Kelebihan Kekurangan
1.Dapat melahirkan sosok manusia yang memiliki 1.Sulit dikontrol oleh pemerintah pusat
kebebasan berpikir 2.Kurang jelasnya pembatasan rinci kewenangan
2.Mampu memecahkan masalah secara antara pemerintah pusar,provonsi,daerah
mandiri,bekerja dan hidup dalam kelompok 3.Kemampuan keuangan daerah yang terbatas
kreatif penih inisiatif dan impati 4.Sumber daya manusia yang belum memadai
3.Memiliki keterampilan interpersonal yang memadai 5.Restrukturisasi kelembagaan daerah yang belum
4.Mendorong terjadinya partisipasi dari bawah secara matang
luas 6.Pemerintah pusat secara psikologis kurang siap
untuk kehilangan otoritasnya
5.Mengakomodasi terwujudnya prinsip demokrasi
7.Terjadinya pemindahan borok-borok pengelolaan
6.Mengurangi biaya akibat alur birokrasi yang panjang pendidikan dari pusat ke daerah
sehingga daapt menigkatkan efisiensi
8.Belum optimalnya penerapan sanksi dan
7.Memberi peluang untuk memanfaatkan potensi penghargaan bagi sdm aparatur di daerah
daerah secara optimal 9.Korupsi pemindahan ladang korupsi dari pusat ke
8.Mengakomodasi kepentingan politik daerah
9.Mendorong kualitas produk yang lebih kompetitif 10.Konflik vertikal,horizontal,misalnya dalam
pelaksanaan pemilukada
10.Memperkuat demokrasi itu sendiri
2.Hakikat Otonomi Daerah
Secara etimologi, istilah "otonomi" berasal dari bahasa latin, autos yang
berarti sendiri, dan nomos yang berarti aturan. Berdasarkan etimologi tersebut,
otonomi dapat diartikan sebagai mengatur atau memerintah sendiri.
Selain itu,otonomi pun dapat diartikan sebagai “kebebasan atau
kemandirian,tetapi bukan kemerdekaan”.Artinya,kebebasan tersebut merupakan
wujud pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan.
Prinsip yang harus dipegang dalam pelaksanaan otonomi adalah mengatur dan
menyelenggarakan pemerintahan sendiri,baik dari segi keuangan,hukum,maupun
kepentingan khusus daerah.
Dengan kata lain,otonomi daerah merupakan kewenangan daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan Perundang-
undangan
Tujuan pemberian otonomi kepada daerah berorientasi kepada pembanguan
dalam arti luas,yang meliputi semua kehidupan dan penghidupan.Otonomi daerah
merupakan cara untuk melaksanakan pembagunan dengan sungguh-sungguh sebagai
sarana mewujudkan cita-cita bangsa.
Berdasarkan penjelasan tersebut,dapat diambil kesimpulan bahwa otonomi
daerah adalah sebagai berikut :
a.Perwujudan fungsi dan peran negara modern yang lebih menekankan pada
upaya memajukan kesejahteraan umum. peran demikian membawa
konsekuensi pada semakin luasnya campur tanga negara dalam mengatur dan
mengurus aktivitas warga negara demi pencapaian tujuan negara.
1.Asas Sentralisasi adalah asas yang menyatakan bahwa penyelenggarakan pemerintahan terpusat
pada pemerintah pusat.
2.Asas Desentralisasi adalah asa yang menyatakan penyerahan sejumlah urusan pemerintahan dari
pemerintah pusat,atau pemerintahan daerah yang lebih tinggi kepada pemerintahan daerah yang
lebih rendah tingkatnya.
3.Asas Dekonsentrasi adalah asas yang menyatakan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat
atau kepala wilayah atau kepala instansi yang tingkatnya lebih tinggi kepada pejabat-pejabatnya yang
tingkatnya lebih rendah.
4.Asas Tugas Pembantuan (Medebewind) adalah asas yang menyatakan tugas turut serta dalam
urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah daerah dengan kewajiban
mempertanggungjawabkan kepada yang memberi tugas.
b.Asas Otonomi Daerah
1.Asas otonomi daerah didasarkan pada perubahan kedua UUD 1945 yang dapat dilihat pada Pasal
18 sampai dengan Pasal 18B.Prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan di daerah,yaitu :
a.Pemerintah daerah merupakan pemerintahan otonom dalam kesatuan Republik
Indonesia
b.Adanya otonomi luas dalam kemandirian dan kebebasan
daerah
c.Bentuk dan isi otonomi daerah tidak harus seragam
2.Berdasarkan Tap MPR No.XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan otonomi
daerah,Pengaturan,Pembagian,dan Pemandaatan SDN yang Berkeadilan.
3.Menindaklanjuti Tap MPR No. XV/MPR/1998 adalah UU RI No.22 tahun 1999 tentang
Pemerntah daerah yang kemudian diperbaiki menjadi UU No.32 tahun 2004,yaitu
a.Otonomi daerah adalah hak,wewenang,dan kewaiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus seniri urusan pemerintahannya
b.Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah
tertentu
c.Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi,potensi
daerah,sosial budaya,sosial politik,jumlah pendudu,luas daerah dan pertimbangan
lainnya
d.Kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam selurh bidang
pemerintahan,kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negri,pertahanan
keamanan,peradilan,moneter dan fikalo,agama serta kewenagan dalam bidang lain
yang meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian nasional
e.daerah berwenang mengelola SDN yang tersedia diwilayahnya
f.Kewenangan daerah diwilayah luar meliputi :
1.Ekspliotasi,konservasi dan pengelolaan kekayaan laut sebatas wilayah laut
2.Pengaturan kepentingan administratif
3.Pengaturan tata ruang
4.Penegakkan hukum
5.Bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara
Membahas dan menyetujui rancangan perda tentang APBD bersama kepala daerah
Memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah
Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintahan daerah terhadap rencana
perjanjian internasional didaerah
Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh
pemerintahan daerah
Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah
Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain
Adapun yang menjadi hak seorang anggota DPRD :
a.mengajukan rancangan Peraturan Daerah.
b. mengajukan pertanyaan.
c. menyampaikan usul dan pendapat.
d. memilih dan dipilih.
e. membela diri.
f. imunitas.
g. mengikuti orientasi dan pendalaman tugas.
h. protokoler. dan
i. keuangan dan administrasi.
Selain itu,kewajiban seorang anggota DPRD :
a.mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
b.mengamalkan Pancasila dan UUD NKRI tahun 1945 serta menaati segala peraturan
Perundangan-undangan
c.membina demokrasi dalam penyelenggaran Pemerintah Daerah
d.meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah berdasarkan demokrasi ekonomi
e.memperhatikan dan menyalurkan aspirasi,menerima keluhan,dan pengaduan masyarakat,serta
memfasilitasi tindak lanjut penyelesaiannya
2.Kepala Daerah
a.Kewajiban seorang kepala daerah :
1.Memegang teguh Pancasila dan UUD NKRI tahun 1945
2.Menghormati kedaulatan rakyat
3.Menegakkan seluruh Peraturan Perundang-undangan
4.Meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat
5.Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat
b.Tugas seorang kepala daerah :
1.memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang
ditetapkan bersama DPRD
2.memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;
3.menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan
rancangan Perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta
menyusun dan menetapkan RKPD
4.menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan
rancangan Perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta
menyusun dan menetapkan RKPD
5.mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
c.Kewenangan Kepala Daerah :
1.mengajukan rancangan Perda;
2.menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama
DPRD
3.menetapkan Perkada dan keputusan kepala daerah;
4.mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang
sangat dibutuhkan oleh Daerah dan/atau masyarakat;
5.melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
a.Wewenang Menteri :
1.Mengkoordinasi pemberian pelayanan kerumahtanggaan dan
keprotokolan kepada Presiden dan Wakil Presiden.
2.Pelaksanaan tugas tertentu yang diberikan oleh Presiden;
3.Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
a.Tugas Menteri :
1.Mengikuti dan melakukan koordinasi
pelakanaan kebijaksanaan dan program yang
telah ditetakan di bidang tertentu yang menjadi
tanggung jawabnya.
2.Menampung dan mengusahakan penyelesaian
masalah-masalah yang timbul serta mengikuti
perkembangan keadaan dalam bidang yang
dikoordinasinya sehari-hari.
3.Melaksanakan koordinasi seerat-eratnya antara
berbagai Direkur Jenderal dan pimpinan
lembaga lainnya dalam penanganan masalah yang
memiliki sangkut paut dengan bidang
koordinasi Menteri Negara yang bersangkutan.
C.Kedudukan dan Peran Pemerintahan
Daerah
1.Pengertian Pemerintahan Daerah
Pasal 18 ayat 1,berbunyi : “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah- daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-
tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur
dengan undang-undang”
Definisi pemerintahan daerah di dalam UU No.32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah pasal 1 ayat (2) adalah : “Pemerintahan daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan daerah dan DPRD menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”
Maka yang dimaksud dengan Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan
daerah otonom oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi dimana
unsur penyelenggara pemerintahan adalah gubernur,bupati atau wali kota dan perangkat
daerah.
2.Kedudukan Pemerintah Daerah
Pemerintahan daerah adalah pelaksanaan fungsi pemerintahan daerah
yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah,yaitu Pemerintah daerah dan
DPRD.Kepala daerah adalah Kepala Pemerintahan yang dipilih secara
demokratis .
Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat
yang persyaratan dan tata caranya ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan.
Susunan dan kedudukan DPRD yang mencakup keanggotaan, pimpinan,
fungsi, tugas, wewenang, hak, kewajiban, penggantian antar waktu, alat
kelengkapan, protokoler, keuangan, peraturan tata tertib, larangan dan sanksi,
diatur tersendiri didalam Undang-Undang mengenai Susunan dan Kedudukan
MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
Gubernur sebagai Kepala Daerah Provinsi berfungsi pula selaku wakil
Pemerintah di daerah dalam pengertian untuk menjembatani dan
memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah
termasuk dalam pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan
pemerintahan pada strata pemerintahan kabupaten dan kota.
Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD
merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan
bersifat kemitraan. Kedudukan yang setara bermakna bahwa
di antara lembaga pemerintahan daerah itu memiliki
kedudukan yang sama dan sejajar, artinya tidak saling
membawahi.
Hubungan kemitraan bermakna bahwa antara
Pemerintah Daerah dan DPRD adalah sama-sama mitra
sekerja dalam membuat kebijakan daerah untuk melaksanakan
otonomi daerah sesuai dengan fungsi masing-masing sehingga
antar kedua lembaga itu membangun suatu hubungan kerja
yang sifatnya saling mendukung bukan merupakan
lawan ataupun pesaing satu sama lain dalam melaksanakan
fungsi masing-masing.
3.Peran Pemerintah Daerah
Pemerintah selaku pemegang kekuasaan eksekutif dibedakan dalam dua
pengertian yuridis, yakni:
1.Selaku alat kelengkapan negara yang bertindak
untuk dan atas nama negara yang kekuasaannya melekat pada
kedudukan seorang kepala negara.
2.Selaku pemegang kekuasaan tertinggi atas penyelenggaraan
pemerintahan atau selaku administrator negara (pejabat atau
badan atas usaha negara)
Pemerintah tidak lain adalah yang berhasil menopang klaim bahwa
perintahlah yang secara eksklusif berhak menggunakan kekuatan fisik untuk
memaksakan aturan-aturannya dalam suatu batas wilayah tertentu. Sedangkan
dalam pelaksanaan organisasi pemerintahan dibentuk birokrasi.
Tugas pokok pemerintahan adalah pelayanan yang membuahkan kemandirian,
pembangunan menciptakan kemakmuran. Sedangkan Birokrasi itu sendiri dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.Birokrasi patrimonial yang berfungsi berdasarkan nilai-nilai tradisional yang
tidak memisahkan antara tugas, wewenang, dan tanggung jawab dinas dengan
urusan pribadi pejabat.
2.Birokrasi modern (rasional) dicirikan dengan adanya spesialisasi, hukum,
pemisahan tugas dinas dan urusan pribadi.
Sekurangnya terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan, yaitu aspek
penegakan demokrasi, aspek perubahan sistem politik, dan aspek perkembangan
teknologi informasi.
1. Aspek Penegakan Demokrasi: Prinsip demokrasi yang paling urgen
adalah meletakkan kekuasaan pada rakyat dan bukan pada penguasa
2. Aspek Perubahan Sistem Politik: Era reformasi saat ini sungguh
menghadapi persoalan kondisi mental, sikap dan perilaku politik warisan rezim
terdahulu Terutama dalam kerangka single majority Golongan Karya.
3. Aspek Perkembangan Teknologi Informasi: Kemajuan jaman dan
perubahan global telah menjadikan cara kerja suatu birokrasi dengan
menggunakan teknologi informasi. Cara demikian telah menciptakan “birokrasi
tanpa batas dan tanpa kertas”
Untuk fungsi legislasi sendiri, terdapat beberapa peraturan perundangan yang
mengatur pelaksanaan fungsi ini, antara lain:
1.Undang-Undang nomor 10 tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
2.Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2004
tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib DPRD
Fungsi legislasi dari DPRD adalah bersama-sama dengan Kepala Daerah
membuat dan menetapkan Perda, yang berfungsi sebagai:
a.Perda sebagai arah pembangunan
Sebagai kebijakan publik tertinggi di daerah, Perda harus
menjadi acuan seluruh kebijakan publik yang dibuat termasuk didalamnya
sebagai acuan daerah dalam menyusun program pembangunan daerah
b. Perda sebagai Arah Pemerintahan di Daerah
Sesuai dengan Tap MPR Nomor XI tahun 1998 serta UU
Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan negara yang bersih dan
bebas dari KKN, maka ditetapkan asas-asas umum penyelenggaraan
negara yang baik (good governance).
Fungsi penganggaran memegang peranan yang sangat penting
dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat, karena APBD yang dihasilkan
oleh fungsi penganggaran DPRD memiliki fungsi sebagai berikut:
1. APBD sebagai fungsi kebijakan fiscal
Sebagai cerminan kebijakan fiskal, APBD memiliki 3
(tiga) fungsi utama, yaitu:
a.Fungsi alokasi, Fungsi alokasi mengandung arti bahwa APBD
harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi
pengangguran, mengurangi pemborosan sumber daya, serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
b.Fungsi distribusi, Fungsi distribusi mengandung arti bahwa
kebijakan APBD harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
c.Fungsi stabilisasi. Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa
APBD merupakan alat untuk memelihara dan mengupayakan
keseimbangan fundamental perekonomian daerah
2. APBD sebagai fungsi investasi daerah
Dalam pandangan manajemen keuangan daerah, APBD
merupakan rencana investasi daerah yang dapat meningkatkan daya saing daerah
dan kesejahteraan rakyat.
3. APBD sebagai fungsi manajemen pemerintahan daerah
Sebagai fungsi manajemen pemerintahan daerah, APBD mempunyai
fungsi sebagai pedoman kerja, alat pengendalian (control), dan alat ukur kinerja
bagi pemerintah daerah.APBD memiliki fungsi perencanaan, otorisasi, dan
pengawasan. Dalam penjelasan PP Nomor 58/2005, fungsi perencanaan,
otorisasi, dan pengawasan didefinisikan sebagai berikut:
a.Fungsi perencanaan
b.Fungsi otorisasi
c.Fungsi pengawasan
D.Hubungan Struktural dan Fungsional
Pemerintah Pusat dan Daerah
1.Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
Hubungan pusat-daerah dapat diartikan sebagai hubungan kekuasaan
pemerintah pusat dan daerah sebagai konsekuensi dianutnya ases desentralisasi
dalam pemerintahan negara.Hubungan antara pusat dan daerah dalam
penyelenggaraan pemerintah :
a.Pemerintah Pusat yang mengatur hubungan antara pusat dan
daerah yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan yang bersifat
mengikat kedua belah pihak
b.Tanggung jawab akhir dari penyelenggaraan urusan-urusan
pemerintahan yang diserahkan kepada daerah
c.Peran pusat dalam kerangka otonomi daerah akan banyak
bersifat menentukan kebijakan makro,melakukan
supervisi,monitoring,evaluasi,kontrol,dan pemberdayaan sehingga daerah dapat
menjalankan otonominya secara optimal.
Sistem hubungan pusat dan daerah menurut Nimrod Raphaeli,yaitu :
a.Comprehensive Local Government System :pemerintah pusat banyak
sekali menyerahkan urusan dan wewenangnya kepada pemerintah daerah.
Pemerintah Daerah memiliki kekuasaan yang besar.
b.Partnership System : beberapa urusan yang jumlahnya cukup memadai
diserahkan oleh pusat kepada daerah, wewenang lain tetap di pusat.
c.Dual System : imbangan kekuasaan pusat dan daerah telah mulai lebih banyak
dimiliki pusat pada daerah yang bersangkutan.
c.Integrated Administrative System : Pusat mengatur secara langsung daerah
bersangkutan mengenai segala pelayanan teknis melalui koordinatornya yang
berada di daerah/wilayah.Lingkup hubungan pusat dan daerah antara lain
meliputi hubungan kewenangan,organisasi, keuangan, dan pengawasan.
2.Hubungan Pusat-Daerah Bidang Kewenangan
Dalam penyelenggaraan desentralisasi terdapat dua elemen penting,
yakni pembentukan daerah otonom dan penyerahan kekuasaan secara hukum
dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan
mengurus bagian-bagian tertentu urusan pemerintahan.Secara teoritis,
persebaran urusan pemerintahan kepada daerah dapat dibedakan dalam 3 (tiga)
ajaran rumah tangga berikut :
a. Ajaran formal
Di dalam ajaran rumah tangga formil (formele
huishoudingsleer), tidak ada perbedaan sifat urusan-urusan yang diselenggarakan
pemerintah pusat dan daerah otonom. Pada prinsipnya urusan yang dapat
dikerjakan oleh masyarakat hukum yang satu juga dapat dilakukan oleh
masyarakat yang lain.
Pembagian itu tidak karena materi yang diatur berbeda
sifatnya, tetapi semata-mata karena keyakinan bahwa kepentingan-kepentingan
daerah itu dapat lebih baik dan lebih berhasil diselenggarakan sendiri oleh setiap
daerah daripada oleh pemerintah pusat. Jadi, pertimbangan efisiensilah yang
menentukan pembagian tugas itu dan bukan disebabkan perbedaan sifat dari
urusan-urusan yang menjadi tanggung jawab masing-masing.
Walaupun keleluasaan pemerintah daerah dalam sistem rumah tangga
formil lebih besar, tetapi ada pembatasan, yaitu :
1. pemerintah daerah hanya boleh mengatur urusan sepanjang urusan itu
tidak atau belum diatur dengan undang-undang atau peraturan daerah yang lebih
tinggi tingkatannya.
2. Bila negara atau daerah yang lebih tinggi tingkatnya kemudian
mengatur sesuatu yang semula diatur oleh daerah yang lebih rendah, peraturan
daerah yang lebih rendah tersebut dinyatakan tidak berlaku.
3.Secara positif, sistem urusan rumah tangga formil sudah memenuhi
kriteria keleluasaan berprakarsa bagi daerah untuk mengembangkan otonomi
daerahnya. Namun pada sisi lain, sistem ini tidak atau kurang memberi
kesempatan kepada pemerintah pusat untuk mengambil inisiatif
menyeimbangkan kemajuan antara daerah yang kondisi dan potensinya tidak
sama.
b. Ajaran materiil
Dalam ajaran rumah tangga materiil (materiele
huishoudingsleer), antara pemerintah pusat dan daerah terdapat pembagian
tugas yang diperinci secara tegas di dalam peraturan perundang-undangan.
Kewenangan setiap daerah hanya meliputi tugas-tugas yang ditentukan satu per
satu secara nominatif. Jadi, apa yang tidak tercantum dalam rincian itu tidak
termasuk kepada urusan rumah tangga daerah. Daerah yang bersangkutan tidak
mempunyai kewenangan untuk mengatur kegiatan di luar yang sudah
ditetapkan.
Daerah tidak dapat melakukan sesuatu yang tidak termasuk dalam
undang-undang pembentukannya. Daerah tidak dapat secara leluasa bergerak
dan mengembangkan inisiatifnya, kecuali urusan-urusan yang sudah dipastikan
menjadi urusan rumah tangganya, menurut tingkatan dan ruang lingkup
pemerintahannya.
Dengan demikian, ajaran rumah tangga ini tidak mendorong daerah
untuk berprakarsa dan mengembangkan potensi wilayah di luar urusan yang
tercantum dalam undang-undang pembentukannya. Padahal, kebebasan untuk
berprakarsa, memilih alternatif dan mengambil keputusan justru merupakan
prinsip dasar dalam mengembangkan otonomi daerah.
c. Ajaran riil
Konsep rumah tangga riil bertitik tolak dari pemikiran yang
mendasarkan diri kepada keadaan dan faktor-faktor yang nyata untuk
mencapai keserasian antara tugas dengan kemampuan dan kekuatan, baik
yang ada pada daerah sendiri maupun di pusat.
Di dalam ajaran rumah tangga riil dianut kebijaksanaan bahwa setiap
undang-undang pembentukan daerah mencantumkan beberapa urusan
rumah tangga daerah yang dinyatakan sebagai modal pangkal dengan disertai
segala atributnya berupa kewenangan, personil, alat perlengkapan, dan
sumber pembiayaan.