Anda di halaman 1dari 11

MATERI KULIAH

SISTEM PEMERINTAHAN
DESA
DOSEN PENGAJAR:

CATUR WIDIATMOKO, SS., M.IP


Program Sarjana Ilmu Pemerintahan
Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Abdi Negara
PERTEMUAN I
Sistem Pemerintahan Desa diberikan kepada para mahasiswa Program Sarjana
Ilmu Pemerintahan pada semester IV (empat) yang didistribusikan kedalam 16
kali pertemuan termasuk UTS (pertemuan ke 8) dan UAS (Pertemuan ke 16)
Materi Perkuliahan ini dimaksudkan untuk memberi pengetahuan pada tahap
pengembangan dan pemantapan tentang berbagai muatan dan cakupan
lingkungan yang dibahas dan dipelajari dalam Sistem Pemerintahan Desa
sebagai suatu ilmu dengan fokus bahasan pada dua perspektif yaitu Sistem
Pemerintahan Desa dalam perspektif Teoritis dan Praktis.
Pengembangan dan pemantapan mata kuliah ini dilakukan melalui Diskusi
Contoh dan Latihan ( D.C.L).
PERTEMUAN I

Mata Kuliah ini dijabarkan dalam 5 bagian yaitu:


Bagian I adalah membahas tentang teori, regulasi dan implementasi
terkini, Definisi Arti Makna dan Kedudukan Desa
Bagian II adalah pembahasan tentang Penataan Desa dan Batas
Desa, Kewenangan Desa, Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Bagian III adalah pembahasan tentang Organisasi dan Tata Kerja
Pemerintah desa, Kepala Desa, Pemilihan Kepala Desa, Perangkat
Desa, Badan Permusyawaratan Desa, Lembaga Kemasyarakatan
Desa dan Lembaga Adat Desa
PERTEMUAN I

Bagian IV adalah pembahasan tentang Musyawarah Desa,


Peraturan di Desa, Pembangunan Desa (RPJMDesa, RKPDesa
dan Daftar Usulan RKPDesa) dan Pembangunan Kawasan
Perdesaan, Pengelolaan Keuangan Desa (APBDesa, Dana Desa
dan Alokasi Dana Desa) serta Pengelolaan Aset Desa, Pengadaan
Barang/Jasa di Desa,
Bagian V adalah membahas tentang Administrasi
Pemerintahan Desa, Standar Pelayanan Minimal Desa, Badan
Usaha Milik Desa, Kerja Sama Desa, serta Pendampingan Desa,
Evaluasi Perkembangan Desa, Program Inovasi Desa,
PERTEMUAN I

sesuai topik disertai Contoh diskusi dan latihan atau tugas serta UAS. Secara umum bertujuan agar
mahasiswa Ilmu Pemerintahan STIPAN mampu mengembangkan dan memantapkan berbagai teori
tentang sistem Pemerintahan Desa sehingga memiliki wawasan yang luas untuk mengimplementasikan di
tempat kerja pada maupun dapat memberikan gambaran dan contoh dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
Sedangkan secara khusus bertujuan agar mahasiswa ilmu pemerintahan STIPAN menguasai dan mampu
menjelaskan dengan mantap Sistem Pemerintahan Desa sebagai suatu ilmu sehingga secara ilmiah sudah
siap mengikuti ujian, mempertahankan, mempertanggungjawabkan dalam sidang akhir Program Studi
Ilmu Pemerintahan.
Capaian Pembelajaran :
Mahasiswa mampu mengembangkan memantapkan teori Sistem Pemerintahan Desa, dan siap
mengikuti ujian dan mempertahankan, mempertanggungjawabkan dalam sidang akhir ilmu
pemerintahan
Terbentuknya lulusan yang memiliki kualitas kejuangan : sifat watak, ciri-ciri karakter yang
berwawasan kebangsaan dalam tugas pokok, fungsi, visi, misi penyelenggaraan sebagian tugas di
pedesaan maupun dalam tata pemerintahan yang lebih tinggi.
REGULASI TENTANG DESA DI
INDONESIA
-Pasal 5 ayat (1) UUD 1945
-Pasal 18 dan 18B ayat ( 2) UUD 1945
-Pasal 20 UUD 1945
-Pasal 22D UUD 1945
-Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa
-PP serta peraturan lain dibawahnya.
PENGERTIAN DESA
BERDASAR UNDANG UNDANG
UU 6 tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) menyebutkan bahwa Desa adalah desa dan desa adat
atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
UU 6 tahun 2014 tentang Desa lebih dikenal dengan UU Desa. Dalam UU Desa disebutkan bahwa Desa atau yang
disebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Sebagai bukti
keberadaannya, Penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum
perubahan) menyebutkan bahwa:
Dalam teritori Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 “Zelfbesturende landschappen” dan
“Volksgemeenschappen”, seperti desa di Jawa dan Bali, Nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang,
dan sebagainya.
Daerah-daerah itu mempunyai susunan Asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat
istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala
peraturan negara yang mengenai daerah-daerah itu akan mengingati hak-hak asal usul daerah tersebut.
Oleh sebab itu, keberadaan Desa wajib tetap diakui dan diberikan jaminan keberlangsungan
hidupnya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa mengalami banyak perubahan aturan namun belum dapat mewadahi semuanya sebagaimana
banyak perubahan dalam sejarah pengaturan Desa, telah ditetapkan beberapa pengaturan tentang
Desa, yaitu:
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah,
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah,
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah,
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja Sebagai Bentuk Peralihan Untuk
Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III di Seluruh Wilayah Republik Indonesia,
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah,
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa,
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Dalam perjalanannya Desa mendapatkan pengakuan dengan adanya Undang-Undang Desa. Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa disahkan Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
pada tanggal 15 Januari 2014. UU 6/2014 tentang Desa diundangkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7 dan Penjelasan Atas UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495 hari itu juga oleh
Menkumham Amir Syamsudin pada tanggal 15 Januari 2014 di Jakarta.
7 PERBEDAAN DESA DAN
KELURAHAN
Desa dapat diartikan sebagai suatu wilayah administratif di bawah kecamatan yang berisi unit-unit perumahan kecil yang membentuk
suatu kampung atau dusun dan dipimpin oleh seorang kepala desa. Sedangkan Kelurahan dapat diartikan sebagai suatu wilayah
administratif di bawah kecamatan yang tersusun atas beberapa rukun warga (RW) dan dipimpin oleh seorang lurah.
Perbedaan desa dan kelurahan yang paling prinsip terletak pada manajemen pengelolaan wilayah dan jenjang kepemimpinannya. Seperti
diketahui, desa umumnya dipimpin oleh seorang kepala desa yang dipilih melalui pemilihan kepala desa (Pilkades), sedangkan kelurahan
umumnya dipimpin oleh seorang lurah yang ditunjuk langsung oleh bupati atau walikota setempat.
Berikut 7 Perbedaan Desa dan Kelurahan Secara Prinsip Menurut Undang-Undang

1. Perbedaan Sebutan untuk Pemimpin


Seperti telah disinggung di atas bahwa perbedaan mendasar yang menjadi ciri desa dan kelurahan terletak pada sebutan untuk pemimpin
wilayahnya. Desa dipimpin oleh kepala desa sedangkan kelurahan dipimpin oleh seorang lurah. Meski memiliki sebutan yang berbeda,
keduanya tetap mempunyai beberapa kesamaan fungsi.

2. Perbedaan Status Kepegawaian


Perbedaan desa dan kelurahan juga dapat dilihat dari status kepegawaian perangkat administratif yang mengatur jalannya pemerintahan.
Kepala desa bersama staf yang memimpin desa bukanlah berstatus pegawai negeri (kecuali sekertaris desa), mereka umumnya bekerja
secara swadaya, sedangkan lurah bersama stafnya umumnya adalah PNS yang digaji oleh APBD kabupaten kota.

3. Proses Pengangkatan Pemimpin


Proses pengangkatan pemimpin juga menjadi salah satu perbedaan desa dan kelurahan yang cukup mendasar. Di desa, pemimpin atau
kepala desa ditunjuk melalui proses pemilihan yang dilakukan oleh setiap warga desa secara demokratis. Sedangkan di kelurahan,
pemimpinnya ditunjuk langsung oleh walikota atau bupati.
7 PERBEDAAN DESA DAN KELURAHAN

4. Perbedaan Masa Jabatan Pemimpin


Karena ditunjuk oleh masyarakat, masa jabatan kepala desa berdasarkan undang-undang terbatas hanya dalam 2 periode yang
masing-masing lamanya 5 tahun. Sedangkan lurah dapat memimpin wilayah kelurahan dalam masa yang tidak terbatas, tergantung
dari keputusan bupati atau walikotanya. Terbatasnya masa kepemimpinan lurah hanya dibatasi oleh masa pensiunnya sebagai
seorang pegawai negeri sipil, yakni sekitar usia 55 tahun.

5. Perbedaan Sumber Dana Pembangunan


Perbedaan desa dan kelurahan juga dapat ditilik dari asal atau sumber dana pembangunan yang digunakan. Desa, saat ini
memperoleh sumber dana pembangunan dari APBN melalui adanya dana desa. Sedangkan kelurahan memperoleh dana
pembangunan yang bersumber dari APBD kabupaten/kota masing-masing.

6. Perbedaan Badan Perwakilan


Desa dan kelurahan juga menerapkan sistem perwakilan sebagai kontrol dari setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemimpinnya.
Akan tetapi, sebutan untuk badan perwakilan masing-masing ternyata berbeda. Badan perwakilan di desa dinamai BPD (Badan
Perwakilan Desa) sedangkan badan perwakilan di kelurahan dinamai DK (Dewan Kelurahan). Baik BPD maupun DK, keduanya
memiliki anggota yang mewakili dusun atau RW.

7. Perbedaan Sosiologis
Perbedaan yang ke-7 adalah, Kelurahan umumnya berada di wilayah perkotaan hingga wilayah sub-urban. Secara sosiologi, warga
kelurahan umumnya tidak memiliki ikatan batin yang kuat satu sama lain. Beda halnya dengan warga di pedesaan. Prinsip gotong
royong dan kebersamaan umumnya masih lekat dimiliki masyarakatnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai