SISTEM PEMERINTAHAN
DESA
DOSEN PENGAJAR:
sesuai topik disertai Contoh diskusi dan latihan atau tugas serta UAS. Secara umum bertujuan agar
mahasiswa Ilmu Pemerintahan STIPAN mampu mengembangkan dan memantapkan berbagai teori
tentang sistem Pemerintahan Desa sehingga memiliki wawasan yang luas untuk mengimplementasikan di
tempat kerja pada maupun dapat memberikan gambaran dan contoh dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
Sedangkan secara khusus bertujuan agar mahasiswa ilmu pemerintahan STIPAN menguasai dan mampu
menjelaskan dengan mantap Sistem Pemerintahan Desa sebagai suatu ilmu sehingga secara ilmiah sudah
siap mengikuti ujian, mempertahankan, mempertanggungjawabkan dalam sidang akhir Program Studi
Ilmu Pemerintahan.
Capaian Pembelajaran :
Mahasiswa mampu mengembangkan memantapkan teori Sistem Pemerintahan Desa, dan siap
mengikuti ujian dan mempertahankan, mempertanggungjawabkan dalam sidang akhir ilmu
pemerintahan
Terbentuknya lulusan yang memiliki kualitas kejuangan : sifat watak, ciri-ciri karakter yang
berwawasan kebangsaan dalam tugas pokok, fungsi, visi, misi penyelenggaraan sebagian tugas di
pedesaan maupun dalam tata pemerintahan yang lebih tinggi.
REGULASI TENTANG DESA DI
INDONESIA
-Pasal 5 ayat (1) UUD 1945
-Pasal 18 dan 18B ayat ( 2) UUD 1945
-Pasal 20 UUD 1945
-Pasal 22D UUD 1945
-Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa
-PP serta peraturan lain dibawahnya.
PENGERTIAN DESA
BERDASAR UNDANG UNDANG
UU 6 tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) menyebutkan bahwa Desa adalah desa dan desa adat
atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
UU 6 tahun 2014 tentang Desa lebih dikenal dengan UU Desa. Dalam UU Desa disebutkan bahwa Desa atau yang
disebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Sebagai bukti
keberadaannya, Penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum
perubahan) menyebutkan bahwa:
Dalam teritori Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 “Zelfbesturende landschappen” dan
“Volksgemeenschappen”, seperti desa di Jawa dan Bali, Nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang,
dan sebagainya.
Daerah-daerah itu mempunyai susunan Asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat
istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala
peraturan negara yang mengenai daerah-daerah itu akan mengingati hak-hak asal usul daerah tersebut.
Oleh sebab itu, keberadaan Desa wajib tetap diakui dan diberikan jaminan keberlangsungan
hidupnya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa mengalami banyak perubahan aturan namun belum dapat mewadahi semuanya sebagaimana
banyak perubahan dalam sejarah pengaturan Desa, telah ditetapkan beberapa pengaturan tentang
Desa, yaitu:
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah,
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah,
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah,
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja Sebagai Bentuk Peralihan Untuk
Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III di Seluruh Wilayah Republik Indonesia,
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah,
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa,
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Dalam perjalanannya Desa mendapatkan pengakuan dengan adanya Undang-Undang Desa. Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa disahkan Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
pada tanggal 15 Januari 2014. UU 6/2014 tentang Desa diundangkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7 dan Penjelasan Atas UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495 hari itu juga oleh
Menkumham Amir Syamsudin pada tanggal 15 Januari 2014 di Jakarta.
7 PERBEDAAN DESA DAN
KELURAHAN
Desa dapat diartikan sebagai suatu wilayah administratif di bawah kecamatan yang berisi unit-unit perumahan kecil yang membentuk
suatu kampung atau dusun dan dipimpin oleh seorang kepala desa. Sedangkan Kelurahan dapat diartikan sebagai suatu wilayah
administratif di bawah kecamatan yang tersusun atas beberapa rukun warga (RW) dan dipimpin oleh seorang lurah.
Perbedaan desa dan kelurahan yang paling prinsip terletak pada manajemen pengelolaan wilayah dan jenjang kepemimpinannya. Seperti
diketahui, desa umumnya dipimpin oleh seorang kepala desa yang dipilih melalui pemilihan kepala desa (Pilkades), sedangkan kelurahan
umumnya dipimpin oleh seorang lurah yang ditunjuk langsung oleh bupati atau walikota setempat.
Berikut 7 Perbedaan Desa dan Kelurahan Secara Prinsip Menurut Undang-Undang
7. Perbedaan Sosiologis
Perbedaan yang ke-7 adalah, Kelurahan umumnya berada di wilayah perkotaan hingga wilayah sub-urban. Secara sosiologi, warga
kelurahan umumnya tidak memiliki ikatan batin yang kuat satu sama lain. Beda halnya dengan warga di pedesaan. Prinsip gotong
royong dan kebersamaan umumnya masih lekat dimiliki masyarakatnya.
TERIMA KASIH