Anda di halaman 1dari 10

PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014


TENTANG DESA DI KABUPATEN SIDOARJO
Ahmad Mahyani; Slamet Suhartono; Dwi Putri Sartik; Johanes Dipa Widjaya.
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
mahyani.fh@untag-sby.ac.id; suhartonoslamet@untag-sby.ac.id

Abstract Abstrak

The state recognizes and respect the Negara mengakui dan menghormati Desa sebagai kesatuan
Village as a legal community unit that has masyarakat hukum yang mempunyai kewenangan mengatur
the authorithy to regulate and manage dan mengurus urusan pemerintahan dan hak-hak asal usul dan
gonverment affairs and the rights of origin tradisionalnya secara otonom. Dalam rangka pengakuan dan
and traditional autonomous. In the context penghormatan tersebut, maka semenjak kemerdekaan Indonesia
of recognition and respect, since the inde- telah diberlakukan beberapa peraturan perundang-undangan yang
pendence of Indonesia several regulation menjadi dasar hukum pelaksanaan pemerintahan Desa. Pemberlakuan
have been enacted which from the legal Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan peraturan
basic for implementing village governance. perundang-undangan pelaksanaannya juga membawa akibat
The enactment of Law number of 2014 hukum terhadap penyelenggaraan pemerintahan Desa, diantaranya
concerning villages and their implementing adalah restrukturisasi perangkat desa, penyusunan perencanaan
laws and regulations also bring legal pembangunan Desa dan akibat hukum lainnya. Penelitian ini berfokus
consequences to the administration of pada implemetasi UU no.6 tahun 2014 khususnya penyusunan
the village administration, including the anggaran desa dan tertib administrasi desa sehingga bisa diketahui
restructuring of village apparatus, the problematika yang dialami oleh pemerintah desa.
preparation of village development plans
Kata kunci : problematika, implementasi, desa
and other legal consequences. This research
focuses on the implementation of law no 6 of
2014 specifically the preparation of the village
budget and the orderly administration of the 1. Pendahuluan
village so that it can be seen the problems Melalui Pasal 18B Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
experienced by the village government.
Republik Indonesia (selanjutnya disebut UUD NRI Tahun 1945),
Keywords: Problem, implementation, village negara mengakui dan menghormati Desa sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai kewenangan mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dan hak-hak asal usul dan
tradisionalnya secara otonom. Desa merupakan self governing
comunity dengan ciri khas otonomi asli (genuine autonomy)
yang eksistensinya sudah ada sebelum Indonesia merdeka.
Dalam rangka pengakuan dan penghormatan tersebut, maka
semenjak kemerdekaan Indonesia telah diberlakukan beberapa
peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum
pelaksanaan pemerintahan Desa. Bahkan semenjak reformasi,

UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019 


Ahmad Mahyani, dkk . Problematika Implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 . . .

Desa telah diatur dalam beberapa peraturan akibat hukum bagi penyelenggaraan pemerintahan
perundang-undangan, yakni Undang-Undang Nomor Desa, diantaranya adalah restrukturisasi perangkat
22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang desa, penyusunan perencanaan pembangunan
kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor Desa dan akibat hukum lainnya. Di samping itu, juga
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diatur berakibat pada keberlakuan produk hukum daerah
lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Kabupaten/Kota dan Desa.Hal tersebut sesuai
Tahun 2005 tentang Desa. dengan prinsip hukum “lex superiory derogat legi
inferiory”. Banyaknya perubahan mendasar tersebut
Desa sebagai suatu organisasi pemerintahan
menyebabkan Kabupaten/Kota dan Desa harus
yang memiliki berbagai macam hak, diantaranya hak
mengambil kebijakansesegara mungkin.
asal usul dan tradisional. Keberadaan hak ini beguna
untuk mengatur kepentingan seluruh masyarakat desa Namun dalam praktiknya, penyesuaian penye-
dan merealisasikan tujuan kemerdekaan Indonesia. lenggaraan pemerintahan Desa tidak semudah yang
Duna mewujudkan masyarakat adil, mamur dan diharapkan.Hal tersebut karena berbagai faktor
sejahtera, maka pembangunan harus ebrbasis desa. normatif maupun empiris.Misalnya diperlukan
Pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan kesiapan Pemerintah Desa (Pemerintah desa) dalam
berbasis desa dilakukan dengan semangat melindungi implementasi peraturan baru yang berlaku pada
hak dan memberdayakan desa menjadi entitas yang tahun anggaran 2015.Menjelang penerapan UU No.
manbdiri, maju, kuat dan bersifat demokratis. Oleh 6 Tahun 2014 tentang Desa, sejumlah Pemerintah
karenya desa sebagai wilayah yang memegang posisi Desa (Pemerintah desa) di Kabupaten Sleman justru
penting dalam mewujudkan tujuan kemerdekaan, belum siap melaksanakannya. Faktor keterbatasan
harus dilindungi dan diberdayakan. waktu persiapan administrasi disebut menjadi pemicu
kurangnya kesiapan dalam implementasi UU Desa.
Peraturan perundang-undangan terkait Desa
dirasakan kurang memadai sehingga pada tahun 2014 Berdasarkan hal tersebut diatas, kami melaksa-
diberlakukan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 nakan penelitian dengan berfokus pada implementasi
tentang Desa (selanjutnya disebut UU No. 6 Tahun UU desa khususnya bagaimana pemerintahan
2014). Untuk melaksanakan UU No. 6 Tahun 2014, desa memahami kewenangannya, melaksanakan
maka Pemerintah Pusat juga telah mengeluarkan penyusunan anggaran dan tertib administrasi.
berbagai produk hukum, baik Peraturan Pemerintah,
maupun Peraturan Menteri, sehingga sampai tahun
2017 ada sekitar 17 peraturan perundang-undangan 2. Metode Penelitian
yang mengatur tentang Desa. Pemberlakuan UU No. Tipe penelitian yang dipergunakan dalam pene-
6 Tahun 2014 dan peraturan perundang-undangan litian ini adalah yuridis empiris, yaitu cara atau pro-
pelaksanaannya tersebut membawa angin segar sedur yang digunakan untuk memecahkan masalah di
bagi penyelenggaraan pemerintahan Desa, karena di dalam penelitian ini dengan melakukan pengumpulan
dalamnya diatur beberapa hal yang sangat esensial dan pengolahan terhadap data primer terlebih dahulu
seperti pemilihan Kepala Desa serentak, adanya untuk kemudian dilakukan analisis berdasarkan data
musyawarah Desa, kewajiban untuk membuat sekunder. Analisis data dilakukan pada data yang di-
perencanaan menengah dan tahunan, dan perubahan- 
Hesti Irna Rahmawati , dkk., Analisis Kesiapan Desa Dalam
perubahan esensial lainnya. Implementasi Penerapan UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa (Studi Pada Delapan Desa Di Kabupaten Sleman), The
Pemberlakuan UU No. 6 Tahun 2014 dan peraturan 2nd University Research Coloquium, 2015, Fakultas Ekonomi,
Universitas Cokroaminoto Yogyakarta, h. 305.
perundang-undangan pelaksanaannya membawa 
������������������
Soerjono Soekarto &�� Sri Mamudji, Penelitian Hukum Norma-
�������������

Huda, Ni’matul., 2015, Hukum Pemerintahan Desa, Yogya- tif : Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan Kedelapan, Jakarta : RajaGra-
karta: Setara Pres., h.212. findo Persada, 2004, hal. 1

 UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019


Ahmad Mahyani, dkk . Problematika Implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 . . .

dapatkan dari Desa Janti, Desa Tarik, Desa Sedati dan Kesatuan Republik Indonesia”.Pemerintahan Desa
Desa Gisik Cemandi di ������������������������������
Kabupaten Sidaorjo������������
. Sedangkan tersebut dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan
analisis data sekunder dilakukan terhadap peraturan Badan Permusyawaratan Desa.
perundang-undangan, bahan kepustakaan dan domu-
Penyelenggaraan pemerintahan desa telah
mentasi hukum yang terkait dengan topik penelitian.
berjalan di Indonesia sejak pasca kemerdekaan,
namun terdapat perubahan yang signifikan sejak
diterbitkannya UU No. 6 Tahun 2014. Berdasarkan
3. Hasil Penelitian
peraturan perundangan-undangan, pemerintahan
Implementasi UU No. 6 Tahun 2014 pada desa desa akan dikelola dengan kepala desa dan BPD
Tarik dan desa Janti di Kabupaten Sidoarjo yakni : dengan sejumlah perysaratan. Baik persyaratan saat
1. Penyelenggaraan pemerintahan desa telah pencalonan kepala desa, proses penyusunan rencana
berjalan di Indonesia sejak pasca kemerdekaan, pembangunan desa, pelaksanaan pembangunan desa
namun terdapat perubahan yang signifikan hingga pelaporan pembangunan desa.
sejak diterbitkannya UU No. 6 Tahun 2014. a. Pemerintah Desa
Berdasarkan peraturan perundangan-undangan,
Pasal 1 angka 3 UU No. 6 Tahun 2014 menentukan
pemerintahan desa akan dikelola dengan kepala
bahwa “Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau
desa dan BPD dengan sejumlah perysaratan.
yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa
Baik persyaratan saat pencalonan kepala desa,
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa”.
proses penyusunan rencana pembangunan
Jadi yang disebut dengan Pemerintah Desa adalah
desa, pelaksanaan pembangunan desa hingga
Kepala Desa dan Perangkat Desa yang bertugas untuk
pelaporan pembangunan desaKepala desa,
membantu Kepala Desa dalam menyelenggarakan
BPD dan pemerintah desa mengalami berbagai
tugas dan kewenangannya. Senada dengan hal
kendala dan tangtangan dalam pelaksanaan UU
tersebut, Pasal 23 UU No. 6 Tahun 2014 menentukan
No. 6 Tahun 2014. Diantaranya dalam bidang
bahwa “Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh
penyusunan peraturan desa, pengaturan ditingkat
Pemerintah Desa”.
desa pada bidang yang bukan kewenangan desa
(misalnya parkir, penertiban bangunan liar) Dalam menyelenggarakan pemerintahan desa,
Kepala Desa bertugas untuk menyelenggarakan
2. Dalam perjalanan 5 tahun pelaksanaan UU
Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan
No. 6 Tahun 2014, desa masih membutuhkan
Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pendampingan dalam pemahaman peraturan
pemberdayaan masyarakat Desa (vide Pasal 26 ayat (1)
perundang-undangan, peningkatan kapasitas
UU No. 6 Tahun 2014 ). Dengan dasar tugas tersebut,
dalam berkinerja dan penyusuanan kebijakan di
Kepala Desa berwenang (vide Pasal 26 ayat (2) UU
tingkat desa.
No. 6 Tahun 2014 ) : melaksanakan penyelenggaraan
pemerintahan di desa, mengangkat-memberhentikan
4. Pembahasan aparat desa, berkuasa ata pengelolaan asset dan
keuangan milik desa, menetapkan peraturan; anggaran
4.1 Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
pendapatan dan belanja desa, mengarahkan kehidupan
Pemerintahan desa dilaksanakan dengan dasar masyarakat desa menjadi terbina, bertanggungjawab
Pasal 1 angka 2 UU No. 6 Tahun 2014 menentukan atas ketentraman dan ketertiban, bertanggungajwab
bahwa “Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan mencipkatakan kemakmuran desa denagn aktivitas
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat prekonomian produktif, mengembangkan sumber
setempat dalam sistem pemerintahan Negara pendapatan desa, Mengusulkan dan menerima

UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019 


Ahmad Mahyani, dkk . Problematika Implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 . . .

pelimpahan sebagian kekayaan Negara guna asset desa, menyelesaikan perselisihan masyarakat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa. desa. Keplada desa juga berkewajiban membina
organisasi desa, memelihata ketertiband an
Selain itu kepala desa juga berwenang mela-
ketentraman desa serta mengembangkan prinsip
kukan pengembangan lingkungan social budaya
keterbukaan pada informasi desa.
masyarakat desa, menggunakan teknologi tepat
guna. Melaksanakan pembangunan yang partisipatif. Kepala Desa sebagai pemimpin penyelenggaran
Mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau pemerintahan desa dipilih secara langsung, umum,
menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai bebas, rahasia, jujur dan adil. Pemilihan tersebut
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. dilakuan secara serentak di seluruh wilayah
Dan melaksanakan kewennagan lailnya sebagaimana kabupaten/kota (vide Pasal 31 UU No. 6 Tahun 2014 ).
yang telah diatur oleh peraturan peundang- Pemilihan secara serentak tersebut melalui tahapan-
undangan. tahapan persiapan, pencalonan, pemungutan suara
dan penetapan (vide Pasal 41 ayat (1) PP No. 43 Tahun
Selain kewenangan tersebut, Kepala Desa
2014). Calon Kepala Desa yang memperoleh suara
juga berhak melakukan berbagai pengaturan
terbanyak ditetapkan menjadi Kepala Desa terpilih
sebagaimana Pasal 26 ayat (3) UU No. 6 Tahun
yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota berdasarkan
2014. Diantaranya Mengusulkan struktur organisasi
usulan dari BPD (vide Pasal 37 UU No. 6 Tahun 2014
dan tata kerja Pemerintah Desa, menagjuakn dan
). Lebih lanjut, berdasarkan Pasal 40 UU No. 6 Tahun
menetapkan peraturan di tingkat desa, menerima
2014 ditentukan bahwa Kepala Desa diberhentikan
penghasilan sebagai hasil kerja yang dilakukan
karena meninggal dunia, permintaan sendiri, atau
setiap bulan, menerima tunjangan, mendapatkan
diberhentikan. Salah satu hal yang terbaru di dalam
jaminan kesehatan, dan penerimaan lain yang sah,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
mendapatkan perlidnungan hukum dan memberi
2014 tentang Desa dan PP No. 43 Tahun 2014 adalah
mandapat keapada aparatur desa.
diaturnya pemilihan Kepala Desa Antar Waktu. Hal
Adapun tugas kepada desa berdasarkan Pasal tersebut diperlukan untuk mengisi kekosongan hukum,
26 ayat (4) UU No. 6 Tahun 2014 adalah meyakini dalam hal jabatan Kepala Desa kosong.Mekanisme
dan menjalankan Pancasila dan UUD NRI 1945 serta pengisian jabatan Kepala Desa antar waktu adalah
menjaga keutuhan NKRI. Kepala desa juga memiliki melalui musyawarah desa. Hal tersebut diatur dalam
kewajiban menjalan tugas sesuai peraturan perundang- Pasal 33 dan 43 UU No. 6 Tahun 2014 jo Pasal 45 PP
undangan. Selain itu juga berkomitmen melaksanakan No. 43 Tahun 2014.
pembangunan desa guna kesejahteraan desa,
Dalam menjalankan pemerintah desa, Kepala
menajaga ketentraman, ketertiban dan mencipkatan
Desa dibantu oleh perangkat desa (vide Pasal 25 UU
kehidupan demokrasi serta berkeadilan gender.
No. 6 Tahun 2014). Karenanya, Pasal 49 ayat (1) UU
Dalam hal pembangunan, maka kepala desa harus No. 6 Tahun 2014 menentukan bahwa “Perangkat
mengedepankan prinsip tata kelola pemerinathan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 bertugas
desa yang akuntabel, transparan, profesional, efektif membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas
dan efisien, bersih, serta bebas dari kolusi, korupsi, dan wewenangnya”. Jadi tugas dan fungsi Perangkat
dan nepotisme. Desa juga dapat menjalin kerjasam Desa adalah membantu tugas dan kewenangan Kepala
dengan stakeholder terkait dan mengembangkan Desa. Karenanya, Perangkat Desa bertanggungjawab
perekonomian desa. kepada Kepala Desa (vide Pasal 49 ayat (3) UU No. 6
Dalam hal tertib administrasi kepemerinathan, Tahun 2014). Berdasarkan Pasal 48 UU No. 6 Tahun
kepala desa wajib menyelenggarakan administrasi 2014 jo Pasal 61 PP No. 43 Tahun 2014 ditentukan
pemeriantah yang baik. Mengelola keuangan desa, bahwa Perangkat Desa terdiri atas sekretariat

 UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019


Ahmad Mahyani, dkk . Problematika Implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 . . .

Desa, pelaksana teknis dan pelaksana kewilayahan. dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) UU No. 6 Tahun 2014
Sekretariat Desa berfungsi membantu Kepala Desa jo Pasal 66 PP No. 43 Tahun 2014. Prosedur tersebut
dalam pelaskanaan administrasi pemerintahan Desa. adalah sebagai berikut:
Sekretariat Desa dipimpin oleh Sekretaris Desa dan
- Kepala desa wajib melakukan penyeleksian
dibantu oleh 3 (tiga) orang Kepala Bidang Urusan (Pasal
bagi para kandidat perangkat desa yang sudah
62 PP No. 43 Tahun 2014). Kepala Teknis berfungsi
terpilih.
untuk membentu Kepala Desa dalam tugas yang
bersifat operasional (vide Pasal 64 PP No. 43 Tahun - Sebelum melakukan pengangkatan calon kan-
2014) yang dipimpin oleh 3 orang seksi. Sedangkan didat perangkat desa, kepala desa diharuskan
Teknis kewilayahan merupakan perangkat Desa konsultasi terlebih dahulu kepada camat.
yang membantu Kepala Desa sebagai satuan tugas - Setelah kepala desa melakukan konsultasi kepada
kewilayahan yang jumlahnya disesuaikan dengan camat, maka camat atau yang ditunjuk itu
kondisi sosial masyarakat dan kemampuan keuangan memberikan sebuah rekomendasi tertulis yang
Desa (vide Pasal 64 PP No. 43 Tahun 2014). berisikan penolakan dan penerimaan mengenai
Dengan tugas sebagai pembantu Kepala Desa, persyaratan bagi calon kandidat perangkat desa
maka pengangkatan dan pemberhentian perangkat yang akan terpilih.
Desa merupakan salah satu kewenangan Kepala Desa - Rekomendasi camat akan dijadikan acuan atau
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) huruf dasar bagi kepala desa untuk memberikan analisa
b UU No. 6 Tahun 2014. Kewenangan Kepala Desa dan pertimbangan dalam pengangkatan calon
dalam mengangkat dan memberhentikan perangkat kandidat perangkat desa yang di sertai keputusan
Desa tersebut harus memperhatikan persyaratan kepala desa.
dan prosedur yang telah ditetapkan dalam peraturan
Selain pengangkatan, pemberhentian perangkat
perundang-undangan yang berlaku, khususnya
Desa juga harus memperhatikan persyaratan dan
UU No. 6 Tahun 2014 dan PP No. 43 Tahun 2014.
prosedur yang sesuai dengan UU No. 6 Tahun 2014
Berdasarkan Pasal 50 ayat (1) UU No. 6 Tahun 2014
dan PP No. 43 Tahun 2014. Berdasarkan Pasal 53 UU
jo Pasal 65 PP No. 43 Tahun 2014 ditentukan bahwa
ayat (1) UU No. 6 Tahun 2014 jo Pasal 68 ayat (1) PP
persyaratan untuk menjadi perangkat Desa adalah
No. 43 Tahun 2014 ditentukan bahwa perangkat Desa
sebagai berikut:
berhenti karena: 1) meninggal dunia; 2) permintaan
- Pendidikan yang ditempuh minimal sekolah sendiri; dan diberhentikan. Lebih lanjut berdasarkan
menengah umum atau yang sederajat Pasal 53 ayat (2) UU No. 6 Tahun 2014 jo Pasal 68 ayat
- Usia tidak kurang dari 20 (dua puluh) tahun dan (2) PP No. 43 Tahun 2014 ditentukan bahwa perangkat
tidak lebih dari 42 (empat puluh dua) tahun Desa diberhentikan karena:

- Merupakan penduduk atau warga desa dan - pemberhentian perangkat desa jika perangkat
memiliki masa tinggal sebagai warga desa yang desa sudah berusia 60 (enam puluh) tahun
tidak kurang dari 1 tahun di hitung sebelum - perangkat desa mengalami berhalangan tetap
pendaftaran
- perangkat desa harus diberhentikan, jika
- Dan memenuhi syarat yang sudah ada di dalam perangkat desa terbukti tidak bisa memenuhi
Peraturan Daerah Kabupaten Kota. persyaratan sebagai perangkat desa
Di samping adanya persyaratan tersebut, - perangkat desa telah terbukti melakukan
pengangkatan perangkat Desa oleh Kepala Desa pelanggaran yang telah diatur dalam larangan –
juga harus memperhatikan prosedur sebagaimana larangan saat menjabat sebagai perangkat desa.

UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019 


Ahmad Mahyani, dkk . Problematika Implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 . . .

Adapun prosedur pemberhentian perangkat Desa; dan melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa
Desa adalah sebagai berikut (vide Pasal 53 (3) UU No. (vide Pasal 55 Undang-Undang Republik Indonesia
6 Tahun 2014 joPasal 69 PP No. 43 Tahun 2014): Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa). Dari ketentuan
tersebut, maka BPD pada hakikatnya memiki fungsi
- pemberhentian harus di lakukan dengan prosedur
pembentukan produk hukum desa, fungsi perwakilan
yaitu kepala desa harus berkonsultasi kepada
masyarakat desa dan fungsi pengawasan. Dengan
camat mengenai alasan – alasan kepala desa ingin
ketiga fungsi terebut, BPD berhak untuk mengawasi
memberhentikan perangkat desa yang dituju.
penyelenggaraan pemerintahan desa, menyatakan
- Camat akan memberikan rekomendasi tertulis
pendapat dan memperoleh biaya operasional (vide
dengan mempertimbangkan dahulu bersama
Pasal 61 UU No. 6 Tahun 2014). Di samping ada
kepala desa apakah perangkat desa tersebut
hak BPD secara kelembagaan, anggota BPD juga
layak diberhentikan atau tidak.
berhak untuk mengajukan usul rancangan Perdes,
- Kepala desa akan menggunakan rekomendasi mengajukan pertanyaan, mengajukan usul/pendapat,
tertulis hasil konsultasi dengan camat sebagai dipilih dan memilih dan mendapatkan tunjangan (vide
petunjuk dan dasar pemberhentian perangkat Pasal 62 UU No. 6 Tahun 2014).
desa yang disertai dengan keputusan kepala
Untuk mewujudkan prinsip demokrasi, pengisian
desa.
anggota BPD dilakukan secara demokratis (vide
Pasal 56 ayat (1) UU No. 6 Tahun 2014). Terminologi
b. Badan Permusyawaratan Desa
“demokratis” tersebut, oleh Pasal 72 ayat (1) PP No. 43
Pasal 1 angka 4 UU No. 6 Tahun 2014 menentukan Tahun 2014 dapat dilakukan secara pemilihan langsung
bahwa “Badan Permusyawaratan Desa atau yang atau dengan melalui musyawarah perwakilan dengan
disebut dengan nama lain adalah lembaga yang memperhatikan keterwakilan perempuan. Anggota
melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya BPD memiliki masa jabatan selama 6 tahun dan dapat
merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan dilih kembali untuk 3 kali masa jabatan baik secara
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara berturut-turut maupun tidak berturut-turut. Jumlah
demokratis”. Dari ketentuan tersebut, maka BPD anggota BPD minimal 5 dan paling banyak 9 anggota
salah satu unsur pemerintahan desa.BPD merupakan (vide Pasal 58 ayat (1) UU No. 6 Tahun 2014).
rekan dari Kepala Desa.Anggota BPD merupakan
Untuk dapat menjadi anggota BPD harus memenuhi
perwakilan (representative) dari masyarakat desa,
persyaratan sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 57
sehingga BPD dapat dilihat sebagai perwujudan
UU No. 6 Tahun 2014. Sebelum dilakukan pemilihan,
demokrasi di pemerintahan desa.Kedudukan BPD
Kepala Desa membentuk panitia pengisian anggota
sebagai penyelenggara pemerintahan desa memiliki
BPD yang berwenang untuk melakukan penjaringan
kedudukan yang setara dengan pemerintah desa
dan penyaringan, menetapkan calon anggota BPD,
(Kepala Desa).BPD merupakan lembaga perwujudan
dan khusus untuk pengisian dengan cara pemilihan
demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
langsung, panitia pengisian juga berwenang untuk
desa.BPD dapat dianggap sebagai “parlemen”-nya
melakukan pemilihan (vide Pasal 73 PP No. 43 Tahun
desa. Oleh karena itu, kelahiran BPD diharapkan dapat
2014). Anggota BPD yang dipilih melalui pemilihan
terwujudnya suatu proses demokrasi yang baik dalam
langsung atau melalui musyawarah perwakilan
pemerintahan desa.
ditetapkan oleh Bupati/Walikota (vide Pasal 58 ayat
Sebagai partner pemerintah desa, BPD mempu- (2) UU No. 6 Tahun 2014). Adapun pengisian anggota
nyai fungsi, yakni a) membahas dan menyepakati BPD antar waktu ditetapkan oleh Bupati/Walikota atas
Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa; b) usul pimpinan BPD melalui Kepala Desa (vide Pasal 75
menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat PP No. 43 Tahun 2014).

 UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019


Ahmad Mahyani, dkk . Problematika Implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 . . .

Berakhirnya anggota BPD di bagi menjadi pelibatan setiap unsure secara berarti. Hal
beberapa alasan yaitu saat anggota BPD di nyatakan ini karena belum adanya edukasi yang detail
telah meninggal dunia, anggota BPD diberhentikan terkait manfaat keterlibatan para pihak yang
karena permintaan sendiri dan yang terakhir anggota berkepentingan dalam penyususnan anggaran
BPD diberhentikan karena alasan – alasan tertentu. desa
Alasan – alasan tertentu yang dimaksud adalah,
4. Tim penyususun rencana kerja pemerintah
a) anggota BPD dinyatakan sudah berakhir dalam
desa (RKP Desa) belum memahami tahapan
masa keanggotaanya; b) anggota BPD mengalami
penyusunan anggaran desa
berhalangan tetap sehingga tidak dapat menjalannya
tugasnya secara terus menerus selama 6 bulan ; c) 5. Anggaran yang harusnya data terakses oleh
anggota BPD dinyatakan sudah tidak sesuai atau masyarakat desa, belum data dilakukan karena
tidak memenuhi syarat ketentuan anggota BPD dan masih ada kecurigaan antara elemen dalam
d) anggota BPD telah dinyatakan atau ditetapkan penyelenggaraan desa. kecurigaan tersebut
melakukan pelanggaran sebagai anggota. Anggota BPD mencul antara pemerintah desa, warga desa
tidak bisa diberhentikan tanpa adanya persetujuan yang dianggap kritis, wartawan yang bekerja
atau usulan dari pimpinan anggota BPD yang diajukan tidak sesuai dengan kode etiknya (meminta
kepada bupati/walikota. Pemberhentian anggota BPD uang kepada pemerintah desa). kecurgaan yang
harus disertai dengan keputusan Bupati/Walikota ada adalah, jumlah anggaran, pengalokasian
(vide Pasal 76PP No.43 Tahun 2014) anggaran, realisasi, kualitas hasil realisasi,
keterserapan anggaran untuk kelompok rentan
6. Masih belum terbiasa menggunakan system
4.2 Kendala dan tantangan pemerintah desai di
informasi desa dengan anggaran sebagai salah
Kabupaten Sidoarjo
satu bagian yang harus diinformasikan kepada
Kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan masyarakat
pemerintahan desa cukup beragam, baik terkait
7. Pelaporan yang tidak tepat waktu berdampak
dengan pehaman UU desa, system penganggaran,
ada proses pencairan termin lanjutan pada dana
system informasi, pelaksanaan administrasi desa,
desa
penyelenggaraan pemberdayaan hingga akuntabilitas
sosial pembangunan desa. berikut ini adalah kendala 8. BUMDES delum berjalan efektif karena desa
yang dialami desa terkait penganggaran dan tertib masih membutuhkan pendampingan dalam
administrasi desa. melaksanakan bisnis.

Kendala dalam system penganggaran : 9. Selain pasar, makam, pengelolaan sampah,


pengelolaan tanah, belum ada pengelolaan asset
1. Staf mengalami kesulitan pemahaman kebijakan
desa yang produktif untuk pemasukan pada kas
dan prodesur penyusunan dan pelaoran anggaran
desa.
diawal implementasi UU desa.
Kendala pelaksanaan tertib administrasi:
2. Proses penyusunan dan pelaksanaan dan
pelaporan anggan desa bergantung dengan 1. Pemahaman kepala desa dan BPD serta aparatur
kecamatan, hal ini juga terjadi diawal berlakunya desa diawal implementasi UU desa masih belum
UU desa. komprehensif, bahkan masih banyak belum
memahamni peraturan perundang-undangan.
3. Proses penganggaran partisipatif telah
Namun seiring berjalannya waktu, banyak
dilaksanakan sejak lama, namun secara konteks
pelatihan dan pendidikan yang diberikan kepada
seperti UU desa belum berjalan efektif dalam

UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019 


Ahmad Mahyani, dkk . Problematika Implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 . . .

kepala desa dan sekretaris desa sehingga gambaran 4. System jaringan antara institusi kepemerintahan
akan penyelenggaraan desa berdasarkan uu desa berjalan efektif, misalnya system komunikasi,
semakin jelas. kordinasi dan pembinaan yang dilakukan oleh
kecamatan dan DPMD terhadap desa berjalan
2. BPD memegang peran yang sangat penting dalam
efektif.
penyelenggaraan pemerintahan desa, sesuai
dengan fungsi kelembagaan layaknya legislative. 5. Desa terkoneksi dengan seluruh dinas yang ada
di tingkat kabupaten. Misalnya denmgan layanan
3. Kades, BPD dan pemerintah desa belum
kesehatan, menjadi lebih sigap pelayanan dari desa
memahami tata cara penyususnan eraturan desa
terhadap warganya. Keberadaan Dinas perikanan
yang bersifat tematik maupun secara teknis.
dan kelautan – desa – masyatakat dapat secara
Adapun yang biasanya disusun yang terkait
lugas berkomunikasi dan membangun program
dengan anggaran desa, sedangkan terkait asset
bersama terkait nehlayan dan perikanan
desa, perlindungan erempuan dan tema spesifik
lainya masih membutuhkan pelatihan dan 6. Tahapan penganggaran dilaksanakan sesuai
pendampingan prosedur
4. Pemahaman akan kewenahngan pemerintah 7. Pemerintah desa dapat mengalokasikan ang-
desa, Kades dan BPD terkait hal-hal apasaja yang garan yang lebih baik untuk organsiasi di
boleh diatur juga masih perlu untuk dikuatkan, desa seperti karang taruna, PKK, organsiasi
mengingat banyak urusan yang ada di desa. keagamaan sehingga kinerja organisasi menjadi
misalnya urusan perarkiran. Hal ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi warga. Pada
kewenangan pemerintah kabupaten dan desa desa Janti, telah dilakukan alokasi anggaran
tidak diperbolehkan melakukan pengaturan. untuk karang taruna termasuk embinaan
Disisi lain, desa merasa perlu mengatur agara pada karang taruna. Keaktifan karang taruna
tidak terjadi kemacetan di jalan antara desa, jalan berkegiatan di desa mampu mengajak banyak
kecamtan karena terjadi parkir liar. Hal tersebut anak muda berorgansiasi dalam membantu desa
adalah salah satu permaslahana di desa Tarik. memperbaiki lingkungan dengan melakukan
pengecatan atau pembuatan mural yang berbasis
5. Pemerintah desa atau aparatur desa perlu bekerja
pesan desa, menyelenggaran kegiatan olah raga
dengan timeline / panduan waktu sehingga
sehingga anak muda terjauhkan dari kegiatan
agenda dari RKP berjalan dengan tepat.
yang tidak produktif bahkan cenderung merusak
Keberhasilan desa dalam pelaksanaan UU desa : seperti mengkonsumsi miras dan lainnya. Di
1. Desa mampu mengejawantahkan makna desa Tarik, pengalokasian anggaran terhadap
otonomi desa. Yakni desa memiliki kewenangan KPP mampu mengaktifkan PKK dalam beragam
dalam mengatur penyelenggaraan pemerinatah kegiatan seperti posyandu, pembinaan keluarga,
desa, pembangunan desa (infrastruktur) dan aktifitas kesehatan ada lingkungan, ibu hamil dan
pemberdayaand esa serta pembinaan organsiasi lansia.
desa. 8. Terfasilitasinya kelompok masyarakat miskin
2. Penyelenggaraan pemerintaha desa menjadi lebih untuk memiliki jamban sehat. Sebelumnya
baik karena pelayanan dilaksanakan dengan jam masyarakat miskin masih bergantung pada
aktif bekerja layaknya institusi Negara lainnya toilet umum atau toilet yang tidak berstandart.
Tahun 2019 ini, desa Tarik melakukan realisasi
3. Aparatur desa mendapatakan pemasukan yang
pengadaan septinktank bagi mereka.
layak atas kinerja yang dilakukan

 UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019


Ahmad Mahyani, dkk . Problematika Implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 . . .

9. Adanya dana desa, membuat desa semakin – pelaporan anggaran, mendorong keaktifan
aktif dalam melakukan kegiatan pemberdayaan pemerintah desa dalam menciptakan kehidupan
amsyarakat. Di desa nelayan seperti Desati dan demokrasi di desa dengan merealisasikan asas
gisik cemandi, desa melakukan pelatihan bagi partisipati dan mengakomodir kelompok rentan
nelayan laki-laki dan perempuan. Misalnya dalam pembangunan desa.
pelatihan pengolahan kerang, tulang ikan dan
2. Kepada pemerintah desa agar meningkatkan
hasil laut lainya.
performan kerja, mengakomodir kelompok rentan
10. Pembangunan insfrastruktur desa yang semakin sehingga pembanguan desa berjalan efektif.
baik. Tidak hanya dalam bentuk erbaikan kantor
3. Kepada masyarakat agar lebih aktif mengakses
desa, namun dilakukanya pavingisasi adalah
informasi dari desa guna meningkatkan partisipasi
salahs atu keberhasilan desa.
dalam pembangunan.
11. Berjalannya kegiatan pembinaan warga desa
baik bersifat kerohania, budaya maupun sosial.
Aktivitas budaya seperti di Desa-desa di kecamatan 7. Daftar Pustaka / Bibliography
Sedati telah aktif hingga sekarang melakukan Buku:
festival laut atau sebutan lainya dimana warga
E.B. Sitorus, Naskah Akademik Rancangan Undang-
desa mengungkapkan rasa syukur atas hasil laut
Undang tentang Desa, Jakarta: Direktorat
yang didaatkan dengan melarungkan berbagai
Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
makanan dan lainnya ke laut yang bisa menjadi
Kementerian Dalam Negeri, 2014.
makanan ikan., sehingga ekosistem ikan dan
kerang menjadi terjaga. Aktivitas kerohanian HAW. Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi
seperti adanya istighosah ataupun pengajian Asli, Bulat dan Utuh, Jakarta: RajaGrafindo
rutin diselenggaramn oleh desa-desa. Persada, 2004.
Huda, Ni’matul., Hukum Pemerintahan Desa,
Yogyakarta: Setara Pres, 2015.
6. Kesimpulan dan Saran
Irna Rahmawati, Hesti, dkk., Analisis Kesiapan Desa
Kesimpulan
Dalam Implementasi Penerapan UU Nomor 6
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka Tahun 2014 Tentang Desa (Studi Pada Delapan
peneliti menyimpulkan bahwa Desa tempat penelitian Desa Di Kabupaten Sleman), The 2nd University
telah melaksanakan UU desa, meski mengalami Research Coloquium, Fakultas Ekonomi,
berbagai kendala. Adapun kendala yang sangat Universitas Cokroaminoto, Yogyakarta,2015.
signifikan terkait dengan kebutuhan peningkatan
Johnny Ibrahim, Teori, MetodedanPenelitianHukumNo
kapasitas aparat desa mengenai kewenangan
rmatif,Malang: Bayumedia Publishing, Malang,
pemerintah desa, tata cara penyusunan anggaran desa
2005.
yang partisipatif, dan penyelenggaraan administrasi
desa. Rusdianto Sesung, Hukum Otonomi Daerah: Negara
Kesatuan, Daerah Istimewa, dan Daerah
Saran
Otonomi Khusus, Bandung: Refika Aditama,
1. Kepada pemerintah kabupaten khususnya dinas 2013.
pemerintahan masyarakat desa untuk melakukan
RM. A.B. Kusuma, Lahirnya Undang-Undang Dasar
pendampingan secara berkala kepada desa
1945; Membuat Salinan Dokumen Otentik
khususnya dalam penyususnan – pelaksanaan
Badan Otentik Menyelidiki Oesaha Persiapan

UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019 


Ahmad Mahyani, dkk . Problematika Implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 . . .

Kemerdekaan, Jakarta: Badan Penerbit Fakultas


Hukum Universitas Indonesia, 2004.
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum
Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan Ke-
delapan, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2004.

Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
48 Tahun 2015.

10 UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai