPR

Menurut Menteri Dalam Negeri Ga kili pemerintah dalam rapat Pans


menunjang kemandirian Desa maka nangan untuk mengatur dan mengur
katnya.
50 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

Menurut RUU Pemerintah, kewena hal, yakni (1) kewenangan yang s usul
Desa dan kewenangan lokal b bupaten/kota. Terhadap kewenanga tur dan
mengurusnya; dan (2) kew Pemerintah Provinsi dan Kabupate
laksanaannya kepada desa sebagai Desa sebagai Penyelenggara Pemer
lainnya yang ditetapkan dengan pe Terhadap pelaksanaan kewenangan
kewenangan mengurus atau melaksa ayaan yang timbul dalam pelaksa
menjadi beban bagi pihak yang me

Namun demikian, RUU Pemerintah tuk-bentuk kewenangan yang dijal draf


RUU Pemerintah yang masih d beberapa fraksi di DPR kemudian musan.
Sebagaimana ditemukan dal sulkan kewenangan Desa untuk men
Sedangkan Fraksi PKB mengusulkan lebih lengkap, dimana Desa diber hal:
yakni (1) Bidang Pemerintah kewenangan untuk memilih kepala perangkat
desa lainnya, membentu tuk struktur organisasi perangka rus sendiri
urusan pemerintahan; desa; (2) Bidang Perencanaan dan ini Desa memiliki
kewenangan unt nakan, mengawasi dan mengembangk layahnya;
mengelola dan memanfaa

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 51
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

kesejahteraan masyarakat; dan me pendapatan desa.

Fraksi PKB juga tidak sepakat terkait dengan kewenangan Pemer Provinsi
atau Kabupaten/Kota yan nurut Fraksi PKB, kewenangan Pem
Kabupaten/Kota yang dilimpahkan Desa bukanlah kewenangan karena
melaksanakan saja, tidak bersifa klausul ini dihapus, sehingga ke nangan
asal usul dan kewenangan

Fraksi PPP mengusulkan penamba Adat, dengan bunyi rumusan Desa an


dalam bidang pemerintahan dan kan hukum adat yang selaras deng
dangan. Selanjutnya diusulkan, k

(a) Mengatur dan melaksanakan s dasarkan hukum adat setempat; (b


sumber daya alam yang dikuasai b meliputi tanah kas desa, tanah u daya
alam lainnya; (c) Melaksana Melestarikan nilai-nilai sosial dan
melestarikan sumber daya ala hukum adat; dan (f) Menyelesaika hukum
adat setempat dalam wilaya prinsip hak asasi manusia.

Rapat Tim Perumus (Timus) Pans September 2013 menyepakati rumus


Desa/Desa Adat mencakup kewenang an, pembangunan, dan pemberdayaa
52 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

masyarakat, asal usul, dan iadat masih mencantumkan Desa Adat, se


runannya, terdapat dua ruang lin lingkup kewenangan Desa dan Desa

Tidak diketahui secara pasti m disahkan menjadi UU, kewenangan kan.


Mengacu pada proses ini, m kewenangan yang dimaksud pada ba tuk Desa
dan bukan Desa Adat. S Adat dalam khususUUini diatursecara pada Ba UU
Desa.

1.4.4 Tanggapan

Tujuan pengaturan kewenangan d pada asas rekognisi dan asas sub paian
kemandirian desa agar masy pembangunan. Selain itu diharapk perbaikan
pelayanan publik dan p syarakat.

Undang-Undang Desa adalah hasi implementasi atas UU No. 32/200


kejelasan tentang kewenangan Des RUU Desa (Direktorat Pemerintaha
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, 2007) dinyatakan bahwa dalam men
32/2004 mengandung ambivalensi. dan menghormati kewenangan asli
usul. Di sisi lain, ia memposisi pemerintah kabupaten/kota, karen UU ini
menempatkan otonomi hanya

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 53
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

kota. Kewenangan yang dimiliki 32/2004 adalah kewenangan kabupa kan


kepada Desa.

Pencantuman klausul khusus ten pada UU Desa ini seakan ingin me


kewenangan yang dimiliki oleh De klausul khusus ini juga masih me
terlihat jelas pada Pasal 19an huru Desa merupakan limpahan kewenang
dan Daerah, meskipun Desa juga d sarkan hak asal usul dan kewenan

(a) dan (b). Dalam bagian ini ta nangan untuk menyelenggarakan p hanya
kewenangan berdasarkan hak lokal berskala Desa yang dimilik sanaan
kewenangan berdasarkan pa tah dan/atau Pemerintah Daerah y (lihat
pasal 22). Selain dalam h han desa, kewenangan yang bersif dalam hal
pelaksanaan pembanguna syarakatan desa, dan pemberdayaa kewenangan-
kewenangan ini, Desa mengatur (membuat regulasi), tet mana dinyatakan
pada bagian terd pelimpahan kewenangan dari Pemer rah kepada Desa
juga dimandatkan tang Pemerintahan Daerah.

54 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

Potensi Tarik-Menarik Kewenangan

Ada perdebatan pemberian kewen kewenangan berdasarkan hak asal kan


lokal berskala desa dan kewe tugaskan oleh pemerintah pusat, merintah
kabupaten/kota dan kewe oleh pemerintah pusat, pemerinta
kabupaten/kota dengan ketentuan dangan. Artinya, Pemerintah Desa Desa)
pada satu sisi bertugas un desa, sedangkan pada sisi lain b san dari
pemerintah kabupaten/ko si menjadi unsur yang memperkuat unsur yang
memperlemah Desa. Hal minasi pemerintah pusat, pemerin
kabupaten/kota pada penentuan sk Desa. Misalnya Desa lebih banyak
ditugaskan dari pemerintah provi ten/kota dibandingkan kewajiban p
akomodasiebutuhank masyaradasarkatn berhak as dan kewenangan lokal
berskala De hambat pertumbuhan kemandirian D

Kewenangan Asal-usul dan Kewenangan Lokal Skala Desa

Kewenangan Desa berdasarkan as lokal


berskalaDesaenanganbukanlahyang diserkew pemerintah, bukan juga sisa
(res merintah kabupaten/kota sebagaim No. 32/2004 dan PP No. 72/2005
t
Desa 55
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

asas rekognisi dan subsidiaritas diakui dan ditetapkan langsung o an


mekanisme penetapan kewenanga rinci. Pasal 20 UU Desa menyebut
berdasarkan hak asal-usul dan ke sebagaimana dimaksud
dalamnbhurufdiPasal-tur dan diurus oleh Desa.

Peran Pemerintah Desa dalam Menjalankan Kewe-nangan

Berkaitan dengan kewenangan ini sertasi 1993), menjelaskan bahwa bagai


kewenangan . . . untuk men yang berlaku umum dan mengenai h
pengurusan sebagai kewenangan menerapkan norma hukum umum dan
konkrit. Dengan kata lain, peng nangan
membentukrulesmakingkebijakan),sementara( p rusan dengan
kewenanganrulesapplicationmelaksana).

Mengikuti pengertian di atas, m miliki sekaligus kewenangan peng diri)


dapat dipandang sebagai pe min: 2001). Kedua istilah terseb pakan
padanan Bahasa Indonesia u self-governance.

Berkaitan dengan kewenangan pe menyebutkan bahwa dalam ekonomi


oleh pemerintahan yang dipilih s dua alasan bagi pemerintah untu
masyarakat, yaitu:socialequity)keadanilankegagasosi
56 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

pasar. Berdasarkan alasan-alasan pemerintah dengan kebijakan publ reksi


kegagalan pasar untuk mem yakni:

Peran alokyasi. Halsumberini damencakup ukuran absolut dan relatif peme


(keseimbangan sektor publik dan diaan barang-barang publik sert sosial
bagi masyarakat.

Peran regulator. Hal ini menc tertib yang dibutuhkan masyarak yang
mengatur dunia bisnis yang tasi aktivitas bisnis dan hak-h

Peran kesejahteraan sosial, ya kan yang mendorong pemerataan s


sangkutan seperti perpajakan, j sejumlah barang publik campuran

Pasal 78 UU Desa mengatur bahwa tujuan adalah untuk meningkatkan


desa, meningkatkan kualitas hidu ngi kemiskinan. Lebih lanjut pen
lenggarakan melalui: (a) pemenuh bangunan sarana dan prasarana de si
ekonomi lokal, serta (d) pema lingkungan secara berkelanjutan.

d. Kewenangan Desa dalam Subyek Pembangunan

Berdasarkan pandangan teoritis ton, 2000), kewenangan normatif,


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 57
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

juan yang diatur dalam Undang-Un enam peran atau fungsi derivatif

Mengelola pelayanan dasar. Di puan pemerintahan desa untuk m sar yang


berada di dalam lingk ketersediaan layanan pendidika transportasi ke
sekolah, dan si

Mengelola pelayanan administ kemampuan pemerintahan desa dal


administrasi, baik administrasi berapa administrasi perizinan y annya.

Menyediakan infrastruktur das mampuan pemerintahan desa dalam


infrastruktur dasar desa,jaseper-lan desa, listrik desa, polinde dini, kantor
desa, dan sarana o

Memperkuat kelembagaan ekonom kemampuan pemerintahan desa da


radaan lembaga sosial ekonomi s solidaritas sosial, seperti me Usaha Milik
Desa (BUMDesa) dala tur dasar dan penguasaan sumbe nguatan daya tawar
kolektif.

Memperkuat kelembagaan sosia kemampuan pemerintahan desa da radaan


lembaga sosial ekonomi s solidaritas sosial, seperti me perti posyandu,
lembaga amil z dan resolusi kon lik.

58 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

6) Membuat regulasi. Dimensi in merintahan desa dalam mengelola lasi


sebagai salah satu bentuk dalamnya merevitalisasi aturan-adat istiadat.

1.5 Asas Pengaturan Desa

1.5.1 Pengantar

Dalam UU No. 32/2004 tentang Pe sebagian besarnya mengatur tent maka


secara spesi ik tidak menc desa, selain hanya mencantumkan rintah daerah.
Dengan demikian, kan klausul baru dalam UU Desa, Bab tersendiri tentang
Asas teta tentang Ketentuan Umum.

Asas merupakan dasar atau sesua berpikir, berpendapat dan bertind desa
memiliki 13 prinsip yang me para pemangku kepentingan dalam desa.
Prinsip-prinsip pengaturan dapat tercapai tujuan dari terbi

1.5.2 Pasal

Pasal 3

Pengaturan Desa berasaskan:

rekognisi;
subsidiaritas;
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 59
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

keberagaman;

kebersamaan;

kegotongroyongan;

kekeluargaan;

musyawarah;

demokrasi;

kemandirian;

partisipasi;

kesetaraan;

pemberdayaan; dan

keberlanjutan.

Penjelasan

Asas pengaturan dalam Undang-Undang

rekognisi, yaitu pengakuan terh

subsidiaritas, yaitu penetapan pengambilan keputusan secara loka rakat desa;

keberagaman, yaitu pengakuan da sistem nilai yang berlaku di mas tetap


mengindahkan sistem nilai berbangsa dan bernegara;

kebersamaan, yaitu semangat unt sama dengan prinsip saling mengha tingkat
desa dan unsur masyarakat
kegotongroyongan, yaitu kebiasa untuk membangun Desa;

kekeluargaan, yaitu kebiasaan w bagian dari satu kesatuan keluarg

musyawarah, yaitu proses peng menyangkut kepentingan masyarakat ngan


berbagai pihak yang berkepen

demokrasi, yaitu sistem pengor dalam suatu sistem pemerintahan y rakat desa
atau dengan persetuju keluhuran harkat dan martabat manu Yang Maha Esa
diakui, ditata, dan

60 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

kemandirian, yaitu suatu proses tah Desa dan masyarakat Desa untu dalam rangka
memenuhi kebutuhanny sendiri;

partisipasi, yaitu turutn; berper

kesetaraan, yaitu kesamaan dala

pemberdayaan, yaitu upaya menin sejahteraan masyarakat desa melal gram, dan
kegiatan yang sesuai den ritas kebutuhan masyarakat desa;

keberlanjutan, yaitu suatukoor-pros dinasi, terintegrasi, dan berkesi kan dan


melaksanakan program pemb

1.5.3 Pembahasan di DPR

Asas pengaturan desa secara ek lam RUU Desa yang diusulkan Peme
mudian dicermati oleh DPD RI dal RUU Desa usulan Pemerintah tida kan
tentang asas pengaturan desa penentuan kedudukan, kewenangan, dan
selanjutnya, meskipun dalam butir a) maupun Batang Tubuh (li ngakui dan
menghormati tetapi a ungkap juru bicara DPD RI, Anang

Kelemahan dimaksudpertama,antaratidak lainmeny paikan landasan iloso


is dan l konsep mengakui dan menghormati paikan tentang subyek/obyek
apa berkenaan dengan kesatuanKedua, konmasepyar mengakui dan
menghormati tidak dijabarkan dalam bab tersendiri.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 61
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

duran sebab UU No. 32/2004 tent sebenarnya telah menegaskan tent


keanekaragaman, sementara RUU De dak menyantumkan asas otonomi as
di dalam norma batang tubuh. Asa jabarkan
dalamKetiga,penjelasanRUUDesa.tidak m pengakuan dan penghormatan
yang hadap Desa atau nama lain. Penga malah didelegasikan kepada pemer
penegasan bahwa seluruh institus pengakuan dan penghormatan terha si
maupun produk politik-hukum d itu, DPD RI berpendapat bahwa pe
tersebut secara konseptual merup kognisi harus diakui oleh negara an asas
tersebut kepada pemerint

Fraksi PKS sebagaimana disampai kan bagian baru yang mengatur te nurut
PKS, asas pengaturan Desa subsidiaritas, keberagaman, kema si,
pemberdayaan, serta kesejaht

Rumusan Pasal 2 UU Desa, yang pengaturan asas, tidak tercantum maupun


DIM DPR. Klausul ini meru dari pembahasan rapat Timus tang ini untuk
mempertegas bahwa peng tetap berbingkai pada asas-asas

62 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

1.5.4 Tanggapan

Meskipun secara eksplisit UU N bentukan Peraturan Perundang-und


pencantuman asas pada peraturan dibentuk, namun secara prinsip, ngat
penting dalam sebuah perat Kamus Besar Bahasa Indonesia me asas salah
satunya adalah dasar puan berpikir atau berpendapat. maka asas dalam UU
adalah sesuat an dalam mengimplementasikan UU

Mengacu pada 13 asas dalam UU D bahwa tidak ada satupun pencantu


bantuan, desentralisasi atau dek sat/daerah. Seluruh asas yang di
mencerminkan kemandirian desa. D dalam implementasinya, UU Desa desa
pada posisi yang mandiri da mokrasi lokal tanpa intervensi o rintahan di
atasnya.

1.6 Tujuan Pengaturan Desa

1.6.1 Pengantar

Dalam UU Pemerintahan Daerah 22/1999 maupun UU No. 32/2004), juan


pengaturan Desa, karena pen menjadi bagian terkecil dari hal tersebut.
Tujuan pengaturan Desa pasal 4 UU Desa merupakan ketent

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 63
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

patannya tidak pada bagian khusu dari Bab tentang Ketentuan Umum.

Ketentuan tentang tujuan pengat si Desa dalam kerangka NKRI serta fungsi
Desa dalam mengelola desa desa dan memberikan pelayanan bag painya
cita-cita bersama mewujudk Dengan terbitnya UU ini, pemerin desa tidak
akan terlepas dari tu dikannya dasar dalam melaksanakan

1.6.2 Pasal

Pasal 4

Pengaturan Desa bertujuan:


memberikan pengakuan dan pengho ah ada dengan keberagamannya sebe tuknya
Negara Kesatuan Republik In

memberikan kejelasan status- dan lam sistem ketatanegaraan Republi kan keadilan
bagi seluruh rakyat I

melestarikan dan memajukan- adat kat Desa;

mendorong prakarsa, gerakan, da untuk pengembangan potensi dan Ase bersama;

membentuk Pemerintahan Desa yan efektif, terbuka, serta bertanggun

meningkatkan pelayanan publik b guna mempercepat perwujudan keseja


meningkatkan ketahanan sosial b mewujudkan masyarakat Desa yang m tuan
sosial sebagai bagian dari ke

memajukan perekonomian masyaraka senjangan pembangunan nasional; da

64 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa


Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

i. memperkuat masyarakat Desa seba

Penjelasan

Cukup jelas

1.6.3 Pembahasan di DPR

Menteri Dalam NegeriauzidalamGamawanpaparF depan rapat Pansus pada


4 April Desa bertujuan hendak mengangkat yang terhormat dalam
ketatanega Selain itu, pengaturan desa juga yang tepat sesuai dengan
konteks kemandirian desa melalui Undang-narnya juga menempatkan Desa
seb dan pembangunan yang betulbot-betul tom-up). Namun entah
mengapa, Pemer tumkan klausul tentang Tujuan da

DPD RI menilai tujuan UU Desa telah dituangkan dalam konsidera pada


draf RUU Pemerintah. Namun masih dangkal. Oleh karena itu serangkaian
tujuan pengaturan de pengakuan dan penghormatan atas belum dan
sesudah terbentuknya Indonesia; b) memberikan pengaku keberagaman
jenis desa atau yang Negara Kesatuan Republik Indones kedudukan desa
dalam sistem keta sia; d) memberikan jaminan terha pembangunan
nasional demi mewuju

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 65
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

seluruh rakyat Indonesia; e) mem dan partisipasi masyarakat desa dan


aset-aset lokal; f) membentu fesional, efektif dan e isien,me- t ningkatkan
pelayanan publik bagi kan kesejahteraan masyarakat; da sosial-budaya
masyarakat guna me mampu memelihara kesatuan sosial hanan nasional.

Tujuan sebagaimana diusulkan ol dengan klausul yang diusulkan o


tertuang dalam DIM.

Rumusan tujuan sebagaimana yang merupakan rumusan yang disepakat 28


Juni 2013, dimana isinya kura sulkan oleh DPD dan Fraksi PKS. H tuan ini
ditambahkan klausul bar rakat desa sebagai subyek pemban

1.6.4 Tanggapan

Mengacu pada UU No. 12/2011, b bentukan peraturan perundang-und


adanya kejelasan tujuan, maka dr rintah yang hanya mencantumkan s
konsideran, dapat dianggap belum Pencantuman tujuan dalam UU Desa kan
pada bagianmemberikantersendiri,arahdapaba pihak yang terlibat dalam
implem

Mencermati klausul yang tercant UU Desa sudah sangat komprehensi


66 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

berikan pengakuan dan penghormat desa, serta adat istiadat yang b dang
ini juga memberikan peluang raan masyarakat di desa karena m rakat
dalam turut terlibat dalam bangunan desa. Posisi Desa juga ini juga
bertujuan untuk memperk subyek pembangunan.

Undang-Undang Desa telah menca mana termaktub pada Pasal 4, se


dikatakan berhasil jika mencapai yang dicantumkan dalam Pasal 4 t
dikatakan gagal jika kondisi-kon demikian, klausul ini merupakan silan
implementasi UU Desa.

1.7 Penutup

Klaster ini merupakan klaster si ik yang memperjelas kedudukan UU No.


32/2004emerintahtentangDaerahP belu ra khusus. Semangat desentralisa
32/2004, menjadi pembuka dalam m subsistem dari pemerintah kabupa
tahan Desa lebih banyak menjalan pada menjalankan urusan desanya saja
cukup maju jika dibandingka No. 32/2004 yang belum secara je kedudukan
desa. Posisi Desa buka tetapi bagian dari NKRI. Interve-

ra melakukan desentralisasi poli


Desa 67
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 1

Kedudukan dan Kewenangan Desa

dan keuangan kepada Desa dan mel tasi.

Beberapa rumusan pasal dalam k pembahasan di DPR, semisal asas pakan


pasal penting yang mengatu gaturan Desa serta memperjelas k diatur
secara khusus. Dalam tuju gas telah memberikan pengakuan d
keberagaman Desa, serta adat ist dan membuka ruang bagi masyaraka
ngunan di Desa.

Isu-isu krusial pada setiap tem disini menjadi topik yang bisa d
memperkuat substansi dari pembah

68 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Penataan Desa

Pendahuluan

Penataan Desa sebagaimana dima No. 6/2014) merupakan proses-pro


pusan, penggabungan, perubahan s Meskipun
secarapernahsubstansidiaturhaldalain mengatur tentang desa yang berla
gunaan istilah penataan baru m

UU No. 5/1979 tentang Pemerint bahwa ketentuan tentang pemecaha


pusan desa diatur dengan Peratur dangkan UU No. 22/1999 tentang P
bagian khusus yang mengatur tent ketentuan tentang pembentukan, p
gabungan desa. Menurut UU No. 22 ditetapkan dengan Peraturan Daer No.
32/2004 tentang Pemerintahan pembentukan, penghapusan, dan/at No.
32/2004 ini menambahkan peng status kelurahan menjadi desa, s nataan
desa bukan hal yang baru

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 69
Klaster 2

Penataan Desa

Dalam Undang-Undang Desa, jika sebelumnya, penataan Desa dirumu bih


rinci. Pemerintah, sebagai p menyatakan bahwa perubahan menda regulasi
ini adalah persyaratan desa yang diperketat. Hal ini di Negeri dalam rapat
kerja dengan 4 April 2012. Lebih lanjut Mente dilakukan untuk
mengantisipasi p hari semakin tidak terkontrol.

Penataan Desa dalam UU Desa ini Dari 11 pasal yang ada, penataan di
beberapa sub tema yang terdir gai Subyek Penataan Desa; (2) Ev Desa; (3)
Tujuan Penataan Desa; Desa; (5) Prasyarat dalam Penata Penataan Desa.

2.2 Pemerintah Sebagai Subyek Penataan Desa

2.2.1 Pengantar

Jika memperhatikan pasal-pasal kanisme penataan desa dalam UU i las


bahwa penataan desa menjadi Pemerintah Pusat maupun Pemerint intinya
menyatakan bahwa:

1. Penataan desa ditetapkan ol Kabupaten/Kota. Sebelum disah harus


dievaluasi terlebih dah mekanisme evaluasinya diatur
70 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2

Penataan Desa

2. Setelah lolos evaluasi, Gub mor registrasi dan Pemerintah yang


menangani Desa memberika itu Perda dapat diundangkan. pat
memprakarsai pembentukan bersifat khusus dan strategis (pasal 13).

2.2.2 Pasal

Pasal 7 ayat (1) ini merupakan pemerintah sebagai pelaksana ata


bagaimana diuraikan di atas. Men 13-17, penataan Desa hanya dapat

Pasal 7

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provi Kabupaten/Kota dapat melakukan pena

Penjelasan

Cukup jelas.

2.2.3 Pembahasan di DPR

Klausul ini tidak terdapat da Pemerintah. RUU Pemerintah pada langsung


dibuka dengan klausul t Untuk mewujudkan efektivitas pe desa dilakukan
penataan desa. F mengusulkan rumusan ini dalam DI antara Pemerintah
dan Pansus, p tidak mengemuka.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 71
Klaster 2

Penataan Desa

Rumusan ini diketahui muncul p dibahas sampai dengan rapat Timu


namun demikian tidak ditemukan c adanya argumentasi yang mendasar
sebut.

2.2.4 Tanggapan

Pemerintah memang memiliki otor nataan desa. Namun demikian, kar kan
kata dapat maka otoritas t tetapi bersyarat. Ketentuan tent diuraikan
pada Pasal 8-12.

2.3 Evaluasi Penataan Desa

2.3.1 Pengantar

Pasal 7 ayat 2 UU Desa secara proses penataan Desa didasarkan tingkat


perkembangan Pemerintaha ses penilaian sebagaimana dimaks tuan
peraturan perundang-undanga hadap perkembangan pemerintah De desa,
hasil yang diperoleh digun kukan penataan desa.

Pengaturan tentang evaluasi pe desa ini merupakan hal baru jik yang
pernah ada sebelumnya. Bahk pada bagian yang mengatur tentan
mencantumkan pasalevaluakhususi dalamtentanp
72 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2

Penataan Desa

nataan daerah, terlebih evaluasi an desa. Keberadaan pasal ini me


pemerintah pusat, pemerintah pro paten/kota dalam mendorong pemer
harapkan oleh UU ini.

2.3.2 Pasal

Pasal 7

(2) Penataan sebagaimana dimaksud hasil evaluasi tingkat perkembanga dengan


ketentuan peraturan perundan

Penjelasan

Cukup jelas.

2.3.3 Pembahasan di DPR

Rancangan UU yang disusun oleh tumkan klausul ini. Rumusan ini si-fraksi
di DPR dalam DIM-nya.

RUU yang dibahas hingga rapat Ti kipun tidak ada catatan argument
tersebut.

2.3.4 Tanggapan

Klausul ini tidak secara spesi memiliki kewenangan untuk melaku kian,
dalam rumusannya, klausul 7 ayat (1) , dimana pada pasal d tentang pelaku
penataan desa yai
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 73
Klaster 2

Penataan Desa

an,semestinya evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

7 ayat (2) ini dilakukan oleh pemerintah sebagai pelaksana

penataan desa. Jika prakarsa penataan de rintah kabupaten/kota, maka


evalu kabupaten/kota. Namun jika praka pusat, maka evaluasi dilakukan ol

Norma dalam klausul ini menyat pada peraturan perundang-undanga yang


dilakukan semestinya benar-turan perundang-undangan yang be cara atau
prosedur, maupun penet tor-indikator penilaian. Ketentu hasilkan evaluasi
yang objektif.

Sebagai sebuah norma yang telah kumen hasil evaluasi semestinya pisah
dengan dokumen yang sah te Pemerintah kabupaten/kota yang desa
hendaknya melampirkan dokum rancangan Perda yang dirumuskan. tas,
dokumen hasil evaluasi ters mudah diakses oleh masyarakat.

2.4 Tujuan Penataan Desa

2.4.1 Pengantar

Tujuan penataan desa masih menj sal pembuka pada bagian Penataan
dalam proses penataan desa, sehi nanti, penataan desa semestinya hal-hal
sebagaimana dicantumkan d
74 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2

Penataan Desa

Pemerintah pusat,rovinsi,pemerintahdanpeme bupaten/kota perlu


memperhatikan sehingga kebutuhan akan mewujudk di jelas dalam
pelaksanaannya. S taan desa ini menjadi penting pe fungsi-fungsi
pemerintahan desa.

2.4.1 Pasal

Pasal 7

Penataan sebagaimana dimaksud p

mewujudkan efektivitas penyelen

mempercepat peningkatan kesejah

mempercepat peningkatan kualita

meningkatkan kualitas tata kelo

meningkatkan daya saing Desa.

Penjelasan

Cukup jelas.

2.4.2 Pembahasan di DPR

Tujuan penataan desa secara s Menteri Dalam Negeri pada rapat April
2012, dimana disebutkan ba mempercepat peningkatan kesejaht katan
kualitas pelayanan publik kelola pemerintahan dan meningka
Pada RUU Pemerintah, tujuan pe pada bagian awal Bab. RUU Pemeri dua
ayat, dimana dinyatakan seba
Desa 75
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 2

Penataan Desa

Untuk mewujudkan efekti itas desa dilakukan penataan desa.

Penataan desa sebagaimana di kan untuk:

mempercepat peningkatan kes

mempercepat peningkatan ku

meningkatkan kualitas tata

meningkatkan daya saing de

Pemerintah tidak menjelaskan l musan seperti ini yang diusulkan tidak


memberikan elaborasi lebih dimaksud. Namun jika dicermati, sama dengan
tujuan Penataan Dae tentang Pemerintahan Daerah. Pad takan, Penataan
Daerah ditujukan tivitas penyelenggaraan Pemerint pat peningkatan
kesejahteraan ma peningkatan kualitas pelayanan p tas tata kelola
pemerintahan; (e sional dan daya saing Daerah; da istiadat, tradisi, dan
budaya Da

Rumusan yang disepakati dalam U ngan rumusan yang diusulkan Peme


merupakan penggabungan dua ayat kan Pemerintah.

2.4.4 Tanggapan

Norma ini memang tidak memberi pada pemrakarsa penataan desa. N


76 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2

Penataan Desa

hendaknya tidak dinilai sebagai normatif. Dengan adanya norma in nataan


desa dapat melakukan kaji dari proses penataan desa. Pemra pat
merumuskan argumentasi yang adanya penataan desa maka akan t
lenggaraan pemerintahan desa, me sejahteraan masyarakat desa, mem tas
pelayanan publik, meningkatk rintahan desa, dan meningkatkan

Berkaca pada pengalaman selama mekaran wilayah selalu berargume


maksudkan untuk mendekatkan pela syarakat dan meningkatan kesejah
Namun demikian, argumentasi ini dengan data-data yang relevan, s yang
dilakukan justru tidak menc Badan Perencanaan Pembangunan Na tahun 1
2008menunjukkan, selama kurang mekaran, kinerja pelayanan publi
menunjukkan hasil yang memuaskan pengelololaan dan penggunaan dan
efektif, tidak tersedianya tenag timalnya pemanfaatan pelayanan p rakat
juga sulit ditingkatkan, a yang rendah. Rendahnya pertumbuh oleh
keterbatasan sumber daya al

Dapat dilihat pada Laporan Studi Evaluasi Dampak Pemekaran Daerah, 2001-2007, yang
dilakukan oleh Bappenas bekerjasama dengan UNDP pada tahun 2008.
Desa 77
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 2

Penataan Desa

serta rendahnyapemerintahdukunganuntuk mend tasi publik.

Norma ini hendaknya dapat dijad untuk


melakukanbasisevaluasidampak,berdima penilaian didasarkan pada poin-
p dalam klausul ini. Evaluasi ini d yang telah ditetapkan. Jadi, pem netapan
penataan desa jika dalam penataan desa tidak mencapai tuj

2.5 Ruang Lingkup Penataan Desa

2.5.1 Pengantar

Pada bagian pendahuluan diatas tentang ruang lingkup penataan d tang,


ruang lingkup penataan des lam UU Desa dicantumkan pada Pas maksud,
prasyarat dan mekanisme desa diuraikan pada pasal-pasal

2.5.2 Pasal

Pasal 7

Penataan sebagaimana dimaksud p

pembentukan;

penghapusan;

penggabungan;
perubahan status; dan

penetapan Desa.

78 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2

Penataan Desa

Penjelasan

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Yang dimaksud dengan perubahan status adalah perubahan dari Desa menjadi
kelurahan dan perubahan kelurahan menjadi Desa serta perubahan Desa Adat
menjadi Desa.

Huruf e

Yang dimaksud dengan penetapan Desa Adat adalah penetapan kesatuan


masyarakat hukum adat dan Desa Adat yang telah ada untuk yang pertama kali oleh
Kabupaten/Kota menjadi Desa Adat dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

2.5.3 Pembahasan di DPR

Pemerintah melalui Menteri Dala dengan Pansus DPR pada 4 April 2 takan
bahwa penataan desa merupa pemekaran dan perubahan status k

Dalam RUU Desa yang diusulkan, kan bahwa ruang lingkup penataan tukan
desa; (b) penghapusan desa perubahan status desa; dan (e) p
Terhadap rumusan Pemerintah te gaimana tercantum dalam DIM berp desa
harus dibagi menjadi Desa d
Desa 79
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 2

Penataan Desa

maka Fraksi PPP mengusulkan rumu penataan. Setelah poin pembentu


pengukuhan desa adat, setelah poin lagi tentang pengukuhan de rubahan
status desa, ada poins b desa adat.

Fraksi PDIP mengusulkan penamb Klasi ikasi Desa. Selanjutnya kan


dalamrumusan sebagai berikut

Dalam rangka penataan desa,

desa adat;

desa otonom;

desa administratif.

Pengklasi ikasian desa sebag diatur dengan peraturan pemerin

Fraksi PDIP berpendapat bahwa r pada Pasal 18BpertamaUUD,


1945,Negarayaitu,mengak menghormati satuan-satuan pemeri khusus atau
bersifat istimewa ya dangKedua., Negara mengakui dan mengh satuan
masyarakat hukum adat bes sepanjang masih hidup dan sesuai syarakat
dan prinsip Negara Kesa diatur dalam undang- undang. Jadi tersebut
mengusulkan untuk memas nataan terhadap desa adat.

Fraksi PKB mengusulkan ketentu kelurahan dihapus karena pemeri


kanisme dan kriteria persyaratan
80 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2

Penataan Desa

Melalui rapat Timus sampai pada tentang ruang lingkup penataan de

pembentukan;

penghapusan;

penggabungan; dan

perubahan status.

Dari kesepakatan Timus tersebu sempurnakan dengan menambahkan s


tapan desa (poin e) .

Rumusan pemerintah terkait den taan desa hanya terfokus pada De


disahkan, penataan desa juga men Pada UU yang disahkan, dua poin
menyinggung tentang Desa Adat. D poin d, bahwa yang dimaksud per
bahan Desa menjadi kelurahan ata kut perubahan Desa Adat menjadi
tentang penetapan Desa dinyata penetapan Desa Adat adalah pen
hukum adat dan Desa Adat yang te kali oleh Kabupaten/Kota menjadi
Daerah Kabupaten/Kota. Namun dem jut tentang pengaturan kedua poi
pada bagian ini, tetapi dijabark tentang Ketentuan Desa Adat.

2.5.4 Tanggapan
Ciri khusus yang membedakan rua pada UU Desa dan UU sebelumnya
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 81
Klaster 2

Penataan Desa

22/1999 dan UU No. 32/2004) adal tang penataan desa adat (poin d desa
adat dalam bagian penataan ini konsisten untuk mengakui ke adat yang
selama ini ada.

2.6 Prasyarat Penataan Desa

2.6.1 Pengantar

Sebagaimana telah disinggung d kanlah hal yang mutlak. Penataan bersifat


opsional, yang dapat di prasyarat tertentu.

Uraian tentang persyaratan pen akan disampaikan per poin. Namun uraian
ini sedikit berbeda denga lam ruang lingkup penataan desa pasal 7 ayat (4).
Mengacu padag pa persyaratan penataan desa (Pasal-uraikan meliputi: (a)
pembentuka di kawasan yang bersifat khusus Desa; dan (d) penggabungan
Desa; rubahan status dalam poin ini te Desa menjadi kelurahan atau seba
status Desa Adat menjadi Desada tid bagian ini juga tidak ada rincia
sebagaimana dimaksud pada pasal 7

Dari kelima poin yang disebutka yang mengatur tentang pembentuka


bandingkan dengan poin-poin lain
82 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2

Penataan Desa

2.6.2 Pembentukan Desa

2.6.2.1 Pengantar

Ketentuan yang ada dalam pasal tentang pembentukan Desa baru. Pa


tentang pengertian pembentukan De gaimana dinyatakan pada Pasal 8
mengadakan Desa baru di luar Des jelasan disampaikan bahwa pemben
pemekaran dari 1 (satu) Desa men b) penggabungan bagian Desa dari di 1
(satu) Desa; atau c) pengga (satu) Desa baru.

Ayat 2 menekankan bahwa pemben dengan Perda Kabupaten/Kota den


enam aspek, yaitu: (1) prakarsa

(3) adat istiadat; masyarakat(4)kondisi5)des kemampuan desa; dan (6)


potensi

2.6.2.2 Pasal

Pasal 8

Pembentukan Desa sebagaimana di

huruf a merupakanmengadakantindakDesanbar Desa yang ada.

Pembentukan Desa sebagaimana ditetapkan dengan Peraturan Daera


mempertimbangkan prakarsa masyar adat istiadat, kondisi sosial bu kemampuan
dan potensi Desa.

Pembentukan Desa sebagaimana di memenuhi syarat:


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 83
Klaster 2

Penataan Desa

batas usia Desa induk paling tung sejak pembentukan;

jumlah penduduk, yaitu:

wilayah Jawa paling sedikit

200 (seribu dua ratus) kepa

wilayah Bali paling sedikit

(seribu) kepala keluarga;

wilayah Sumatera paling s jiwa atau 800 (delapan ratus)

wilayah Sulawesi Selatan da dikit 3.000 (tiga ribu) jiwa a la keluarga;

wilayah Nusa Tenggara Barat ribu lima ratus) jiwa atau 500 arga;

ahwilaySulawesi Tengah, Sulawesi gara, Gorontalo, dan Kalimanta 2.000 (dua


ribu) jiwa atau 400 luarga;

wilayah Kalimantan Timur, tan Tengah, dan Kalimantan Uta (seribu lima
ra(tus)iga jiwaratus)ataukep luarga;

wilayah Nusa Tenggara Timu ra paling sedikit 1.000 (seri tus) kepala keluarga;
dan

wilayah Papua dan Papua Bar ratus) jiwa atau 100 (seratus)

wilayah kerja yang memiliki a layah;

sosial budaya yang dapat menc bermasyarakat sesuai dengan ada

memiliki potensi yang meliput daya manusia, dan sumber daya ek


batas wilayah Desa yang dinyat yang telah ditetapkan dalam per

84 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2

Penataan Desa

sarana dan prasarana bagi Peme an publik; dan

tersedianya dana operasional tunjangan lainnya bagi perangka dengan ketentuan


peraturan peru

Dalam wilayah Desa dibentuk dus nama lain yang disesuaikan dengan nilai sosial
budaya masyarakat De

Pembentukan Desa sebagaimana d dilakukan melalui Desa persiapan.

Desa persiapan merupakan bagian

Desa persiapan sebagaimana dim ditingkatkan statusnya menjadi D (satu) sampai


3 (tiga) tahun.

Peningkatan status sebagaimana dilaksanakan berdasarkan hasil ev

Penjelasan

Ayat (1)

Pembentukan Desa dapat berupa:

pemekaran dari 1 (satu) Desa menjadi 2 (dua) Desa atau lebih;

penggabungan bagian Desa dari Desa yang bersanding menjadi 1 (satu) Desa; atau

penggabungan beberapa Desa menjadi 1 (satu) Desa baru.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.
Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 85
Klaster 2

Penataan Desa

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

2.6.2.3 Pembahasan di DPR

Dari dokumentasi yang tersedia tentang persyaratan pembentukan muka


dalam proses pembahasan. Se diusulkan Pemerintah hampir tida fraksi di
DPR. Namun demikian te musan pada saat disahkan menjadi

Pada bagian awal tentang pembe menyampaikan rumusan yang terdir


rikut:

Pembentukan desa sebagaiman kan tindakan mengadakan desa ada.

Pembentukan desa sebagaiman dapat berupa:

pemekaran dari 1 (satu) atau lebih;

penggabungan bagian Desa ding menjadi 1 (satu) Desa;

penggabungan beberapa Des baru.


86 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2

Penataan Desa

Mengacu pada catatan DIM, pada pakat dengan rumusan ini. Namun

(2) disepakati tidak dijadikan n penjelasan dari ayat (1) .

Klausul pada ayat (2) UU tidak diusulkan oleh Pemerintah. Namun kan
adanya tambahan pertimbangan yaitu kondisi lingkungan, geogra pada ayat
3 ini juga hampir sama kan oleh Pemerintah, kecuali ha dengan jumlah
penduduk sebagaima Terkait dengan persyaratan jumla kan desa,
Pemerintah mengusulkan

Jawa dan Bali paling sediki keluarga;

Sumatera paling sedikit 3. keluarga;

Kalimantan dan Sulawesi pal 625 kepala keluarga; dan

Nusa Tenggara, Maluku, Papu atau 250 kepala keluarga.

Tidak diketahuipemikiransecarapastiyang da untuk mengusulkan rumusan


ini. D kipun di dalamnya memuat materi juga tidak menjelaskan tentang p
ini, sehingga tidak dapat dinila but sudah cukup ideal bagi mdesa b DIM
sepakat dengan rumusan ini. tidak membahas hal ini. Namun da

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 87
Klaster 2

Penataan Desa

kati hingga rapat Timus 3 Oktobe berubah sesuai dengan rumusan pa pun
juga tidak ada catatan mengen

Ayat (3) huruf c hingga g dala musan usulan Pemerintah. Tambaha hasil
penyerapan dari usulan dar kan oleh FPKB adalah, Tersedian untuk
penghasilan tetap dan tunj Pemerintahan Desa yang dialokasi patan dan
Belanja Kabupaten/Kota kan dan disepakati pada rapat Ti

Ayat (4) juga tidak ada peruba sulkan oleh Pemerintah. Yang cu adalah
rumusan pada ayat 5 hingg dalam RUU usulan Pemerintah. Dal dak
mencantumkan ketentuan ini. mengatur tentang desa persiapan secara
permanen. Rumusan baru mu pada 5 September 2013, dan masih kata
persiapan masih belum dis aian lebih lanjut. Jika memperha desa
persiapan ini hampir sama d lam proses pemekaran daerah.

2.6.2.4 Tanggapan

Jika memperhatikan pengertiann2, pembentukan desa ini lebih menga

Pasal 8 (1): Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf a merupakan
tindakan mengadakan Desa baru di luar Desa yang ada.
88 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2

Penataan Desa

pemekaran desa. Demikian juga m yang tercantum3


pembentukanpadapasal 5desa-7 s na dimaksud juga lebih dimaksudk
Namun jika memperhatikan4,pembentukanpenjela juga dapat berupa
penggabungan d dikategorikan sebagai pembentuka gimplementasikan
pasal 5 hingga

Misalnya Desa A dan Desa B aka yang dimaksud sebagai desa induk lalu apa
kriterianya suatu ndesa- d duk?, jika kemudian Desa A dan D C, menurut
ketentuan ini Desa C

Pasal 5: Desa berkedudukan di wilayah Kabupaten/Kota. Pasal 6: (1) Desa terdiri atas Desa dan
Desa Adat.

Penyebutan Desa atau Desa Adat sebagaimana dimaksud pada ayat

disesuaikan dengan penyebutan yang berlaku di daerah setempat.

Pasal 7: (1) Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dapat melakukan penataan Desa.

Penataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan hasil evaluasi tingkat perkembangan
Pemerintahan Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan: a. mewu-judkan efektivitas


penyelenggaraan Pemerintahan Desa; b. mem-percepat peningkatan kesejahteraan masyarakat
Desa; c. memperce-pat peningkatan kualitas pelayanan publik; d. meningkatkan kualitas tata
kelola Pemerintahan Desa; dan; e. meningkatkan daya saing Desa.

Penataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pemben-tukan; b. penghapusan; c.


penggabungan; d. perubahan status; dan e. penetapan Desa.

Penjelasan pasal 8 Ayat (1):


Pembentukan Desa dapat berupa: a. pemekaran dari 1 (satu) Desa menjadi 2 (dua) Desa atau lebih; b.
penggabungan bagian Desa dari Desa yang bersanding menjadi 1 (satu) Desa; atau c. penggabungan
beberapa Desa menjadi 1 (satu) Desa baru.
Desa 89
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 2

Penataan Desa

kan menjadi Desa, tetapi harus m dahulu. Pada saat Desa C masih m status
Desa A dan Desa B masih t dihapus? Diperlukan ketentuan le dalam
implementasinya kemudian.

Pembentukan Desa di Kawasan yang Bersifat Khusus dan Strategis

2.6.3.1 Pengantar

Pembentukan Desa di kawasan ya strategis diatur pada pasal 813. yang


mengatur tentang persyarata bersifat pembentukan, maka penya pankan,
sehingga pembahasan pemb runut.

Pasal 13 ini tidak menjelaskan untuk membentuk desa yang berada khusus
dan strategis, maka pers desa di kawasan yang bersifat khu dimaksud pada
pasal 13 ini menga mengatur persyaratan pembentukan

2.6.3.2 Pasal

Pasal 13

Pemerintah memprakarsai pembentuka bersifat khusus dan strategis bagi

Penjelasan

90 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2

Penataan Desa

Yang dimaksud dengan kawasan yang bersifat khusus dan strategis seperti kawasan
terluar dalam wilayah perbatasan antarnegara, program transmigrasi, dan program
lain yang dianggap strategis.

2.6.3.3 Pembahasan di DPR

Klausul ini terdapat dalam RUU merintah. Sebagian besar fraksi Hanya
FPPP yang mengusulkan perl tukan desa yang diprakarsai oleh gaimana
dimaksud adalah: a) adan masyarakat; b) masyarakat mengaj Kepala Desa
untuk disetujui dala masyarakat yang telah disetujui kan oleh Kepala Desa
kepada Peme kota melalui Camat; d) Pemerint mengadakan pengkajian dan
analis pembentukan Desa sebagaimana dim Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota jian dan analisis sebagaimana di jukan Rancangan
Peraturan Daerah Kepada DPRD Kabupaten/Kota guna bersama.

2.6.3.4 Tanggapan

Jika dalam persyaratannya, kla khususan, tidak demikian dalam m


Mekanisme pembentukan desa kawas ngikuti ketentuan umum sebagaima
17. Namun demikian,aturUUsecarainitidakspe

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 91
Klaster 2

Penataan Desa

tang mekanisme pembentukan desa Oleh karena itu, tidak jelas pu sebagai
acuan penetapannya. Jika pembentukan desa ditetapkan deng Ketiadaan
aturan tentang mekanis memberikan diskresi bagi pemerin

Diskresi tersebut makin luas s batasan yang jelas tentang apa y bersifat
khusus dan strategis b merintah dapat memberikan penafs kawasan yang
bersifat khusus dan gian penjelasan klausul ini han batasan.

Diskresi pemerintah yang relat dikelola dengan baik agar dalam


diselaraskan dengan aspirasi mas

2.6.4 Penghapusan Desa 2.6.4.1 Pengantar

Klausul ini mengatur tentang Pe kan rumusannya, penghapusan desa mui


salah satu atau dua alasan, dan/atau 2) kepentingan program kanismenya
sendiri mengacu pada tur dalam Pasal 14-17. Mengacu p tif penghapusan
desa masih tetap kabupaten/kota melalui penyusuna

92 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2

Penataan Desa

2.6.4.2 Pasal

Pasal 9

Desa dapat dihapus karena bencana program nasional yang strategis.

Penjelasan

Yang dimaksud dengan program nasional yang strategis adalah antara lain
program pembuatan waduk atau bendungan yang meliputi seluruh wilayah Desa.

2.6.4.3 Pembahasan di DPR

Dalam RUU usulan Pemerintah, ya hapusan desa adalah tindakan pen


Selanjutnya dinyatakan, desa yan bagaimana dicantumkan dalam pers
(Pasal
5
8. ayat 3)

Pasal 8 ayat (3) Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat:
batas usia Desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung sejak pembentukan;

jumlah penduduk, yaitu: (1) wilayah Jawa paling sedikit 6.000 (enam ribu) jiwa atau 1.200 (seribu dua
ratus) kepala keluarga; (2) wilayah Bali paling sedikit 5.000 (lima ribu) jiwa atau 1.000 (seribu) kepala
keluarga; (3) wilayah Sumate-ra paling sedikit 4.000 (empat ribu) jiwa atau 800 (delapan ratus) kepala
keluar-ga; (4) wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara paling sedikit 3.000 (tiga ribu) jiwa atau
600 (enam ratus) kepala keluarga; (5) wilayah Nusa Tenggara Barat paling sedikit 2.500 (dua ribu lima
ratus) jiwa atau 500 (lima ratus) kepa-la keluarga; (6) wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Kalimantan Selatan paling sedikit 2.000 (dua ribu) jiwa atau 400
(empat ratus) kepala keluarga; (7) wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
dan Kalimantan Utara paling sedikit 1.500 (seribu lima ratus) jiwa atau 300 (tiga ratus) kepala keluarga;
(8) wilayah Nusa Ten-ggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara paling sedikit 1.000 (seribu) jiwa atau
200 (dua ratus) kepala keluarga; dan 9) wilayah Papua dan Papua Barat paling sedikit 500 (lima ratus)
jiwa atau 100 (seratus) kepala keluarga.
Desa 93
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 2

Penataan Desa

Fraksi-fraksi di DPR tidak mem rumusan Pemerintah ini. Sebagaim seluruh


fraksi sepakat dengan ru Namun demikian, setelah disahkan lang dan
diganti dengan rumusan Rumusan sebagaimana tercantum da sil
keputusan rapat Timus tangga

Dengan rumusan sebagaimana yan maka klausul ini tidak dapat dij status
desa yang telah ada sebel menuhi persyaratan pembentukan d ini, maka
desa hanya dapat dihap atau dua dari hal sebagaimana di

2.6.4.4 Tanggapan

Klausul ini masih kurang spesi terhadap terjadinya prosesBencanaalam


pengh itu sendiri semestinya tidak serta merta menyebabkan suatu
desa dapat dihapus. Namun, dampak dari bencana alam yang
menyebabkan hilangnya wilayah desa secara permanenlah semestinya
yang dapat dijadikan alasan bagi penghapusan

wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antarwilayah;

sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat sesuai dengan adat
istiadat Desa;
memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
ekonomi pendukung;
batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta Desa yang telah ditetapkan dalam
peraturan Bupati/ Walikota;
sarana dan prasarana bagi Pemerintahan Desa dan pelayanan publik; dan h. tersedianya dana
operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan lainnya bagi perangkat Pemerintah Desa sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
94 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2

Penataan Desa

desa. Misalnya, desa yang terendam a rena tsunami. Namun desa yang ter
nah longsor atautidakbanjirsetabandangmerta d sepanjang desa tersebut
dapat dir

Kedua, alasan tentang program n memberikan diskresi yang relatif ini


karena tidak ada batasan ya sional yang dimaksud. Pada bagia disebutkan
salah satu bentuk pro yaitu waduk atau bendungan. Penj membatasi apa
yang dimaksud deng strategis tersebut.

Dalam kaitan dengan penghapusa lanjut tentang kompensasi bagi w


Kompensasi semestinya tidak hany secara personal. Kompensasi yang
kukan secara kolektif kepada sel penempatan lokasi baru untuk di Relokasi
secara kolektif ini dih kesatuan masyarakat yang selama pertahankan
kohesi di antara mer

2.6.5 Penggabungan Desa 2.6.5.1 Pengantar

Mengacu pada pasal 8 ayat 1, p kan bagian dari pembentukan desa. an desa
diatur khusus dalam pasa persyaratan sebagaimana dimaksud pada
persyaratan sebagaimana din
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 95
Klaster 2

Penataan Desa

2.6.5.2 Pasal

Pasal 10

Dua Desa atau lebih yang berbatasan baru berdasarkan kesepakatan Desa
memperhatikan persyaratan yang di Undang ini.

Penjelasan

Cukup jelas.

2.6.5.3 Pembahasan di DPR

Terkait dengan penggabungan des rintah memiliki rumusan, bahwa p kan


dengan ketentuan: (a) dua des an dalam satu kecamatan dapat d
berdasarkan kesepakatan desa yan desa atau lebih yang berdampinga desa
berdasarkan kesepakatan des

Mengacu pada DIM, sebagian frak ini. Pada pembahasan di tingkat


dipersoalkan. Namun dalam draf R gal 12 September 2013, rumusan b

Penggabungan atau pemekaran atas prakarsa dan kesepakatan a

Pemerintah Daerah Kabupaten/ naan penggabungan atau pemekar sud


pada ayat (1) .

Rumusan yang disepakati pada a tentang desa saja karena pengat


96 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2

Penataan Desa

adat diatur pada bab lain UU Des menambahkan ketentuan persyarata


desa.

2.6.5.4 Tanggapan

Secara substansi, penggabungan dari pembentukan desa sebagaiman bab,


pada penjelasan tentang pe bahwa yang dimaksud dengan pembe adalah
penggabungan desa. Oleh k mana dimaksud
padaklausulrumusaniidalammeng persyaratan yang diatur pada pas

Mengacu pada rumusan ini, poin an desa adalah kesepakatan desa


demikian tidak ada ketentuan leb tang mekanisme kesepakatan dimak apa
kesepakatan tersebut ditetap UU Desa, bahwa salah satu fungsi (BPD)
adalah menampung dan menya kat Desa. Sehingga, dalam kontek untuk
menggabungmekanismediri kesepakamaka kemungkinan bisa dilakukan
adal syawarah BPD antar Desa.

Terkait dengan mekanisme, pengg kaidah sebagaimana diatur pasal 1


tersebut, penetapan penggabungan Kabupaten/Kota.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 97
Klaster 2

Penataan Desa

2.6.6 Perubahan Status 2.6.6.1 Pengantar

Pengaturan tentang perubahan s yaitu: (1) perubahan status desa dan (2)
perubahan kelurahan menj nisme penetapannya, sebagaimana kan dengan
Perda Kabupaten/Kota.

2.6.6.2 Pasal

Pasal 11

Desa dapat berubah status men prakarsa Pemerintah Desa dan Bada melalui
Musyawarah Desa dengan me pendapat masyarakat Desa.

Seluruh barang milik Desa dan berubah menjadi kelurahan sebagai

menjadi kekayaan/aset Pemeri Kota yang digunakan untuk menin masyarakat di


kelurahan tersebut dibebankan pada Anggaran Pendapa Kabupaten/Kota.

Penjelasan

Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)


Yang dimaksud dengan menjadi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten/Kota adalah termasuk untuk memberikan dana purnatugas (pesangon)
bagi Kepala Desa dan perangkat Desa yang diberhentikan sebagai akibat perubahan
status Desa menjadi kelurahan.
98 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2

Penataan Desa

Pasal 12

Pemerintah Daerah Kabupaten/Ko kelurahan menjadi Desa berdasarka memenuhi


persyaratan yang ditentu tuan peraturan perundang-undangan

Kelurahan yang berubah status sarana menjadi milik Desa dan di sangkutan untuk
kepentingan masya

Pendanaan perubahan status kel sud pada ayat (1) dibebankan pada Belanja
Daerah Kabupaten/Kota.

Penjelasan

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan mengubah status kelurahan menjadi Desa adalah


perubahan status kelurahan menjadi Desa atau kelurahan sebagian menjadi Desa
dan sebagian tetap menjadi kelurahan. Hal tersebut dilakukan dalam jangka waktu
tertentu untuk menyesuaikan adanya kelurahan yang kehidupan masyarakatnya
masih bersifat perdesaan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

2.6.6.3 Pembahasan di DPR

Mengacu pada RUU yang diajukan sud dengan perubahan status adal
kelurahan, sedangkan perubahan k but sebagai penyesuaian kelurah
Terhadap perubahan desa menjadi merintah mengajukan syarat sebag
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 99
Klaster 2

Penataan Desa

luas wilayah tidak berubah;

jumlah penduduk:

Jawa dan Bali paling sedik pala keluarga;

Luar Jawa dan Bali paling kepala keluarga;

prasarana dan sarana pemeri

potensi ekonomi berupa jen produksi serta keanekaragaman

kondisi sosial budaya masyar sekurang-kurangnya 70% (tujuh duknya


mempunyai mata pencahar

meningkatnya volume pelayan

memiliki batas kelurahan ya batas kelurahan; dan

tersedianya dana dari angga daerah kabupaten/kota untuk p raan


kelurahan.

Persyaratan poinperhatiamendapatHary Pri Kementerian Pertanian pada


rapat Menurut Hary, ketentuan mengenai mempunyai mata pencaharia non
p pada kriteria yang jelas. Menuru mata hanya bercocok tanam. Dalam
lahan produk-produk pertanian ju gai mata pencaharian pertanian. dengan
klausul semacam itu menj yang tidak bercocok tanam termas rian non-
pertanian?

100 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2

Penataan Desa

Lebih lanjut Harry menyampaikan

Oleh sebab itu kami mohon kiran sajalah, karena pemahaman pertan nya ini
seolah-olah bukan kegiat dia bakulan, komoditi pertanian, nanas menjadi
dodol, bukankah it

Sedangkan terkait dengan persya harian, perwakilan dari Relawan ra,


Suryokoco Suryoputro, pada R kan bahwa perlu ada satu kesepah kota itu
apa. Menurutnya, mata p di penting untuk menjadi acuan s desa atau
bukan.

Lebih lanjut Suryokoco menyampa

Ketika kemudian akan menjadi k bahwa minimal mereka sudah tidak tani atau
buruh tani atau apapun menjadi kelurahan, sehingga itu administratif dan
seterusnya. Ol tuk pembentukan desa, saya pikir kami usulkan untuk sekurang-
kura mata pencaharian pertanian.

Sedangkan dalam DIM sebenarnya memberikan tanggapan terhadap pe ini.


Namun demikian pada UU yang tidak ada lagi. Sehingga secara khusus
dalam perubahan desa menj prakarsa Pemerintah Desa dan BPD Mengacu
pada proses pembahasan, sis terkait dengan perubahan ini

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 101
Klaster 2

Penataan Desa

Terkait dengan perubahan statu RUU Pemerintah tidak merumuskan tan. Di


sana hanya dinyatakan ba han menjadi desa dilaksanakan be kat dan
memenuhi karakteristik p Fraksi-fraksi di DPR dalam DIM y sepakat
dengan rumusan usulan Pe kian terdapat perubahan substans lah disahkan.
Rumusan dalam UU y pasti, karena persyaratan didasa perundang-
undangan.

2.6.6.4 Tanggapan

Mengacu pada rumusandan 12padainipasalada daan prinsip antara


perubahan st dan perubahan status kelurahan m status yang pertama, basis
pelak merintah Desa dan BPD melalui6. Mu Ketentuan ini secara tersirat m
kewenangan untuk mengubah status miliki Desa. Dari prakarsa inila
mekanisme sebagaimana diatur dal dangkan pada perubahan status ya
basis pelaksanaannya berdasar pa paten/Kota. Dari rumusan ini tam

Ketentuan Umum Undang-Undang Desa:


Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan
Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh
Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
102 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2

Penataan Desa

wilayah administrasi perpanjanga miliki kewenangan untuk melakuka


mengacu pada kedua pasal ini (11 tentang perbedaan kedudukan dan dan
kelurahan.

Perbedaan lain, pada perubahan an tidak diatur tentang kriteria.


Sedangkan pada perubahan status dapat persyaratan yang ditentuka
undangan. Perbedaan rumusan ini mengubah status desa menjadi kel
dingkan dengan sebaliknya.

2.7 Mekanisme Penataan Desa

2.7.1 Pengantar

Bagian ini merupakan pasal-pas tang prosedur atau mekanisme pen 14


menguraikan tentang ruang lin desa yang diatur dengan mekanism
penataan desa sebagaimana dimaks desa), pasal 9 (penghapusan des desa),
pasal 11 (perubahahan des sal 12 (perubahan kelurahan menj pada
kawasan khusus sebagaimana rada di luar ketentuan tentang m

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 103
Klaster 2

Penataan Desa

2.7.2 Pasal

Pasal 14

Pembentukan, penghapusan, penggabun status Desa menjadi kelurahan sebag 8,


Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Daerah.

Penjelasan

Cukup jelas.

Pasal 15

Rancangan Peraturan Daerah ten pusan, penggabungan, dan/atau per jadi


kelurahan atau kelurahan men maksud dalam Pasal 14 yang telah bersama
Bupati/Walikota dengan D Daerah diajukan kepada Gubernur.

Gubernur melakukan evaluasi Ra tentang pembentukan, penghapusan atau


perubahan status Desa menjad menjadi Desa sebagaimana dimaksud urgensi,
kepentingan nasional, ke masyarakat Desa, dan/atau peratur

Penjelasan

Cukup Jelas

Pasal 16

(1) Gubernur menyatakan persetujua raturan Daerah sebagaimana dimaks lama 20


(dua puluh) hari setelah ran Daerah.
104 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2

Penataan Desa

. (2) Dalam hal Gubernur memberikan Peraturan Daerah sebagaimana dima


rintah Daerah Kabupaten/Kota mel dan penetapan menjadi Peraturan D puluh)
hari

Dalam hal Gubernur menolak mem dap Rancangan Peraturan Daerah se ayat (1),
Rancangan Peraturan Dae sahkan dan tidakkembdapatli daldiajukmwanktu
tahun setelah penolakan oleh Gube

Dalam hal Gubernur tidak membe memberikan penolakan terhadap Ran yang
dimaksud dalam Pasal 15 dal mana dimaksud pada ayat (1), Bupa sahkan
Rancangan Peraturan Daerah daerah mengundangkannya dalam Lem

Dalam hal Bupati/Walikota tida raturan Daerah yang telah disetuj Peraturan
Daerah tersebut dalam j hari setelah tanggal persetujuan dengan sendirinya.

Penjelasan

Cukup jelas

Pasal 17

Peraturan Daerah Kabupaten/Kot penghapusan, penggabungan, dan p menjadi


kelurahan atau kelurahan setelah mendapat nomor registras Desa dari Menteri.

Peraturan Daerah Kabupaten/Kot pada ayat (1) disertai lampiran p

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 105
Klaster 2

Penataan Desa

Penjelasan

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Pembuatan peta batas wilayah Desa harus menyertakan instansi teknis terkait.

2.7.3 Pembahasan di DPR

Pemerintah mengusulkan agar ke tang penataan desa diatur dengan fraksi


DPR menyepakati usulan in rapat pembahasan,entangketpentuataant des
untuk dimasukkan ke dalam klausu hasan rapat Timus hingga 3 Oktob
rumusan tentang mekanisme penata mana dimaksud secara substansi s
disahkan menjadi UU. Perbedaanny ini memasukkan perubahan status

Dalam merumuskan klausul mekan ini, Timus mengadopsi rumusan pa


tentang Evaluasi Rancangan Perat Kepala Daerah tentang APBD, Peru
gungjawaban Pelaksanaan APBD.

2.7.4 Tanggapan

Mekanisme yang diatur dalam Pa menggambarkan proses penetapan d


pemerintah kabupaten/kota, pemer
106 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 2

Penataan Desa

tah pusat. Jika mengacu pada kla desa akan terkoordinasikan antar rah,
baik terkait dengan prosedu jalankan sebelumnya, sebagaimana mendagri,
proses pemekaran desa terkendali. Pemerintah daerah ti pemekaran
kepada Kemendagri, se mengetahui data desa yang dimeka karan juga tidak
mendapatkan

7
. kod

Penutup

UU Desa telah mengatur secara Bab III yang berjumlah 11 pasal rapa tema
dan sub tema yang terdi Subyek Penataan Desa; 2) Evaluas 3) Tujuan
Penataan Desa; 4) Ruan Prasyarat dalam Penataan Desa; d Desa.
Pengaturan ini telah memp pembangunan, dimana desa pemerin dengan
masyarakat diharapkan ban bagi masyarakatnya.

Proses penataan desa harus berd dilakukan oleh pemerintah diata dalam
rumusan pasal 7 ayat (1) . sebagai landasan dalam melakukan ti,: (a)
pembentukan desa; (b) P yang bersifat khusus dan strateg
http://old.setkab.go.id/berita-5485-hingga-oktober-2014-pemerintah-stop-pemekaran-desa-
kelurahan-dan-kecamatan.html diakses pada 28 Maret 2015
Desa 107
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 2

Penataan Desa

(d) penggabungan desa; dan (e) p diharapkan dapat mempercepat pro


sebagaimana diharapkan oleh pasa tentang tujuan dari pengaturan d

Beberapa rumusan pasal dalam kl debatan saat pembahasan di DPR. pasal


yang ada, pemerintah perlu evaluasi untuk melakukan penataa kan bagi
pelaksana UU ini dalam ningkatkan kesejahteraan masyara

108 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Penyelenggaraan

Pemerintahan Desa dan Peraturan


Desa

Pendahuluan

Pemerintahan dalam pengertian aktivitas, tugas, fungsi, mdan- ke baga


yang berwenang mengelola da pemerintahan negara untuk mencap
merintahan di Indonesiapusat,mulaiprovida kabupaten/kota sampai desa.
Dala Indonesia, sistem pemerintahan d lewat UU No. 5 Tahun 1979 tentan
dalam UU No. 32 Tahun 2004 tenta

Desa dengan segenap atribut pe na yang berhadapan langsung den desa


adalah sentra kekuasaan pol lewat Kepala Desadan perangkatny juga
sangat penting, mengingat m tinggal di pedesaan.

Pada prakteknya sistem pemerin tidak seragam. Adanya gampong di Barat,


marga di Palembang, dan b warna lain pemerintahan desa. Up
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 109
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

nya membuat desa tidak mandiri. tah dan DPR berupaya mengembalik
pengakuan terhadap Desa berdasar Desa (UU No. 6 Tahun 2014), mate
terutama diatur pada pasal 23-66

3.2 Lingkup dan Asas

3.2.1 Pengantar

Dalam konsepsi UU No. 32 Tahun pemerintahan Desa adalah bagian


bupaten/kota. Namun UU itu dan UU penjelasan apa sebenarnya yang di
Desa. Hal berbeda terlihat dari de inisi tentang pemerintahan De sarnya
lebih merujuk pada organ, lebih merujuk1Pemerintahanpadafungsi.Desa
me regulasi/kebijakan, fungsi pelaya

Undang-Undang Desa memperjelas pemerintahan


Desaprinsip/nilaiyangmenjadalai garaan urusan pemerintahan Desa. pasal
berbeda yang terdapat dala raan Pemerintahan Desa. Banyakny tang
pemerintah Desa dapat dipah menjadi representasi penyelenggatop-

down) sekaligus menjembatani kepen patbottom( up).

1
Bhenyamin Hossein. Op.cit.
110 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

3.2.2 Pasal

Pasal 1 angka 2

Pemerintahan Desa adalah penyelengg dan kepentingan masyarakat setempat


Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Penjelasan

Cukup jelas

Pasal 1 angka 3

Pemerintah Desa adalah Kepala Desa nama lain dibantu Perangkat Desa s
pemerintahan desa.

Penjelasan

Cukup jelas

Penyelenggaraan pemerintahan De liputi Desa dan Desa Adat. Pemer atau


dengan sebutan lain dan pera nai lingkup dan asas dirumuskan d

Pasal 23

Pemerintahan desa diselenggarakan o

Penjelasan

Cukup jelas

Pasal 24 Penyelenggaraan pemerintahan desa b

Kepastian hukum;
Tertib penyelenggaraan pemerinta

Tertib kepentingan umum;


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 111
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Keterbukaan;

Proporsionalitas

Profesionalitas

Akuntabilitas

Efektivitas dan e isiensi

Kearifan lokal;

Keberagaman; dan

Partisipatif.

Penjelasan

Kepastian hukum; yaitu asas dalam negara hukum yang mengu-


tamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan
keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan pemerin-tahan
desa.

Tertib penyelenggaraan pemerintahan; yaitu asas yang menjadi


landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pen-
gendalian penyelenggara pemerintahan desa.

Tertib kepentingan umum; yaitu asas yang mendahulukan kesejahte-raan


umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.

Keterbukaan; yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masya-


rakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan desa den-gan
tetap memperhatikan ketentuan peraturan peraturan perun-dang-
undangan.

Proporsionalitas; yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan


antara hak dan kewajiban penyelenggaraan pemerintahan desa.

Profesionalitas; yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang


berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-un-
dangan.

Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegia-tan


dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai
peraturan perundang-undangan.

Efektivitas dan e isiensi. Efektif berarti setiap kegiatan yang di-


laksanakan harus berhasil mencapai tujuan yang diinginkan ma-
syarakat desa. E isien berarti setiap kegiatan yang dilaksanakan
harus tepat sesuai dengan rencana dan tujuan.
112 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Kearifan lokal; mengandung arti bahwa dalam penetapan kebi-jakan harus


memperhatikan kebutuhan dan kepentingan masya-rakat desa.

Keberagaman; berarti penyelenggaraan pemerintahan desa ti-dak boleh


mendiskriminasi kelompok tertentu.

Partisipatif; berarti penyelenggaraan pemerintahan desa mengi-kutsertakan


kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa.

Pasal 25

Pemerintah desa sebagaimana dimaks Kepala Desaatau yang disebut dengan oleh
perangkat desa atau yang diseb

Penjelasan

Penyebutan nama lain untuk Kepala Desa dan perangkat desa dapat menggunakan
penyebutan di daerah masing-masing.

Konstruksi pemerintahan Desa ya adalah konstruksiabungan.


UmumPenjelasgUnddang-Un ini menyebutkanas: Dengansecarasi
tegkomeabungstrukgg-kan fungsiself-governing community denganlocalself
govern-
ment, diharapkan kesatuan masyarak ma ini merupakan bagian dari wil
rupa menjadi desa dan desa adat

3.2.2 Pembahasan Di DPR

Argumentasi pengaturan tentang asas-asasnya dirumuskan panjang demik


RUU Desa. Disebutkan antar miniatur negara Indonesia menjad bagi relasi
antara masyarakat de rangkat Desa). Pemerintahan Desa

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 113
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

birokrasi yang sederhana. Birokr perangkat desa membantu Kepala urusan


pemerintahan, pembangunan

Saat menyampaikan Keterangan Pe 2 April 2012, Menteri Dalam Nege


diatur dalam penyelenggaraan pem mengatakan:

Substansi mengenai penyelenggara pemerintahan desa dalam regulasi ini meliputi


pengaturan mengenai struktur organisa-si dan tata kerja pemerintah desa, tugas,
wewenang, hak dan kewajiban Kepala Desa; larangan bagi Kepala Desa; pemberhen-
tian dan pemilihan Kepala Desa, tindakan penyidikan terhadap Kepala Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa.

Pemerintahan desa menjadi sala perhatian utama bagi DPR/DPD saa mini
atas naskah RUU tentang De pembahasan bersama, pertanyaan p oleh
Ketua Pansus RUU Desa kepad kedudukan desa di hadapan negara

DPR/DPD menginginkan pemerinta bagai implikasi pengaturan diri Jack


Ospara menegaskan:

Pemerintahan desa yang kuat bukan dalam pengertian bentuk pemerintahan


yang otokratis (misalnya dengan masa jabatan yang terlalu lama), namun
bentuk pemerintahan desa dengan tata pemerintahan yang demokratis yang
dikontrol (check and balances) oleh institusi lokal seperti Badan Perwakilan
Desa/Ba-dan Musyawarah serta elemen masyarakat setempat.
Para pembentuk UU Desa menging yang modern dan pengelolaannya p
114 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

tetap mempertahankan nilai-nilai dangan Fraksi PPP seperti disamp


sentasikan harapan itu:

Dalam pandangan Fraksi PPP, sebagaimana draft RUU Desa bahwa tujuan
pengaturan dalam RUU tersebut mencakup 5 (lima) hal yaitukedua, keinginan
membentuk pemerintan desa yang modern, yaitu profesional, e isien dan efektif,
terbuka dan bertanggung jawab. Pada sisi lain, desa tetap memelihara sistem
nilai lokal tetapi di sisi lainnya desa harus mampu mengikuti arah
perkembangan zaman.

Mengenai asas penyelenggaraan p RUU antara lain


merumuskanDalampelaksanaantugas-bahwa nya, pemerintah desa
berpedoman pada asas umum penyelengga-
raan negara yaitu kepastian hukum, tert ra, kepentingan umum,
keterbukaan-litas, akuntabilitas, e isiensi,ni telah berkembang dari tujuh
asas yang d yaitu asas kepastian hukum, tert kaan, profesionalitas,
akuntabilis.

Rasio pengaturan asas penyeleng raikan dalam Naskah Akademik, ya

Sebagai konsekuensi pilihan desa yang beragam, maka penga-turan tentang


kelembagaan dan penyelenggaraan pemerinta-han desa dibuat beragam juga
pilihannya. Namun demikian UU ini perlu merumuskan standar norma yang bisa
dipakai sebagai acuan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.

Tanggapan

UU Desa mengatur dan membedakan (pasal 3) dan asas penyelenggara


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 115
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

disebutkan dalam Naskah Akademik merintahan Desa dibuat sebagai s kai


dalam iklim keberagaman peny desa. Prinsip keberagaman itu me
pengaturan desa maupun penyeleng meskipun dalam konteks berbeda.
keberagaman itu mengandung arti matan terhadap sistem nilai yang tetapi
dengan tetap mengindahkan kehidupan berbangsa dan bernegar
lenggaraan pemerintahan Desa, ke arti penyelenggaraan pemerintaha
diskriminasi kelompok masyarakat

Konsep keberagaman dalam penye an Desa bisa ditarik ke dalam l 27 ayat


(1) UUD 1945 menyebutkan samaan kedudukannya di dalam huk wajib
menjunjung hukum dan pemer ada kecualinya. Larangan melaku mudian
dituangkan antara lain da tentang Hak Asasi Manusia, dan U Penghapusan
Diskriminasi Ras dan

Pada tataran normatif, larangan penyelenggaraan pemerintahan Des


tentuan yang memungkinkan setiap jadi atau
memilihasalpemerintah68UUDesaDes sejumlah norma yang memberi hak
untuk memperoleh pelayanan yang menyampaikan saran dan berpartis
formasi mengenai penyelenggaraan

116 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pengaturan hak-hak masyarakat d turan kaedah norma bagi pemerint


sudkan agar terselenggara tata p Demi mencapai tujuan itu, penyel harus
didasarkan pada asas-asas umum. Undang-Undang ini hanya me asas-asas
penyelenggaraan pemeri faktanya, baik dalam doktrin mau umum
pemerintahan yang 2baik itu

Sebagian besar dari asas terseb dalam UU No. 32/2004. Hanya asas gaman,
dan asas partisipatif yan Desa. Kearifan lokal mengandung kebijakan harus
memperhatikan ke masyarakat Desa. Evaluasi Peratur Desa, dan pemberian
wewenang dan nya ditujukan untuk kepentingan Desa. Sedangkan asas
partisipasi raturan perundang-undangan.

Sebagai pengakuan terhadap prin mengizinkan Desa menggunakan seb


sesuai dengan bahasa dan adat is tentu bisa saja menggunakan sebu yang
bersangkutan tetap sebagai ayat (2) UU Desa sudah menegask berlaku juga
untuk desa adat sep tentuan khusus tentang desa adat

Lihat Safri Nugraha dkk. Hukum Administrasi Negara. Depok: Center for Law and Good
Governance Studies (CLGS), 2007, hal. 52-76.
Desa 117
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

tahan Desa, UU Desa sudah mengga desa tetap dalam bingkai Negara
(NKRI). Bingkai ini dirumuskan sumpah para penyelenggara pemeri

Adapun karakter atau sifat peme dituju lewat pengaturan UU Desa gan
berikut.

Profesional

Bertanggung
Pemerintah
Efesien dan
Jawab
Desa
Efek f

Terbuka

Sumber:

Dirangkumdari Penjelasan Umum UU Desa

Konstruksi pemerintahan desa y adalah konstruksi gabungan, yakn bat


pertarungan pandangan antara mengenai basis konstitusional ya meminta
Pasal 18B ayat (2) yang legasi Pemerintah menginginkan P yang
didahulukan. Jika Pasal 18B bobot desa sebagai komunitas aka jika Pasal 18
ayat (7) yang dida

118 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

bordinasi pemerintahan kabupaten Konstruksi gabungan ini dapat di UU


Desa: Dengan konstruksiself-gover- meng ning community denganlocalself
government, diharapkan tuan masyarakat hukum adat yang s dari wilayah
desa ditata sedemik adat3.

3.3 Kepala Desa

3.3.1 Pengantar

Kepala Desa adalah salah satu rintah desa. Unsur lain adalah P setidaknya
ada 22 pasal yang men dengan beragam aspek yang diatur dan wewenang
Kepala Desa; (ii) a larangan bagi Kepala Desa (iv) p pemberhentian Kepala
Desa.

Kepala Desa adalah organ utama memiliki tugas dan, hak, dan wew kan
dalam Pasal 26 ayat (1),. aya Tema ini akan menjelaskan, satu dengan
Kepala Desa.

Bito Wikantosa,Catatan Terhadap Dokumen Naskah Anotasi Hukum UU Desa tentang


Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, dalam FGD di Kantor PATTIRO Jakarta.
Desa 119
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

3.3.2 Tugas, Hak, dan Wewenang 3.3.2.1 Pengantar

Secara eksplisit Pasal 26 ayat maKepala Desayaitu: (i) Menyelen (ii)


Melaksanakan pembangunan de binaan masyarakat desa; dan, (iv desa.
Dengan tugas yang diberika membawa desa ke arah yang dihara

3.3.2.3 Pasal

Pasal 26

Ayat (1)

Kepala Desa bertugas menyelenggar melaksanakan pembangunan desa, pem desa,


dan pemberdayaan masyarakat d

Penjelasan

Cukup jelas

Ayat (2)

Dalam melaksanakan tugas sebagaiman Kepala Desa berwenang:

Memimpin penyelenggaraan pemeri

Mengangkat dan memberhentikan K

Memegang kekuasaaan pengelolaan

Menetapkan peraturan desa.

Menetapkan anggaran dan pendapa


Membina kehidupan masyarakat de

Membina ketentramana dan ketert

Membina dan meningkatkan pereko tegrasikannya agar mencapai skala sarnya


kemakmuran desa.

Mengembangkan sumber pendapatan


120 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Mengusulkan dan menerima pelim negara guna meningkatkan kesejaht

Mengembangkan kehidupan sosial

Memanfaatkan teknologi tepat gu

Mengoordinasikan pembangunan des

Mewakili desa di dalam dan di l kuasa hukum untuk mewakilinya sesu turan
perundang-undangan;

Melaksanakan wewenang lain yang peraturan perundang-undangan.

Penjelasan

Cukup jelas

Ayat (3)

Dalam melaksanakan tugas sebagaiman Kepala Desa berhak:

Mengusulkan struktur organisasi Desa.

Mengajukan rancangan dan meneta

Menerima penghasilan tetap- seti rimaan lainnya yang sah, serta me

Mendapatkan perlindungan hukum nakan; dan

Memberikan mandat pelaksanaan t kepada perangkat desa.

Penjelasan

Semua cukup Jelas kecuali Huruf c. Jaminan kesehatan yang diberikan


kepadaKepala Desadiintegrasikan dengan jaminan pelayanan yang dilakukan oleh
pemerintah pusat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 121
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Ayat (4)

Dalam melaksanakan tugas sebagaiman Kepala Desa berkewajiban:

Memegang teguh mengamalkan Pa Undang-undang Dasar negara Republ serta


mempertahankan dan memelih Kesatuan Republik Indonesia, dan

Meningkatkan kesejahteraan masy

Memelihara ketentraman dan kete

Menaati dan menegakkan peratura

Melaksanakan kehidupan demokras

Melaksanakan prinsip tata pemer transparan, profesional, efektifas

dari kolusi, korupsi, dan nepotis

Menjalin kerjasama dan koordina kepentingan di desa;

Menyelenggarakan administrasi P

Mengelola keuangan dan aset des

Melaksanakan urusan pemerintaha desa;

Menyelesaikan perselisihan masy

Mengembangkan perekonomian masy

Membina dan melestarikan nilai desa;

Memberdayakan masyarakat dan le Desa;

Mengembangkan potensi sumber da lingkungan hidup; dan memberikan rakat


Desa; dan

Memberikan informasi kepada mas

Penjelasan

Cukup jelas

122 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

3.3.2.3 Pembahasan di DPR

Pembahasan tentang Kepala Desa Naskah Akademik RUU Desa. Disebu mik,
desa menjadi arena politik syarakat dengan perangkat desa y asaan. Karena
desa menjadi sentr Kepala Desa merupakan personi ik rintah desa. Tugas
penting pemer pelayanan administratif (surat-m

Di dalam DIM (Oktober 2012), pe suk dalam Bagian Pemerintahan De sal


22-40). Pengaturan tentang p hentian Kepala Desa, BPD, dan Mu Bab
tersendiri. Akan tetapi dala rintahan Desa menjadi 42 pasal y turan tentang
pemilihan Kepala Desa, BPD, dan Musyawarah Desa d Penyelenggaraan
Pemerintah Desa.

Dalam proses pembahasan RUU di Kepala Desa tidak banyak mengal hanya
berkisar pada penggantian sal, dan ada sedikit usulan pena debatan yang
cukup signi ikan da oleh fraksi-fraksi. Hanya ada be perdebatan, yaitu:

a)Wewenang Kepala Desa mengangkat dan memberhen-

tikan perangkat desa (pasal 26 ayat (2) huruf c). Dalam rumusan RUU,
mengangkat dan mem desa menjadi hak Kepala Desa, b Akan tetapi, dalam
UU ini hak K
Desa 123
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

pengangkatan dan pemberhentian mat. Perdebatan masalah ini ada dan


pengangkatan perangkat desa Camat? Sebagian besar fraksi se takan
pengangkatan dan pemberhe ruslah menjadi hak mutlak dari pala Desa
dapat memilih perangk dan mampu bekerjasama. Meskipun bisa
dilepaskan dengan kemungki lam pengangkatan perangkat desa perlunya
dasar hukum yang dipeg ia memberhentikan perangkat des dari
kesewenang-wenangan Kepala rena persoalan perbedaan pendap

Dalam RDPU yang digelar pada

H Anwar Maksum dari Forum Wali rat (Forwana Sumbar) memberika


kewenangan Kepala Desa dalam m hentikan perangkat desa telah Hal ini
jelas bertentangan den self company community yang diakui oleh RUU na
itu, Forwana merekomendasika berhentian perangkat desa menja Desa,
bukan kewenangan Camat b la Desa. Untuk menghindari kes Desa, maka
perlu diatur tata c berhentian perangkat desa melal
b)Wewenang Kepala Desa dalam menetapkan Perdes (pasal

26 ayat (2) huruf d). Di dalam RUU salah s Kepala Desa adalah
menetapkan P
124 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

musyawarahkan bersama dengan BP mengusulkan penetapan Perdes ol


setelah dimusyawarahkan dan di BPD. Alasannya bahwa BPD merupa rakat
desa, maka kebijakan dan rus mendapat persetujuan BPD. tidak masuk.
Akan tetapi pasal fungsi BPD adalah membahas dan Perdes bersama Kepala
Desa.

Pada rapat kerja Pansus tanggal Perwakilan Daerah (DPD) RI memb dalam
Pendapat Mini DPD terhada lunya pengaturan yang memberi baga
kemasyarakatan untuk menye warga. Kewenangan komunitas ter bagai
kewenangan pembinaan kete oleh Desa atau kewenangan peny rakat oleh
Kepala Desa yang me krasi. Hal ini dimaksudkan aga hukum ringan yang
melibatkan wa level komunitas.

3.3.2.4 Tanggapan

Kepala Desa merupakan represen menjadi aktor penting dalam pemb itu,
tugas, wewenang dan tanggu secara detail dalam UU Desa. Sem Kepala
Desa bukan kepanjangan ta sebagai pemimpin masyarakat. Kep dengan
masyarakat, melindungi, m

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 125
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

syarakat. Tugas Kepala Desa buka pemerintahan desa, tetapi ia jug pada
masyarakat desa.

Dilihat dari konstruksi gabunga gaimana disebut dalam Penjelasan


menempati posisi sentral. iniNamunbuk tantangan jika dihubungkan
denga yang dimilikinya. Misalnya, jika antara masyarakat desa dengan p
bagaimana Kepala Desa menempatka kah ia lebih memihak masyarakat

Tugas Kepala Desa dalam UU Desa

(1) disebutkan:KepalaDesabertugas menyelenggarakan peme-rintahan


desa, melaksanakan pembangunan desa, pembinaan ke-masyarakatan desa,
dan pemberdayaan masyarakat desa.

UU Desa ingin membedakan antar dan tanggung jawab Kepala Desa.


pengaturan mengenai tugas, wewen pala Desa diatur secara detail.
22/1999 tentang Pemerintahan Dae tugas dan kewajiban Kepala Desa
101). Di UU No. 22/1999, terdapa pala Desa,
yaitu:penyelenggaraan(1)memimpinpem desa; (2) membina kehidupan
masy perekonomianmemeliharadesa;aman(4)ketentrdantertibke-an
masyarakat desa; 5) mendamaik di desa; dan (6) mewakili desany dilan
dan dapat menunjuk kuasa h pala Desa yang ada dalam UU No. 2 Kepala
Desa dalam UU Desa.

126 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 No. 22/1999 tidak mengatur secar


tentang Kepala Desa TugasPasaldankewa208- me jiban Kepala Desa dalam
memimpin penyelenggaraan pemerin-

tah desa diatur lebih lanjut dengan Perda berdasarkan Peraturan


Pemerintah. Tetapi, pengaturan lebih j kewajiban Kepala Desa dapat dili
tang Desa.

Wewenang Kepala Desa yang ada ayat 2) dapat dibagi dalam empat

a.Fungsi pemerintahan, meliputi: (i) memimp raan pemerintahan Desa; (ii)


me tikan perangkat desa; (iii) me olaan keuangan dan aset desa; tepat
guna; dan (v) mengkordin secara partisipatif. Dua kewena menjadi cara
Kepala Desa dalam ngunan desa yang harus dilakuk memanfaatkan
teknologi tepat gu b.Fungsi regulasi , meliputi (i) menetapka menetapkan
Perdes. Dalam melaks ini, Kepala Desa tidak bisa me dan Perdes.
Pembahasan dan pen bersama dengan BPD (pasal 55 da c.Fungsi ekonomi,
meliputi: (i) mengemba dapatan Desa; dan (ii) mengusul an sebagian
kekayaan negara gun

raan masyarakat Desa.

d.Fungsi sosial, meliputi: (i) membina k Desa; (ii) mengembangkan kehidu


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 127
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

rakat Desa; dan (iii) membina k masyarakat Desa.

Belasan kewenangan Kepala Desa lah mendukung visi UU Desa yang kuat,
maju, mandiri, dan demokra kat yang adil, makmur, dan seja tergantung
dari kinerja Kepala D dapat menggerakkan, memotivasi, kan, dan
melaksanakan pembanguna annya. Oleh karena itu, kapasita seorang
Kepala Desa. Sayangnya, perangkat desa tidak menjadi) per tentang hak
KepaladalamDesamelaksanakandisebutktu-

gas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa berhak: a.


mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa; b.
Mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa; c. Menerima
penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan pene-rimaan lainnya yang
sah, serta mendapat jaminan kesehatan; d. Memberikan mandat
pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada perangkat desa.
Dalam klausul di atas tidak di kapasitas menjadi bagian dari ha rumusan
Naskah Akademik RUU Desa menjadi salah permasalahan dari p Desa.
Selama ini Kepala Desa dan kan pendidikan dan latihan yang- s perti halnya
Pegawai NegeriTiSipil-dak diaturnya peningkatan kapasit Desa, dapat
menjadi hambatan untu karena rendahnya kapasitas Kepala

128 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Mengenai kapasitas ini, Pasal 1 gas kepada Pemerintah, pemerinta


ten/Kota memberdayakan masyaraka meningkatkan kualitas pemerintah
lalui pendidikan, pelatihan, dan

Sutoro Eko (2013) membagi lima (termasuk di dalamnya Kepala Des dalam
rangka membangunPertama, kapasitasotonomi regulasi (mengatur), yaitu
kemam ngatur kehidupan desa beserta is penduduk) dengan Perdes
berdasar masyarakatKedua,setempatkapasitas. ekstraksi, puan
mengumpulkan, mengerahkan, aset desa untuk menopang kebutuh tah dan
warga masyarKetiga,kakpasitadesa.di yaitu kemampuan pemerintah desa
secara seimbang dan merata sesua masyarakatKeempat,desakapasitas.
responsif, puan untuk peka atau memiliki da atau kebutuhan warga
masyarakat sis dalam perencanaanKelima,kebijkapakansi-tas jaringan dan
kerjasama, yait jaringan kerjasama dengan pihak-dukung kapasitas
ekstraksi.

3.3.3 Kewajiban dan Larangan 3.3.3.1 Pengantar

Dalam melaksanakan tugasnya pa tu menyelenggarakan pemerintahan


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 129
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

bangunan desa, pembinaan kemasya dayaan masyarakat desa, Kepala D


hak, dan kewajiban, yang diatur kewenangan diatur pada ayat (2); pada
ayat (3); dan kewajiban dia

Tampaknya pembentuk UU Desa mem jiban kepala desa dalam konteks gas
yang diatur pasal 26 ayat (1 melaksanakan tugas, kewenangan d Karena itu,
kepala desa selain m diatur dalam pasal 26 ayat n(4), sanksinya yang diatur
dalam pasa

3.3.3.2 Pasal

Pasal 27

Dalam melaksanakan tugas, kewenanga gaimana dimaksud dalam Pasal 26, Ke

Menyampaikan laporan penyelengg setiap akhir tahun anggaran kepad

Menyampaikan laporan penyelengg pada akhir masa jabatan kepada Bu

Memberikan laporan keterangan pe secara tertulis kepada Badan Per akhir tahun
anggaran; dan

Memberikan dan/atau menyebarkan pemerintahan secara tertulis kepa akhir


tahun anggaran.

Penjelasan

Cukup jelas

130 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pasal 28

Ayat (1)

Kepala Desa yang tidak melaksanaka dimaksud dalam pasal 26 ayat (4)
administratif berupa teguran lisan

Ayat (2)

Dalam hal sanksi administratif1) seba tidak dilaksanakan, dilakukan tinda dan
dapat dilanjutkan dengan pember

Penjelasan

Cukup jelas

Sebagai kepala pemerintahan des ni sejumlah larangan sebagaimana UU


Desa berikut:
Pasal 29

Kepala Desa dilarang:

Merugikan kepentingan umum

Membuat keputusan yang menguntu keluarga, pihak lain, dan/atau go

Menyalahgunakan wewenang, tugas nya.

Melakukan tindakan diskriminati golongan masyarakat tertentu;

Melakukan tindakan meresahkan s

Melakukan kolusi, korupsi, dan barang, dan/ataujasa dari pihak l keputusan atau
tindakan yang akan

Menjadi pengurus partai politik


Menjadi anggota dan/atau pengur

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 131
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Merangkap jabatan sebagai ketua musyawaratan Desa, anggota Dewan lik


Indonesia, Dewan Perwakilan d Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pr kilan Rakyat
Daerah Kabupaten/Kot tentukan dalam peraturan perundan

Ikut serta dan/atau terlibat da dan/atau pemilihan kepala daerah.

Melanggar sumpah/janji jabatan;

Meninggalkan tugas selama 30 ha alasan yang jelas dan tidak dapat

Penjelasan

Cukup jelas

3.3.3.3 Pembahasan di DPR

Dalam pembahasan pasal ini, te yang menjadi perdebatan terkait

a.Pertanggungjawaban Kepala Desa (Pasal 27 UU Desa).

Dalam RUU tidak disebutkan kepa poran tahunan dan laporan akhi garaan
pemerintah desa disampa huruf o). FPKB mengusulkan lap masyarakat
melalui BPD.

Penyampaian dilakukan melalui komunikasi. FP Hanura mengusul rakyat


dan BPD. Di dalam DIM, a ran penyelenggaraan pemerintaha da
Bupati/Walikota melalui cama

Dalam RapattanggalKerja Pansus11Desember si PPP melalui juru bicaranya


132 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

pala Desa diberikan kewenangan memimpin Desa. Dengan kewenang


maka ada kewajiban Kepala Desa jawabkan penyelenggaraan pemer
walikota. Ini merupakan mekanis transparansi dan akuntabilitas
merintahan Desa.

b.Larangan bagi Kepala Desa (pasal 29). Semua Fraks menyetujui


semua larangan bagi dalam rumusan RUU. Penolakan la terutama
larangan terlibat dala kada, serta larangan menjadi pe datang dari
Kepala Desa. Hal in ses pembahasan RUU oleh Pansus audiensi RUU
Desa tanggal 16 Me Sahim SP mengkritisi larangan kampanye Pemilu.
Menurutnya, wa miliki hak yang sama untuk iku mungkin dilarang
adalah menjadi

Pendapat ini kemudian dijawab Pansus RUU Pemda) di forum yan


dalam UU Pemilu yang baru disah untuk terlibat dalam kampanye
menjadi pengurus partai. Pertim hasan RUU Pemda, bahwa Kepala D
yang lebih strategis dalam mem nesia, sehingga perlu dijamin n

Sebaliknya, PPP masih memperta an bagi Kepala Desa untuk ikut Fraksi
PPP, A. W. Thalib menyat
tentang Desa 133
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Rancangan Undang-Undang ini telah lebih memerinci tugas, wewenang, hak,


kewajiban, larangan, pemberhentian dan re-habilitasi Kepala Desa. Namun F-PPP
tidak bisa memahami klausul mengenai larangan bagi Kepala Desa untuk ikut ser-ta
di dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden dan juga pemilihan kepala
daerah. Juga untuk menjadi pen-gurus partai politik atau pengurus partai politik
lokal. Kami berpendapat larangan ini telah melanggar hak-hak politik warga
negara, karena ketentuan ini sangat diskriminatif, hanya diperuntukkan bagi Kepala
Desa, tetapi tidak berlaku bagi presiden, gubernur, bupati ataupun walikota.

3.3.3.4 Tanggapan

Akuntabilitas Kepala Desa

Pola pertanggungjawaban Kepala bali ke rezim UU No. 22/1999, y tidak


melalui Camat. Dalam UU No kan Kepala Desa bertanggungjawab (Badan
Perwakilan4danmenyampaikanDesa) lapo pelaksanaan tugasnya kepada
Bupat telah memberikan keleluasaaan ke masyarakat yang memiliki
pemerin gungjawaban Kepala Desa bukan ke yang berada di atasnya, dan
hubun Kepala Desa bukan bersifat subord

Halini berbeda dengan UU No. 32 statemen yang lebih halus yang me

Istilah Badan Perwakilan Desa diganti dalam UU No. 32/2004 menjadi Badan Permusyawaratan
Desa. Pengaturan tentang BPD dalam UU Desa diatur dalam pasal 55-65.
134 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

hubungan kerja dengan Kepala Desa disebutkanKepalaDesa pada dasarnya


bertanggungjawab kepa-

da rakyat desa yang dalam tata cara dan prosedur pertanggung-jawabannya


disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui camat. Kepada BPD, Kepala Desa
wajib menyampaikan laporan keterang-an pertanggungjawabannya dan kepada
rakyat menyampaikan informasi pokok-pokok pertanggungjawabannya namun
tetap harus memberi peluang kepada masyarakat melalui BPD untuk
menanyakan dan/atau meminta keterangan lebih lanjut terhadap hal-hal yang
bertalian dengan pertangungjawaban dimaksud.

Klausul di atas menegaskan bahw yang diatur dalam UU No. 32/2004


kepada Bupati/Walikota melalui C Naskah Akademik (NA) RUU Desa, b
Desa yang ada dalam UU No. 32/20 dahan akuntabilitas ke bawah m
tralisasiadahal. Pdalam sebuah demokrast politik seharusnya disampaikan
k karena Kepala Desa dipilih langsu

Undang-Undang Desa mengembalik dengan Camat tidak lagi bersifat


gungjawaban Kepala Desa langsun tidak melalui Camat. Dalam UU in diatur
khusus di dalam pasal- 27 kan pentingnya akuntabilitas Kep ra
pemerintahan, dan memberikan tidak melakukannya. Sanksi yang yakni
memberikan teguran sampai

Bentuk akuntabilitas dalam UU ban Kepala Desamenyampaikan lapo


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 135
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

merintahan desa kepada Bupati/Wa desa sebagai konstituennya. Terda


disampaikan oleh Kepala Desa kep penyelenggaraan pemerintah desa dan
(2) laporan penyelenggaraan masa jabatan. Selain itu, terdap kan kepada
BPD berupa laporan ket merintahan yang setiapharus
disampaiktahun(padn hun anggaran). Sebagai bentuk per kepada rakyat
yang telah memilih formasikan penyelenggaraan pemer yang mudah
diakses oleh warga. A Kepala Desa kepada BPD (sebagai jukkan
adanyacheck andhubungbalancesantara Kepala dengan BPD. Undang-
Undang Desa ha yang sifatnya administratif. Kar penyampaian laporan yang
bukan se

Akuntabilitas yang diwujudkan nurut Sutoro Eko (2013) disebut bilitas


setelah tindakan,expostfacto(Jatau.M. a Moncriee,2011). Menurut Eko,
akun dominan digunakan di Indonesia d berupa LKPJ (Laporan Keterangan
LIPJ (Laporan Informasi Pertangg kan oleh kepala daerah kepada pu perti
ini (setelah tindakPertama,arin) sisilem mekanisme dan waktu. Akuntabilit
tindakan(expost), atau sekadar memberikanKedua, Kepala Daerah (dalam
hal ini Kep tapi pertanggungjawabannya diber

136 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

P. Schimitter (2004) membagi a mensi


waktu:before),sebelumselamaduring),( (dan sesu (after ). Akuntabilitas
sebelum da kaitan langsung dengan represent ga dilakukan dalam tiga
dimensi partisipasi sebelum kebijakan, proses penyusunan kebijakan, dan
kebijakan. Selama ini, partisipa-

tas keterlibatan mereka dalam Mu hanya formalitas. Undang-Undang pasi


warga yang diatur dalam pas tentang hal ini dibahas dalam Ba

b. Larangan bagi Kepala Desa

Larangan bagi Kepala Desa tid 22/1999. Sementara itu, UU No. 3


menjabarkan secara detail mengen pala Desa. Aturan mengenai hal
72/2005. Sementara, UU Desa mela kan tugas selama 30 hari berturu jelas
dan tidak dapat dipertangg hal ini tidak diatur dalam perat negaskan
bahwa integritas dan ak jadi sangat penting dalam penyel

Kepala Desa dipilih langsung o siskan partai politik. Olehn-kare jadi


pengurus partai politik dan dan Pilkada. Undang-Undang Desa sebagai
aktor demokrasi yang- san rena itu Kepala Desa perlu asdijam

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 137
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

dengan UU No. 1/2015 tentang Pe tentang Pemilihan Gubernur, Bupa dang-


Undang, yang menyebutkan ba dilarang melibatkan Kepala Desa perangkat
desa atau sebutan lain 70 ayat (1) huruf c).

3.3.4 Pemilihan Kepala Desa 3.3.4.1 Pengantar

Berdasarkan konstruksi UU Desa, pemilihan, bukan ditunjuk oleh p


dirumuskan dalam pasal 31-39. Pr pilah berdasarkan tahapan: sebel dan
setelah pemilihan. Juga pem atau prinsip pemilihan.

Sub tema ini, akan menjelaskan tahapan pemilihan Kepala Desa seb

3.3.4.2 Pasal

a. Prinsip dan Sifat Pemilihan

Pasal 31 dan Pasal 34 UU Desa prinsip pemilihanPertama,


KepalapemilihanDesaKep. dilaksanakan secara serentak di kota. Kebijakan
pemilihan Kepala dalam KeduaPerda,Kepala. Desa dipilih s
pendudukKetigadesa,pemilihan. dilakukan umum, bebas, rahasia, jujur, dan
sip-prinsip dan sifat pemilihan

138 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pasal 31

Pemilihan Kepala Desa dilaksanah wilayah Kabupaten/Kota.

Pemerintahan Daerah Kabupaten/K pelaksanaan pemilihan Kepala Desa mana


dimaksud pada ayat (1) denga paten/Kota.

Ketentuan lebih lanjut mengena Desa serentak sebagaimana dimaksu

diatur dengan atau berdasarka

Penjelasan

Cukup jelas

Pasal 32

Ayat (1)

Badan Permusyawaratan Desa memberi Desa mengenai akan berakhirnya masa


tertulis 6 (enam) bulan sebelum mas

Penjelasan

Pemberitahuan BPD kepala Kepala Des masa jabatan Kepala Desa tembusan
Bupati/Walikota

Ayat (2)

Badan Permusyawaratan Desa memben Kepala Desa.

Ayat (3)

Panitia pemilihan Kepala Desa seba


bersifat mandiri dan tidak memi

Penjelasan

Cukup jelas

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 139
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Ayat (4)

Panitia pemilihan Kepala Desa seba

(3) terdiri atas unsur perangkat d dan tokoh masyarakat desa.

Penjelasan

Yang dimaksud dengan tokoh masyarakat adalah tokoh keagamaan, tokoh adat, tokoh
pendidikan, dan tokoh masyarakat lainnya.

Pasal 33

Calon Kepala Desa wajib memenuhi pe

Warga negara republik indonesia

Bertakwa kepada tuhan yang maha

Memegang teguh dan mengamalkan Undang-undang Dasar Negara Republ serta


mempertahankan dan memeliha tuan Republik Indonesia dan Bhine

Berpendidikan paling rendah tam atau sederajat;

Berusia paling rendah 25 (dua mendaftar;

Bersedia dicalonkan menjadi Kep

Terdaftar sebagai penduduk dan setempat paling kurang 1 (satu) t

Tidak sedang menjalanihukuman p

Tidak pernah dijatuhi pidana p pengadilan yang telah mempunyai ke melakukan


tindak pidana yang dian paling singkat 5 (lima) tahun ata setelah selesai
menjalani pidana secara jujur dan terbuka kepada pu pernah dipidana serta
bukan sebaga ulang;
Tidak sedang dicabut hak pilih pengadilan yang telah mempunyai ke

Berbadan sehat
140 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Tidak pernah sebagai Kepala De jabatan; dan

Syarat lain yang diatur dalam Pe

Penjelasan

Cukup jelas

Pasal 34

Ayat (1)
Kepala Desa dipilih langsung oleh p
Ayat (2)

Pemilihan Kepala Desa bersifat lan jujur, dan adil;

Ayat (3)
Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan pemungutan suara, dan penetapan;

Ayat (4)
Dalam melaksanakan pemilihan Kepala pada ayat (2) dibentuk panitia pemi

Ayat (5)
Panitia pemilihan sebagaimana dima mengadakan penjaringan dan penyarin
persyaratan yang ditentukan, melak menetapkan calon Kepala Desa terpi naan
pemilihan Kepala Desa.

Penjelasan

Cukup jelas

Ayat (6)

Biaya pemilihan Kepala Desadibebank dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.

Penjelasan
Biaya pemilihan Kepala Desayang dibebankan pada ABPD Kabupa-ten/Kota
adalah untuk pengadaan surat suara, kotak suara, keleng-kapan peralatan lainnya,
honorarium panitia, dan biaya pelantikan.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 141
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pasal 35

Penduduk desa sebagaimana dalam pa hari pemungutan suara pemilihan Kep


(tujuh belas) tahun atau sudah/perni pemilih.

Penjelasan

Cukup jelas

Pasal 36

Ayat (1)

Bakal calon Kepala Desa yang telah gaimana dimaksud


etdalampkanpasalsebagai33 ditcal Desa oleh panitia pemilihan Kepala

Ayat (2)

Calon Kepala Desa yang telah ditet pada ayat (1) diumumkan kepada masy sesuai
dengan kondisi sosial budaya

Ayat (3)

Calon Kepala Desa dapat melakukan k disi sosial budaya masyarakatn- desa dang-
undangan.

Penjelasan

Cukup jelas

b. Pra-pemilihan

Ada proses yang harus dilalui pemilihan Kepala Desa dan meliba tingan.
Proses itu antara lain a
Pemberitahuan akan berakhirnya (pasal 32 ayat 1).

Pembentukan Panitia Pemilihan K jo pasal 34 ayat 4).


142 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Penjaringan calon oleh Panitia

Penetapan balon Kepala Desaseba milihan, dan pengumumannya kepa ayat


1 dan 2).

Peluang masa kampanye bagi cal (Pasal 36 ayat 3)

c. Pemilihan

Undang-Undang Desa menetapkan yang telah berusia 17 tahun atau


memilih pada hari H pemilihan Ke yang mempunyai hak memilih datan
gutan suara dan menentukan pilih nisme pemilihan
serentakakanditetapkarsebu lanjut melalui peraturan pemerin pasal 31
ayat (3) berikut:

Pasal 31

Ayat (3)

Ketentuan lebih lanjut mengenai ta serentak sebagaimana dimaksud pada dengan


atau berdasarkan Peraturan P

Penjelasan

Cukup jelas

d. Pasca Pemilihan

Ketentuan-ketentuan mengenai p Desa dituangkan dalam pasal 37-3 pada


penentuan siapa yang terpil
Desa 143
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

saian sengketa; pasal 38 mengatu sal 39 mengatur masa jabatan Kep nya
sebagai berikut:

Pasal 37

Ayat (1)

Calon Kepala Desa yang dinyatakan memperoleh suara terbanyak.

Ayat (2)

Panitia pemilihan Kepala Desa mene terpilih.

Ayat (3)

Panitia pemilihan Kepala Desa menya Desa terpilih kepada badan permusy (tujuh)
hari setelah penetapanai- calo mana dimaksud pada ayat (2).

Ayat (4)

Badan permusyawaratan desa paling menerima laporan panitia pemilihan Kepala


Desa terpilih kepada Bupati/

Ayat (5)

Bupati/Walikota mengesahkan calon K mana dimaksud pada ayat (3) menjadi (tiga
puluh) hari sejak tanggali pe panitia pemilihan Kepala Desa dala pati/Walikota.

Ayat (6)

Dalam hal terjadi perselisihanati/hasi Walikota wajib menyelesaikan perse


sebagaimana dimaksud pada ayat (5).

Penjelasan ayat (1 6)
Cukup Jelas

144 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pasal 38

Ayat (1)

Calon Kepala Desa terpilih dilanti pejabat yang ditunjuk paling lama penerbitan
keputusan Bupati/Walikot

Ayat (2)

Sebelum memangku jabatannya, Kepala berjanji.

Ayat (3)

Sumpah/janji sebagaimana dimaksud berikut:

Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/ memenuhi kewajiban saya selaku Kep


baiknya, sejujur-jujurnya, selaludansead taat dalam mengamalkan dan mempert
dasar negara, dan bahwa saya akan demokrasi dan Undang-undang Dasar Tahun
1945 serta melaksanakan seg undangan dengan selurus-lurusnya, ya dan Negara
Kesatuan Republik Indone

Penjelasan ayat (1 3)

Cukup Jelas

Pasal 39

Ayat (1)

Kepala Desa memegang jabatan selam sejak tanggal pelantikan.

Penjelasan
Yang dimaksud dengan terhitung sejak tanggal pelantikan adalah seseorang yang telah
dilantik sebagai Kepala Desa, maka apabila yang bersangkutan mengundurkan diri
sebelum habis masa jabatannya dianggap telah menjabat satu periode masa jabatan 6
(enam) tahun

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 145
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Ayat (2)

Kepala Desa sebagaimana dimaksud pa paling banyak 3 (tiga) kaliataumasa ja


tidak secara berturut-turut.

Penjelasan

Kepala Desa yang telah menjabat satu kali masa jabatan berdasarkan UU No. 32
Tahun 2004 diberi kesempatan untuk mencalonkan kembali paling lama 2 (dua) kali
masa jabatan. Sementara itu, Kepala Desa yang telah menjabat 2 (dua) kali masa
jabatan berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 diberi kesempatan untuk mencalonkan
kembali hanya 1 (satu) kali masa jabatan.

3.3.4.3 Pembahasan di DPR

Dalam DIM (Oktober 2012), Pemi sendiri dalam satu bab yang terd
bertambah menjadi 9 pasal berkat ngan beberapa usulan signi ikan.
tentang Pemilihan Kepala Desa me garaan Pemerintahan Desa yang di

Rumusan dalam RUU mengalami beb tama pengaturan tentang pemiliha


secara serentak, biaya pemilihan tan Kepala Desa. Perubahan ini p fraksi-
fraksi pada saat pembahas perubahan penting dalam pembahas

a.Pemilihan Kepala Desa dilakukan secara serentak (pa-

sal 31 UU Desa). Di dalam RUU, tidak ada pemilihan Kepala Desa secara se
pengaruhi kebijakanadaserentak,pilk mengin san RUU Desa dilakukan
bersamaa RUU Pilkada.
146 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

b.Biaya pemilihan Kepala Desa (pasal 34 ayat 6 UU Desa).

Sebagian besar Fraksi setuju de pemilihan Kepala Desa dibebank tetapi


FPPP mengusulkan biaya bebankan kepada APBD, meliputi kotak suara,
dan sarana dan pra

c.Masa jabatan Kepala Desa (pasal 39 UU Desa). Dalam ru-musan RUU,


masa jabatan Kepala dapat dipilih kembali hanya 1 lam rumusan DIM,
FPDIP, FPAN, d usulan RUU. FPD dan FPG mengusu Desa adalah 10 tahun
dan dapat jabatan. Alasan FPD dan FPG me mempermudah proses di level
per penyusunan RPJM (5 tahun). Deng dipilih kembali
saturuangperiodebagiregme kepemimpinan, dan disaat yang juga memiliki
cukup waktu untu program yang direncanakan. FPG tahun lebih untuk
menjaga kesi syarakat.

Fraksi PPP mengusulkan jabatan dan dapat dipilih kembali hanya dengan
Fraksi Partai Hanura yang Desa merujuk pada periodisasi ja dari presiden
sampai Bupati dan

Dalam pendapat akhir mini tangg si PKS memberikan pandangannya s

Pasal 39 ayat 1 dan 2, tentang masa jabatan Kepala Desa kami mengusulkan
perubahan sebagai berikut:
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 147
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

(1) Kepala Desa memegang jabatan selama 8 tahun terhi-tung sejak tanggal
pelantikan. (2) Kepala Desa dapat menja-bat paling banyak 2 kali masa jabatan
secara berturut-turut atau tidak berturut-turut. .

Ketua Pansus RUU Desa Budiman Kerja IV tanggal 11 Desember 201 atau
keputusan Pansus sebagai be

Adapun mengenai jabatan Kepala Desa, yang tercantum di da-lam Pasal 39,
awalnya terdapat 2 alternatif rumusan, yaitu pasal 39 ayat (1), Kepala Desa
memegang jabatan selama 6 tahun ter-hitung sejak tanggal pelantikan. Ayat (2),
Kepala Desa sebagai-mana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling
banyak 3 kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara ber-turut-
turut. Adapun alternatif kedua adalah, Pasal 39 a. Kepala Desa memegang
jabatan selama 8 tahun terhitung sejak tanggal pelantikan. Ayat (2), Kepala
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling banyak 2 kali
masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut. Pada ak-
hirnya, tadi dicapai kesepahaman bahwa Pasal 39 itu memilih alternatif
pertama.

Akhirnya dalam rapat paripurna 2013, keputusan masa jabatan Kep 6


tahun dan dapat dipilih kembal secara berturut-turut atau itidak yang
disampaikan oleh Akhmad Muq

. . . . Kepala Desa memegang jabatan selama 6 tahun terhitung sejak tanggal


pelantikan, Kepala Desa dapat menjabat 3 kali masa jabatan secara berturut-
turut atau tidak berturut-turut. Sementara itu, Fraksi PKB dalam rapat
paripurna melalui juru bicaranya Abdul Kadir Karding memberikan catatan,
PKB me-ngusulkan masa jabatan Kepala Desa selama 8 tahun. . . . . Kita
148 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

setuju (disahkan), dengan harapan kesejahteraan segera terca-pai. Namun


Fraksi PKB perlu beri catatan, PKB mengusulkan agar masa jabatan kades 2 kali
selama 8 tahun. Artinya, setiap kali 8 tahun, .

Perdebatan mengenai masa jabat perhatian para anggota Dewan, te pakati


adalah rumusan Pasal 39.

3.3.4.4 Tanggapan

Pemilihan Kepala Desa secara l atau biasa disebut sebagai Pilka adanya
Pemilihan Kepala Daerah l kan telah diatur pada masa orde

Undang-Undang Desa mengatur pem kukan secara serentak di kabupat


bebankan kepada APBD (Pasal 31). UU ini, dijelaskan bahwa pemilih
mempertimbangkan jumlah desa dan lihan yang dibebankan pada APBD
mungkinkan pelaksanaannya secara bat dilaksanakannya kebijakan in yang
berhenti dan diberhentikan Oleh karena itu, dalam UU ini di Kepala Desa
selama menunggu pros dan terpilihnya Kepala Desa yang

Terkait dengan biaya Pilkades, diatur mengenai biaya perhelatan Pilkades


diserahkan kepada daera Pada prakteknya, ada daerah-daer
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 149
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pilkades kepada para calon Kepal desa Curug Wetan, Kabupaten Tang kan
ini meliputi semua tahapan seragam panitia pemilihan. Tentu calon Kepala
Desa. Akibatnya, se banyak warga yang mau mencalonka

Persyaratan untuk menjadi Kepa sal 33 UU Desa. Salah satu pers Desa
berpendidikan paling rendah Persyaratan ini tidak berubah se dahal dalam
RUU Desa, persyarata diusulkan berpendidikan paling r atau sederajat.
Undang-Undang De usia bagi calon Kepala Desa.

Pengaturan tentang masa jabata perubahan sesuai dengan rezim un


Undang-Undang No. 22/1999 mengat Desa selama 8 tahun. Aturan ini
belumnya (UU No. 5/1979). Undang ngurangi masa jabatan Kepala Des
dapat menjabat 1 kali masa jabat Desa kemudian memberikan kesempa
Kepala Desa untuk menjabat. Dala Kepala Desa adalah 6 tahun dan d
banyak tiga kali masa jabatan be berturut-turut (Pasal 39 UU Desa

Legitimasi Kepala Desa

Kepala Desa memiliki legitimasi ia dipilih langsung oleh rakyat,


150 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

legitimasi merupakan dimensi pali Kepala Desa.


SeoranglegitimateKepala,makaDesaia akan sulit mengambil keputusan f
mendapatkan legitimasi yang kuat modal politik yang kuat, yang be politik
uang. Ongkos transaksi e sangat rendah jika seorang calon sosial yang kaya
dan kuat. Sebal sangattinggi untuk meraih kemenangan-

dak memiliki modal sosial yang k Kepala Desa yang menang karena po
legitimasinya. Sebaliknya Kepalan-

pa politik uang, maka akan memper

Legitimasi yang kuat dari hasil akan memunculkan kepemimpinanan dan


progresif. Ia akan mampu bek transparansi, partisipasi, kdan- a nai sebagai
dibukanya akses info berkepentingan terhadap setiap i pelayanan, dan
keuangan desa. Tr kan kebebasan arus informasi yan dipahami, dan dapat
dipantau- oleh nai sebagai pelibatan warga dala keputusan, mulai dari
proses pe pertanggungjawaban. Sedangkan ak Desa dapat mengemban
amanah denga gungjawabkan apa yang dilakukann penyimpangan yang
dapat merugikan

Kepala Desa yang inovatif dan p roda pemerintahannya, akantrust )menda


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 151
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

dari warga. Ketika ia akan menca miliki modal sosial yang kaya da baginya
untuk mendapatkan kembal Desa pada saat Pilkades berikutn si bagus di
hatdaptakn menjasyaminrak Kep bertakhta dengan baik selamanya.
kepentingan tentang pembangunan yang dipimpin Kepala Desa dengan ini
Kepala Desa harus benar-bena dengan baik karenaepala
legitimasiDesatakhanyK duk desa melalui videpemilihanPasal34 layatngs
pi juga dari Bupati yang mengesavide Pasal 37 ayat 5 UU Desa). Apalagati
sangat sentral. Untuk meminimalis milihan, pemerintah daerah kabup
menetapkan kebijakan pelaksanaanvide Pasal 31 ayat 2 UU Desa).

Salah satu isu krusial dalam p mekanisme penyelesaian perselisi umum


(pemilu) dan pemilihan kepa lihan kepala daerah pun potensia antarcalon.
Undang-Undang Desa t pemilihan Kepala Desa baik ke d rezim pilkada,
sehingga proses p hana mungkin. Pasal 37 Dalamayathal (6) terjadi
perselisihan hasil pemilihan Kepala Desa, Bupati/Waliko-

ta wajib menyelesaikan perselisihan dalam jangka waktu seba-gaimana


dimaksud pada ayat (5). Berarti paling

sejak tanggal diterimanya penyam nitia Pemilihan Kepala Desa (Pas mesti
dijawab, apakah mekanisme
152 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

menggunakan forum ajudikasi seba pemilu/pilkada, atau hanya melal


nuhnya ditentukan oleh Bupati/Wa gil para pihak. Jika merujuk pad Kepala
Desa terpilih dituangkan hingga proses penyelesaian hukum dilan Tata
Usaha Negara (PTUN).

3.3.5 Pemberhentian Kepala Desa 3.3.5.1 Pengantar

Kepala Desa dibebani banyak kew berimplikasi pada resiko pemberh


memegang jabatan selama 6 tahun t tikan, dan dapat menjabat maksim
berturut-turut atau tidak bertur pemberhentian Kepala Desa dirumu Desa.

Berhentinya Kepala Desa disebab Pasal 40 ayat (1), jika penyebab tidak
menjalankan tugas sebagai sebagai terdakwa yang diancam de singkat 5
(lima) tahun oleh- peng sal yang berkaitan dengan pember

3.3.5.2 Pasal

a. Berhenti dan Diberhentikan

Konsep berhenti dan diberhenti menetapkan pemberhentian itu dit


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 153
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pasal 40

Ayat (1)

Kepala Desa berhenti karena:

Meninggal dunia

Permintaan sendiri; atau

Diberhentikan

Penjelasan

Cukup jelas

Ayat (2)

Kepala Desa diberhentikan sebagaim huruf c karena:

Berakhir masa jabatan

Tidak melaksanakan tugas ansecara tetap secara berturut-turut selam

Tidak lagi memenuhi syarat seba

Melanggar larangan sebagai Kepa

Penjelasan

Huruf a

Yang dimaksud dengan berakhirnya masa jabatan adalah apabila telah berakhir
masa jabatannya 6 (enam) tahun terhitung tanggal pelantikan harus dihentikan.
Dalam hal belum ada calon terpilih dan belum dapat dilaksanakan pemilihan,
diangkat pejabat.

Huruf b

Yang dimaksud dengan tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau
berhalangan tetap adalah apabila Kepala Desa menderita sakit yang mengakibatkan,
baik isik maupun mental, tidak berfungsi secara normal yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter yang berwenang dan/atau tidak diketahui keberadaannya.

Ayat (3)

Pemberhentian Kepala Desa sebagaima ditetapkan oleh Bupati/Walikota.


154 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Penjelasan

Cukup jelas

Ayat (4)

Ketentuan lebih lanjut mengenai p sebagaimana dimaksud pada ayat (1


Pemerintah.

Penjelasan

Cukup jelas

b. Perkara Hukum dan Pemberhentian

Sebagaimana halnya kepala daera diberhentikan karena


hukumtersandung.Misa sangkut perkara pidana korupsi b Desa telah
memberikan dua norma sementara saat masih5, danberstatusdiberhet
sementara saat sudah6. berstatus t

Pasal 41

Kepala Desa diberhentikan sementarah dinyatakan sebagai terdakwa yang di


paling singkat 5 (lima) tahun ber pengadilan.

Penjelasan

Cukup jelas

Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya berdasar-kan bukti
permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. Pasal 1 angka 14 KUHAP.
Terdakwa adalah seseorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili disidang pengadilan.
Pasal 1 angka 14 KUHAP.
Desa 155
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pasal 42

Kepala Desa diberhentikan sementa setelah ditetapkan sebagai tersangki,


terorisme, makar, dan/atau tindak keamanan negara.

Penjelasan

Cukup jelas

Dalam dua kasusepalatersebut,DesahanyaK di tus diberhentikan sementara


oleh putusan pengadilan yang telah be tentuan ini dirumuskan dalam Pas

Pasal 43

Kepala Desa yang diberhentikan seme dalam Pasal 41 dan Pasal 42 diberh setelah
dinyatakan sebagai terpidan dilan yang telah mempunyai kekuatan

Penjelasan

Cukup jelas

Proses peradilan pidana tidak b mengenai status akhir Kepala Des yag
dibutuhkan. Meskipun KUHAP m pat, murah, dan sederhana, namun tikan
kapan suatu putusan berkek kuatan hukum tetap bisa terjadi atau kasasi.
Tidak ada pula yang hakim, semua bergantung pada buk

156 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

karena itu, Pasal 44 UU Desa tel membebaskan Kepala Desa, dan nor
belum/sudah berakhir.

Pasal 44

Ayat (1)

Kepala Desa yang diberhentikan seme dalam Pasal 41 dan Pasal 42 ngsetelah telah
mempunyai kekuatan hukum teta luh) hari sejak penetapan putusanla p Desa,
Bupati/Walikota merehabilita Kepala Desa yang bersangkutan sebag gan akhir
masa jabatannya.

Penjelasan

Apabila Kepala Desa yang diberhent dimaksud pada ayat (1) telah berak Walikota
harus merehabilitasi nama sangkutan.

c. Penjabat Kepala Desa

Dalam hal Kepala Desa tersandu sudahdipidana berdasarkan putusan


berkekuatan hukum tetap, UU Des Penjabat Kepala Desa. Dari rumusa
bahwa sekretaris desa bisa menjad jika Kepala Desa tersandung perk
Walikota diberhentikan sementara.

Undang-Undang Desa ini memberik jabatan Kepala Desa dilihat dari Desa
tersebut. Jika sisa masaun, ja maka berlaku ketentuan Pasal 46.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 157
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pasal 45

Ayat (2)

Dalam hal Kepala Desa diberhentika maksud dalam Pasal 41 dan Pasal 42 kan
tugas dan kewajiban Kepala Des tusan pengadilan yang telah berkeku

Penjelasan

Cukup jelas

Pasal 46

Ayat (1)

Dalam hal sisa masa jabatan Kepala-gaimana dimaksud dalam Pasal ,43 tid
Bupati/Walikota mengangkat pegawai daerah kabupaten/kota sebagai Penja ngan
terpilihnya Kepala Desa.

Penjelasan

Yang dimaksud dengan tidak lebih dari 1 (satu) tahun adalah 1 (satu) tahun atau
kurang.

Ayat (2)

Penjabat Kepala Desa melaksanakan t dan hak Kepala Desa sebagaimana dim

Penjelasan

Cukup jelas

Sebaliknya, jika sisa masa jab ngangkatan Penjabat Kepala Desa 47 berikut:
158 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pasal 47

Ayat (1)

Dalam hal sisa masa jabatan Kepala-gaimana dimaksud dalam Pasalti/43 leb
Walikota mengangkat pegawai negeri kabupaten/kota sebagai Penjabat Kep

Ayat (2)

Penjabat Kepala Desa sebagaimana di sanakan tugas, wewenang, kewajiban,


gaimana dimaksud dalam Pasal 26 sa Kepala Desa.

Penjelasan ayat (1-2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Kepala Desa sebagaimana dimaksud p musyawarah desa yang memenuhi pers


maksud dalam Pasal 33.

Penjelasan

Yang dimaksud dengan musyawarah desa adalah musyawarah yang


diselenggarakan oleh BPD khusus untuk pemilihan Kepala Desa an-tar waktu
(bukan musyawarah Badan Permusyawaratan Desa), yai-tu mulai dari penetapan
calon, pemilihan calon dan penetapan calon terpilih.

Ayat (4)

Musyawarah desa sebagaimana dimaksu paling lama 6 (enam) bulan sejak Ke

Penjelasan

Cukup jelas
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 159
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Ayat (5)

Kepala Desa yang dipilih melalui m dimaksud pada ayat (3) melaksanaka habis sisa
masa jabatan Kepala Desa

Penjelasan

Masa jabatan Kepala Desa yang dipilih melalui musyawarah desa ter-hitung sejak
yang bersangkutan dilantik oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk.

Ayat (6)

Ketentuan lebih lanjut mengenai mu dimaksud pada ayat (3) diatur denga

Penjelasan

Cukup jelas

Sebenarnya pengangkatan Penjab hanya terjadi saat Kepala Desa t raturan


Pemerintah No. 43 Tahun pengangkatan Penjabat Kepala Des likota saat
awal-awal pembentuka

3.3.5.3 Pembahasan di DPR

Bagian tentang pemberhentian Ke dalam RUU Desa. Hal tersebut juga


demik yang diserahkan pemerintah rupakan bagian dari Bab tentang Desa,
dimana salah satunya berka disebut dengan nama lain sebagai

Pembahasan pasal tentang pember ah muncul sejak RDPU tanggal 24


160 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

tersebut pembahasannya masih dij san mengenai penyelenggaraan Pem


dalam pembahasan tersebut melip struktur organisasi dan tata ker
wewenang, hak dan kewajiban desa pemberhentian dan pemilihan Kepa
kan terhadap Kepala Desa; dan Ba

Selanjutnya Pembahasan tentang Desa ini muncul kembali dalam Ra antara


Pansus UU Desa dengan sej gan. Dalam rapat tersebut, Hasto
menyampaikan pandangan antara la

Kemudian yang berikutnya mengenai susunan dan tata peme-rintahan desa. Untuk
susunan, saya kira sudah kita kenal sam-pai sekarang ya ada Kepala Desa, kemudian
ada perangkat desa. Nah, dalam hal ini kami mengusulkan Badan Permusyawaratan
Desa itu diubah menjadi Badan Perwakilan Desa karena memang itu adalah
representasi dari masyarakat. Itu menjadi suatu ins-titusi demokrasi bagi
masyarakat dan juga dengan adanya Ba-dan Perwakilan Desa, ini berarti ada cek
and balances terhadap Kepala Desa. Namun demikian, yang kami usulkan bukan
badan perwakilan desa atau BPD versi Undang-Undang Nomor 22 Ta-hun 1999 yang
dapat menjatuhkan atau dapat memberhentikan Kepala Desa. Jadi dalam konteks ini
BPD atau Badan Perwakilan Desa itu sama dengan Badan Permusyawaratan Desa
yang kita kenal sekarang. Dia punya hak untuk mengusulkan pemberhen-tian Kepala
Desa, jadi tidak langsung punya kewenangan untuk memberhentikan.

Idham Arsyad dari Konsorsium Pe mempertanyakan pemberhentian Kep


sep pelibatan Bupati ini terkesa
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 161
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

asli desa dan menunjukkan bahwa sepenuhnya rela memberikan otono


mengatakan:

. . . Yang lain saya mau sebutkan sebagai pemandangan umum, saya kira juga
belum menjelaskan posisinya dengan baik ten-tang beberapa persoalan-persoalan
yang sering mengemuka kalau kita bicara tentang desa yaitu soal otonomi asli desa,
se-hingga apa yang sering kita kemukakan dulu bahwa ini adalah pemberian
setengah hati saya kira masih dilanjutkan spiritnya di dalam RUU-nya Pak ya?
Dimana kita lihat misalnya nampak jelas bahwa ini adalah birokratisasi
Pemerintahan desa kalau kita lihat RUU-nya atau desa sebagai perpanjangan
tangan dari pemerintah. Darimana saya melihatnya? Misalnya contoh Pasal 16 ayat
(1) mengenai kewenangan desa. Itu sebenarnya masih tersirat bahwa tidak ada
kerelaan penuh dari pemerintah untuk kemudian memberikan satu otonomi asli
kepada desa atau mis-alnya Pasal 24 ayat (3), dimana pemberhentian Kepala Desa
itu masih oleh Bupati.

Masukan atas pasal pemberhentia lam audiensi Pansus RUU Desa den bok
pada tanggal 6 Mei 2012. Di Nyerat, Lombok, Sahim SP:

. . . Berikutnya pada Pasal 26 ayat (2) huruf a. yang katanya di sini tidak dapat
melaksanakan tugas berkelanjutan atau berha-langan secara berturut-turut selama
6 bulan. Ya, kalau penyakit dan segala macam itu datang dari Allah, tidak ada yang
meng-inginkan sebuah penyakit mungkin oleh seluruh kita semua yang hadir di sini.
Kalau penyakit itu misalkan bisa berobat kadang-kadang kan bisa sampai dalam
kurun waktu 1 tahun mungkin bisa kita terima, tetapi kalau 6 bulan ketika rekaqn-
rekan saya sakit, lalu diberhentikan karena keadaan sakit, mungkin terla-lu sakit.
Orang sakit akan lebih sakit lagi. Ini-ini mohon menjadi
162 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

pertimbangan paling tidak 1 tahun karena jabatankan 6 tahun di draft ini,


tetapi belum sampai masa jabatan, belum sampai sana. Paling tidak mohon 1
tahun pada Pasal 26 ini pemberhen-tian Kepala Desa.

Pada audiensi tersebut juga mun dra dari Partai Demokrat. Ia men

. . . . Ada beberapa hal ingin saya comment yaitu di Pasal 21 tadi disebutkan di ayat
(3) hak Kepala Desa. Pengusulan, Pengang-katan dan pemberhentiannya saya setuju
langsung ke Bupati melalui camat. Kemudian masalah larangan Kepala Desa, saya
juga setuju. Mestinya Kepala Desa sama dengan pejabat politik yang lain tidak
dibeda-bedakan. Kemudian masalah berhalan-gan, juga ini kita pelajari, nanti kita
Tanya ahlinya, Tanya dokter, Tanya tim ahli, tim kesehatan sampai berapa idealnya,
sehingga pemerintahan itu bisa berjalan dengan baik. Jangan sampai gan-ti-ganti
nanti salah nanti, tetapi prinsipnya kita harus melihat kondisi sakitnya. Sakit piak-
piak apa sakit bener?

3.3.5.4 Tanggapan

Sebagaimana diuraikan diatas, atau diberhentikan, baik karena meninggal


dunia atau berakhir ma faktor non-alamiah seperti tersa berhentian Kepala
Desa tidak dis UU No. 32/2004. Ketentuan lebih sal 17 PP No. 72/2005
tentang De Desa hampir sama persis dengan r 72/2005. Memang, kalau
ditelusur an rumusan. Misalnya, perbanding PP dengan Pasal 40 ayat (1)
dan

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 163
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Kepala Desa berhenti karena meni diri, atau diberhentikan. Rumusa Pasal
40 ayat (1) UU No. 6 Tahun ayat berikutnya dalam tabel beri

PP No. 72 Tahun 2005


UU Des
Kepala Desa diberhentikanKepalaDesa diberhe
a. Be rakhir masa ja batannya;

karena:
a. Be rakhir masa ja batannya;

karena:

b. Tidak dapat melaksanakan


b. Tidak dapat melaksanakan

tugas secara berkelanjutan

tugas secara berkelanjutan

atau berhalangan tetap secara

atau berhalangan tetap

berturut-turut selama 6 bulan;

secara berturut-turut sela-

c.
Tidak lagi memenuhi syarat

ma 6 bulan;

sebagai Kepala Desa;


c.
Tidak lagi memenuhi sya-

d. Dinyatakan melanggar sum-

rat sebagai calon Kepala

pah/janji jabatan;

Desa; atau

e.
Tidak melaksanakan kewajib-
d. Melanggar larangan seba-

an Kepala Desa; atau

gai Kepala Desa.

f.
Melanggar larangan bagi Ke-

pala Desa.
Dari tabel di atas tampak jela rat diberhentikan. Justeru menja UU Desa
seseorang yang belum mem Desa bisa diberhentikan sebagai tak memenuhi
syarat, maka ia tid pencalonan Kepala Desa? Apakah a lam Pasal 40 ayat (2)
huruf c UU

Rumusan Pasal 42 UU Desa juga p tikal karena tampaknya hanyacopypas-


men te) rumusan Pasal 31 ayat 1 UU N
164 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

No. 72/2005. Pasal 42 tersebut m kan pidana tertentu yang memungk


diberhentikan sementara dari jab

Tindak pidana korupsi

Terorisme

Makar

Tindak pidana terhadap keama Tindak pidana korupsi diatur da

sebagaimana diubah dengan UU No Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1


Tindak Pidana Korupsi. Tindak pi lain dalam UU No. 15 Tahun 2003
Pemerintah Pengganti Undang-Unda 2002 tentang Pemberantasan Tinda
Undang-Undang, dan UU No. 9 Tahu dan Pemberantasan Tindak Pidana kar
diatur dalam106,Pasaldan 104,PasalPasa107 kar sendiri sebenarnya
termasuk terhadap keamanan negara (Pasal

Penjelasan pasal ini tak membe jut apakah jenis tindak pidana pula PP No.
43 Tahun 2014 Tentan Desa yang memuat klausul pemberh 54-60) tak
disinggung lagi jenis buat Kepala Desa diberhentikan s perumusan norma
ini adalah tinda kategoriextraordinary crime atau kejahatan yang maka
rumusan keempat jenis tinda pi. Tindak pidana pencucianille- uang gal
ishing sudah secara umum diterima

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 165
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

sangat berat dampaknya. Perusaka disebut sebagai kejahatan yang isasi


dan lintas negara (Konsid No. 18 Tahun 2013 tentang Penceg rusakan
Hutan).

Selain itu, hasil pemeriksaan I jadikan sepenuhnya dasar untuk m Misalnya,


ada tuduhan bahwa Kepa atan asusila dengan seorang pere sehingga si
perempuan hamil. Be inspektorat melakukan pemeriksaa saan itu
Bupati/Walikota mengelu pemberhentian Kepala Desa. Kasus dan berujung
ke pengadilan. Kepa tian dan melawan pengangkatan se Kepala Desa
beralasan tuduhan pe nah dibuktikan secara hukum. Sur pala Desa bersih.
Pengadilan tin Kepala Desa, tetapi pengadilan t dan membatalkan SK
Bupati. Pada (PK) langkah Bupati ditolak kare sampaikan tak memenuhi
kuali ika PK/TUN/2012). Perkara ini menunj pemberhentian Kepala Desa
masih agar di kemudian hari tidak terl

3.3.6 Sanksi Kepala Desa 3.3.6.1 Pengantar

Pengaturan sanksi untuk Kepala pasal-pasal sebelum pasal yang m


166 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

berhentian Kepala Desa. Ada rumu tuk


KepalaPasalDesa,28yaitu30dan.Pasal 28 me sanksi untuk Kepala Desa yang
ti yang diatur Pasal 26 ayat (4) da mengatur sanksi untuk Kepala Des
larangan yang disebut dalam Pasa dijelaskan berikut ini.

3.3.6.2 Pasal

Pasal 28

Kepala Desa yang tidak melaksa dimaksud dalam Pasal 26 ayat (4) administratif
berupa teguran lisa

Dalam hal sanksi administratif ayat (1) tidak dilaksanakan dilak sementara dan
dapat dilanjutkan d

Penjelasan

Cukup jelas

Pasal 30

Kepala Desa yang melanggar lar dalam Pasal 29 dikenai sanksi ad lisan dan/atau
teguran tertulis.

Dalam hal sanksi administratif ayat (1) tidak dilaksanakan, dila sementara dan
dapat dilanjutkan d

Penjelasan

Cukup jelas

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 167
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

3.3.6.3 Pembahasan di DPR

Tidak banyak catatan yang bisa san tentang sanksi. Dari dokumen ber
2012, tercatat pimpinan rapa butkan sanksi saat membahas klus masukkan
dalam kluster ketujuh,

Ketujuh adalah pembinaan dan pengawasan serta ketentuan sanksi. Ada di


dalam Bab XV dan Bab XVI yang penjelasannya adalah bahwa substansi
pembinaan dan pengawasan dan keten-tuan sanksi adalah dua hal yang
berbeda dijadikan satu cluster, karena muatan pasalnya. Jadi pada kuantitas
sedikit.

Dalam DIM per Oktober 2012, bab masih tercantum, berisi tiga pas sanksi
dalam RUU tentang Desa s DIM pada dasarnya hanya mengenal teguran,
pemberhentian sementara dalam RUU disebut kemungkinan Kep Misalnya
rumusanKepalaDesaberikut:yangdikenakansanksi pemberhentian
sementara . dalam waktu paling lama 180 (se-

ratus delapan puluh) hari tidak melakukan perbaikan, maka di-

kenakan sanksi pemberhentian. Bahkan RUU kemudi klausula tindakan


penyidikan ter kukan kejahatan.

3.3.6.4 Tanggapan

Penerapan sanksi administrasi a dakan pemerintahan yang didasark


nistrasi yang khas karena tidak
168 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

dalam menerapkannya 7 danMemberhentikbersifat seorang pejabat adalah


salah sat tersebut, selain yang8 sudah berk

Sanksi administratif untuk Kepa jenis kategori perbuatan, yaitu:

Sanksi karena tidak melaksana

Sanksi karena melanggar laran Merujuk Pasal 26 ayat (4) dan P

memiliki 20 kewajiban, dan tidak Secara normatif, pemberian sanks dari


pembinaan dan pengawasan. P menyebutkan pembinaan dan pengaw
merintah kabupaten/kotamemberikanmeliputi sanksi atas penyimpangan
yang dilakukan oleh Kepala Desa se-

suai dengan ketentuan perundang-undangan. Rumusan sen juga disebut


dalam Pasal 101 PP bahwa dalam rangka pembinaan dan kabupaten/kota
berhakmemberikan sanksiantaraatas la penyimpangan yang dilakukan oleh
Kepala Desa sebagaimana

diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Ancaman sanksi administratif bag nakan kepada perangkat desa (lih


Undang-Undang Desa tidak mengat sanksi dalam bab terpisah sebaga

Bachrul Amiq. Penerapan Sanksi Administrasi dalam Hukum Lingkungan. Yog-yakarta:


Laksbang Mediatama, 2013, hal. 23
Lihat misalnya model sanksi administratif dalam PP No. 86 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pengenaan Sanksi Administratif kepada Pemberi Kerja Selain Penye-lenggara Negara dan Setiap
Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan Penerima Bantuan Iuran dalam Penyelenggaraan
Jaminan Sosial.
Desa 169
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

dang. Memang, tidak ada kewajib sanksi tersebut. Undang-Undang N


Pembentukan Peraturan Perundang-sanksi. Tetapi UU Desa mengatur an
yang pada dasarnya bersifat y lam perundang-undangan lain. Mi uang,
barangdariataupihakjasaketiga yang ruhi keputusan atau tindakan yan an
dengan UU No. 31 Tahun 1999, UU No. 20 Tahun 2001, tentang Pe Korupsi.
Selain itu, ada rumusan memiliki parameter yang jelas ag sanksi
administratif. Misalnya, katkan kesejahteraan masyarakat

Berdasarkan penelusuranDIMRUUDesapada(per 2012) dibandingkan


dengan naskah bagian penting yang hilang, yait Penelusuran pada salinan
pembaha bantu. Menteri Gamawan Fauzi men ja 15 Mei 2012 seperti
penggalan

Berkaitan dengan pandangan DPD-RI mengenai pemerintahan desa,


Pemerintah dapat menjelaskan bahwa. (a) substansi mengenai
penyelenggaraan pemerintahan desa dalam regulasi ini meliputi pengaturan
mengenai struktur organisasi dan tata kerja pemerintahan desa, tugas,
wewenang, hak dan kewajiban Kepala Desa, larangan bagi Kepala Desa,
pemberhentian dan pe-milihan Kepala Desa, tindakan penyidikan terhadap
Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.

Naskah awal RUU Desa khususnya tindakan penyidikan, merumuskan


170 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Tindakan penyidikan terhadap setelah adanya persetujuan ter atas


permintaan pihak yang berw

Dalam hal persetujuan tertul terbit dalam waktu paling lamb hitung sejak
diterimanya permo dapat dilanjutkan;

Hal-hal yang dikecualikan da maksud pada ayat (1) adalah:

Tertangkap tangan melakukan

Disangka telah melakukan ti diancam dengan pidana mati; d

Disangka melakukan tindak pi kar, dan atau tindak pidana te

Jika ditelusuri lebih lanjut, khususnya ayat 3 huruf c yang ak 42 UU Desa.

Salah satu pertanyaan penting pangannanti adalah tentang sanksi Desa.


Sanksi administratif dalam pada pemberhentian. Sebenarnya s bermuara
pada pemberhentian teta lain seperti denda administratif-

sal 26 ayat (4) huruf p UU Desa, garah pada pemberhentian tetapi denda
jika terbukti ia sengajak ti kepada pemohon (PP No. 61 Tahun 2 No. 14
Tahun 2008 tentang Keterbu

Selain itu, parameter untuk men kewajiban tidak jelas. Beberapaah- l


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 171
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

kan sangat bersifat pidana ketim Melakukan korupsi, misalnya. Argu jika
ada klausula/norma yang men itu tidak menghapus pertanggungja

3.4 Perangkat Desa

3.4.1 Pengantar

Perangkat Desa adalah salah sa selain Kepala Desa. Sesuai rumus


kedudukan Perangkat Desa adalah dalam menjalankan fungsi pemerin
negaraan Indonesia, kedudukan p pada Wakil Presiden dan menteri-

Perangkat Desa diatur dalam Pa ringkas, pasal-pasal ini mengatu Perangkat


Desa; pengangkatan dan lan; serta larangan-larangan dal aspek tersebut
disajikan dalam p rumusan dan penjelasannya sebaga

3.4.2 Pasal

a. Kedudukan dan Tugas

Jenis, kedudukan, dan tugas Pe Pasal 48 dan 49 berikut.

Pasal 48

Perangkat Desa terdiri atas:

Sekretaris desa

Pelaksana kewilayahan, dan


Pelaksana teknis
172 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Penjelasan

Cukup jelas

Pasal 49

Perangkat Desa sebagaimana dim tugas membantu Kepala Desa dalam


wewenangnya;

Perangkat Desa sebagaimana dima oleh Kepala Desa setelah dikonsu nama
Bupati/Walikota;

Dalam melaksanakan tugas dan we sebagaimana dimaksud pada ayat (1 da Kepala


Desa.

Penjelasan

Ayat (1) dan ayat (3) cukup jelas.

Ayat (2), Yang dimaksud dengan camat adalah camat atau yang disebut dengan
nama lain.

b. Pengangkatan dan Pemberhentian

Pasal 49 telah menyebutkan bahw oleh Kepala Desa. Dalam proses p harus
mempertimbangkan syarat-sy UU Desa. Kepala Desa juga harus sebelum
membuat keputusan pengan nai persyaratan Perangkat Desa d kan
pemberhentiannya diatur dala

Pasal 50

(1) Perangkat Desa sebagaimana dima dari warga desa yang memenuhi per a.
Berpendidikan paling rendah
atau yang sederajat;
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 173
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Berusia 20 (dua puluh) tahun s luh dua) tahun;

Terdaftar sebagai penduduk de desa paling kurang 1 (satu) tah

Syarat lain yang ditentukan d paten/Kota.

Ketentuan lebih lanjut mengenai dimaksud dalam pasal 48, pasal 4 dalam
Peraturan Daerah Kabupaten K Pemerintah.

Penjelasan

Cukup jelas

Pasal 53

Perangkat Desa berhenti karena:


Meninggal dunia;
Permintaan sendiri; atau
Diberhentikan
Perangkat Desa yang diberhenti pasa ayat (1) huruf c karena:

Usia telah genap 60 (enam pul


Berhalangan tetap;
Tidak lagi memenuhi syarat se
Melanggar larangan sebagai Pe
Pemberhentian Perangkat Desa s ayat (1) ditetapkan oleh Kepala D dengan camat
atas nama Bupati/Wal

Ketentuan lebih lanjut mengenai sebagaimana dimaksud pada ayat (3


Pemerintah.

Penjelasan

Cukup jelas
174 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

c. Larangan

Sesuai amanat Pasal 53 ayat (2) larangan bisa menjadi dasar untu Desa.
Adapun larangan-larangan t rinci dalam Pasal 51 dan Pasal 5

Pasal 51

Perangkat Desa dilarang:

Merugikan kepentingan umum;

Membuat keputusan yang menguntu keluarga, pihak lain, dan/atau go

Menyalahgunakan wewenang, tugas,

Melakukan tindakan diskriminati longan masyarakat tertentu;

Melakukan tindakan meresahkan s

Melakukan kolusi, korupsi, dan rang, dan/atau jasa dari pihak la putusan atau
tindakan yang akan d

Menjadi pengurus partai politik

Menjadi anggota dan/atau pengur

Merangkap jabatan sebagai ketua musyawaratan Desa, anggota Dewan lik


Indonesia, Dewan Perwakilan D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pr kilan Rakyat
Daerah Kabupaten/Kot tentukan dalam peraturan perundan

Ikut serta dan/atau terlibat da dan/atau pemilihan kepala daerah;

Melanggar sumpah/janji jabatan;


Meninggalkan tugas selama 60 ( turut-turut tanpa alasan yang jel jawabkan.

Penjelasan

Cukup jelas
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 175
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pasal 52

Perangkat Desa yang melanggar sud dalam Pasal 51 dikenai sanksi lisan dan/atau
teguran tertulis;

Dalam hal sanksi administratif ayat (1) tidak dilaksanakan, dila sementara dan
dapat dilanjutkan d

Penjelasan

Cukup jelas

d. Penghasilan Perangkat Desa

Rumusan penghasilan perangkat aturan penghasilan Kepala Desa, Bagian


Kedelapan Bab V, yakni Pa bagai berikut:

Pasal 66

Kepala Desa dan perangkat desa setiap bulan.

Penghasilan tetap Kepala Desa d na dimaksud pada ayat (1) bersumb dalam
Anggaran Pendapatan dan Bel oleh kabupaten/kota dan ditetapka patan dan
Belanja Daerah Kabupate

Selain penghasilan tetap ,sebaga Kepala Desa dan perangkat desa me sumber dari
Anggaran Pendapatan d

Selain penghasilan tetap ,sebaga Kepala Desa dan perangkat desa me tan dan
memperoleh penerimaan lai

Ketentuan lebesaranihlanjutpenghasilanmengenai-bagaimana dimaksud pada ayat


(1) na dimaksud pada ayat (3) serta p sebagaimana dimaksud pada ayat (4
Pemerintah.
176 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Penjelasan

Ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (5) cukup jelas.

Ayat (4): Jaminan kesehatan yang diberikan kepala Kepala Desa dan perangkat desa
diintegrasikan dengan jaminan pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sebelum program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial menjang-kau ke tingkat desa,


jaminan kesehatan dapat dilakukan melalui kerjasama kabupaten/kota dengan Badan
Usaha Milik Negara atau dengan memberikan kartu jaminan kesehatan sesuai dengan
kemampuan keuangan daerah masing-masing yang diatur de-ngan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota.

Pasal ini berhubungan dengan ha dalam Pasal 26 ayat (3) hurufDalam c


melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Ke-

pala Desa berhak c. menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan
penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat ja-

minan kesehatan. Tetapi rumusan yang sa pada pasal-pasal yang mengatur


p

3.4.3 Pembahasan di DPR

Istilah perangkat desa sudah d dangan mengenai desa sebelum lah adalah
rinciannya. UU No. 5 Tahu Desa, misalnya, hanya memasukkan la-kepala
dusun sebagai perangka Desa dikenal sekretaris desa, pe kewilayahan.

Dalam Naskah Akademik RUU Desa merintah disebutkan bahwa:


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 177
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pemerintahan desa mempunyai organisasi dan birokrasi yang sederhana. Para


birokrat desa (sekretaris desa hingga kepala-kepala urusan) disebut sebagai
Perangkat Desa yang bertugas membantu Kepala Desa dalam menjalankan
urusan pemerinta-han, pembangunan dan kemasyarakatan, termasuk
pelayanan administrasi di dalamnya.

Keberadaan perangkat desa menja pemerintahan desa yang dirumuska dan


menggambarkan lebih lanjut p mereka. Disebutkan bahwa:

Kepala Desa dibantu oleh unsur pemerintahan desa yang me-liputi sekretaris
desa dan perangkat desa. Struktur organisasi pemerintah desa ditetapkan
melalui Peraturan Desa dengan memperhatikan model dan kewenangan desa.
UU ini mengatur mengenai perangkat desa (sekretaris desa dan perangkat desa
lainnya), baik dalam sistem rekrutmen, pemberian tunjangan, penghargaan.
Rekrutmen sekretaris desa dan perangkat desa didasarkan pinsip-prinsip
profesionalitas, transparan, dan akun-tabel.

Perangkat Desa dari PNS

Perdebatan paling krusial menge an dengan status Sekretaris Desa PKB


dalam DIM tetap mengusulkan a PNS ditambah
syaratTA,mempunyaipendidikanpengetahuan SL tentang teknis
pemerintahan, dan syarakat setempat. Fraksi PPP da lam DIM. Dalam rapat
4 April 201 Bahrudin Nasori menyampaikan kei juangkan status Perangkat
Desa m

178 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

F-PKB mengusulkan agar desa mendapat alokasi APBN 11-10%. Nah ini sudah
menjadi usulan kawan-kawan juga, dan juga usul-an Kepala Desa-Kepala Desa yang
datang ke Pak Mendagri dan demo-demo di depan DPR, Pak. Dan juga perangkat
desa yang menjadi penekanan F-PKB agar menjadi PNS, Pak. Karena Sekdes yang
sudah diangkat selama 2 tahun ini menjadi sumber iri bagi para perangkat desa.
Untuk itu harga mati buat F-PKB agar pe-rangkat desa ini supaya diusulkan menjadi
PNS.

Suara senada datangartai dariDemokratutusan. partai ini, Nanang Samodra


menga
. . . F-PD akan memperhatikan berbagai aspirasi yang masuk, antara lain:
keinginan desa untuk mempunyai anggaran tersen-diri yang bersumber dari
APBN, pengangkatan perangkat desa menjadi PNS, masa jabatan Kepala Desa
selama 8 tahun dan Ke-pala Desa ingin duduk sebagai pengurus partai politik.

Namun DPD mengingatkan resiko mengangkat Sekretaris Desa sebag desa


lainnya tidak. Anang Prihan menyatakan:

Dalam hal perangkat desa, pengisian sekdes dengan PNS men-jadi isu yang sangat
kontroversial. Kebijakan birokratisasi desa yang dimulai sejak UU No. 32/2004 ini
menimbulkan gelombang protes dari Persatuan Perangkat Desa seluruh Indonesia
(PPDI), sehingga mereka sekarang juga menuntut untuk diangkat men-jadi PNS.
DPD berpandangan bahwa birokratisasi desa semacam itu kontra produktif dengan
otonomi lokal, tetapi kebijakan pe-merintah tentang pengangkatan sekdes menjadi
PNS atau pe-ngisian sekdes dengan PNS merupakan kebijakan diskriminatif yang
menimbulkan gejolak di desa khususnya kesenjangan an-tara sekdes dan perangkat
desa lainnya, sehingga mengurangi efektivitas penyelenggaraaan pemerintahan dan
pembangunan
Desa 179
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

desa. Karena itu, DPD berpendapat, jika pemerintah mengangkat sekdes menjadi
PNS atau mengisi sekdes dengan PNS, maka ber-titik tolak dan konsisten dengan
pilihan tersebut, maka semua perangkat desa seharusnya menjadi PNS, sesuai
dengan aspirasi PPDI.

Pada raker tanggal 15 Mei 201 (Mendagri) Gamawan Fauzi menjaw fraksi
mengenai status Sekretari nya sebagai PNS. Khusus mengenai Mendagri
menyampaikan beberapa p

Sekretaris Desa sebagai oran peran pentingdi karenasampingdesamerupak


pemerintah terdepan dalam pemb masyarakat juga memiliki ruang berat
yaitu mencakup urusan b adat istiadat, urusan pemerin nangan
kabupaten/kota yang di dan urusan pemerintahan lainny rundang-
undangan lainnyakedesa .dilimOle rena itu diperlukan seorang Se siap dan
mampu melaksanakan tu

Dalam penguatan kapasitas de kota


sedanglangsungdantelahpemberianasiDana Desa yang bersumber dari
dana sat dan daerah yang diterima o Dana Desa tersebut harus dikel naan
dan penganggarapelaksanaanta,usahaan,dan pelaporan dan
pertanggungjawab ngan ketentuan peraturan perun laku. Ini berarti
sekretaris d ngelola keuangan desa yang bai

180 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Dalam upaya menata administr profesional dalam melayani ma


pembangunan dan pemberdayaan m Sekdes dari PNS yang siap dan
melaksanakan pekerjaan yang b sunan administrasi desa, peng penyusunan
perencanaan desa da an penyelenggaraan pemerintaha

Dalam era reformasi, jabatan kat desa merupakan jabatan pu berdasarkan


persetujuan atau yang kadang-kadang dapat terp kondisi serta tarik
menarik an menimbulkan instabilitas atau an proses pelayanan administr
menjadi penyelaras atau penyei jaga netralitas.

Sedangkan mengenai status PNS Mendagri menjelaskan lebih lanju

Dalam hal perangkat desa diusulkan menjadi Pegawai Negeri Sipil dapat
dijelaskan:

Bahwa pengangkatan perangkat desa menjadi Pegawai Ne-geri Sipil adalah


suatu proses politik yang hanya bisa dila-kukan dengan pembentukan Undang-
undang yang memer-lukan pengkajian dan pendalaman yang lebih
komprehensif untuk sampai pada keputusan penyelesaiannya.

Dari sisi anggaran memerlukan biaya yang cukup besar seti-ap tahunnya untuk
pengangkatan perangkat desa. Setiap ta-hun pembiayaan akan bertambah 5-10%
disebabkan adanya pertambahan jumlah desa, kenaikan gaji, askes dan gaji pen-
Desa 181
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

siun (memberatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Ne-gara maupun


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), sebagaimana kami jelaskan pada
saat menjawab pandangan Fraksi PKB.

Merespon pandangan pemerintah i I Wayan Sudirta, menjelaskan:

Saya sebenarnya berharap ada konsistensi, dan untuk menjadi renungan


Saudara Menteri Dalam Negeri. Semula sebelumnya memang ada reaksi keras,
mengapa Sekdes itu mesti di PNS-kan, apa tidak cukup tokoh-tokoh lokal yang
mengisi itu? Karena be-lakangan, isu ini muncul lagi. Tapi baiklah, ini sudah
terjadi. Ka-lau dia terjadi dengan alasan begitu banyak dana dikelola, uru-san
banyak dikelola, kami hanya minta konsistensi saja. Kalau Sekdes itu masuk
perangkat desa, Kaur juga masuk perangkat desa, mengapa mereka tidak
disamakan dan mengapa mereka harus dibedakan? Dari asas manapun kita
tidak menemukan, kalau perangkat desa itu dipilih-pilih, dipilah-pilah. Yang satu
di PNS-kan, yang satu dibiarkan.

Saudara Menteri tadi mencoba menyampaikan data 69.000. Baiklah, kita


bulatkan saja 70.000 desa yang ada. Kalau misal-nya dikatakan ada 10
perangkat desa, baik kita bulatkan saja gaji mereka Rp 20 juta per desa, itu baru
Rp 1,4 triliun, kalau kita bulatkan ke atas. Mudah-mudahan kami keliru. Dari
APBN kita yang Rp 1400 triliun. Saya setuju pendapat rekan saya dari F. PD tadi,
demikian kuat mengangkat posisi desa. Dan kalau kita berterima kasih kepada
mereka, saya ingin mengajak teman-te-man F. PD untuk mengingat ini, posisi
desa, agar Rp 1,4 triliun tidaklah terlalu besar menurut ukuran kita.

Status PNS Sekretaris Desa buk daan pandangan pemerintah dengan juga
mendorong sejumlah undangan
182 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

salah tersebut. Dalam RDPU 24 Me mendukung gagasan Sekdes diangka


nya antara lain demi perbaikan k yang berstatus PNS sebagai konse hanya
PNS yang bisa memegang k sediaan anggaran negara untuk me dari
Persatuan Perangkat Desa In kan pandangan berikut:

Kemudian kita sepakati, dalam satu pembentukan Rancangan Undang-undang ini,


apa yang telah disampaikan oleh Pak Su-dir, kewajiban tetap, kewenangan tetap,
bayaranpun harus te-tap ada. Baik mengenai perangkat desa, Kepala Desa, maupun
sekretaris desa yang bekerja pada Pemerintahan Desa. Yang ke-mudian mengapa
perangkat desa mengusulkan perangkat desa untuk menjadi PNS? Karena
menampung aspirasinya Pak Sudir, ketika anggaran APBN masuk, perangkat desa
PNS, sudah bisa melaksanakan tugas-tugasnya. Karena kita melihat bahwa pro-
posisi hukum yang ada, di saat kita melihat Kepres No. 80 yang sekarang direvisi
menjadi No. 54, PP No. 28, 29, yang kemudian Undang-undang No. 6, 7, itu semuanya
mendelegasikan bahwa yang dapat mengelola uang Negara menjadi pengguna
anggaran dan lain sebagainya adalah pegawai negeri sipil, TNI/Polri. Nah apabila
perangkat desanya sendiri masih statusnya dan lain-lain itu bukan swasta dan
bukan negeri, maka kapasitas untuk menyentuh pada tataran itu adalah sangat
susah.

Namun dalam RDPU 31 Mei 2012 m dari Asosiasi Pemerintahan Kabup


KASI). Indra Catri, Bupati Agam, KASI tersebut, antara lain menya

Kemudian masalah pegawai. Ini hampir sama dengan kawan saya sekretaris
nagari sudah terlanjur, silakanlah jadi pegawai negeri, tetapi kalau menjadikan
pegawai negeri semua perang-
Desa 183
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

kat desa, ini perlu pemikiran yang lebih cermat, yang lebih dalam karena seperti
contoh kalau 10 orang perangkat nagari, perang-kat desa dijadikan pegawai negeri
itu celah iskal ke saya jadi kecil sekali jadinya. Guru saja, saya memang kabupaten,
tetapi Kabupaten Agam penduduk saya hanya sekitar 450 ribu jiwa dan itu dua kali
penduduk, itu Padang hampir 1 juta, tetapi jum-lah sekolah lebih banyak di
Kabupaten Agam daripada di Kota Padang. Nah guru saya lebih banyak. Apa yang
ingin saya sam-paikan? Kalau diangkat menjadi pegawai negeri perangkat desa ini,
maka mereka juga mungkin minta perlakuan yang sama, prospek karier yang sama,
pensiun yang sama, hak yang sama. Oke, baik itu akan menyerap dana, tetapi yang
paling berbahaya kalau mereka menjadikan peluang ini, menjadikan peluang ini
untuk entry point, untuk titik masuk menjadi pegawai negeri.

Selain menyampaikan risiko dan perangkat desa berasal dari PNS,


ungkapkan usulan tegas agar pera itu antara lain datang dari Last
mengatakan:

Kemudian yang berikutnya mengenai perangkat desa. Nah ini maaf barangkali
agak sensitif, tetapi memang ini harus kami sampaikan bahwa kami mengusulkan
perangkat desa itu non PNS termasuk sekretaris desa ya. Jadi kami mengusulkan
perang-kat desa, sehingga tidak ada lagi nanti sebutan perangkat desa lainnya.
Sekarang itu ada sebutan perangkat desa lainnya kare-na diantarai oleh yang
namanya sekdes, sehingga nanti hanya ada perangkat desa. Kami-kami
mengusulkan itu. Apa alasan-nya? Sebetulnya desa itu jangan sampai justru menjadi
rezim administrasi kemudian justru ada terjadi birokratisasi begitu ya, sehingga
sebaiknya tidak ada perangkat desa yang PNS.

Kemudian bagaimana halnya dengan yang selama ini mungkin kita harus-harus
melihat kenapa banyak orang tertarik kemu-
184 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

dian perangkat desa itu menjadi PNS? Ini saya kira tidak bisa diingkari, ini
persoalan kepastian penghidupan. Untuk kepastian bagaimana memperoleh
penghargaan atau jerih payah atau gaji dan seterusnya. Oleh karena itu, kami
memberikan satu alterna-tif, kalau tidak ada PNS di desa lalu bagaimana? Ini perlu
ada skala penggajian saya kira begitu menggunakan standar PNS. Jadi perangkat
desa tidak harus PNS, tetapi bisa digaji dengan standar PNS. Lalu siapa yang
menggaji ditambah dengan tun-jangan plus yang namanya asuransi bagi
keluarganya. Jadi per-lakuannya sebetulnya hampir sama dengan PNS, hanya dia
tidak statusnya bukan PNS.

Dalam perdebatan kami di kampus, apa mungkin Negara mem-bayar yang bukan
pegawai negeri? Kenapa tidak. KPU itu berapa banyak orang itu digaji oleh
pemerintah dan itu bukan PNS, itu adalah pegawai sipil itu, bukan pegawai negeri,
bukan pegawai Negara sipil itu. Lalu akhirnya oh ini jalan keluar yang baik kalau
kemudian agar apa di desa tidak lagi terjadi tarik ulur dan seka-rang inikan yang
namanya sekretaris desa itu harus ya berdiri dua posisi karena ada dualisme
kepemimpinan dibenaknya yang namanya sekdes satu adalah sekretaris desa, yang
satu adalah Kepala Desa. Pada satu saat itu rentan akan terjadi kon lik.

Dalam RDPU tanggal 13 Juni 201 pakar yang hadir, DR. Hanif Nur
Tjondronegoro, Prof. DR. Robert ti, MA, dan Prof. DR. Tri Ratna
pembahasan tentangdesa, perangkatyaitutentang Perangkat Desa dan
status Perang dap peghasilan Perangkat Desa ti pendapat, namun tentang
status P menjadi PNS sempat terjadi perb statement yang muncul dalam
pem dari DR. Hanif Nurcholis:

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 185
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pertanyaannya, jadi pertama adalah, desa, setuju tidak, apakah perangkat desa itu
selain Sekdes itu menjadi PNS? Nah ini jawab-an saya tinggal posisi desa itu
diletakkan kemana? Kalau posisi desa seperti pengaturan No. 5 Tahun 1979,
Undang-undang No. 22 Tahun 1999 dan Undang-undang No. 32 Tahun 2004, seba-
gai lembaga masyarakat yang dikontrol oleh Negara, ini tidak relevan. Karena
lembaga masyarakat. Sehingga Sekdes menjadi PNS itu pun tidak relevan, itu
lembaga masyarakat. Sehingga ya, maunya masyarakatlah, itu. . . .

. . . Kalau pendapat saya, itu relevan dan saya dukung itu, yaitu dengan, tadi kan ada
3 model. Model pertama adalah desa se-bagai komunite yang dikontrol oleh Negara,
itu sekarang, dan RUU seperti itu. Pilihan kedua, ubah saja semua desa menjadi UPT
kecamatan, dan saya tidak setuju. Dan yang ketiga itu setu-ju, dan saya setuju kalau
modelnya itu adalah model yang saya jawab pada Pak. . . tadi, yaitu adalah recognisi
terhadap komuni-tas, tetapi masuk dalam sistem Negara. Setuju, 100% setuju. Ka-
rena itulah yang sebenarnya menjadi tulang punggung, membe-rikan satu yang bisa
menjadi agen. Baik itu agen sosial, ekonomi dan pemerintahan. Tanpa ada suatu
agen seperti itu ya, maka itu menjadi sangat tergantung sekali kepada peningkatan
kualitas dan kompetensi komunitas tersebut. Itu menjadi satu rekayasa, satu
instrument yang menjadi tidak efektif, kalau menurut saya. Kalau dipertahankan
sebagai komunitas seperti itu. Jadi saya se-tuju dengan Bapak, kalau perangkat desa
selain Sekdes menjadi PNS, dengan posisi yaitu desa itu sebagai yang tadi saya
berikan contoh, yaitu sebagai commune yang sekarang itu masuk dalam sistem, atau
county di Inggris. Commune. Ya. Itu, seperti itu Pak. Akhirnya masuk ke Negara, tapi
basisnya komunitas. Nah itu yang saya setuju.

Mantan Menteri Otonomi Daerah, paikan pandangannya mengenai PNS


ngan tingkat kesejahteraan peran
186 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

27 Juni 2012. Di depan anggota P ngatakan antara lain:

. . . Sebenarnya yang bermasalah di PNS itu bukan hanya se-kadar mem-PNS-


kan sekretaris desa Pak. Semua pengangkatan honorer PNS itu bertentangan
dengan prinsip kompetensi begitu Pak. Bagaimana Indonesia mau maju cara
seleksi PNS-nya saja tidak ketat begitu Pak. Jadi saya lebih cenderung ya
memang PNS ini ditaruh di desa begitu Pak. Jadi bukan kita mempertimbang-
kan nasibnya mereka begitu, tetapi bahwa desa itu diberi ban-tuan secara
kumulatif ya itu silakan dikelola dari situ mungkin perangkat desa bisa dapat
kesejahteraan, tetapi tidak harus ja-dikan pegawai negeri. Sekarang itu Kepala
Desa juga minta jadi pegawai negeri, sekretaris sudah jadi, perangkat desa mau
jadi pegawai negeri semua. Ya hilanglah makna desa dalam artian cultural itu
yang asli itu.

Jadi mensejahterakan aparat desa bukan dengan menjadikan dia PNS, tetapi
dialokasikan anggaran untuk pembinaan pe-merintahan yang mereka dari situ
bisa hidup yang termasuk 8 juta hektar tanah itu ya mungkin antara lain
dialokasikan untuk kepentingan desa, jadi itu menjadi tanah desa misalnya saja
di situ mereka hidup seperti jaman dulu juga. Jaman dulu desa itu sejahtera kok
tidak pakai PNS. Kenapa jaman dulu bisa bagus, sekarang tidak bisa begitu. Jadi
menurut saya, kita harus hati-hati soal menjadikan mereka sebagai PNS, nanti
PNS semua. Nah kalau PNS semua pemerintahan kita jenjangnya jadi sangat
banyak Pak.
Pada RDPU yang sama, Guru Besa Pratikno, mengingatkan bahwa pen
selama ini justru merusak tatana

Sekdes yang PNS itu kan sudah terbukti menimbulkan masalah yang serius begitu
karena kemudian merusak kultur yang ada di
Desa 187
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

desa itu, meningkatkan birokratisasi pemerintahan daerah yang basisnya


adalah adat masyarakat, adat komunal begitu. Kalau saya lebih cenderung,
kalau ini dirasa penting untuk meningkat-kan pendisiplinan administrasi
pemerintahan desa, saya lebih cenderung jangan diisi oleh PNS. Nanti sekdesnya
PNS itu sangat beresiko. Lebih baik kalau dipandang perlu adalah staf kabupa-
ten yang ditugaskan di tingkat desa, diperbantukan di tingkat desa. Nah, itu
tidak menimbulkan komplikasi iri antara Kepala Desa dengan sekdes.

Pada akhirnya, tak ada lagi sya rangkat desa lainnya. Berkaitan mokrat
mengklaim sebagai pihak y agar pengangkatan perangkat desa lam
pandangan mini fraksi yang d 2013, H. Darizal Basir dari Part

Ada banyak isu penting yang kami perjuangkan dan akhirnya masuk ke dalam RUU
dan berhasil disepakati. Isu-isu itu adalah:

1. . . .

2. . . .

3. . . .

4. . . .

Mengembalikan jabatan Sekretaris Desa yang tadinya diisi oleh PNS


dikembalikan menjadi wewenang Kepala Desa.

Argumentasi tentang komunalitas yang dihadirkan dalam rapat 13 J ngapa


Sekdes dan perangkat desa nurutnya, justru status PNS itul pemerintahan
desa berbasis komun antara lain:

188 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Kemudian juga mengenai apakah aparat desa itu PNS? Tidak. Saya pernah rebut
betul waktu itu, waktu draft UU No. 32 Tahun 2004 sedang dibahasWaktu itu saya
sudah memperkirakan, ini pasti akan menimbulkan jealous atau kecemburuan.
Padahal waktu itu saya keciltinggal di desa, carik itu tidak perlu kok yang
namanya harus PNS. Nyatanya kerjanya bagus. Apalagi sekarang sudah ada insentif
dalam Undang-Undangnya. Menurut saya jus-tru Undang-Undang yang akan dibuat
itu merevisi agar carik, sek-des, jangan lagi PNS. Jadi, sama rata sama rasa.
Namanya juga di desa. komunalisme itu memang harus ada. Kan kita tahu bahwa
face to face interrelation itu bagian dari khas desa. Kalau semu-anya dibirokratisasi
dengan cara Jakarta, saya pikir rusak semua itu desa. Jadi, kalau saya, lebih baik
(aturan) dalam UU No. 32 Ta-hun 2004 yang mengatur bahwa sekretaris desa harus
PNS yang dicabutSaya pikr jangan dibolak-balik logika kita. Justru pasal itulah
yang merusak tatanan pemda sekarang.

b. Penghasilan Perangkat Desa

Berkaitan dengan penghasilan p Desa), pengusul RUU Desa melihat mereka


pikul. Sebagai abdi negar atribut dan simbol yang diberika kan tugas-tugas
negara seperti m ministrasi, menyiapkan surat-sur duduk. Mereka harus
melayani keb hanya tata naskah dinas, tetapi RUU Desa percaya bahwa
kinerja p tukan tingkat kesejahteraan mere dalam Naskah Akademik:

Kinerja organisasi dan perangkat desa yang sangat terbatas juga berkaitan
dengan keterbatasan kesejahteraan mereka dan tidak jelasnya sistem
penggajian (remunerasi) yang didesain
Desa 189
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

pemerintah. Meski di atas kertas sistem birokrasi desa dibuat modern, tetapi
penggajian perangkat masih menggunakan pola yang sangat tradisional.
Selama ini belum ada kebijakan yang memadai mengenai penggajian
(remunerasi) terhadap Kepala Desa dan perangkat desa. Di sebagian besar desa-
desa di Jawa, perangkat memperoleh penghasilan dari tanah bengkok (palung-
guh), sebagai bentuk remunerasi secara tradisional yang diwa-riskan secara
turun temurun.

Selanjutnya disebutkan juga di bahwa:

Para perangkat desa tentu mempunyai status terhormat bagi masyarakat,


tetapi pada umumnya tingkat kesejahteraan pe-rangkat desa sangat
memprihatinkan. Oleh karena itu perangkat desa selalu menuntut dan berharap
agar pemerintah betul-betul memperhatikan nasib dan kesejahteraan mereka.

Anggota Dewan juga menyambut an kan penghasilan tetap perangkat lagi


dalam rumusan DIM, penghasi dengan Upah Minimum Regional (UM Partai
Demokrat, misalnya, mengu lebih tinggi dibandingkan perang penghargaan
lebih kepada Kepala tanggung jawab yang diembannya. Kepala Desa 2 x
UMR, sedangkan p UMR.

Dalam salah satu rapat tanggal Fraksi PPP, Dr. AW. Thalib, menya

Terkait dengan penghasilan tetap Kepala Desa dan perangkat desa, ditetapkan
paling sedikit sama dengan Upah Minimum Re-gional Kabupaten/kota, tetapi
sekretaris desa penghasilannya
190 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

ditetapkan berdasarkan gaji PNS. Perbedaan dasar penetapan penghasilan ini


berdampak pada kurang harmonisnya hubungan Kepala Desa dan perangkat
desa dengan sekretaris desa. F-PPP berpendapat, perlu ada rumusan lain yang
lebih tepat dengan tidak menggunakan standar UMR.

Dalam upaya peningkatan kinerja dan kenyamanan kerja penye-lenggaraan


Pemerintahan desa, sebaiknya Kepala Desa juga da-pat memperoleh tunjangan
lainnya selain perolehan dari tanah bengkok serta pemberian dana untuk purna
bakti, dan diberi-kannya jaminan asuransi kesehatan bagi perangkat desa dan
Kepala Desa oleh Pemerintah.

Fraksi PPP dan Fraksi PKB menye tap Kepala Desa 2 x UMR, tetapi PPP
mengusulkan paling sedikit s tai Demokrat bahkan mengklaim se
memperjuangkan agar Kepala Desa d oleh penghasilan tetap setiap bu
APBN, tunjangan dari APBDes, ser

Pandangan yang sama antara DPR salah satu berita gembira bagi p siologi
FISIP Universitas Indone paikan apresiasi dan pandanganny rangkat desa
dalam rapat kerja t menggunakan istilah gaji, Prof. pemberian gaji itu
bukan saja me majuan.

Yang mungkin menggembirakan aparat desa adalah Pasal 37 (RUU) yang


menyebutkan dengan jelas pada butir 1 bahwa Ke-pala Desa dan perangkat desa
diberikan penghasilan tetap seti-ap bulannya dan tunjangan, yang dalam butir 4
bersumber dari
Desa 191
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

APBD Desa. Pada butir 2 dari pasal yang sama menyebutkan penghasilan tetap
Kepala Desa dan perangkat desa sebagaima-na dimaksud pada ayat 1 paling
sedikit sama dengan UMR ka-bupaten/kota. . Mungkin ini kemajuan. Pasal ini
akan menjadi perhatian pada kades di seluruh Indonesia dan mengharapkan
akan terlaksananya janji RUUPasal ini memberikan harapan sedikit untuk
mendorong desa mempertahankan eksistensinya.

Prof. Robert Z. Lawang juga men buat gaji Kepala Desa lebiha-ting takan:

Gaji kades lebih tinggi dari gaji sekdes yang disebutkan dalam Pasal 35. Gaji
kades yang lebih rendah dapat merusak wibawa kades di kalangan aparat
pemdes sendiri, dan di mata masyara-kat desa. Dan perpecahan ini dimulai oleh
negara Harus ada jaminan bahwa PP yang akan disusun itu menyebutkan
secara eksplisit bahwa gaji kades lebih tinggi dari gaji sekdes. Penga-laman
menunjukkan bahwa produk hukum yang disusun di Indo-nesia seringkali tidak
sinkron.

Pada rapat yang sama, anggota Azis Suseno, menambahkan pandang

Sebenarnya intinya para perangkat desa itu juga masalah peng-hasilan saja. Jadi,
kesejahteraan antara sekretaris desa yang no-tabene juga digaji dari pegawai
negeri, sementara Kepala Desa-nya tidak digaji. Terus, perangkat di bawahnya juga
sementara ini terabaikan. Kalau itu nanti semuanya tercukupi dengan stan-darnya
masing-masing, saya rasa Insya Allah akan bisa memini-malkan permasalahan di
desa itu. Jadi, untuk itu, minta rumusan tentang UU Desa ini sedemikian rupa
sehingga apa yang diha-rapkan baik oleh perangkat desa, Kepala Desa maupun
masya-rakat desa sendiri terutama partisipasi masyarakt desa untuk membangun
desanya akan terwujud.
192 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

3.4.4 Tanggapan

Pada dasarnya pemerintah dan D pentingnya peranan Perangkat Des Desa.


Sebagai pembantu, perangka gas yang sifatnya bantuan bagi K dukan
sebagai pembantu Kepala De nempatkan mereka dalam posisi pe desa:
perangkat desa menyandang yang diberikan negara sekaligus m (Lihat
NaskahDesa)Akademik.Sebagaibandingan,RUUMenper-teri juga disebut
membantu Pre orang sembarangan. Kedudukan pe membuat sistem
rekrutmen mereka dap mereka harus didasarkan9Dalam kontepada
perangkat desa,perangkpilihant tderhadapsamema bergantung kepada
Kepala Desa. T Kepala Desa itu diatur sedemikia-benar mampu
menjalankan tugas. M rangkat Desa berusia minimal 20 semacam ini tak
dikenal untuk Ke Selain itu, Kepala Desa diwajibk sebelum mengangkat
seseorang men sesuai PP No. 43 Tahun 2014, mem atas kandidat perangkat
desa. Pa menegaskan rekomendasi tertulis Kepala Desa untuk mengangkat
per

Persoalan yang mengemuka dalam itu pada


dasarnyaPertamamenyangkut,status tigPer
Jimly Asshiddiqie. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Re-formasi. Jakarta:
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2006, hal. 175-176.
Desa 193
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

kat Desa (Sekretaris Desa dan pe hun 2004 tentang Pemda telah mew
retaris Desa adalah PNS. Pasal 2 Sekdes diisi dari PNS yang memen di
bawah rezim UU No. 22 Tahun 2 juga pernah mengeluarkan Keputus tang
Pedoman Bagi PNS yang Dipil Dipilih/Diangkat Menjadi Perangk

Status PNS Sekretaris Desa ini demo selama proses pembahasan R Desa
berdemo menuntut status mer PNS. Bahkan kemudian perangkat l dusun,
mengajukanTuntutuntutaninisenadmem merintah menghadapi dilema.
Meng dan perangkat Desa menjadi PNS a anggaran negara.

Rincian Perangkat Desa yang dia diambil dari PasalTahun 122005PP


tentangNo.72 12 PP ini merumuskan:

(1) Pemerintah Desa sebagaimana terdiri dari Kepala Desa dan

Perangkat Desa sebagaimana terdiri dari Sekretaris Desa

Perangkat Desa lainnya seb ayat (2) terdiri atas:

sekretariat desa;

pelaksana teknis lapangan;

unsur kewilayahan.

Jumlah Perangkat Desa seba ayat (2), disesuaikan dengan


sial budaya masyarakat setemp
194 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

(4) Susunan organisasi dan tata tetapkan dengan peraturan des

Tentu saja ada perubahan menda Sekdes. Dalam PP No. 72/2005 ia rah atas
nama Bupati/Walikota. K pala Desa setelah berkonsultasi ti/Walikota. Dari
sisi persyarat harus terdaftar sebagai penduduk No. 72/2005 cukup
menyatakan ber sangkutan.

Undang-Undang Desa pada akhirn Sekdes berasal dari PNS. Pasal 4 bahwa
perangkat desa diangkat ol pengangkatan itu kepala harus mem yang sudah
ditentikan dan ia har Misalnya, untuk mampu membantu tu orang yang
boleh diangkat menjadi 42 tahun. Persyaratan model usia dikenal dalam
pencalonan Kepala D

Meskipun UU Desa menghapuskan Tahun 2014 tetap membuka peluang


rangkat Desa. Pasal 66 PP ini me

PNS kabupaten/kota setempat jadi perangkat desa harus men pejabat


pembina kepegawaian;

Kalau terpilih dan diangkat bersangkutan dibebaskan semen lama menjadi


perangkat desa t bagai PNS.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 195
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Aturan ini sekilas tentu saja s menjadi perangkat desa karena pi haknya
sebagai PNS hilang. Persya desa sebagaimana diatur dalam Pa secara
eksplisit memuat status P ratan. Jika pemerintah kabupaten mengizinkan
PNS menjadi perangka syarat lain: (i) berpendidikan m tahun; dan (iii)
terdaftar sebag kinan bagi PNS untuk menjadi per jika Kepala Desa
menggunakan arg dimaksud sangat dibutuhkan oleh w

Halkedua yang penting dicatat adal Desa menjadi pengurus partai pol
panye. Larangan ini juga berlaku BPD. Argumentasi yang dibangun p
netralitas. Larangan-larangan la partai politik sebenarnya diatur dangan
dan menjadi prinsip memeg

(2) UU No. 42 Tahun 2008 tentang dan Wakil Presiden melarang pela
sertakan Kepala desaD berkampanyedanpergk. senada tertuang dalam UU
No. 8 T Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD. panye ini dapat dimaklumi
karena perangkatnya dituding sebagai sa broker suara dalam pemilihan
umu mesin birokrasi10 dalam pilkada

Lihat antara lain Harun Husein, Pemilu Indonesia: Fakta, Angka, Analisis, dan Stu-di Banding.
Jakarta: Perludem, 2014, hal.87; juga Gregorius Sahdan dan Muhtar Haboddin (ed). Evaluasi
Kritis Penyelenggaraan Pilkada di Indonesia. Yogyakar-ta: the Institute Power of Democracy
(IPD), 2009.
196 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Ketiga adalah penghasilan dan hak-Seperti halnya Kepala Desa, pera


ganjaran atas pelaksanaan tugas-silan tetap, tunjangan, jaminan nya yang
sah. Pengaturan mengena juga ada dalam PP No. 72 Tahun 20 kan: (i)
Kepala Desa dan Perangk tetap setiap bulan dan/atau tunj mampuan
keuangan Desa; (ii) Peng jangan lainnya yang diterima Kep ditetapkan
setiap tahun dalam AP tersebut paling sedikit sama den Kabupaten/Kota.

Khusus mengenai jaminan kesehat tentang Sistem Jaminan Sosial N


jaminan kesehatan merupakan sala sial, selain jaminan kecelakaan pensiun,
dan jaminan19UUkematianinime.egaP minan kesehatan diselenggarakan
prinsip asuransi social dan prin bertujuan menjamin agar peserta liharaan
kesehatan dan perlindun han dasar kesehatan.

Keterlibatan Kepala Desa dan Perangkat Desa dalam Po-litik Praktis.

Keterlibatan aparat pemerintaha tis sudah menjadi rahasia umum. ran


perundang-undangan secara ek Kepala Desa dan perangkat Desa a sial bagi
partai tertentu.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 197
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

2. Penghasilan Kepala Desa dan Perangkat Desa

Dalam konstruksi RUU Desa, uku Desa dan perangkat desa adalah U potensi
menimbulkan perbedaan da UMR di tiap kabupaten/kota berbe bahasan,
perbedaan gaji Kepala D dikaji. Selama ini, gaji tetapn s penghasilan tidak
tetap Kepala D nya, sehingga menimbulkan kecemb

Walhasil, dalam naskah UU Desa dihilangkan. Penghasilan tetap K tinggi


dari sekdes. Setidaknya i hun 2014 yang mengatur Alokasi D hasilan tetap
Kepala Desa dan pe nya, oleh Pasal 81 ayat (4) PP N kan kepada
Bupati/Walikota dan d Bupati/Walikota. Sedangkan peran ketentuan:

Sekretaris desa paling sedik tetap Kepala Desa perbulan

Perangkat desa selain sekret persen dari penghasilan tetap

Jika dibaca dari rumusan UU De desa adalah seperti terlihat dal

198 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Tabel: Penghasilan Perangkat Desa dan Sumbernya

Jenis
Sumber

Keterangan

PenghasilanDana

Dibayar
setiap
bulan

tetap
perimbangd
ana perimbangannya

dalam
APBNditetapkan dalam APB
yang

diterimakabupaten/kota

kabupaten/kota

Tunjangan
APB Desa
Ditetapkan l

Perwali

JaminanBPJS

UU No. 40 Tahun 20

kesehatan

tentang BPJS, Perpre

Tahun 2013 tentang J


Kesehatan

Penerimaan

Diatur lebih
lanjut

lainnya yang

sah

PP No. 43 Tahun 2014 ternyata penghasilan tetap Kepala Desa da dengan


tunjangan, jaminan keseha sah? Apa saja jenis tunjangan ya suk kategori
penerimaan lain yan tungan BUM Desa atau bagian tert PP No. 43 Tahun
2014 hanya menye penerimaan lain yang sah dapat b berdasarkan
ketentuan perundang-tunjangan dan penerimaan lain y peraturan
Bupati/Walikota. Lanta nerimaan lain itu sah? Selain it tunjangan Kepala
Desa dan perang

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 199
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Des, tetapi kemudian PP menyebut Des. Bukankah ini berarti juga desa
mendapatkan tunjangan yang Bagaimana pula PNS yang diangka apakah ia
tetap punya hak penuh Desa tanpa melepaskan sama sekal bagaimana
disebut Pasal 67 ayat

Kepastian penghasilan perangka rapan akan semakin meningkatnya


masyarakat. Harapan itu disampai si Partai Hanura) dalam Pandanga
2013:Perangkat Desa lebih memahami posisinya sebagai penga-

yom dan penggerak dalam struktur organisasi yang lebih mengu-tamakan


kepentingan masyarakat dalam perspektif melayani.
Tetapi apakah ada jaminan kepast ningkatkan pelayanan kepada masy bisa
dijawab lewat praktik.

3.5 Musyawarah Desa

3.5.1 Pengantar

Musyawarah Desa (Musdes) adala antara Badan Permusyawaratan Des dan


unsur masyarakat yang disele menyepakati hal yang bersifat s forum
pengambilan keputusan yang dan menjadi bagian dari dasar ne
menyebutkan kerakyatan yang dipi naan dalam permusyawaratan/perwa

200 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

3.5.2 Pasal

Pasal 54

Musyawarah Desa merupakan foru diikuti oleh Badan Permusyawarata dan unsur
masyarakatmemusyawarahkanDesauntukha bersifat strategis dalam penyelen

Hal yang bersifat strategis(1) seb meliputi:

penataan Desa;

perencanaan Desa;

kerjasama Desa;

rencana investasi yang masuk

pembentukan BUM Desa;

penambahan dan pelepasan Aset

kejadian luar biasa.

Musyawarah Desa sebagaimana dim sanakan paling kurang sekali dala

Musyawarah Desa sebagaimana dim dari Anggaran Pendapatan dan Bela

Penjelasan

Ayat (1)

Musyawarah Desa merupakan forum pertemuan dari seluruh pemang-ku kepentingan


yang ada di Desa, termasuk masyarakatnya, dalam rangka menggariskan hal yang
dianggap penting dilakukan oleh Pe-merintah Desa dan juga menyangkut kebutuhan
masyarakat Desa.

Hasil ini menjadi pegangan bagi perangkat Pemerintah Desa dan lembaga lain
dalam pelaksanaan tugasnya.

Yang dimaksud dengan unsur masyarakat adalah antara lain tokoh adat, tokoh
agama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, perwakilan kelompok tani, kelompok
nelayan, kelompok perajin, kelompok pe-rempuan, dan kelompok masyarakat
miskin.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 201
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Ayat (2)

Huruf a

Dalam hal penataan Desa, Musyawarah Desa hanya memberikan pertimbangan dan
masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota.

Huruf b, huruf c, huruf e, huruf f, huruf g, serta ayat (3) dan ayat (4) cukup jelas.

Selain pada penjelasan pasal p Umum UU Desa juga memuat penjel


Selengkapnya Musyawarahdisebutkan:Desaatauyang dise-

but dengan nama lain adalah forum musyawarah antara Badan


Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyara-kat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk
memusyawarahkan dan menyepakati hal strategis dalam penyelenggaraan
pemerintahan Desa. Hasil musyawarah desa dalam bentuk kesepakatan
dituangkan dalam keputusan hasil musyawarah dijadikan dasar oleh Badan
Permusyawaratan Desa dan Pemerintah Desa untuk menetapkan kebijakan
Pemerinta-han Desa.

3.5.3 Pembahasan di DPR

Pengaturan Musyawarah Desa dala dalam satu Pasal berisi empat ay pasal
54 tersebut berisi tentang yang dibahas dalam musyawarah de
Musyawarah Desa; dan Pembiayaan proses pembahasan DIM, klausulMu
diperdebatkan, semua fraksi setu bab. Pemerintah dan DPR sepakat

202 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

lenggaraan musyawarah desa sebag tusan desa.

Menteri Dalam Negeri, Gamawan F dangan pemerintah saat mengantar

Musyawarah Desa . merupakan forum tertinggi musyawarah yang berfungsi


untuk membahas, mendiskusikan dan mengkoor-dinasikan program-program
strategis yang akan dilaksanakan oleh pemerintah desa dan Badan
Permusyawaratan Desa. Pro-gram-program strategis dimaksud termasuk proses
penyusunan perencanaan pembangunan desa dan perencanaan pembangun-an
kawasan perdesaan.

Dalam Raker 4 April 2012, Anang menyampaikan pandangan berikut:

RUU Desa yang diajukan oleh Pemerintah mereduksi kedudukan Musyawarah Desa
dalam sistem pemerintahan desa. Musyawa-rah desa hanya berfungsi untuk
membahas, mendiskusikan dan mengkoordinasikan program-program strategis
yang akan dilak-sanakan pemerintah desa. Hasil musyawarah digunakan sebagai
bahan dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa dan merupakan
masukan bagi Kepala Desa dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan desa serta bagi BPD dalam penyelenggaraan
musyawarah BPD. . . DPD RI mengusulkan desa membentuk dan
menyelenggarakan musyawarah desa, atau nama lain, sebagai wadah tertinggi un-
tuk pengambilan keputusan desa yang bersifat strategis.

Keputusan desa yang bersifat strategis mencakup: rencana pem-bangunan jangka


menengah desa; investasi yang masuk desa; pengembangan kawasan perdesaan;
pembentukan, penggabung-an, pemekaran atau perubahan status desa. DPD
mengusulkan musyawarah desa dalam hal ini bukan pemegang kedaulatan rakyat
desa, bukan juga sebagai institusi yang permanen, tetapi sebagai forum
pengambilan keputusan strategis yang mengikat
Desa 203
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

bagi pemerintah dan warga desa. Penyelenggaraan musyawa-rah desa untuk


pengambilan keputusan strategis dimaksudkan untuk menghindari bias elite
yang dilakukan oleh Kepala Desa, sekaligus pelibatan warga masyarakat guna
memberikan perlin-dungan terhadap aset-aset strategis desa. Jika desa akan
men-gambil keputusan strategis, maka BPD berwenang membentuk dan
menyelenggarakan musyawarah desa.

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fa 15 Mei 2012 mengapresiasi usulan


patkan Musyawarah Desa sebagai p di Desa dengan alasan beberapa p tidak
mengatur hal tersebut dan untuk membentuk Daerah Otonomi I
Pemerintah terhadap usulan DPD t pat dilihat di bawah ini:

Terkait dengan usulan DPD-RI mengenai kedudukan lembaga perwakilan rakyat


desa dalam desain Pemerintahan desa, dapat dijelaskan bahwa Rancangan Undang-
undang tentang Desa ti-dak mengatur mengenai lembaga perwakilan rakyat desa
tetapi mengatur Badan Permusyawaratan Desa yang berfungsi sebagai lembaga
permusyawaratan dan pemufakatan dalam menam-pung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat, sebagaimana telah dijelaskan terdahulu. Hal tersebut sejalan dengan
kesepakatan politik yang tertuang dalam Undang-undang No. 22 Tahun 1999 dan
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dimana penyebutan Ba-dan Perwakilan Desa
dalam Undang-undang No. 22 Tahun 1999 dirubah menjadi Badan
Permusyawaratan Desa dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004. Landasan
pemikirannya adalah bahwa Desa yang diatur dalam Undang-undang No. 22 Tahun
1999 maupun Undang-undang No. 32 Tahun 2004 dan Rancan-gan Undang-undang
tentang Desa tidak mengarah pada pem-bentukan Daerah Otonom Tingkat III
sebagaimana diatur da-lam Undang-undang No. 18 Tahun 1965, Undang-undang
No. 1
204 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Tahun 1957 maupun Undang-undang No. 22 Tahun 1948 semua tentang


Pemerintahan Daerah. Demikian pula halnya dengan usulan DPD-RI agar
Musyawarah Desa dijadikan wadah terting-gi untuk pengambilan keputusan desa
yang bersifat strategis.

FraksiPPP, dalam pandangan min syawarah Desa penting karena me


masyarakat dalam pengambilan kep sama, Fraksi Partai Golkar menga gai
wujud penguatan demokrasi di

Hasto Wiyono dari STPD APMD Y pandangan mengenai musyawarah de


Juni 2012. Ia mengatakan:

Kemudian untuk musyawarah desa. Untuk musyawarah desa, kami juga


menginginkan agar musyawarah desa itu menjadi lebih bermakna bukan sekadar
untuk prosedur. Jadi musyawa-rah desa untuk memenuhi persyaratan yang
namanya partisipa-tif dengan mengumpulkan orang, maka itu adalah partisipatif.
Kami tidak sepakat dengan itu. Saya kira sepemikiran dengan teman dari UKSW.
Namun demikian, musyawarah desa itu bu-kan juga merupakan pemegang
kedaulatan rakyat desa, tetapi musyawarah desa itu sebagai satu arena untuk
melakukan rem-buk, melakukan pembahasan, melakukan apa namanya ya untuk
mengambil keputusan bersama terutama hal-hal yang sangat strategis. Nah
misalnya nanti di dalam konteks pembangunan pedesaan, dalam pengelolaan
resourceh terutama sumberdaya alam untuk pertambangan misalnya. Ini saya kira
musyawarah desa menjadi sangat penting sebelum Kepala Desa itu memutus-kan
atau mengizinkan atau tidak ketika ada investor itu masuk. Jadi musyawarah desa
rakyat diajak bicara, sehingga dalam konteks ini betul-betul desa itu menjadi sebuah
subjek ya, menja-di subjek yang keberadaannya memang dihormati dan diakui.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 205
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pendapat tersebut didukung ole Surya Research Center:

Saya setuju dengan rekan-rekan, teman-teman yang memberi-kan tanggapan


tentang RUU ini bahwa Badan Musyawarah Desa jangan kita anggap kecil.
Perlakukan mereka seperti kita memper-lakukan DPR ini bahwa teman-teman di
DPR ini terdiri dari berba-gai macam musyawarah desa yang ada di Indonesia ini
berkum-pul dan kemudian juga bisa mengontrol SKPD atau teman-teman birokrat
lainnya yang di daerah-daerah dan dibenak kami Surya Research kami mengadakan
dalam tanda kutip ini juga merupa-kan tawaran dari setiap kali kami mengunjungi
kabupaten, bagai-mana kalau kita membentuk kelompok penguatan masyarakat,
kita menyebutnya seperti itu kelompok penguatan masyarakat.

Dalam RDPU 10 Oktober 2012, Sut paikan pandangan berikut:

Ini ada persoalan kuasa desa dan kuasa rakyat ya, itu menya-tu di dalam desa
tetapi persoalannya begini pak, kuasa desa ini sekarang tidak berdaya karena
berhadapan dengan kuasa ne-gara dan kuasa modal, jadi banyak sumber daya
lokal yang ini terkikis abis lah kalau ada intervensi modal misalnya soal air dan
macam-macam, dan oleh karena ini kan persoalan agraria yang kita harus
selesaikan juga, termasuk pembangunan pede-saan yang mengandung investasi
ya, sebenarnya pikiran yang sudah berkembang, bagaimana desa itu secara
kolektif mam-pu mengontrol usulan kita itu ada semacam musyawarah desa,
musyawarah desa itu sebagai semacam institusi yang bisa kita panggil untuk
mengambil keputusan strategis di desa, supaya ini tidak hanya diputuskan oleh
segelintir orang tetapi oleh forum yang lebih besar, karena modalnya kan
Bupati-Kepala Desa se-lesai gitu ya, jadi artinya keputusan mengenai investasi
yang ber-sentuhan dengan desa itu tidak hanya dari tangan Bupati, tetapi juga
itu basisnya ada di desa, dan desa itu pengambil keputusan-nya adalah
musyawarah desa.
206 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

3.5.4 Tanggapan

Musyawarah adalah forum bertem gan para pemangku kepentingangeneral.


will) dipertemukan dalam forum itu, putuskan bersama-sama mana yang
lihan yang ada. Dalam forum itu dan mungkin juga keinginan peme yang
disampaikan lewat Kepala De keinginan pemangku kepentingan l pada
hakekatnya menunjukkan bahw partisipatif11 dan dialogis.

Undang-Undang No. 32 Tahun 200 Daerah dan peraturan pelaksanaan


mengatur spesi ik musyawarah Des gulasi ini bisa dilihat dari pem disebut
dalam Pasal 54 UU Desa. M diinginkan dalam Pasal 54 merupa kup penting
dalam pembangunan de desa. Salah satu perencanaan des tahunan adalah
Musyawarah Perenc Desa (Musrenbangdes).

Payung hukum pelaksanaan Musr diatur dalam Undang Undang No. teknis
pelaksanaannya diatur mel (SEB) Menteri Negara Perencanaan Kepala
Bappenas dan Menteri Dala Teknis Penyelenggaraan Musrenban

Rianingsih Djohani (penulis). Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan


Pembangunan Desa. Bandung: FPPM, 2008, hal. 4
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 207
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

tahun. Secara khusus Musrenbangd No. 66 Tahun 2007 tentang Peren yang
didalamnya termuat petunju Musrenbang untuk penyusunan Renc
Menengah Desa (RPJMDes) dan Renc Desa (RKPDes) tahunan yang kemud
Surat Dirjen414.PMD2/1408/PMDNo.31Marettanggal20 tentang Petunjuk
Teknis Perencan

Perencanaan dan penganggaran m konsep dan proses yang tak terpi


rencanaan pembangunan dilakukan pembiayaannya. Oleh karena itu, b
dokumen perencanaan, Desa juga m patan dan Belanja Desa (APBDesa)
APBDesa adalah UU No. 33 Tahun 2 Keuangan antara Pemerintah Pusat No.
58 Tahun 2008 tentang Pengel Permendagri No. 37 Tahun 2007 te

Pasal 54 UU Desa tidak menyebu rekomendasi pengaturan teknis pe


Peraturan Pemerintah No. 43 Tahu aturan mengenai musyawarah desa.

Pasal 9 dan 10 tentang pembua bentukan desa oleh pemerintah

Pasal 18 tentang pembuatan k bungan desa oleh pemerintah da

Pasal 22tentang prakarsa per kelurahan;

Pasal 26 tentang prakarsa pe desa;


208 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pasal 45, 47, dan 56 tentang waktu melalui musyawarah desa;

Pasal 111 tentang pengelolaa

Pasal 114 tentang perencanaa

Pasal 121 tentang pelaksanaa

Pasal 125 tentang pembanguna

Pasal 126 dan Pasal 130 tent

Pasal 132 dan 136 tentang BU

Dengan konsep hibrid atau campu punyai kewenangan untuk mengatur


kewenangan pemerintah desa. Dala rakat desa mempunyai kedudukan y
dengan Kepala Desa dan Badan Perm kan dan korelasi itu dapat digamb

Gambar: Keterkaitan para pemangku kepen ngan

Pemerintah

Desa

Badan
Masyarakat
Permusyawa-
Desa
ratan Desa
Gambar tersebut memperlihatkan pemangku kepentingan dalam pelak
Kepala Desa beserta perangkatnya
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 209
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

rakat desa beserta unsur-unsur r ta pengurusnya. Mereka membawa k pada


irisan lingkaran. Artinya, diarahkan pada tercapainya mufak

Dalam prakteknya, sesuai dengan dipakai UU Desa, sangat mungkin tiap-


tiap unsur yang membentuk M mungkin terjadi Kepala Desa yang
merintahan kabupaten/kota menola Musdes, baik secara terang-terang
lasan Pasal 54 UU Desa sebenarnya gas:Hasil inimenjadi pegangan bagi
perangkat pemerintah desa

dan lembaga lain dalam pelaksanaan tugasnya. Dalam hal t kon lik
kepentingan, maka peratu jalan keluar yang tegas, misalny punya
kewenangan menegur Kepala Desamemang memberi hak kepada mas
kukan pengawasan atas kegiatan pe desa serta menyampaikan aspirasi hal
kon lik kepentingan itu berk lokal berskala desa, maka Desa p tur dan
mengurus. Sedangkan jika yang ditugaskan dan kewenangan l Desa hanya
punya kewenvidePangansal 20mengda UU Desa). Bahkan dalam hal penat
tap ada di tangan pemerintah kabu hanya sekadar forum untuk member
sukan (Penjelasan Pasal 54 ayat 2

Seperti disebutkan dalam Pasal Desa adalah forum untuk memusyaw


strategis dalam penyelenggaraan
210 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Undang-Undang telah menetapkan t mana tergambar berikut:

Bagan Isu-isu Strategis yang Dibahas dalam Musyawarah Desa

Perencanaan

Penataan Desa

Kerjasama Desa

Desa
Rencana

Penambahan

Pembentukan

dan Pelepasan

Investasi yang

BUM Desa

Aset Desa

masuk ke Desa
Kejadian

Luar Biasa

a. Hal-Hal Strategis

Pasal 54 ayat (2) UU Desa meng sebagai hal yang bersifat strate lenggaraan
musyawarah Desa. Teta strategis dan penormaannya terke untuk
menambahkan hal strategis juh hal itu saja yang masuk dikate luar ketujuh
hal tersebut tidak h rah Desa. Dalam praktiknya sanga pandangan
antaradesadenganpemerintwargadesah menge-nai sifat strategisnya
sesuatuut ha frasa kejadian luar biasa. Apa luar biasa? Banjir, misalnya, bi

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 211
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Lalu, apakah harus Musdes dulu s strategis dalam Pasal 54 lebih s


pembentuk Undang-Undang, dan buk kenyataan yang dihadapi masyarak

b. Pelaksanaan dan Pembiayaan Musdes

Berdasarkan UU Desa, Musdes dis kali dalam setahun. Undang-Undan


waktu pelaksanaan dan berapa la Musdes. Pada praktiknya, musrenb nuari
setiap tahun. Namun diliha ada kemungkinan besar pelaksanaan

Pembiayaan Musdes berasal dari raan Musdes yang hanya bergantun nya
menimbulkanPertamadua, persoalanbiladana. AP tidak mencukupi untuk
Musdes sek menyelenggarakan Musdes? Penyele dengan difasilitasi
pemerintah d dalih tidak ada dana, apakah BPD naan Musdes, dan lantas
memberik pala Desa untuk memutuskan hal-h BPD?Kedua, persoalan
pertama sebenar membuka peluang pendanaan Musdes yang sah dan tidak
mengikat. Tet kaedah yang harus ditaati pesert rasal dari pihak ketiga?

Dilihat dari konstruksi hibridi mendapatkan biaya pelaksanaan Mu


dimungkinkan. Sebagian biaya Mus desa yang bisa berasal darihibah bera
dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga. Dari ru
212 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

musan Pasal 72f UUayatDesa(1)tersebuthuruf te salah satu syarat yang


harus- dip sifat mengikat. Jika ada penyimp pihak ketiga untuk Musdes
terseb

Desa, yang akan dimintai tanggung

Desa sebagaipemegangkekuasaan pengelolaan keuangan desa.

3.6 Badan Permusyawaratan Desa

3.6.1 Pengantar

Badan Permusyawaratan Desa (BPD gan yang menyelenggarakan fungsi


adalah penyelenggara musyawarah d menyebutkan BPD atau yang disebut
baga yang melaksanakan fungsi pe merupakan wakil dari penduduk de
wilayah dan ditetapkan secara dem yang diatur dalam UU ini meliput
kewajiban, larangan, dan mekanism

Dalam tema ini akan dibahas as BPD dalam menjalankan perannya d fungsi;
keanggotaan; hak dan kew

3.6.2 Fungsi 3.6.2.1 Pengantar

Dihubungankan dengan rumusan Pa maka jelas disebutkan bahwa BPD


sanakan fungsi pemerintahan. Ia menggunakan nama lain yang fungs
butkan dalam Pasal 55 UU Desa.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 213
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

3.6.2.2 Pasal

Pasal 55

Badan Permusyawaratan Desa mempunya membahas dan menyepakati Rancangan


Kepala Desa

Menampung dan menyalurkan aspirasi Melakukan pengawasan kinerja Kepala

Penjelasan

Cukup jelas

Penjelasan Umum UU Desa menjela nai BPD:BadanPermusyawaratan Desa


merupakan badan per-musyawaratan di tingkat desa yang turut membahas
dan menye-

pakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.


Dalam upaya meningkatkan kinerja kelembagaan di tingkat desa,
memperkuat kebersamaan, serta meningkatkan partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat, Pemerintah Desa dan/atau Ba-dan
Permusyawaratan Desa memfasilitasi penyelenggaraan mu-syawarah desa.

3.6.2.3 Pembahasan di DPR

Dalam proses awal masuknya RUU secara tidak langsung mengakui b lam
perundang-undangan sebelumny nya, diatur dalam Pasal 209 UU N kanBPD
berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala

Desa, menampung, dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

Naskah Akademik RUU Desa menggu wakilan Desa yang menjalankan- fun
214 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

pentingan warga desa,budgetingfungsi,dan funglegi pengawasan. Penyusun


Naskah Akad lembaga yang bekerjaJikapenuhBPDhanya sebukan-

bagai pekerjaan sambilan, maka ia hanya didominasi oleh kelom-pok tokoh


masyarakat dan PNS, yang berarti tidak mencerminkan

keterwakilan banyak kelompok dalam desa. Desain yang full time itu juga
sebagai respons dan persiapan untuk menghadapi banyak-

nya kewenangan dan perencanaan yang didesentralisasi ke desa.

Pada saat Naskah Akademik itu musan DIM, hanya ada dua fungsi dan
menyalurkan aspirasi masyara naan pembangunan desa dan pember dan
(b) memberikan masukan, sara lam perumusan regulasi yang dite tapi
dalam proses pembahasan DIM penambahan fungsi lain yakni pe
pemerintahan desa. Bahkan usulan berkembang. Fraksi Partai Gerind
bahan antara lain membentuk pani mengusulkan pengangkatan dan pem
dan menyampaikan hasil pengawasa kepada pemerintah daerah yang di

Pada saat menyampaikan Keteran atas RUU tentang Desa pada tangg lam
Negeri Gamawan Fauzi menyebu

Perubahan yang terkait dengan Badan Permusyawaratan Desa adalah lebih


mendudukkan pada fungsi Badan Permusyawaratan Desa sebagai lembaga
permusyawaratan dan permufakatan dalam menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat.
Desa 215
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pandangan Fraksi Partai Golkar, so Sinaga, pada rapat 11 Desembe bahan


yang diusulkan pemerintah penguatan BPD dan musyawarah desa atan
demokrasi di desa.

Penguatan demokrasi di perdesaan dengan keberadaan Musdes dan kewenangan


Badan Permusyawaratan Desa sebagai wujud perwakilan masyarakat desa yang
berfungsi untuk membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama
Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa, dan
melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

Masuknyaataufrasayangdisebut dengan nama lain dalam de inisi BPD


berkaitan dengan pe ingatkan fakta lembaga-lembaga yang sudah dikenal
selama ini. O Komnas HAM selaku pakar yang diu 2012, mengatakan:

Karena, ini hal kedua, bahwa perkembangan antardesa itu kan tidak sama . . .
seperti kita diskusi di Yogya ya kan, misalnya BPD, itu tidak masalah. Mereka
evolusinya. Kon irmasinya itu mudah.

. . dari lembaga genuine, asli desa terus jadi LMD, LKMD, itu gam-pang, begitu. Terus
berubah lagi jadi BPD, gampang itu. Tapi ka-lau daerah-daerah, itu tidak mudah.
Jadi ini juga harus dipertim-bangkan, begitu. Karena itu fokus utamanya harus jelas.

Forum Wali Nagari (Forwana) Sum agar peran BPD tidak diamputasi bang
atas kekuasaan Kepala Desa Forwana, menyampaikan pandangan Oktober
2012:

216 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Penguatan pemerintahan desa merupakan suatu keharusan dalam rangka


mempercepat terwujudnya kesejahteraan masya-rakat; sementara kami melihat
dalam draf RUU yang ada seka-rang dihilangkannya klausula pemerintah yang ini
berarti Badan Permusyawaratan Desa atau BPD bukan lagi penyelenggara bagi
pemerintahan desa bersama dengan Kepala Desa, dan memposi-sikan Kepala Desa
sebagai penguasa tunggal bagi desa. RUU ini memposisikan BPD sebagai lembaga
kemasyarakatan yang hanya berfungsi untuk menampung dan menyalurkan aspirasi
untuk ma-syarakat. Kondisi ini sangat berbahaya bagi perkembangan demo-krasi di
tingkat desa. Gambaran RUU ini seakan mengembalikan semangat UU No. 5 Tahun
1979 yang sentralistik.

Pada akhirnya, untuk mengatasi kewenangan BPD, ditegaskan bahwa


menjalankan fungsi pemerintahan pat Paripurna DPR 18 Desember 20
Akhmad Muqowwam, kembali menying badan permusyawaratan di tingkat
desa yang turut membahas

dan menyepakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan pe-


merintahan desa.
3.6.2.4 Tanggapan

Seperti disebutkan dalam UU Des lah penyelenggaraan urusan peme


masyarakat. Pemerintahan itu dil desa yang terdiri atas Kepala De kat desa.
Tetapi ternyata, BPD j yang menyelenggarakan fungsi pem

Secara teoritik, pemerintahan m luas dan arti sempit. Umumnya pem rujuk
pada trias politica Montestif,
Desa 217
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

dan Yudikatif. Dalam arti luas pe Mahkamah Agung, Mahkamah Konstit


negara lainnya. Sedangkan pemeri lah presiden dan jajaran12 pemerint

Berkaitan dengan fungsi BPD, m bandingkan UU Desa dengan UU No No.


32/2004 hanya menyebutkan BP

Tabel Perbandingan BPD dalam Perundang-Undangan

UU No.

UU No. 22/1999
UU No. 32/2004
UU No. 6/2014

5/1979

Tidak

mengeMengenal-
MengenalBadan
MengenalBadan
Permu-

nal
lembagaPerwakilanPermusyawaratanDesaBadan

legislatifsebagai
lembagaDesa;berfungsisyawaratan

desa. HanyalegislatifmenetapkandesaDesaperasebagai-

ada Lembyangga berfungsituran desalembagabersa-yang

MusyawarahmengayomimaadatKepalamelaksanakanDesa,

Desa yangistiadat.menampung,Bersamafungsidan peme-

merupakanpemerintahmenyalurkandesarintahan,as-
yan

unsur
pememembuat-
Perdes,pirasi masyarakatanggotanya.
me

rintah mdensampung.BPDdandi sinirupakanmeru-wakil

menyalurkanjuk aspada- dariBPD yangpenduduk

pirasi masyarakat,disebutdalamberdasarkan

dan melakukanUUNo. 10/2004keterwakilan

fungsi pengawatentang- Pembenwilayah- dan d

san
tukan Peraturantetapkan seca
Perundangdemokratis-un-
.

dangan.

Masalah ini sudah lama menjadi perhatian para penulis buku hukum administrasi negara. Lihat
H.A. Muin Fahmal. Peran Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Layak dalam Mewujudkan
Pemerintahan yang Bersih. Yogyakarta: UII Press, 2006, hal. 24-28.
218 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

kan aturan desa bersama Kepala D menyalurkan aspirasi masyarakat.


bahkan (iii) fungsi pengawasan, Kepala
Desa.akDadelamiknaskahdisebutkan fungsi legislasi, fungsi budgeti

Nama yang dipilih oleh desa ti buka kemungkinan menggunakan nam


rakteristik desa bersangkutan. P nitikberatkan pada fungsi permus
pengaturan desa selama ini, nama beda untuk lembaga yang berfungs

3.6.3 Keanggotaan

3.6.3.1 Pengantar

Aspek lain yang diatur UU Desa meliputi persyaratan anggota, ju utama


yang dianut UU ini adalah duduk Desa bersangkutan. Keanggo pasal
dibawah ini. Selain itu ju penetapan anggota BPD.

3.6.3.2 Pasal

Pasal 56

Anggota Badan Permusyawaratan penduduk desa berdasarkan keterwa siannya


dilakukan secara demokrat

Masa keanggotaan Badan Permusy (enam) tahun terhitung sejak tangg

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 219
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

(3) Anggota Badan Permusyawaratan D pada ayat (1) dapat dipilih untu banyak 3
(tiga) kali secara bert berturut-turut.

Penjelasan

Ayat (1) Yang dimaksud dengan dilakukan secara demokratis adalah dapat
diproses melalui pemilihan secara langsung dan melalui proses musyawarah
perwakilan.

Ayat (2) Masa keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa terhitung sejak tanggal
pengucapan sumpah/janji.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 57

Persyaratan calon anggota Badan Per

Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Memegang teguh dan mengamalkan Undang-Undang Dasar Negara Republ serta


mempertahankan dan memeliha satuan Republik Indonesia dan Bhi

Berusia paling rendah 20 (dua p menikah;

Berpendidikan paling rendah tam atau sederajat;

Bukan sebagai perangkat pemerin

Bersedia dicalonkan menjadi ang Desa; dan

Wakil penduduk desa yang dipili

Penjelasan

Cukup jelas
220 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pasal 58

Jumlah anggota Badan Permusya dengan jumlah gasal, paling sedik banyak 9
(sembilan) orang, dengan rempuan, penduduk, dan kemampuan

Peresmian anggota Badan Permusy dimaksud pada ayat (1) ditetapkan Walikota;

Anggota Badan Permusyawaratan jabatannya bersumpah/berjanji sec pan


masyarakat dan dipandu oleh B bat yang ditunjuk;

Susunan kata sumpah/janji angg Desa sebagai berikut: Demi Alla berjanji bahwa
saya akan memenuh anggota Badan Permusyawaratan Des sejujur-jujurnya, dan
seadilat-adil dalam mengamalkan dan mempertahan dasar negara, dan bahwa saya
aka demokrasi dan Undang-Undang Dasar nesia Tahun 1945 serta melaksana
undang-undangan dengan selurus-lu desa, daerah, dan Negara Kesatuan

Penjelasan

Cukup jelas

3.6.3.3 Pembahasan di DPR

Keanggotaan

Ada perubahan rumusan UU Desa j rumusan UU No. 32/2004. Pasal 21


menyebutkan anggota BPD adalah w bersangkutan yang ditetapkan den
mufakat. Kini, di UU Desa masuk
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 221
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

terwakilan, dan rumusan musyaw dengan dilakukan secara demokra

Merujuk sejarah pembentukan UU klausula berdasarkan keterwakil


eksplisit dalam Naskah Akademik. dalam DIM, yakni ketika terjadi taan.
Semula rumusannyaanggotaBPDadalah adalahwakil

dari penduduk desa bersangkutan yang ditetapkan dengan cara


musyawarah dan mufakat. Fraksi PPP mengusu rumusan dengan
memasukkanberdasarkanketerwaklausu-
kilan wilayah yang ditetapkan dengan cara pemilihan langsung.

Komposisi keterwakilan yang be Perjuangan. Selain utusan pendud


rasalutusandarilembagayang mewakili dan merepresentasikan

lembaga masyarakat dan lembaga adat yang ditetapkan cara musyawarah


dan mufakat.

Pasal 56 UU Desa ini termasuk dapat perhatian oleh Panja, sela menteri,
musyawarah Desa, dan ke disepakati setelah melalui tim adalah
sebagaimana hasil akhir d ber 2013. Pidato Ketua Pansus RU DPR tanggal
18 Desember 2013 men la tersebut, denganRUUtentang
mengatakan:Desamengatur

mengenai keberadaan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) se-bagai lembaga


yang melakukan fungsi pemerintahan yang ang-gotanya merupakan wakil
dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan
secara demokratis.

Berkaitan dengan Pasal 56 ter banyak memperdebatkan rumusan ma


222 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

yang termuat dandalayatmayat(3)(2).Masa j BPD dirujuk ke rumusan masa


jaba

Sejak awal DIM memang ada perbe mengusulkan anggota BPD menjabat
diangkat kembali untuk satu kali si Demokrat mengusulkan 10 tahun kali;
Fraksi PPP mengusulkan mas dipilih kembali. Rumusan yang di 6 tahun dan
dapat dipilih kemba berikutnya. Parlemen menganggap diungkapkan Ketua
Rapat, Achmad Desember 2013.

Saya kira perbedaan angka itu membawa implikasi, salah pa-ham. Jadi, karena
itu, pilihan kata yang ada di sini adalah da-pat dipilihkembali. Sama dengan
Kepala Desa. Saya kira, samain saja. Jadi, bunyinya adalah ayat (2)-nya saja:
Masa keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa adalah 6 tahun dan dapat
men-jabat paling banyak 3 kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak
berturut-turut. Mutatis mutandis, mengambil dari Ke-pala Desa.

Asal usul angka 3 kali sempat d Achmad Muqowwam karena menurut d


kali, sepertimemoriterungkaprapatdalamtertutu ber 2013.

Ini rumusan darimana yang tadi 3 kali ini? Darimana, siapa yang membuat ini,
yang 3 kali berturut-turut itu. Tidak ada 3 kali berturut-turut. . . Saya ingin
koreksi. Yang berlaku adalah 39, coba 39, eh 56. . coba yang Kepala Desa
berapa?

Kalau begitu, ini yang ayat (2) dicopy paste ke dalam BPD. Sela-ma diskusi tidak
pernah ada kata 3. Ternyata ada rumusan baru.
Desa 223
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

. . . Masa keanggotaa Badan Permusyawaratan Desa adalah 6 tahun dan dapat


menjabat paling banyak 3 kali masa jabatan. Kembali 2 itu.

b. Persyaratan

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 syarat untuk jadi anggota BPD, da


turan daerah masing-masing. Seba syarat-syarat yang harus dipenuh

Usulan persyaratan anggota BPD pada saat penyusunan DIM. PPP me baru
dengan membandingkan rumusa bandingkan dengan rumusan yang s
terdapat perbedaan dari yang diu si PPP mengusulkan usia minimal rat
pendidikan. Sementara UU Des minimal lulusan SMP/sederajat. P
dihubungkan dengan tugas-tugas m sanakan
kepemerintahanlocalgovernance). desa (

Ahli ekonomi, Prof. Erani Yusti sung menghubungkan kapasitas an


pemerintahan desa dengan penyusu Kapasitas sumber daya manusia BP
seimbangan dalam proses pembahas Anggaran Pendapatan dan Belanja
RDPU tanggal 28 Juni 2012, Prof.

Dari situlah kemudian, nanti akan membentuk yang disebut local governance,
lokal desa tadi. Tata kelola desa yang memung-kinkan mereka memiliki
kemampuan untuk bisa melakukan be-berapa hal yang mendasar bagi
perubahan pembangunan eko-nomi di desa itu. Itu kerangka pikirnya.
224 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Jumlah Anggota

Substansi lain terkait keanggo BPD. Sesuai dengan rumusan Pasal ling
sedikit 5 orang dan paling harus gasal. Jadi, pilihannya ad yang harus
diperhatikan dalam me layah, perempuan, penduduk, dan Siapapun yang
terpilih dan bagai pengangkatan mereka harus diteta pati/Walikota.

Berkaitan dengan jumlah anggot gasan anggotanya tetap 5 orang s DIM per
Oktober 2012. Namun rup memantik perbedaan. Fraksi Parta jumlahnya
dua orang dari masing-agar lebih merepresentasikan ma mengusulkan agar
jumlah maksimal ngan ketentuan 3 orang berasal d orang dari utusan
lembaga-lembag kan sebaiknya jumlah anggota BPD 11. Fraksi PPP pula
yang menyin perempuan, jumlah penduduk, dan dirumuskan Pasal 58 ayat
(1) di 5 orang tidak cukup untuk mengak aspirasi masyarakat desa. Tetapi
PPP telah berubah pandangan, seb W. Thalib dalam Pendapat Akhir M gal
11 Desember 2013. Ia mengata
Untuk mengawasi jalannya pemerintahan desa dibentuk Badan Permusyawaratan
Desa yang keanggotaannya dipilih berdasar-
Desa 225
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

kan keterwakilan wilayah paling sedikit 5 (lima) orang dan pa-ling banyak 9
(sembilan) orang. Pada prinsipnya BPD melakukan fungsi legislasi secara terbatas di
tingkat pemerintahan desa.
Isu keterwakilan perempuan anta Desa. Direktur Bina Desa, Dwi As
akademik yang sama sekali tak me rempuan,afirmative action. Padahal,
menurut D punya kontribusi signi ikan dala lanjutan. Ia mengatakan:

RUU Desa belum memberikan ruang bagi perempuan untuk ter-libat aktif dalam
pelaksanaan pembangunan pedesaan. Ini kare-na tadi dari Naskah Akademiknya
saja tidak dipotret begitu ya, tidak disinggung. Lalu, kalau kami lihat dari pasal per
pasal itu tidak ada satu kalimat pun yang menyebut tentang perempuan.

Pada akhirnya naskah terakhir sukkan perempuan sebagaisalah sa hatikan


dalam keanggotaan BPD. I kah Akademik yang menyebutkan B
keterwakilan unsur-unsur dalam m Akademik secara khusus menyebut
dari anggota BPD.

3.6.3.4 Tanggapan

Penetapan anggota BPD dilakukan Bupati/Walikota (Pasal 58 ayat 2 duk


tindakan pemerintahbeschiking, yangsehinggbe sangat mungkin digugat.
Misalnya arkan keputusan pengangkatan ang kai Bupati, baik karena alasan
p
226 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Kisruh pengangkatan BPD bukan t pengadilan. Pengadilan Tinggi Ta nah


memutus kasus yang relevan ( TUN. SBY). Putusan ini mengenai terhadap
Bupati Gresik, Jawa Tim Surat Keputusan Bupati Gresik te BPD di salah satu
desa di Kecama gugat mendalilkan Bupati tidak m tahan yang baik ketika
menerbitk Pengadilan memang pada akhirnya mapetitum gugatan, tetapi
lebih karen mengajukan gugatan bukan karena

Meskipun gugatan ini terjadi se menyatakan tidak dapat menerima, kan


rujukan untuk pengaturan ke tensi kisruh pemilihan anggota B

3.6.4 Hak dan Kewajiban 2.6.4.1 Pengantar

Undang-Undang Desa bukan hanya jiban desa, tetapi juga hak dan Khusus
mengenai hak dan kewajiba 61-63 UU Desa. Undang-Undang ini gaan BPD
dan hak personal pengur jiban mereka.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 227
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

3.6.4.2 Pasal

Pasal 61

Badan Permusyawaratan Desa berhak:


Mengawasi dan meminta keteranga pemerintahan desa kepada pemerint

Menyatakan pendapat atas penye desa, pelaksanaan pembangunan des katan desa,
dan pemberdayaan masya

Mendapatkan biaya operasional pe dari Anggaran Pendapatan dan Bela

Penjelasan

Yang dimaksud dengan meminta keterangan adalah permintaan yang bersifat


informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pem-berdayaan masyarakat desa, bukan dalam
rangka laporan pertang-gungjawaban Kepala Desa.

Pasal 62

Anggota Badan Permusyawaratan Desa


Mengajukan usul rancangan Perat
Mengajukan pertanyaan;
Menyampaikan usul dan/atau pend
Memilih dan dipilih; dan
Mendapat tunjangan dari Anggara Desa

Penjelasan

Cukup jelas

Pasal 63

Anggota Badan Permusyawaratan Desa a. Memegang teguh dan mengamalkan


Undang-Undang Dasar Negara Republ serta mempertahankan dan memeliha
satuan Republik Indonesia dan Bhi
228 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Melaksanakan kehidupan demokras dalam penyelenggaraan pemerintaha

Menyerap, menampung, menghimpun pirasi masyarakat desa;

Mendahulukan kepentingan umum d kelompok, dan/atau golongan;

Menghormati nilai sosial budaya desa; dan

Menjaga norma dan etika dalam h ga kemasyarakatan desa.

Penjelasan

Cukup jelas

3.3.4.2 Pembahasan di DPR

Masuknya hak dan kewajiban BPD usulan dari Fraksi PPP saat pe
mengusulkan tambahan pasal-pasal kewajiban, dan larangan bagi BPD hak,
kewajiban, dan larangan bag banyak mengalami perubahan karen
berkeberatan.

Salah satu yang sempat disinggu hak mengajukan Rancangan Perdes. yang
diundang dalam RDPU tanggal

Kemudian yang menarik lagi adalah tatkala desa itu ada peme-rintahan desa,
kemudian ada muncul lagi Badan Permusyawa-ratan Desa ya. Dia representasinya
dari penduduk desa seolah-olah legislatifnya desa. Tetapi tidak mempunyai
kewenangan untuk mengesahkan pembentukan peraturan perundang-undan-gan.
Kalau begitu, apa demikian jelas bahwa makna daripada desa kita ya desa. Kita ini
adalah desanya eksekutif ya karena
Desa 229
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

peraturan desa yang dibuat itu cukup setelah mendengarkan paparan, masukan,
selesai, langsung minta diajukan ke Bupati untuk disahkan. Selesai ya. Peran
Badan Permusyawaratan ini apa, hanya memberikan pertimbangan?

Keseimbangan hak dan kewajiban Desa dikemukakan Tri Ratnawati, RDPU


tanggal 13 Juni 2012. Ia me

Saya pernah riset di salah satu desa di Bantul dimana Kepala Desanya sampai
stroke karena Badan Perwakilan Desa (BPD). Waktu itu kan BPD mempunyai
hak untuk menjatuhkan Kepala Desa. Kasarnya seperti itu toh. Jadi, semacam
blackmail, kemu-dian ada semacam cara-cara yang menurut saya tidak etis dila-
kukan oleh BPD terhadap Kepala Desa. . . . Itu disembuhkan oleh UU No. 32
Tahun 2004 yang menyangkut mengenai desa. Nah, saya berharap nanti adanya
undang-undang baru ini tidak akan menimbulkan hal-hal yang kontroversial
lagi.

Dalam Pandangan Mini Fraksi PPP ini mengatur hak-hak dan kewajib bang,
dan mendorong agar masyara dalam melakukan perencanaan, pel
pembangunan yang dilakukan oleh

3.6.4.4 Tanggapan

Dimana ada hak, di situ ada ke sekaligus kewajiban. Undang-Unda hak yang
melekat pada kelembagaa lekat pada masing-Hakmasingyanganggotamelek
kelembagaan pada dasarnya tak bi satu orang ketua BPD, melainkan
mekanisme pengambilan keputusan.

230 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

meliputi hak kontrol, hak memint pendapat, dan hak inansial.

Pada dasarnya hak kontrol (meng merintahan) dan meminta keterang


kaitan erat dengan hak anggota B yang sama. Dalam UU ini dikenal melekat
pada lembaga BPD, dan h yang melekat pada personal anggo dapat dapat
disampaikan dalam fo yang sebelumnya digelar BPD. Art menggelar rapat
terlebih dahulu rangan, dan di forum itulah anggo Hal yang sama bisa
disampaikan d lainnya. Hak BPD menyampaikan pe penyelenggaraan
pemerintahan des pelaksanaan pembangunan desa; (b tan desa; dan (c)
pemberdayaan m

Satu hal yang masih perlu diper menyampaikan pendapat di luar fo kah
dimungkinkan anggota BPD men kepala desa, misalnya, melalui s desa?
Namun secara pribadi anggot suatu usul rancangan Peraturan D

3.6.5 Larangan 3.6.5.1 Pengantar

Selain hak dan kewajiban, angg larangan yang sebagian besar isi Kepala
Desa. Sebagaimana rumusan
Desa 231
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

3.6.5.2 Pasal

Pasal 64

Anggota Badan Permusyawaratan Desa

Merugikan kepentingan umum, mer syarakat desa, dan mendiskriminas


masyarakat desa;

Melakukan korupsi, kolusi, dan rang, dan/atau jasa dari pihak la putusan atau
tindakan yang akan d

Menyalahgunakan wewenang;

Melanggar sumpah/janji jabatan;

Merangkap jabatan sebagai Kepal

Merangkap sebagai anggota Dewan blik Indonesia, Dewan Perwakilan Dewan


Perwakilan Rakyat Daerah Pr kilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kot tentukan dalam
peraturan perundan

Sebagai pelaksana proyek desa;

Menjadi pengurus partai politik

Menjadi anggota dan/atau pengur

Penjelasan

Cukup Jelas

3.6.5.3 Pembahasan di DPR


Saat menyampaikan keterangan p tang Desa, April 2012, Menteri D sudah
menyinggung tentang laran Desa dan BPD. Gamawan menyebutka

Substansi mengenai penyelenggara pemerintah desa dalam regulasi ini meliputi


pengaturan mengenai struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa, tugas dan
wewenang, hak dan kewajiban Kepala Desa, larangan bagi Kepala Desa, pemberhen-
232 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

tian dan pemilihan Kepala Desa, tindakan penyidikan terhadap Kepala Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa.

Larangan yang paling mendapat s di Senayan adalah menjadi pengur san


mengenai larangan dapat dili

3.6.5.4 Tanggapan

Larangan-larangan untuk BPD yan sebenarnya berlebihan. Sebab, pe telah


melarang perbuatan-perbuat ikasinya sebagai perbuatan pida norma dalam
UU ini yang menyebut hadap anggota BPD tidak menghila pidana yang
pasti, seperti halny desa. Anggota BPD juga bisa dibe yang ditentukanNo.
Pasal43Tahunyaitu76PP2014diberh tikan karena berakhir masa keang
nakan tugas secara berkelanjutan berturut-turut selama 6 bulan, t gai
anggota BPD, dan melanggar l

Kendati demikian, jika merujuk hun 2014, anggota BPD diberhenti da


Bupati atas dasar hasil musya pemberhentian inipaspentingmelibatkandan
lef syawarah BPD. Sebab, jika pember usulan pimpinan BPD, ada kemungk
tingan. Misalnya, bagaimana jika sama melanggar larangan? Apakah pernah
bisa diusulkan untuk dibe lan keluar yang diberikan PP sud

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 233
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Satu hal yang patut ditegaskan anggota BPD menjadi anggota par pada
Pasal 64 huruf h, yang dil rus meskipun tak dijelaskan lebi ini pengurus
tingkat apa yang di untuk semua tingkatan dan jenis partai politik.

3.6.6 Mekanisme Pengambilan Keputusan 3.6.6.1 Pengantar

Undang-Undang Desa juga mengat san BPD dan mekanisme pemilihan


tertuang dalam Pasal 59. Normati pat pemilihan pimpinan BPD dipim
dibantu oleh anggota termuda.

Menurut Pasal 59 ayat (1) pimpi ketua, 1 orang wakil ketua, dan nya
anggota BPD berjumlah 5, mak berstatus anggota. Pimpinan dipi dalam
rapat yang diadakan secara adalah berikut:

3.6.6.2 Pasal

Pasal 59

(1) Pimpinan Badan Permusyawaratan orang ketua, 1 (satu) orang waki sekretaris;
234 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pimpinan Badan Permusyawaratan sud pada ayat (1) dipilih dari da syawaratan
Desa secara langsung d tan desa yang diadakan secara khu

Rapat pemilihan pimpinan Badan tuk pertama kali dipimpin oleh an anggota
termuda.

Penjelasan

Cukup jelas

Pasal 65 ayat (1)

Mekanisme musyawarah Badan Permusya rikut:

Musyawarah Badan Permusyawarata pinan Badan Permusyawaratan Desa;

Musyawarah Badan Permusyawaratan bila dihadiri oleh paling sedikit anggota


Badan Permusyawaratan Desa

Pengambilan keputusan dilakukan guna mencapai mufakat;

Apabila musyawarah mufakat tidak tusan dilakukan dengan cara pemun

Pemungutan suara sebagaimana di takan sah apabila disetujui oleh ditambah 1


(satu) dari jumlah angg Desa yang hadir; dan

Hasil musyawarah Badan Permusy dengan keputusan Badan Permusyawa notula


musyawarah yang dibuat ole syawaratan Desa.

Penjelasan

Cukup jelas
tentang Desa 235
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

3.6.6.3 Pembahasan di DPR

Tata cara pemilihan pemilihan an kah Akademik, yaitu dipilih atau


berjenjang sesuai dengan adat ist

Pemerintah, melalui Mendagri G paikan usulan agar pemilihan pim


musyawarah desa dilakukan secara pemilihan Kepala Desa. NAmun, G
demokratis seperti apa yang dima bulkan perbedaan tafsir, UU Desa
tentuan lebih lanjut, seperti di 11 Desember 2013, berikut:

Pemilihan Badan Musyawarah Desa, itu kan juga dipilih secara demokratis.
Seperti apa? Apakah ini diatur oleh masing-masing kabupaten atau diatur
dengan PP? Kalau dulu diatur dengan Perbup saja karena setiap daerah
berbeda-beda. Makanya, apa yang disebut di sini, nanti pengaturannya PP,
disebutkan di situ, bahwa nanti diatur dengan PP saja.
Anggota Fraksi Partai Demokrat punya pandangan berbeda. Ia meng diatur
dalam Peraturan Daerah (P daerah. Seperti ia ungkapkan ber

Sebenarnya, waktu perdebatan soal BPD, tata caranya memang hampir semua
kabupaten/kota itu terutama yang basisnya provinsi, itu berbeda-beda Pak.
Karena itu kemarin secara implisit sebenarnya diatur di Perda. Asumsi kita
bukan di PP karena PP akan kesulitan melihat perbedaan-perbedaan tata cara
pemilihan yang sudah berkembang pada saat sekarang ini. Kalau memang harus
ditegaskan aturan lebih lanjut, menurut saya lebih tepat Perda, Pak.
236 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pemerintah dan DPR akhirnya se gaturan lebih lanjut mengenai BP mana


tertuang dalam PasalKetentuan lebih65 aya lanjut mengenai Badan
Permusyawaratan Desa diatur dalam Pe-

raturan Daerah/Kota.

Mekanisme musyawarah BPD diatur ayat (1). Dalam proses pembahasa


pakar ekonomi, Prof. Erani Yusti nisme pengambilan keputusan BPD.
pentingnya partisipasi masyaraka tusan. Prof. Erani Yustika menga

Musyawarah BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinya-takan sah


apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ditam-bah 1 dari jumlah anggota
BPD. Tidak ada satu pun klausul di situ yang menyebutkan partisipasi warga.
Meskipun partisipasi warga di situ sebenarnya sudah bisa diwakili oleh BPD,
tetapi itu jelas mereduksi dari apa yang menjadi norma, yang pernah menjadi
community characteristic dari desa di masa lalu dengan institusi yang namanya,
misalnya, Rembug Desa.

3.6.6.4 Tanggapan

Musyawarah desa adalah forum pe bagaimana pemerintahan diselengg


pembangunan, dan ke arah mana des penyelenggaraan musyawarah desa
pengambilan keputusan di BPD. Un kan dengan jelas siapa pimpinan s
notula rapat; bagaimana keabsahan melalui musyawarahvoting;
kehadiranmaupun angg dan bentuk penetapan hasil musyaw

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 237
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Namun pengaturan Pasal 59 dan P nguraikan lebih lanjut kondisi t hadir,


atau hanya dihadiri sekre semacam itu tetap sah atau tidak pin rapat, siapa
yang bertugas m hasil musyawarah desa yang sudah tung pada tingkat
penerimaan dua masyarakat desa. Dalam konteks i soalkan Prof. Erani
dalam pembah warga masyarakat dalam rapat tet pada hakikatnya mereka
sudah diw

Pengaturan agar jumlahvide Panggotasal58 ayat 1) sebenarnya penting


untuk pengambilan keputusan. Jika juml bilan
keputusanvotingadasecarakemungkinandeadlockalias tidak tercapai kata
sepakat, seb diatur dalam Pasal 65 ayat (1) h

3.7 Peraturan Desa

3.7.1 Pengantar

Peraturan Desa (Perdes) adalah dan Badan Permusyawaratan Desa y jadi


acuan pelaksanaan pemerinta lam konteks ini adalah dalam pen juga
peraturan Kepala Desa dan pe Peraturan Desa diatur dalam dua
sebagaimana dirumuskan berikut.

238 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

3.7.2 Eksistensi Peraturan Desa 3.7.2.1 Pengantar

Peraturan Desa adalah jenis pe an yang menjadi kewenangan dan d


rintahan desa. Kewenangan desa m kan perwujudan dari pemberian ke
mengatur dan mengurus dirinya se nis, persiapan pembuatan, dan me ran
Desa.

3.7.2.2 Pasal

Pasal 69

Jenis peraturandiriatasdi PDersaturanter D bersama Kepala Desa, dan Peratura

Peraturan sebagaimana dimaksud tentangan dengan kepentingan umum raturan


perundang-undangan yang l

Peraturan Desa ditetapkan oleh dan disepakati bersama Badan Perm

Rancangan Peraturan Desa tenta Belanja Desa, pungutan, tata ruan Desa harus
mendapat evaluasi dar ditetapkan menjadi Peraturan Desa

Hasil evaluasi sebagaimana dim kan oleh Bupati/Walikota paling kerja terhitung
sejak diterimanya but oleh Bupati/Walikota.

Dalam hal Bupati/Walikota tel asi sebagaimana dimaksud pada ay


memperbaikinya.

Kepala Desa diberi waktu palin sejak diterimanya hasil evaluasi


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 239
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Dalam hal Bupati/Walikota tida dalam waktu sebagaimayatna (5),dimaksudPera


Desa tersebut berlaku dengan send

Rancangan Peraturan Desa wajib syarakat Desa.

Masyarakat Desa berhak member Rancangan Peraturan Desa.

Peraturan Desa dan peraturan lam Lembaran Desa dan Berita Desa

Dalam pelaksanaan Peraturan D pada ayat (1), Kepala Desa meneta sebagai aturan
pelaksanaannya.

Penjelasan

Cukup jelas

Pasal 70

Peraturan Bersama Kepala Desa ditetapkan oleh Kepala Desa dari melakukan
kerjasama antar-Desa.

Peraturan bersama Kepala Desa ayat (1) merupakan perpaduan kep masing dalam
kerjasama antar-Desa

Penjelasan

Cukup jelas

Penjelasan Umum UU Desa juga me lasan mengenai


Perdesalain.Disebutkanbahwape Perdes merupakan penjabaran atas
dimiliki desa mengacu pada keten undangan yang lebih tinggi. Seba dak
boleh bertentangan dengan pe tidak boleh merugikan kepentinga

240 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Terganggunya kerukunan antarw

Terganggunya akses terhadap p

Terganggunya ketenteraman dan

Terganggunya kegiatan ekonomi jahteraan masyarakat; dan

Diskriminasi terhadap suku, antargolongan, serta gender.

Sebagai produk politik Perdes dan partisipatif, yakni proses kan


masyarakat. Masyarakat desa m sulkan atau memberikan masukan k dalam
proses penyusunan Perdes.

3.7.2.3 Pembahasan di DPR

Rumusan tentang peraturan desa demik yang disusun Kementerian D


diuraikan dalam Daftar Isian Ma Naskah Akademik bahwa kewenanga Desa
(Perdes) adalah konsekuensi yang melekat pada desa (kewenang
bertanggung jawab). Secara khusu pada tugas Kepala Desa dan Badan
sebutkan dalam Naskah Akademik:

Sebagai konsekuensi atas penetapan kewenangan yang mele-kat pada desa, maka
desa mempunyai kewenangan (mengatur, mengurus, dan bertanggung jawab) untuk
menyusun peraturan desa. Peraturan desa disusun oleh Kepala Desa dan BPD
sebagai kerangka kebijakan dan hukum bagi penyelenggaraan peme-rintahan dan
pembangunan desa. Penyusunan peraturan desa
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 241
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

merupakan penjabaran atas berbagai kewenangan yang dimi-liki desa, tentu


berdasarkan kepada kebutuhan dan kondisi desa setempat, serta mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Jika pembentukan peraturan des wewenang, maka ketentuan Pasal 6


dengan Pasal 1 angka 7, Pasal 26 huruf a UU Desa. Pasal-pasal ini
kewenangan menyusun Peraturan De

Dalam DIM per Oktober 2012, Per bab tersendiri (Bab XVI) yang te Tetapi
setelah jadi, jumlahnya m Rumusan dalam RUU mengalami bebe usulan
anggota Dewan. Poin-poin perdebatan adalah:

a.Jenisjenis Peraturan Desa (Pasal 69 ayat 1 U gian besar fraksi setuju


denga yaitu Peraturan Desa, Peraturan Peraturan Kepala Desa. Tetapi nis
lain yaitu: Peraturan Desa Keputusan Kepala Desa.

b.Partisipasi masyarakat. Pada dasarnya semua masyarakat dilibatkan


dalam pem Rumusan yang disetujui mayorit menjadi norma adalah
Rancangan dikonsultasikan kepada masyarak hasan DIM, GolkarFraksi
sempatPartaiwajibmengus memperhatikan aspirasi dan persetujuan
masyarakat, baik

yang disampaikan secara lisan maupun tertulis.


242 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

c.Evaluasi. Semua fraksi sepakat ada oleh Bupati/waikota. Materi yan dari
kepala daerah adalah ranc kut Anggaran Pendapatan dan Be ruang, dan
organisasi Pemerint Fraksi PDIP, PKS, PPP, PKB, Ger sulkan pemanfaatan
lahan, tet jadi tata ruang dalam naskah UU

Dewan Perwakilan Daerah, dalam April 2012, melalui juru bicaran paikan
pandangan:

Melalui undang-undang ini harus tegas bahwa negara (peme-rintah,


kementerian, kepolisian, TNI, lembaga-lembaga negara, lembaga peradilan,
lembaga perbankan, pemerintah daerah dan lain-lain) melakukan rekognisi
terhadap desa. Baik institusi desa maupun produk politik-hukum desa seperti
Peraturan Desa seharusnya diakui dan dihormati oleh sederet institusi-institusi
negara tersebut.

Jika ditelusuri ke Naskah Akad kan dengan pemberian kewenangan


bertanggung jawab. Jadi, Perdes gai kewenangan yang dimiliki des disi
desa. Pemikiranmemberi pentingnyadesakewena tuk membuat Perdes juga
disampai Arya Hadi Dharmawan. Dalam RDPU paikan pandangan bahwa
pemberian regulasi adalah konsekuensi- logi tuan masyarakat hukum. Ia
mengat

Kalau kita mengatakan bahwa desa adalah kesatuan masyara-kat hukum,


maka konsekuensinya desa adalah menjadi hierarki
Desa 243
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

pengambil keputusan hukum. Jadi, dia memproduksi undang-undang, setara


undang-undang namanya Perdes. Tetapi per-soalannya kemudian, ketika itu
dilepaskan, pertanyaan ini per-nah terjadi, ketika itu Mendagri Pak Mardiyanto
sewaktu kami membahas RUU Desa, tiba-tiba ketika Pak Mardiyanto menjadi
Menteri, saya masih ingat betul beliau di Sulawesi mengatakan, RUU Desa ini
akan memberikan peluang desa sebagai entitas pengambil keputusan hukum,
karena dia kesatuan masyarakat hukum, otonomi tingkat III.

Dalam RDPU berikutnya, tanggal Direktur Bina Desa, mengeluhkan ki


kewenangan mengatur sumber da desa dimaksimalkan, maka desa ha buat
peraturan. Ia mengatakan:

Desa tidak memiliki kewenangan dalam mengatur sumber daya di desa.


Misalnya saja untuk kewenangan desa dalam membuat Perdes untuk melindungi
sumber daya agrarianyaatau poten-si sosial budaya, sosial ekonomi, sosial
politiknya ini. Kedudukan Perdes sangat rendah bahkan tidak jelas di dalam tata
perun-dang-undangan kita. Perdes ini letaknya dimana karena setiap perdes
harus dievaluasi oleh bupati atau alikota dan mendapat pengesahan dari bupati
dan walikota dan bila perdes bertentang-an dengan peraturan perundang-
undangan di atasnya dapat di-batalkan.

Namun kewenangan membuat Perdes kan DR. Hanif Nurkholis, pakar ya gal
13 Juni 2012. Ia menghubungk pemerintah desa, apakah lembaga merintah.
Hanif mengatakan:

Di situ ada juga yang di dalam pikiran saya sebagai disiplin ad-ministrasi negara.
Itu juga ganjil, yaitu ada satu kewenangan
244 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

yang diberikan kepada pemerintah desa sebagai lembaga ma-syarakat, yang


bukan lembaga pemerintah, itu diberikan kewe-nangan untuk membuat
regulasi, yaitu peraturan desa. Nah, regulasi itu yang bisa membuat adalah
badan hukum publik, bu-kan lembaga masyarakat yang dikontrol negara seperti
itu ... Ini juga satu hal yang rancu.

Dalam rapat yang sama, Hanif j gan mengenai problem yang mungki
muatan Perdes dihubungkan dengan Universitas Terbuka itu mengatak

Saya pernah mengatakan bahwa RUU Desa ini tidak akan per-nah menyelesaikan
persoalan karena sektoral sudah mengatur terlebih dahulu. Kalau desa berwenang
mengatur hutan, hutan itu diatur Undang-Undang Kehutanan. Kalau desa sudah
berwe-nang mengatur air, air udah diatur oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2004. Kalau desa ingin mengatur jalan, ada Undang-Un-dang Jalan dan seterusnya.
Sehingga kami pernah mengatakan kewenangan desa ini jangan-jangan hanya
pepesan kosong. Di-state oleh Undang-Undang, tapi tidak operasional. Pernah kami
berdiskusi di Kemendagri, okelah kalau begitu kewenangannya yang kecil-kecil
sajalah. Yang kecil-kecil itu apa? Pernah Pak Gir-sang, Direktur Pemerintahan Desa,
ya pokoknya mengatur mi-salnya pagar desa, mengatur pelelangan desa, mengatur
tentang pelabuhan desa yang kecil dan seterusnya. Tetapi persoalannya kemudian
tidak sesederhana itu.

Kewenangan membuat Perdes akhir bahkan dibuat dalam bab tersedir


diberikan kepadaBadanKepalaPermusyawaratanDesadan. Pasal 26 ayat (2)
DalamUU melaksanakanDesamenyeb tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Kepala Desa berwe-

nang. (2) menetapkan peraturan desa. Demikian pula ke


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 245
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

an BPD sebagaimana disebutAnggota pada

Badan Permusyawaratan Desa berhak mengajukan rancangan Peraturan


Desa.

Sehubungan dengan pandangan-pa dalam pembahasan, Mendagri Gamaw


Mei 2012 merespon, dan pada int harus patuh pada undang-undang y
diundangkanPemerintah.berpendapat bahwa suatu ketentuan

yang telah ditetapkan dalam suatu Undang-Undang wajib dilak-sanakan dan


dipatuhi oleh semua instansi dan masyarakat.

Dalam Rapat Kerja 12 Desember H. Ahmad Muqowwam menyampaikan b


dibuat dalam kluster tersendiri. tuju pada sistem kluster untuk
Muqowwam menyatakan:

Penjelasannya adalah materi terkait dengan peraturan desa perlu dilakukan


terpisah dari materi yang lain, karena memang saya kira ini hal yang menjadi
penting, lebih-lebih kalau kita kaitkan dengan sistem pemerintahan.

3.7.2.4 Tanggapan

Kedudukan Peraturan Desa sebagai Peraturan Perundang-Undangan

Sebenarnya, Peraturan Desa buka dikenal dalam UU Desa. Pasal 105


Pemerintahan Daerah telah menyeb Perwakilan Desa dan Kepala Desa
Tetapi tidak dijelaskan apa yang nis-jenisnya, dan kedudukannya d

246 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

undangan. Bahkan mengenai evalua UU No. 22 Tahun 1999 agak berbed


lasan Pasal 105 ayat (3) UU No. Peraturan Desa tidak memerlukan
pengesahan Bupati, tetapi

wajib disampaikan kepadanya selambat-lambatnya dua minggu

setelah ditetapkan dengan tembusan kepada Camat. Undang-Undang No. 5


Tahun 1979 tentang lah keputusan desa.

Salah satu masalah krusial adal sebagai salah satu jenis peratur bungkan
dengan UU No. 10 Tahun 20 No. 12 Tahun 2011 tentang Pembent
Undangan. Catatan dalam DIM No. kekhawatiran munculnya masalah d

Merujuk pada Peraturan Desa yang pernah diakui dalam UU No. 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Un-dangan, namun kemudian
dihilangkan dalam UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan, maka diusulkan untuk ditinjau kembali Bab XIII tentang
Pera-turan Desa, karena apabila terdapat permasalahan atas perse-lisihan dan
desa menggunakan dasar peraturan desa, maka da-lam penyelesaian hukum
keberadaan peraturan desa tidak akan memiliki landasan hukum, payung
hukum yag berarti. Dan juga tidak ada kekuatan yang memaksa secara hukum
harus dipatuhi atau ditegakkan.

Pencantuman kembali Peraturan gung dalam Seminar Pengkajian Hu


garakan Komisi Hukum Nasional (K Pada dasarnya pencantuman kembal
nimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam tata urutan perundang-unda

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 247
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

jiannya. Pertanyaan ini sejalan

(2) UU PeraturanDesa:sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang


bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau ke-tentuan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi.

Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 ngan UU No. 12 Tahun 2011 tentang


rundang-Undangan, mencantumkan s Desa sebagai salah satu bentuk p
yang tingkatannya berada di bawa dan Peraturan Pemerintah, dan Pe Desa
dalam konsep Undang-Undang lah satu jenis Peraturan Daerah raturan
Desa dalam tata urutan p dihilangkan dalam UU No. 12 Tahu Peraturan
Perundang-Undangan. Me turan desa masih tetap punya pay Tahun 2011,
sebagaimana disebut

(1)Jenis peraturan perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud


Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetap-kan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwaki-lan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa
Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, badan, lembaga, atau komisi
yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pe-merintah
atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,
Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,
Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.

(2)Peraturan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diakui keberadaannya dan mem-
248 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

punyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintah-kan oleh


peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk
berdasarkan kewenangan.

b. Materi Muatan

Suatu peraturan perundang-undan yang sesuai. Undang-Undang No. 1


kesesuaian antara jenis, hierark mengandung arti bahwa dalam pem
rundang-undangan harus benar-ben muatan yang tepat sesuai dengan
perundang-undangan.

Bab VIII (Pasal 69-70) UU Desa apa yang menjadi materi muatan se dalam
Pasal 69 ayat (1). Sementa dah meniadakan Perdes dalam tata an,
meskipun tetap diakui status dang-undangan. Undang-Undang seb 2004
yang mengakui perdes dalam h an menegaskan materi muatan per adalah
seluruh materi dalam rang desa atau yang setingkat sertan p perundang-
undangan yang lebih ti UU tak menyebutkan lagi apa mater secara eksplisit
disebut UU Desa lah BUM Desa (Pasal 88) dan APB D

Peraturan Kepala Desa oleh UU peraturan pelaksanaan Perdes. Se Kepala


Desa merupakan peraturan kerjasama antardesa. Penjelasan
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 249
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

muatan setiap jenis Perdes terse Menteri Dalam Negeri No. 111 Tah Teknis
Peraturan di Desa yang te pun materi muatan setiap jenis p dagri ini
adalah:

Jenis Peraturan
Materi Muatan
Peraturan elaksanaanDesaP kewenangan des an lebih lanjut dari pera undangan
yang lebih tingg

Peraturan MateriBersamakerjasama desa Kepala Desa

Peraturan MateriKepala pelaksanaan peratu Desa an bersama Kepala Desa da


dari peraturan perundang-

lebih tinggi.

Sumber: Pasal 4 Permendagri No. 111 Tahun 2014.

Pengujian Perdes

Pasal 69 ayat (2) dan Penjelasa negaskan bahwa Perdes tidak bole turan
perundang-undangan yang le dengan kepentingan umum. Atas da siapapun
pihak yang dirugikan bi pembatalan
Perdesapakah.Persoalannya,dimungkinka jukan hak uji materiil dan formi

Dalam bukunyaPerihalUndang-Undang, Guru Besar Hukum Tata Negara


Fakultas Hukum Asshiddiqie, mengkritik pencantu dalam UU No. 10 Tahun
2004. Ia m
250 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Dengan memasukkan Peraturan Desa atau peraturan lain yang setingkat dengan
Peraturan Desa ke dalam pengertian peraturan perundang-undangan, berarti
Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 itu memperlakukan Peraturan Desa itu sebagai
peraturan yang sama-sama merupakan produk politik yang mencerminkan per-
gulatan kepentingan di antara cabang-cabang kekuasaan legisla-tif dan eksekutif,
baik di tingkat daerah maupun pusat, tidak boleh dinilai atau diuji oleh sesama
lembaga politik. Pengujian undang-undang dan peraturan daerah itu harus
dilakukan melalui me-kanisme judicial review dengan melibatkan peranan hakim
yang objektif dan imparsial sebagai pihak ketiga (2006: 103-104).

Dengan alur berpikir UU No. 10 dengan UU Desa, maka Peraturan De


perundang-undangan di bawah Unda berwenang mengujinya adalah Mahk
memberi catatan khusus dalam DIM

Pasal 8 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Pe-raturan


Perundang-Undangan tidak menyebut Peraturan Desa, melainkan hanya Peraturan
Kepala Desa atau yang setingkat. Pe-raturan Bersama Kepala Desa juga tidak
dikenal. Ketentuan ini secara yuridis normatif sangat bertentangan dengan
ketentuan UU Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Perumusan ini ti-dak
mencerminkan asas hierarki peraturan perundang-undangan. Dengan perumusan
ini dapat ditafsirkan bahwa antara Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa,
Peraturan Bersama Kepala Desa, memiliki kedudukan yang sama, sedangkan
idealnya peraturan pe-rundang-undangan harus mengandung asas hierarkis.

Pandangan yang memasukkan Perat turan perundang-undangan yang bi


bukan tanpa masalah. Menurut Jim 106), jika Peraturanjudicial
reviewDesadimenjadMah-kamah Agung, maka tak mungkin bag dengan
baik, karena jumlah desa
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 251
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

pembentuk UU No. 10 Tahun 2004 me dalam tata urutan perundang-unda


han. Menurut Jimly, harus ada j di MA tidak menumpukexecutive.
previewIa,mengusuatau kontrol oleh lembaga atasan.

Gagasanexecutive preview itu kemudian terce Pasal 69 ayat (4) sampai ayat
(8 Bupati/Walikota, tetapi terbatas mengenai Anggaran Pendapatan dan
tata ruang, dan organisasi pemer

Dilihat dari rumusan Pasal 69-7 an apakah Mahkamah Agung berwena


terhadap Peraturan Desa, Peratur an Kepala Desa. Para pembentuk U sudah
mengantisipasi itu dengan m Pemerintah (PP). Pada DIM No. 41
menyebutkan:Ketentuanlebihlanjut mengenai pembentukan

dan mekanisme penyusunan peraturan desa dan pengundangan dalam


lembaran desa diatur dengan Peraturan Pemerintah. Ru-

musan asli Pasal 83 ini kemudian Undang Desa. Tetapi mekanisme pe


dimuat dalam PP No. 43 Tahun 201 naan Undang-Undang Nomor 6 Tahun

Implikasi yang terjadi di lapa diungkapkan oleh pengajar perun Cipto


Handoyo2014:167). (Ia mengatakan dap bahwa perancangan peraturan
ting lebih kompleks dan rumit jika dib peraturan perundang-undangan tin
raturan tingkat daerah dan desa tikan teknik perancangan peratur

252 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

baik dan benar, juga harus mempe akan diatur agar tidak melanggar bih
tinggi dan tidak terjadi dup

3.7.3 Partisipasi Publik dalam Pembuatan Perdes 3.7.3.1 Pengantar

Dalam setiap pembuatan kebijaka suatu keniscayaan. Partisipasi p


laksanaan demokrasi di tingkatp de transparansi pembuatan kebijakan
peraturan perundang-undangan, pa jib meskipun implikasinya tak se
peraturan. UU Desa mengatur tent masukan dalam proses legislasi pe

3.7.3.2 Pasal

Pasal 69

Ayat (9)

Rancangan Peraturan Desa wajib diko kat Desa.

Ayat (10)

Masyarakat Desa berhak memberikan m Peraturan Desa.

Penjelasan

Sebagai sebuah produk politik, Peraturan Desa diproses secara demo-kratis dan
partisipatif, yakni proses penyusunannya mengikutsertakan partisipasi masyarakat desa.
Masyarakat desa mempunyai hak untuk mengusulkan atau memberikan masukan
kepada Kepala Desa dan Ba-dan Permusyawaratan Desa dalam proses penyusunan
Peraturan Desa.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 253
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Penjelasan Umum Masyarakatjuga desamenegaskanmem-punyai hak untuk


mengusulkan atau memberikan masukan kepa-da Kepala Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa dalam proses penyusunan Peraturan Desa.

3.7.3.3 Pembahasan di DPR

Peraturan Desa adalah produk h disetujui bersama oleh Kepala De ratan


Desa. Dalam proses pembuat menyebutkan kewajiban mengkonsul pada
masyarakat desa. Pada saat syarakat desa berhak memberikan

Dalam proses pembahasan RUU Des banyak disinggung. Regulasi tent kian
rupa sehingga bisa meningka desa. Dalam Rapat Pansus 4 April dari Fraksi
Gerindra menyatakan:

Selain itu, yang tidak kalah pentingnya dengan menempatkan desa sebagai
entitas subyek dari tata pemerintahan dan pemba-ngunan kesejahteraan. Maka
konsekuensi logis regulasi tentang desa juga harus memposisikan masyarakat
desa sebagai subyek. Dalam konteks ini . regulasi tentang desa harus
mendorong partisipasi masyarakat desa dalam tata kelola pemerintahan
desa dan pembangunan kesejahteraan dengan membuka ruang prakarsa yang
berpijak pada local asset, yakni kelembagaan so-sial yang sudah ada di desa.

Pemerintah, seperti disampaikan mawan Fauzi pada Rapat Pansus te gan


yang sama:
254 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Dengan adanya Undang-Undang tentang Desa diharapkan da-pat


meningkatkan peran aparat pemerintah desa dalam men-dukung otonomi
daerah, dan mewujudkan desa sebagai garda terdepan dalam pembangunan
bangsa serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

3.7.3.4 Tanggapan

Undang-Undang Desa memberikan untuk memberikan masukan baik se


dalam pembentukan peraturan per memudahkan masyarakat menyampaik
ra normatif RUU Desa harus dapat tama oleh masyarakat yang memili

Berdasarkan Pasal 96 ayat (2) tang Pembentukan Peraturan Perun


masyarakat dapat dilakukan melal Umum (RDPU); kunjungan kerja; so tuk
lain seperti seminar, lokaka

Undang-Undang Desa mewajibkan dikonsultasikan kepada publik. K gian


dari asas partisipasi yang masyarakat turut berperan aktif

Konsultasi publik itu sejalan dung dalam pembentukan peraturan dang-


Undang ini juga menjadikan forum bagi warga masyarakat desa Namun
dalam Pasal 68 ayat (1) UU

ik mengenai hak masyarakat meny ran atas Perdes. Norma yang terk
sebagaimana disebut Pasal 68 aya
Desa 255
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

antaramenyampaikanlain aspirasi, saran, dan pendapat lisan atau tertulis


secara bertanggung jawab tentang kegiatan penye-lenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyara-kat desa.

Konsultasi publik pada saat pe perlu dilakukan mengingat implem


membutuhkan penempatan dalam Ber ngakuan langsung dari masyarakat
yang jauh lebih13 penting.

Pengalaman pendampingan HuMA d des di Sulawesi Tengah menjelas


konsultasi publik itu:

Konsultasi publik dilakukan di tiap desa dengan mengundang masyarakat pada


umumnya. Proses konsultasi publik dimulai dari tingkat dusun-dusun untuk
memperoleh saran, masukan dan tanggapan. Setelah itu direvisi kembali sesuai
masukan tiap dusun sebagai bahan konsultasi publik tingkat desa. Apabila da-
lam konsultasi tingkat desa, seluruh masyarakat yang mengikuti kegiatan
konsultasi telah merasa cukup puas, maka draft pera-turan desa dianggap telah
inal dan siap melangkah ke tahap sosialisasi. 14

Skema pembahasan Rancangan Per publik dapat digambarkan pada ba

Nurul Firmansyah dan Wing Prabowo. Berhukum dari Desa, Memotret Proses Lahirnya Aturan
Berbasis Masyarakat Desa. Jakarta: Perkumpulan HuMA, 2013, hal. 65.
Ibid., hal. 60.
256 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

1. Iden ikasi

Masalah

6. Sosialisasi/
2. Iden dikasi

Pengesahan
Landasan Hukum

Rancangan

Perdes

5. Pembahasan/
3. Penulisan

Revisi

Ranperdes

4. Konsultasi
Publik

Setiap warga Desa berhak menya kan, saran, baik secara lisan mau dan
dibahas dalam musyawarah Des pendapat, saran dan masukan itu syarakat
Desa yang bisa menghadi tokoh adat, tokoh agama, tokoh m perwakilan
kelompok tani, nelaya hati dan perlindungan anak, dan

Mengingat pentingnya peran Mus Perdes isu-isu strategis, maka m


masyarakat perlu dijabarkan lebi lah kaedah, misalnya: (i) masyar formasi
yang cukup mengenai peny desa; (ii) setiapmendapatkanwarga
pterlakualah dan adil baik untuk tampil mewak maupun untuk
menyampaikan aspira terpilih; (iii) setiap warga beb

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 257
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

dalam menyampaikan pendapat, bai selama dan setelah proses musyaw


terakhir ini penting agar jangan isasi oleh Kepala Desa atau Bup
menyampaikan aspirasi, pendapat mikian harus ada garansi bahwa p yang
bukan saja partisipatif dan ancaman dan intimidasi.

Berdasarkan analisis tersebut d sial yang perlu mendapatkan penj Perdes.

Materi Muatan Perdes

UU Desa tidak merinci apa saja des. Undang-Undang ini hanya men lakukan
oleh Kepala Desa dan BPD Pasal 69 ayat (4) menyebutkan ma tata ruang,
dan organisasi pemer

Jika dirujuk pada konstruksi ya 10 Tahun 2004 tentang Pembentuka dang,


materi muatan Perdes adala ka penyelenggaraan urusan desa s peraturan
perundang-unda15Iniganberaryan materi muatan disesuaikan dengan
bermula dari kewenangan desa. Pa kewenangan desa meliputi: (a) ke asal
usul; (b) kewenangan lokal

H.A.S. Natabaya. Sistem Peraturan Perundang-Undangan Indonesia. Jakarta: Konstitusi Press


dan Tata Nusa, 2008, hal. 180.
258 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

yang ditugaskan oleh pemerintah, atau pemerintah daerah kabupaten lain


yang ditugaskan oleh pemeri insi, atau pemerintah daerah kab raturan
perundang-undangan. Penj poin (a) dan (c) diatur lebih l Tahun 2014
tentang Peraturan Pel contoh Perdes yang diamanatkan p gan yang lebih
tinggi adalah pem Hutan Desa (LPHD) yang diamanatk tanan No.
89/Menhut-II/2014 tent

Pertanyaannya, apakah materi mu adalah residu dari kewenangan ya


pemerintah provinsi, dan pemerin batasan-batasan residu apa yang
Mengenai materi muatan ini juga pembahasan di DPR. Sebab hampir tur
peraturan perundang-undangan ayat (4) UU Desa, misalnya, meny yang
bisa diatur dalam Perdes. B taan Ruang? Bagian mana dari tat Perdes?
Jawaban atas pertanyaan krusial dalam implementasi UU De

Pertanyaan ini juga senada de Pratikno, yang diundang dalam RD


mengatakan:

Berikutnya tentang urusan pemerintahan. Saya tidak punya banyak komentar


kecuali bahwa nampaknya undang-undang ini melanjutkan tradisi kita bahwa itu
ada urusan-urusan yang kon-kuren itu ada resikonya. Resikonya itu pembagian
urusan tidak je-
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 259
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

las. Artinya, kalau ini kita tetapkan, saya usulkan bahwa pemerin-tah itu wajib
membuat PP yang tegas dalam membagi sub urusan. Jadi misalnya pendidikan itu
yang nasional apa, yang provinsi apa, yang kabupaten apa, itu harus eksplisit, harus
tegas.

Jawaban atas pernyataan terseb gantung pada pembatasan yang dib


raturan Bupati tentang kewenanga usul dan kewenangan lokal berska dak
diperbolehkan mengatur dan m yang tidak masuk dalam16 kewenanga

Peraturan Menteri Dalam Negeri tang Pedoman Teknis Peraturan di rusaha


menjawab pertanyaan tenta tensi perbedaan tafsir mana yang wewenang
pemerintahan kabupaten/

b. Proses Pembentukan dan Pembatalan Perdes

Isu krusial kedua sehubungan d mana proses pembentukan dan pemb


turan, Perdes harus dibentuk mel ditentukan dalam peraturan peru utama
pembentukan peraturan per UU No. 12 Tahun 2011. Berdasarka bentukan
peraturan perundang-und asas-asas: (a) kejelasan tujuan;

Bito Wikantosa, Op.cit. Masalah ini telah diatur secara rinci dalam Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi No. 1 Tahun 2015 tentang Pedoman
Kewenangan Berdasarkan Hak Asal usul dan Kewenangan Lokal Berkala Desa.
260 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

pembentuk yang tepat; (c) kesesu materi muatan; (d) dapat dilaksa
kehasilgunaan; (f) kejelasan rum

Mengenai lembaga pembentuk, UU bahwa Perdes ditetapkan Kepala D


pakati bersama BPD. Tentang siap menganut prinsip yang sama denga
dang, boleh dari(PasalKepala326hurufayatDesaugab), bo diajukan oleh
BPD (Pasal 62 huru perundang-undangan digunakan ist UU Desa
menggunakan istilah dis ses pembentukan, masyarakat diber si. Beban
utama pembentukan Perde Desaexecutive( heavy) seperti terlihat dari pala
Desa, dan Peraturan Bersama dan tidak disebut Peraturan BPD.

Isu paling krusial dalam pemben terlihat dari proses pembentukan ber
daya manusia, dalam arti kem BPD dalamdrafting. Penyusun Naskah
Akadem pakar yang diundang ke DPR juga tas sumber daya manusia
penyusun berikan oleh Undang-Undang adala pejabat yang lebih tinggi.
USiapa Desa memberikan wewenang kepada kan evaluasi, sedangkan
Pasal4 8 memberi hak pengawasan dan pemb pati/Walikota, dan Pasal 154
PP camat untuk fasilitasi penyusun Desa. Sedangkan Pasal 88 PP No.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 261
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

pedoman teknis mengenai peratura raturan Menteri.

Mengenai fasilitasi pembuatan menyebutkan begini:

Fasilitasi pemerintah kabupaten terhadap penyusunan pera-turan desa sangat


diperlukan untuk mempermudah dan mem-bangun kapasitas pemerintah desa
atau menyusun Perdes yang baik. Pengawasan (supervisi) kabupaten terhadap
peraturan desa sangat diperlukan agar Perdes tetap berjalan sesuai dengan
norma-norma hukum, yakni tidak menyimpang dari peraturan di atasnya dan
tidak merugikan kepentingan umum.

Keruwetan pembatalannya pun ha dang Dasar 1945 dan perundang-u


asaan kehakiman memberikan wewen Agung untuk menguji semua jenis
Undang. Secara sederhana, termas ada warga atau pihak ketiga yang
mengajukan hak uji materiil ke M turan pelaksanaan Undang-Undang
nangan pembatalan kepada Bupati/ 43/2014). Dengan demikian, Bupat
kewenanganpreview(preventif), tetapireview jug (represif) dalam rangka
pembinaa ter yang digunakan untuk membata dengan kepentingan umum
atau den undangan yang lebih tinggi. Tanp pentingan umum seperti apa yag
d yang memicu perbedaan tafsir di

262 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

c. Jenis-Jenis Peraturan Desa

Secara limitatif, Pasal 69 ayat des terdiri atas:

Peraturan Desa, yaitu peratur bersama Kepala Desa dan BPD.

Peraturan Bersama Kepala Desa pala Desa yang dibuat dalam ran

Peraturan Kepala Desa, yaitu Perdes yang dibuat oleh Kepala

Berdasarkan ketentuan ini, ker kan dalam Peraturan Bersama Kepa


Bersama Desa. Ini berarti seolah dilakukan oleh Kepala Desa tanpa
Bukankah dari sisi partisipasi d turan Bersama Desa lebih kuat di Kepala
Desa? Lalu, siapa yang me Kepala Desa, apakah oleh Bupati/ Pasal 87 PP
No. 43/2014 hanya me dan peraturan Kepala Desa, dan t turan bersama
Kepala Desa.

Bagaimana pula dengan Peraturan syawaratan Desa yang disebut dal 2014,
apakah ini jenis peraturan

3.8 Penutup

Pengaturan tentang penyelengga yang diatur dalam UU Desa prinsi rangkat


melaksanakan tugas pokok
Desa 263
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 3

Penyelenggaraan Pemerintah Desa

dengan tata kelola pemerintahan baik di level pemerintah pusat, harus pula
dilaksanakan pada tin prinsip-prinsip tata kelola peme tahan Desa
berpotensi tidak stab dan kewenangan masing-masing pem la Desa yang
tidak transparan da pemerintahan desa, misalnya, ber mundur oleh
masyarakat desanya.

Penyelenggaraan Pemerintahan D pada UU Desa, tetapi juga tunduk


undangan lain yang masih berlak seperti Aceh, Papua, Papua Barat berlaku
ketentuan-ketentuan khus Undang-Undang. Kekhasan suatu da pada
penyelenggaraan pemerintaha

264 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Hak dan Kewajiban Desa dan Masyarakat
Desa

Pendahuluan

Menurut Dr. Ir. Arya Hadi Dharm hak adalah manusia, aktor 1. atauPada p
bagian ini yang disebut desa ada bagaan. Pengertian tersebut memp
Ketentuan Umum di Pasal 1 angka

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyara-kat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
ma-syarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Hak menurut Kamus Besar Bahasa kekuasaan untuk berbuat sesuatu


undang-undang, aturan, dan rsebag-arti kepunyaan. Hak pada pasal i

Disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat Umum DPR tanggal tanggal 27 Juni 2012
pembahasan Rancangan Undang-Undang Desa
Desa 265
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

yang pertama. Sementara hak yang hak tradisional dapat diartikan sejak
desa ada. Hak adalah kuasa kan suatu yang semestinya diteri pihak tertentu
dan tidak dapat o yang pada prinsipnya dapat ditun adalah bawaan atau
kepunyaan yan Sedangkan kewajiban adalah beban yang semestinya
dibiarkan atau tertentu, tidak dapat oleh pihak sipnya dapat dituntut
secara pak Sedangkan kewajiban adalah sesua atau sesuatu yang
diwajibkan. Ke melakukan sesuatu.

Bab VI dalam UU Desa mengatur jiban Desa dan Masyarakat Desa s asaan
untuk berbuat sesuatu seba nurut KBBI. Bab VI terdiri atas Pasal 68. Yang
berkaitan dengan berkaitan Hak dan Kewajiban Masy

4.2 Hak dan Kewajiban Desa

4.2.1 Pengantar

Ruang lingkup Hak Desa yang dia dengan: (1)


hakdanuntukmengurusmengaturkepent syarakat berdasarkan asal usul;
kelembagaan desa, dan (3) mendapa

Kewajiban yang diatur dalam pas desa untuk menjaga kerukunan; (2


266 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

syarakat desa dalam kerangka NKR kehidupan masyarakat desa; (4)


demokrasi; (5) pemberdayaan masy dan meningkatkan pelayanan masya

4.2.2 Pasal

Pasal 67

Desa berhak:

mengatur dan mengurus kepenti sarkan hak, adatasal, istiadatdanusulnilai sosia


masyarakat Desa;

menetapkan dan mengelola kele

mendapatkan sumber pendapatan

Desa berkewajiban:

melindungi dan, kesatuanmenjaga,sertapersatkeru kunan masyarakat Desa dalam


ran dan keutuhan Negara Kesatuan Rep

meningkatkan kualitas kehidup

mengembangkan kehidupan demok

mengembangkan pemberdayaan ma

memberikan dan meningkatkan p rakat Desa.

Penjelasan

Cukup jelas

4.2.3 Pembahasan di DPR


Hak Desa yang dibahas dalam Na meliputi: (1) hak asal-usul dan tur dan
mengurus rumah tangganya gontrol, dan mengelola sumber da untuk
mempunyai, mengelola, atau
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 267
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

ekonomi-politik; (5) hak mengamb kepentingan masyarakat setempat; oleh


alokasi anggaran dari pemer

Kewajiban Desa antara lain: (1) masyarakatnya; (2) menyelenggara

(3) melaporkan pelaksanaan dan p nugasan tertentu yang disertai p serta


sumber2 daya manusia.

Pada Naskah RUU Desa, pengatu Kewajiban Desa terdapat pada pas RUU
Desa yang disampaikan kepada lui Direktorat Pemerintahan Desa deral
Pemberdayaan Masyarakat Da Negeri Tahun 2007 berkaitan deng

Naskah RUU Desa

Pasal 20

Desa mempunyai hak:

mengatur dan mengurus kepentinga asal,-adatusul istiadat dan nilai- nila

memilih, mkenetpalapkandesaBPD dan peran nya;

mengelola kelembagaan desa; dan

mendapatkan sumber-sumber penda

Penjelasan

Cukup jelas

2
Disarikan dari Naskah Akademik yang disampaikan oleh Direktorat Pemerintahan Desa Dan
Kelurahan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Departemen Dalam Negeri pada
tahun 2007 kepada DPR.

268 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa


Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

Pasal 21

Desa mempunyai kewajiban:

melindungi,menjagmasyarapersatuan,kesatuan dan k kunan nasional serta


keutuhan Neg nesia;

meningkatkan kualitas kehidupan

mengembangkan kehidupan demokra

mengembangkan pemberdayaan masy

meningkatkan pelayanan dasar ma

Penjelasan

Cukup jelas

Pada Rapat-rapat Kerja dan Rap yang dilaksanakan oleh DPR denga hak
dan kewajiban desa sebagaima ini tidak dibahas secara spesi i panjang.
Pembahasan secara spesi panjang lebih banyak berhubungan nangan Desa,
dan Penataan Desa. rapa Rapat, baik Rapat Kerja (Ra Rapat Dengar
Pendapat Umum (RDPU) keholders, bagian hak dan kewajib

Parade Nusantara melalui H. Su tanggal 24 Mei 2012 menyampaika RUU


Desa, desakewajiban,hanyadiberikantanpa d lengkapan hak dan
kewenangan. Ke but menurut Parade Nusantara yan menampakkan jati diri
sebagai en

Sekali lagi saya hanya sekedar mengingatkan, Bapak-Ibu, Sau-dara sekalian,


utamanya adalah Anggota Pansus RUU Desa.
Desa 269
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

Mari kita cermati, kalau memang tidak punya data, saya siap
kontribusi data. Sejak Undang-undang yang mengatur tentang
Desa jaman Belanda, yaitu inlandjimentie ordonantie, saya me-
lompat langsung tentang Desa yang dibuat jaman Orde Lama,
Orde Baru, dan dimana saat ini sampai orde reformasi, terakhir
dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2004. Tolong dibaca dan
dicermati. Kalau tadi didepan Pak Kyai Muqowam mengatakan,
mengapa desa tidak pernah menampakkan entitas, menampak-
kan jati dirinya sebagai entitas yang ada dipaling bawah.
Karena dalam Undang-undang Desa sampai hari ini, desa hanya
diberi kewajiban. Ulangi, desa hanya diberi kewajiban, tanpa
diberi ke-lengkapan hak dan kewenangan.

Dalam strata, struktur pemerintahan, dimana pun negeri didu-


nia ini termasuk di Indonesia, setiap strata struktur pemerintah
harus minimal memiliki 3 dasar yaitu (1) Hak, (2) Kewenangan,
dan (3) Kewajiban.

Tapi sekali lagi, desa hanya diberi kewajiban Pak Kyai, tolong
digarisbawahi. Secara lipstick, basa-basi, dalam Undang-un-dang
No. 32 Tahun 2004 memang diberi suatu kewenangan, tapi
kewenangan itu hanya bersifat delegatif atau pendelegasian. Jadi
ulangi sekali lagi, yang seharusnya dalam ilmu pemerinta-han,
seharusnya disini ada mentor saya, Prof. DR. Ryaas Rasyid, MA,
PHd., tidak akan pernah jalan sebuah strata pemerintah baik itu
Pemerintah desa, Pemerintah kabupaten/kota, Peme-rintah
provinsi, Pemerintah pusat maksudnya, kalau tidak di-lengkapi
dengan 3 hal yaitu kewajiban, hak dan kewenangan. Sementara
desa sejak jaman Orde Lama berubah ke Orde Baru, sampai dengan
era reformasi saat ini, aturan Undang-undang yang mengatur
tentang Desa, Desa hanya dikasih 1 saja, yaitu kewajiban. Itupun
diterjemahkan dalam Peraturan Pemerintah dengan bahasa yang
malu-malu yaitu dikemas dengan suatu bahasa, pendelegasian. Itu
dulu.

270 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

Pendapat Parade Nusantara ters Pansus RUU Desa. Dukungan atas p


tersebut disampaikan Ketua ngSidan menyampaikan bahwa:

Yang berikut juga tadi, dari Pak Ketua Parade Nusantara, me-mang kalau dilihat
bahwa yang ada itu adalah kewajiban. Se-mentara, belum ada suatu hak yang
diberikan, satu kewenangan yang diberikan kepada kepala desa ataupun
perangkatnya. Se-hingga desa hanya menjadi satu objek. Kegiatan-kegiatan pem-
bangunan sering hanya dilakukan oleh supra tadi, oleh institusi diatas dari pada
desa. Sementara dari desa, hanya menjadi pe-nonton yang tidak berdaya sama
sekali, untuk menegur atau mengawasi. Inilah yang tentunya diperhatikan dan kami
juga sangat konsen dengan hal itu, sehingga ada meskipun di dalam Undang-undang
Dasar 1945 kita tidak mengenal daerah tingkat III, tidak dikenal ya, daerah tingkat
III, tetapi harus ada split, otonomi daerah yang dititikberatkan tingkat II, itu harus
sampai ke tingkat desa. Banyak hal itu yang diisyaratkan dalam aturan, misalnya
Undang-undang No. 5 Tahun 1979, ada pembagian juga. Pembagian terhadap
berapa pendapatan atau bagi hasil daripada retribusi pajak. Tetapi dalam
implementasinya ternya-ta tidak dilakukan. Jadi ada semacam hak-hak yang
tertahan di-tingkat kabupaten/kota. Sehingga didalam pasal dan ayat yang ada, ini
memang sudah harus jelas. Tadi kami sangat menyambut baik, harus jelas, bahwa
daerah tidak bisa mengurangi ataupun mengalihkan dana yang harusnya untuk
desa, untuk kegiatan yang lain. Jadi tentunya ini adalah merupakan harapan dari
kita, karena kemajuan daripada desa akan menjadi kemajuan daripa-da daerah itu
sendiri.

Selanjutnya dalam RDPU tanggal tentang hak desaan


kewajibansempatdisinggun sus. Pada RDPU ini yang dipimpin
Desa 271
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

Wiranu, Salah seorang pakar yang Dharmawan menyampaikan pertanyaa


pasal tentang hak dan kewajiban narnya ditujukan kepada siapa.

Kemudian ada persoalan-persoalan terminologis ya. Masih di persoalan desa


sebagai, desa ini apakah menjadi sebuah orga-nisme atau aktor, begitu ya? Ini di
Pasal 20 dan Pasal 21, itu agak aneh, itu. Desa mempunyai hak. Sebetulnya yang
mempunyai hak itu biasanya menempel pada manusia, aktor atau pihak atau ke-
lembagaan. Tidak pernah ada kota mempunyai hak. Kalau kota mempunyai hak itu,
mestinya kan, kotanya siapa, kan begitu? Kalau desa mempunyai hak atau desa
mempunyai kewajiban, itu siapa? Ini Pasal 20-21 sekilas bagus begitu ya,
kalimatnya, tetapi kalau nanti dioperasionalkan ini menjadi agak membingungkan.

Sementara itu dalam DIM, masuk Hak dan Kewajiban Desa dan Masya pada
perubahan nomor bab, pasal, kata. FPKS mengusulkan adanya per nya Bab
IV menjadi Bab VI. Kemud sulkan adanya perubahan nomor pa FPPP
mengusulkan untuk menyesuai

Pada huruf a, FPG mengusulkanper-

setujuan menjadi a. mencari, meminta berikan


sertainformasipersetujuankepada pemerinta tentang kegiatan
pemerintahan, p katan di desanya.

Pada huruf c, Fraksi Partai Ha tambahaspirasikatadan dipertegas saran


tersebut secara lisan atau tert aspirasi saran dan pendapat lisan at
272 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

gung jawab tentang kegiatan pem dan kemasyarakatan di desanya. J


mengusulkan untuk ditambahkan ka e. mendapatkanpengayomandan
perlindungan d ketentraman dan ketertiban.

4.2.4 Tanggapan

Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH dulKonstitusi Masyarakat Desa (Piagam


Tanggungjawab dan Hak

Asasi Warga Desa) menyebutkan bahwa kesatua kum adat itu terbentuk
berdasark-nealogis, teritorial, dan/atauis g dan prinsip teritorial. Sementar,
menurut beliau adalah kesatuan m merupakan gabungan antara genealo
jelasan UUD 1945 sebelum Perubah sama-sama disebut. Penjelasan Pas
Dalam teritori Negara Indonesiazelf-besturende landchappen (daerah-
daerahvolksgetswapra-neenschappen, seperti desa di Jawa dan kabau,
Dusun dan Marga di Palemb daerah itu mempunyai susunan asl dianggap
sebagai daerah yang bers yang dipakai oleh UU Desa menunj penyusunan
UU Desa ini adalah pe asal-usul dan hak3 tradisional des

Diambil dari http://www.jimly.com/makalah/namaile/176/KONSTITUSI_MA-


SYARAKAT_DESA.pdf pada tanggal 3 Maret 2015
Desa 273
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

Ketentuan Umum di pasal 1 angk

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hu-kum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk menga-tur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyara-kat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sis-tem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pengertian tentang desa juga t 1 angka 43 UU No. 23/2014 tentan ngan


redaksi yang sama persis se Desa di atas.

Penetapan Badan Permusyawaratan Desa, Hak Siapa?

Pasal 67 ayat 1 huruf (b) menya menetapkan dan mengelola kelemba Desa
sebagaimana dijelaskan dala angka 5 yaitu lembaga Pemerintah diri atas
Pemerintah Desa/Desa A ratan Desa (BPD) /Desa Adat, Lem dan lembaga
adat. Sementara- itu, kan bahwaPeresmian anggota Badan
Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan kepu-

tusan Bupati/Walikota. Mencermati kedua pasa tut dipertanyakan sejauh


mana da desa dalam menetapkan BPD. Karen pemenuhan hak desa oleh
pemerint sionalnya akan menjadi lebih mud dalam penetapan BPD.

274 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

b. Apakah Desa Berhak Menolak Sumber Pendapatan?

Pasal 67 ayat 1 huruf (c) menya mendapatkan sumber pendapatan. K an


perundangan lain secara langs mendapatkan sumber pendapatan ti
terkaitan dengan pasal lain berk pendapatan itu, dapat ditemui da ini.
Pembahasan mendetail berkai an dalam pasal 71 dan 72 akan di

Hak untuk mendapatkan sumber p dari


pelaksanaanrecognisidansubsidiaritasasas yang menja di pijakan UU Desa.
Kedua asas i kewajiban desa dalam menjalankan penyerahan, dan atau
perbantuan. rahan, atau tugas perbantuan aka berbeda-beda. Apakah Desa
memili dapatan yang muncul dari adanya p perbantuan yang diberikan itu?

Jika sedikit mengupas sumber p pasal 71, salah satunya adalah p Pada
konteks ini Desa memiliki h daya alam di lingkungannya. Seja tersebut?
Apakah Desa juga memi kontrol dan hak untuk mengelola di wilayahnya?

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 275
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

4.3 Hak dan Kewajiban Masyarakat Desa

4.3.1 Pengantar

Ruang lingkup pengaturan Hak Ma dalam pasal 68 berkaitan dengan


dapatkan informasi, memperoleh p pirasi, memilih dan dipilih, dan
perlindungan dari gangguan keten

Pengaturan hak dan kewajiban m memperkuat peran masyarakat des


ngunan di wilayahnya sendiri, se ini membuka ruang bagi masyaraka
pembangunan di wilayahnya. Penga ngun kesetaraan dalam memperoleh

4.3.2 Pasal

Pasal 68

Masyarakat Desa berhak:

meminta dan mendapatkan inform serta mengawasi kegiatan penyel Desa,


pelaksanaan Pembangunan D syarakatan Desa, dan pemberdayaa

memperoleh pelayanan yang sam

menyampaikan aspirasi, saran, tertulis secara bertanggung jaw lenggaraan


Pemerintahan Desa, pe Desa, pembinaan kemasyarakatan D masyarakat Desa;

memilih, dipilih, dan/atau di

Kepala Desa;
perangkat Desa;

anggota Badan Permusyawarata

anggota lembaga kemasyarakat


276 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

mendapatkan pengayoman dan per ketenteraman dan ketertiban di D


Masyarakat Desa berkewajiban:

membangun diri dan memelihara

mendorong terciptanya kegiata rintahan Desa, pelaksanaan Pemb naan


kemasyarakatan Desa, dan pe Desa yang baik;

mendorong terciptanya situasi tenteram di Desa;

memelihara dan mengembangkan permufakatan, kekeluargaan, dan Desa; dan

berpartisipasi dalam berbagai

Penjelasan

Cukup jelas

4.3.3 Proses Pembahasan di DPR

Naskah Akademik RUU Desa tidak jiban masyarakat desa dalam satu kah
RUU Desa, hak dan kewajiban pasal 18 dan 19. Berikut Naskah kepada DPR
oleh Pemerintah melal Desa Dan Kelurahan, Ditjen Pemb Desa, Departemen
Dalam Negeri Ta

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 277
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

RUU Desa

Pasal 18

Masyarakat desa mempunyai hak:

mencari, meminta, mengawasi dan pada pemerintah desa tentang keg bangunan
dan kemasyarakatan di de

memperoleh pelayanan yang sama

menyampaikan saran dan pendapat tentang kegiatan pemerintahan, pe katan di


desanya;

memilih, dipilih dan/atau- ditet rangkat desa lainnya, anggota BPD tan desa; dan

mendapatkan perlindungan dari a tertiban.

Penjelasan

Cukup jelas.

Pasal 19

Masyarakat desa mempunyai kewajiban

membela kepentingan lingkungann

membangun diri dan lingkunganny

mendorong terciptanya penyeleng an, pembangunan dan kemasyarakata

mendorong terciptanya situasi y

menghadiri musyawarah dan goton


ikut berpartisipasi dalam berba

Penjelasan

Cukup jelas.

278 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

Pembahasan tentang Hak dan Kew sebagaimana dimaksudkan dalam Pa


lam dua kali Raker Pansus RUU De Desa tanggal 4 April 2012, Fraks. Hasrul
Azwar, MM menyampaikan ba antara partisipasi dengan hak da

. . . Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pem-bangunan desa, telah


diatur mengenai hak dan kewajiban ma-syarakat, dibentuknya Badan
Permusyawaratan Desa sebagai lembaga permusyawaratan dan permufakatan
adanya lembaga kemasyarakatan dan lembaga adat sebagai mitra Pemerintah desa,
serta forum masyarakat desa yang berfungsi membahas, mendiskusikan dan
mengkoordinasikan program-program stra-tegis yang akan dilaksanakan oleh
Pemerintah desa dan BPD.

Pada Raker tanggal 12 Desember Muqowam sebagai Ketua Rapat meny an


berkaitan dengan hak dan kewa menjadiclustersatudengan penataan desa d
desa, dengan alasan pasalnya yan

Lalu yang kedua adalah cluster penataan desa, kewenangan desa, hak dan
kewajiban masyarakat dan desa. Itu memuat Bab I, Bab II, Bab III dan Bab IV. Ada di
situ adalah penjelasannya substansi di penataan desa bisa dibahas bersama dengan
substansi kewenangan desa, serta hak dan kewajiban masyarakat desa, karena pasal
yang mengatur terkait kewenangan desa serta hak dan kewajiban masyarakat dan
desa hanya sedikit, sehing-ga pembahasannya bisa digabung di dalam cluster dua
ini.

Dalam DIM, mengenai hak dan ke digabungkan dengan Desa dalam be


Kewajiban Desa dan Masyarakat De
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 279
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

sebelumnya, dapat4.2.3 PembahasandilihatDPRpada (untuk Hak dan


Kewajiban Desa) , kisar pada perubahan nomor bab, berapa kata.

4.3.4 Tanggapan

Masyarakat Desa juga merupakan yang memiliki hak dan kewajiban rakat
lain. Hak Warga Negara Ind diatur dalam UUD 1945 dan aturan penjabaran
UUD 1945. Hak-hak war diperoleh dari untuknegarahidupsepertisecaraha
aman, pelayanan, dan hal lain y dang. Sementara itu, kewajiban t ban
terhadap masyarakat secara k bermasyarakat, berbangsa, dan be yang
ditetapkan dengan undang-un tuk membela negara, dan kewajiba
perundang-undanganyang berlaku.

Apakah Masyarakat Hanya Berhak Meminta dan Mendapatkan


Informasi saja?

Pasal 68 ayat (1) huruf (a) U masyarakatmemintaberhakdanmendapatkan


informasi dari Pemerintah Desa serta mengawasi kegiatan penyelenggaraan
Pe-merintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Hal ini sedikit
berbeda dengan Amana hun 1945 yang menyatakanSetiaporangberhak
untukbahwa
280 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembang-kan pribadi


dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk menca-ri, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah dan menyam-paikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Undang-Undang No. 14 Tahun 200 Informasi Publik di pasal 4 ayat Orang


berhak: (a) melihat dan m

(b) menghadiri pertemuan publik untuk memperoleh Informasi Publi


Informasi Publik melalui permoho Undang ini; dan/atau (d) menyeb sesuai
dengan peraturan perundan kat terhadap informasi yang diat No. 14/2008
lebih luas dibanding Pada UU Desa, hak yang dimiliki tataran meminta dan
mendapatkan UUD 1945 dan UU No. 14/2008 men masyarakat untuk
mencari, mempe pan, mengolah, dan menyampaikan 1945 memungkinkan
masyarakat unt formasi yang dimilikinya, sehing rakat maupun kelompok
masyarakat penyebarluasan informasi dan pem san hak masyarakat hanya
meminta si, tanpa diberikan hak untuk me dan menyebarluaskan dapat
menimb bagi masyarakat. Masalah tersebu tidak proaktif dalam
menyebarlua kuasaannya.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 281
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

Berkaitan dengan hak atas infor Pasal 68 ayat (1) ini berhubunga lain. Yaitu
pasal4, pasal26ayat5,27pasal(4)huruf8 ayat6, (1)ayat7; pasal(4) 886,
ayat9,ayat(2)(1)10,ayat(3)

(4)11, ayat12, ayat(5)13, penjelasan(6) 14.pasalSeain24 itu pemenuhan hak


masyarakat pad bungan erat dengan pelaksanaan U Keterbukaan Informasi
Publik.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa berkewajiban: (p)
memberikan informasi kepada masyarakat Desa.

Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajiban sebagaimana di-maksud dalam
Pasal 26, Kepala Desa wajib: (d) memberikan dan/atau menyebar-kan informasi penyelenggaraan
pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa setiap akhir tahun anggaran.

Masyarakat Desa berhak mendapatkan informasi mengenai rencana dan pelaksa-naan


pembangunan Desa.
Pemerintah Desa wajib menginformasikan perencanaan dan pelaksanaan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa, Rencana Kerja Pemerintah Desa, dan Ang-garan Pendapatan dan Belanja
Desa kepada masyarakat Desa melalui layanan in-formasi kepada umum dan melaporkannya
dalam Musyawarah Desa paling sedikit 1 (satu) tahun sekali.

Desa berhak mendapatkan akses informasi melalui sistem informasi Desa yang dikembangkan
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mengembangkan sistem informasi Desa dan
pembangunan Kawasan Perdesaan.
Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi fasilitas perangkat keras dan
perangkat lunak, jaringan, serta sumber daya manusia.
Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi data Desa, data
Pembangunan Desa, Kawasan Perdesaan, serta informasi lain yang berkaitan dengan
Pembangunan Desa dan pembangunan Kawasan Perdesaan.
Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikelola oleh Pemerintah Desa dan dapat diakses
oleh masyarakat Desa dan semua pemangku kepentingan.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menyediakan informasi perencanaan pem-bangunan
Kabupaten/Kota untuk Desa.
Penjelasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan asas keterbukaan. Yang dimaksud
dengan keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskri-minatif tentang penyelenggaraan
Pemerintahan Desa dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
282 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

b. Partisipasi Masyarakat Desa, Hak atau Kewajiban?

Partisipasi Masyarakat dalam pa ayat 2 huruf (e) UU Desa dinyata

hak dan kewajiban Masyarakat Desa dalam berpartisipasi. Pa-sal 68 ayat 1


huruf (c) menyebutkan bahwa masyarakat desa berhak menyampaikan aspirasi,
saran, dan pendapat lisan atau tertulis secara bertanggung jawab tentang
kegiatan penyeleng-garaan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan
Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyara-kat Desa.
Sementara itu Pasal 68 ayat 2 huruf (e) menyatakan tentang kewajiban
masyarakat desa untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di Desa.

Sementara itu, UUD 1945 Pasal bahwa:

Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memper-juangkan


haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.

Sedangkan Undang-Undang Nomor Kovenan Hak Sipil dan Politik pa

Setiap orang berhak untuk berpendapat tanpa campur tangan. dan ayat (2)
Setiap orang berhak atas kebebasan untuk menya-takan pendapat; hak ini
termasuk kebebasan untuk mencari, me-nerima dan memberikan informasi dan
pemikiran apapun, ter-lepas dari pembatasan-pembatasan secara lisan, tertulis,
atau dalam bentuk cetakan, karya seni atau melalui media lain sesuai dengan
pilihannya.

Menurut Moeljarto terdapat beb pasi masyarakat dalam pembanguna fokus


sentral dan tujuan terakh
Desa 283
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

merupakan akibat logis dari dali nimbulkan dirirasa danhargakemampuan


prib turut serta dalam keputusan pent rakat; (3) Partisipasi menciptak arus
informasi tentang sikap, as daerah yang tanpa keberadaannya informasi ini
tidak dapat dihind ngunan; (4) Pembangunan dilaksan mulai dari mana
rakyat berada da

(5) Partisipasi memperluas zone pembangunan; (6) Partisipasi ak


pelayanan pemerintahan kepada se tisipasi menopang pembangunan;
( lingkungan yang kondusif bagi ba maupun pertumbuhan manusia; (9)
yang efektif membangun kemampuan lolaan program pembangunan guna
daerah; (10) Partisipasi dipanda hak demokratis individu untuk di mereka
15
sendiri.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2 rencanaan Pembangunan Nasional.


menyebutkan bahwa:

salah satu tujuan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah


meningkatkan Partisipasi Masyarakat. Sehingga Partisi-pasi masyarakat
didorong untuk ada dalam setiap tahapan pe-rencanaan.

15
Moeljarto, T. Politik Pembangunan, Sebuah Analisis, Arah dan Strategi. PT Tiara Wacana
Yogya, Yogyakarta.1987. Hal. 35
284 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

Sementara itu Undang-Undang No tang Pemerintahan Daerah, mengat


rakat dalam bab tersendiri,a-yait si Masyarakat itu terdiri darit 1 yang
dibangun dalam pengaturan i partisipasi masyarakat oleh nega partisipasi.

Adanya hak masyarakat Desa memi kewajiban desa atau negara untuk
dungi dan memenuhinya. Sementara syarakat Desa memiliki konsekuens
pelaksanaan kewajiban tersebut d masyarakat yang akan melaksanaka itu
tidak ada amanat pengaturan pelaksanaan kewajiban partisipasi

Bagaimanakah Masyarakat Mendapatkan Hak Pengayoman?

Pasal 68 ayat (1) huruf e UU De rakat Desa berhak untuk mendapat dungan
dari gangguan ketenterama sal ini sesuai dengan amanat UUD

Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,


martabat, dan harta benda yang di bawah keku-asaannya, serta berhak atas
rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

Selain itu Pasal ini juga berk No. 39 Tahun 1999 tentang Hak As dalam
rangka menjamin keamanan
Desa 285
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

dap warga negara, UU No. 20 Tahu Ketentuan Pokok Pertahanan Keam


menggariskan bahwa komponen pert

(1) Komponen utama yaitu TNI dan nen dasar yaitu rakyat terlatihan
Rakyat, Keamanan Rakyat, Perlin Umum yang semuanya bersifat komb
dukung yaitu sarana dan prasaran khusus, yaitu Perlindungan Masya non
kombatan. Melalui UU tersebu Pertahanan Sipil dengan fungsi P dapatkan
payung hukum yang kuat hak perlindungan bagi warga nega

Namun pada era reformasi, UU N jadi UU No. 2 Tahun 2002 tentang


Indonesia dan UU No. 3 Tahun 200 Pada kedua UU itu, keberadaan Pe lagi
secara tegas disebutkan. Un mengatur bahwa komponen-komponen lam
menghadapi bahaya ancaman mi atas tiga komponen yaitu: (1) ko
Cadangan, dan (3) Komponen Pendu komponen akan diatur dengan unda

Jaminan terhadap perlindungan selanjutnya menjadi urusan wajib


merintah daerah. Hal ini diatur 23 Tahun 2014 pada klausul pembe
khususnya pada pasal 255 Ayat (1

Satuan polisi pamong praja dibentuk untuk menegakkan Perda dan Perkada,
menyelenggarakan ketertiban umum dan ketente-raman, serta
menyelenggarakan pelindungan masyarakat. ten-tang Pemerintahan Daerah.
286 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

Upaya untuk memenuhi hak pengay Masyarakat Desa tidak ditemukan p


UU Desa. Hal tersebutdilaksanaksemakindengsul nya Peraturan Presiden
(Perpres) Keputusan Presiden (Kepres) 55/1 Organisasi Pertahanan Sipil
(Han dan Keamanan Rakjat (Wankamra) D Pelaksanaan Sistim Hankamrata
yan hukum bagi pembentukan Hansip. Pa but, hansip secara otomatis
dibub syarakat pada tingkat desa tidak hak masyarakat desa untuk mendap
lindungan keamanan akan dapat di Polisi Pamong Praja hingga Desa? akan
melaksanakan kewajibannya u rakat untuk mendapatkan pengayom ngan
kata lain, penyerahan kewena dengan pengayoman masyarakat masi

4.4 Penutup

Pembahasan terkait pasal Hak d kuat perdebatannya di DPR. Pasal subyek


untuk mewujudkan masyarak belumnya, pada UU No. 32/2004, D jiban
tanpa diberikan hak dan ke nangan, hanya bersifat delegatif rintah daerah.
Undang-Undang Des kewajiban Desa agar mampu mengel

Salah satu kewenangan Desa yang lah


kewenanganPemeritahanuntukDesamenetapkan
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 287
Klaster 4

Hak dan Kewajiban Desa

ran Desa dengan persetujuan bers Dengan demikian, Peraturan Desa


bentuk peraturan perundang-undan ran Desa ini cenderung bersifat hanya
menjabarkan ketentuan pera yang lebih tinggi.

Disisi lain, pengaturan masyara menjadikan masyarakat desa menjad dapat


mengembangkan tradisi masy dalam kehidupan bersama, yang ak
kehidupan masyarakat desa cepat t jadiurbanized dan menjadi
masyarakat16 den Piagam Hak Warga atau Konstitusi salah satu upaya
untuk menjamin rakat Desa, baik yang tercantum d jamin dalam peraturan
perundang-u

Masyarakat desa terstruktur da pemerintahan daerah, sedangkan m


stitusional diakui sebagai masya kesatuan-kesatuan yang menyandan
dalam lalu lintas hukum, termasu tradisionalnya sebagai kesatuan tuan
pemerintahan desa merupakan organisasi
pemerintahankesatuandaerah,ma kat hukum adat merupakan unit ma
pakan subyek hukum yang tersendi nya berdasarkan17 UUD 1945.

Diambil dari http://www.jimly.com/makalah/namaile/176/KONSTITUSI_MA-


SYARAKAT_DESA.pdf. Pada tanggal 3 Maret 2015
ibid
288 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Pembangunan
Desa,Kawasan Perdesaan, dan Kerjasama
Desa

Pendahuluan

Undang-Undang Desa secara tegas ra pembangunan desa yang menempa


pembangunan dan pembangunan perd main pemerintah. Hal ini terlih
khusus tentang pembangunan desa perdesaan. Pembangunan desa bert
kualitas hidup manusia serta pen lalui penyediaan pemenuhan kebut
sarana dan prasarana, pengembang serta pemanfaatan sumber daya a
berkelanjutan. Oleh karena itu, dekatan, yaitu Desa Membangun
diintegrasikan dalam perencanaan konsekwensinya, Desa menyusun pe
desa yang mengacu kepada perenca paten/kota (diatur dalam Pasal 7
Konsep perencanaan pembangunan UU Desa mengalami kemajuan dan
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 289
Klaster 5

Pembangunan Desa

dengan substansi yang diatur dal tang Desa. Sebelumnya, perencana dari
perencanaan kabupaten/kota. bangunan
desavillageselfadalahplanningyang berdiri dan diputuskan sendiri oleh
desa

Pembahasan anotasi pada bagian hal diatasPertama,pembangunan. desa,


yang m perencanaan serta pemantauan dan desa;Kedua, pembangunan
kawasan perdes pengertian dan lingkup pembangun ta peran dan
partisipasi pemerinKe-

tiga sistem pembangunan kawasan pe hak desa, kewajiban pemerintah d


(Sistem Informasi Pemerintahan D Keempat, kerjasama desa, yang melip
dan kerjasama dengan pihak ketig

5.2 Pembangunan Desa

5.2.1 Pengantar

Ketentuan Umum UU Desa mende i Desa adalah upaya peningkatan k


untuk sebesar-besarnya kesejahte dangkan tujuan pembangunan desa 78
ayat (1),meningkayaiesejahteraanukank mas Desa dan kualitas hidup
manusia kinan melalui pemenuhan kebutuha rana dan prasarana Desa,
pengemb kal, serta pemanfaatan sumber da ra berkelanjutan. Dalam
pelaks

290 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

penting untuk mengedepankan keb dan kegotongroyongan guna mewuj


perdamaian dansosialsebagaimanakeadilan dinya dalam pasal 78 ayat (3).

Berdasarkan pasal 78, tahapan-t an desa terdiri dari: (i) peren pelaksanaan
pembangunan desa; (i tauan pembangunan desa. Dokumen Desa
merupakan satu-satunya doku dan sebagai dasar penyusunan APB desaitu
dilakukan melalui Musren takan masyarakat.

5.2.2 Pasal

Pasal 78

Pembangunan Desa bertujuan men masyarakat Desa dan kualitas hidu langan
kemiskinan melalui pemenuh bangunan sarana dan prasarana Des ekonomi lokal,
serta pemanfaatan kungan secara berkelanjutan.

Pembangunan Desa meliputi tahap dan pengawasan.

Pembangunan Desa sebagaimana mengedepankan kebersamaan, kekelu royongan


guna mewujudkan pengaru dan keadilan sosial.

Penjelasan

Cukup Jelas

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 291
Klaster 5

Pembangunan Desa

5.2.3 Pembahasan di DPR

Rumusan pasal 78 ini merupakan si PDIP yang tercantum dari DIM. fraksi-
fraksi terbagiPertama, yangmenjadiMengu- du sulkan substansi baru.
Hal ini dilakukan ol mencakup:

(i)asas penyelenggaraan pembangunan perdesaan, den-gan redaksional


Pembangunan p dengan asas: a. Kebersamaan dan berkeadilan; c.
berkelanjutan; kemandirian; f. Kesetaraan; g. i. Kekeluargaan; j. Bhineka tu
pastian hukum; l. Keseimbangan san; m. Kreativitas; n. Kearif-paransi; q.
Akuntabilitas;an r. E serta aktif; dan t. Tanggungjaw

(ii)tujuan dari pembangunan perdesaan , dengan reda nal


Pembangunan perdesaan unt teraan masyarakat desa dan men kat desa
dalam setiap tahapan menjamin terpeliharanya ada is

(iii)ruanglingkup pembangunan perdesaan, dengan red sional


pembangunan perdesaan infrastruktur dan sumberdaya m

(iv)tahapan pembangunan perdesaan, dengan redak Pembangunan


perdesaan sebagai pasal 69 diselenggarakan melal

pelaksanaan; c. pengawasan;
292 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

(v)sistem informasi pembangunan perdesaan, dengan r daksional


informasi kegiatan an perdesaan memanfaatkan sist nan perdesaan.

Kedua, yang MengusulkanTetap. Beberapa frak Fraksi Partai Demokrat,


PartaiB G dan Fraksi Gerindra menyetujui r rintah, yaitu langsung
mengatur

Meski ada dua pendapat yang be perdebatan cukup signi ikan dala tang
pasal 78 ini. Dari risalah mengenai hal ini pada RDPU yang Juni 2012,
Hardisoesilo dari Fra pandangannya bahwa prinsip yang adalah
memperkuat pembangunan de mandirian kepada desa sebagai ba Berikut
kutipan pendapat Hardiso

... Sekarang prinsip yang ingin kita bangun itu adalah, bagaima-na kita
memperkuat pembangunan desa, memberikan kemandi-rian kewenangan-
kewenangan kepada desa, untuk sebagai basis pembangunan nasional. Jadi apakah
dimungkinkan, menurut pertanian misalnya, kita soal irigasi desa itu tidak bagian
dari program atau proyeknya kabupaten/kota, tapi kewenangannya diserahkan
kepada desa. Kalau dia lewat desa, ya bisa kerja sama desa dan sebagainya. Jadi
prinsip untuk kita bukan membangun desa, tapi desa membangun. Jadi betul-betul
desa memberikan wewenang. Prinsip daripada yang ingin dicapai dari undang-
undang ini tampaknya demikian. Sehingga, mungkin banyak hal-hal yang sekarang
ini menjadi bagian daripada kegiatan-ke-giatan sektoral di desa, itu yang harus
diubah pendekatannya.
Desa 293
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 5

Pembangunan Desa

Dan kita ingin menetapkan bahwa didalam undang-undang ini arahnya


demikian. . . .

Dalam forum yang sama, H. Dari Demokrat menekankan bahwa semang


membangun, bukan membangun desa.

Perbandingan rumusan yang diaj rumusan yang disepakati adalah s

Rumusan yang disepakati Rumusan

PembangunanPembangunanDesabertu-perdesaa juan
meningkatkanmewujudkankese- kesejahte jahteraan masyasyarakatdesadesa dan
dan kualitas katkanhidup manusiaperanmasyara serta
penanggulangandalamsetiap tahapan kemiskinan melaluigunan dpenganme- tetap
m nuhan kebutuhanterpeliharanyadasar, adat pembangunan saranasetempatdan.

prasarana desa, pengem-bangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber


daya alam dan ling-kungan secara berkelanju-tan.

PembangunanPembangunanperdesaanDesameli-

puti tahap perencgaimanaan,dimaksud dal pelaksanaan,


69dandiselenggarakanpengawa- m san. tahapan: a. perencan laksanaan; c.
pengaw

evaluasi

294 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

(3) PembangunanPembangunanDesaseba- perdesaa gaimana


dimakselenggudpadarakan dengan ayat (2) mengedepankan.Kebersamaan dan g
kebersamaan, royong;kekeluarb-. E isiensi gaan, dan
kegotongc.berkelanjutan;oyong- d. an guna mewujudkanlingkungan;peng- e.
keman arusutamaan perdamKesetariaan; g. Keman dan keadilan
Kebangsaan;sosial. i. Kekel

j. Bhineka tunggal i tiban dan kepastian Keseimbangan, kesera keselarasan; m. Krea


Kearifan lokal; o. I Transparansi; q. Aku Efekti itas; s. Resp ran serta aktif; dan
jawab negara

5.2.4 Tanggapan

Posisi pembangunan desa di dalam sistem perencanaan


pembangunan nasional belum jelas. UU No 25 Tahun tentang Sistem
Perencanaan Pemba nya disebut UU SPPN) merupakan la yang mengatur
mengenai pembangun laksanakan oleh pemerintah pusat Konstruksi yang
digunakan di dal desentralisasi, yangsebagaimenempatkanbagian
bupaten/kota, sehingga pengatura di tingkat kabupaten/kota dan ti Desa.

Pertanyaannya, bagaimana posisi lam sistem perencanaan pembangun


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 295
Klaster 5

Pembangunan Desa

kah merupakan bagian dari SPPN? desa sebagai

. . . kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wi-layah yang


berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal/usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Ne-gara Kesatuan Republik Indonesia1

maka desa merupakan bagian dari lam ruang lingkup UU SPPN. Sayan
penjelasan di dalam UU Desa ini bangunan desa merupakan bagian d
sehingga mengikuti ketentuan per (yaitu UU SPPN) ataupun penegasa
ngunan Desa diatur tersendiri da tuan undang-undang tersebut.

Tahapan pembangunan desa tidak standar. Pasal 78 2 UU Desa


menyebutkan bahwa pem tahap perencanaan, pelaksanaan, tahapan
pembangunan di UU SPPN s pasal 8 terdiri dari: (i) penyu rencana; (iii)
pengendalian- pela asi pelaksanaanyangrencanadisebutkan.Tahpandi SPPN
sesuai dengan tahapan di da adalah: perencanaan, pelaksanaan

Akibatnya, di dalam pasal selanj bahas masing-


masingmissingtahapanlink(bagianterl yang hilang) karena tidak ada pa

1
Deinisi Desa dalam ketentuan Umum Undang-Undang Desa

296 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa


Klaster 5

Pembangunan Desa

evaluasi. Sementara pasal yang m berisi bagaimana hak warga memp


ngunan, melakukan pengawasan da Tahapan evaluasi merupakan satu
perencanaan, pelaksanaan dan pen oleh internal pemerintah. Hasil
masukan atas proses perencanaan b wasan adalah tindakan mengawasi
yang dilaksanakan oleh pihak di Dengan demikian, terlihat jelas ngan
pengawasan.

5.3 Perencanaan Pembangunan Desa

5.3.1 Pengantar

Pasal 79 UU Desa menyebutkan b menyusun perencanaan Pembanguna


kewenangannya dengan mengacu pad gunan Kabupaten/Kota. Perencanaa
gan menyusun dokumen:

Rencana Pembangunan Jangka jangka waktu 6 (enam) tahun;

Rencana Pembangunan Tahunan Rencana Kerja Pemerintah Desa dari


Rencana Pembangunan Jang tuk jangka waktu 1 (satu) tah

Kedua dokumen perencanaan ini di Desa.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 297
Klaster 5

Pembangunan Desa

Pasal 79 ayat (4) dan (5) menya tentang Rencana Pembangunan Jang dan
Rencana Kerja Pemerintah (RK tunya dokumen perencanaan di Des dalam
penyusunan Anggaran Pendap Desa.

Pasal 80 menyebutkan bahwa per desa dilakukan dengan mengikutse

5.3.2 Pasal

Pasal 79

Pemerintah Desa menyusun peren sesuai dengan kdewenanganganmennyagacu


pada naan pembangunan Kabupaten/Kota.

Perencanaan Pembangunan Desa se ayat (1) disusun secara berjangka

Rencana Pembangunan Jangka Me ka waktu 6 (enam) tahun; dan

Rencana Pembangunan Tahunan D Rencana Kerja Pemerintah Desa, dari Rencana


Pembangunan Jangka jangka waktu 1 (satu) tahun.

Rencana Pembangunan Jangka Men Kerja Pemerintah Desa sebagaimana


ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Peraturan Desa tentang Rencana ngah Desa dan Rencana Kerja Pemer tu-satunya
dokumen perencanaan di

Rencana Pembangunan Jangka Men Kerja PemerintahDesa merupakan pe nan


Anggaran Pendapatan dan Belan Peraturan Pemerintah.

298 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

Program Pemerintah dan/atau Pe skala lokal Desa dikoordinasikan laksanaannya


kepada Desa.

Perencanaan Pembangunan Desa se ayat (1) merupakan salah satu sum naan
pembangunan Kabupaten/Kota.

Penjelasan

Cukup jelas

Pasal 80

Perencanaan Pembangunan Desa s lam Pasal 79 diselenggarakan den syarakat


Desa.

Dalam menyusun perencanaan Pemb na dimaksud pada ayat (1), Pemeri garakan
musyawarah perencanaan Pe

Musyawarah perencanaan Pembang prioritas, program, kegiatan, da Desa yang


didanai oleh Anggaran P swadaya masyarakat Desa, dan/atau Belanja Daerah
Kabupaten/Kota.

Prioritas, program, kegia-tan, d sebagaimana dimaksud pada ayat (3 penilaian


terhadap kebutuhan masya

peningkatan kualitas dan akse

pembangunan dan pemeliharaan kungan berdasarkan kemampuan te lokal yang


tersedia;

pengembangan ekonomi pertania

pengembangan dan pemanfaatan tuk kemajuan ekonomi; dan

peningkatan kualitas ketertib rakat Desa berdasarkan kebutuha

Penjelasan
Cukup jelas
tentang Desa 299
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
Klaster 5

Pembangunan Desa

5.3.3 Pembahasan di DPR

Rumusan awal pemerintah atas p dua pasal, yaitu pasal 66 dan pa gai
berikut:

Rumusan RUU

Pasal 66

Pemerintah Desa menyusun peren sesuai dengan kdewenanganganmennyagacu


pada naan pembangunan Kabupaten/Kota.

Perencanaan Pembangunan Desa se ayat (1) disusun secara berjangka

Rencana Pembangunan Jangka Me jutnya disebut RPJM Desa untuk hun; dan

Rencana Pembangunan Tahunan D Rencana Kerja Pemerintah Desa (R jabaran dari


RPJM Desa untuk jan

RPJM Desa dan RKP Desa sebagaim ditetapkan dengan peraturan desa.

Peraturan desa tentang RPJM da satunya dokumen perencanaan di De

Program-program sektor yang mas sasikan dan diintegrasikan dengan desa.

Pasal 67

Perencanaan pembangunan desa se Pasal 66 ayat (1) dilakukan- secar kat dusun

Dalam menyusun perencanaan pemb na dimaksud pada ayat (1) pemerin lembaga
kemasyarakatan desa dan t

Perencanaan Pembangunan Desa se ayat (1) sebagai salah satu masuk


pembangunan kabupaten/kota.
300 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

Dari dokumen DIM, pandangan fr yaitu:Pertama; yang mengusulkan


Tetap, artinya meny rumusan usulan pemerintah. Panda dangan dari Fraksi
Partai Golkari Gerindra dan Fraksi Hanura.

Kedua; yang mengusulkan diadakan Penyempurnaan ter-

hadap substansi dan penambahan substansi baru, yang me rupakan


pandangan FraksidariFraksiPKS. FraPDI mengusulkan penyempurnaan
substan dengan redaksional Pemerintahan pembangunan perdesaan
sesuai den desa. Fraksi PKS mengusulkan me baga adat, selain lembaga
kemasya di pasal 67 ayat (2), dengan red rencanaan pembangunan
desasebaga

(1) pemerintah desa wajib meliba desa, lembaga Adat dan tokoh masy

Sedangkan usulan penambahan su oleh Fraksi PDIP dengan (1)radaksioPe-


rencanaan pembangunan Perdesaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dimulai dari musyawarah masyarakat desa; (2) Perencanaan
pembangunan perdesaan memuat jenis pemban-gunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69; (3) Perencanaan Pembangunan Perdesaan dapat
disusun untuk jangka panjang, jangka menengah dan tahunan; (4)
Perencanaan Pembangunan Perdesaan tahunan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) disusun menjadi Rencana Kerja Pemerintah Desa dan
ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 301
Klaster 5

Pembangunan Desa

Ketiga; yang mengusulkan untuk Menambahkan frasa partisipatif,


yang merupakan pandanga dengan reaksional Pemerintah de
pembangunan desa secara partisip mengacu pada perencanaan pembang

Dalam proses rapat pembahasan perdebatan mengenai substansi pa pati


rumusan yang disepakati ada 79-80 UU Desa.

5.3.4 Tanggapan

Undang-Undang Desa ini memilik Desa membangun dan membangun


aturan sebelumnya. Penjelasan UU kedua pendekatan ini diintegr
Pembangunan Desa. Sebagai konsek perencanaan pembangunan sesuai
dengan mengacu pada perencanaan ten/Kota. Dokumen rencana Pemban
satu-satunya dokumen perencanaan penyusunan Anggaran Pendapatan d
naan Pembangunan Desa diselengga takan masyarakat Desa melalui Mu
bangunan Desa.

Kedua pendekatan ini merupakan dak ada pada UU SPPN maupun UU N


rintahan Daerah (lihat tabel per desa). Kondisi ini perlu dipert aturan
pelaksanaannya agar kedua secara jelas sehingga bisa diimp

302 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

Perbandingan Pengaturan tentang Desa

Perihal
UU SPSN
UU Tentang Peme-
UU Desa

rintahan Daerah

De inisi-
kesatuan
kesatuan
masya-

Desa

masyarakatrakathukumhukum yan

yang memilikimemiliki

batas

batas bataslayahwilayahyang berw


yang berwenang untuk meng

untukmengaturtur dan
menguru

dan mengurus
urusan pemerint

kepentinganhan, kepentinga

masyarakatmasyarakat sete

setempat, pat berdasarkan

berdasarkanprakarsaasal-

masyar

asul dan adatkat, hak asal

istiadat
setempatusul,dan/atau
yang diakuitradisional yan

dan dihormatidiakui dan


diho

dalam sistemmati dalam


sist

Pemerintahanpemerintahan Ne

Negara
gara Kesatuan

Kesatuan Republik Indone

Indonesia.sia.

Dasar
DesentraDesentralisasi;-Kewenangan
Asli

Med ebewind)
kewe- lisasi;Tugas PembantuanDesentralisasi;

nanganTugas (
Medebewind)

Tugas Pembantua

Desa
Pem-

Mede-

bantuan

bewind)
(

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 303
Klaster 5

Pembangunan Desa

KeduduDesa- Desa beradaDesadalamberada dal kan beradasistem


pemerintawilayah- kabupa-

dalam han daerahten/kotakabu-sistempaten/kota

peme-rintahan daerah kabupa-ten/kota

Pemba-BagianBagian dari Desapem- membangu


ngunandari pembangunan-
kabupaberd-sarkan RP
Desa bangunanten/kota
JMDesa dan men
kabupa-
ggunakan sumbe
ten/kota
dana yang khus

diperuntukkan

kepada Desa

Pembangunan

Desayang meru-

pakan bagian d

pembangunan

kabupaten/kota
Relasi antara Musyawarah Desa dan Musyawarah Pembangunan Desa
Belum Jelas

Pasal 80 ayat (2) Dalammenyebutkanmenyusu perencanaan


Pembangunan Desa seb ayat (1), Pemerintah Desa wajib rah perencanaan
Pembangunan Desa
(1) menyebutkan bahwa Musyawara permusyawaratan yang diikuti ole
Desa, Pemerintah Desa, dan unsur musyawarahkan hal yang bersifat
304 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

raan Pemerintahan Desa. Frasa- jelaskan di pasal 52 ayat (2) da


perencanaan Desa merupakan salah ayat 3 pasal 80 menyebutkan Mus
bangunan Desa menetapkan priorit kebutuhan Pembangunan Desa yang
swadaya masyarakat Desa, dan/ata Beberapa pertanyaan muncul terka
Pertama, apakah Musyawarah perencanaa yang disebutkan di UU ini sama
d dilaksanakan pada bulan Januari ini dipraktikkan sebelum UU ini

Kedua, bagaimana relasi antara Mu renbang Desa? Apakah keduanya me


beda satu sama lain ataukah ada garaan Musyawarah Desa dengan Mus UU
Desa baik di norma maupun pen gambaran bagaimana relasi antara proses
pembangunan Desa.

Mekanisme Relasi antara Perencanaan Pembangunan di tingkat Desa


dengan Perencanaan Pembangunan di tingkat Kabupaten/Kotabelum
Jelas.

Pasal 79 ayat 1 menyebutkan b menyusun perencanaan Pembanguna


kewenangannya dengan mengacu pad ngunan Kabupaten/Kota, sedangka
kan Perencanaan Pembangunan Des pada ayat (1) merupakan salah s
perencanaan pembangunan Kabupate

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 305
Klaster 5

Pembangunan Desa

terlihat ada relasi timbal balik Desa denganperencanaan pembangun


Sayangnya, UU Desa baik di norm memberikan gambaran bagaimana re

Ketentuan tentang Masyarakat Desa Masih Terlalu Umum

Pasal 80 ayat (1) menyebutkan Desa sebagaimana dimaksud dalam


dengan mengikutsertakan masyarak ini adalah cukup jelas sehing lanjut
yang menjelaskan apa yang Desa. Pertanyaan yang muncul ad sud sebagai
masyarakat desa yang perencanaan pembangunan desa? Ad libatan
masyarakat desa dalam p ngunan bersifat terbatas pada ya kekuasaan desa.
Karena itu, perl an tidak dilibatkannya kelompok rakat yang berbeda
pandangan pol kelompok masyarakat yang ternomo perti perempuan; (3)
kelompok m kurang berpendidikan; (4) kelomp petani dll); (5) kelompok
penyan lompok lain yang berhak memiliki terlibat di dalam pembangunan
De

Terdapat Inkosistensi Jangka Waktu RPJM Desa dengan RPJMD

Pasal 79 ayatmenyebutkan(2)butirRencana nan Jangka Menengah Desa


untuk ja
306 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

Jangka waktu RPJM Desa selama 6 suai dengan pasal 39 ayat (1) ya
memegang jabatan selama 6 (enam) ggal pelantikan. Namun, ada per nai
hal Pertamaini, mengapayaitu: jangka waktu berbeda dengan jangka waktu
RPJM yang berdurasi 5 (lima) tahun se SPPN?2Kedua, bagaimana proses
relasi ti rencanaan pembangunan di tingkat pembangunan di tingkat
kabupate pembangunan antara? Konkeduanyaisiiniberbpe pertimbangkan
dalam penyusunan a tidak menimbulkan permasalahan p

5.4 Pelaksanaan Pembangunan Desa

5.4.1 Pengantar

Pasal 81 UU Desa menyatakan bah laksanakan sesuai dengan Rencana


dilaksanakan oleh Pemerintah Des masyarakat Desa dengan semangat
faatkan kearifan lokal dan sumbe pasal 81 ini ditegaskan bahwa pem
dilaksanakan sendiri oleh Desa. S sektoral yang masuk ke Desa diin Desa
untuk diintegrasikan dengan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang selanjutnyadisingkat RPJM, adalah dokumen


perencanaan untuk periode 5(lima) tahun (Ketentuan Umum UU No. 25 tahun 2004).
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 307
Klaster 5

Pembangunan Desa

5.4.2 Pasal

Pasal 81

Pembangunan DsesuaidilaksdenganakanReca Pemerintah Desa.

Pembangunan Desa sebagaimana d laksanakan oleh Pemerintah Desa d


masyarakat Desa dengan semangat g

Pelaksanaan Pembangunan Desa s ayat (1) dilakukan dengan memanf sumber daya
alam Desa.

Pembangunan lokal berskala Des Desa.

Pelaksanaan program sektoral ya sikan kepada Pemerintah Desa unt Pembangunan


Desa.

Penjelasan

Cukup jelas

5.4.3 Pembahasan di DPR

Dari dokumen DIM, semua fraksi diajukan Pemerintah. Proses pemb dapat
ditemui dalam RDPU (Rapat yang diselenggarakan pada tangga Kementrian
ESDM, menyoroti Pasal nurutnya, pelaksanaan pembanguna memanfaatkan
kearifan lokal dan 71 mengenai pembangunan kawasan pembangunan
sumber daya manusia, infrastruktur. Ia menyatakan bah lah. Ia setuju
dengan apa yang s

308 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

Secara umum, pembahasan ini di mik. Rumusan pasal yang disepaka sal
yang diajukan oleh pemerinta

5.4.4 Tanggapan

Ketentuan pelaksanaan pembangunan Desa mencantum-kan secara


eksplisit terkait modal sosial Desa, yaitu go-tong royong dan
kearifan lokal.

Hal ini termaktub di dalam pasa mun, bagian penjelasan dari pasa jut apa
yang dimaksud dengan got Kondisi ini perlu dipertimbangka
pelaksanaannya agar kedua modal las, sehingga bisa diimplementas

Ketentuan pengadaan barang dan jasa diatur secara spesi ik.

Pasal 81 ayat (4) menyebutkan b berskala Desa dilaksanakan sendi ini


dikaitkan dengan metode peng frasa dilaksanakan sendiri mer tidak
dilaksanakan oleh pihak ke an,
ketentuanpengecualianinimerupakandariketentu ngadaan barang dan
jasa yang dia dimana metode pelaksanaan kegiat gan metode swakelola
maupun dila Kondisi ini perlu dipertimbangka pelaksanaannya agar bisa
diuraik diimplementasikan dengan baik.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 309
Klaster 5

Pembangunan Desa

Mekanisme integrasi program sektoral dengan pemba-ngunan Desa


belum jelas.

Pasal 81 ayat (5) menyebutkan ram sektoral yang masuk ke Desa rintah
Desa untuk diintegrasikan Namun, bagian penjelasan dari pa lanjut apa
yang dimaksud dengan Pembangunan Desa. Kondisi ini p penyusunan
aturan pelaksanaannya jelas, sehingga bisa diimplement

5.5 Pemantauan dan Pengawasan Pembangunan Desa

5.5.1 Pengantar

Pasal 82 ini menyatakan secara mendapatkan informasi dan terlib naan


pembangunan serta melaporka berbagai keluhan terhadap pelaks pada
Pemerintah Desa dan Badan P ini juga mengatur kewajiban men dan
pelaksanaan RPJM Desa, RKP D masyarakat Desa.

5.5.2 Pasal

Pasal 82

Masyarakat Desa berhak mendapa rencana dan pelaksanaan Pembangun

Masyarakat Desa berhak melakuka laksanaan Pembangunan Desa.


310 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

Masyarakat Desa melaporkan has keluhan terhadap pelaksanaan Pemb merintah


Desa dan Badan Permusyaw

Pemerintah Desa wajib menginfo pelaksanaan Rencana Pembangunan Rencana


Kerja PemerintAnggaranhDesa,Pendapatadan Belanja Desa kepada masyarakat De
si kepada umum dan melaporkannya paling sedikit 1 (satu) tahun sek

Masyarakat Desa berpartisipasi menanggapi laporan pelaksanaan Pe

Penjelasan

Cukup Jelas

5.5.3 Pembahasan di DPR

Pasal ini merupakan usulan dar yang diajukan Pemerintah tidak a


mantauan dan pembangunan desa. D PDIP mengusulkan penambahan subs
pasal 77-79 dengan redaksional s

Rumusan RUU

Pasal 77

Pengawasan terhadap pelaksanaan lakukan secara cermat dalam setia dengan


Rencana Pembangunan Perdesa

Badan Permusyawaratan Desa mel bangunan perdesaan;

Masyarakat dapat melakukan pen desaan sebagai bentuk peran serta

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 311
Klaster 5

Pembangunan Desa

Pasal 78

Hasil pengawasan pembangunan p kinerja dan pertanggungjawaban pe

Hasil pengawasan sebagaimana di paikan kepada Dewan Perwakilan Ra

Pasal 79

Pemerintah Desa dan Pemerintah lakukan evaluasi atas pelaksanaa dan hasil
evaluasi tersebut menja naan pembangunan perdesaan tahun

Evaluasi sebagaimana dimaksud- p sarkan laporan kinerja perencanaa

Evaluasi sebagaimana dimaksud selambat-lambatnya 30 (tiga puluh ngawasan


disampaikan ke Dewan Per

Hasil evaluasi yang dilakukan- o na dimaksud pada ayat (1) disampa syawaratan
Desa;

Hasil evaluasi yang dilakukan paten/Kota sebagaimana dimaksud p kepada Dewan


Perwakilan Rakyat Da

Hasil pengawasan sebagaimana di paikan kepada Dewan Perwakilan Ra

Pada proses rapat pembahasan, t pat yang membahas mengenai pasal


disepakati adalah rumusan pasal kemudian menjadi Pasal 82, denga

312 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

Rumusan RUU

Pasal 82

Masyarakat Desa berhak mendapa rencana dan pelaksanaan Pembangun

Masyarakat Desa berhak melakuka laksanaan Pembangunan Desa.

Masyarakat Desa melaporkan has keluhan terhadap pelaksanaan Pemb merintah


Desa dan Badan Permusyaw

Pemerintah Desa wajib menginfo pelaksanaan Rencana Pembangunan Rencana


Kerja Pemerintah Desa, da Belanja Desa kepada masyarakat De si kepada umum
dan melaporkannya paling sedikit 1 (satu) tahun sek

Masyarakat Desa berpartisipasi menanggapi laporan pelaksanaan Pe

Tanggapan

Tidak ada ketentuan yang mengatur tentang evaluasi pembangunan


desa.

Sebagaimana telah disebutkan d terkait pasal 78 yang menyebutka meliputi


tahap perencanaan, pel maka tidak ada pasal yang mengat evaluasi
pembangunan Desa. Sedan di UU SPPN sebagaimana diatur da penyusunan
rencana; (ii) penetap pelaksanaan rencana; dan (iv)- eva batnya,
terlihatmissinglink(bagianada yang hilang

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 313
Klaster 5

Pembangunan Desa

ada ketentuan yang menjelaskan te manajemen secara umum yang terdir


naan dan evaluasi tidak bisa dibe merujuk pada pembahasan pasal, r luasi
ini telah diusulkan,ahuinamun mengapa pada akhirnya rumusan me tidak
diakomodir dalam rumusan ak

Ketentuan mengenai hak warga untuk melakukan pengawasan diatur


dengan jelas.

Pasal 82 ayat (1) dan (2) secar rakat Desa untuk: (i)mendapatkan dan
pelaksanaan Pembangunan Desa mantauan terhadap pelaksanaan Pe ini
perlu dipertimbangkan dalam naannya agar bisa diuraikan seca
mentasikan dengan baik.

Ketentuan mengenai kewajiban Pemerintah Desa atas informasi


publik diatur dengan jelas.

Pasal 82 ayat (3) secara tegas tah Desa untuk: (i) menginformas sanaan
Rencana Pembangunan Jangk Kerja PemerintahDesa, dan Anggar Desa
kepada masyarakat Desa mela da umum; (ii) melaporkannya dala sedikit 1
(satu) tahun sekalin. K dalam penyusunan aturan pelaksan secara jelas,
sehingga bisa diim

314 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

Ketentuan mengenai penanganan keluhan berhenti di tingkat Desa.

Pasal 82 ayat (3) menyebutkan melaporkan hasil pemantauan dan


pelaksanaan Pembangunan Desa kep Badan Permusyawaratan Desa. Namu
yang mengatur mengenai kesempata melaporkan keluhan di luar Pemer ini
perlu dipertimbangkan dalam annya agar dapat mengantisipasi p bisa
diselesaikan baik oleh Pemer

5.4 Pembangunan Kawasan Perdesaan 5.4.1 Pengantar

Undang-UndangPemerintahan Daera 22/1999 dan UU No. 32/2004) tela


ngunan kawasan perdesaan. Hanya s tersebut tidak secara detail mem
bangunan kawasan perdesaan. Unda tidak secara eksplisit disebut s
perdesaan3,sementara UU No. 32/2004 mengatur pembangunan kawasan
per gian dari kerjasama antar desa, lum secara detail.

Pasal 110 menyebutkan: pemerintah kabupaten dan/atau pihak ketiga yang me-rencanakan
pembangunan bagian wilayah Desa menjadi wilayah permukiman, industri, dan jasa wajib
mengikutsertakan pemerintah desa dan Badan Perwakil-an Desa dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasannya
Desa 315
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 5

Pembangunan Desa

Berbeda dengan kedua rezim UU d miliki visi mewujudkan desa yang


demokratis, memberikan pengatura pembangunan kawasan perdesaan. K
bangunan kawasan perdesaan diama diatur dalam4. Perda

5.4.2 Pasal

Pasal 83

1) Pembangunan Kawasan Perdesaan

pembangunan antar-Desa dalam 1 (s

Pembangunan Kawasan Perdesaan mempercepat dan meningkatkan kual ngunan,


dan pemberdayaan masyarak desaan melalui pendekatan pembang

Pembangunan Kawasan Perdesaan m

penggunaan dan pemanfaatan wi ka penetapan kawasan pembanguna ruang


Kabupaten/Kota;

pelayanan yang dilakukan untu raan masyarakat perdesaan;

pembangunan infrastruktur, pe saan, dan pengembangan teknolog

pemberdayaan masyarakat Desa ses terhadap pelayanan dan kegi

Rancangan pembangunan Kawasan ma oleh Pemerintah, Pemerintah Da Daerah


Kabupaten/Kota, dan Pemeri

Rencana pembangunan Kawasan Pe maksud pada ayat (4) ditetapkan o dengan


Rencana Pembangunan Jangka

4
Lihat pasal 215 ayat (2) UU Desa
316 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

Penjelasan

Cukup jelas

Pasal 84

Pembangunan Kawasan Perdesaan o tah Daerah Provinsi, Pemerintah D atau


pihak ketiga yang terkait de dan tata ruang Desa wajib melibat

Perencanaan, pelaksanaan, pema Aset Desa untuk pembangunan Kawa pada hasil
Musyawarah Desa.

Pengaturan lebih lanjut mengen pembangunan Kawasan Perdesaan, pe gunaan


sebagaimana dimaksud pada raturan Daerah Kabupaten/Kota.

Penjelasan

Cukup jelas

Pasal 85

Pembangunan Kawasan Perdesaan d Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pe Kota


melalui satuan kerja perangk dan/atau BUM Desa dengan mengikuts

Pembangunan Kawasan Perdesaan y rintah, Pemerintah Daerah Provins


paten/Kota, dan pihak ketiga waji sumber daya alam dan sumber daya sertakan
Pemerintah Desa dan masy Pembangunan Kawasan Perdesaan ya wajib
diserahkan pelaksanaannya k sama antar-Desa.
Penjelasan

Cukup jelas
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 317
Klaster 5

Pembangunan Desa

5.4.3 Pembahasan di DPR

De inisi dan Ruang Lingkup

Dalam Naskah Akademik RUU Desa bahasan secara khusus mengenai p


desaan. Begitupula di dalam doku dak ada usulan perubahan dari fr 84,
yang dalam RUU pasal ini ada

Rumusan RUU

Pasal 70

Pemerintah menetapkan pedoman bangunan kawasan perdesaan.

Gubernur sesuai dengan ketentuam-binaan dan sosialisasi kepada kabu

Bupati walikota melakukan pend dap desa-desa yang dapat ditetapk pembangunan
perdesaan.

Dalam rangka pelaksanaan aketent menyusun program yang dibutuhkan d an


perdesaan.

Kawasan pembangunan peresaan di Bupati Walikota.

Pasal 71

Pembangunan kawasan perdesaan m bangunan antar desa dalam satu ka

Pembangunan kawasan perdesaan sumber daya manusia, sumber daya

Pembangunan kawasan perdesaan s

masing-masing dilaksanakan ol

318 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

Seluruh Fraksi di DPR menyetuj di dalam RUU. Perubahan yang diu lam
DIM hanya terkait dengan pen lumnya, di dalam RUU Desa, penga kawasan
perdesaan terdiri dari 5 suk pengaturan tentang Sistem In setelah proses
pembahasan di DPR bangunan kawasanmejadiperdesa3asal,n nam annya
menjadi lebih detail diban

Terkait dengan proses pembahasa kawasan perdesaan, dalam Rapat K April


2012, Pemerintah melalui M paikan pandangan pemerintah terh dangan
pemerintah disebutkan bah pembangunan kawasan perdesaan, d pat
proses peningkatan kesejahte program-program pembangunan desa fat
seragam dengan pola bantuan ngan kebutuhan lokal dan mematik gam.
Kekurang-jelasan pengaturan an keuangan antara Kabupaten/Kot desa
belum ditempatkan sebagai e perencanaan pembangunannya. Per desa dan
perencanaan pembangunan jadi sebuah instrumen untuk mere efektif atas
masalah dan kebutuh

Di dalam RUU Desa, ditegaskan bangunan desa merupakan satu-sa naan,


sehingga program-program s wajib disinkronisasikan dan diin
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 319
Klaster 5

Pembangunan Desa

pembangunan desa. Sedangkan pemb saan merupakan perpaduan


pembang satu kawasan yang ditetapkan ole desa dan pembangunan
kawasan per lam upaya mempercepat proses pem tingkat perkembangan
desa melalu pembangunan partisipatif. Ke dep menjadikan desa sebagai
subyek p kan pada perencanaan pembangunan kearifan lokal.

Pada Rapat Kerja yang sama, DPD secara khusus mengenai pembangu
Menurut DPD, isu yang terkait de ekonomi politik tidak dibicaraka rintah.
Cakupan dan orientasi p kecil dan sempit yakni mempercep syarakat dan
tingkat perkembanga pendekatan pembangunan partisipa berbicara
tentang tata kelola da dan masyarakat, tetapi tidak ber desa. Berikut adalah
pandangan l ngunan kawasan perdesaan:

1. Pembangunan perdesaananmerup-gan pemerintah


kabupaten/kotangun-. an perdesaan oleh kabupaten/k tikan beberapa
aspek: kepenti kewenangan desa, dana bagi ha an pelaksanaan investasi, da
Meskipun Pemda mempunyai kewe investasi pembangunan perdesa leh
menabrak kepentingan masy

320 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

desa. DPD juga merekomendasik nan perdesaan yang mengandung nya


menggunakanshareholdingmodel,dimana desa masyarakat setempat
shareholberpotens-

der, dan karena itu harus ada b 2. Meskipun pembangunan perdes


kewenangan kabupaten/kota, t masyarakat setempat amat pent izin
investasi, misalnya, tid oleh kabupaten/kota. Tahap aw musyawarah
desa untuk mengamb investasi itu diterima atau d administrasi publik,
proses proses dan biasanya investor hal ini. Tetapi pengambilan k rah
desa selain sebagai bentu penghormatan) terhadap desa, berikan
keuntungan, keamanan investor dalam jangka panjang kon lik antara
investor dan m ternyata merugikan semua piha rah desa itu harus
dihormati maupun investor. Jika musyawa vestasi maka proses
selanjutn tara desa, pemda dan investor mitraan dan shareholding. Jik
dengan baik, pemda baru menga izin. Tetapi kalau Musyawarah maka
proses selanjutnya tidak

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun


2014 tentang Desa321
Klaster 5

Pembangunan Desa

Menyikapi pandangan DPD, kemud Rapat Kerja II tanggal 15 Mei 20 teri


Dalam Negeri Gamawan Fauzi, sebagai berikut:

Pembangunan desa dan pemban saan, ditujukan untuk memperc


kesejahteraan masyarakat. Keb pembangunan desa yang terpusa dengan
pola bantuan cenderu kebutuhan lokal dan mematikan gam.
Kekurangjelasan pengatura dukan keuanganabupaten/kotaantara dan d
kibatkan desa belum ditempatk mengelola sendiri perencanaan

Perencanaan pembangunan des bangunan kawasan perdesaan me men


untuk merespon secara ce atas masalah dan kebutuhan ya kan dengan
upaya percepatan p dalam skala antara desa antar antar kabupaten/kota.

Di dalam RUU tentang Desa, naan pembangunan desa merupak kumen


perencanaan sehingga pr yang masuk ke desa wajib disi sikan dengan
perencanaan pemb kan pembangunan kawasan perde paduan
pembangunan antar desa yang ditetapkan oleh pemerint

322 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

4. Pembangunan desa dan pemban saan dilaksanakan dalam upay


pemberdayaan masyarakat dan t desa melalui metode dan pende tisipatif.
Kean depanUndangdiharentang-undngpk Desa dapat menjadikan desa se
an yang mendasarkan pada pere yang berbasis potensi dan kea

Dalam RDPU yang diselenggaraka 2012, Prof. DR. Robert Z Lawang terkait
pembangunan kawasan perd masih perlu disempurnakan lagi bangunan
perdesaan sebagai intin perdesaan menjadi sangat penting kat status RUU
lebih tinggi diba nya, tidak sekedar perpanjangan juga mengkritisi Pasal 70
(RUU) peran pemerintah, pemerintah pro dominan dalam pembangunan
kawasa lah pernyataan lengkap dari Prof

. . . . Pasal 70 dan seterusnya menyebutkan dengan jelas, peran Pemerintah pusat,


provinsi, kabupaten yang terlalu dominan. Mungkin dalam kebijakan pembangunan
perdesaan selama ini, de inisi pembangunan perdesaan sudah dikeluarkan oleh
Peme-rintah. Namun demikian, perlu ada satu peta tata ruang pemban-gunan
sebagai blue print untuk desa-desa di Indonesia, sehing-ga desa itu mempunyai
status permanen, dan peta itu disusun dalam satuan-satuan lebih kecil, sampai
mungkin kalau perlu ke Letter C, sehingga orang desa dan Pemdes mengetahui
dengan jelas status kawasan mereka, untuk satu pengembangan pem-bangunan
pertanian. Dengan kata lain, RUU ini harus menem-
Desa 323
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 5

Pembangunan Desa

patkan pembangunan perdesaan sebagai inti, dan mengarahkan sektor-sektor


pelaksana lainnya dari Pemerintah, akan fungsi mereka dalam pengembangan
pertanian dan pengembangan sumber daya manusianya. Karena pembangunan
kawasan Per-desaan itu menjadi sangat penting, perlu mengangkat RUU ini memiliki
status yang lebih tinggi daripada undang-undang yang lainnya. Dan tidak sekedar
perpanjangan dari Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Pasal 200-216. Dengan cara
berpikir seper-ti itu, maka RUU ini perlu ditata kembali sedemikian, sehingga seluruh
perhatian kita tercurah pada pembangunan desa, dengan fungsi sosial politik,
ekonomi nasional, yang penting untuk masa depan Negara kita. . . .

Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan ju gaturan tentang pembangunan kawa


ngunan desa, yangpadadisRampaikapatDennyagar Umum tanggal 28 Juni
2012. Menu tentang pembangunan kawasan perde jadikan RUU ini tidak
jelas imaksu nantinya menjadi RUU Desa dan Pe RUU Pemerintahan Desa?
Arya Hadi sebaiknya RUU ini konsisten, apak Desa, atau RUU Desa dan
Pembangu pernyataan lengkap dari Arya Hadi

. . . kritik saya pada Bab XI dan seterusnya tentang kawasan per-desaan dan
pembangunan desa. Saya berulangkali pada tahun 2007 dan 2008 kalau tidak salah,
diundang selalu untuk memba-has UU Pembangunan Desa, termasuk dengan DPD
dan sebagai-nya yang kemudian UU itu almarhum, karena disana sebetulnya mende
inisikan desa sebagai spasial. Nah pertanyaannya adalah, ketika ini mulai
dimasukkan, pasal-pasal pada bab pembangunan kawasan perdesaan ini
dimasukkan ke dalam RUU Desa, ini ke-
324 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

mudian ada inkonsistensi semangat dan roh, de inis desa, antara yang ada pada Bab
XI dan seterusnya itu dengan Bab Ketentuan Umum, No. 5 tadi. Desa di dalam RUU
ini dimaknai sebagai satu ke-satuan masyarakat hukum, tetapi ada pasal-pasal yang
mengan-daikan bahwa desa itu adalah kesatuan ruang, kesatuan spasial yang
ahuman, begitu kira-kira. Yang bisa diatur-atur, diintegra-sikan dan seterusnya.
Saya ingin mengatakan bahwa masuknya pasal-pasal ini terutama Pasal 70-74, ini
menjadikan RUU yang tadinya sudah kita katakan RUU Desa, menjadi RUU apa,
begitu ya. Apakah ini RUU Desa dan Pembangunan Perdesaan? Tapi ka-lau itu yang
kita namakan, kemudian hongnya atau domainnya, ini bukan di Kemendagri nanti,
mungkin di Kemendagri dan PU, dan mungkin kementrian PDT. Nah, ini yang punya
gawe yaitu Kemendagri bisa kemudian agak kaget begitu ya. Tapi saya tidak tahu
apakah ini memang dari Kemendagri, saya tidak tahu. Teta-pi sampai tahun 2009 -
2010 ketika saya terakhir ikut mengawal RUU Desa ini bersama-sama dengan
kawan-kawan di Kemen-dagri, rasanya Bab XI tentang pembangunan desa dan
kawasan perdesaan waktu itu tidak ada. Saya tidak tahu apa yang terjadi, kemudian
ini muncul disini. Dalam catatan saya itu, saran yang saya berikan adalah sebaiknya
kita konsisiten, apakah ini akan menjadi RUU Desa, RUU Pemerintahan Desa, atau
RUU tentang Desa dan Pembangunan Perdesaan. . . .

b. Peran Pemerintah Desa dan Partisipasi Masyarakat

Tidak ada perdebatan signi ikan Pasal 85 yang terkait dengan par
pembangunan kawasan perdesaan. Di lumnya adalah Pasal 72, dengan ru

1) Pembangunan desa dan pemban saan dilaksanakan dalam upay


pemberdayaan masyarakat dan t
Desa 325
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 5

Pembangunan Desa

desa melalui metode dan pend partisipatif.

2) Pelaksanaan pembangunan de kawasan perdesaan sebagaiman yang


dilakukan oleh pemerint pihak ketiga wajib mengikutse yang
bersangkutam dengan yang tah desa dan BPD.

Dalam DIM, seluruh Fraksi DPR ini. Usulan perubahan hanya pada sal.
Sementara dalam Rapat Kerja kan perhatian khusus pada Pasal Menurut
pandangan DPD, pengatura kanisme keterlibatan masyarakat cukup
memadai untuk menjawab per dan proteksi desa dari investasi

. . . Di sisi lain RUU hanya berbicara tentang tata kelola dan rela-si antara
pemerintah, desa dan masyarakat, tetapi tidak berbica-ra tentang investasi masuk
desa. Pasal 72 ayat 2 menegaskan: Pelaksanaan pembangunan desa dan
pembangunan kawasan perdesaan sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dilakukan
oleh pemerintah kabupaten/kota dan pihak ketiga wajib mengikut-sertakan
masyarakat desa yang bersangkutan yang diwakili oleh pemerintah desa dan BPD.
Mekanisme ini tidak cukup memadai untuk menjawab persoalan representasi desa
dan proteksi desa dari investasi. RUU Desa versi pemerintah sebenarnya mem-punyai
klausul tentang musyawarah desa tetapi institusi deli-beratif ini tidak diposisikan
sebagai wadah pengambilan kepu-tusan tentang pembangunan perdesaan
khususnya yang terkait dengan investasi.

326 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

Terkait dengan izin investasi, pandangannya dalam RDPU yang dis 12 Juni
2012. Menurutnya, ijin tidak bisa diputuskan sendiri ol persetujuan dari
desa. Berikut p

. . . . kemudian yang ketiga, izin investasi yang masuk ke ranah desa tidak bisa
diputuskan sendiri oleh pemerintah dengan ca-ra-cara rente selama ini ya, tetapi
butuh persetujuan awal dari desa. Nah persetujuan awal dari desa itu tidak cukup
dengan re-komendasi kepala desa yang selama ini terjadi seperti itu. Jadi sebelum
bupati mengeluarkan ijin itu ada rekomendasi dari ke-pala desa dan mohon maaf itu
menjadi bagian dari perebutan rente selama ini. Oleh karena itu, di dalam usulan ini,
perlu ada semacam institusi musyawarah desa yang mengambil keputusan secara
kolektif untuk mengambil keputusan yang strategis ter-masuk investasi yang masuk
desa, termasuk perubahan desa dan sebagainya. Jadi basis awalnya melalui
musyawarah desa secara emansipatoris, secara partisipatoris. . .

5.4.4 Tanggapan

De inisi dan Ruang Lingkup

Pembangunan kawasan perdesaan dide inisikan sebagai perpaduan dalam


satu kabupaten/kota. Seda sendiri dalam ketentuan umum UU kawasan
yang mempunyai kegiatan pengelolaan sumber daya alam den sebagai
tempat permukiman perdes rintahan, pelayanan sosial, dan juan
sebagaimana tercantum dalam

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 327
Klaster 5

Pembangunan Desa

Ruang lingkup pembangunan kawa ranya mengatur tentang penggunaa


(pasal 83 ayat 1). Dengan diatur atan lahan bisamis-
alokasimengurangisumberdaya yang ini terjadi antara kawasan perde yang
selama ini terjadi adalahr k yang tercermin pada kurangnya fa saan. UU
Desa dapat memaksa peme kan dananya ke alokasi yang lebi

Rencana pembangunan kawasan per pada RPJMD Kabupaten/Kota dan di


rintah pusat, provinsi, kabupate Hal ini seperti dijelaskan dalam

Peran Pemerintah Desa dan Partisipasi Masyarakat Desa

Pasal 84 ayat (1) dan (2), dit kawasan perdesaan yang terkait d dan tata
ruang desa wajib melibat naan, pelaksanaan, dan pemanfaat pada hasil
Musyawarah Desa. Seca bertujuan memperkuat Pemerintah raan
pembangunan serta menjadika subyek pembangunan.

Selain penguatan pemerintah de si masyarakat dalam pembangunan


menjadi perhatian UU Desa sebaga Pada pasal 85 Ayat (3) mewajibka
kawasan perdesaan yang berskala pemerintah desa.

328 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

Sinkronisasi pembangunan kawasan perdesaan dengan penataan ruang


dan perlindungan lahan pertanian.
Pasal 83 ayat (3) huruf a menye manfaatan wilayah desa dalam ran
bangunan sesuai dengan tata ruan negaskan bahwa pembangunan kawas
erat dengan penataan ruang suatu UU No. 26 tahun 2007 tentang Pen ruang
kawasan perdesaan yang ada maupun pembangunan kawasan perde Desa
memiliki tujuan yang sama, kat desa. Oleh karena itu, dalam pembangunan
kawasan perdesaan pe nataan Ruang. Selain penataan ru nan kawasan juga
perlu memperha pertanian yang diatur dalam UU Perlindungan Lahan
Pertanian Ber harus berperan aktif melindungi oleh warga agar tidak
dialihfung

Belum ada pengaturan tentang izin investasi yang masuk ke desa dalam
pembangunan kawasan perdesaan.

Pasal 83-85 yang mengatur pemb saan, tidak mengatur tentang izi Padahal
persoalan izin investasi pada saat pembahasan RUU di DPR. ro Eko dan
DPD mempersoalkan per ijin investasi yang masuk keta-desa si khususnya
yang terkait dengan

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 329
Klaster 5

Pembangunan Desa

tidak bisa diputuskan langsung ol Izin yang dikeluarkan oleh pemer kup
dengan rekomendasi dari Kepa harus dijadikan sebagai pengambil bentuk
rekognisi (pengakuan) terh

Belum ada pengaturan mekanisme pelibatan masya-rakat dan


pemerintah desa dalam pengambilan kepu-tusan pembangunan
kawasan perdesaan.

Pasal 85 ayat (1) dan (2) mene san perdesaan yang dilakukan ol provinsi
dan kabupaten wajib men daya alam dan sumber daya manusi masyarakat
desa dan pemerintah Desa memiliki semangat memperkua memosisikan
mereka sebagai subye pi, pengaturan mengenai bagaiman syarakat dan
pemerintah desa dal pembangunan kawasan perdesaan be dalam pasal 85.
Sementara, apabi (2), penetapan kawasan pembangun eksplisit masuk
dalam hal-hal st syawarah Desa.

Belum ada pengaturan batasan pembangunan kawasan perdesaan


berskala lokal desa.

Dalam Pasal 85 ayat (3) ditega Kawasan Perdesaan yang berskala


pelaksanaannya kepada Desa dan/a
330 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

Akan tetapi, penjelasan mengenai skala lokal desa ini belum jelas di dalam
penjelasan UU Desa. Kon timbangkan dalam aturan pelaksan bisa
diterapkan.

5.5 Sistem Informasi Desa

5.5.1 Pengantar

Sistem Informasi Desa (SID) men dari pembangunan desa dan pemban
Dengan adanya perubahan paradigm buat SID menjadi penting peranan
bangkan SID yang sesuai dengan v desa kuat, mandiri, sejahtera, d SID
diatur secara khusus dalam U

Dalam UU No. 32/2004 tentang P PP No. 72/2005 tentang Desa tida sistem
informasi serupa SID. Und negaskan pentingnya SID dalam pe an desa,
karena itu dalam Pasal jibkan kepada Pemerintah dan Pem SID, dan
pengelolaannya dilakuka dapat diakses oleh masyarakat de lainnya. Ayat
(6) menjelaskan ba paten/kota menyediakan informasi kabupaten/kota
untuk desa.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 331
Klaster 5

Pembangunan Desa

5.5.2 Pasal

Pasal 86

Desa berhak mendapatkan akses formasi Desa yang dikembangkan ol


bupaten/Kota.

Pemerintah dan Pemerintah Daera tem informasi Desa dan pembanguna

emSistinformasisebagaimDesana dimaksudayat-(2) padme liputi fasilitas


perangkat keras serta sumber daya manusia.

Sistem informasi Desa sebagaim meliputi data Desa, data Pembangu saan, serta
informasi lain yang b Desa dan pembangunan Kawasan Perd

Sistem informasidimaksudDesa sebpad-agayatima kelola oleh Pemerintah Desa


dan d Desa dan semua pemangku kepenting

Pemerintah Daerah Kabupaten/Ko perencanaan pembangunan Kabupaten

Penjelasan

Cukup jelas.

5.5.3 Pembahasan di DPR

Rumusan pasal mengalami peruba diserahkan oleh pemerintah. Sebe ran


tentang SID diatur dalam Pas ayat. Setelah proses pembahasan, menjadi
Pasal 86 dan terdirin dar pasal dalam RUU Desa sebelum men ses
pembahasan di DPR.

332 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

Rumusan RUU

Pasal 73

Pemerintah mengembangkan sistem

Sistem informasi desa sebagaima-susun berdasarkan data monogra i

Sistem informasi desa sebagaima liputi fasilitas perangkat keras serta sumber daya
manusia.

Sistem informasi sebagaimana di oleh pemerintah desa.

Dalam dokumen DIM (Oktober 201 menyetujui rumusan pasal-pasal y


Fraksi PDIP yang mengusulkan ada baru yakni penambahan 2 ayat. Us pada
RUU Pembangunan Perdesaan ( belumnya telah diajukan. Berikut dari
Fraksi PDIP (tambahan ayat

Ayat (5) Sistem informasi desa juga memuat informasi pemba-ngunan


perdesaan berupa informasi publik yang sifatnya umum, terbuka, dan
bertanggungjawab disampaikan kepada masyara-kat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;

Ayat (6) informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disam-paikan setiap
tahun kepada BPD, DPRD kabupaten/kota, DPR, dan pemerintah.
Dalam proses pembahasan pasal ja, maupun RDPU tidak ada perdeb DPR,
maupun kritik dan masukan d
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 333
Klaster 5

Pembangunan Desa

5.5.4 Tanggapan

Efekti itas pengelolaan SID

Sebetulnya SID bukan hal baru y dukung perencanaan dan pembangun


dalam UU Desa, telah banyak desa SID dengan inisiatif atau fasili Dengan
diaturnya SID secara eksp kan SID kian penting peranannya pembangunan
kawasan perdesaan kh jemen informasi data. Namun, pen lam UU Desa ini
menimbulkan pert

Sejauhmana efek itas pengelolaan SID oleh Pemerintah


Desa?

Sistem Informasi serupa SID

Sistem
Dasar
Muatan
Capaian
Masih

Informasi

Informasi

Berlaku?
Data Desa
. . . . . . . . . . .Ya/T.

SistemUU NO. .14. . . . . . . . . .

LayananTahun 2008

Informasitentang KIP

publik

. . . . . . . . . . .. .. .. .. .. .. .

. . . . . . . . . . .. .. .. .. .. .. .
334 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

Pasal 86 ayat (1) dinyatakan ba pemerintah dan pemerintah kabupa ayat


(5) disebutkan pengelolaan desa. Pertanyaandiatas cukup ber
dikembangkan oleh Pemerintah Kab lolaannya diserahkan kepada Peme
Desa juga masih dibebani tanggun gai sistem informasi serupa SID perlu
kita pertimbangkan kesiapa dan kuali ikasi personil) untuk kait sistem
informasi yangupdate).harus

Kualitas sistem informasi desa dan manajemen infor-masi data


menjadi tantangan.

Pasal 86 ayat (4) disebutkan S pemerintah dan


pemerintahinimeliputidaerahdata pembangunan desa, kawasan perdes
yang berkaitan dengan pembanguna kawasan perdesaan.

Sistem informasiandikembangkanyangak oleh dan pemerintah


kabupaten/kota se kebutuhan yang terkait dengan da jadi bersuara. SID
diharapkan da masi yang berkualitas, komprehen

Perencanaan pembangunan desa d san perdesaan tidak berjalan sen tah


daerah dan pemerintah desa. rencana pembangunan kawasan pede tata
ruang daerah dan RPJM Desa.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 335
Klaster 5

Pembangunan Desa

kualitas SID dan manajemen infor tangan, bagaimana desa mampu mem
dan informasi desa secara terus perlu diperhatikan dalam aturan tuan ini
bisa diterapkan.

5.6 Kerjasama Desa

5.6.1 Pengantar

Kerjasama desa diatur dalam bab desa dan pembangunan kawasan per sah
pengaturannya, kerjasama des pembangunan desa dan pembanguna
Pengaturan tentang kerjasama ant Pasal 91-93. Dalam UU Desa ini t antar-
desa dengan pihak ketiga.

Pada pasal 91, ditegaskan bahwa jasama desa. Kerjasama desa dapa
yaituPertama, kerjasama Kedua,antarkerjadesamadan ngan pihak ketiga.
Kedua model k yang sama, yakni mempercepat pem pemberdayaan
masyarakat desa.

Pasal 92 ayat (1) menyebutkan dilakukan oleh desa ini meliput bersama
yang dimiliki oleh desa yang berdaya saing; (b) Kegiatan
pembangunan,danpemberdayaan masyaraka

(c) Bidang kemananan dan ketert pada ayat (2) disebutkan kerjasam
336 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

peraturan bersama kepala desa mel antar desa.

Musyawarah antar desa yang ber kerjasama desa, membahas hal-hal

Pembentukan lembaga antar-D

pelaksanaan program Pemerin rah yang dapat dilaksanakan m antar-Desa;

perencanaan, pelaksanaan, d pembangunan antar-Desa;

pengalokasian anggaran unt antar-Desa, dan Kawasan Perde

masukan terhadap program Pe Desa tersebut berada; dan

kegiatan lainnya yang dapa kerja sama antar-Desa.

Pasal

Dalam melaksanakan kerjasama d lembaga/badan kerjasama antar de


diatur melalui Peraturan Bersama an usaha antar desa, dapat diben kannya
dimiliki oleh 2 desa atau ma desa.

Pasal 91

Desa dapat mengadakan kerja sama d kerja sama dengan pihak ketiga.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 337
Klaster 5

Pembangunan Desa

Penjelasan

Cukup jelas.

Bagian Kesatu Kerja Sama antar-Desa

Pasal 92

Kerja sama antar-Desa meliputi:

pengembangan usaha bersama ya tuk mencapai nilai ekonomi yang

kegiatan kemasyarakatan, pela pemberdayaan masyarakat antar-De

bidang keamanan dan ketertiba

Kerja sama antar-Desa dituangk Kepala Desa melalui kesepakatan m

Kerja sama antar-Desa dilaksana-

tar-Desa yang dibentuk melalui Pe

Musyawarah antar-Desa sebagaima membahas hal yang berkaitan denga

pembentukan lembaga antar-Des

pelaksanaan program Pemerinta yang dapat dilaksanakan melalui Desa;

perencanaan, pelaksanaan, dan bangunan antar-Desa;

pengalokasian anggaran untuk Desa, dan Kawasan Perdesaan;

masukan terhadap program Pem Desa tersebut berada; dan

kegiatan lainnya yang dapat d sama antar-Desa.


Dalam melaksanakan pembangunan sama antar-Desa dapat membentuk k
dengan kebutuhan.

Dalam pelayanan usaha antar-De yang merupakan milik 2 (dua) Desa


338 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

Penjelasan

Cukup jelas.

Bagian Kedua Kerja Sama dengan Pihak Ketiga

Pasal 93

Kerja sama Desa dengan pihak k percepat dan meningkatkan penyel Desa,
pelaksanaan Pembangunan Des katan Desa, dan pemberdayaan masy

Kerja sama dengan pihak ketiga ayat (1) dimusyawarahkan dalam Mu

Penjelasan

Cukup jelas.

5.6.3 Pembahasan di DPR

Pada saat menyampaikan pandang Desa di dalam Rapat Pansus 4 Apr geri
mewakili Pemerintah tidak s pernyataan terkait dengan klausu rintah
dalam RUU Desa juga dapat Di sana dinyatakan bahwa, Desa d antar desa
dan kerjasama dengan rahkan dengan BPD. Ketentuan leb antar desa dan
kerjasama dengan tur dengan Peraturan Pemerintah.

Dasar pemikiran dirumuskannya sama antar desa, menurut Naskah agar


kerjasama yang dibangun leb kesejahteraan masyarakat. Selama
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 339
Klaster 5

Pembangunan Desa

desa yang dibuka oleh UU sebelum elit-elit desa untuk membentuk f Sejak
tahun 2000, hampir di seti komunikasi atau asosiasi Kepala lan Desa (BPD).
Tahun-tahun beri di level provinsi dan nasional, hadirnya Asosiasi Badan
Perwakil (ABPEDSI), Asosiasi Pemerintah D DESI) dan juga Parade
Nusantara Nusantara). Kemudian juga disusu Sekdes Seluruh Indonesia
untuk m reka agar segera diangkat menjad-nyata tumbuh sebagai
organisasi sebagai wadah penyaluran aspiras digunakan untuk menekan
dan mena dan pemerintah pusat. Penyaluran pin Desa melalui wadah
asosiasi yang dijamin oleh konstitusi,a te tidak diutamakan oleh asosiasi-a

Sedangkan pengaturan tentang k hak ketiga didasari pada marakny kaum


elitecapture )( di tingkat desa. Dal mik diuraikan, selama ini di ban pun elit
lokal mengambil keputus kan tanah kas Desa atau tanah ul akhirnya hanya
menguntungkan eli kan masyarakat. Di banyak daerah tengkaran antara
kepala Desa den pengembangan kawasan maupun kerj melibatkan
masyarakat.

340 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

Terhadap rumusan draf RUU ters yang disusun mengusulkan agar di jelas
tentang ruang lingkup bida nurut FPKS, kerjasama antar desa pihak ketiga
meliputi bidang-bid mian masyarakat desa; (b) pening

(c) kesehatan; (d) pertanian; (e

(g) tenaga kerja; (h) pekerjaan pemanfaatan sumber daya alam dan ngan
memperhatikan kelestarian d

lain-lain bidang kerjasama y

Sedangkan FPPP mengusulkan rua tersebut dalam bidang-bidang: (a


masyarakat desa; (b) peningkatan kesehatan; (d) sosial budaya; (e

(g) pekerjaan umum; (h) pemanfaa teknologi tepat guna dengan mem
keadilan lingkungan; dan (i) la menjadi kewenangan desa.

Meskipun dalam rapat-rapat Pans mengemuka, namun terdapat peruba


pada rumusan ini setelah dibaha tanggal 3 Oktober 2013. Jika dal jasama
antar desa dan kerjasama di satu bagian, pada rumusan dra menjadi dua
bagian. Pada bagian yang dikerjasamakan meliputi:

a) mengembangkan usaha bersama berapa Desa;


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 341
Klaster 5

Pembangunan Desa

pelaksanaan kegiatan pelay pemberdayaan masyarakat antar

bidang keamanan dan keterti

Sedangkan pada bagian kerjasam tidak dicantumkan ruang lingkup,


juannya yaitu untuk mempercepat pelayanan, pembangunan, dan pemb
Meskipun tidak sama persis, teta klausul pada UU yang disahkan.

Dalam rumusan hasil rapat Timu mencantumkan klausul yang menya


mengenai kerjasama antar desa da ketiga diatur dengan Peraturan P

Selain beberapa perubahan sebag dalam kaitan dengan kerjasama de


beberapa hal yang tidak diusulkaPer-

tama, UU ini memberikan kewenangan kerjasama antar desa sekaligus k


sebut untuk membentuk kelompok/l butuhanKedua,. UU ini memberikan
kewena lenggarakan musyawarahKetiga,UU iniantarmenyatdes ketentuan
tentang Peraturan Bers ini sebagai dasar mengatur pene dan pembentukan
badan kerjasamaKeempat,

UU ini memberikan peluang dibent dimiliki oleh dua desa atau lebi

342 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

5.6.4 Tanggapan

Pengaturan kerjasama desa lebih detail

Secara umum, jika dibandingkan pengaturan tentang kerjasama de spesi ik


dan detail. Pengaturan 32/2004 terkesan hanya sepintas desa, pada UU No.
32/2004 urkebera-

gent (penting dan mendesak). Sedan radaan badan kerjasama antar des
suatu keharusan. Mengacu pada k desa hanya dapat dilakukan melal

UU Desa memberikan kewenangan secara penuh kepada Desa untuk


melakukan kerjasama desa

Desa mendapat kewenangan penuh jasama desa, mekanisme pelaksan Desa


dan tidak perlu melaporkann Sedangkan jika mengacu pada UU kerjasama
antar desa dan kerjasa harus dilaporkan kepada Bupati/W mun di sisi lain,
dengan pengatu dapat berdampak pada terbatasnya mentasinya nanti.
Sebagai contoh ruang lingkup kerjasama antar-de lingkup sebagaimana
dituangkan p dak memiliki legitimasi untuk me hal-hal diatur tersebut.
Ketentu ma Kepala Desa akan memunculkan kepala-kepala desa, sebab ini
me

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 343
Klaster 5

Pembangunan Desa

Kepala desa belum memiliki model rumuskan.

Tidak ada pengaturan tentang kerjasama antar-desa dengan pihak


ketiga

Dalam Bab tentang Kerjasama De tuan tentang kerjasama antar-des


dangkan pada praktiknya hal ini contoh, dua desa yang telah bek sumber
daya alam yang dimiliki b lebih jauh dengan melibatkan inv bekerjasama
dengan investor ters yang harus dijalankan? Dalam ko tentang hal ini, ada
peluang bag untuk mengambil alih sebagai pih investor tersebut.

Ketiadaan panduan ini juga aka kon lik kewenangan di lapangan, ku


kewenangan di desa (diatas sa Pemerintah Daerah, Perhutani, Pe
sebagainya.

5.7 Penutup

Sejalan dengan dinamika dan tun sa, pemerintah melalui UU Desa j bangun
desa dengan meningkatkan desaan yang bertujuan untuk memp kualitas
pelayanan, pembangunan,
344 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 5

Pembangunan Desa

kat desa. Oleh karena itu, UU De nan kawasan perdesaan yang terpi dalam
Pasal 83-85. Di dalam pemb terdapat Sistem Informasi Desa ( terpisahkan
dariasanpembangunanperdesaankawya dalam Pasal 86. Bagian lain yang
ngunan kawasan perdesaan adalah diatur dalam pasal 91-93, meskip
kerjasama antar desa menjadi Bab bangunan kawasan perdesaan.

Undang-Undang Desa menggunakan yaitu Desa membangun dan memb


sikan dalam perencanaan Pembangu kuensi, Desa berhak menyusun per
sendiri sesuai dengan kewenangan perencanaan pembangunan Kabupate

Musyawarah Perencanaan Pembangu prioritas, program, kegiatan, da yang


didanai oleh APB Desa, swad atau APBD Kabupaten/Kota berdas
kebutuhan masyarakat Desa. Pemba oleh Pemerintah Desa dan masyara
gotong royong serta memanfaatkan daya alam Desa. Pelaksanaan prog Desa
diinformasikan kepada Pemer kan dengan rencana Pembangunan D hak
mendapatkan informasi dan me genai rencana dan pelaksanaan Pe

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 345
346 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Keuangan Desa dan Aset Desa

Pendahuluan

Keuangan desa pada UU Desa dia Keuangan Desa dan Aset Desa yang
Secara umum, bahasan keuangan d menjadi beberapa tema, yaitu: Li patan
Desa, APB Desa, Belanja da

Pada bahasan kali ini, pengatu akan dibahas secara komprehensif pembaca
memahami latar belakang an tersebut.

Dalam proses pembahasan di DPR, pada rancangan pasal yang mengat


khususnya pasal 72. Pasal ini p Eko (2014) mengutip pernyataan d Ahmad
Muqowwam, menyatakan bahwa menjadi satu pasal, maka pasal i sumber-
sumber pendapatan Desa.

Pembahasan mengenai alokasi dar hadapi perbedaan pendapat. Pemer


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 347
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

naan desa dari APBN sebagai bagi an pusat dan daerah yang diterim
terpecah dalam menyikapi usulan hendaki adanya alokasi dengan pr
menyepakati sebagai bagian dari dan daerah.

Kondisi sebaliknya terjadi saat ja desa. Tidak terjadi perdebata

6.2 Lingkup Keuangan Desa

6.2.1 Pengantar

Lingkup Keuangan Desa dibahas d ini membatasinya dengan semua ha


nimbulkan pendapatan, belanja, p keuangan Desa.

Jika merujuk pada beberapa per an yang mengatur tentang keuanga 2003
tentang Keuangan Negara, UU Pemerintahan Daerah, UU No. 33 T bangan
Keuangan Antara Pemerinta Daerah, UU No. 1 Tahun 2004 tent dan UU No.
15 Tahun 2004 tentang dan Tanggung Jawab Keuangan Negar secara
khusus mengatur tentang hanya sampai di tingkat kabupate gian dari
kabupaten/kota.

Pasal lain terkait hal ini adal tang struktur APB Desa yang terd dan
pembiayaan Desa. Rancangan A
348 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

la Desa dan kemudian dimusyawara syawaratan Desa (BPD) dan hasiln


Peraturan Desa.

6.2.2 Pasal

Pasal 71

Keuangan Desa adalah semua hak pat dinilai dengan uang serta seg barang yang
berhubungan dengan pe jiban Desa.

Hak dan kewajiban sebagaimana nimbulkan pendapatan, belanja, pe Keuangan


Desa.

Penjelasan

Cukup Jelas

Pasal 73

Anggaran Pendapatan dan nBelanja-dapatan, belanja, dan pembiayaan

Rancangan Anggaran Pendapatan oleh Kepala Desa dan dimusyawarah


musyawaratan Desa.

Sesuai dengan hasil musyawarah ayat (2) , Kepala Desa menetapkan Belanja Desa
setiap tahun dengan

Penjelasan

Cukup Jelas

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 349
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

6.2.3 Pembahasan di DPR

Dalam pembahasan Pasal 71 dan polemik. Pasal ini diusulkan ole dapatkan
masukan dari anggota DP hasan. Pasal ini menjelaskan lin spektif hak dan
kewajiban.

Sebelumnya, regulasi yang menga adalah PP No. 72 Tahun 2005 ten aturan
turunan dari UU No. 32 Ta tur di PP No. 72/2005 ini relati Desa. Dengan
demikian, dapat dis tentang keuangan Desa ini adalah Peraturan
Pemerintah .menjadi Und

6.2.4 Tanggapan

Ketentuan Mengenai Ruang Lingkup Keuangan Desa Tidak Jelas

Pasal 71 ayat (2) menyebutkan ba Desa adalah pendapatan, belanja,


keuangan Desa. Pendapatan, belan ruang lingkup
jikaobyek,didassedangkanrkan p pengelolaan keuangan Desaproses bias
pengelolaan keuangan, yang terdi pelaksanaan anggaran dan pertang kedua
kategori (berdasarkan obye maka terlihat tidak setara karen uangan Desa
adalah pendapatan, b di bagian PenjelasanjudulyangUmum,adasubada
pendapatan desa, dan tidak ada

350 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

desa sehingga tidak diperoleh i justi ikasi ruang lingkup keuang Pasal 71
ayat (2) .

Jika dibandingkan dengan UU No lingkup diatur secara jelas di d

hak negara untuk memungut p mengedarkan uang, dan melakuk


kewajiban negara untuk meny nan umum pemerintahan negara pihak
ketiga;

Penerimaan Negara;

Pengeluaran Negara;

Penerimaan Daerah;

Pengeluaran Daerah;

kekayaan negara/kekayaan da atau oleh pihak lain berupa u barang,


sertaanghakdapat-hakdengadiluang,inilaiy termasuk kekayaan yang dipisa
negara/ perusahaan daerah;

kekayaan pihak lain yang di lam rangka penyelenggaraan tu atau


kepentingan umum;

kekayaan pihak lain yang di kan fasilitas yang diberikan

Sedangkan dari sistematika pen keuangan daerah, UU No 17 Tahun di tiga


tahapan utama pengelolaa penyusunan dan penetapan anggara an; dan (iii)
pertanggungjawaban
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 351
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Materi Ketentuan Mengenai Keuangan dan Aset Desa Kurang Lengkap

Ketentuan mengenai Keuangan dan kondisi sebagaimana berikut:

1)tidak adanya ketentuan mengenai pembiayaan. Pasal 7 ayat (2)


menyebutkan ruang ling pendapatan, belanja, pembiayaan an Desa.
Ketentuan mengenai pen 72 dan ketentuan mengenai belan dangkan pasal
75, pasal 76 dan yang berbeda yaitu tentang Kep keuangan Desa dan aset
Desa dar dengan UU No 17 Tahun 2003 dan yang mengatur tentang
pembiayaa

2)tidak adanya ketentuan mengenai tahun anggaran Desa, Apakah


sama atau berbeda denga dimuat di UU No 17/2003 dan UU 17/2003
menyebutkan bahwa tah masa satu tahun, mulai dari ta gan tanggal 31
Desember sedang pasal 179 menyebutkan bahwa A pengelolaan
keuangan daerah da anggaran terhitung mulai 1 Jan 31 Desember.
Sementara UU Desa ra eksplisit tentang tahun angg

3)tidak memadainya ketentuan mengenai proses penyu-

sunan APB Desa. Pasal 73 menjelaskan rancangan APB Desa dilakukan ol


syawarahkan dengan Badan Permus tidak ada ketentuan mengenai ka
352 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

sunan rancangan APB Desa dan mu lakukan serta tidak ada ketentu
keterlibatan warga di dalam pr Di UU No 17 Tahun 2003 dan UU dak
menjelaskan secara rinci pr APBN/APBD, namun setidaknya ada tur
tentang kapan dan bagaimana

Ketidaklengkapan materi di dal multi tafsir didalam pelaksanaan jadi


pertimbangan di dalam menyu

6.3 Pendapatan Desa

6.3.1 Pengantar

Money follow function adalah prinsip yang kan posisi dari keuangan desa in
menegaskan pengakuan negara atas dan subsidiaritas yang mengakiba
kewenangan berdasarkan hak asal lokal desa.

Pemberian kewenangan ini harus sumber daya kepada Desa agar kew
dilaksanakan dengan baik. Atas d ber-sumber
pendapatanhakDesaDesayangsebagsel nya harus dikelola dengan sebaik
kewajiban Desa yang tercermin dari is dan Belanja Desa (APBDes) .

Sumber pendapatan Desa diatur tentuan ini Desa berhak untuk m


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 353
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

perimbangan yang diterima Kabupa Pendapatan dan Belanja Daerah se


Khusus, disamping sumber-sumber

6.3.2 Pasal

Pasal 72

Pendapatan Desa sebagaimana di

bersumber dari:

pendapatan asli Desa terdiri swadaya dan partisipasi, gotong dapatan asli Desa;

alokasi Anggaran Pendapatan d

bagian dari hasil pajak daera ten/Kota;

alokasi dana Desa yang merupak bangan yang diterima Kabupaten/

bantuan keuangan dari Anggara ja Daerah Provinsi dan Anggaran Daerah


Kabupaten/Kota;

hibah dan sumbangan yang tida ga; dan

lain-lain pendapatan Desa yan

Alokasi anggaran sebagaimana di bersumber dari Belanja Pusat deng yang


berbasis Desa secara merata

Bagian hasil pajak daerahta dan r sebagaimana dimaksud pada ayat (1 (sepuluh
perseratus) dari pajak d

Alokasi dana Desa sebagaimanad d paling sedikit 10% (sepuluh perse an yang
diterima Kabupaten/Kota d dan Belanja Daerah setelah dikura

Dalam rangka pengelolaan Keuang pahkan sebagian kewenangan kepada tunjuk.


354 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

(6) Bagi Kabupaten/Kota yang tida Desa sebagaimana dimaksud pada ay


melakukan penundaan dan/atau pemo dana perimbangan setelah dikurang
seharusnya disalurkan ke Desa.

Penjelasan

Pasal 72

Ayat (1)
Huruf a: Yang dimaksud dengan pendapatan asli Desaadalah pen-
dapatan yang berasal dari kewenangan Desa berdasar-
kan hak asal usuldan kewenangan skala lokal Desa. Yang
dimaksud dengan hasil usaha termasuk juga hasil BUM
Desa dan tanah bengkok.
Huruf b: Yang dimaksud dengan Anggaran bersumber dari Ang-
garan Pendapatan dan Belanja Negara tersebut adalah
anggaran yang diperuntukkan bagi Desa dan Desa Adat
yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten/Kota yang digunakan untuk membi-
ayai penyelenggaran pemerintahan, pembangunan, serta
pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan.
Huruf c: Cukup jelas
Huruf d: Cukup jelas
Huruf e: Cukup jelas
Huruf f: Cukup jelas
Huruf g: Yang dimaksud dengan lain-lain pendapatan Desa yang
sah adalah antara lain pendapatan sebagai hasil kerja
sama dengan pihak ketigadan bantuan perusahaan yang

berlokasi di Desa.

Ayat (2)

Besaran alokasi anggaran yang peruntukkannya langsung ke Desa ditentukan 10%


(sepuluh perseratus) dari dan di luar dana Transfer Daerah (ontop) secara
bertahap. Anggaran yang bersumber dari Ang-garan Pendapatan dan Belanja
Negara dihitung berdasarkan jumlah Desa dan dialokasikan dengan
memperhatikan jumlah penduduk, ang-ka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat
kesulitan geogra is dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan
pembangunan Desa.
tentang Desa 355
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

6.3.3 Pembahasan di DPR

Dalam proses pembahasan di DPR, paling intensif dibahas. Sutoro dari


Ketua Pansus RUU Desa, Ahma UU Desa diperas menjadi satu pas 72 yang
berisi sumber-sumber pen

Perdebatan pertama terjadi pada gian dari bagi hasil pajak daera ten/kota.
Rumusan awal dari peme prosentase khusus dari bagi hasi daerah yang
menjadi hak Desa. Fr si Partai Golkar, Fraksi PKB men 10% dari hasil pajak
daerah dan kota menjadi anhakprosentaseDesa.Besarini un prinsip
keadilan pembagian dan m pihakan pemerintah di atasnya ke naan.
Sedangkan Fraksi PDIP, Fra Fraksi Gerindra mengusulkan teta
pemerintah) .
356 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Perdebatan berikutnya dan yang ketentuan yang mengatur bagian pusat


dan daerah yang diterima o awal dari pemerintah berbunyi keuangan
pusat dan daerah yang d dan tidak mencantumkan prosentas perimbangan
keuangan pusat dan d kabupaten/kota yang menjadi hak fraksi-fraksi
terbagi menjadi ti

Ada prosentase tertentu dari APBN. Beberapa frak Fraksi Partai


Demokrat, Fraksi PKB, mengusulkan adanya prosent berbeda. Fraksi Partai
Demokrat Desa sebesar 5% yang berasal d dan Belanja Negara dengan alas
sebagai subyek pembangunan.

Fraksi Partai PPP mengusulkan sebesar paling sedikit 20% APB ma ini
telah memberikan banyak ki beberapa kekurangan, yaitu: dari sisanya sisa
APBD sehin Kedua, sekitar 60% (seharusnya sudah memberikan ADD
kepada des rah tidak taat pada ketentuan bupaten/kota yang memberikan
AD dana perimbangan. Di sisi lain, ra penuh sebagai hakblock
grantdesa,tetapidenga ADD dikontrol ketat olehspeciicgrantdaerah. Ketiga,
karena ketentuanixeddanbesarategas maka ADD menjadi alat politisa
antara desa dan kabupaten/kota.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 357
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Sedangkan Fraksi PKB mengusul sebesar paling sedikit 10% dar Netto
(PDN Netto) yang berasal dan Belanja Negara.

Tidak mengusulkan prosentase, hanya mengusulkan perbaikan


redaksi. Usulan perbaikan redak kan oleh Fraksi PDIP dengan bun
rimbangan pemerintahkeuangdan daerah yang oleh kabupaten/kota.

Menyetujui rumusan awal pemerintah. Pandangan i sampaikan oleh


Fraksi PKS, Frak dan FraksiPartai Gerindra

Argumen yang menolak alokasi APBN untuk Desa

Usulan adanya alokasi APBN untu lak oleh Kementerian Keuangan de ngan
ketentuan yang berlaku, yai bagaimana dijelaskan oleh H. Sud dalam RDPU
I tanggal 24 Mei 2012

Ketika kami melakukan RDPU dengan Pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh
Menteri Keuangan selaku Bendahara Negara, Pak Kyai Muqowam, saya dibantah
hebat. Pak Sudir, tidak bisa, ada alokasi dana dari APBN langsung diberikan kepada
desa. Mengapa? Karena itu bertentangan dengan Undang-undang No. 33 Tahun
2004 yaitu tentang Sistem Perimbangan Keuangan Pu-sat dan Daerah. Yang
dimaksud pusat dan daerah itu adalah ka-bupaten dan kota. Artinya, desa bukan
pemangku anggaran.

Hal yang sama disampaikan oleh MA pada RDPU VII tanggal 27 Juni
358 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

saya termasuk orang yang sangat skeptis kalau ada alokasi dengan nominal
tertentu untuk desa karena seperti yang Bapak bayangkan tadi, Bapak putuskan itu
undang-undang hari ini ya besok lahir seribu desa baru, lusa dua ribu karena hanya
perda begitu dan apa alasan untuk tidak membuat itu karena itu pasti dapat uang
begitu Pak. Jadi itu resikonya tinggi. Kalau saya cen-derung begini, strategi
pembangunan kita yang harus berbasis desa, sehingga alokasi anggaran untuk
pembangunan desa ada, tetapi tidak berarti dikelola oleh pemerintah desa begitu
Pak. Jadi ada alokasi pembangunan desa. Nah itu memang harus ada satu
penanganan khusus untuk membangun Indonesia dari desa. Alokasinya bisa lebih
besar, tetapi bukan diberikan kepada kepa-la desa Pak. Kawin lagi Pak, kalau dikasih
uang banyak, pasti itu. Jadi mengerikan Pak.

Praktik selama ini, desa mendap tuk desa dalam dua bentuk, yaitu sanakan
oleh kementerian dan bag yang diterima oleh Kabupaten/Kot perjelas
posisi dari alokasi dar disampaikan olehM. Hemanto,MpadaRDPUS. IXE, 1
2012:

ini menjadi persoalan mendasar buat kita. Karena apa? Ka-rena kalau kita
melihat, hampir dari semua kementerian, tidak semuanya, tapi hampir
kebanyakan kementerian, alokasi dana program-program yang bersifat ke desa
itu basis hitungan-nya adalah desa. Ini kan juga harus kita pikirkan
perimbangan keuangan ini nanti. Kalau misalnya masuk unsur misalnya sekian
persen tertentu sumber keuangan desa itu dari APBN, sementara di kementerian
lain juga ada mengalokasikan program-program tertentu. Jadi bisa
kemungkinan itu adalah dua sumber dari sum-ber yang sama.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 359
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Jadi menurut saya Pansus memang perlu mengkaji secara dalam, karena ini
dampaknya kepada APBN juga, mengingat memang misalnya PNPM itu adalah
anggaran dari APBN, itu masuk se-muanya ke desa. Kemudian Bansos dari
beberapa kementerian, itu masuknya juga ke desa. Jadi kalau kita lihat desa ini
sebe-narnya banyak sekali sumber keuangannya. Hanya persoalannya adalah
konsolidasi keuangan di desa ini seperti apa. Sementara kita lihat pembangunan
desa itu tidak begitu terkonsolidasi de-ngan baik.

b. Argumen yang mendukung alokasi APBN untuk Desa

Terkait alasan pentingnya aloka suarakan oleh para pemangku kepe H.


Sudir Santoso (Parade Nusanta Mei 2012, yang menyatakan:

yang diperjuangkan oleh Parade Nusantara adalah aloka-si dana pembangunan


desa dari APBN. Petani, orang miskin di desa, itu adalah pekerja keras. Mengapa
mereka miskin? Menga-pa desa miskin? Setelah kami pelajari Pak Kyai, ternyata
ujung-ujungnya rakyat desa ini diperlakukan tidak adil dalam bidang anggaran.
Oleh siapa? Oleh anggota DPR RI. DPR RI masa lalu, Pak, bukan yang sekarang.
Bukan Pak Kyai Muqowam. Diber-lakukan tidak adil dalam kebijakan anggaran oleh
Pemerintah pusat. Terbukti apa, mengapa DPR RI terlibat? Mari kita buka APBN kita
sejak tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012.

Dengarkan, termasuk wartawan. APBN kita yang dibuat oleh Pemerintah pusat dan
DPR RI ini, kalau saya boleh rata-rata minimal, setiap tahunnya sejak tahun 2009-
2012 Rp 1.300 tri-liun. Ternyata setelah diketok di dalam Sidang Paripurna, yang
dinikmati oleh 71.862 desa dari Sabang sampai Merauke, diketok dengan asumsi
alokasi dana desa itu hanya Rp 17 triliun. Rp 17 triliun dari Rp 1.300 triliun artinya
hanya 1,3%. Sementara dide-
360 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

pan saya mengatakan, rakyat yang hidup di desa, rakyat Indo-nesia ini, 78%.
Sangat tidak rasional, tidak proporsional. Kalau komunitas rakyat 78% ini
hanya dikasih jatah 1,3%. Padahal waktu saya ngaji dengan Pak Muqowam
namanya, kewajiban fakir miskin, anak yatim ketika mendapatkan zakat mal
dan za-kat-zakat lain minimal itu adalah 2,5%. Artinya, Pemerintahan Pusat
memandang rakyat desa ini lebih nista daripada yatim piatu, mukoroh wama
sakin [fuqoro wal masakin].

Itulah dasar Parade Nusantara meminta minimal 10%. Kalau 10% ini
dikabulkan, berarti ada angka Rp 130 triliun, karena keseluruhan APBN Rp
1.300 triliun, ketika dibagi 71 ribu desa sesuai dengan luas wilayah dan jumlah
penduduk, rata-rata seti-ap tahun akan mendapatkan Rp 1,3 miliar. Dan saya
yakin, akan segera tumbuh dan berkembang perekonomian sehat ditingkat lini
desa.

Terkait dengan alokasi program Eko dari IRE mengusulkan agar an


gunakan untuk mendanai program s direalokasi menjadi sumber APBN
sebagaimana disampaikan pada RDP 2012,

berdasarkan perhitungan kami, itu selama ini sudah ada alo-kasi anggaran,
tetapi sangat pecah-pecah, sangat terfragmenta-si, terhitung ada sekitar 1,1
miliar di seluruh desa di Indonesia ini. Persoalannya ini melalui BLM-BLM,
termasuk PNPM Mandi-ri. Karena itu usulan kami sebenarnya bagaimana ini
merelokasi, mengkonsolidasi kembali terhadap bantuan langsung-bantuan
langsung masyarakat itu dalam prinsip satu desa satu rencana satu anggaran.

Kemudian ke depan itu tambah satu fasilitasi. Jadi fasilitasinya tidak perlu banyak
fasilitator dari berbagai macam program. Ke
Desa 361
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

depan kalau ada program nasional, itu integrated dalam satu desa. Jadi tidak
perlu secara sektoral.

Di sisi lain, Sutoro Eko (IRE) bahwa Desa akan mampu mengelola gaimana
disampaikan pada RDPU IX

Disamping itu kita juga belajar dari PNPM itu mengenai tata kelola yang itu
bisa kita kelola secara demokratis, secara trans-paran, sehingga titik kebocoran
atau korupsi itu bisa kita cegah sedemikian rupa.

Menjawab berbagai kekhawatiran

Ada banyak kekhawatiran akan te oleh Kepala Desa dan Perangkat D paikan
oleh Rusli Ridwan, M.Si pada tanggal 28 Juni 2012,:

jika ADD ini diberikan dari APBN, bagaimana tata kelola keuangannya?
Karena yang namanya sistem pemerintahan itu, itu hanya sampai kepada
kabupaten/kota, tidak sampai desa. Akibatnya tata kelola juga hanya sampai
kabupaten/kota. Lan-tas bagaimana itu tata kelolanya, keuangan,
pertanggungjawa-bannya, dan sebagainya. Karena desa itu bukan struktur
peme-rintahan yang terendah. Karena dalam Undang-undang Dasar 1945,
provinsi, kabupaten/kota, sampai situ, bagaimana tata kelolanya? Inilah
kerumitan-kerumitan.

Hal senada disampaikan oleh H. RDPU VIII pada tanggal 28 Juni 2 tidak
diatur mekanismenya, banya kat desa, masuk penjara ituanPak. juga yang
disampaikan oleh Totok RDPU IV pada tanggal 7 Juni 2012

362 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

itu penyakitnya saya yakin sama Pak. Kalau uang ini tiba-tiba digelontorkan
di desa, apalagi permintaan 10% APBN dan lain sebagainya itu yang terjadi
kira-kira sama dengan ketika oto-nomi baru kita jalankan langsung kita
gelontorkan ke daerah-daerah, 60% bupati dan gubernur itu urusan dengan
KPK dan hukum.

Terkait kekhawatiran tersebut, mekanisme transfer dari pemerint dak


langsung ke Desa, sebagaiman toso (Parade Nusanatara) pada RD

andaikan dikabulkan alokasi pembangunan desa itu, jangan transfer ke


rekening desa. Sebab kalau sampai ditransfer lang-sung ke rekening desa,
menurut saya juga itu tidak berkah tapi musibah. Pasti banyak kepala desa
kawin lagi. Transfer ke reke-ning daerah atau kabupaten. Tapi tolong dalam
undang-undang besok, kunci Pak, dengan satu pasal yang diktumnya menyata-
kan kepala daerah tidak boleh mengurangi dan atau mengalih-kan alokasi
dana dimaksud, dengan dalih dan alasan apapun. Sehingga dana yang diplot
untuk desa, betul-betul utuh ke desa. Kalau tidak dipercaya dianggap
Pemerintah desa tidak mampu, silakan Pemerintah Kabupaten, pemerintah
provinsi dan peme-rintah pusat, mendampingi dan mengawasi. Sehingga
terjadilah pembangunan desa.

Hal senada juga diungkapkan ole RDPU VI pada tanggal 6 Juni 2016

Ini hitungannya sudah lebih pasti. Pastinya5, 97% kita bulat-kan, ya kita
bonuslah, kita bonus nol koma menjadi 6% dan itu nanti posisinya pos transito
Pak, tidak langsung ke desa.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 363
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Keluar dari polemik: disepakati adanya alokasi APBN untuk Desa

Perkembangan rumusan pasal 72 pada Raker IV tanggal 11 Desembe H.


Akhmad Muqowam selaku Ketua P PPP) . Di rapat ini, setelanh- dil ja
Budiman SudjatmikoPDIP)menyampaikan(Fraksi rumusan pasal sebagai
berikut:

Pasal 72, ayat (1), Pendapatan desa sebagaimana dimaksud da-lam Pasal 71
ayat (2) bersumber dari: a. Pendapatan asli desa, terdiri atas hasil usaha, hasil
aset, swadaya dan partisipasi, go-tong-royong dan lain-lain pendapatan asli
desa; b. Alokasi ang-garan pendapatan dan belanja negara; c. Bagian dari hasil
pa-jak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; d. Alokasi dana desa yang
merupakan bagian dari dana perimbangan yang dite-rima kabupaten/kota; e.
Bantuan keuangan dari anggaran pen-dapatan dan belanja daerah provinsi, dan
anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota; e. Hibah dan
sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan f. Lain-lain pendapa-tan
desa yang sah.

Pada ayat (2) , dalam perkembangan konsultasi tadi siang, ada 4 alternatif yang
muncul dari masing-masing fraksi. Alternatif 1, sebagaimana draft awal, besaran
alokasi anggaran yang ber-sumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara
untuk desa, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) b. ditentukan setiap tahun sesuai
dengan kemampuan keuangan negara yang dite-tapkan dengan Peraturan
Pemerintah. Alternatif ke-2, besaran alokasi anggaran yang bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara untuk desa, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) b. ditentukan 5% dari anggaran pendapatan dan belan-ja negara. Alternatif
ke-3, besaran alokasi anggaran yang ber-sumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara untuk
364 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

desa, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) b. ditentukan 15% dari anggaran
pendapatan dan belanja negara setelah dikurangi dana perimbangan subsidi
belanja pegawai dan anggaran me-ngikat lainnya. Alternatif ke-4, besaran
alokasi anggaran yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara untuk desa, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) b. ditentukan 10% on
top dari Dana transfer daerah.

Dalam lobi yang baru saja kita lakukan, baru selesai, tercapai kesepahaman
bahwa: Pasal 72 ayat (1) akan berbunyi: alokasi anggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) b. bersumber dari belanja pusat dalam APBN dengan
mengefekti kan program yang berbasis desa secara merata dan berkeadilan.

Ayat (2) , penjelasannya adalah, masih ada 2 alternatif yang akan diputuskan besok.
Penjelasan alternatif ke-1: Besaran alokasi ang-garan ditentukan 10% dari dan di
luar dana transfer daerah, al-ternatif 1, secara bertahap. Penjelasan alternatif ke-2:
Besaran alokasi anggaran ditentukan 10% dari dan di luar dana transfer daerah,
titik, tidak ada kata secara bertahap.

Menyepakati variabel

Sebelum terjadi kesepakatan te sulkan, pembahasan mulai memasuk


digunakan. Totok Sudaryanto (Fra menghidupkan kembali rumusan di
dasar pengalokasian,

Jadi kalau tidak masuk di dalam norma di pasal, di penjelasan jangan


dihilangkan. Karena itu tadi bagian dari hasil pembaha-san kita, untuk nanti
mengalokasikan kalau duitnya itu benar-benar ada, itu tidak dibagi rata seluruh
Indonesia, tapi ada dasar cara membaginya. Jadi itu penting dicantumkan disitu,
dalam penjelasan.
Desa 365
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Rumusan penjelasan anggaranyang yangdimaksu bersumber dari APBN


dialokasikan berdasarkan jumlah desa

per kapita kabupaten/kota dalam rangka meningkatkan peme-rataan


pembangunan antar desa

Terkait rumusan ini, Mendagri G pendapatnya terkait variabel-var dasar


alokasi, antara lain jumla

Saya kira anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dialokasikan berdasarkan jumlah desa per kapita ini, per kapita itu tidak
desa, per kapita. Berdasarkan kapita penduduk, dan variabelnya saya kira tidak
hanya ini. Jadi variabelnya juga ada luas wilayah, ada jumlah penduduk, jadi
kalau bisa itu ditambah.
Menanggapi usulan ini, pimpina Muqowam (Fraksi PPP) berpendapat
digunakan sebagai dasar pengalo PP, namun I Wayan Koster (Fraksi
deskripsi mengenai variabel yang pada bagian penjelasan:

Karena ini parameter penting untuk mengalokasikan anggaran dari APBN ini, itu
perlu disinggung, Pak, jadi dicantumkan.

Pimpinan rapat kemudian menyet jika akan dicantumkan, maka haru yang
diusulkan adalah: luas wila kemiskinan dan tingkat kesulitan penjelasan
adalah sebagai beriku

366 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Anggaran yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara,


dialokasikan berdasarkan jumlah desa, jumlah penduduk, angka kemiskinan,
luas wilayah dan ngkat kesulitan geograis dalam rangka meningkat-kan
kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa.

Menyepakati posisi dana dan basis prosentase.

Terkait alternatif satu dan dua lih alternatif satu, yaitu ntidak pemerintah
belum menyampaikan pi musan ini, Khatibul Umam Wiranu, mengusulkan
penambahan kata on berikut:

jadi di kampung kan memang populernya memang on top, tapi bahasa Pak
Farouk tadi kan memang besaran alokasi anggaran ditentukan 10% dari dan diluar,
kenapa tidak ditanda kurung on top, begitu? Karena bahasa dari dan diluar itu tidak
populer, sebenarnya. Dalam tanda kurung, on top, begitu.

Menanggapi rumusan penjelasan menterian Keuangan) berdapat bah bisa


membingungkan:

dari dan diluar itu memang confuseya, kalau dibaca. Kalau mungkin kita di
dalam sini bisa dipahami. Jadi yang baku bia-sanya kan kayak pagu DAU
terhadap PDN itu, 26%, sekurang-kurangnya 26%. Kemudian alokasi yang lain
juga demikian. Makanya kalau ini, bukan dari dan di luar, tapi terhadap dana
transfer ke daerah (on top) , terhadap. Jadi artinya pengalinya itu, terhadap,
bukan dari, tapi pengalinya.
Desa 367
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Kan tadi kata Pak Muqowam tadi, cari bonggolnya. Nah itu mak-sudnya
bonggolnya, itu, terhadap itu bonggolnya itu. Dari dan diluar diganti terhadap.
Nah, on top nya di belakang, dana trans-fer daerah secara bertahap. Kalau dari
itu, include, Pak. Jadi ka-lau ini kan terhadap kan bisa kali, atau setara, 10% dari
transfer daerah.

Tanggapan selanjutnya datang d PDIP) yang mengusulkan rumusan s

10% dari transfer daerah itu yang di on top-kan itu, itu yang benar. Jadi diatas
pagu dari transfer daerahnya, ditambah 10% itu dia.

Pimpinan rapat menyampaikan ba harapkan adalah rumusan bahwa 10


desa di luar dari dana transfer tukan dari besaran transfer daer
berikut,disepakati tadi bahasa Pak Farouk tadi itu, dari dan

diluar. Dari transfer daerah, kemudian kalkulasinya, diluar dana itu. Itu
bahasa hukum. Sehingga 10% itu berada diluar 100%, bu-kan 10% itu
include bagian dari 100%.

Rapat pada akhirnya menyetujui pimpinan rapat dengandari


danmenggunakadiluar.

Menyepakati realisasi secara bertahap

Pimpinan rapat kembali menanya terkait substansi pilihan berta-

na pemerintah belum menyampaikan Gamawan Fauzi menyampaikan alasa


bangkan sebelum memutuskan subst gantian kabinet.
368 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

saya kasihan nanti Kabinet yang 2014 akhir ini. Kalau mau diputuskan
sekarang, saya sarankan alternatif dua, supaya ada 1 tahun kabinet baru ini
menyesuaikan dirilah. Tahun kedua, baru 10%. Itulah, bagaimana Pak
Muqowam, ini kan bertahap itu bisa dua tahun, Pak. Tahun pertama, konsolidasi,
tahun kedua, 100%.

Pimpinan rapat (Drs. Akhmad Mu berusaha menyarankan kepada Men opsi


satu, yaitu dengan menghila

saya kira, sekali lagi, apa tidak kita putuskan, bertahapnya dihi-langkan saja
sih Pak?
Menanggapi permintaan dari pimp mawan Fauzi tetap berargumen bah
langsung (tidak bertahap), maka bani kabinet baru.

Tidak, begini Pak, sebenarnya berlaku ini kan 2015? Kalau kita berpikir, sangat
subyektif, bagi saya, tidak ada masalah. Tapi saya sayang betul kepada kabinet
nanti, di tahun awal sudah menghadapi persoalan yang sudah cukup berat. Jadi
perlu kon-solidasilah, satu tahun minimal. Jadi tahun pertama, 2015, itu
mungkin 7,5%. Tahun 2016, 10%. Kalau tidak, nanti, kita tidak tahu ekonomi
kita ini. Kasihan kita kabinet nanti. Tapi kalau kita buat 10, terkunci, kita Pak.
Kabinet nanti itu kasihan. Kalau saya, tidak ada beban, sebenarnya. Tapi kabinet
nanti itu kasihan. Wa-laupun saya berulang-ulang melihat Pak Budiman, tapi
yang lain juga barangkali bisa merasakanlah.

Terkait tanggapan dari Mendagri M.TH (DPD RI) mengusulkan agar r di


dalam Peraturan Peralihan, den
Desa 369
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Jadi yang dibilang Pak Menteri tadi, bertahap, satu atau dua ta-hun, atau tiga
tahun sesuai itu tadi, kita muat didalam Peraturan Peralihan. Jadi diatur di
Peraturan Peralihan itu dikatakan disa-na bahwa semua yang berkaitan
misalnya.

Namun, usulan ini ditolak oleh Muqowam dari Fraksi PPP) dengan
disepakati untuk dimasukkanarikke p ke norma lagi, meskipun di pasal

Selanjutnya, Mendagri Gamawan F wa ketentuan pasal 72 ayat (2) in tahun


2015, sehingga perlu satu dasi. Pemerintah tetap memilih o pemerintah
yang kukuh memilih op rapat menyampaikan bahwa DPR aka tusan
pemerintah, sebagaimana di

Oke, kalau begitu begini, silakan Pemerintah itu besok melapor-kan, saya
mohon maaf, tidak perlu rapat kerja. Itu ya? Apapun putusan Pemerintah, kita
terima, begitu? Dengan memperhati-kan asumsi siapapun pemenang Pemilu
nanti.

h. Menyepakati basis data

Selanjutnya, peserta rapat kemu variabel yang digunakan sebagai


dimasukkan di penjelasan ayat (2 adalah:Anggaran yang bersumber dari
anggaran pendapatan

dan belanja negara, dialokasikan berdasarkan jumlah desa, jum-lah


penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah dan tingkat kesu-litan geogra is
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan
desa.
370 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Terkait rumusan ini, Dr. AW. Th kritisi variabel yang ada, sebag

bahwa itu dihitung dari jumlah desa, karena ini transfer ke dae-rah, ya
mungkin. Tapi kalau jumlah penduduknya dari mana, apakah dari daerah?
Angka kemiskinannyaini, angka kemis-kinan daerah atau desa?

Pimpinan rapat (Drs. Akhmad Mu menanggapi bahwa dasar yang digu

Saya kira kalau begitu, maka itu keseluruhan adalah desa. Kalau kemudian
dikomplitkan adalah, jumlah desa, jumlah penduduk desa, angka kemiskinan
desa, luas wilayah desa, kemudian ting-kat kesulitan geogra is desa, kalau mau
dikomplitkan. Atau mau begini, berdasarkan jumlah, penduduk, angka
kemiskinan, luas wilayah dan tingkat kesulitan desa. Tidak bisa. Kalau itu, kom-
plitkan semua saja. Jumlah desa, jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa,
luas wilayah desa, kemudian tingkat kesulitan geogra is desa.

Terkait dengan usulan rumusan Muhammad (DPD RI) menolak rumusa


sulkan tetap menggunakan rumusan

Ketua, yang kita atur ini kan adalah untuk desa, Undang-Un-dang Desa. Jadi
sudah jelas itu, anggaran yang ... bla, bla, dialo-kasikan berdasarkan jumlah
desa. Jadi tidak ada aturan lain di-situ, Pak. Itu sudah jelas.

Namun Dr. AW. Thalib, M. SI (Fr perlunya memperjelas parameter y kat


desa, bukan di tingkat kabup
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 371
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Seperti itu, memang kalau untuk desa, harusnya dia menghitung jumlah dusun ya?
Kalau ini untuk desa. Tetapi, nampak bahwa ini dana transfer ke daerah,
hitungannya adalah dari jumlah desa, memperoleh hal itu. Tetapi parameter
lainnya, ada jumlah pen-duduk, ada angka kemiskinan. Ini seolah-olah
menggambarkan, ini jumlah penduduk daerah itu, angka kemiskinan daerah itu.
Padahal ini yang dimaksud adalah desa.

Menanggapi hal ini, I Wayan Kos paikan bahwa lebih baik ditambah tidak
salah ditafsirkan ketika m nanti:

Sebagaimana dinyatakan berikut ini, menurut saya, ditambah desa lebih clear dan
tidak salah itu Pak. Jumlah penduduk desa, angka kemiskinan di desa, begitu Pak,
luas wilayah desa, tidak apa-apa, supaya tidak salah tafsir lagi nanti dibuat PP.
Terkait hal ini, Prof. Dr. Farouk Muhammad (DPD RI) memberikan penje-lasan
sebagai berikut, Memang penambahan kata jumlah desa tadi, didasarkan kepada
pemikiran, bahwa pemerintah menja-min pengalokasian itu akan merata pada
semua desa. Tidak di-dasarkan kepada ayat (4) . Kalau ayat (4) itu ada berdasarkan
DAU dan sebagainya, sehingga misalnya terjadi ketimpangan. Nah, sehingga tadi
saya dengar Pak Menteri itu, akan dijamin seluruh itu dapat disamaratakan. Tapi
dengan adanya kata-ka-ta pemerataan pembangunan desa, maka mungkin kata
jumlah desa itu tidak kita perlukan lagi, kecuali mau diganti menjadi jumlah dusun,
sebagaimana. . .

Untuk mengatasi kemungkinan rum jadi multitafsir, Totok Sudaryan


pendapatnya bahwa mekanismenya b yaitu pertama dihitung per kabup
desa di kabupaten tersebut:
372 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Sebentar, sebentar, Ketua, coba diperhatikan dulu. Ini tadi kan pendekatannya
itu, walaupun dana langsung ke desa, masih di-tahan di pusat, tapi lewatnya
tetap kabupaten. Jadi sebetulnya menghitungnya tetap ke kabupaten sana
dikirim berapa, dikirim berapa, nah ketika dikirim berapanya itu, makanya
diperhatikan adalah jumlah desanya berapa di kabupaten itu, jumlah pendu-
duknya, setiap desanya berapa, begitu.

Namun, diskusi masih berjalan h gota DPR berpendapat dana dari A per
desa, sesuai jumlah desa- y tu 72.944 desa. Selanjutnya, pim Kementerian
Keuangan (M. Na i) u patnya dengan menganalogikan alo formula DAU.
Wakil dari Kementer

Jadi pada dasarnya kalau kita melihat analogi didalam perhi-tungan DAU, kita
mengenal ada formula DAU, yang sifatnya na-sional, berdasarkan provinsi,
kabupaten/kota. Nah kemudian kita bicara juga alokasi berdasarkan variabel
jumlah penduduk, luas wilayah, indeks pembangunan konstruksi, PDMD per
kapita, IPM dan ya, itu ada 5 variabel itu.

Nah kalau dianalogikan dari sana, sesungguhnya ini bisa 2 tahap, Pak. Tahap
pertama adalah ke kabupaten/kotanya, dari pusat ke kabupaten/kota,
menghitungnya adalah berdasarkan tadi, se-perti dijelaskan Pak Prof. Farouk tadi,
berdasarkan jumlah desa, sehingga ada unsur pemerataan. Ketika ke
kabupaten/kota, ka-bupaten/kota bisa berdasarkan rumusan Undang-Undang ini,
memperhatikan variabel jumlah penduduk di masing-masing dusun, misalkan,
angka kemiskinan di masing-masing desa yang berbeda-beda dalam
kabupaten/kota itu, luas wilayah, kemu-dian tingkat ... gra is, itu jadi pertimbangan.
Jadi nanti rumus-annya bisa dipandu oleh Kementerian Dalam Negeri, mengenai
variabel-variabel tersebut. Bisa diatur lebih lanjut dalam Pera-turan Pemerintah,
Pak, dalam PP.
Desa 373
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Untuk mengerucutkan rumusan be an diskusi, Sunaryo Adhiwardoyo


berikut:

Saya kira perlu ada penambahan ini saja, di Anggaran Penda-patan dan Belanja
Negara, yang ditransfer melalui kabupaten/ kota, sehingga itulokasinya bukan
nasional, tapi kabupaten/ kota. Sehingga jumlah desa itu sudah disebut di
kabupaten/kota. Kalau hanya pendapatan dan belanja negara, seolah-olah nasio-
nal, masih. Sehingga anak kalimatnya, jumlah desa, jumlah pen-duduk itu menjadi
bisa ditafsirkan secara nasional. Tapi kalau kita batasi kabupaten/kota, itu sudah
pasti desanya disitu.

Kemudian rumusan ini dilanjutka hammad (DPD RI) , sebagai beriku

Boleh kami lanjutkan? Dihitung berdasarkan jumlah desa pada masing-masing


kabupaten/kota, masing-masing kabupaten/ kota, yang setiap desa dialokasikan
dengan memperhatikan variabel dan seterusnya. Karena kata dalam Bahasa
Indonesia, kalau kata dimana itu bertanya. Katanya dalam Bahasa Indone-sia
tidak, yang nomal itu, dimana itu, tidak lazim, karena nanti bertanya dia.

Terhadap rumusan ini, Hermanto, Totok Sudaryanto (F PAN) merasa


dibahas. Kemudian, Hermanto, SE. kan rumusan sebagai berikut:

Anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,


untuk desa dengan memperhatikan, bukan dialokasikan berdasarkan jumlah
desa, tapi untuk desa. Itu lebih kongkrit, tidak nyangkut di kabupaten. Untuk
desa.

374 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Pimpinan rapat menanggapi usula salahtafsirkan oleh pemerintah, d

Pak Hermanto, kalau desa itu kemudian, sakerepe dewek, bisa nanti. Karena itu
jumlah desa itu menjadi penting. Sehingga itu de initifnya itu adalah ada nomor
induk desa. Kalau untuk desa begini, maka semau gue Pemerintah nanti, Kan
saya memenuhi aturan didalam Undang-Undang.

Selanjutnya, Totok Sudaryanto, peserta rapat bahwa yang sedang dalam


mengalokasikan:

Coba, ini diubah-ubah, itu jadi tidak jelas. Kita ini kan mau mencari parameter,
mengalokasikan itu parameternya apa? Ka-lau bersumber itu tadi, sudah sumbernya
itu dari belanja pusat. Jadi ini jangan sampai nanti ini keliru lagi, pengertiannya.
Jadi ini kan alokasi, sebetulnya kan menjelaskan, anggaran yang dari belanja pusat
tadi itu, itu pengalokasiannya ke desa-desa itu, itu parameternya adalah ini, jumlah
desa. Kemudian jumlah pendu-duk, angka kemiskinan di desa itu, luas wilayah desa
itu, dan dilanjutkan dengan mengajukan rumusan sebagai berikut, Ang-garan
yang bersumber dari APBN dihitung berdasarkan jumlah desa, dan memperhatikan
jumlah penduduk di setiap desa, angka kemiskinan, luas wilayah dan tingkat
kesulitangeogra is dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan
pemba-ngunan desa. Pokoknya maksudnya pemerataan dihitung secara nasional
begitu.

Terkait dengan rumusan ini, Me setujuan, namun masih mempertany nya


akan diatur di UU atau PP:

Saya setuju dengan kalimat ini Pak ketua, Cuma ini ada satu pertanyaan.
Pengalokasiannya itu pakai scheme apa? Apakah itu diatur di PP atau
dimasukkan disini?
Desa 375
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Pimpinan rapat menanggapi pert menegaskan bahwa pengaturan meka


Peraturan Pemerintah:

Saya kira begini, untuk lebih jelasnya bapak sekalian, ini perlu norma PP itu masuk
disini, bukan di penjelasan. Karena itu disini kalau disepakati maka berbasis desa.
Pak Wayan, dengan meng-efekti kan program berbasis desa secara merata dan
berkeadil-an, yang diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.

Rumusan akhir yang disepakati

Akhirnya forum rapat menyepakat dan rumusan mengenai Pasal 72 ay kut:

Pasal 72

(2) Alokasi anggaran sebagaimana di bersumber dari Belanja Pusat deng yang
berbasis Desa secara merata

Penjelasan

Besaran alokasi anggaran yang peruntukannya langsung keDesa ditentukan 10%


(sepuluh perseratus) dari dan di luar dana Transfer Daerah (on top) secara
bertahap.

Anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dihitung
berdasarkan jumlah Desa dan dialokasikan dengan memperhatikan jumlah
penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geogra is dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan Desa.

376 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

6.3.4 Tanggapan

Dalam hal sumber-sumber pendap sumber pendapatan Desa sebagaima 72


ayat (1), ada dua tipe jika perolehnya. Tipe pertama adalah fatnya pasti
diterima oleh Desa mencakup Pendapatan Asli Desa, D pajak daerah dan
retribusi daera si Dana Desa. Jika haknya tidak kepada pemerintah
kabupaten/kota Tipe kedua adalah sumber pendapa ti, yang terdiri dari
bantuan ke tan dan Belanja Daerah Provinsi Belanja Daerah
Kabupaten/Kota, h tidak mengikat dari pihak ketiga yang sah. Untuk tipe
kedua ini, suatu saat pihak yang memberikan kepada Desa.

Pendapatan Asli Desa: Implikasi Perubahan Status Tanah Bengkok.

Di dalam penjelasan, disebutkan pendapatan asli Desa adalah p


kewenangan Desa berdasarkan hak skala lokal Desa. Hasil usahasil BUM
Desa danbengkok .tanah

Dengan demikian,bengkokhasiltidakdarilagita jadi sumber penghasilan bagi


Kep Hal ini berbeda dengan PP No. 72
Desa 377
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

masukkan hasilbengkok darisebagtainahsumber p asli Desa. Ketentuan ini


membawa hasilan Kepala Desa dan Perangka miliki tanah bengkok yang
luas y runnya semangat dari Kepala Desa memberikan pelayanan kepada
warg

Dalam hal ini Pemerintah Kabup kasi desa-desa yang penghasilan kat Desa
berkurang karena ketent upaya-upaya untuk mencegah terja pelayanan di
tingkat Desa.

Alokasi APBN untuk Desa: Isu Kebocoran dan Kendala Pencairan

Pada Pasal 72 ayat (2) menyebu ran yang berasal dari APBN ini dengan
mengefekti kan program ya rata dan berkeadilan. Hal ini di bahwa besaran
alokasi anggaran y ke Desa ditentukan 10% dari dan (on top) secara
bertahap. Anggaran y garan Pendapatan dan Belanja Ne jumlah Desa dan
dialokasikan den penduduk, angka kemiskinan, luas litan geogra is dalam
rangka men pemerataan pembangunan Desa.

Di dalam penjelasan disebutkan gan Anggaran bersumber dari Angg ja


Negara tersebut adalah angga
378 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Desa dan Desa Adat yang ditransf tan dan Belanja Daerah Kabupaten
membiayai penyelenggaraan pemeri ta pemberdayaan masyarakat, dan

Alokasi untuk desa yang bersumb akan


diterapkanmoneydenganfollowfunctionprinsip,terkai pengakuan negara
atas kewenangan an skala lokal Desa. Berdasarkan lazim, transfer dana ini
tentuny dan bersyarat.

Jumlah desa yang begitu besar bilitas penyaluran dan pemanfaat tinggi. Di
sisi lain, Pemerintah laksanakan oleh Desa sebagai bag Kota. Dengan
pertimbangan terseb nal adalah penyaluran dana dilak fer dari Rekening
Kas Umum Negar Umum Daerah (RKUD) dan dilanjut RKUD masing-masing
Kabupaten ke ratan dalam penyaluran dana lazi legal (ketersediaan
regulasi pen Kota maupun Desa) dan prosedur ( dalam penyampaian
laporan) .

Secara normatif Pemerintah Kab Kecamatan bertanggung jawab untuk


pengawasannya dalam bentuk member intensif kepada pemerintah Desa.
kinan kendala pencairan tepat wak ran merupakan salah satu yang me
Pemerintah berencana untuk merekr

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 379
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah: Transparansi


Penerimaan dan Pemanfaatan

Pasal 72 ayat 3 menyebutkan bah rah dan retribusi daerah Kabupat


(sepuluh perseratus) dari pajak ini merupakan bagian dari hak ya terkait
dengan pajak dan retribu

Ketentuan bagi hasil ini sebel 72 Tahun 2005, yang menyatakan b


bupaten/Kota paling sedikit dibe sedangkan untuk retribusi Kabupa tukkan
bagi Desa yang dialokasik menyebutkan prosentase tertentu. ini
memperkuat landasan hukum ha rah dan retribusi daerah Kabupat

Pemberlakuan hak desa berdasar mendorong mereka untuk mengawasi


dan retribusi di Kabupaten/Kota, retribusi oleh Kabupaten/Kota a
pendapatan mereka secara tak lan

Alokasi Dana Desa: Antara Keengganan dan Efekti itas Sanksi

Dalam rangka menjamin kepatuhan lankan aturan ini,


makasanksiPasbalgi72 Kabupaten/Kota yang tidak member bagaimana
rumus yang telah ditet lakukan penundaan dan/atau pemot perimbangan
setelah dikurangi Da
380 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

rusnya disalurkan ke Desa. Keten tisipasi pemerintah merujuk pada rintah


kabupaten/kota di dalam m sebagaimana sebelumnya diatur mel

Kemungkinan respon Kabupaten terhadap ADD.

Pemerintah kabupaten disampin penyaluran Dana Desa juga berkew kasi


Dana Desa (ADD) . Haltra- ini d de off yaitu, memilih mengurangi bel dan
belanja pegawai untuk bisa m lebih baik menerima sanksi dari Daerah yang
selama ini sudah men sar, maka tidak akan kesulitan m tegi yang bisa
ditempuh adalah dana-dana yang diperuntukkan kep Posyandu) yang
selama ini dikelo pada ADD. Namun bagi kabupaten/k mengalokasikan
ADD, maka akan me sebut. Hal ituasikarenaADDanpeimengurangigalokak
alokasi dana yang selama iniu dik penting mengidenti ikasi kesiapa pernah
mengalokasikan ADD.

Bantuan keuangan dari Provinsi dan Kabupaten/Kota: Antara


Kepentingan Politik dan Relevansi

Tidak sedikit bantuan keuangan kota cenderung mengarah pada pem


dalam pilkada untuk memberikan b semestinya lebih memprioritaskan
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 381
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

bih dahulu yaitu ADD dari pada b jika kewajiban pengalokasian ADD lebih
efektif bila bantuan keuan pembangunan kawasan pedesaan. De ngan
bantuan keuangan provinsi.

Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga:


Diperlukan Pedoman?

Desa dapat memperoleh sumbangan bangan yang tidak mengikat dari lah
danacorporateCSRsocial (responsibility) dari perusa yang berlokasi di luar
Desa. Bag dengan berbekal RPJM Desa, dapat ngunan untuk disampaikan
kepada swasta.

Lain-lain pendapatan Desa yang sah: Standar Review oleh


Kabupaten/Kota

Desa dapat memperoleh pendapat yang didalam penjelasan disebut dengan


lain-lain pendapatan Des pendapatan sebagai hasil kerja s bantuan
perusahaan yang berlokas

6.4 Belanja Desa

6.4.1 Pengantar

Pasal 74 menyebutkan bahwa Bel untuk


memenuhikebutuhanpembangunan yang disepa
382 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

ti dalam Musyawarah Desa dan ses rintah Kabupaten/Kota, Pemerinta


Pusat. Di dalam penjelasan,ebutuhandisepem bangunan meliputi, tetapi
tidak pelayanan dasar, lingkungan, dan rakat
Desa.tidakMaksudterbatasdari adala bangunan di luar pelayanan dasar
Desa. Sedangkan maksud dari keb tuhan pangan, sandang, dan papan
dasar adalah antara lain pendid-

tur dasar.

Selain itu, di dalam belanja De kepada rukun tetangga (RT) dan r

6.4.2 Pasal

Pasal 74

Belanja Desa diprioritaskan u pembangunan yang disepakati dalam sesuai dengan


prioritas Pemerinta Pemerintah Daerah Provinsi, dan P

Kebutuhan pembangunan sebagaima meliputi, tetapi tidak terbatasn pa dasar,


lingkungan, dan kegiatan pe

Penjelasan

Ayat (1)

Dalam penetapan belanja Desa dapat dialokasikan insentif kepada rukun tetangga
(RT) dan rukun warga (RW) dengan pertimbangan bahwa RT dan RW walaupun
sebagai lembaga kemasyarakatan, RT dan RW membantu pelaksanaan tugas
pelayanan pemerintahan, pe-rencanaan pembangunan, ketertiban, dan
pemberdayaan masyara-kat Desa.
Desa 383
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan tidak terbatas adalah kebutuhan pemba-ngunan di luar


pelayanan dasar yang dibutuhkan masyarakat Desa. Yang dimaksud dengan
kebutuhan primer adalah kebutuhan pa-ngan, sandang, dan papan.

Yang dimaksud dengan pelayanan dasar adalah antara lain pendi-dikan,


kesehatan, dan infrastruktur dasar.

6.4.3 Pembahasan di DPR

Dalam pembahasan Pasal 74 di D Rumusan pasal yang disepakati s yang


diajukan oleh pemerintah.

6.4.4 Tanggapan

Ketentuan belanja sangat umum dan tidak ada batas minimal maupun
maksimal untuk alokasi tertentu.

Tipe ketentuan seperti ini mem dan negatif pada saat yang bersa Desa
memiliki keleluasaan untuk anggaran dalam rangka memenuhi k
Sedangkan potensi konsekuensi ne tuk rendahnya kualitas belanja d dari
postur APBDesa yang lebih m (Kepala Desa, perangkat Desa dan han warga.
Dengan model ketentua belanja di APBDesa tergantung pa Desa. Hal ini
mengingat pada das pakan keputusan politis dan sang yang terlibat di
dalam penyusuna

384 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

pada aktor yang terlibat dan int pilihanpublicpublikchoicetheory)(, perilaku


dari e perlu diwaspadaibudgetmaximizeradalah,yaitu memaks kan
anggaran untuk kepentingan d

Pengalaman internasional menunj tentuan yang menetapkan batas mi


alokasi tertentu cukupbudgetefektifmaxi- m mizer dalam memastikan
ketersediaan nuhi hak warga. Pengalaman inter Pemerintah Indonesia
yaitu keten kan yang dicantumkan di dalam Un tentuan 5% anggaran
kesehatan ya dang Kesehatan.

Potensi konsekuensi positif da internasional terkait penentuan terkait


alokasi tertentu perlu m menyusun aturan pelaksanaan dari

Alokasi penghasilan untuk Kepala Desa dan Perangkat Desa


berpotensi multi tafsir.

Ketentuan pasal 74 ini terkait yang mengatur tentang penghasila Desa yang
membawa konsekuensi pe sal 66 menyebutkan bahwa:

1. Kepala Desa dan perangkat D silan tetap setiapdaribulandanayangp


rimbangan yang diterima oleh tapkan dalam Anggaran Pendapa
Kabupaten/Kota.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 385
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Selain penghasilan tetap, Desa menerima:

tunjangan yang bersumber tan dan Belanja Desa.

jaminan kesehatan. Di bagi bahwa Jaminan kesehatan yang pala Desa


danDesaperangkatdiintegrasik jaminan pelayanan yang dila (program
Badan Penyelenggara jika BPJS belum menjangkau k kesehatan dapat
dilakukan me paten/Kota dengan Badan Usa dengan memberikan kartu
jami dengan kemampuan keuangan d sing yang diatur dengan Per
ten/Kota.

memperoleh penerimaan lai

Ketentuan lebih lanjut diat tah

Aturan sebelumnya (Pasal 27 dan tentang Desayang menjadi dasar p untuk


Kepala Desa dan Perangkat Kepala Desa dan Perangkat Desa setiap bulan
dan/atau tunjangan puan keuangan desa (ayat 1) ; P jangan lainnya yang
diterima Kep sebagaimana dimaksud pada ayat ( dalam APBDesa (ayat 2) ;
dan P na dimaksud pada ayat (2) palin

386 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Minimum Regional Kabupaten/Kota san pasal ini dinyatakan bahwa p


penghasilan tetap dalam ketentua ris Desa yang berstatus PNS. Sed
Ketentuan lebih lanjut mengenai la Desa dan Perangkat Desa diat
Kabupaten/Kota (ayat 1); Peratu sebagaimana dimaksud pada ayat ( muat
a) rincian jenis penghasilac) penentuan besarnya dan pembebana dan/atau
tunjangan.

Jika dibandingkan dengan PP No beberapa materi di UU Desa yang

a)sumber penghasilan. Frasa di pasal 66 menyebutkan sumber dari pengh


dan perangkat Desa adalah fra lam Anggaran Pendapatan dan B rima oleh
Kabupaten/Kota dan ran Pendapatan dan Belanja Ne Kabupaten/Kota. Jika
dikaitk bagian c yangdan ayatmenyebutkan4 bahw sumber pendapatan
Desa adalah ling sedikit 10% (sepuluh per bangan yang diterima Kabupate
Pendapatan dan Belanja Daerah Alokasi Khusus, maka frasa d memiliki
dua makna,pertamayaitu:alokasi(i dana langsungDesa dibagi ke masing-
masing suai dengan formula yang tela ini yang digunakan, maka alok

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 387
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

tap Kepala Desa dan perangkat Desa yang diterima oleh Desa sebagai
penerimaan APBDesa. I besarnya penghasilan tetap Ke Desa ada di
tingkat Desa, kar putusanya terkait maknadengankedua: APBD alokasi
dana Desa yang dibagi sesuai formula yang telah di yangtelah
dikurangi dengan kebutuhan a tuk penghasilan tetap Kepala dan
selanjutnya alokasi ini d ja Tidak Langsung dari APBD dilakukan
karenaetapkanfrasadalamditAngg dapatan dan Belanja Daerah Ka
bahwa penghasilan tetap bagi Desa ditetapkan oleh pemerint secara
eksplisit besarannya d Kabupaten/Kota. Konsekuensiny penghasilan
tetap Kepala Desa tingkat Kabupaten/Kota.

Hal ini berbeda dengan pasal secara eksplisit menyebutkan setiap bulan
dan/atau tunjang kemampuan keuangan desa yang Desa, atau
maknasamapertamadengarin pasal ayat 2.

b)batasan minimal penghasilan. Pasal 66 UU D menyebutkan secara


eksplisit penghasilan tetap bagi Kepala Hal ini berbeda dengan ketent
388 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

sal 27 PP No 72 Tahun 2005 ya butkan Upah Minimum regional


sebagai jumlah minimal pengha dan perangkat Desa.

c)bentuk tunjangan. Pasal 66 ayat (3) bahwa selain menerima


penghas dan perangkat Desa menerima t ber dari Anggaran
Pendapatan dangkan pasal 66 ayat (4) men Desa dan perangkat
Desa mener Pertanyaannya: (i) bentuk tun hak diterima oleh Kepala
Desa Apakah jaminan kesehatan ter Pertanyaan ini muncul karena
lanjut yang mengaturtunjanganmengedanait tambahan informasi
yang dapat penjelasan pasal ini.

d)penerimaan lainnya yang sah. Di bagian akh 66 ayat (4)


terdapat frasa d nerimaan lainnya yang sah, n lebih lanjut
mengenai hal ini maupun di bagian penjelasan.

e)penerimaan Desa yang bersumber dari hasil tanah bengkok.


Pasal 72 ayat 1 yang me lah satu sumber pendapatan as membawa
konsekuensi hasil dar merupakan aset Desa) harus d gai
penerimaan Desa di dokume praktik di lapangan, hasil ta

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun


2014 tentang Desa389
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

sumber penghasilan dari Kepa Desa dan praktik ini sudah d Bila
merunut pada ketentuan U kasinya, penghasilan Kepala D berpotensi
berkurang,bengkoktidakrenalg jadi sumber sumber penghasila mati
oleh Kepala Desa dan per ini yang perlu dipertimbangka tentuan lebih
lanjut.

f)insentif bagi RT dan RW. Di dalam penjelasa ayat (1) disebutkan


bahwa De alokasi untuk insentif RT dan dan RW berperan dalam penyel
kepada masyarakat. Justi ikas demikian ketentuan ini berpot belanja
untuk memenuhi kebutu lam kaitannya dengan budgetadanya p
maximizer dari elit Desa.

Ketentuan lebih lanjut. Pasal 66 ayat 5 adanya Peraturan Pemerintah


m hasilan tetap, tunjangan dan kan PP 72 Tahun 2005 memanda lanjut
terkait jenis penghasi saran penghasilan/tunjangan d Daerah
Kabupaten/Kota. Ketent lebih lebih membuka untuk men kondisi
setempat dan tidak a ra nasional sebagaimana yang Oleh karena itu,
penyusunan P dimandatkan oleh pasal 66 ay

390 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

secara hati-hati dikarenakan paten/Kota di Indonesia serta hal-hal yang


telah dibahas di tas. Selain itu,aPerakaturanlebihPemb tersebut memiliki
konsep remu dan Perangkat Desa sehingga a merumuskan bentuk-bentuk
tunj lainnya yang sah.

6.5 Penatausahaan Keuangan Desa

6.5.1 Pengantar

Pasal 75 menjelaskan bahwa Kepa kekuasaan pengelolaan Keuangan D nya


Kepala Desa menguasakan seba perangkat Desa. Pasal 75 ayat ( Peraturan
Pemerintah untuk menga keuangan Desa.

6.5.2 Pasal

Pasal 75

Kepala Desa adalah pemegang kek Desa.

Dalam melaksanakan kekuasaan s ayat (1) , Kepala Desa menguasaka pada


perangkat Desa.

Ketentuan lebih lanjut mengena Peraturan Pemerintah.

Penjelasan

Cukup Jelas
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 391
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

6.5.3 Pembahasan di DPR

Rumusan pasal yang berbeda den diajukan oleh pemerintah,ayat(2),


terutadengan dingan sebagai berikut:

RUU
UU Desa
Keterangan
(1) Kepala Desa(1) KepadalaRumusanhDesa tetap pemegang kekuadalah- peme-

asaan pengelolaangangkekuasaan Keuangan Desapengelolaan.

Keuangan Desa.

Dalam melaks(2)Danal-m Adame- perubahan kan kekuasaanlakseanakan-


daksional namu bagaimana dimakkekuasaan-kapan perubaha sud pada
ayatsebagaima(1),nai terjadi ti Kepala Desa dimaksuddapat dapatpada ditelusu
melimpahkan ayatseba-(1), Kepala

gian atau seluruhDesamengua-kekuasaannyasakyang sebagian berupa


perencakekuasaannya-

naan, penganggakep-da perang-ran, penatausahaankatDesa.

dan pelaporan kepada sekretaris desa sesuai dengan peraturan perun-dang-


undangan.

Ketentuan(3)lebihKetentuanRumusanlebihtetap lanjut mengenailanjut mengenai


Keuangan DesaKeuangan Desa

diatur dalamdiaturPera- dalam turan PemerintPerahturan. Pe-

merintah.
392 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Namun demikian, proses pembahasa jadinya perubahan redaksional ay lam


dokumen risalah rapat.

6.5.4 Tanggapan

Bentuk pengelolaan keuangan Desa belum jelas.

Pasal 75 ayat 1 dan 2 menyebutk asaan pengelolaan Keuangan Desa Kepala


Desa menguasakan sebagian rangkat Desa. Dari redaksional i apa yang
dimaksud dari pasal ini

Pertanyaan yang muncul terkait dengan ruang lingkup pengelolaan


tanggapan 6. 1. 2 yang membahas bahwa ketentuan mengenai ruang l tidak
jelas karena ruang lingkup an, belanja dan pembiayaan) dan lolaan
keuangan Desa) . Jikan dika keuangan Desa yang ada di pasal frasa
pengelolaan keuangan Desa jelas. Jika dibandingkan dengan pemerintah,
maka di pasal 61 aya pengelolaan keuangan desa, yang ganggaran,
penatausahaan dan pel lingkup pengelolaan keuangan Des gan makna
ruang lingkup pengelol RUU-nya?

Sebagai perbandingan, Pasal 15 2004 tentang Pemerintahan Daerah


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 393
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

lingkup pengelolaan keuangan dae lam melaksanakan kekuasaan sebag (1),


kepala daerah melimpahkan s annya yang berupa perencanaan, p
pelaporan dan pertanggungjawaban gan daerah kepada parapejabat pe

Belum ada ketentuan mengenai sistem pengendalian intern.

Sistem pengendalian intern mer yang harus ada untuk memastikan p nakan
dengan baik,check andyaitubalances dimekanismdalam pengelolaan
keuangan dimana ada memerintahkan, menguji, dan yang uang. Sayangnya,
UU Desa tidak s ngenai hal ini, 32berbedaTahunyangdengan2004secarUU
eksplisit mengatur implementasi dalam pengelolaan keuangan daera dalam
pasal 156 (3) yang berbuny seluruh kekuasaan sebagaimana di sarkan pada
prinsip pemisahan ke rintahkan, menguji, dan yang men

Ketentuan lebih lanjut. Pasal 7 Peraturan Pemerintah yang mengat


Penyusunan Peraturan Pemerintah dua isu diatas.

394 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

6.6 Aset Desa

6.6.1 Pengantar

Di dalam ketentuan umum, disebu lah barang milik Desa yang beras beli
atau diperoleharan atasPendapatbeban daAn Desa atau perolehan hak
lainnya y bahwa Aset Desa dapat berupa tana Desa, pasar hewan, tambatan
perah ikan, pelelangan hasil pertanianlik Desa, pemandian umum, dan aset
la

Dalam sub tema ini juga akan di jelaskan tentang asas dan tujuan

6.6.2 Pasal

Pasal 76

Aset Desa dapat berupa tanah k Desa, pasar hewan, tambatan perah an ikan,
pelelangan hasil pertani milik Desa, pemandian umum, dan a

Aset lainnya milik Desa sebaga antara lain:

kekayaan Desa yang dibeli ata garan Pendapatan dan Belanja Ne an dan Belanja
Daerah, serta A Belanja Desa;

kekayaan Desa yang diperoleh atau yang sejenis;

kekayaan Desa yang diperoleh perjanjian/kontrak dan lain-lai peraturan


perundang-undangan;

hasil kerja sama Desa; dan


kekayaan Desa yang berasal dar
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 395
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Kekayaan milik Pemerintah dan lokal Desa yang ada di Desa dapat kepada Desa.

Kekayaan milik Desa yang berup nama Pemerintah Desa.

Kekayaan milik Desa yang telah Daerah Kabupaten/Kota dikembalika yang sudah
digunakan untuk fasili

Bangunan milik Desa harus- dile pemilikan dan ditatausahakan seca

Penjelasan

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a Cukup jelas. Huruf b

Yang dimaksud dengan sumbangan adalah termasuk tanah wakaf sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)
Cukup jelas.
396 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Pasal 77

Pengelolaan kekayaan milik Des asas kepentingan umum, fungsional bukaan, e


isiensi, efektivitas,lai a ekonomi.

Pengelolaankekayaan milik Desa kan kesejahteraan dan taraf hidup ningkatkan


pendapatan Desa.

Pengelolaan kekayaan milik Desa ayat (2) dibahas oleh Kepala Desa ratan Desa
berdasarkan tata cara Desa yang diatur dalam Peraturan

Penjelasan

Cukup jelas.

6.6.3 Pembahasan di DPR

Secara umum pembahasan Pasal 7 tentang aset desa berjalan tdenga dari
perbandingan antara rumusan rumusan RUU dan rumusan yang dis

6.6.4 Tanggapan

Mekanisme pengalihan kepemilikan aset belum diatur secara


memadai.

Pasal 76 ayat (3) dan (5) meny kepemilikan aset, yaitu kekayaan rintah
Daerah berskala lokal Des hibahkan kepemilikannya kepada D lapangan,
banyak aset dari Pemer
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 397
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

Desa, khususnya yang berasal dar menggunakan mekanisme Dana Aloka


Pembantuan. Contohnya, aset yang antara lain bangunan Pos Kesehat
jembatan, irigasi, dan laini seba tidak dapat berfungsi dengan bai raan.
Sebenarnya Desa dapat meng raan di dalam APBDesa, namun ter yang
masih merupakan aset pemeri sakan menganggarkan, maka dapat
pelanggaran karena melampaui kew sisi lain, warga Desa sangat me fungsi
dengan baik.

Selama ini, proses administras pemerintah pusat ke pemerintah dala oleh


proses administrasi. secara eksplisit mengatur mekani aset yang dapat
digunakan oleh m pengalihan aset.

6.7 Penutup

Dalam klaster ini banyak isu ya untuk dijadikan topik pembahasan


memperjelas perbedaan dengan UU Desa. Kendati masih ada bagian-b lebih
lanjut. Beberapa pasal yan Desa dalam klaster ini menjadi p tama pada
rancangan pasal yang m Desa, dimana Desa mendapatkan al

398 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 6

Keuangan Desa dan Aset Desa

mikian ada beberapa pasal yang t seperti pengelolaan aset Desa.

Sebelum UU Desa ini lahir, Des APBN dalam bentuk program sektor
kementerian dan bagian dari dana oleh Kabupaten/Kota. Untuk memud
anya, perlu diperjelas posisi. da Hal ini dikarenakan kekhawatiran dana
oleh Kepala Desa dan Perang rupakan dukunganDesabisaagarmembangun
da kan Desa.

Ketidaklengkapan materi yang me dan ases Desa, serta isu-isu yan dalam
UU Desa ini perlu mendapat lam menyusun aturan turunannya, multitafsir
didalam pelaksanaann

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 399
400 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)

Pendahuluan

Ketentuan tentang Badan Usaha M lam UU Desa diatur pada Bab X, d 90).
Ketentuan yang diatur dalam menjadi dua, yaitu (1) pendirian bangan dan
pemanfaatan hasil BUM rian, juga dibahas pihak yang me dan
pengelolaannya. Sedangkan pe atan hasil usaha BUM Desa termas
Pemerintah pusat, provinsi dan k

Bila dilihat sepintas, pengerti dan Usaha Milik Negara (BUMN), da kekayaan
yang dipisahkan dan pem besar kesejahteraanlihatUUNo.
masyarakat19tahun2003 ( tentang BUMN Pasal 1 angka 1). Bedanya BUMN
dal gara, sedangkan BUM Desa dalam s umum Pasal 1 Angka 6 UU Desadiny
Milik Desa, yang selanjutnya dis usaha yang seluruh atau sebagian

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 401
Klaster 7

Badan Usaha Milik Desa

Desa melalui penyertaan secara l kayaan Desa yang dipisahkan guna nan,
dan usaha lainnya untuk seb masyarakat Desa.

7.2 Pendirian Badan Usaha Milik Desa

7.2.1 Pengantar

Sebelum lahirnya UU Desa, keten telah diatur dalam dalam UU No.


merintahan Daerah, yaitu pada Pa bahwa Desa dapat mendirikan bad
dengan kebutuhan.danDalampotensiUUDesades ketentuan jaminan desa
dapat men ketentuan terkait jenis layanan dalam Pasal 87 ayat 3 jelas dise
dilakukan BUMDesa adalah menjala dan/atau pelayanan umum. Artinya
kan pelbagai usaha, mulai dari p perdagangan, dan pengembangan ek

7.2.2 Pasal

Pasal 87

Desa dapat mendirikan Badan Us BUM Desa.

BUM Desa dikelola dengan seman tongroyongan.

BUM Desa dapat menjalankan usa atau pelayanan umum sesuai dengan undang-
undangan
402 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 7

Badan Usaha Milik Desa

Penjelasan.

BUM Desa dibentuk oleh Pemerintah Desa untuk mendayaguna-kan segala potensi
ekonomi, kelembagaan perekonomian, ser-ta potensi sumber daya alam dan
sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Desa.

BUM Desa secara spesi ik tidak dapat disamakan dengan badan hukum seperti
perseroan terbatas, CV, atau koperasi. Oleh kare-na itu, BUM Desa merupakan
suatu badan usaha bercirikan Desa yang dalam pelaksanaan kegiatannya di
samping untuk mem-bantu penyelenggaraan Pemerintahan Desa, juga untuk
meme-nuhi kebutuhan masyarakat Desa. BUM Desa juga dapat melak-sanakan
fungsi pelayanan jasa, perdagangan, dan pengembang-an ekonomi lainnya.

Dalam meningkatkan sumber pendapatan Desa, BUM Desa dapat menghimpun


tabungan dalam skala lokal masyarakat Desa, an-tara lain melalui pengelolaan dana
bergulir dan simpan pinjam. BUM Desa dalam kegiatannya tidak hanya berorientasi
pada ke-untungan keuangan, tetapi juga berorientasi untuk mendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat Desa. BUM Desa diharap-kan dapat mengembangkan unit
usaha dalam mendayagunakan potensi ekonomi. Dalam hal kegiatan usaha dapat
berjalan dan berkembang dengan baik, sangat dimungkinkan pada saatnya BUM Desa
mengikuti badan hukum yang telah ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Cukup jelas

Cukup jelas

Pasal 88

Pendirian BUM Desa disepakati m

Pendirian BUM Desa sebagaimana ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Penjelasan

Cukup jelas
Cukup jelas

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 403
Klaster 7

Badan Usaha Milik Desa

7.2.3 Pembahasan di DPR

Peraturan Pemerintah No. 72 Tah sal 78 mengatakan bahwa Desa dap Kata
dapat artinya bukan suatu daan badan usaha Desa menjadi sa yaitu
mengelola ekonomi untuk ke Desa sangat membutuhkan badan us selama
ini mengalami keterpuruka Desa hadir untuk melayani komuni tib hukum,
sosial maupun membant raan masyarakatnya.

Pada Raker I RUU Desa tanggal 4 selaku Menteri Dalam Negeri men Desa,
pengaturan dalam regulasi memiliki pendapatan yang bersum desa; bagian
dari hasil pajak da kota; bagian dari dana perimbang yang diterima oleh
Kabupaten/Kot merintah Pusat, Pemerintah Provi Kota; serta hibah dan
sumbangan mengikat. Adanya kepastian penda meningkatkan kemandirian
desa un an dan kebutuhan masyarakat yang yang juga diatur adalah
mengenai kan menjadi potensi untuk mening asli desa, sehingga
pengelolaan perlu ditatausahakan dengan baik

Anang PrihantoroakilanselakudariperwDPD RI ker itu, menambahkan


bahwa Desa memiliki pemerintahan yang kuat
404 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 7

Badan Usaha Milik Desa

kuat. Sebagai negara kecil, de penting:

Desa sebagai negara kecil penerima bantuan pemerintah, yang mampu


melakukan emansipa mi dari dalam dan otonomi dar bangkan aset-aset
lokal seba bersama.

Desa propertymemilikirightatau mempunyai akses terhadap sumberdaya lo


secara kolektif untuk kemakmu

Desa mempunyai pemerintah d pu menjadi penggerak potensi


perlindungan secara langsung suk kaum marginal dan perempu

Pemerintahan desa yang kuat bentuk pemerintah dan kapala d nya dengan
masa jabatan yang dalam bentuk pemerintahan des nangan dan anggaran
memadai, tata pemerintahan demokratischeckand balances) oleh institusi
lokal se Desa dan masyarakat setempat.

Desa tidak hanya memiliki korporatis (bentukan negara), nisasi masyarakat


sipil.

Desa bermartabat secara bud tas atau sistem sosial-budaya kearifan lokal
yang kuat unt dan sumber daya lokal.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 405
Klaster 7

Badan Usaha Milik Desa

Pada saat Raker II tanggal 15 menjelaskan bahwa bantuan dari P merintah


kabupaten/kota kepada D kemampuan dan perkembangan keuan yang
bersangkutantersebut.Bantuandiarahk-bantu percepatan atau akselerasi
pemba patan lain yang dapat diusahakan Milik Desa adalah pengelolaan pa
wisata skala desa, pengelolaan t dan tambang batuan dengan tidak sumber
lainnya. Hal ini selaras pada Naskah Akademik RUU tentang Evaluasi
Peraturan Perundang-und dalam Penjelasan Umum atas PP No takan:

..... Sumber pendapatan lain yang dapat diusahakan oleh Desa berasal dari
Badan Usaha Milik Desa, pengelolaan pasar Desa, pengelolaan kawasan wisata
skala Desa, pengelolaan galian C dengan tidak menggunakan alat berat dan
sumber lainnya.

Selain itu, dalam pembahasan R hal yang disoroti adalah terkait pada Pasal
88 seperti yang terek 2012. Pada kesempatan tersebut, perwakilan dari
Relawan Pemberda nuturkan, Sayang sekali, dalam kami melihat bahwa
dalam penjela Desa, menurut kami sangat tidak dan Usaha Milik Desa
cukup diben Sementara Peraturan Desa tidak d rundangan. Ini menjadi
pertanyaa gusulkan, untuk dibuka peluang

406 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 7

Badan Usaha Milik Desa

hukum usaha menurut peraturan pe Suryokoco juga menyatakan bahwa


ada peraturan desa. Pada kenyat DPR 2012 sudah memutuskan sebuah risi
tentang tata urutan perunda rundangan yang terdahulu mengako gai tata
urutan perundangan tere itu sudah dicabut dan peraturan urutan
perundangan. Artinya, bah raturan desa, itu tidak mempunya dengan
gampang dipatahkan oleh k kum bahwa Anda tidak punya canto rus
dipatuhi. Jadi ini satu- cata paikan untuk RUU Pemda, tambahn

7.2.4 Tanggapan

Badan Usaha Milik Desaadalah l dikelola oleh masyarakat dan pem


memperkuat perekonomian desa dan butuhan dan 1 potensiPadaUU
desaNo..32 Tahun Pemerintahan Daerah dinyatakan b antara lain dalam
rangka peningk Berangkat dari cara pandang ini, pat diperoleh dari BUM
Desa, mak setiap Pemerintah Desa memberika pon pendirian BUM Desa.
Sebagai

Muammar Alkadai, Penguatan Ekonomi Masyarakat Melalui Pengelolaan Ke-lembagaan Badan


Usaha Milik Desa Menuju ASEAN Economic Community
2015, (Riau: Dosen Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, 2014), hal.36.
Desa 407
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 7

Badan Usaha Milik Desa

yang beroperasi dipedesaan, BUMD an dengan lembaga ekonomi pada u


agar keberadaan dan kinerja BUM kontribusi yang signi ikan terha warga
desa. Disamping itu, supa usaha kapitalistis di pedesaan y ganggunya nilai-
nilai
2
kPenguasaahidup sektor ekonomi ini berguna sebag jaminan sosial
masyarakat Desa.

Jika dilihat dari fungsinya, k pakan pilar kegiatan ekonomi di


lembaga(socialsosialinstitution) dan komersial(commercial institution).3
BUMDesa sebagai lembaga so kepentingan masyarakat melalui k diaan
pelayanan sosial. Sedangka bertujuan mencari keuntungan mel lokal
(barang dan jasa) ke pasar prinsip e isiensi dan efekti ita Desa sebagai
badan hukum, dibent dang-undangan yang berlaku, dan yang terbangun di
masyarakat des

Keberadaan BUM Desa merupakan dari suatu Desa sebagai impleme BUM
Desa, diharapkan Desa dalam an tidak sepenuhnya bergantung s dan Usaha
Milik Desa dapat dijad memberikan tambahan terhadap4Badan Usahkeu

Buku Panduan Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa, (Malang: Departemen
Pendidikan Nasional Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (PKDSP) Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijaya, 2007), hal. 4.

Muammar Alkadai, Op.Cit., hal.36.


408 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 7

Badan Usaha Milik Desa

Milik Desa ini juga berguna untu Desa agar dapat didayagunakan se
jahteraan masyarakat Desa.

Untuk menghidupkan perekonomia kan lembaga yang merangkul selur


desa. Lembaga yang dapat dijadik Desa untuk memberikan kerja kera yang
sesuai bagi masyarakat desa dengan semangat gotong royong ha berikan
keadilan sosial dan5 kese

BUM Desa sedapat mungkin dibang karsa masyarakat dengan mengemban 6

Kooperatif

Semua komponen yang terlibat mampu melakukan kerja sama ya bangan


dan kelangsungan hidup

Partisipatif

Semua komponen yang terlibat rus bersedia secara sukarela kungan dan
kontribusi yang da usaha BUM Des.

Emansipatif

Semua komponen yang terlibat diperlakukan sama tanpa meman dan


agama.

Aris Ahmad Risadi, Badan Usaha Milik Desa (Jakarta: Dapur Buku, 2012), hal. 10.

I Nyoman Bratha, Penuntun Geograi Sosial, (Yogyakarta: UP Spring, 1968), hal.120.

Moh Mahfud MD, dkk, Prosiding Kongres Pansasila IV: Srategi Pelembagaan Nilai-nilai
Pancasila dalam Menegakkan Konstitusionalitas Indonesia, (Yogya-karta, 2012), hal. 334.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 409
Klaster 7

Badan Usaha Milik Desa

Transparan

Aktivitas yang berpengaruh t syarakat umum harus dapat dik an


masyarakat dengan mudah da

Akuntabel

Seluruh kegiatan usaha haru jawabkan secara teknis maupun

Sustainabel

Kegiatan usaha harus dapat di kan oleh masyarakat dalam wad

Tujuan pembentukan 7:BUM Desayaitu

Menghindarkan anggota masya pemberian pinjaman uang denga rugikan


masyarakat.

Meningkatkan peranan masyar lola sumber-sumber pendapatan


Melihara dan meningkatkan ad masyarakat, gemar menabung se
berkelanjutan.

Mendorong tumbuh dan berkem nomi masyarakat desa.

Mendorong berkembangnya usa tuk dapat menyerap tenaga ker


Meningkatkan kreativitas be rakat desa yang berpenghasila

Hadi Irawan, Eksistensi BUMDes dari Aspek Otonomi Berdasarkan Undang-Un-dang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, (Mataram: Fakultas Hukum Universitas Mataram,
2013), hal. 6-7.
410 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 7

Badan Usaha Milik Desa

BUMDesa merupakan wahana untuk Desa. Apa yang dimaksud dengan ha


yang meliputi pelayanan8:ekono

Usaha jasa keuangan, jasa a desa, dan usaha sejenis lainn

Penyaluran sembilan bahan p

Perdagangan hasil pertanian perkebunan, peternakan, perik dustri dan


kerajinan rakyat

Pendekatan baru yang diharapkan menggerakkan roda perekonomian d


pendirian kelembagaan ekonomi De nya oleh masyarakat Desa. Bentuk
dimaksud adalah dinamakan BUM D sungguhnya telah diamanatkan di
pasal 213 ayat (1) disebutkan ba badan usaha milik desa sesuai de desa.
Kemudian, didalam Peratur 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usah butkan
bahwa: untuk meningkatka merintah desa dalam penyelenggar ningkatkan
pendapatan masyarakat usaha ekonomi masyarakat pedesaa milik desa
sesuai dengan9 kebutuh

Lembaga BUM Desa ini tidak la instruksi Pemerintah. Tetapi har

Buku Panduan Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa, Op.Cit., hal.6.

Muammar Alkadai, Op.Cit., hal. 33.


Desa 411
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 7

Badan Usaha Milik Desa

masyarakat desa yang berangkat d dikelola dengan tepat akan menim Agar
keberadaan lembaga ekonomi kelompok tertentu yang memiliki Maka
kepemilikan lembaga itu ole dimana tujuan utamanya untuk me ekonomi
masyarakat10.

Gagasan awal pendirian BUM Des perorangan atau kelompok masyara


rembug desa. Beberapa aktivitas menyiapkan pendirian11: BUMDesa mel

Melakukan rembug Desa guna pendirian BUMDesa;

Melakukan identi ikasi pote produk (barang dan jasa) yan Desa;

Menyusun AD/ART; Mengajukan ke notaris untuk memperoleh p


Pengembangan dan Pemanfaatan Hasil Badan Usaha Milik Desa

7.3.1 Pengantar

Pada bagian ini akan membahas Desa yang berisi tentang ketentu BUM
Desa untuk pengembangan usah

Buku Panduan Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa, Op.Cit., hal. 6.
Ibid., hal. 23.
412 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 7

Badan Usaha Milik Desa

Pemerintah Provinsi, Pemerintah rintah Desa dalam mendorong Peng

7.3.2 Pasal

Pasal 89

Hasil usaha BUMDesa dimanfaatkan un

Pengembangan usaha; dan

Pembangunan Desa, pemberdayaan berian bantuan untuk masyarakat m tuan


sosial, dan kegiatan dana be Anggaran Pendapatan dan Belanja D

Penjelasan.

Huruf a: Cukup Jelas

Huruf b: Cukup Jelas

Pasal 90

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provi bupaten/Kota, dan Pemerintah Desa BUM


Desa dengan:

memberikan hibah dan/atau akses

melakukan pendampingan teknis d

memprioritaskan BUM Desa dalam alam di Desa.

Penjelasan

Huruf a: Cukup jelas.


Huruf b: Yang dimaksud dengan pendampingan adalah termasuk penyediaan
sumber daya manusia pendamping dan manajemen. Huruf C: Cukup jelas

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 413
Klaster 7

Badan Usaha Milik Desa

7.3.3 Pembahasan di DPR

Dalam RUU usulan Pemerintah tid alokasian hasil usaha BUMDesa, t


sukkan menjadi rumusan Pasal 96. Pasal 89 pada UU Desa yang ditet but
diikuti dengan sedikit perub

RUU Inisiatif
RUU Timus
Rumusan yang
Pemerintah

disepakati
Tidak diatur PasalPasal96 89 Keuntungan BUMDesaHasilusaha BUM D
dialokasikandimanfaatkanuntuk: untu

pengembangan.Pengembanganusaha; u
pembangunan. PembangunanDesa De dan pemberdayaanpemberdayaan ma-
masyarakat melaluisyarakat Desa, d APB Desa; pemberian bantua

pemberdayaanuntukma-masyarakat syarakat Desamiskinmelaluimelalui h hibah


dan kegiatanbantuan sosial, dana bergulirkegiatanuntuk dana be masyarakat
miskin;yangditetapkan

kesejahteraanAnggaranpengePendapa-
lola BUMDesadan. Belanja Desa

Pada RDPU VIII tanggal 28 Juni Hadi Dharmawan selaku pakar ten Apakah
sama sepertipro it PT,maximizationyang ka orientation, berorientasi pada
keuntunga rasi, yang mengagungkan kolektiv seperti yayasan yang sosial
tanp Atau seperti BUMN atauagent of BUMDdevelop- yang ment danpro it
maximization.

414 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 7

Badan Usaha Milik Desa

Sedangkan untuk Pasal 90 UU De tah, Pemerintah Provinsi, Pemer


Pemerintah Desa dalam pengembang ses pembahasannya ada perubahan
Pemerintah dan Draft RUU Timus s klausul baru, seperti yang terga

RUU Inisiatif
RUU Timus
Rumusan yang
Pemerintah

disepakati

Pasal 64
Pasal 95
Pasal 90
Modal BUM1. Jenis usaha PemerintBUMDesah,meliPe-
Desa dapatputibe- bidang jasa,merintahpenyaluDaeranh
rasal dari:kebutuhan pokok,Provinsi,perda- Pemer
a. pemerintahgangan hasil pertanian,tahDaerah Kabu
desa;
dan/atau industripaten/Kota,kecildan
tabunganrumah- tangga. Pemerintah Desa syarakat;2. danModal usaha
mendorongBUMDesa bep-r-

bantuanrasal dari PemkerintahmbanganDesa,BUM pemerintahtabungan


masyarakat,Desadengban-: pusat, petuan- Pemerintah,. memberikanbantuan merintah
Pemerintah Daerah,hibahpinjadan/ata-provinsi man,dan dan
kerjasamaaksesdenganpermoda pemerintahpihak usaha lainlan;.

Pasal 97
b. melakukan
kabupa ten /

kota.

pendampingan

Pemerintah mendorong per-

teknis dan ak

kembangan BUMDesa melalui:

ses ke pasar;

a. memberikan hibah dan atau

c. mempriorita

akses pada permodalan;

kan BUM Desa

b. melakukan pendampingan

dalam pengel-

teknis dan aksesolaanke pasar;sumber


dan
daya alam di
c. memprioritaskan BUM De-
Desa.

sadalam pengelolaan sum-


ber daya alam di Desa atau sekitar Desa.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 415
Klaster 7

Badan Usaha Milik Desa

7.3.4 Tanggapan

Dalam konteks kontribusi BUM De dan diposisikan bahwa BUM Desain


sektor yang dikelola oleh pemeri tuk memakmurkan sebesar-besarnya
desa. Sekaligus memberikan kontr asli 12daerah.

Sumber-Sumber Dana untuk Peningkatan Pendapatan Desa

Kontribusi ini akan berkaitan rikan oleh BUMDesa untuk masya berupa
pelayanan. Rendahnya pro utamanya di BUM Desaselama ini mahnya
sumberdaya manusia di bi lain. Sehingga dalam kontribusi dang dari segi
kerjasama dalam ngan demikian sumber dana untuk desa dapat
direalisasikan.

b. Pemenuhan Kebutuhan Masyarakat

Dalam rangka meningkatkan pen pendapatan asli desa maka bumd rapa
kontribusi untuk memenuhi Salah satunya dalam kebutuhan BUMDesa ini
adalah suatu lembag

Coristya Berlian Ramadana dkk, Jurnal Administrasi Publik Vol.1 No.6, Kebera-daan Badan Usaha
Milik Desa (BUMDesa) Sebagai Penguatan Ekonomi Desa, (Malang: Fakultas Ilmu Administrasi
Fakultas Brawijaya, tth), hal 1074-1075.
416 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 7

Badan Usaha Milik Desa

c. Pembangunan Desa Secara Mandiri

Kontribusi BUM Desa ini ialah ngunan desa mandiri yag dapat b bahwa
desa memang sudah berhasi ganya sendiri dan menciptakan dak hanya
bergantung kepada ang lah diberikan oleh pemerintah

d. Monitoring dan Evaluasi BUM Desa

Pasal 89 tidak mengatur lebih BUM Desa yang menilai bahwa BUM
pengembangan usaha, melakukan pemberdayaan masyarakat Desa s
bantuan bagi masyarakat miskin. jelaskan gambaran keberhasilan BUM
Desa yang telah berhasil d lam meningkatkan peran BUM Desa

Mekanisme supervisi pemerintah kepada BUM Desa belum jelas

Kendati UU Desa ini telah men pemerintah, baik di tingkat pu dalam


mengembangkan BUM Desa, n ra spesi ik mengatur bagaimana Bagaimana
pemilihan BUMDesa yan an baik hibah/akses modal, ata dampingan teknis
dan akses pasa

Perlu mekanisme yang jelas ter lakukan oleh pemerintah dalam pe


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 417
Klaster 7

Badan Usaha Milik Desa

menjadi perhatian dalam menyusun keberadaan BUM Desa sesuai yang


tercantum dalam pasal 89. Termasu kan Desa untuk memanfaatkan sumb

Keberadaan kelembagaan BUM Desa jadi salah satu ikon dalam mewuj ta
sesuai dengan amanah UU Pemer kehadiran BUM Desaakan menjadi
korporasi asing dan nasional. D BUM Desa ini mampu menggerakkan rakat
Desa. Di sisi lain, bagi p aset-aset dan potensi Desa denga ri melalui
kepemilikan BUM Desa, lapangan pekerjaan baru di Desa, optimal bagi
masyarakat dalam me jutnya, keberadaan kelembagaan B bangunan daerah
dan menjadi pen korporasi 13di pedesaan.

7.4 Penutup

Pendirian BUM Desa diharapkan masyarakat


SebaiknyadiDesanyapendirian. BU sar inisiatif masyarakat Desa ya tuhan
pasar dan potensi Desa. Se menunjukkan kemandirian Desa, da kelompok
elit desa. Keberadaan penyelenggaraan Pemerintah Desa han masyarakat
desa.

13
Ibid., hal. 34.
418 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat,
dan Ketentuan Kekhususan Desa Adat

Pendahuluan

Lembaga kemasyarakatan adalah masyarakat dengan prinsip-prinsi dan


keragaman. Karakteristiknya syarakatan yang berbasis: kewil kebudayaan
(termasuk adat istiad interest group/kepentingan 1.SementaraLembaga
lenggarakan fungsi adat istiadat nan asli Desa yang tumbuh dan be
syarakat2. LembagaDesa kemasyarakatan erat kaitannya dengan modal sosi
lola desa demokratis, transparanal sosial yang kuat juga menjadi pr
mandiri.

Modal sosial diartikan sebagai ngikat warga masyarakat yang ber pola
perilaku warganya,(trust) jugadan jauns-

Naskah Akademik RUU Desa oleh Baleg DPR (2008), halaman 33-34)

Permendesa No. 3 tahun 2015 pasal 1 ayat 16


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
419
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

ringan(networking) antara warga masyaraka pok masyarakat. Norma dan


atura perilaku individu baik dalam per pok) maupun perilaku keluar (eks
lompok masyarakat3 yang lain).

Pada bagian ini ingin akan di katan, lembaga desa adat dan ke menjawab
permasalahan4 berikut in

Secara fundamental, bagaimana mensinerg dayaan masyarakat dan


pemerint kesatuan utuh untuk mempercepa

Secara institusional, bagaimana memperk lembaga-


lembaga(institutionalyang building)ada di De dalam penyelenggaraan
urusan ngunan dan pemberdayaan masyar sinergikan peran lembaga-
lemba ga-lembaga asli yang ada di De

Bagaimana posisi dan peran le rakatan Desa?

Bagaimana pula memperkuat part suara/voice, akses dan kontrol) kelo


ginal (perempuan, kaum miskin, lam proses politik dan perenca

Isbandi Rukminto Adi (2013), Intervensi Komunitas dan Pengembangan Masyara-kat Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta: Rajawali Press, hal. 258
Kementerian Dalam Negari Republik Indonesia (2011), Naskah Akademik Rancangan Undang-
UndangTentangDesa, hal. 6-7
420 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

8.2 Lingkup Lembaga Kemasyarakatan Desa

8.2.1 Pengantar

Lembaga-lembaga kemasyarakatan nalkan kepada masyarakat Desa se


nama yang seragam dan korporati Lembaga Ketahanan Masyarakat Des
sejahteraan Keluarga (PKK), Kara tani Pemakai Air (P3A), Dasawism Rukun
Warga (RW). Padahal jauh s miliki lembaga-lembaga lokal yan era
reformasi, pengaturan kelemb bersifat seragam, meski tetap me ga
Pemberdayaan Masyarakat Desa

Berbagai lembaga kemasyarakatan wadah organisasi kepentingan mas


untuk kepentingan(socialketahansecurity)masyaransosi-kat, dan
menyokong daya(economictahansur- ek vival). Di luar Jawa, umumnya RT
da namun di Jawa, RT tetap menjadi menonjol, dengan tetap menjalan dan
juga fungsi administrasi pe (RT) juga menjadi benteng keaman tradisi
sistem keamanan lingkung bagai bentuk dana dari masyaraka simpanan
dana sosial maupun5 untu

5
Kementerian Dalam Negari Republik Indonesia (2011), Naskah Akademik Rancangan
Undang-Undang Tentang Desa, hal.38 dan 97
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
421
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

8.2.2 Pasal

Rumusan pengaturan sebagaimana tertuang pada Bab XII: Lembaga K baga


Adat Desa.

Pasal 94

Desa mendayagunakan lembaga kem dalam membantu pelaksanaan fungsi


rintahan Desa, pelaksanaan pemban masyarakatan Desa, dan pemberdaya

Lembaga kemasyarakatan Desa se ayat (1) merupakan wadah partisip mitra


Pemerintah Desa.

Lembaga kemasyarakatan Desa be dayaan masyarakat Desa, ikut sert sanakan


pembangunan, serta mening rakat Desa.

Pelaksanaan program dan kegiat merintah, Pemerintah Daerah Prov


Kabupaten/Kota, dan lembaga non-P dayakan dan mendayagunakan lembag sudah
ada di Desa.

Penjelasan

Cukup Jelas

8.2.3 Pembahasan di DPR

Dalam pembahasan Pasal 94 di D polemik berkepanjangan. Lembaga


usulan pemerintah sudah tertuang Namun sejumlah pakar memberikan
422 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

gian ini, baik dalam rangka menj maupun menggerakkan dan mengemba
nomi desa dalam penanggulangan nan.

Urgensi Lembaga Kemasyarakatan

Pentingnya lembaga kemasyaraka Mendagri, Gamawan Fauzi dalam Ket


RUU Desa pada 4 April 2012. Urge ini melekat pada argumen pengusu

. . . Dalam proses penyusunan rancangan Undang-Undang ten-tang Desa, kami


telah berusaha mengakomodasi masukan-ma-sukan yang disampaikan berbagai
pihak berdasarkan permasa-lahan dan kebutuhan yang berkembang di desa, . . .
diharapkan Undang Undang ini mampu mewadahi dan menyelesaikan ber-bagai
permasalahan kemasyarakatan dan pemerintahan sesuai dengan
perkembangan dan dapat menguatkan identitas lokal yang berbasis pada nilai-
nilai sosial budaya masyarakat setem-pat dengan semangat modernisasi,
globalisasi dan demokratisa-si yang terus berkembang . . .

Mendagri juga menjelaskan argu dahulu desa-desa yang beragam di kan


pusat penghidupan masyarakat otonomi dalam mengelola tata kua duk,
pranata lokal dan sumberday rakat lokal atau desa memiliki k roh
kecukupan, keseimbangan dan lam mengelola sumberdaya alam da
kearifan lokal tersebut ada yang han, pengelolaan sumberdaya alam

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 423
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

prinsipnya aturan lokal tersebut seimbangan dan keberlanjutan hub antara


manusia dengan alam dan T

Alasan iloso is-konseptual jug lah kebutuhan ke depan atas des bertenaga
secara sosial, berdaulra ekonomi dan bermartabat secara b menyampaikan
argumentasi secara takan:

.... Pengaturan tentang desa ke depan dimaksudkan untuk men-jawab permasalahan


sosial, budaya, ekonomi dan politik desa, memulihkan basis penghidupan
masyarakat desa dan memper-kuat desa sebagai entitas masyarakat paguyuban
yang kuat dan mandiri. Selain itu pengaturan tentang desa juga dimaksudkan untuk
mempersiapkan desa merespon proses modernisasi, global-isasi dan demokratisasi
yang terus berkembang.

Pada Raker tanggal 15 Mei 2012 Mendagri menegaskan kembali bahw ki


makna bahwa kegiatan pemerint bangunan di desa harus mengakomo yang
diartikulasi dan diagregasi tan Desa dan lembaga kemasyaraka tah desa.

Pada Dalam Raker sebelumnya tan lalui juru bicara Anang Prihanto

Desa tidak hanya memiliki lembaga kemasyarakatan korporatis (bentukan


negara), tetapi juga memiliki organisasi masyarakat sipil.

424 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Danang juga mengkritik tentang a

Keragaman desa tentu bukan hanya sekadar keragaman is-tilah (nomenklatur),


melainkan keragaman dalam hal bentuk desa dan penyelenggaraan
pemerintahan desa. DPD berpandan-gan bahwa cara pandang itu sebagai
pendekatan pengecualian (eksepsional) untuk memaknai dan mengatur
keragaman. RUU Desa ini sebenarnya mengatur desa secara generik atau default
village, sementara yang berbeda sebagai wujud keragaman ti-dak diatur secara
optional melainkan dengan cara eksepsional. Ini pun masih diamanatkan
dengan pola blank check ke dalam peraturan pemerintah.

Terhadap hal ini Menteri memberi pikan pada Raker 15 Mei 2015, ba
makna bahwa kegiatan pemerintaha bangunan di desa harus mengakomo
yang diartikulasi dan diagregasi masyarakatan sebagai mitra pemer

Perihal lembaga kemasyarakatan d RINDRA, Hj. Mestariyani Habie, S


menyatakan:

... Dengan logika fakta sejarah, sejatinya desa harus menjadi landasan bagian
penting dari tata pengaturan pemerintahan di atasnya. Desa yang memiliki tata
pemerintahan yang lang-sung berhubungan dengan masyarakat seharusnya
juga menjadi ujung tombak dalam setiap penyelenggaran urusan pemerinta-
han, pembangunan dan kemasyarakatan.

Premis dasar yang seharusnya dikembangkan dalam tata peme-rintahan dan


pembangunan kesejahteraan adalah desa maju dan sejahtera, otomatis negara juga
maju dan sejahtera. Titik pangkal dari maju dan sejahteranya suatu bangsa adalah
desa. Dengan
Desa 425
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

premis dasar ini, maka desa merupakan subjek utama dalam tata pemerintahan dan
pembangunan kesejahteraan rakyat dan premis dasar inilah dalam pandangan
Fraksi Partai Gerindra sejatinya harus menjadi roh dan landasan dalam
merumuskan dan menetapkan kebijakan pemerintahan dan pembangunan ter-
masuk dalam menyusun peraturan perundangan dalam desa.

Selanjutnya regulasi tentang desa dalam sebuah perundangan juga tidak sekedar
regulasi yang hanya mengatur tata kelola pemerintahan desa semata. Regulasi
tentang desa harus menjadi landasan dan instrumen penguatan dan peningkatan
kese-jahteraan masyarakatdesa.Kesejahteraanmasyarakatdesaharus menjadi gool
utama dari regulasi ini yang dicapai melalui tata kelola pemerintahan desa. Menjadi
tidak berarti dan tidak urgen bila regulasi tentang desa hanya mengatur soal
pemerintahan desa, apalagi hanya mengatur soal elit desa saja. Selain itu, yang juga
tidak kalah pentingnya dengan menempatkan desa sebagai entitas subjek dari tata
pemerintahan dan pembangunan kesejahteraan, maka konsekuensi logis regulasi
tentang desa juga harus memposisikan masyarakat desa sebagai subjek dalam
konteks ini pandangan Fraksi Gerindra regulasi tentang desa harus mendorong
partisipasi masyarakat desa dalam tata kelola pemerintahan desa dan
pembangunan kesejahteraan dengan membuka ruang prakarsa yang berpijak pada
lokal aset yakni kelembagaan sosial yang sudah ada di desa.

Menteri Dalam Negeri, Gamawan F Fraksi Gerindra pada Raker 15 Mei desa
harus mendorong partisipasi kelola Pemerintahan desa dan pem dengan
membuka ruang prakarsa ya Lokal aset yang dimaksud adalah dah ada di
desa-desa. Di lain si demokratisasi.

426 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Urgensi lain disampaikan Sutor 2012, bahwa penting untuk ci-mempe


tizenship dalam kerangka republik den kan keragaman dan kearifan komun
bahan dari desa dilakukan dengan hanya menjalankan urusan-urusan si
dari Negara. Kepalamandorataudesajadihanype pemerintah. Sutoro
mencoba menaw itu menjadicivil villagesemacamatau desa sipil institusi
publik yang lebih bero ga. Levelnya tidak cukup hanya l juga memberikan
ruang bagi tumbu warga atau yang kita sebut denga di ranah desa.

b. Jenis Lembaga Kemasyarakatan

Harry Soeria selaku perwakilan nal dalam RDPU 10 Oktober 2012 m


Taruna adalah satu-satunya organ kan berkedudukan di desa. Di dal ekplisit
dinyatakan bahwa karang sial kemasyarakat yang berkedudu laskan tugas
pokok karang taruna

... Tugas pokok karang taruna yaitu secara bersama-sama dengan pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten kota dan ber-sama-sama masyarakat lainnya
menyelenggarakan pembinaan generasi muda dan kesejahteraan sosial. Fungsi
karang taruna mencegah timbulnya masalah kesejahteraan sosial khususnya bagi
generasi muda, menyelenggarakan kesejahteraan sosial meliputi rehabilitasi
perlindungan sosial jaminan sosial pem-
Desa 427
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

berdayaan sosial dan pendidikan dan pelatihan setiap anggota masyarakat


terutama generasi muda. Meningkatkan usaha eko-nomi produktif, menumbuhkan
memperkuat, dan memerlihara kesadaran dan tanggungjawab sosial generasi muda
untuk ber-peran secara aktif dalam menyelenggarakan kesejahteraan so-sial
menumbuhkan memperkuat dan memelihara kearifan lokal dan tegaknya Negara
Republik Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama, Ab mengatakan:

...Yang saya tegaskan adalah dari karang taruna tadi perlunya koordinasi antar
lembaga yang ada di desa, antara lain mung-kin antara kepala desa sebagai
leader-nya, BPD sebagai fungsi kontrolnya, karang taruna juga harus dilibatkan
di sana, lalu un-sur-unsur tokoh masyarakat desa, sehingga nantinya di desa itu
betul-betul secara demokratis dan bisa mempertanggungjawab-kan semua
program di desa yang ada.

Sutoro Eko dalam forum yang sam lembaga kemasyarakatan tidak cuk dan
PKK, sehingga perlu ada ruan tuk sendiri oleh warga.

. . . Lembaga kemasyarakatan, seperti karang taruna, PKK dan sebagainya, ini


penting tapi tidak cukup, ini perlu ada ruang itu organisasi-organisasi yang
dibentuk sendiri oleh warga atau oleh rakyat, itu kita harus ada diruang RUU
itu, misalnya, ada organisasi Petani, Difabel, Nelayan, Pedagang Kaki Lima, atau
apapun yang mereka bisa representasi terlibat dalam pengam-bilan keputusan
begitu ya, selama ini desa itu kan mengabaikan kelompok-kelompok ini, kalau
musrenbang ya meskipun hanya pantes-pantesan tapi juga ada proses
marginalisasi, organisasi perempuan juga perlu diwadahi begitu, saya kira
beberapa hal ini perlu untuk memperkuat kuasa rakyat dan kuasa desa pak,
terimakasih pak.
428 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Lembaga Kemasyarakatan untuk Ketahanan Sosial

Hermanto, SE, MM (Fraksi PKS) p 2012, dihadapan rombongan utusan


merintahan desa dari Kabupaten L kan bahwa:

DPR juga melihat seberapa jauh nilai-nilai kedesaan yang tum-buh berkembang
yang dihormati oleh warga desa sebagai suatu capital untuk membangun desa
itu. Kita memiliki modal sosial yang bagus, maka Insya Allah permasalahan
uang akan datang sendiri itu, misalnya dengan pengembangan desa wisata yang
bagus yang akan mendatangkan uang.
Prof. Dr. Sediono MP. Tjondrone RDPU 13 Juni 2012, menyampaikan
disamakan dengan modal sosial. I tanggaan yaitu inti dari adat ya

. . . Tadi kebetulan juga bagaimana desa itu terdiri atas ling-kungan-lingkungan


yang kecil-kecil. Dan ini penemuan desa di Jepang, mereka sebut waktu itu,
Tonarigomi. Itu yang melahir-kan sebenarnya, RT dan RW. Dan kita juga terus-
terang, kebetu-lan kami tesisnya di FISIP UI itu, mempelajari lingkungan mana yang
paling kecil. Dan seorang antropolog barat dulu pernah menciptakan atau
menemukan nama Sodalis. Sodalis itu kami teliti di Banyutowo dekat Kendal dan di
Sukabumi, sekarang dise-but social capital (modal sosial), dalam Bahasa Inggrisnya.
Jadi itu sebenarnya kalau dilihat, apa itu Sodalis? Adalah ketetang-gaan, berdekatan,
kekeluargaan juga ada, usaha bersama juga ada, dan punya mushola bersama, dan
sebagainya dan sebaga-inya. Jadi ketetanggaan itu adalah inti dari adat yang
menurut kami itu paling demokratis. Karena diskusinya bebas, dan rem-bukan dan
kompromi yang tercapai itu berdasarkan pertemuan dari segi Sodalis dalam satu
desa. Inilah yang boleh dikatakan
Desa 429
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

masih berlangsung. Kebetulan kami dengan Yayasan AKATIGA di Bandung turut


meneliti bagaimana modal bisa diberikan kepada desa. Sekarang program itu
namanya PNPM, pemberdayaan ma-syarakat. Dan itu yang aktif adalah lingkungan-
lingkungan yang kecil itu yang saya sebut Sodalis. Dan lingkungan itulah yang tadi
juga Pak Nurcholis sudah menyebut, yang menjadi dasar, boleh dikatakan, dari
demokrasi desa.

. . . Yang penting adalah membangun demokrasi berdasarkan adat yang ada di


pedesaan. Dan tanah jangan dilupakan, ber-banding dengan jumlah penduduk,
kalau kita masih mau swa-sembada pangan di masa depan.

d. Lembaga Kemasyarakatan untuk Partisipasi

Nursuhud, anggota DPR dari Fra Mei 2012 menyampaikan kepada pes
pernah menyampaikan kepada Mend pandangan fraksi-fraksi terhadap

. . . Kami sampaikan begini, hal-hal yang lain itu tidak terlalu rumit, tetapi yang
rumit nyaris tidak pernah kita kerjakan ada-lah bagaimana merumuskan
partisipasi masyarakat.

. . . Karena itu, partisipasi pemberdayaan rakyat bukan kesejah-teraan rakyat


karena kalau kesejahteraan itu aspeknya hanya ekonomis, kalau pemberdayaan
itu aspeknya kultural, juga as-pek politis. Itu artinya pemberdayaan harus
mencakup banyak hal.

Lembaga Kemasyarakatan Desa untuk Menggerakkan Ekonomi


Bersama

Dr. Dina Ariyanti (Pakar dari L menyampaikan pengorganisasian wa


430 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

tuk menyelesaikan permasalahanny melalui organisasi Kibbutz. Kibb tis


yang bersifat6 sukarela.

. . . Dan yang juga penting adalah bagaimana proses mereka mengintegrasi antara
berbagai macam latar belakang ras yang ada. Jadi disetiap keyboots [kibbutz, ed] ini
ada Arab, ada Jerman dan sebagainya. Jadi mereka ada proses yang secara continue
untuk melakukan integrasi. Ini yang menjadi satu keseluruhan sistem di keyboots
[kibbutz, ed], untuk menjadikan komunitas itu bisa mencapai kesejahteraan. Jadi
tidak hanya berbicara soal pendapatan yang naik, bagaimana meningkatkan
pendapatan, tapi juga bagaimana aspek pendidikan dasar, kesehatan, juga di-urus
oleh komunitas ini. Ini yang terjadi di Israel.

Di Brazil, lebih banyak intervensi pemerintah. Karena di Brazil ti-dak ada bentuk
komunitas seperti di Israel, tapi mereka hanya ada istilah rural, daerah pedesaan,
pertanian. Tapi tidak ada organi-sasi-organisasi yang namanya desa di Brazil. Tapi
yang membuat mereka bisa menyelesaikan permasalahannya adalah sekali lagi,
pengorganisasian. Pengorganisasian dari petani itu. Bagaimana mengorganisasi
dari tingkatan produksi kemudian memasarkan bersama, adanya badan usaha-
badan usaha yang dilakukan un-tuk menjawab permasalahan dari para petani. Dan
ada kelompok lain yang kalau kita bicara soal desa, kita permasalahan desa,
kesejahteraan, kita juga tidak lepas dari permasalahan tanah. Di Brazil, juga ada
Gerakan MST, kelompok petani yang tidak punya tanah. Nah ini permasalahan lain.
Tetapi satu yang menyamakan

Kibbutz berarti kelompok dalam bahasa Hebrew (bahasa di Israel). Orang-orang dalam komunitas
tersebut tinggal dan bekerjasama. Kerjasama dalam kibbutz tidak menggunakan dasar kompetitif.
Tujuan dari kibbutz adalah menghasilkan masyarakat mandiri secara ekonomi dan sosial dengan
menggunakan prinsip kepemilikan komunitas terhadap property, keadilan sosial, dan persamaan hak.
Salah satu gerakan komunitas ini di bidang pertanian.
Desa 431
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

mereka adalah, pengorganisasian. Bagaimana memanage komu-nitas bersama,


karena untuk kepentingan bersama. Ini yang sama diantara keduanya. Bagaimana
mengelola, menduduki tanah yang tidak tergarap, dan kemudian mengelolanya
secara bersama dan memasarkannya secara bersama.

Sebelum disepakati menjadi rum atas, sempat terjadi perubahan r perti


dalam tabel berikut.

RUU Inisiatif Pemerintah


RUU Tim Perumus

(3 Oktober 2013)

Pasal 77
Pasal 101
(1) Di desa dibentuk(1)DesalembdangaDesa Ad kemasyarakatan
dayagunakanengan lembag peraturan desa.baga kemasyarakatan ada dalam
rangka m tu menjalankan fun si pelayanan pemer pembangunan, dan p dayaan
masyarakat.

Lembaga kemasyarakatan(2)Lembaga kemasyar sebagaimana


dimaksudsebagaimana dimaks pada ayat (1) merupakanpadaayat (1) meru wadah
partisipasiwadahmasyapartisipasi-

rakat sebagai mitrakatdanpemesebagai- mi rintah desa


dalamrintahngkaDesa/Desa A pelayanan masyarakat, pembangunan dan pember-

dayaan masyarakat.

Hubungan kerja antara

lembaga kemasyarakatan dengan pemerintah desa bersifat konsultatif.


432 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Anggaran untuk kegiatan lembaga kemasyaraka-

tan bersumber dari iuran swadaya masyarakat, APB Desa, APBD dan sumber lain
yang sah dan tidak mengikat.

Pelaksanaan(5)programPelaksanaand prog kegiatan yang bersumberkegiatan yang


bers dari pemerintah,daripemerinPemerintah,- P tah daerah dan
tahlembagaDaerah dan lem non pemerintah pemerintahwajib wajib m
memberdayakan lembdayakanga dan mendaya kemasyarakatan
kyanglembagasud- kemasya ah ada di desa.tan yang sudah ada

Desa Adat.

Pasal 78
Pasal 102

Ketentuan lebih(1)lanjutLembagamengeKemasyar-
nai lembaga kemasyarakatanmempunyai tugas me
sebagaimana
dimaksudkan upayadalam pemberday
Pasal 77 diatur denganmasyarakat,peratuikut-
s
ran pemerintah. dalam perencanaan,

pelaksanaan pemban

dan peningkatan pe

masyarakat.

(2) Lembaga Kemasyar


sebagaimana dimaks

pada ayat (1) sepe

RW, PKK, LPM atau s

lain Karang Taruna,

bagainya.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 433
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

8.2.4 Tanggapan

Pentingnya pengelolaan kembali historis masyarakat lokal di Ind lokal yang


mengandung roh kecuku berlanjutan, terutama dalam meng penduduk.
Bentuknya antara lain kum adat yang mengatur masalah p sumberdaya,
hubungan sosial, dan aturan lokal itu dimaksudkan unt keberlanjutan
hubungan antar man manusia dengan 7 alam dan Tuhan.

Bias Pemerintahan Desa Dalam Pembentukan (Pengakuan) Lembaga


Kemasyarakatan

Sebagai mana disebutkan dalam a Kemasyarakatan Desa bertugas mel


syarakat Desa, ikut serta merenca bangunan, serta meningkatkan pe
Mengikuti pembahasan DPR, teruta Kemasyarakatan di atas bahwa di
Taruna, PKK, Posyandu, namun jug dibentuk sendiri oleh warga atau petani,
difabel, nelayan, pedagat dalam pengambilan keputusan.

Faktanya sudah ada8 (Badan/Lemba10.958BKM/ Keswadayaan


Masyarakat) yang mer
Ibid hal 8

Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, (????) Petunjuk Teknis
Penguatan Modal Sosial: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan,
434 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Ada pula organisasi rakyat, ger kader penggerak masyarakat desa, rupakan
hasil program ACCES teru Timur9Tahun. 2000-an Ford Foundatio forum
warga. Demikian pula commu diperkenalkan PATTIRO sejak 2007
YAPPIKA10menyebut dengan istilah Org (OMS). Kalangan lain menyebut de
syarakat(Community Based Organization), Kelompok Sw Masyarakat (KSM),
dan lain lain. syarakatan tersebut tidak selalu dan meningkatkan pelayanan
masya kan oleh pemerintah desa.

Kebiasaan Menerbitkan Kebijakan yang Membatasi Pembentukan


Lembaga Kemasyarakatan

Undang-Undang Desa initidak sec cara pembentukan dan pengakuan desa.


Pengalaman sebelumnya, pad tahun 2004, pengaturan Lembaga K lui rute
penyusunan peraturan me baru penerbitan peraturan desa u
kemasyarakatan. Perlu identi ika merintah daerah agar tidak memba
kemasyarakatan.

Sutoro Eko, dkk, (2014), Desa Membangun Indonesia, Yogyakarta: FPPD. Ba-gian Bab 2: Desa
Bertenaga Secara Sosial hal. 47 66.

YAPPIKA sejak tahun 2000 bergerak dalam bidang peningkatkan kapasitas orga-nisasi untuk
dapat mengawal proses transisi demokrasi di Indonesia.
Desa 435
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Belum Ada Batasan tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa

Lembaga kemasyarakatan belum me layah kedudukan, maupun batasan


organisisi yang bera iliasia deng dan ada pula organisasi yang ber
melakukan aktivitasnya di tingk Anak Cabang Nahdlatul Ulama deng
tingkat desa, atau Pimpinan Ran desa. Demikian juga terdapat LSM mun
bekerjaabupaten/kotaditingkatk. Hal ini las karena berkaitan dengan hak
dalam pengambilan keputusan di pengawasan kepada penyelenggaraa

Situasi terakhir yang berkaitan syarakatan dapat dilihat dari be

1) Lembaga Sosial KemasyarakatBrid-ging danLinking

Modal sosial ini juga bukan h untuk mempertahankan hubungan


kepercayaan) yang dibangun berd tas yang homogen (ikatan keaga
kemudian menjadi ekslusif. Moda dikembangkan agar terbuka deng
lainnya, sehingga tercipta keru gilirannya, modal sosial yang d ringkan
dengan modal sosial pa yang lebih luas dengan dunia l bangun kerjasama
yang kokoh den

436 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

lam penguatan kelembagaan sosia bangunan ekonomi, 11misalnya BUM

2)Lembaga. Sosial untuk Spirit Membangun Jika mempelajari


pembaharuanSaemaul

Undong di Korea, peran penting le desa adalah memompa spirit warg


Orientasi yang dibangun adalah lebih baik dan melepaskan diri naman
spirit itu disebarluaska ngat masif,pemimpinbaik olpemerintahan
pemimpin lembaga kemasyarakatan dalam GerakanSaemaulUndong adalah
bekerja percayaan dan12. kerjasama

3)Community Center Sebagai Lembaga Kema Sutoro Eko


mengkategorisasika ga kemasyarakatan, yaitu berda

(parochial institution); institusi asli (ind institusi


bentukan(corporatistinstitution)negara;dan in-stitusi
berbasiskan(civilinstitution)masyarakat.13Com-
munity Center yang sekarang ini ditemu umumnya difasilitasi olehCommu-
prog

Sutoroeko, (2013), Policy Paper: Membangun BUMDes yang Mandiri, Kokoh dan Berkelanjutan

Sooyoung Park, (2009)*Analysis Of Saemaul Undong: A Korean Rural Develop-ment Programme In


The 1970s,on Asia-Paciic Development Journal, Vol. 16, No. 2, December 2009, didowload dari
http://econpapers.repec.org/article/untjnapdj/v _3a16_3ay_3a2009_3ai_3a2_3ap_3a113-140.htm pada
3 Februari 2015.
Sutoroeko, (2014), Desa Membangun Indonesia, Forum PengembanganPemba-haruan Desa
(FPPD) halaman 55.
Desa 437
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

nity center ini pada beberapa desa da pengawas pemerintahan, sehingga


yang tidak harmonis antaracommu- pem nity center, karena peran LSM
sebagai tahan desa ini.

Dalam penguatan partisipasi, tas pemerintahancommunitycenterdesa,ini


dapat d kan lagi menjadi lembaga kemasy penyeleng-garaan pemerintahan
lindungi dan mensejahterakan ma

Peta Jalan (Roadmap) Desa Mandiri dan Peran Lembaga


Kemasyarakatan.

Dalam rangka pencapaian Desa ma stakeholders termasuk lembaga ke


Perubahan Desa menuju Desa mandi pak dari pemerintahan Desa, mel dan
stekeholderslu.adKanyarenaroadmappeit)au jalper menuju desa mandiri.
Adanya peta kejelasan peran dan spirit yang syakat melalui lembaga
kemasyara

8.3 Lembaga Adat Desa

8.3.1 Pengantar

Pada bagian ini, UU Desa menga Desa. Keberadaan lembaga tersebu


tersendiri dalam memberikan pera ngembangkan adat istiadat.
438 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

8.3.2 Pasal

Pasal 95

Pemerintah Desa dan masyarakat baga adat Desa.

Lembaga adat Desa sebagaimana rupakan lembaga yang menyelenggar dan


menjadi bagian dari susunan berkembang atas prakarsa masyarak

Lembaga adat Desa sebagaimana d gas membantu Pemerintah Desa dan


berdayakan, melestarikan, dan meng bagai wujud pengakuan terhadap ad

Penjelasan

Cukup jelas

8.3.3 Pembahasan di DPR

Dalam proses pembahasan di DPR yang cukup mendapatkan sorotan t pok


masyarakat adat. Persoalan l sinya dilawankan dengan pengatur kelindan
dengan konversi dana de satuan desa.

Dari standingawalpoint Pemerintah dalam Ra Mei 2012


memastikanaturanbahwalembagapengad kan pada pemerintah daerah.

....Pemerintah daerah dapat menetapkan berbagai kebijakan pemberdayaan,


pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan lembaga adat di wilayahnya
sebagai wujud pengakuan ter-hadap adat istiadat dan lembaga adat. Kebijakan
pemberdayaan, pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan lembaga adat
ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 439
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Kekhawatiran Pengaturan Desa Akan Merusak Lembaga Adat

Sebelum membahas pengaturan le ri pemikirin-pemikiran yang berk


Lembaga Adat. Ketua Lembaga Kera bau (LKAAM), M. Sayuti dt. Rj Pa kan
kekesalannya dalam Audiensi Juli 2012. LKAAM pada awalnya me karena
dapat merusak tatanan ada berikan opsi jika memang harus d DPR dengan
beberapa tawaran.

. . . Nagari di Minangkabau sebelumnya sudah istimewa Pak Ketua, dan otonomi


yang disebut oleh Tan Malaka dulu, dalam bukunya sebagai Negara kecil. Apa
karakternya? Pertama ada-lah sudah punya pemerintahan. Jadi sebelum ada
pemerintah ini, sudah ada pemerintahan yaitu ninik-mamak. Jadi kami-ka-mi yang
datang ini, itu yang menjadi pemimpin pemerintahan. Yang kedua, sudah punya
wilayah, yaitu ulayat. Ulayat kami ada di Minangkabau itu yang dijual tidak
dimakan beli, digadai tidak dimakan sando. Sekarang sudah banyak diperjualbelikan
oleh penguasa dan pengusaha, Pak Ketua. Ini yang kekuatiran kami. Kemudian yang
ketiga, sudah punya rakyat, yaitu anak keme-nakan. Kemudian sudah punya wilayah
bagian, yaitu suku dan kaum. Kemudian sudah punya hukum, yaitu hukum dan
undang

adat Minangkabau. Yang keenam, sudah punya polisi, sudah punya jaksa, sudah
punya hakim, sudah punya pengadilan adat, itu menurut Tan Malaka dan Moh.
Hatta dalam bukunya.

Lembaga Kerapatan Adat Alam M menyampaikan sikapnya kepada DPR

... Melakukan legislatif review terhadap Undang-undang No. 32 Tahun 2004


tentang Pemerintahan Daerah, khususnya Bab XI ten-tang Desa, Pasal 200-216
dan mencabut semua peraturan pelak-sanaannya.
440 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Dengan alasan dan usul perubahan

Penjelasan Pasal 18 Undang-kui desa di Jawa dan Bali, na dan marga di


Palembang, dan susunan asli dan dapat diang bersifat istimewa.

Pasal 18 B ayat (2) Undang-mengakui dan menghormati kesa rakat hukum


adat beserta hak-

Pasal 1 (12) Undang-undang kan bahwa desa yang disebut d nang untuk
mengatur dan mengu rakat setempat sesuai dengan setempat yang diakui
dan diho rintahan Negara Kesatuan Repu

Dalam Pasal 200-216 Undang 2004, Peraturan Pemerintah No Desa, dan


Permendagri No. 28 bentukan Penghapusan dan Pen perubahan status
desa menjadi rinci mengenai desa tersebut, harus ada, pimpinan serta ca
gannya dan penggunaan asas t dikenal masyarakat desa. Pen dengan asal-
usul dan adat-ist terjadi kon lik antar peratur

Bahwa dengan dilaksanakanny undangan mengenai Desa terse melalui


Perda Sumbar No. 2 ta da kabupaten se-Sumatera Bara
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 441
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Politika, berupa pemisahan an nagari pemerinterjahan,dikontelahik tho


tara pimpinan nagari adat den Terutama mengenai penguasaan, nempatan
aset dan pendapatan

Bahwa berdasarkan alasan d Minangkabau, menolak pembent tentang


Desa, juga mohon penc 2005.

Apabila Rancangan Undang-un has juga antara DPR dengan Pr kembali agar
namanya diganti Pemerintahan Terendah, atau P

Kami, masyarakat Minangkabau m naan Bab XI Undang-undang No. 4


hanaan RUU Desa menjadi beberapa ma asas hukum sebagai berikut:

i.1 Judul Bab XI Undang-undang dengan Pemerintahan Terendah depan.

i.2 Nagari di Minangkabau atau istimewa.

i.3 Nagari di Minangkabau berb syarak basandi Kitabullah, sy kai, alam


takambang jadi guru i.4 Nagari adat dan pimpinanny rintahan Republik
Indonesia t

Provinsi Sumatera Barat.

i.5 Hukum adat Minangkabau din khusus.


442 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

i.6 Pemerintahan nagari dilaks adat, di masing-masing nagari baik


mengenai lembaga, person lihan dan kewenangannya tanpa undang-
undang dan peraturan p suk Perda provinsi dan Perda

Anggota Komisi III Fraksi14 Part memberikan tanggapan yang menco ri dan
jorong yang ada dibawahny (dana desa yang mungkin akan dip

... Saya kembali ke nusantara lagi, tadi saya di nagari sebagai penghulu. Dalam hal
ini memang ada pepatah Minang, padi se-rumpun dibagi duo, adek salingga nagari.
Maksudnya itu, nagari itu tidak dipertaruhkan karena uang, karena ada anggaran.
Na-gari adalah nagari. Dengan segala keistimewaannya. Di jorong, tidak ada
Kerapatan Adat Jorong, yang ada Kerapatan Adat Na-gari. Oleh karena itu, tadi
disampaikan oleh Ketua LKAAM, Pak Datuk, bahwa yang kita minta diistimewakan
itu salah satunya adalah bahwa nagari itu yang membawahi beberapa jorong,
didalam kue pembangunan yang akan diberikan, hendaknya juga
mempertimbangkan untuk tidak persis sama dengan desa. Artinya nagari tetap
merupakan nagari yang dianggap sebagai

14
Nudirman Munir menyatakan pendapat. Pimpinan rapat, sebelumnya member-ikan pengantar:
Pak Nudirman, ini bukan anggota Pansus, tapi anggota DPR, bukan pengurus LKAAM tapi
adalah anggota kehormatan. Jadi Pak Ganjar, ini anggota DPR yang LKAAM Pak. Silakan Pak
Nudirman. Nudirman kemudian memperkenalkan diri: Saya dari Komisi III intervensi masuk,
tapi bukan ma-suk karena komisinya, tapi karena masuk karena penghulunya. Tadi saya serba
salah duduk di situ, saya penghulu, saya duduk di sini, saya anggota DPR. Tapi akhirnya saya
pilih duduk di sini biar dua-duanya terpenuhi..... kebetulan saya penghulu dari Kaum Suku Koto,
di Kabupaten Agam. Gelar saya Datuk Pangli-ma Bandaro

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa


443
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

desa, dari sudut formalitas kita berbangsa dan bernegara. Tetapi dari sudut
kepentingan adat, kepentingan komunitas masyara-kat hukum adat di
Minangkabau, maka nagari yang dikedepan-kan. Dan jumlah bantuan tidak bisa
sama dengan yang diberikan kepada desa. Dengan pertimbangan bahwa nagari
dulu hanya sekedar tumbal saja. Undang-undang Pemerintahan Daerah, Un-dang-
undang No. 5 Tahun 1974, adalah pembusukan terhadap nagari di
Minangkabau.Nah ini jangan sampai terjadi lagi. Kalau kita arahkan kepada
jorong, maka yang terjadi adalah pembusuk-an terhadap nagari. Sehingga peran
ninik-mamak, peran alim-ulama cerdik pandai, menjadi terdegradasi. Karena itu,
peran ini jangan sampai dilupakan, karena ini adalah sangat penting. Re-vitalisasi
ninik-mamak adalah merupakan hal yang mutlak.

Ketua LKAAM memberikan respon ke disampaikan tersebut.

. . . Bahkan kami diancam, kalau sekiranya nanti desa itu sta-tusnya dapat,
misalnya kita kue-kue ini, di desa di Jawa dapat sekian, 1 desa Rp 1 miliar, di desa,
Jawa, begitu banyak, Aceh dan Lampung, atau Pekanbaru, Riau. Lalu Sumatera
Barat hanya 543. Terus-terang Pak, seperti yang disampaikan oleh Pak Nudir-man
Munir tadi, kami di Sumatera Barat, tidak segala-galanya uang, Pak. Kami harga
diri, dan kultur adat yang hidup itu. Kare-na kenapa kami sampaikan itu Pak Ibnu?
Dari awal sudah saya katakan, jangan ada terlintas di benak orang Indonesia
bahwa Sumatera Barat mau buat merdekakah, mau khusus, tidak ada. Membuat
Republik Indonesia ini kita tidak bisa memungkiri sejarah. Buka Lembar Negara
Badan Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia, itu 9 dari Panitia Persiapan
Kemerdekaan, itu 4 orang, orang Minang. Tidak mungkinlah orang Minang itu
minta merdeka, yang memerdekakan Republik ini orang Minang. Hanya kami hanya
minta supaya diberi khusus. Alternatifnya khususnya 2 saja, pertama, hitunglah cost
yang akan dibantu itu, per penduduk, itu alternatif pertama. Berapa Jawa misalnya
444 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

1 penduduk itu dapat Rp 1 juta, kalau 1000 dapat Rp 1 miliar. Kalau penduduk
kami sejuta, maka dapatlah sekian. Tidak usah dipermasalahkan nagari
dengan jorong itu. Atau apa yang di-katakan Pak Nudirman Munir tadi,
diberikan karena Sumatera Barat itu karena khusus hanya 543 nagari, kalau
didesa misal-nya dapat Rp 1 miliar, makaSumatera Barat itu 10 kali lipat. Kan
tidak apa-apa. Kalau 1 nagari itu Rp 10 miliar, di desa dapat Rp 1 miliar. Ini
yang .. jadi jangan diancam-ancam kami, Kalau tidak mau nanti sedikit
bantuan, tidak ada itu. Kami tidak ada urusan dengan uang-uang itu.

. . . Lebih memahami lagi, bagaimana menghidupkan adat, aga-ma kita ke depan,


begitu, di nusantara ini, begitu. Kita kembali-kan etika bangsa ini sebagai bangsa
yang beretika dan bermoral. Jadi itu yang tadi disampaikan oleh Pak Hermanto,
tidak perlu kita dulu membicarakan masalah kalau seperti ini, seperti ini. Apakah
sudah ada jaminan bahwa setiap desa itu Rp 1 miliar? Ini isu keluar sudah ada ini
Pak Muqowam, sampai kami. Saya tanya langsung kepada Pak Gamawan, tidak
ada katanya.

Yang diminta LKAAM adalah pengak

. . . Hanya mengakui nagari. Jadi berlaku disitu adat Minangka-bau syarak


Minangkabau, kemudian mengatur ninik-mamaknya, masalah hukum adatnya,
ulayatnya, sako pusakonya. Itu saja. Jadi sehingga dia mempunyai otonom di nagari
masing-masing itu. Sehingga kalau dia sudah punya otonom, uang bisa dicari, Pak.
Bisa dicari bersama-sama, begitu. Tidak sulit mencari uang itu. Itu kira-kira yang
perlu kami sampaikan kepada Bapak. ....

Hasan Basritokoh dari Lembaga nangkabau (LKAAM) memberikan kla nan


jorong menjadi desa, yang se

.... Bapak-Bapak anggota Dewan yang terhormat, tolong dilihat kembali


Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 25 Janua-
tentang Desa 445
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

ri 1977. Disini sudah mengenai jorong itu sudah menjadi desa, sebanyak 3.516. Jadi
tidak perlu Bapak-Bapak kuatir, karena ini sudah mulai oleh Pemerintah Pusat, oleh
eksekutif. Sekarang yang saya lihat, ini berputar-putar, sudah sebegini, dialihkan
lagi. Ini sama saja dengan Undang-undang Desa ini, dulu Undang-un-dang No. 5
Tahun 1979 ini mengenai desa sudah dikeluarkan juga, di waktu Orde Lama.
Sehingga ini tetap berjalan, waktu undang-undang itu, nagari dialihkan
kepemimpinannya ke Ke-tua Kerapatan Adat. Jadi ini berjalan. Yang tidak berjalan
setelah 2000 belakangan. Nah mengapa diurak-arik begini? Saya tidak mengertilah
Pemerintahan pusat menjalankan pemikirannya. Mengapa hal ini kami sampaikan
kepada Bapak-bapak yang ter-hormat? Nagari ini sebetulnya sudah otonomi, dari
dahulu. Dari jaman per Patih Nusabatang, dengan Datuk Ketemanggungan. Dua
pakar adat di Minangkabau yang meletakkan sendi-sendi adat, demokrasinya sudah
ada, Bapak-Bapak sekalian. Demo-krasi yang beraja ke mufakat. Ketemanggungan
demokrasi yang meraja ke daulat. Dan untuk Bapak-Bapak ketahui, di Minangka-
bau itu sudah dulu di nagari itu demokrasi, daripada Eropa. Ero-pa baru setelah
Revolusi Perancis. Tapi di Minangkabau, nagari ini sudah didudukkan berdemokrasi.
Duduk sama rendah, tegak sama tinggi. Basilang kayu dalam tungku, disenan api
makonyo kaiduik.

Anggota Fraksi Partai Demokrat, kan tanggapan yang menyetujui un


pemerintahan paling rendah di ba

. . . Lebih baik judul ini diarahkan kepada sistem pemerintahan yang paling
ujung, sehingga secara nyata tidak akan bertabra-kan dengan nilai nagari.

. . . Nah agar ini (nagari) tetap eksis, tidak ditabrak oleh nilai-nilai yang akan kita
buat ini, memang perlu ada satu tata aturan yang memberikan kepastian bahwa
komunitas ini bisa berkem-bang secara independen. Dan ini kita geser menjadi
Undang-un-
446 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

dang yang mengatur sistem pembangunan di daerah, sehingga apa yang


menjadi bagian tanggung jawab dari komunitas ma-syarakat pengelola adat ini
tidak bertabrakan dengan undang-undang ini.

. . . saya mencoba memberikan satu alternatif ya, yang pada dasarnya saya
tidak berkeinginan agar nagari itu hilang. Justru saya berkeinginan nagari tetap
eksis sebagai satu lembaga. Dan ini juga merupakan satu lembaga yang kita
terima, bagaimana nanti berjalan beriringan. Ini yang saya katakan, satu
ditawar-kan, tapi orang Minang dapat dua.

Drs. H. Ibnu Munzir dari Fraksi hal serupa dengan bahasa yang be

. . . Tetapi prinsip dasarnya saya kira, apapun namanya, yang di-sebut sebagai
Bhinneka Tunggal Ika itu tidak boleh kita na ikan. Apa yang ada secara adat,
dan itu hidup di Negara kita, itu tidak boleh kita na ikan. Kita harus akomodasi
itu, tetapi mencari ru-musannya secara baik.

Kata penutup Datuk Sayuti meny Undang Undang ini terhadap adat.

. . . kembalikan sirih ke gagangnya, pinang ke tampuknya, dan kembalikan nagari


secara utuh dalam Undang-undang Desa itu.

b. Menuju Titik Kompromi

Dalam Audiensi dengan Pansus D lah satu tokoh Bundo Kanduang, P


nawarkan gagasan baru untuk ide jorong dan nagari.

. . . bahwa nagari memang tidak sama dengan desa. Nagari me-rupakan kesatuan
adat yang mempunyai wilayah, ulayat tersen-
Desa 447
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

diri, punya rakyat, anak kemenakan, punya struktur pemerin-tahan secara adat,
dan menganut sistem kekerabatan matrili-neal yang menempatkan kedudukan,
peranan perempuan setara dengan kedudukan dan peranan laki-laki. Jadi
kesetaraan bagi orang Minang sudah selesai. Jadi dalam hal ini saya juga menge-
mukakan, kalau ada tuntutan undang-undang kesetaraan gen-der, kami dari
Sumatera Barat, menolak. Atau perlu belajar juga ke Sumatera Barat mengenai
bagaimana kesetaraan laki-laki dengan perempuan dalam konsep seimbang dan
berimbang.

Kemudian yang berikutnya, nagari di Minangkabau itu merupa-kan genealogis.


Terdiri dari minimal 4 suku atau juga 5 suku. Dan kalau kita lihat secara adat,
setiap nagari itu ada 7 batu sampai 8 batu atau 9 batu, artinya bisa dari jorong.
Jadi seperti yang dikemukakan Bapak Ketua LKAAM tadi, barangkali nanti untuk
tidak merusak tatanan adat didalam nagari, dalam berupa se-perti yang
dikemukakan Pak Hermanto, yang kata Pak Sayuti itu semacam ancaman sehingga
nanti Sumatera Barat tidak akan berkembang, barangkali pertimbangan itu, nagari
itu diakui, ka-lau membantu sama dengan 9 desa. Itu yang tertinggi. Jadi kalau kita
simak, dari nagari itu paling tinggi itu 9 jorong, banyaknya. Jadi itu salah satu
solusinya. Jadi bantuan tetap per nagari, tapi hitungannya dalam 9 kali 1 desa,
begitu...

Ide formulasi tersebut ditangkap MM, yang mengkon irmasi lagi pad

... sangat menarik ini usulan dari Bundo Kanduang, terkait de-ngan persoalan,
tadi saya agak remang-remang mendengarnya ya, saya ingin dipertegas saja
betul apa tidak. Per nagari berba-sis 9 desa? Oh 9 jorong? Nah, jadi begini,
kalau kita lihat fakta di lapangan, ada satu nagari jumlah jorongnya itu kalau
tidak salah 23 jorong, ada 28? Ya ini nanti tolong dipikirkan oleh ninik-mamak,
kalau ini konsepnya yang mau diperjuangkan, tolong nanti di daerah itu ada
satu nagari itu 28 jorong. Bagaimana? Ada, ada, tolong dicek saja nanti...
448 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Prof. Robert. MZ. Lawang, pakar dalam RDPU 13 Juni 2012


standingmenyampa point negara atas eksistensi desa.

Masalahnya terletak pada eksistensi desa yang tidak permanen dalam NKRI, dalam
perkembangan masyarakat global. Satu, Un-dang-undang Dasar 1945 memberi
pengakuan dan penghorma-tan secara bersyarat. Jadi bukan absolut, bersyarat,
terhadap ke-satuan masyarakat hukum adat dan hak-hak tradisionalnya. Di-situ ada
kata-kata sepanjang masih hidup, kalau tidak hidup ya hilang. Sesuai dengan
perkembangan masyarakat, kalau tidak berkembang ya hilang. sesuai dengan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, kalau tidak, ya hilang. Jadi
eksistensinya pe-nuh dengan syarat-syarat yang datang dari luar. Bukan datang dari
masyarakat adat itu sendiri. Memang Undang-undang Dasar 1945 tidak menyebut
masyarakat hukum adat ini sebagai desa. Tetapi, dimana letaknya desa, kalau tidak
terkait dengan masya-rakat hukum adat? Dalam konsep masyarakat hukum adat,
pasti ada desa sebagai sistem pemerintahan.

. . . Jadi pada suatu saat, dalam satu perkembangan evolusi, akan tidak ada lagi
desa, dan hanya ada kota di Indonesia. Jadi seperti yang dikatakan oleh Prof.
Tjondro kita tadi, Negara kita ini akan kehilangan basis dasarnya, yaitu desa.

Kalau kita mencermati desa-desa di Indonesia yang berada di-tengah-tengah


kawasan hutan adat, maka Undang-undang No. 41 Tahun 1999 sebagian besar
sumber daya alam sudah tidak berada dalam otoritas hukum adat itu sendiri.
Bagaimana bisa hidup? Kesatuan masyarakat hukumnya diakui oleh Negara, te-
tapi sumber daya alam diambil Negara menjadi miliknya. Den-gan cara begini,
desa pasti mati.

H. Darizal Basir dari Fraksi P 13 Juni 2012 menyampaikan pertan


kemungkinan membentuk lembaga pe
Desa 449
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

yang mungkin kita kenal dengan d kan entitas komunitas adat yang akan
menghindarkan dari potensi lembaga adat selama ini.

Saya mencoba memahami konsep yang ada ini. Sepertinya Pe-merintah ingin
membuat satu sistem pemerintahan terkecil pada tingkat desa di seluruh wilayah
nusantara kita ini, dimana fung-si dan peranan itu ditempatkan di atas komunitas
masyarakat yang ada. Saya mengambil perbandingan katakanlah di Sumate-ra
Barat, ada nagari, kemudian ada sistem pemerintahan. Fungsi ini ditumpangkan di
atas nagari. Sehingga timbullah suatu ke-rancuan. Kerancuan yang muncul ya,
tumpang tindihnya atas sistem pemerintahan dengan hak-hak adat yang
berkembang secara tradisional dan turun-menurun. Itu lama-lama bisa jadi hilang.
Yang pasti saja ya, dengan aturan seorang kepala desa, seorang wali nagari,
katakan, dipilih dengan persyaratan formal, maka pejabat-pejabat informal kita,
para pemimpin-pemimpin karismatik kita itu semakin tersisih, semakin tidak
muncul. Nah saya mencoba menanyakan kepada Bapak dan Ibu narasumber,
bagaimana kalau RUU ini kita tempatkan secara berdiri sendiri, tidak ditumpangkan
dalam fungsi komunitas masyarakat yang ada? Artinya apa? RUU ini memang
mengatur suatu sistem pe-merintahan terdepan, tetapi dia merupakan satu lembaga
yang berdiri sendiri diluar komunitas masyarakat. Jadi nanti akan ada lembaga
pemerintahan paling depan yang mungkin kita kenal dengan desa tadi. Disamping
itu, ada komunitas masyarakat yang mempertahankan hak tradisionalnya. Jadi
kalau di Sumatera Ba-rat ada nagari, yang mungkin nanti dipimpin oleh wali nagari,
mengatur sistem adat dan budaya, sedangkan sistem pemerin-tahan ini tentu
mengatur yang intinya masalah pembangunan dan pemerintahan. Ini dua masalah
yang coba saya lemparkan, bagaimana menurut sudut pandang Bapak, para
narasumber.

450 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Pertanyaan tersebut ditanggapi kar) yang mengemukakan teori rek ra atas


sebuah komunitas adat ya kegiatan - kegiatan yang bisa yait tahan. Dia juga
memberikancommunedi Perancconto sebelum diintegrasikan di dalam
pengaturan yang terpisah (antara hal itu potensial mengalami kon

Apakah mungkin dibuat suatu bentuk undang-undang yaitu ada satu satuan
pemerintahan yang formal, kemudian juga ada satu pengakuan satu komunitas-
komunitas adat. Bapak memberikan satu contoh, yaitu nagari, bagus sekali. Ini
krusial, menurut saya, dari disiplin Ilmu Administrasi Negara. Karena apa? Karena
itu kalau itu diakomodasi dalam satu legalitas formal, itu akan ada tabrakan
kepentingan. Ini adalah pengalaman yang barangkali mungkin secara detail
barangkali ada suatu penelitian, tetapi dari bacaan saya yang tidak begitu
mendetail adalah kon lik an-tara desa adat dan desa dinas di Bali. Yang sampai
sekarang itu tidak pernah selesai, dari sisi kepentingan-kepentingan kesejah-teraan
masyarakat dan kepentingan Negara. Oleh karena itu tadi dalam makalah saya,
saya mengusulkan adanya satu kompromi, yang tadi saya menunjuk satu contoh
yang sudah ada, yaitu com-mune, commune di Perancis, atau dalam skala besar
adalah state di Amerika. Koloni, dulunya itu adalah koloni, Pak. Yang sekarang
menjadi state-state, United States itu dulunya koloni. Pada model commune atau
koloni di Amerika atau commune di Perancis. Itu adalah modelnya adalah dengan
satu teori yang disebut dengan teori Recognisi. Recognisi itu adalah pengakuan
Negara atas se-buah komunitas adat yang sudah menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan yang bisa dianggap, yaitu penyelenggaraan Pemerinta-han. tadi saya
ambilkan contoh, di dalam commune di Perancis, sebelum itu diintegrasikan di
dalam Negara, itu seperti nagari, Pak. Mengurus kesehatan dibawah gereja, waktu
itu, kalau di Su-
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 451
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

matera dibawah Tiga tungku sajarangan, jadi alim ulama,


kepa-la adat dan para andiko, ya panghulu andiko dan lain-lain
itu. Itu secara empirik komunitas itu menyelenggarakan urusan-
urusan Pemerintahan yang kongkrit.

Commune waktu itu menyelenggarakan kesehatan. Tapi bukan


pemerintah, mereka sendiri. Ya kemudian mengatur pertanian.
Mereka sendiri Pak. Kemudian juga mengatur keamanan ling-
kungan, mereka sendiri, bukan Negara yang mengurus. Kemu-
dian juga mengurus pendidikan gereja, waktu itu ya, mereka
sen-diri. Nah kemudian Negara datang, dengan teori yang
disebut dengan teori recognisi, namanya. Dalam prakteknya,
oke, com-mune A katakan begitu, silakan itu terus, dan Negara
mengakui itu adalah urusan kamu. Nah itulah apa yang
namanya teori recognisi.

Nah kemudian, bersamaan dengan perjalanan dan pertumbuhan


masyarakat, karena makin dinamis dan maju, maka ada kebutu-
han-kebutuhan lain di luar yang mereka sudah selenggarakan itu,
maka ada teori baru yang disebut dengan namanya teori de-
sentralisasi. Jadi ketika yang mereka selenggarakan itu mungkin
hanya 3 urusan, yaitu kesehatan, pendidikan, mungkin waktu itu
hanya pendidikan untuk anak-anak kecil, Sekolah minggu pagi,
gereja itu ya, kemudian pertanian, ternyata ada kebutuhan juga
untuk mengurus masalah pertanian, maka Negara masuk de-ngan
teori yang namanya adalah desentralisasi, yaitu penyera-han
urusan yang semula miliknya Pemerintah pusat, diberikan kepada
commune tersebut dan itu disertai dengan dananya. Nah itulah, itu
yang didalam disiplin ilmu saya, itu yang paling mung-kin,
sehingga tidak ada benturan antara komunitas yang sudah berdiri
dengan kepentingan Negara.

Nah, ada teori baru kemudian, namanya adalah asas tugas


pembantuan. Tugas pembantuan itu adalah satu tugas dari se-
buah kewenangan Pemerintahan atasan yang ditugaskan untuk
pelaksanaan teknis. Jadi regulasinya itu ada di kabupaten, kota,
452 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

provinsi, pusat. Tapi kemudian secara teknis, itu hanya disuruh melaksanakan,
itu namanya tugas pembantuan. Tapi kalau de-sentralisasi itu memang
urusannya itu diserahkan kepada com-mune tersebut. Tapi kalau pengaturannya
menjadi terpisah, itu agak dalam disiplin ilmu kami, itu akan mengalami kon lik
dan tidak produktif. Karena di dalam ilmu administrasi Negara, yang namanya
tugas untuk pemberdayaan masyarakat itu harus di-lakukan oleh satuan-satuan
Pemerintahan yang profesional. Bahwa satuan-satuan profesional itu diambil
dari satu komuni-tas-komunitas yang sudah berjalan, itu oke. Tetapi harus ada
satu tugas dan tanggung jawab dari satuan-satuan yang professional. Itu baru
yang namanya tugas-tugas pemberdayaan masyarakat itu baru bisa berjalan.

. . . Model pertama adalah desa sebagai komunite yang dikont-rol oleh Negara,
itu sekarang, dan RUU seperti itu. Pilihan ke-dua, ubah saja semua desa menjadi
UPT kecamatan, dan saya tidak setuju. Dan yang ketiga itu setuju, dan saya
setuju kalau modelnya itu adalah model recognisi terhadap komunitas, tetapi
masuk dalam sistem Negara. Setuju, 100% setuju. Karena itulah yang
sebenarnya menjadi tulang punggung, memberikan satu yang bisa menjadi
agen.

Pengaturan Lembaga Adat

Menjelang penetapan UU Desa ini 2013, Mendagri Gamawan Fauzi men


pengaturan kelembagaan adat di p

... Ada yang meminta supaya jangan rusak satu kesatuan masya-rakat hukum
adat di daerah, seperti Bali. Kan tidak enak kalau Badung berbeda dengan yang
lain, apa ini tidak dengan Perda Provinsi maksud saya, kalau disini kan
kabupaten/kota

... Susunan kelembagaan, pengisian jabatan dan masa jabatan kepala desa adat
berdasarkan hukum adat, ditetapkan dalam
Desa 453
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Ini diminta menjadi provin-si. Begitu?

Ketua Rapat, Pak Muqowam dalam pali:

Pengertiannya tidak seperti itu, bahwa ini adalah eksklusif me-ngenai desa adat
ini diatur dengan peraturan daerah provinsi, itu saja, eksepsinya disitu,
eksklusifnya disitu Pak.

Wakil Ketua Rapat, Budiman Sud mencoba menyodorkan fakta bahwa adat
memiliki skala adat tingkat di provinsi. Mungkin untuk Bali, Provinsi sudah
cukup menjelaskan untuk beberapa provinsi yang lai kat kabupaten
misalnya di NTT. A kabupaten yang lain bisa mempuny dahal satu provinsi
yang sama. S pengaturan di tingkat kabupaten/

Menanggapi hal itu Mendagri, G kan penjelasanKalaupun dibuat


mengatur di dalam perbedaan-perb tetapi induknya dibuat provinsi di
dalam provinsi silakan dalam-daan itu tapi harus ada, ini sek di dalam satu
provinsi yanglikebe payung itu.

Akhirnya Ketua Rapat, A. Muqowa

Baik, jadi lebih baik diatur daripada kemudian ada kekosongan pada tingkat
regional provinsi. Jadi Pasal 108 itu adalah mahfum
454 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

mukhalaf, pemahamannya adalah nanti dalam peraturan dae-rah juga boleh


ada kepelbagai heterogitas sesuai adat masing-masing tetapi bahwa bagi
daerah provinsi yang memang itu uni-form dan homogen, itu dijadikan sebagai
landasan hukum. Itu ya? Bapak sekalian, Pak Menteri? Teman-teman sekalian
setuju ya? (RAPAT: SETUJU)

d. Pengadilan Desa Tidak Disetujui

Sedangkan mengenai usulan DPD seperti pengadilan desa, DPD dala sulkan
untuk menjadi bahan kajia

. . . Terkait dengan proses tersebut, kami juga memang harus menyesalkan langkah
tersebut, karena sesuai dengan Keputusan tanggal 23 Oktober 2013, usulan sesuai
DIM DPD tentang per-lunya pengaturan yang memberikan kewenangan kepada lem-
baga kemasyarakatan yang disebut Polmas atau nama lain, diakomodir untuk
menyelesaikan pertikaian antarwarga. Kewe-nangan komunitas tersebut, dimulai
dari berbagai kewenangan pembinaan ketertiban dan ketentraman atau tindakan
preventif oleh desa, atau kewenangan penyelesaian sengketa masyarakat, oleh
kepala desa yang merupakan perangkat birokrasi. Penga-turan tersebut
dimaksudkan agar permasalahan pelanggaran hukum serba ringan, terutama yang
melibatkan warga, dapat diselesaikan pada level komunitas, dan dan bukan pada
birokra-si, apakah Polri atau pemerintahan desa.

8.3.4 Tanggapan

Satuan-satuan Budaya yang Ada Harus Segera Memilih.

Muncul kekhawatiran adanya komu nimbulkan pertentangan dengan de


diberikan dua alternatif ruang y
Desa 455
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

atau tetap menjadi kelembagaan a desa adat hanya memiliki waktu y


menjadi kelembagaan adat menungg datkan dalam Peraturan Daerah Pr
Kabupaten/Kota.

b. Siapa Penentu Arah Tranformasi Budaya Di Desa?

Hak satuan masyarakat adat unt nilai budaya berada pada kelemba
kemasyarakatan lainnya. Jika seb daya berada pada pemimpin satuan
pemerintahan desa berpotensi be tranformasi budaya setempat. Kar aturan
yang memberikan kepastian berkembang secara independen.

Situasi Terakhir

Berdasarkan pasal 153 UU Desa rakatan dan lembaga adat Desa di


berdasarkan pedoman yang ditetap teri. Namun saat ini Menteri ter turan
tersebut.

8.4 Ketentuan Khusus Desa Adat

8.4.1 Pengantar

Dalam UU Desa ini, pengaturan pat di Bab XIII, yang terentang


456 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Secara keseluruhan, Bab Desa Ada ayat, yang dibagi ke dalam empat
adalah:

Bagian Kesatu
:
Penataan Desa
Bagian Kedua
:
Kewenangan Desa
Bagian
Ketiga
:
Pemerintahan D
Bagian
Keempat
:
Peraturan Desa
Untuk memudahkan dalam pemerik struktur anotasi atas UU Desa me an
dalam UU Desa tersebut, denga gan maksud agar klasi ikasi pemb pembaca.
Struktur anotasi yang d Desa Adat; (2) Kewenangan Desa A Adat dan; (4)
Peraturan Desa Ada

8.4.2 Penataan Desa Adat 8.4.2.1 Pengantar

Pada bagian ini akan menjelask tata cara penataan desa adat. Se Desa tidak
menjadidariBabbagianXIIIdalammelainkBab yang diatur melalui Pasal 6
ayat

Bahasan ini akan menguraikan te tukan, penggabunganadatdan


desaperubahan st desa (administratif) dapat diuba dapat diubah menjadi
desa adat, jadi Desa (administratif), dan d kelurahan. Materi yang dibahasl
p 96 sampai dengan 192.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 457
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

8.4.2.2 Pasal

Pasal 96

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provi Kabupaten/Kota melakukan penataan k


adat dan ditetapkan menjadi Desa Ad

Penjelasan

Penetapan kesatuan masyarakat hukum adat dan Desa Adat yang sudah ada saat ini
menjadi Desa Adat hanya dilakukan untuk 1 (satu) kali.
Pasal 97

Penetapan Desa Adat sebagaiman memenuhi syarat:

kesatuan masyarakat hukum ada nya secara nyata masih hidup, b genealogis,
maupun yang bersifa

kesatuan masyarakat hukum ada nya dipandang sesuai dengan per dan

kesatuan masyarakat hukum ada nya sesuai dengan prinsip Negar nesia.

Kesatuan masyarakat hukum adat yang masih hidup


sudsebagaimpadaanaytdima(1) harus memiliki wilayah dan paling atau gabungan
unsur adanya:

masyarakat yang warganya memi lam kelompok;

pranata pemerintahan adat;

harta kekayaan dan/atau benda

perangkat norma hukum adat

Kesatuan masyarakat hukum adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1 dengan


perkembangan masyarakat ap
458 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

keberadaannya telah diakui be yang berlaku sebagai pencermina yang dianggap


ideal dalam masya dang-undang yang bersifat umum ral; dan

substansi hak tradisional ter oleh warga kesatuan masyarakat masyarakat yang
lebih luas serta hak asasi manusia.

Suatu kesatuan masyarakat huku nalnya sebagaimana dimaksud pada dengan


prinsip Negara Kesatuan Re kesatuan masyarakat hukum adat te keberadaan
Negara Kesatuan Republ buah kesatuan politik dan kesatua

tidak mengancam kedaulatan da tuan Republik lndonesia; dan

substansi norma hukum adatnya tangan dengan ketentuan peratura

Penjelasan

Ketentuan ini sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi, yaitu:

Putusan Nomor 010/PUU-l/2003 perihal Pengujian Undang-Un-dang Nomor 11


Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999
tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten
Rokan Hilir, Kabu-paten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten
Kuantan Singingi, dan Kota Batam;

Putusan Nomor 31/PUU-V/2007 perihal Pengujian Undang-Un-dang Nomor 31


Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Tual Di Provinsi Maluku;

Putusan Nomor 6/PUU-Vl/2008 perihal Pengujian Undang-Un-dang Nomor 51


Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali, dan
KabupatenBanggai Kepulauan; dan

Putusan Nomor 35/PUUX/2012 tentang Pengujian Undang-Un-dang Nomor 41


Tahun 1999 tentang Kehutanan.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 459
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Pasal 98

Desa Adat ditetapkan dengan Pe Kota.

Pembentukan Desa Adat setelah p mana dimaksud pada ayat (1) dilak kan faktor
penyelenggaraan Pemeri Pembangunan Desa, pembinaan kema pemberdayaan
masyarakat Desa, dan kung.

Penjelasan

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan penetapan Desa Adat adalah penetapan untuk pertama
kalinya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 99

Penggabungan Desa Adat dapat d kesepakatan antar-Desa Adat.

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kot penggabungan Desa Adat sebagaiman

Penjelasan

Cukup jelas.

Pasal 100

(1) Status Desa dapat diubah menja diubah menjadi Desa Adat, Desa Ada dan
Desa Adat dapat diubah menja prakarsa masyarakat yang bersangk Desa dan
disetujui oleh Pemerinta
460 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

(2) Dalam hal Desa diubah menjadi ralih status menjadi kekayaan Des berubah
menjadi Desa Adat, kekaya menjadi kekayaan Desa Adat, dala menjadi Desa,
kekayaan Desa Adat kayaan Desa, dan dalam hal Desa A rahan, kekayaan Desa
Adat berali Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Penjelasan

Ayat (1)

Perubahan status Desa Adat menjadi kelurahan harus melalui Desa, sebaliknya
perubahan status kelurahan menjadi Desa Adat harus melalui Desa.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 101

Pemerintah, Pemerintah Daerah P rah Kabupaten/Kota dapat melakuka

Penataan DesadimaksudAdatsebpagdaimanaayat tapkan dalam Peraturan


Daerah.

Peraturan Daerah sebagaimana di lampiran peta batas wilayah.

Penjelasan

Cukup jelas.

Pasal 102.

Peraturan Daerah sebagaimana dimaks berpedoman pada ketentuan sebagaima


Pasal 8, Pasal 14, Pasal 15, Pasal
Penjelasan

Cukup jelas.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 461
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

8.4.2.3 Pembahasan di DPR

Dalam Rapat Dengar Pendapat Umu sanakan pada tanggal 31 Mei 2012
Ketua Pansus RUU Desa, pada pemb tentang penataan desa, seperti b

. . . kemudian yang kedua adalah mengenai penataan desa. Ada substansi


Bapak-Ibu sekalian, baik yang berkaitan dengan kedu-dukan desa, penataan
desa. Dimana penataan desa ini banyak hal terkait dengan masalah otonomisasi
desa. Saya kira kita me-nemukan Pak ada otonomi asli yang dimiliki oleh desa
yang bu-kan otonomi pemberian.
Pernyataan Akhmad Muqowwam ters mahaman Pansus terhadap klasi ik
dua basis otonomi, yakni otonomi Otonomi asli, yang disebutgenuine oleh
autonomyitu, mencakup satu bidang ya ketentraman, ketertiban. Kemudia
ternakan, perikanan, otonomi dib bidang kesejahteraan masyarakat, tan
dan lumbung desa. Kemudian o dian otonomi hak atas tanah, ta

Dengan demikian, agaknya, Pansu rima dua macam jenis Desa terseb Desa
Adat. Sebagaimana termaktub yangmenyebutkan bahwa Desa terdi
Ketentuan ini sudah dijelaskan d Desa yang menyatakan bahwa, Ses
konteks empirik yang berkembang tiga tipe bentuk desa,self
governingyaitu: a)

462 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

community) sebagai bentuk Desa asli d Tipe Desa


Administratiflocalstategoverment),dan( c) Tip Otonom atau dulu disebut
sebagai disebut localsebagaiselfgoverment)(.

Penataan Desa merupakan topik san kedudukan Desa Adat dan Desa
Karena ketentuan pengaturan pena lakupula bagi Desa Adat. Termasu
satuan pemerintahan terkecil yan nistratif berskala urban.

Menteri Dalam Negeri, Gamawan Desa, 4 April 2012 mengatakan ba

Penataan desa, bertujuan untuk mempercepat peningkatan ke-sejahteraan


masyarakat, peningkatan kualitas pelayanan publik, meningkatkan kualitas tata
kelola pemerintahan dan mening-katkan daya saing desa. Berkaitan dengan
penataan desa, maka perubahan mendasar yang diatur dalam regulasi ini adalah
per-syaratan dan mekanisme pembentukan desa yang diperketat. Hal ini adalah
untuk mengantisipasi maraknya pemekaran desa yang semakin hari semakin tidak
terkontrol. Perubahan lainnya yang diatur adalah membuka ruang bagi penyesuaian
kelura-han, yaitu perubahan status kelurahan menjadi desa.

Ketua Pansus Desa, Akhmad Muqo dengan Lembaga Kerapatan Adat Al


menyebutkan ada 2 substansi pent nataan
Desapertamaini,adalahyaitu:perubahan yang diatur terkait dengan persy
bentukan desa Keduayang, adalahiperketatmembuka. bagi penyesuaian
kelurahan yaitu menjadi desa.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 463
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Menguatkan pernyataan Muqqowam, bupaten Paser, Azhar Bahruddin,


Pemda mengatakan bahwa:

Yang selanjutnya juga untuk mengantisipasi maraknya peme-karan desa, perlu juga
mungkin ada beberapa langkah-langkah yang perlu kita perhatikan dalam rangka
mengantisipasi marak-nya pemekaran desa. Yang pertama, adanya persyaratan
dan mekanisme pembentukan desa yang lebih diperketat lagi. Saya rasa itu mungkin
perlu juga menjadi perhatian kita.

Ahmad Firman, Kepala Pusat Stu dan Otonomi Daerah, Universitas Desa
dan Pemda mengatakan:

menurut hemat saya yang perlu di atur dalam undang-undang ini adalah
penataan tentang desa, bukan ditekankan kepada pemekaran, tetapi menata
desa sesuai dengan undang-undang yang akan dirancang, yaitu dengan jumlah
penduduk yang su-dah ditetapkan berbeda antara Jawa, Sumatera dan luar
Jawa. Itu sudah. Ini melahirkan ketentuan Pasal 97 UU Desa yang mengatur
mengenai persyaratan penetapan Desa Adat.

Dalam Pembahasan RUU Desa, DPR masukan, kritikan dan saran dari
mendengarkan jajak pendapatam. Krit Arsyad dari perwakilan Konsorsium
RDPU VI RUU Desa yang mengatakan begitu lebar antara argumentasi
akademik dengan apa yang dituang pasal-pasal terus pasal mengen tidak
mencerminkan substansinya d Adat, desa otonom atau seperti y akademik.
Ini memperkuat tanggapa

464 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Hal senada juga disampaikan ole kilan dari Forwana Sumbar dalam
Oktober 2012 yang menyampaikan ma taan desa bahwa, Yang semua dra
sekretariat, yang kedua mengenai hal ini sudah memuat penataan de kian
ketentuan Pasal 5 ayat (4) sebaiknya ketentuan desa ini tid lah penduduk
akan tetapi tetap j usul desa atau sebutan lainnya k kan jumlah penduduk,
maka akan t kembali desa, secara psikologis nimbulkan keresahan
ditengah-ten dengan jumlah yang sebaran pendu antara Sumatera dan
Kalimantan d Sumatera Barat merekomendasikan untuk Sumatera
berjumlah 2.500 j

Penataan Desa Adat sebenarnya Desa yang di inisiasi oleh Peme mengenai
penataan Desa Adat ini yang telah selesai dibahas sampa ber 2013.
Penataan Desa Adat dia Timus, Kamis 5 September 2013); Kamis 12
September 2013); Pasal 12 September 2013); Pasal 17 (Ke tember 2013);
dan Pasal 18 (Kepu tember 2013). Sedangkan hasil ak disahkan ketentuan
mengenai Pena Pasal 96, Pasal 97, Pasal dan98, Pa Pasal 102.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 465
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

8.4.2.4 Tanggapan

Dalam konstitusi kita, keberad kui. Hal ini sangat jelas terpat 1945 yang
berbunyi Negara menga tuan-kesatuan masyarakat adat be sepanjang
masih hidup dan sesuai syarakat dan prinsip Negara Kesa diatur dalam
undang-undang. Ad hukum adat itu terbentuk berdasa genealogis,
teritorial, dan/atau logis dan prinsip teritorial. Un komodir dua prinsip
karena yang rakat hukum adat yang merupakan dan teritorial.

Penetapan Desa Adat untuk pert pada ketentuan khusus sebagaiman Desa.
Sedangkan pembentukan Desa man pada ketentuan sebagaimana d
Penetapan Desa Adat sebagaimana jadi acuan utama adalah Putusan lik
Indonesia15: yaitu

a. Dua (2) tentang Pengujian Tahun 1999 tentang Kehutanan PUU-l/2003


perihal Pengujian 11 Tahun 2003 tentang Perubah Nomor 53 Tahun 1999
tentang P Pelalawan, Kabupaten Rokan Hu

Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Masyarakat Desa (Piagam Tanggung Jawab dan Hak Asasi Warga
Desa), hal. 3.
466 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

lir, Kabupaten Siak, Kabupate tuna, Kabupaten Kuantan Singi

Putusan Nomor 31/PUU-V/2007 dang-Undang Nomor 31 Tahun 20 kan


Kota Tual Di Provinsi Mal

Putusan Nomor 6/PUU-Vl/2008 dang-Undang Nomor 51 Tahun 19 an


Kabupaten Buol, Kabupaten ten Banggai Kepulauan; dan

Putusan Nomor 35/PUUX/201.

Namun demikian, karena kesatuan yang ditetapkan menjadi Desa Ada


rintahan(localself government) maka ada syarat m adanya wilayah dengan
batas yang dan perangkat lain serta ditamba lain dalam kehidupan
masyarakat bersama, harta kekayaan, dan pra tapan Desa Adat tidak serta
mert saja. Penetapan Desa Adat ini ha Artinya harus ada suatu syarat-s pai
untuk menetapkan suatu desa

Menurut Jimly Asshiddiqie, dari UUD 1945, kita dapat mengetahui


pengakuan terhadap masyarakat hu tradisionalnya itu harus diatur pun
dalam pelbagai undang-undang hukum adat ini tentu saja tidak pemerintah
desa atau apalagi de yang terdapat dikota-kota. Wilay

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 467
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

adat itu terdapat didaerah kota ga wilayah keduanya tidak dapat meskipun
boleh jadi ada juga des suatu kesatuan masyarakat hukum Indonesia 16.

Menurut Agus Purbathin Hadi, d Dharmayuda, mengatakan bahwa des


unsur sebagai persekutuan masyar punyai beberangpa
membedakancirikhas ydengan sosial17Namulain.ini sangat disayangka
Pemerintah tidak mengatur mengen rena berbahaya sekali ketentuan dak
mengatur syarat prasyaratnya potensi banyaknya desa adat baru hal ini
bisa diatasi dengan adan RI yang memasukan beberapa pasal penataan
desa adat ini.

Dalam perkembangan desa dalam h adat ini, seperti diuraikan dala pat
dikemukakan adanya beberapa berubah menjadi lebih dari a1 (sa adat yang
berubah menjadi desa. desa adatmenjadi 1 desa; atau 1 juga berfungsi
sebagai 1 (satu),

UU Desa memungkinkan terjadinya atau kelurahan menjadi desa adat suai


dengan perkembangan masyara

Ibid, hal. 2
Agus Pubathin Hadi, Eksistensi Desa Adat dan Kelembagaan Lokal: Kasus Bali, Pusat
Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA).
468 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

atas prakarsa masyarakat sendiri adat dapat berubah menjadi desa/


syarakat18.

8.4.3 Kewenangan Desa Adat 8.4.3.1 Pengantar

Kewenangan desa adat ini diber jang kemandirian desa untuk meng tingan
masyarakatnya. Kewenangan ini meliputi kewenangan yang sud usul dan
kewenangan lokal berska ten. Karena kebutuhan yang terus rakat adat,
maka diberikanlah ke hak mengatur dan mengurus rumah masyarakatnya.

8.4.3.2 Pasal

Pasal 103

Kewenangan Desa Adat berdasarkan h dimaksud dalam Pasal 19 huruf a mel

pengaturan dan pelaksanaan peme nan asli;

pengaturan dan pengurusan ulaya

pelestarian nilai sosial budaya

penyelesaian sengketa adat berd laku di Desa Adat dalam wilayah y hak asasi
manusia dengan mengutam musyawarah;

18
Jimly Asshiddiqie, Op.Cit.,hal.2.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa


469
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

penyelenggaraan sidang perdamai dengan ketentuan peraturan perund

pemeliharaan ketenteraman dan k Adat berdasarkan hukum adat yang

pengembangan kehidupan hukum ad sosial budaya masyarakat Desa Adat

Penjelasan

Huruf a

Yang dimaksud dengan susunan asli adalah sistem organisasi kehi-dupan Desa
Adat yang dikenal di wilayah masing-masing.

Huruf b

Yang dimaksud dengan ulayat atau wilayah adat adalah wilayah kehidupan
suatu kesatuan masyarakat hukum adat.

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Cukup jelas

Huruf f

Cukup jelas

Huruf g
Cukup jelas

Pasal 104

Pelaksanaan kewenangan berdasarkan an berskala lokal Desa Adat sebagai huruf


a dan huruf b serta Pasal 10 Adat dengan memperhatikan prinsip k

Penjelasan

Yang dimaksud dengan keberagaman adalah penyelenggaraan Pe-merintahan


Desa Adat yang tidak boleh mendiskriminasi kelompok masyarakat tertentu.
470 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Pasal 105.

Pelaksanaan kewenangan yang ditugas nangan tugas lain dari Pemerintah, atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/K dalam Pasal 19 huruf c dan huruf d

Penjelasan.

Cukup jelas

Pasal 106

Penugasan dari Pemerintah dan/ pada Desa Adat meliputi penyeleng Adat,
pelaksanaan Pembangunan De masyarakatan Desa Adat, dan pembe Adat.

Penugasan sebagaimana dimaksud ngan biaya.

Penjelasan.

Cukup jelas

8.4.3.3 Pembahasan di DPR

Dalam Raker I RUU Desa4 April Fauzi memaparkan bahwa

dalam rangka menunjang kemandirian desa maka desa perlu diberikan


kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepen-tingan masyarakatnya.
Dalam undang-undang ini kewenangan desa adalah meliputi kewenangan yang
sudah ada berdasarkan hak asal usul desa dan kewenangan lokal berskala desa
yang diakui kabupaten/kota. Kewenangan desa tersebut muncul dan terjadi
karena kebutuhan yang berkembang di dalam masyara-kat sehingga terhadap
kewenangan ini Desa berhak mengatur dan mengurus urusan rumah tangga
desanya dan kepentingan
Desa 471
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

masyarakatnya. Selain itu, kewenangan desa lainnya adalah kewenangan


Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota yang dilimpahkan
pelaksanaannya kepada desa sebagai lemba-ga dan kepada Kepala Desa sebagai
Penyelenggara Pemerintah Desa dan kewenangan lainnya yang ditetapkan
dengan peratu-ran perundang-undangan. Pada pelaksanaan kedua kewenang-
an tersebut, desa hanya memiliki kewenangan mengurus atau melaksanakan,
sehingga pembiayaan yang timbul dalam pelak-sanaan kewenangan tersebut
harus menjadi beban bagi pihak yang melimpahkan kewenangan.

Dalam Raker I RUU Desa 4 April ju RUU Desa untuk dibahas lebih jutnya.
Dalam kesempatan yang sa oleh Rusli Ridwan menyampaikan p

F-PAN berpandangan bahwa undang-undang tentang desa ha-rus memberikan


legitimasi atau kewenangan bagi desa untuk mengatur sendiri organisasinya
ataupun program-programnya, oleh karena itu bentuk pemerintahan desa tidak
harus seragam, melainkan menyesuaikan dengan adat istiadat, kebiasaan dan
norma-norma yang hidup diwilayah yang bersangkutan.

Dalam kesempatan yang sama, F-P dangannya mengenai kewenangan de


Adat bahwa:

Berkenaan dengan kedudukan Desa, Rancangan Undang-Un-dang ini berupaya


memberikan kejelasan dalam sistem Peme-rintahan nasional, yaitu tetap
memberikan pengakuan terhadap otonomi asli yang berasal dari hal asal-usul dan
adanya otonomi yang didesentralisasikan, dalam pengertian diberikannya kewe-
nangan oleh Pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota kepa-da desa.
Pelimpahan kewenangan yang lebih luas ini diberikan kepada desa, juga disertai
pembiayaan dan pertanggungjawab-
472 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

an atas pelaksanaannya. Selain itu, desa memiliki kewenangan lokal berskala


desa yang diakui oleh kabupaten/kota, juga kewe-nangan lainnya yang
ditetapkan dalam peraturan perundan-gan.

RUU versi pemerintah (lihat Pas kan pengaturan mengenai kewenang usul
dijelaskan sebagai berikut: yang berdasarkan hak asal alusul, budaya
masyarakat adalah hak un
kepentingansetempatmasyaraksesuaintasaldengusul istiadat dan nilai-nilai
sosial berlaku dan tidak bertentangan d undangan (seperti Subak, Jogobo
Kaolotan, Kajaroan), memfasilita masyarakat dan tindak pidana ri desa
(tanah kas desa/titi sara,. Hak asal-usul itu pasti akan me masyarakat adat
karena tidak men adat yang merupakan hak asal-us seperti subak, jogoboyo
dan seb merupakan institusi dan pranata bahwa hak asal-
usullihatPasaldesa22RUU Desamencaku yang diajukan DPD RI):

Menguasai dan/atau memiliki u

Menyelenggarakan pemerintaha asli;

Menyelenggarakan institusil; (o

Menyelesaikan sengketa warga

Melestarikan adat istiadat se


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 473
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Undang-Undang Desa sebaiknya m ruang bagi kewenangan yang telah oleh


desa, namun kewenangan yang atau memperoleh itu perlu dip
kewenangan berskala lokal yang s narik antara desa dan kabupaten/ dapat
yang menegaskan bahwa kala diberikan kepada desa. Dalam ar sedikit.
Sementara kewenangan m banyak pendapatan) diambil oleh galian
tambang C (pasir, batu,ada k dalam wilayah desa, sering menja paten dan
desa.

Mengenai kewenangan desa adat, sat Studi Kawasan Indonesia Timu


Wacana, Salatiga dalam RDPU IV R takan bahwa

Terus point kedua mengenai kewenangan asli desa. Di sini ada-lah mengenai batas
penentuan wilayah desa ditentukan oleh siapa? Kalau mengacu kepada self local
govermance dan self local community apakah ini bicara mengenai wilayah administ-
rasi atau wilayah cultural? Makanya tadi yang pertama diskusi antara self local
govermance dan self local community menjadi penting ketika kita bicara
kewenangan asli desa.Kalau kita me-ngacu kepada desa sebagai administrasi
Negara ya itu mungkin administrasi Negara, tetapi ketika itu bicara self community
itu-itu sangat tergantung dari adat itu memaknai wilayah-wi-layahnya.Terus yang
ketiga mengenai pelimpahan kewenangan. Pertanyaan mendasar yang muncul
dalam hal ini adalah sebe-rapa besar pelimpahan kewenangan dari pemerintah
dalam pengaturan kewenangan desa. Ini tadi yang relevan dengan disampaikan
kepada pemerintah daerah, di era pemerintahan
474 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

daerah ketika dari pusat turun ke daerah, daerah itu ada provin-si, ada
pemerintah kabupaten apakah itu sampai di sana? Atau-kah kemudian otonomi
itu sampai ketingkat desa, desa sebagai self local govermance atau desa sebagai
self local community. Ini akan berbeda elaborasinya.

Pada pembahasan di DPR, ketent an desa adat tidak diatur dalam


Pemerintah, melainkan lahir atau Timus, yaitu tepatnya diatur dal Kamis
12 September 2013) dengan huruf b: diberi penjelasan menge la Desa
beserta contohnya; Pasal

(2) huruf d: termasuk ketenteram masyarakat; Pasal 21 (Keputusan 2013),


dengan catatan Pasal 21 h mengenai susunan asli;Pasal 21 san mengenai
keadilan gender;P dengan BPN (Badan Pertanahanasal21agarNas aikan
dengan Undang-undang Masyar 22 eputusan(K Timus, Kamis 16 Septe

8.4.3.4 Tanggapan

Desa adat atau yang disebut de karakteristik yang berbeda dari karena
kuatnya pengaruh adat ter lokal, pengelolaan sumber daya l daya
masyarakat desa. Desa adat warisan organisasi kepemerintaha lihara
secara turun menurun yang kan oleh pemimpin dan masyarakat

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 475
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

fungsi mengembangkan kesejahtera daya lokal. Desa adat memiliki h dari


pada hak asal usul desa,i ka komunitas asli yang ada ditengah sebuah
kesatuan masyarakat hukum mempunyai batas wilayah dan iden atas dasar
teritorial yang berwe kepentingan masyarakat desa19 berd

Berdasarkan keterangan dari pen pat kita pahami bahwa kewenangan dan
mengurus kepentingan masyara hak asal usul. Sedangkan yang di desa adat
berdasarkanusuldijelaskanhakasaldal UU Desa yang berbunyi: Kewenanga
hak asal usul sebagaimana dimaks meliputi:

pengaturan dan pelaksanaan susunan asli;

pengaturan dan pengurusan u

pelestarian nilai sosial bu

penyelesaian sengketa adat yang berlaku di Desa Adat dal dengan prinsip
hak asasi manu kan penyelesaian secara musya

penyelenggaraan sidang per Adat sesuai dengan ketentuan dangan;


19
Penjelasan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa
476 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

pemeliharaan ketenteraman d Desa Adat berdasarkan hukum a Adat; dan

pengembangan kehidupan huku kondisi sosial budaya masyara

Pemerintahan Desa Adat

8.4.4.1 Pengantar

Substansi mengenai penyelengga adat dalam regulasi ini meliputi


organisasi dan tata kerja pemeri nang hak dan kewajiban pemerinta batan
kepala desa adat.

8.4.4.2 Pasal

Batang Tubuh.

Pasal 107

Pengaturan dan penyelenggaraan Peme nakan sesuai dengan hak asal usul di Desa
Adat yang masih hidup serta masyarakat dan tidak bertentangan d Pemerintahan
Desa Adat dalam prinsi Indonesia.

Pasal 108

Pemerintahan Desa Adat menyelenggar tan dan Musyawarah Desa Adat atsesuai
atau dibentuk baru sesuai dengan pr
Desa 477
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Pasal 109

Susunan kelembagaan, pengisian jaba la Desa Adat berdasarkan hukum adat


daerah Provinsi.

Penjelasan.

Pasal 107.

Cukup jelas

Pasal 108.

Cukup jelas

Pasal 109.

Cukup jelas

8.4.4.3 Pembahasan di DPR

Pembahasan mengenai pemerintah dengan penyampaian Gamawan Fauzi


nai penjelasan RUU Desa dalam R mengatakan bahwa, Substansi men
rintah desa dalam regulasi ini struktur organisasi dan tata ker nang hak
dan kewajibandesa,larangankepalabagi pemberhentian dan pemilihan kepa
terhadap kepala desa dan BPD. Kh kepala desa dan masa keanggotaan dan
dapat dipilih atau diangkat Perubahan yang terkait dengan BP pada fungsi
BPD sebagai lembaga mufakatan dalam menampung dan me syarakat yang
berkaitan dengan p pemberdayaan masyarakat. Pelaksa
478 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

sebagai tindak lanjut hasil Musy forum tertinggi musyawarah yang


mendiskusikan dan mengkoordinasi tegis yang akan dilaksanakan ole
Program-program strategis dimaks sunan perencanaan pembangunan de
bangunan kawasan perdesaan.

Dalam kesempatan yang sama, DP pandangannya mengenai pemerintah


berpendapat bahwa pengaturan ten bisa mengakomodasi:

Penghormatan dan pengakuan nekaan) bentuk dan susunan p di Indonesia


karena sejarah m pengaturan yang sentralistik kibat pada marginalisasi
desa kearifan lokal dalam tata pem

Walaupun keragaman susunan hormati dan diakui, namun dal diatur asas-
asas tata kelola kratis. Pemerintahan desa yan judkan dengan
melembagakan pa dan akuntabilitas dalam prose rintahan. Esensi dari tata
pe tis adalah mendekatkan pemeri

RUU Desa bukan semata-mata desa melainkan sistem pemerin dang Desa
perlu memperjelas s yang meliputi susunan atau st tugas pokok dan fungsi
dari k desa serta pola relasinya.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 479
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

4. Pemerintahan desa yang demo apabila ada saluran dari warg lam proses
politik-pemerintah maupun melalui perwakilan. Ke proses politik
pemerintahan d konteks artikulasi dan agrega kan bagian dari
keikutsertaan fungsi-fungsi pemerintahan de itu juga
sebagaicheckupayaandbalancesmemban dalam penyelenggaraan pemerin
mikian salah satu indikator d mokratis adalah keberadaan da perwakilan
politik warga sepe

Selain BPD, DPD RI juga mengusu menyelenggarakan musyawarah desa


wadah tertinggi untuk pengambila fat strategis. Keputusan desa ya rencana
pembangunan jangka menen masuk desa; pengembangan kawasan
penggabungan, pemekaran atau per itu, DPD mengusulkan musyawarah
pemegang kedaulatan rakyat desa, tusi yang permanen, tetapi sebag tusan
strategis yang mengikat ba Penyelenggaraan musyawarah desa tusan
strategis dimaksudkan untu dilakukan oleh kepalapelibatandesa,wargaseka
kat guna memberikan perlindungan desa. Jika desa akan mengambil k

480 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

berwenang membentuk dan menyele desa.

Sudir dari Parade Nusantara men Desa bahwa:

Yang memutuskan Undang-undang Desa, DPR RI- nya. Jadi ang-gota DPR RI periode
masa lalu, mengganggap rakyat desa, peme-gang terbesar saham mayoritas bangsa
ini, hanya penumpang gelap saja. Tidak patutkah komunitas rakyat desa yang 78%
dari keseluruhan penduduk negeri ini mendapatkan Undang-undang Desa sendiri,
yang tentu didalamnya adalah mengatur tentang Pemerintahan Desa. Itu saja yang
bisa kami sesuaikan rohnya, agar menjadi semangat kepada seluruh Bapak-Bapak
anggota RUU Desa ini, yaitu satu, untuk memutuskan Undang-undang Desa ditahun
ini, untuk memutuskan Undang-undang Desa di-tahun ini. Yang kedua, memberi
nyawa yang sehat, yaitu antara kewajiban, hak dan kewenangan. Bapak bisa
mengacu konside-ran dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat (1) a dan b,
silakan nanti Bapak pelajari, tentu Bapak sudah lebih ahli dan memahami itu
semua.

Pada RDPU III RUU Desa, perwaki paikan masukannya mengenai pemer

Undang-undang No. 32 harus mempertegas otonomi asli seba-gai prinsip


Pemerintah Desa.Otonomi asli berarti identik dengan kesatuan masyarakat
hukum adat, kalau Desa Adat, berarti desa bukan unit administrasi atau satuan
daripada Pemerintahan. Ini juga sensitive, ada di beberapa daerah dengan
karakteristik khu-sus karena masyarakat adatnya masih sangat kuat. Ini
seringka-li juga terjadi persoalan. Ini supaya, mohon maaf sekali karena ini
sifatnya masukan umum, kami mohon kiranya Pansus dapat memperhatikan
ini.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 481
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Dalam RDPU IV RUU Desa, Hasto W paikan pandangannya mengenai pem

Kemudian yang berikutnya mengenai susunan dan tata peme-rintahan desa.


Untuk susunan, saya kira sudah kita kenal sampai sekarang ya ada kepala desa,
kemudian ada perangkat desa, nah dalam hal ini kami mengusulkan Badan
Permusyawaratan Desa itu diubah menjadi Badan Perwakilan Desa karena
memang itu adalah representasi dari masyarakat. Itu menjadi suatu institu-si
demokrasi bagi masyarakat dan juga dengan adanya Badan Perwakilan Desa, ini
berarti ada check and balances terhadap kepala desa. Namun demikian, yang kami
usulkan bukan badan perwakilan desa atau BPD versi Undang-Undang Nomor 22
Ta-hun 1999 yang dapat menjatuhkan atau dapat memberhentikan kepala desa.
Jadi dalam konteks ini BPD atau Badan Perwakilan Desa itu sama dengan Badan
Permusyawaratan Desa yang kita kenal sekarang. Dia punya hak untuk
mengusulkan pemberhen-tian kepala desa, jadi tidak langsung punya kewenangan
untuk memberhentikan.

Dalam RDPU VI RUU Desa, Sutoro menyampaikan pandangannya bahwa:

usulan kami ada dua tipe yang generik, ada desa dan Desa Adat, tetapi juga ada
pengecualiannya ya. Pengecualiannya itu ternya-ta ada sejumlah daerah yang
sudah melakukan integrasi, misal-nya Sumatera Barat itu antara adat dan nagari
antara desa dan adat itu diintegrasikan dalam, dalam satu wadah nagari. Keya-
kinan mereka itu diikat dengan hukum adat, hukum agama dan hukum negara,
maka disebut sebagai tali tigo sapilin ya, tiga yang diikat menjadi satu. Kemudian
juga di Maluku itu ada in-tegrasi juga, tetapi juga ada pola yang sifatnya ko
eksistensi atau saling melengkapi seperti halnya terjadi di Bali antara Desa Adat
dan desa dinas itu saling melengkapi. Oleh karena itu, ini perlu ada pola pengaturan
yang lebih jelas ini secara makro bisa kita
482 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

buat dan perbedaan utama antara Desa Adat dan desa itu teru-tama pada
susunan dan penyelenggaraan pemerintahan. Desa Adat itu kita berikan
rekognisi untuk menggunakan susunan asli juga proses pemerintahannya.

Pada kesempatan yang sama Yando kan pandangan Perhimpunan KARSA,

Khusus untuk permasalahan penyelenggaraan pemerintahan nasional ditingkat


desa, KARSA mengusulkan model optional bahwa penyelenggaraan pemerintahan
nasional, jadi artinya karena desa diakui asal-usul, maka salah satu kewenangan
desa adalah menyelenggarakan pemerintahan nasional dalam kon-teks desa. Mau
disebut dengan pemerintahan desa oke begitu ya, tetapi intinya adalah bagaimana
penyelenggaraan pemerintah-an desa ditingkat desa yang beragam itu, maka
mungkin kita membutuhkan sebuah kebijakan yang memfasilitasi keberaga-man itu.
Kami mengusulkan model optional tiga. Dalam konteks tertentu, dalam konteks
Desa Adat tertentu seperti Minangkabau, Bali dan mungkin sebagian dari
Kalimantan bisa menyelengga-rakan pemerintahan nasional ditingkat desa dengan
model kita sebut saja desa asli atau Desa Adat. Akui, berikan kewenangan apa yang
harus mereka kerjakan sebagai-bagian dari sistem pe-merintahan di Indonesia itu.
Kurang lebih ini terjadi dalam prak-tek sudah ada sebenarnya ya yang paling persis
sebenarnya ada-lah Badui. Minangkabau sama Bali masih ifty- ifty. Jadi bisa saja
model pertama model pemerintahan asli. Oke nagari saya akui kamu sebagai nagari,
organisasinya saya akui, ulayatnya saya akui, norma-normamu saya akui bahkan
pengadilanmu saya akui dalam konteks desanya itu, tetapi sebagai-bagian Negara
Republik Indonesia ini anda punya kewajiban menyelenggarakan kegiatan
pemerintahan. Apa itu? Bisa kita rinci ke belakang.

Yang kedua, desa asli Indonesia juga sudah berubah banyak percampuran-
percampuran, maka opsi yang kedua adalah sis-tem sebut saja desa praja, desa
otonom dan lain sebagainya.
Desa 483
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Kurang lebih seperti desa yang kita kenal sekarang. Ada peme-rintahan desa,
ada pemilihan, ada BPD dan macam-macam itu dan yang ketiga perlu Bapak
ingat-ingat juga tadi saya katakan ada desa asli Indonesia yang memang scope
of kontrol mana-gement-nya itu sangat terbatas seperti saya katakan Mentawai
tadi mungkin juga sebagian besar wilayah Papua. Akan sangat terlalu berat bagi
mereka untuk menjalankan sebuah sistem pe-merintahan desa praja bahkan
tidak mungkin menyelenggara-kan sistem pemerintahan tadi, maka harus ada
yang ketiga yaitu sistem pemerintahan desa administrative. Seperti halnya
kurang lebih kelurahan sekarang artinya apa? Karena sesuatu dan lain hal
Negara ini mewajibkan ada suatu sistem pemerintahan di wilayah yang remote-
remote itu untuk melakukan pelayanan-pelayanan publik begitu.

Dalam naskah akademik RUU Desa gai konsekuensi pilihan Desa yan
tentang kelembagaan dan penyelen dibuat beragam juga pilihannya. Desa
disebutkan bahwa Desa atau lain mempunyai karakteristik yan ruh
Indonesia, sedangkan desa ad nama lain mempunyai karakteristi pada
umumnya, terutama karena ku dap sistem pemerintahan lokal, p dan
kehidupan sosial budaya masy prinsipnya merupakan warisan org syarakat
lokal yang dipelihara s tap diakui dan diperjuangkan ole desa adat agar
dapat berfungsi m dan identitas sosial budaya loka usul yang lebih
dominan daripada

484 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

sejak awal Desa Adat lahir sebag tengah masyarakat. Desa adat ada kat
hukum adat yang secara histo dan identitas budaya yang terben berwenang
mengatur dan mengurus desa berdasarkan hak asal usul.

Dalam pembahasan di DPR RI, ket tahan desa adat tidak diatur dal
merintah. Ketentuan mengenai peme dalam RUU Desa versi Timus dalam
Kamis 26 September 2013) disetuj baru, Pasal 67 (Keputusan Timus, dan
Pasal 68 (Keputusan Timus, Ka

8.4.4.4 Tanggapan

Dalam Penjelasan UU Desa dijela kannya masyarakat hukum adat men


suatu fungsi yang harus dilaksan adat yaitu
fungsilocalselfgovermentpemerintahan).Untuk me( jalankan fungsi
pemerintahan itu harus dipenuhi yaitu adanya wila adanya pemerintahan,
dan ada per dengan salah satu pranata lain hukum adat seperti perasaan
bers nata pemerintah adat. Fungsi pem mewujudkan atau menjalankan
kew berdasarkan hak asal usul, namun sangat diharuskan adanya suatu ta
adat yang baik, seperti kepala d atau yang dikenal dengan pemerin

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 485
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

Pemerintahan desa adat inilah kewenangan desa adat seperti:

pengaturan dan pelaksanaan susunan asli;

pengaturan dan pengurusan u

pelestarian nilai sosial bu

penyelesaian sengketa adat yang berlaku di desa adat da dengan prinsip


hak asasi manu kan penyelesaian secara musya

penyelenggaraan sidang perd sesuai dengan ketentuan peratu

pemeliharaan ketenteraman d desa adatberdasarkan hukum ad adat; dan

pengembangan kehidupan huku kondisi sosial budaya masyara

Jimly Asshidiqqie juga menegas soalan status hukum pemerintahan bagai


badan hukum, yang juga pen adalah soal keseragaman versus k susunan
organisasi pemerintahan undang-undang yang mengatur peme sampai
sekarang selalu cenderung merintahan Hindia Belanda sampa merdeka,
kecenderunganuniformitaspenyeraga)selalu menjadi arah kebijakan oleh
peme tingkat pusat, siapapun mereka,

486 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

tahan bangsa sendiri, selama mer tif kekuasaan yang


stateterpusatcentered), pastipada berusaha untuk menyeragamkan. Pe itu
dapat dikatakan wajar mengin mus kebijakan duduk di atasrising gagasan
tentang perspektif masya Dalam buku ini, perspektif yang pektif dari
bawah, yaitu perspek mandang struktur organisasi nega alat untuk
membangun kemajuan b masyarakat, negara hanyalah meru dalam upaya
membangun pencerahan ban bangsa. Tiga aktor yang sama ra simultan
dalam upaya membangu negara, masyarakat madani,20 dan k

Jika kita menggunakan perspekt niscaya desa dan pemerintahan De perlu


seragam, Desa hanya memerl da pemerintahan desa, terutama d hukum
dengan misi utama di bidan budaya. Bagaimana struktur peme tur, lebih
baik diserahkan kepad dengan otonomi masing-masing unt diri sesuai
dengan tradisi hukum desa adat diberi ruang kreati it pemerintahan desa
administrasi s kebebasan untuk smendirigatursesuaidirinya tuhan.
Misalnya, struktur pemeri
20
Jimly Asshidiqqie, Op.cit.,hal. 10
Desa 487
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

perlu sama dengan struktur pemer nung dan di daerah-daerah persaw


budaya setempat yang mengenal an bagaan desa, juga haruslah dibia untuk
berkembang tanpa harus dip diri dengan struktur pemerintaha kan sebagai
sesuatu yang ideal d nasional dalam Undang-Undang, P Peraturan 21
Menteri.

8.4.5 Peraturan Desa Adat 8.4.5.1 Pengantar

Penetapan desa adat dilakukan tah Daerah Provinsi, dan Pemerin dengan
melakukan penataan kesatu dan ditetapkan menjadi desa adat pasal 100
dengan jelas tentang p sesuai dengan hukum adat dan nor Pasal 111 ayat
(1) menegaskan UU 110 hanya berlaku untuk desa ada

(2) menegaskan ketentuan tentang desa adat selagi tidak tidak dia adat.

21
Ibid, hal. 12-13
488 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

8.4.5.2 Pasal

Pasal 110

Peraturan Desa Adat disesuaikan de adat istiadat yang berlaku angandiDesa


dengan ketentuan peraturan perundan

Penjelasan.

Cukup jelas

Pasal 111

Ketentuan khusus tentang Desa Adat Pasal 96 sampai dengan Pasal 110 ha
Ketentuan tentang Desa berlaku jug tidak diatur dalam ketentuan khusus

Penjelasan.

Cukup jelas

8.4.5.3 Pembahasan di DPR

Ketentuan mengenai peraturan banyak dibahas. Dalam RDPU IV RU


masukkan dari Zubar Kristian, Ke nesia Timur UKSW Salatiga, yang sudah
dibahas diantaranya adalah nya peraturan desa ke dalam Unda bicara
mengenai Undang-Undang No yang sudah diperbaiki tentang Pe dang-
undangan, peraturan desa in di sana, padahal semangatnya ada di RUU
Pemerintahan Desa adalah desa. Bicara otonomi kalau kita

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 489
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

kabupaten itu memiliki perda. Ba desa yang dia juga memiliki BPD. Dewan,
tantangan DPRD terkait de lam hirarkis peraturan perundang

Ketentuan mengenai peraturan de RUU Desa yang diinisiasi oleh Pe dan


dibahas dalam RUU Timus Pasa ran desa adat disesuaikan dengan istiadat
sepanjang tidak bertent dang-undangan. Dengan catatan a jelasan:
Peraturan desa adat da Norma adat istiadat sepertiapikebi peraturan desa
atau yang disebut ra tertulis. Ketentuan pasal2 ini Oktober 2013: Disetujui
sesuai de ketentuan Pasal 111 UU Desa, awa Desa yang diinisiasi oleh
Pemeri mun pada akhirnya Pasal 111 ini m hui risalah pembahasannya,
mengap

8.4.5.4 Tanggapan

Merujuk kepada pendapat Jimly hasan sebelumnya, Pemerintah tid gaman


sistem pemerintahan desa a tetapi pemerintah harus memberik pada
pemerintahan desa, terutama hukum dengan misi utamanya adala dan
sosial22Mengenaibudaya. sistem pemerin

22
Ibid, hal. 12
490 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

lembaga pemerintahan desa adat, l nya kepada masyarakat desa adat s tik
setempat dengan otonominya ma diri sendiri sesuaihukum adatnyadengan
trmasdins Termasuk didalamnya peraturan des

Dengan adanya ketentuan mengena lam UU Desa, maka ini menunjukan


termasuk sebagai bagian pengerti dangan. Peraturan desa adat term ran
perundang-undangancrucialpoint menjadiyangha-s rus dibahas lebih
lanjut. Karena produk hukum dari masyarakat des adat sudah diakui oleh
konstitus

8.5 Penutup

Secara historis, sejak dulu de pakan pusat penghidupan masyarak otonomi


dalam mengelola tata kua duduk, pranata lokal dan sumberd miliki
lembaga-lembaga lokal yan era reformasi, pengaturan kelemb bersifat
seragam, meski tetap me ga Pemberdayaan Masyarakat Desa
kemasyarakatan di desa berfungsi pentingan masyarakat setempat, t
ketahanan(socialsosialsecurity)masyarakat, dan m daya
tahan(economicekonomisurvival) warga.

Pembahasan tentang peraturan d tidak masuk dalam RUU yang diusu


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 491
Klaster 8

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat

mun dalam rapat Timus rumusan in san. Penetapan desa adat dilakuk tah
Daerah Provinsi, dan Pemerin Sistem pemerintahan dan struktur adat,
diserahkan sepenuhnya kepa suai dengan kebutuhan praktik se untuk
mengatur diri sendiri sesu nya masing-masing.

492 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Pembinaan
danPengawasan

Pendahuluan

Undang-Undang Desa telah memba antara Desa dengan tingkat pemer nya
dengan pemerintah kabupaten. Tahun 2004 tentang Pemerintahan bagian
dari pemerintahan kabupat tentuan di dalam UU Desa, Desa b tahan
kabupaten, namun terletak Perubahan ini perlu dipahami ole gan agar
semangat UU Desa ini bi baik, termasuk di dalam pembinaa

Bab ini akan membahas mengenai pengawasan yang menjadi tugas ma


rintahan, baik pemerintah pusat, kota. Juga akan dibahas isug krus dapat
dijadikan dasar pertimbang an pelaksanaan maupun implementa
Desa 493
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

9.2 Ruang Lingkup Pembinaan Dan Pengawasan

9.2.1 Pengantar

Undang-Undang Desa telah mencan peran dan tugas kepada Pemerinta


Pemerintah Kabupaten/Kota dalam pengawasan penyelenggaraan pemer
laksanaan peran dan tugasnya ter pada perangkat daerah.

9.2.2 Pasal

Pasal 112

Pemerintah, Pemerintah Daerah P rah Kabupaten/Kota membina dan m raan


Pemerintahan Desa.

Pemerintah, Pemerintah Daerah P rah Kabupaten/Kota dapat mendele


pengawasan kepada perangkat daera

Pemerintah, Pemerintah Daerah P rah Kabupaten/Kota memberdayakan m

menerapkan hasil pengembangan teknologi, teknologidantemuantepatbaruguna


majuan ekonomi dan pertanian ma

meningkatkan kualitas pemerin melalui pendidikan, pelatihan,

mengakui dan memfungsikan ins sudah ada di masyarakat Desa.

Pemberdayaan masyarakat Desa s ayat (3) dilaksanakan dengan pend naan,


pelaksanaan, dan pemantauan Kawasan Perdesaan.

494 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

Penjelasan

Ayat (1)

Pemerintah dalam hal ini adalah Menteri Dalam Negeri yang mela-kukan
pembinaan umum penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Pemerintah Daerah
Provinsi dalam hal ini adalah Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Pemerintah dalam hal ini adalah Menteri Dalam Negeri yang mela-kukan
pemberdayaan masyarakat.

Pemerintah Daerah Provinsi dalam hal ini adalah Gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan pendampingan adalah termasuk penye-diaan sumber daya


manusia pendamping dan manajemen.

9.2.3 Pembahasan di DPR

Rumusan yang diajukan oleh pemerintah terkait B Pembinaan dan


Pengawasan terdiri 84, pasal 85 dan pasal 86 dengan

Pasal 84

Menteri, gubernur, bupati/walik pengawasan dalam bentuk fasilitas pemerintah


desa dan pemberdayaan

Sebagian dari tugas pembinaan d pemerintah kabupaten/kota sebagai

dapat dilimpahkan kepada cama


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 495
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

Pasal 85

Bupati/walikota dapat membatal peraturan kepala desa yang berten umum dan
peraturan perundang-unda

Menteri dan gubernur melakukan kegiatan pemerintah desa dan pemb

Pasal 86

Ketentuan lebih lanjut mengenai p kegiatan desa diatur dengan peratur

Dalam dokumen DIM, pandangan fr yang diajukan pemerintah terbagi

Tetap dan mengusulkan perubahan nomor pasal. Pandang-an ini


disampaikan oleh Faksi P Golkar, Fraksi PDIP, Fraksi PKS, Gerindra dan
Fraksi Hanura. Peru untuk mengakomodir perubahan di

Tetap dan mengusulkan penambahan frasa. Pandangan disampaikan


oleh Fraksi PKB, den an frasa wajib, dengan redaksio/
walikotawajibmelakukan pembinaan dan bentuk fasilitasi penyelenggaraa
dan pemberdayaan masyarakat.

Dalam proses rapat-rapat di DP Bab Pembinaan dan Pengawasan ini


Desember 2012. Pimpinan rapat D menyampaikan bahwa Bab Pembinaan
jadi satu cluster dengan Bab yan sanksi. Muqowwam menyatakan:

496 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

Kemudian ketujuh adalah pembinaan dan pengawasan ser-ta ketentuan


tentang sanksi. Ada di dalam Bab XV dan bab XVI yang penjelasannya adalah
bahwa substansi pembinaan dan pengawasan dan ketentuan sanksi adalah dua
hal yang berbeda dijadikan satu cluster, karena muatan pasalnya, jadi pada
kuan-titas sedikit.

Perubahan rumusan pasal kemudi Perumus. Di dalam dokumen draft U


Draf RUU tentang Desa yang tel dengan Rapat Timus 3 Oktober 201 signi
ikan terkait rumusan pasa pengawasan, dengan redaksional s

Pasal 104

Pemerintah, Pemerintah Daerah P rah Kabupaten/Kota membina dan m raan


Pemerintahan Desa.

Pemerintah, Pemerintah Daerah P rah Kabupaten/Kota dapat mendele


pengawasan kepada perangkat daera

Rumusan Akhir yang Disepakati.

Pada akhirnya, rumusan pasal y musan pasal draf RUU per 3 Oktob patkan
penambahan substansi meng rakat, yang dapat dilihat dari t

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 497
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

Rumusan Draft RUU


Rumusan yang disepakati
per 3 Oktober 2013

Pasal 84
Pasal
112
(1) Pemerintah,(1) Pemerintah,- Pemeri rintah DaerahProvinsi,- dan Pemerin vinsi,
dan PemerinKabupatahen/Kota membi Daerah Kabupaten/mengawasi
penyelengga Kota membinameridantahan Desa. mengawasi (2)penyePemerintah,-
Pemeri lenggaraan PemerProvinsi,- dan Pemerin tahan Desa. Kabupaten/Kota
dapat

(2.emerintah,)P Pemerinsikanpembinaan- dan p tah Daerah


Provinsi,kepadaperangkat daer dan Pemerintah(3) Pemerintah,Dae- Pemeri rah
Kabupaten/KotaProvinsi, dan Pemerin dapat mendelegasiKabupaten/Kota-
member kan pembinaanmasydanrakat Desa denga pengawasan
kepada.menerapkan hasil perangkat daerahgan. ilmu pengetahua

nologi, teknologi t dan temuan baru unt juan ekonomi dan p masyarakat Desa;

meningkatkan kual rintahan dan masyar melalui pendidikan, dan penyuluhan; dan

mengakui dan memf institusi asli dan sudah ada di masyara

Pemberdayaan masyar bagaimana dimaksud pa dilaksanakan dengan p an dalam


perencanaan naan, dan pemantauan nan Desa dan Kawasan
498 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

Namun, tidak diperoleh petunju stansi pasal terkait pemberdayaa

9.2.4 Tanggapan

Cakupan pembinaan dan pengawas dan ayat (2) mengatur kewajiban


Daerah Provinsi dan Pemerintah D tuk membina dan mengawasi penyel
Desa. Sedangkan ayat (3) dan aya jiban Pemerintah, Pemerintah Dae
Daerah Kabupaten/Kota untuk mem Desa. Dengan demikian, Pasal 112
kewajiban dari Pemerintah, Pemer Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
membina dan mengawasi penyelengg Obyek pembinaan dan pengawasan a
kat Desa dan Badan Permusyawarat untuk memberdayakan masyarakat D
pasal berikutnya lebih banyak me bina dan mengawasi penyelenggara

Pendelegasian Pembinaan Dan Pengawasan Kepada Perangkat Daerah


Belum Diatur Secara Spesi ik.

Pasal 112 ayat (2) menyebutkan rintah Daerah Provinsi, dan Pem Kota
dapat mendelegasikan pembin da perangkat daerah. Namun, baga ini
dilakukan tidakpasal diaturberikutnyanidida. perlu dipertimbangkan
dalam peny
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 499
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

nya agar bisa diuraikan secara j tasikan dengan baik.

9.3 Pembinaan Dan Pengawasan Oleh Pemerintah

9.3.1 Pengantar

Pasal ini memperjelas peran ya merintah Pusat dalam melakukan p di Desa.

9.3.2 Pasal

Pasal 113

Pembinaan dan pengawasan yang dilak gaimana dimaksud dalam Pasal 112 ay

memberikan pedoman dan standar raan Pemerintahan Desa;

memberikan pedoman tentang duku merintah, Pemerintah Daerah Provi


Kabupaten/Kota kepada Desa;

memberikan penghargaan, pembimb pada lembaga masyarakat Desa;

memberikan pedoman penyusunan p partisipatif;

memberikan pedoman standar jaba

memberikan bimbingan, supervisi raan Pemerintahan Desa, Badan Per lembaga


kemasyarakatan;

memberikan penghargaan atas pre lam penyelenggaraan Pemerintahan ratan Desa,


dan lembaga kemasyara
500 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

menetapkan bantuan keuangan lan

melakukan pendidikan dan Pepelatih-merintahan Desa dan Badan Permusya

melakukan penelitian tentang pe Desa di Desa tertentu;

mendorong percepatan pembanguna

memfasilitasi dan melakukan pen tuan kesatuan masyarakat hukum ad

menyusun dan memfasilitasi petu dan lembaga kerja sama Desa.

Penjelasan

Cukup jelas

9.3.3 Pembahasan di DPR

Rumusan awal yang diajukan oleh dangan dari fraksi-fraksi 1di.1 DPR yang
menjelaskan mengenai proses musan pasal 113 ini tidak ada di oleh
pemerintah ke DPR.

Perubahan rumusan pasal ini di Di dalam dokumen Draft RUU Des DRAFT
RUU Tentang DESA Yang Telah Selesai Dibahas sd Rapat

Timus 3 Oktober 2013, terdapat perubahan y kait rumusan pasal mengenai


pemb gan redaksional sebagai berikut:

Pasal 105

Pembinaan Pemerintah sebagaimana d ayat (1) meliputi:

a. memberikan pedoman dan standar raan Pemerintahan Desa/Desa Adat;


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 501
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

memberikan pedomanpembiayatentang daribant rintah, Pemerintah Daerah


Provins rah Kabupaten/Kota kepada Desa/De

memberikan penghargaan, bimbing lembaga masyarakat Desa/Desa Adat

memberikan pedoman ;pendidikan d

memberikan pedoman penyusunan p partisipatif;

memberikan pedoman standar jaba

memberikan bimbingan, supervisi raan Pemerintahan Desa/Desa Adat tan;

memberikan penghargaan atas pre lam penyelenggaraan Pemerintahan ratan Desa,


dan lembaga kemasyara

menetapkan bantuan keuangan la Adat;

melakukan pendidikan dan pelati Pemerintahan Desa;

melakukan penelitian tentang pe Desa pada Desa-desa tertentu;

mendorong percepatan pembanguna

memfasilitasi dan melakukan pen tuan kesatuan masyarakat hukum ada dan

pembinaan lainnya yang diperluk

Rumusan Akhir yang Disepakati

Pada akhirnya, rumusan pasal y musan pasal draft RUU per 3 Okto lami
perubahan substansi, yang d ini:

502 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

Rumusan Draft RUU


Rumusan yang disepakati

per 3 Oktober 2013

Pasal 105
Pasal 113

Pembinaan PemerintahPembinaansebadan- pengaw gaimana


dimaksudyangdalamdilakukanPasal oleh 101 ayat (1) meliputi:sebagaimana
dimaksud

memberikan pedomanPasal112danayat (1) m standar


pelaksanaan.membperikannye- pedom lenggaraan
Pemerintahanstandarpelaksanaan Desa/Desa Adat;lenggaraan Pemerint

memberikan pedomDesa;n ten-


tang bantuan pembiayaan.memberikan pedoma
dari Pemerintah,tangPemerindukungan-
penda
tah Daerah Provinsdari,Pemerintah,dan/
Pe
atau PemerintahDaerahProvinsi,Ka-
da
bupaten/Kota kepadarintahDesaerah/ Kabup
Desa Adat;
Kota kepada Desa;

memberikan penghargaan,c.memberikan pengh bimbingan, dan


pembimbinaangan, dan p kepada lembaga nmaansyarakkepadat lembaga
Desa/Desa Adat;rakat Desa;

memberikan pedo.memberikanpen- pedoma didikan dan; pelatihanpenyusunan


perencan

memberikan pedombangunan partisi penyusunan perencanaan.memberikan


pedom pembangunan partisipdarjabatantif; bagi pe

memberikan pedomanDesa; stan-

dar jabatan bagif. pmerangkatmberikan bimbi Desa; supervisi, dan kons g.


memberikan bimbingan,penyelenggaraan Pem supervisi, dan tahankonsultaDesa,i
Badan P penyelenggaraansyawaPemeratanin- Desa, da

tahan Desa/DesagaAdatkemasyarakatan;dan lembaga kemasyarakatan;

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 503
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

memberikan penghargaan.memberikan pengha atas prestasi yatasng


dilaksprestasina-yang kan dalam penyelekanggdalramanpenyeleng Pemerintahan
Desa,PemerintahanBadan Desa, PermusyawaratanPermusyawaratanDesa,dan Des
lembaga kemasyarakatan;lembagakemasyaraka

menetapkan bantuDesa;n keuang-


an langsung kepadah.menDetsapkan/ bantua
Desa Adat;
gan langsung kepada
j. melakukan pendidik.melakukndan pendid
pelatihan tertentupelatihkepandatertentu
aparatur Pemerintaparhaturn Pemerintah
Desa;
dan Badan Permusyaw
melakukan penelitianDesa; ten-

tang penyelenggaraanj.melakukanPeme- peneli rintahan Desa padatang


Desapenyelenggaraa-de-

sa tertentu; rintahan Desa di De

mendorong percepatantu; pembangunan perdesaan;k.mendorong percepa

memfasilitasi bangunandanmelakuperdesaan;-

kan penelitianl.dalammefasilitasirangka da penentuan kesatuan penelitianmasya-


dala rakat hukum adatpensentubagani kesatuan Desa/Desa Adat;rakatdan hukum
adat se

pembinaan lainnyaDes; yangdan di-


perlukan
m. menyusun dan mem

petunjuk
teknis bag

Desa
dan
lembaga ke
sama
Desa.
Namun, tidak diperoleh petunjuk pasal ini terjadi .

504 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

9.3.4 Tanggapan

Penyusunan Pedoman: Antara Standar Dan Menghargai Keberagaman.

Pasal 113 menyebutkan bahwa sa pembinaan dan pengawasan yang di


adalah menyusun berbagai pedoman nis. Pembelajaran dari implement
man, standar dan petunjuk teknis rintah telah menjadikan pemerint lam
menyusun kebijakan yang sesu Kondisi ini perlu dipertimbangka
pelaksanaannya.

Peningkatan Kapasitas Dari Pemerintah Kepada SDM Di Tingkat Desa.

Pasal 113 butir i menyebutkan b pengawasan oleh pemerintah dila


pendidikan dan pelatihan tertent tahan Desa dan Badan Permusyawar
dilihat kesesuaiannya dengan pem rintah, pemerintah provinsi dan Selain
itu, dengan melihat jumla kah peran ini realistis dilakuka

Peran Menetapkan Bantuan Keuangan Langsung Kepada Desa.

Pasal 113 butir h menyebutkan b peran pembinaan dan pengawasan kan


dengan menetapkan bantuan k
Desa 505
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

Desa. Di bagian Penjelasan ti lanjut apa yang dimaksud dengan muncul


kemudian, apakah yang dim h ini sama dengan ketentuan di p pasal 72?
Perlu diingat bahwa pa struksi bahwa penyerahan sumber merupakan hak
(dan bukan bantua konsekuensi atas asas rekognisi kewenangan skala lokal
desa. Kon kan di dalam penyusunan aturan p

Peran Memberikan Penghargaan.

Pasal 113 butir g menyebutkan dan pengawasan oleh pemerintah d kan


penghargaan atas prestasi ya lenggaraan Pemerintahan Desa, Ba dan
lembaga kemasyarakatan Desa. ada keterangan apa yang maksud d
hargaan ini. Kondisi ini perlu sunan aturan pelaksanaannya.

Peran Mendorong Percepatan Pembangunan Perdesaan Bersifat


Abstrak.

Pada pasal 113 butir k disebutk dan pengawasan oleh pemerintah d rong
percepatan pembangunan per abstrak dibandingkan dengan pera spesi ik
mengenai kegiatan -terte bangkan di dalam penyusunan atur

506 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

Pembinaan Dan Pengawasan Oleh Pemerintah Daerah Provinsi

9.4.1 Pengantar

Pasal 114 menyebutkan pembinaa dilakukan oleh Pemerintah Daerah

9.4.2 Pasal

Pasal 114

Pembinaan dan pengawasan yang dilak Daerah Provinsi sebagaimana dimaksu


meliputi:

melakukan pembinaan terhadap Ka penyusunan Peraturan Daerah Kabup Desa;

melakukan pembinaan Kabupaten/K berian alokasi dana Desa;

melakukan pembinaan peningkatan perangkat Desa, Badan Permusyawara


masyarakatan;

melakukan pembinaan manajemen P

melakukan pembinaan upaya perce melalui bantuan keuangan, bantuan tuan


teknis;

melakukan bimbingan teknis bida kin dilakukan oleh Pemerintah Dae

melakukan inventarisasi kewenan kan oleh Desa;

melakukan pembinaan dan pengawas gan Anggaran Pendapatan dan Belan dalam
pembiayaan Desa;

melakukan pembinaan terhadap Ka penataan wilayah Desa;


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 507
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

membantu Pemerintah dalam rangk syarakat hukum adat sebagai Desa;

membina dan mengawasi penetapan bupaten/Kota dan lembaga kerja sa

Penjelasan

Cukup jelas

9.4.3 Pembahasan di DPR

Rumusan awal yang diajukan oleh dangan dari fraksi-fraksi 1di.1 DPR yang
menjelaskan mengenai proses musan pasal 114 ini tidak ada di oleh
pemerintah ke DPR.

Perubahan rumusan pasal oleh T kumen draft UU Desa DRAFTyangRUU


Tenterdapa-
tang DESA Yang Telah Selesai Dibahas sd Rapat Timus 3 Oktober

2013, terdapat perubahan yang sign sal mengenai pembinaan dan penga
sebagai berikut:

Pasal 106

Pembinaan Pemerintah sebagaimana d ayat (1) meliputi:

memberikan pedoman dan standar raan Pemerintahan Desa/Desa Adat;

memberikan pedomanpembiayatentang daribant rintah, Pemerintah Daerah


Provins rah Kabupaten/Kota kepada Desa/De

memberikan penghargaan, bimbing lembaga masyarakat Desa/Desa Adat


508 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

memberikan pedoman ;pendidikan d

memberikan pedoman penyusunan p partisipatif;

memberikan pedoman standar jaba

memberikan bimbingan, supervisi raan Pemerintahan Desa/Desa Adat tan;

memberikan penghargaan atas pre lam penyelenggaraan Pemerintahan ratan Desa,


dan lembaga kemasyara

menetapkan bantuan keuangan la Adat;

melakukan pendidikan dan pelati Pemerintahan Desa;

melakukan penelitian tentang pe Desa pada Desa-desa tertentu;

mendorong percepatan pembanguna

memfasilitasi dan melakukan pen tuan kesatuan masyarakat hukum ada dan

pembinaan lainnya yang diperluk

Rumusan Akhir yang Disepakati.

Pada akhirnya, rumusan pasal y musan pasal Draft RUU per 3 Okto lami
perubahan substansi, yang d ini:

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 509
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

Rumusan Draft RUU


Rumusan yang disepakati
per 3 Oktober 2013

Pasal 106
Pasal
114
Pembinaan yang Pembinadilakukan danoleh
pengaw
Pemerintah Provinsiyang dilantakukanra oleh
lain:
Daerah Provinsi seba
melakukan pembinaandimaksud terdalam- Pasal hadap
Kabupaten/kota(1)meliputi:da-

lam rangka penyusunan.melakukanpe- pembina raturan daerah


hkadabupKabupaten/Kot kota yang mengaturlam rangkadesa; penyusun

melakukan pembinaanraturan KaDaerah- Kabu bupaten/kota dalamKota


rangkayangmengatur pemberian Alokasib.melakukanDana pembina

Desa (ADD);
bupaten/Kota dalam
melakukan pembinaanpemberian-alokasi d ningkatan kapasitasDesa; Kepala

Desa dan Perangkatc.melakukanDesa; pembina

melakukan pembipeningkatanaanma- kapasit salah-masalah manajemenDesadan


perangkat Pemerintahan DesBadan; Permusyawarat

melakukan pembinaanDesa,dan lembaga upaya percepatankemasyarakatan;pemb-

gunan Desa melaluid.melbakukanntu pembina keuangan,


bantuanmanajemenpendam-Pemerinta pingan dan bantuanDesa;teknis;

melakukan bimbingane.melakukantek- pembina nis bidang


tertentuyapercepatanyangi- Pemba dak mungkin dilankukanDesa olmelaluih ban
pemerintah Kabupatekeuangan,/ bantuan p

kota;
pingan, dan bantuan
g. melakukan inventarisasif.melakukan bimbin
kewenangan-kewenanganbidang tertentu yan
provinsi yang dilaksamungkinakandilakukan o
oleh Desa;
Pemerintah Daerah K

ten/Kota;

510 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa


Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

melakukan pembinaang.melakukandan inventa pengawasan


ataskewenanganpenetap Provinsi RAPBD Kabupaten/kotadilaksanakanda- oleh D
lam pembiayaanh.Desa;melakukan pembina

membantu Pemerintahpengawasan atas pen dalam rangka


peneRancangantuankeAnggaran-

satuan masyarakatdapatanhukumdan Belanja adat sebagai


DesKabupaten/Kota/Desa dala
Adat; dan
biayaan Desa;
j. pembinaan lainnya.melakukanyangdipembin-
perlukan.
terhadap Kabupaten/

dalam
rangka penata

layah
Desa;
membantu Pemerin lam rangka penentua tuan masyarakat huk sebagai Desa; dan

membina dan menga penetapan pengatura Desa Kabupaten/Kota lembaga kerja


sama Desa.

Namun, tidak diperoleh petunjuk si pasal ini terjadi.

9.4.4 Tanggapan

Peran peningkatan kapasitas pemerintah kabupaten.

Pasal 114 poin a, b, h, i, dan ran pembinaan dan pengawasan ole dilakukan
dengan meningkatkan ka paten. Peran ini realistis dilak sesuai dengan
peran provinsi seb
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 511
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

Kondisi ini perlu dipertimbangka pelaksanaannya.

b. Peran Peningkatan Kapasitas SDM Di Tingkat Desa.

Pasal 114 butir c dan d menyeb naan dan pengawasan oleh pemerin dengan
meningkatkan kapasitas SD pada Kepala Desa dan perangkat D Desa, dan
lembaga kemasyarakatan sesuaiannya dengan pembagian uru merintah
provinsi dan pemerintah dengan melihat jumlah Desa yang ini realistis
dilakukan oleh Pem

Peran melakukan bimbingan teknis bidang tertentu yang tidak


mungkin dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota
Bersifat Abstrak.

Peran ini merupakan substansi d masih abstrak dibandingkan denga


derung spesi ik mengenai kegiata dipertimbangkan di dalam penyusu

Pembinaan dan Pengawasan Oleh Pemerintah Daerah


Kabupaten/Kota

Pengantar

UU Desa telah memberikan rambu merintah kabupaten/kota dalam me


pengawasan yang dilakukan kepada
512 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

9.5.2 Pasal

Pasal 115

Pembinaan dan pengawasan yang dilak rah Kabupaten/Kota sebagaimana dima

meliputi:

memberikan pedoman pelaksanaan ten/Kota yang dilaksanakan oleh D

memberikan pedoman penyusunan P aturan Kepala Desa;

memberikan pedoman penyusunan p partisipatif;

melakukan fasilitasi penyelengg

melakukan evaluasi dan pengawas

menetapkan pembiayaan alokasi Desa;

mengawasi pengelolaan Keuangan Aset Desa;

melakukan pembinaan dan pengawa merintahan Desa;

menyelenggarakan pendidikan dan Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan


lembaga adat;

memberikan penghargaan atas pre lam penyelenggaraan Pemerintahan ratan Desa,


lembaga kemasyarakatan

melakukan upaya percepatan pemb

melakukan upaya percepatan Pemb tuan keuangan, bantuan pendamping


melakukan peningkatan kapasitas sama antar-Desa; dan

memberikan sanksi atas penyimpa Kepala Desa sesuai dengan ketentu dangan.
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 513
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

Penjelasan

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Yang dimaksud dengan pengawasan adalah termasuk di dalamnya


pembatalan Peraturan Desa.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Huruf i
Cukup jelas.

Huruf j

Cukup jelas.

Huruf k

Cukup jelas.

Huruf l

Cukup jelas.

Huruf m

Cukup jelas

Huruf n

Cukup jelas.

514 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

9.5.3 Pembahasan di DPR

Rumusan awal yang diajukan oleh dangan dari fraksi-fraksi lasdi-DPR kan
di bagian 14.1.1 yang menjel hasan pasal 112. Rumusan pasal 1 RUU yang
diajukan oleh pemerinta

Perubahan rumusan pasal oleh T kumen Draft UU Desa DRAFTyangRUU


Tenterdapa-
tang DESA Yang Telah Selesai Dibahas sd Rapat Timus 3 Oktober

2013, terdapat perubahan yang sign sal mengenai pembinaan dan penga
sebagai berikut:

Pasal 107

Pembinaan dan pengawasan Pemerin meliputi:

memberikan pedoman pelaksanaan ten/kota yang dilaksanakan oleh D

memberikan pedoman penyusunan P ran Kepala Desa;

memberikan pedoman penyusunan p partisipatif;

melakukan fasilitasi penyelengg

melakukan evaluasi dan pengawas

menetapkan pembiayaan alokasi Desa;

mengawasi pengelolaan keuangan aset Desa;

melakukan pembinaan dan pengawa merintahan Desa;

menyelenggarakan pendidikan dan Desa dan lembaga kemasyarakatan;


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 515
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

memberikan penghargaan atas pre lam penyelenggaraan Pemerintahan


syarakatan;

memberikan sanksi atas penyimpa pala Desa sebagaimana diatur dala dangan;

melakukan upaya-upaya percepata nan perdesaan.

melakukan upaya percepatan pemba tuan keuangan, bantuan pendampinga

pembinaan lainnya yang diperluk

Rumusan Akhir yang Disepakati.

Pada akhirnya, rumusan pasal y musan pasal Draft RUU per 3 Oktob
perubahan substansi, yang dapat d

Rumusan yang disepakati


Rumusan Draft RUU

per 3 Oktober 2013


Pasal 115
Pasal
107
Pembinaan dan pengawasPembinaan dan pengaw yang dilakukan
PemerintaholehKabupaten-

tah Daerah Kabupaten/Kotameliputi: sebagaimana dima.ksudmemberikandalam


pedoma Pasal 112 ayat (1)laksanaanmeliputi:penugasan

memberikan pedomanKabupaten/kotape- yang laksanaan


penugasansanakanurusoleh- Desa; an Kabupaten/Kota.memberikanyang pedoma
dilaksanakan olehpenyusunanDea; Peratura

memberikan pedanomanPeraturan Kepal penyusunan


Peraturanc.memberikanDesa pedoma dan Peraturan
KepalapenyusunanDesa;perencan
pembangunan partisi
516 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

memberikan pedoman.melakukan fasili penyusunan perencanalenggaraan


Pemerint pembangunan partiDesa;ipatif;

melakukan fasilitasie.melakukapenyevaluas-lenggaraan
PemerintahangawasanPeraturan D

Desa;
f. menetapkan pembi
melakukan evaluasialokasidandanape-perimb ngawasan
PeraturanuntukDesa;Desa;

menetapkan pembiayaang.mengawasi pengelo alokasi dana


perimbangankeuanganDesa dan p

untuk Desa;
gunaan aset Desa;
mengawasi pengelomelakukanh. pembina Keuangan Desa danpengawasan-
penyelen dayagunaan AsetraanDesaPemerintahan D

melakukan pembinaan.menyeledanggarakan pengawasan penyelenggadikandan-


pelatihan raan PemerintahanmerintDesah; Desa dan l

menyelenggarakankemasyarakatan;pendi-

dikan dan pelatihanj.membagierkan pengh Pemerintah Desa,atasBadanprestasi


yang PermusyawaratankanDesa,dalam penyeleng lembaga
kemasyarakataPemerintahan, Desa d dan lembaga adat;baga kemasyarakatan

memberikan penghargaank.memberikan sanksi atas prestasi


yangpenyimpdilangksan- yang d nakan dalam penyelenggakanoleh-Kepala Des
raan PemerintahanDesa,gaimana diaturBa- dala dan Permusyawaratanturan
Desa,perundang-und lembaga kemasyarakatl.melan,kukan upaya-dan lembaga
adat;percepatan atau aks

melakukan upayapembangunpercepan- perdesa tan pembangunan.


perdemelakukan- upaya p
saan;
patan pembangunan D
l. melakukan upayamelaluipercebantuan-
keu
patan PembangunanbantuanDesa pendampinga
melalui bantuanbantuankeuangan,teknis; dan
bantuan pendampingan,.pembindaan lainnya
bantuan teknis;perlukan.

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 517


Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

melakukan peningkatan ka-pasitas BUM Desa dan lem-baga kerja sama antar-Desa;
dan

memberikan sanksi atas penyimpangan yang dilaku-kan oleh Kepala Desa sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Rumusan Draft RUU


Rumusan yang disepakati
per 3 Oktober 2013

Pasal 107
Pasal
115
Pembinaan dan pengawasPembinaan dan pengaw Pemerintah
Kabupyangten/kota,dilakukan oleh
meliputi:
Daerah Kabupaten/Kot

gaimana dimaksud dal


a. memberikan pedoman pe-

112 ayat (1) meliput


laksanaan penugasan urusan

a.
pedoma
memberikan

Kabupaten/kota yang dilak-

laksanaan penugasan
sanakan oleh Desa;

Kabupaten/Kota yang

b. memberikan pedoman

sanakan oleh Desa;

penyusunan Peraturan Desa

b. memberikan pedoma

dan Peraturan Kepala Desa;

penyusunan Peratura

c. memberikan pedoman

dan Peraturan Kepal

penyusunan perencanaan

c. memberikan pedoma

pembangunan partisipatif;

penyusunan perencan

d. melakukan fasilitasi penye-

pembangunan partisi

lenggaraan Pemerintahan

Desa;
d. melakukan fasilit

garaan Pemerintahan
e. melakukan evaluasi dan pe-

e. melakukan evaluas

ngawasan Peraturan Desa;

ngawasan Peraturan

f. menetapkan pembiayaan

f.
menetapkan pembi

alokasi dana perimb ngan

untuk Desa;
alokasi dana perimb

untuk Desa;

518 Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa


Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

mengawasi pengelola.mengawasin pengelo keuangan Desa


danKeuanganpendayaDesa- dan p gunaan aset Desa;gunaan Aset Desa

melakukan pembinaanh.melakukandan pembina pengawasan


penyelenggapengawsan- penyelen raan PemerintahanraanDesa;Pemerintahan D

menyelenggarakani.menyelenggarakanpendidi-

kan dan pelatihandikanbagidanPepelatihan-merintah Desa


danPemerintahlembaga Desa, Ba kemasyarakatan;Permusyawaratan Des

memberikan penghargaanbagakemasyarakatan atas prestasi


yanglembagadilaksadat;na-

kan dalam penyelenggaraanj.memberikan pengh Pemerintahan


Desaatasdanprestasilem- yang baga kemasyarakatan;kandalam penyeleng

memberikan sanksiPemerintahanatas Desa, penyimpangan


yangPermusyawaratandilaku- Des kan oleh
KepalabagaDesakemasyarakatanseba-gaimana diatur lembagadalamperaadat;-

turan perundangk.-undangan;melakukan upaya p

melakukan upayapembangunan-upaya perdesa percepatan ataul.


akselerasimelakukan upaya pembangunan perdPembsaangunan. Desa me

melakukan upayabntuanpercepatkeuangan, b pembangunan


Desapendampingan,melalui dan b bantuan keuangan,teknis;bantuan
pendampingan, mdan.melakukanbantuan peningk

teknis; dan
pasitas BUM Desa da
n. pembinaan lainnyabag kerjayang disama- ant
perlukan.
dan

n. memberikan sanksi

penyimpangan yang d
kan oleh Kepala Des

dengan ketentuan pe

perundang-undangan.
tentang Desa 519
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

Namun, tidak diperoleh petunjuk pasal ini terjadi.

9.5.4 Tanggapan

Peran Peningkatan Kapasitas SDM Di Tingkat Desa.

Pasal 115 butir i, m, n terkai pengawasan oleh pemerintah yang katkan


kapasitas SDM di tingkatu-

kan oleh Pemerintah Kabupaten/Ko oleh Pemerintah maupun pemerinta


dipertimbangkan di dalam penyusu Pasal 115 huruf e menyebutkan p
melakukan pembinaan dan pengawas dan pengawasan peraturan desa. D
dua jenis binwas yang dilakukan, dan (ii) melakukan pengawasan te

Seperti disinggung pada bagian jenisregelling (peraturan perundang-unda


No. 12 Tahun 2011 tak dimasukkan (hirarki) perundang-undangan. Me
Desa tetap sah dan mengikat sepa mil dan materiil. Jika tak amemen
mengikat dan diberlakukan. Bahka Perdes, Rancangan Perdes masih b oleh
penyusun UU Desa disebut se ka binwas Perdes. Kesimpulan ini rumusan
Pasal 69 ayat (4), ayat memberikan wewenang kepada bupat kukan
evaluasi Rancangan Perdes tata ruang, dan organisasi pemer

520 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

Rumusan senada sebenarnya dibe da. Dalam kasus Perda, Menteri D luasi
sebelum memberikan persetu kewajiban daerah untuk menyampai Perda
tetapi juga Perda tertentu kukan evaluasi sebelum diberikan da yang perlu
mendapat persetuju Perda Kabupaten/Kota tentang pem 221 ayat 3 UU No.
23 Tahun 2014 rah menyatakan, Rancangan Perda pembentukan
Kecamatan yang telah bersama bupati/wali kota dan DPR ditetapkan oleh
bupati/ wali kot melalui gubernur sebagai wakil P dapat persetujuan.
Sedangkan Pe tapi harus mendapatkan persetuju laku contohnya adalah
Perda tent an perangkat daerah. Pasal 212 a menyatakan, Perda
sebagaimana d laku setelah mendapat persetujua Daerah provinsi dan dari
gubernu Pusat bagi Perangkat Daerah kabu sud menyatakan,
Pembentukan dan

... ditetapkan dengan Perda.

Dalam konteks Perdes, dapat dip dipergunakan untuk regulasi yang Berita
Desa. Bentuk konkrit dar mungkinan membatalkan Perdes.

Pada tataran teoritis, pengawa ran perundang-undangan, termasuk


Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 521
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

atas pengawasan preventif dan pe 2006: 190-191). Evaluasi saat m des


yang disebut dalam UU Desa b pengawasan preventif, sedangkan suatu
Perdes bertentangan dengan lebih tinggi adalah hasil pengaw

Adakalanya, evaluasi dan pengaw tikberatkan pada aspek formal pe apakah


BPD dilibatkan atau apaka ngan masyarakat desa. Tetapi ada Perdes itulah
yang dievaluasi da dari Perdes. Karena itu dalam pr dan pengujian materiil
peratura Soemantri, 1986: 6-8).

Dari penjelasan di atas dapat yang perlu dijawab dalam pengatu mentasi
UU Desa.

Pertama, bagaimana evaluasi dan pe kan? Undang-Undang Desa hanya m


terhadap tema tertentu dilakukan Perdes, artinya belum disahkan d itu
nanti wajib diperbaiki oleh waktu tertentu.

Kedua, apakah evaluasi hanya ber APB Desa, pungutan, tata ruang, desa?
Artinya, di luar keempat b evaluasi?

Ketiga, lembaga mana dan siapa ya dan pengawasan? Kalau evaluasi


sebagai haktoetsingsrechtmenguji),siapa( dan lemb
522 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

yang memiliki hak itu? (Fatmawat sal 115e junctohuruf Pasal 69 ayat (4)
bahwa yang melakukan evaluasi ad kalau dibaca lebih lanjut, -ada j
kenalkan UU Desa, yaitu pengawas Pengawasan ini bisa dibaca dari P
antara lain menyebut:

Apabila terjadi pelanggaran terhadap pelaksanaan Peraturan Desa yang telah


ditetapkan, Badan Permusyawaratan Desa ber-kewajiban mengingatkan dan
menindaklanjuti pelanggaran di-maksud sesuai dengan kewenangan yang
dimiliki. Itulah salah satu fungsi pengawasan yang dimiliki oleh Badan
Permusyawa-ratan Desa. Selain Badan Permusyawaratan Desa, masyarakat
desa juga mempunyai hak untuk melakukan pengawasan dan evaluasi secara
partisipatif terhadap pelaksanaan Peraturan Desa.

Keempat, apa saja ukuran yang bisa kukan evaluasi dan pengawasan? S dan
disebut dalam Pasal 69 ayat nya suatu Perdes dengan peratura lebih tinggi.
Parameter lain dis angka 7 UU Desa, yaitu:

Terganggunya kerukunan anta

Terganggunya akses terhadap

Terganggunya ketenteraman d

Terganggunya kegiatan ekono kesejahteraan masyarakat; dan

Diskriminasi terhadap suku, ras, antargolongan, serta gen

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014


tentang Desa 523
Klaster 9

Pembinaan dan Pengawasan

Peran melakukan upaya percepatan pembangunan perdesaan


Bersifat Abstrak.

Peran ini merupakan substansi ini masih abstrak dibandingkan d


cenderung spesi ik mengenai kegi lu dipertimbangkan di dalam peny nya.

9.6 Penutup

Klaster ini telah memperjelas pusat, pemerintah provinsi dan dalam


memberikan pembinaan dan merintah Desa. Dalam pembahasan dapatkan
perdebatan. Namun demik krusial yang perlu dipertegas da membantu
implementasi dari pembi maksud.

Tahapan dalam melakukan pembin Desa perlu diperjelas langkah-la para


pembina dan pengawas, karen miliki perkembangan yang berbeda

524 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Daftar Pustaka

Asshiddiqie,PerkembanganJimlydanKonsolidasi. Lembaga Ne-

gara Pasca Reformasi. Jakarta: Mahkamah publik Indonesia, 2006

Alkada i, PenguatanMuammarEkonomi. Masyarakat melalui Pengelolaan


Kelembagaan Badan Usaha Milik Desa Menuju
ASEAN Economic Community 2015, Fakultas Ek Ilmu Sosial Universitas
Islam Riau, 2014

Amiq, BachrulPenerapanSanksi. Administrasi dalam Hukum Lingkungan.


Yog-yakarta: Laksbang Me
BAPPENAS-LaporanUNDP,Studi Evaluasi Dampak Pemekaran Daerah, 2001-
2007, 2008
Wikantosa, Bito, Catatan Terhad Hukum UU Desa tentang Penyele Desa,
dalam FGD di Kantor PAT

Narasumber Expert,Meeting Anotasi UU Desa, 7 Mei 2015 di Kantor


PATTIRO, Jakart
Bratha, IPenuntunNyomanGeograi.Sosial, UP Spring, karta, 1968)

Djohani, PanduanRianingsihPenyelenggaraan. Musyawarah Pe-rencanaan


Pembangunan Desa. Bandung: FPPM,
Eko, SutoroKedudukandan Kewenangan Desa, Makalah
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014
tentang Desa 525
Daftar Pustaka

Fahmal, HPeran.A.Asas-MuinAsasUmum. Pemerintahan yang

Layak dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih. Yog-yakarta: UII


Press, 2006
Fakultas Ekonomi UniversitasPanduanPendiriandan Bra

Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa, Departemen P dikan Nasional Pusat


Kajian D ngunan (PKDSP), Malang, 2007

Firmansyah, Nurul Berhukumdan dariWingDesa, Prab

Memotret Proses Lahirnya Aturan Berbasis Masyarakat

Desa. Jakarta: Perkumpulan HuMA

Hossein, Bhenyamin. Arah Kebija Bidang Penyelenggaraan Desentr

makalah
Seminar Arah Pembangunan Hukum Menu-
rah
(Hubungan
Kewen angan Anta

, Jakarta, 29-31
1945 Hasil Amandemen

rut UUD
pada

Husein,PemiluHarun,Indonesia:Fakta, Angka, Analisis, dan Studi Banding.


Jakarta: Perludem
Irawan,EksistensiHadi,BUMDes dari Aspek Otonomi Berdasar-kan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Peme-
rintahan Daerah, Fakultas Hukum Unive 2013

Istanto, BeberapaF.SugengSegiHubungan. Pemerintah Pusat

dan Daerah dalam Negara Kesatuan Indonesia. Yogyakar ta: Karyaputera,


1971
Mahfud MD, Mohammad,ProsidingKongres dkkPansasila IV: Srategi
Pelembagaan Nilai-nilai Pancasila dalam Menegak-
kan Konstitusionalitas Indonesia, Yogyakarta, 20

Moeljarto,PolitikPembangunan,T. Sebuah Analisis, Arah dan

Strategi. PT Tiara Wacana Yogya, Yo


526 Anotasi Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tentang Desa
Daftar Pustaka

Natabaya,SistemHPeraturan.A.S..Perundang-Undangan Indo-

nesia. Jakarta: Konstitusi Press

Nugraha, HukumSafri,AdministrasidkkNegara. . Depok: Cen

for Law and Good Governance St

Nurkholis, Hanif. Tantangan dan

6/2016 tentang Desa, makalahSemi-

nar Nasional Administrasi Negara di FISIP Univer

geri Padang, 13 November 2014

Peraturan Menteri Desa, Pembangu Transmigrasi No.


1PedomanTahunKewe- 2015 nangan Berdasarkan Hak Asal usul dan
Kewenangan Lokal

Berkala Desa

Permendagri No. 111PedomanTahunTeknis Pe2014- T raturan di Desa

Peraturan Pemerintah NoTata. Cara86 Tahu

Pengenaan Sanksi Administratif kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara


Negara dan Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan Penerima
Bantuan Iuran da-lam Penyelenggaraan Jaminan Sosial
PSHK (Tim StudiPeneliti)TataKelolaProses.Legislasi. Jakarta PSHK, USAID-
Democratic Reform
Ramadana, Coristya Berlian dkk, Volume 1
KeberadaanNomorBadan6,Usaha Milik Desa (BUMDesa) Sebagai Penguatan
Ekonomi Desa, Fakulta Ilmu Administrasi Fakultas Bra

Risadi, ArisBadanUsahaAhmad,MilikDesa, Dapur Buku, J 2012


Sahdan, Gregorius danEvaluasiMuhtarKritis Hab

Penyelenggaraan Pilkada di Indonesia. Yogyakarta: titute Power of


Democracy (IPD
Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 527
Daftar Pustaka

Susanti, BivitriStudiTata(penyunting)KelolaProsesLegisla-. si. Jakarta: Pusat


Studi Hukum 2008

Tresna,PeradilanMr.di IndonesiaR.. dari Abad ke Abad. Amster-dam-Jakarta:


NV. W. Versluys,
Undang-Undang No. 12PembentukanTahunPera-2011 turan Perundang-
Undangan
Undang-Undang Republik Indonesia tang Desa

Undang-Undang No. 22 Tahun 1948 rah

Undang-Undang No. 25 tahun 2004 naan Pembangunan Nasional SPP

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 rah

Widjaja,OtonomiHAWDesa.Merupakan Otonomi yang Asli, Bu-

lati dan Utuh. Jakarta: RajaGra indo

www.jimly.com/makalah/nama ile/1 RAKAT_DESA.pdf. pada tanggal 3

www.old.setkab.go.id/berita -5485 merintah -stop-pemekaran- desa-


tan.html diakses pada 28 Maret

Zakaria,AbihRTandeh,.YandoMasyarakat. Desa di Bawah Rejim

Orde Baru. Jakarta: ELSAM, 2000.

528 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
Daftar Singkatan

APB Desa
:
: Anggaran Pendapata

ADD

:
Alokasi Dana Desa

BUM Des
:

Badan Usaha Milik

BPD

Badan Permusyawarata

DPD
:

Dewan Perwakilan Da

DIM
:

Daftar Inventaris M

Kades
:
Kepala Desa
LKMD
:
Lembaga Ketahanan Ma

Musrenbangdes
: Musyawarah Peren

Mendagri
Desa.

: Menteri Dalam Nege

NKRI
: Negara Kesatuan Rep

NA
: Naskah Akademik

Pansus

Panitia khusus

Perda

Peraturan Daerah

Perdes

:
Peraturan Desa

Pilkades

:
:
Pemilihan Kepala

Perppu

Peraturan Pemerint

Undang

Anotasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 529


Daftar Singkatan

RUU
:
Rancangan Undang-und
RDPU
:
Rapat Dengar Pendap
RT/RW
: Rukun Tangga (RT), R
Pilkada

: Pemilihan Kepala
Pemilu

: Pemilihan Umum
PKK
: Pendidikan Kesejahte
SID
: Sistem Informasi Des
Sekdes

: Sekretaris Desa
UU
: Undang-Undang

530 Anotasi Undang-Undang No.6


Tahun 2014 tentang Desa
P osisi Pemerintah Desa dalam konstelasinya dengan praktik

desentralisasi dan otonomi daerah baru terlihat secara jelas setelah


terbitnya UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah yang
menempatkan posisi Pemerintah Desa sebagai bagian dari Pemerintah
Kabupaten/Kota. Desentralisasi menurut UU No. 32/2004 ini
berhenti pada level pemerintah kabupaten/kota, sehingga desa
merupakan bagian dari pemerintahan kabupaten/kota. UU Desa
kemudian memperjelas kedudukan Desa dengan menempatkan desa
berkedudukan dalam wilayah kabupaten/kota. Kompromi tentang
landasan konstitusional kedudukan desa memunculkan aturan tentang
asas rekognisi dan subsidiaritas yang akan dijelaskan dalam buku ini.

Buku ini dapat disebut versi awal yang fokus pada isi dari UU Desa dan
proses pembahasannya. Buku ini disusun dalam bentuk klaster yang
didalamnya memuat tema-tema yang ada di dalam UU Desa disertai
isu-isu krusial yang ada dalam setiap tema. Kendati pembahasan isu
krusial dalam buku ini belum dapat disajikan secara sempurna, namun
pembahasan mengenai hal ini akan terus dimutakhirkan melalui
serangkaian seri diskusi, termasuk mengenai pasal yang belum jelas,
multi tafsir atau kontradiktif dengan peraturan lainnya. Hasil diskusi
ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk merumuskan solusi agar
tidak menimbulkan permasalahan dalam implementasi UU Desa.

Anotasi ini merupakan dokumen yang terus berkembang (living


document) dan akan disampaikan secara virtual, sehingga substansi
buku ini akan terus diperbaharui secara bertahap dengan
mengakomodasi perkembangan yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai