Anda di halaman 1dari 12

AKIBAT HUKUM DENGAN ADANYA KEWENANGAN DESA

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014


TENTANG DESA DALAM PERBUATAN PUBLIK
Joejoen Tjahjani, SH, M.H
joejoen668@gmail.com
Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan
ABSTRAK

Kelahiran Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa diharapkan


mampu untuk mengakomodir kepentingan dan kebutuhan masyarakat Desa.
Pemerintahan Desa dijalankan oleh Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa. Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa,
melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa dan
pemberdayaan masyarakat Desa sedangkan Badan Permusyawaratan Desa
mempunyai fungsi membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa
bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa
dan melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa. Berdasarkan hasil penelitian
dengan berlakunya Undang-undang Nomor 6 tahun 2014, terjadi Perubahan
Kedudukan, tugas, fungsi dan wewenang Kepala Desa dan BPD, Kepala Desa
tidak lagi bertanggung jawab kepada BPD. Hubungan kerja antara Kepala Desa
dengan BPD adalah hubungan kemitraan, konsultasi dan koordinasi yang diatur
dalam Undang-Undang Baru Tersebut.

Kata Kunci : UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Kewenangan BPD, Hubungan


kerja kepala desa dengan BPD.

I. PENDAHULUAN Daerah, desa tidak lagi


merupakan level administrasi
Dalam Undang-Undang
dan menjadi bawahan daerah,
Nomer 6 Tahun 2014 desa
melainkan menjadi
merupakan kesatuan hukum
independent community, yang
otonom dan memiliki hak dan
masyarakatnya berhak
wewenang untuk mengatur
berbicara atas kepentingan
rumah tangga sendiri.
sendiri dan bukan ditentukan
Berdasarkan Undang-Undang
dari atas ke bawah. Undang
Nomor 23 Tahun 2014
Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Pemerintahan
tentang desa disahkan dalam
Sidang Paripurna Dewan pusat terhadap perkembangan
Perwakilan Rakyat Republik otonomi desa yang
Indonesia (DPR-RI), tanggal sebelumnya. Sekaligus
18 Desember 2013, setelah dengan Undang-Undang
menempuh perjalanan Nomor 6 Tahun 2014 ini
panjang selama tujuh tahun nantinya desa-desa di
(2007-2013). Seluruh Indonesia mempunyai masa
komponen bangsa depan yang lebih baik
menyambutnya sebagai pengaturannya dari pada
kemenangan besar. Sebab Undang-Undang sebelumnya
Undang-Undang Nomor 6 yaitu Undang-Undang Nomor
Tahun 2014 tentang desa 5 Tahun 1999 Tentang Desa,
menjadi bukti ketegasan Undang-Undang Nomor 22
komitmen Pemerintah Tahun 1999 Tentang
Indonesia dan anggota DPR- pemerintahan daerah dan
RI untuk melindungi dan Undang-Undang Nomor 32
memberdayakan desa agar Tahun 2004 Tentang
menjadi lebih kuat, mandiri, pemerintahan daerah
dan demokratis. sehingga termasuk di dalamnya
dapat menciptakan landasan mengatur tentang desa-desa
yang kokoh dalam di Indonesia 1.
melaksanakan pemerintahan Dengan ditetapkannya
dan pembangunan menuju Undang-Undang Desa Nomor
masyarakat yang adil, 6 Tahun 2014, kedudukan
makmur dan sejahtera. Badan Permusyawaratn Desa
Ketika diberlakukannya mengalami perubahan. Jika
Undang-Undang Nomor 6 sebelumnya Badan
Tahun 2014 Tentang Desa di Permusyawaratn Desa
Indonesia, berbagai pihak
1
Diantha, Pasek. 2014. Analisis Yuridis
telah banyak memberikan
Penerapan Undang-undang Nomor 6 Tahun
apresiasi kepada pemerintah 2014 tentang desa. Isu Strategis Triwulan IV.
Di download dari denpasarkota.go.id
merupakan unsur kontrol bagi proses
penyelenggara pemerintahan penyelenggaraan
maka sekarang menjadi pemerintahan dan
lembaga desa. Kini fungsi pembangunan ditingkat desa.
Badan Permusyawaratn Desa Hal ini bisa terealisasi
yaitu menyalurkan aspirasi, apabila Badan
merencanakan Anggaran Permusyawaratn Desa
Pendapatan dan Belanja Desa sebagai mitra kepala desa,
(APBDes), dan mengawasi berperan aktif dalam
pemerintahan desa. membangun desa bersama
Sedangkan tugasnya kepala desa dan masyarakat.
adalah menyelenggarakan Undang-Undang Desa lahir
musyawarah desa dengan dari perjuangan dan
peserta terdiri kepala desa, perjalanan yang panjang
perangkat desa kelompok, untuk mencapai Inti dari
dan tokoh masyarakat. Undang-Undang ini adalah
Jumlah pesertanya tergantung mengenai alokasi dana untuk
situasi kondisi setiap desa. Desa.
Musyawarah desa berfungsi Pembatasan masalah
sebagai ajang kebersamaan dalam suatu penelitian ini
dan membicarakan segala dimaksudkan agar
kebijakan tentang desa. permasalahan yang dibahas
Dalam hal ini, Badan lebih fokus, serta untuk
Permusyawaratn Desa mempermudah penulis dalam
diharapkan menjadi wadah memecahkan permasalahan
atau gelanggang politik baru yang akan diteliti. Sehingga
bagi warga desa dan tujuan dan sasaran bisa
membangun tradisi dicapai dengan jelas serta
demokrasi, sekaligus tempat mendapatkan hasil yang
pembuatan kebijakan publik diharapkan pengaturan
desa serta menjadi alat kewenangan desa dalam
Undang-undang Nomor 6 berdasarkan logika keilmuan
Tahun 2014 tentang Desa. hukum dari sisi normatifnya.2
Berdasarkan pada Oleh karena itu penelitian
uraian yang mendasari hukum ini difokuskan untuk
penelitian ini di atas, maka mengkaji penelitian hukum
peneliti merumuskan masalah tentang kaidah-kaidah atau
yang akan dibahas dalam norma-norma dalam hukum
penelitian ini adalah Apakah positif, yakni norma hukum
akibat hukum dengan adanya yang terkait dengan
kewenangan desa kewenangan Badan
berdasarkan Undang-Undang Permusyawaratan Desa
Nomor 6 Tahun 2014 tentang (BPD) menurut Undang-
Desa? Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa.
METODE PENELITIAN
Tipe penelitian yang
Dalam melakukan digunakan adalah tipe
penelitian ini dibutuhkan penelitian yuridis normatif,
bahan yang berupa data maka pendekatan yang
informasi yang berkaitan digunakan adalah pendekatan
tentang subyek penelitian perundang-undangan (statute
secara langsung maupun approach). Pendekatan
tidak langsung, metode tersebut melakukan
penelitian meliputi: pengkajian peraturan
perundang-undangan yang
Tipe penelitian hukum
berhubungan dengan pokok
yang dilakukan adalah yuridis
permasalahan. Selain itu juga
normatif (hukum normatif).
digunakan pendekatan konsep
Metode penelitian hukum
(Conceptual approach).
normatif adalah suatu
prosedur penelitian ilmiah 2
Johnny Ibrahim, Teori & Metode
untuk menemukan kebenaran Penelitian Hukum Normatif, Banyumedia
Publishing, Malang 2006, h..57
Pendekatan konsep ini Baik bahan primer maupun
digunakan dalam rangka bahan sekunder dikumpulkan
untuk melihat konsep-konsep berdasar-kan topik permasalahan
yang terkait dengan yang telah dirumuskan dan
hubungan antara Badan diklasifikasi menurut sumber dan
Permusyawaratan Desa hirarkinya untuk dikaji secara
dengan Kepala Desa dalam komprenensif.
penyelenggaraan Adapun bahan yang
pemerintahan desa. diperoleh dalam penelitian studi
kepustakaan, aturan perundang-
Bahan hukum yang
undangan, yang penulis uraikan
dipergunakan dalam penelitian ini
dan dihubungkan sedemikian
adalah sebagai berikut :
rupa, sehingga disajikan dalam
a. Bahan hukum primer:
penulisan yang lebih sistematis
bahan hukum primer merupakan
guna menjawab perumusan
bahan hukum yang bersifat
masalah yang dirumuskan.Cara
autoritatif artinya mempunyai
pengolahan bahan dilakukan
otoritas bahan hukum terdiri
secara deduktif yakni menarik
dari perundang-undangan,
kesimpulan dari suatu
catatan resmi, atau risalah dalam
permasalahan yang bersifat umum
pembuatan perundang-undangan
terhadap permasalahan kongkrit
dan putusan hakim. Adapun
yang dihadapi.
bahan hukum primer antara lain:
Undang Undang Dasar 1945, 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
b. Bahan sekunder, yaitu
Sebelumnya pengaturan
bahan yang diperoleh dari buku
tentang Badan
teks, jurnal-jurnal, pendapat para
Permusyawaratan Desa diatur
sarjana dan kasus-kasus hukum.3
di dalam Undang-undang No
23 Tahun 2014 tentang
3
Pemerintahan Daerah.
Peter Mahmud Marzuki. Penelitian
Hukum. Universitas Airlangga. Surabaya. h. Sebagai tindak lanjut dari
15.
dikeluarkannya Undang- Wewenang Badan
undang Nomor 23 tahun 2014 Permusyawaratan Desa diatur
selanjutnya pemerintah didalam Pasal 11 Ayat (1) yang
Daerah mengeluarkan bunyinya: Badan
Peraturan Daerah Nomor 13 Permusyawaratan Desa
Tahun 2006 Tentang Mempunyai Wewenang ;
Pembentukan Badan 1. Membahas rancangan Peraturan
Desa bersama Perbekel.
Permusyawaratan Desa.
2. Melaksanakan pengawasan
Dalam Perda Nomor 13 terhadap pelaksanaan Peraturan
Desa dan Peraturan Perbekel.
Tahun 2006 pengertian
3. Mengusulkan pengangkatan dan
Badan Permusyawaratan pemberhentian Perbekel.
4. Membentuk panitia pemilihan
Desa terdapat di dalam
Perbekel.
ketentuan umum pasal 1 5. Menggali, menampung,
menghimpun, merumuskan dan
angka 6 yang bunyinya:”
menyalurkan aspirasi masyarakat
Badan Permusyawaratan 6. Menyusun tata tertib Badan
Permusyawaratan Desa.
Desa yang selanjutnya
Badan
disebut BPD adalah lembaga
Permusyawaratan Desa
yang merupakan perwujudan
merupakan Badan
demokrasi dalam
Permusyawaratan di tingkat
penyelenggaraan
Desa yang turut membahas
pemerintahan Desa sebagai
dan menyepakati berbagai
unsur penyelenggara
kebijakan dalam
pemerintahan Desa”.
penyelenggaraan
Wewenang dan fungsi
pemerintahan Desa. Dalam
Badan Permusyawaratan
upaya meningkatkan kinerja
Desa di dalam Perda Nomor
kepala pemerintahan Desa
13 Tahun 2006 Tentang
dan memfasilitasi
Pembentukan Badan
penyelenggaraan
Permusyawaratan Desa diatur
musyawarah Desa bersama
di dalam Pasal 11 dan Pasal
Perangkat Desa.
12
Musyawarah Desa aset desa serta kejadian luar
adalah forum musyawarah biasa4.
antara Badan Undang-undang Nomor
Permusyawaratan Desa,
6 tahun 2014 tentang Desa
Pemerintah Desa, dan unsur
dalam ketentuan umumnya
masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan memberikan penjelasan
Permusyawaratan Desa untuk
tentang Desa sebagai berikut,
menyepakati hak yang
Desa adalah kesatuan
bersifat strategis dalam
penyelenggaraan masyarakat hukum yang
Pemerintahan Desa.
memiliki batas wilayah yang
Musyawarah Desa
berwenang untuk mengatur
merupakan forum dari
pemangku kepentingan di dan mengurus urusan
Desa termasuk
Pemerintahan, kepentingan
masyarakatnya. Hasil dari
masyarakat setempat
musyawarah Desa yang
berbentuk kesepakatan yang berdasarkan prakarsa
dituangkan di dalam
masyarakat, hak asal usul,
keputusan hasil musyawarah
dan/atau hak tradisional yang
dijadikan dasar oleh Badan
Permusyawaratan Desa dan diakui dan dihormati dalam
pemerintah Desa dalam
sistem Pemerintahan Negara
menetapkan kebijakan yang
Kesatuan Republik Indonesia.
meliputi: penataan Desa,
perencanaan Desa, kerja sama
Kata mengatur
Desa, rencana investasi yang
masuk ke Desa, pembentukan memiliki arti kewenangan

badan usaha milik Desa, dalam membuat kebijakan


penambahan dan pelepasan 4
Ni‟matul Huda, loc.cit, h. 216.
yang bersipat mengatur pemerintahan Desa memasuki

(policy regulatioan) sedangka babak baru dengan

kata mengurus memiliki arti kewenangan pengaturan ada

kewenangan membuat aturan pada Pemerintahan Desa itu

pelaksanaan (policy sendiri yang berasal dari asal

implementation). Kesatuan usul dan adat istiadat yang

masyarakat hukum yang dikembangkan, dipelihara

memiliki kewenangan dan dipertahankan

mengatur dan mengurus masyarakat setempat dari

kepentingannya sendiri dulu sampai sekarang. Hal ini

berarti kesatuan masyarakat berarti urusan yang secara

hukum tersebut mempunyai adat telah diatur dan diurus

otonomi karena ia berwenang diakui oleh undang-undang

membuat kebijakan yang dalam sistem Pemerintahan

bersipat mengatur sekaligus Negara Kesatuan Republik

membuat aturan Indonesia. Dalam

pelaksanaannya. Dengan melaksanakan pembangunan

demikian Desa memiliki Desa Peran serta masyarakat

otonomi untuk mengatur dan mutlak diperlukan dalam

mengurus kewenangan rangka kebersamaan,

berdasarkan hak asal usul dan kekeluargaan, dan

kewenangan lokal berskala kegotongroyongan guna

Desa. Penyelenggaraan mewujudkan perdamaian dan


keadilan sosial bagi
K. DESA BPD

masyarakat Desa. K DUSUN A. BPD

APREASASI
Berdasarkan kriteria MASYARAKAT

kewenangan sebagaimana Gambar Diagram Pola Relasi Kerja Kepala Desa dengan

yang dijelaskan diatas, maka BPD dalam Aspirasi Masyarakat

kewenangan lokal berskala


Keterangan :
Desa meliputi bidang
Berdasarkan skema
Pemerintahan Desa, bidang
diatas aspirasi masyarakat
Pembangunan Desa, bidang
dapat diajukan melalui
Kemasyarakatan Desa dan
Kepala Dusun atau Anggota
bidang Pemberdayaan
Badan Permusyawaratan
masyarakat Desa Untuk
Desa, jika aspirasi
mempermudah memahami
disampaikan melalui Kepala
bagaimana pengaturan
Dusun, maka akan
hubungan kerja antara Kepala
disampaikan ke Kepala Desa
Desa dengan Badan
kemudian disampaikan
Permusyawaratan Desa
kepada Badan
menurut Undang-undang
Permusyawaratn Desa untuk
Nomor 6 tahun 2014 tentang
dibahas dan diputuskan
Desa dapat dijelaskan
bersama untuk dilaksanakan,
pengaturannya sebagai
selanjutnya jika aspirasi
berikut:
tersebut disampaikan lewat
MUSYAWARAH DESA
anggota Badan Peraturan Perbekel, Mengusulkan

Permusyawaratn Desa, pengangkatan dan pemberhentian

diteruskan kepada Ketua Perbekel, Membentuk panitia

BPD kemudian dirapatkan pemilihan Perbekel, Menggali,

dalam musyawarah Badan menampung, menghimpun,

Permusyawaratn Desa hasil merumuskan dan menyalurkan

musyawarah tersebut aspirasi masyarakat, Menyusun tata

selanjutnya disampaikan tertib Badan Permusyawaratan Desa.

kepada Kepala Desa untuk Dan Badan Permusyawaratan Desa

ditindaklanjuti. merupakan Badan Permusyawaratan

PENUTUP di tingkat Desa yang turut membahas

dan menyepakati berbagai kebijakan


Kesimpulan yang dapat ditarik
dalam penyelenggaraan
dari hasil penelitian tentang
pemerintahan Desa. Dalam upaya
Kewenanagan Badan
meningkatkan kinerja kepala
Permusyawaratan Desa (BPD)
pemerintahan Desa dan memfasilitasi
menurut Undang-undang Nomor 6
penyelenggaraan musyawarah Desa
tahun 2014 tentang Desa adalah
bersama Perangkat Desa.
sebagai berikut : Wewenang Badan
Saran dan masukan penulisan
Permusyawaratan Desa adalah
adalah sebagai berikut :
Membahas rancangan Peraturan

Desa bersama Perbekel, 1. Struktur Pemerintahan Desa agar

Melaksanakan pengawasan terhadap secepatnya di sesuaikan dengan

pelaksanaan Peraturan Desa dan peraturan Perundang-undangan


yakni Undang-Undang Nomor 6

tahun 2014 tentang Desa dan

Peraturan Pemerintah Nomor 43

tahun 2014 tentang Peraturan

Pelaksana Undang-Undang

Nomor 6 tahun 2014 tentang

Desa, agar Pemerintahan Desa

dapat berjalan secara Demokratis,

Transparan dan Akuntabel.

DAFTAR PUSTAKA
Amin Suprihatini, Pemerintahan
Desa dan Kelurahan, Cempaka
Putih, Klaten, 2007.
Ateng Syafrudin dan Suprin Na‟a,
Republik Desa (Pergulatan
Hukum Tradisional dan Hukum
Modern Dalam Desain Otonomi
Desa), PT. Alumni, Bandung,
2010.
Daeng Sudirwo, Pokok-Pokok
Pemerintahan Di Daerah dan
Pemerintahan Desa, Angkasa,
Bandung. 1981.
Diantha, Pasek. Analisis Yuridis
Penerapan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang
desa. Isu Strategis Triwulan IV.
Di download dari
denpasarkota.go.id, 2014.
Johnny Ibrahim, Teori & Metode
Penelitian Hukum Normatif,
Banyumedia Publishing, Malang
2006.
Peter Mahmud Marzuki. Penelitian
Hukum. Universitas Airlangga.
Surabaya. 2015.

Anda mungkin juga menyukai