Yati Sapitri
NIM 041172781
Yatisapitri22@gmail.com
1
KATA PENGATAR
Etika merupakan suatu prilaku yang penting dalam setiap hubungan social
antar manusia, termasuk dalam pelayanan public. Seperti ketika kita bertemu
dengan orang lain atau bertemu dengan saudara dan berbincang-bincang
dengannya, maka secara tidak langsung kita memiliki sikap yang sudah di atur
untuk berkomunikasi dengan nyaman dan baik. Seperti contohnya dalam berbicara,
tutur kata yang digunakan, sikap ketika berbicara dan lain sebagainya.
Pelayanan publik adalah kegiatan yang berisi pola interaksi hubungan sosial.
Oleh karenanya, pelayanan publik juga memerlukan penerapan etika dan moral
sehingga memungkinkan terjadinya hubungan yang serasi dan harmonis diantara
penyedia dan pengguna jasa. Sayangnya, selama Ini persoalan etika dalam
pelayanan publik di Indonesia belum banyak dibahas secara luas dan tuntas
sebagaimana terdapat di negara maju. Padahal, dalam berbagai literatur tentang
pelayanan publik dan administrasi publik, etika merupakan salah satu unsur yang
sangat menentukan kepuasan publik yang dilayani sekaligus keberhasilan
organisasi pelayanan publik itu sendiri.
Maka dari itu di dalam makalah Manajemen Pelayanan Publik ini akan di
bahas mengenai “Etika dan Profesionalisme” dalam melayani masyarakat (public)
yang ada di Indonesia untuk bisa memenuhi tujuan yang sudah di tentukan dalam
melayani manajemen public.
2
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................
PEMBAHASAN........................................................................................................
KESIMPULAN..........................................................................................................
SARAN......................................................................................................................
PENUTUP..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
3
PENDAHULUAN
Pelayanan publik adalah kegiatan yang berisi pola interaksi hubungan sosial.
Oleh karenanya, pelayanan publik juga memerlukan penerapan etika dan moral
sehingga memungkinkan terjadinya hubungan yang serasi dan harmonis diantara
penyedia dan pengguna jasa. Sayangnya, selama ini persoalan etika dalam
pelayanan publik di Indonesia belum banyak dibahas secara luas dan tuntas
sebagaimana terdapat di negara maju.
4
semakin berkembang. Hal ini perlu adanya perhatian yang lebih serius untuk
meminimalisir kesalahan dalam prilaku para administrator pelayanan Publik.
PEMBAHASAN
Secara literal, istilah etika berasal dari kata Yunani “ethos”, yang berarti
“karakter”, “kebiasaan”, atau “kesusilaan”. Etika merupakan bagian dari kajian
Estetika dalam bidang filsafat Aksiologi, yakni sebuah studi yang mempelajari
filosofi tentang nilai. Etika menyelidiki tentang konsep “benar” dan “baik” dalam
perilaku individu dan social, sedangkan Estetika mempelajari konsep “keindahan”
dan “harmoni” social.
Etika adalah aturan, norma, kaidah, ataupun tata cara yang biasa digunakan
sebagai pedoman atau asas suatu individu dalam melakukan perbuatan dan tingkah
laku. Pengertian tersebut menerangkan apakah suatu perbuatan boleh atau tidak boleh
dilakukan, misalnya menipu atau mencuri adalah suatu hal yang tidak pernah
diperbolehkan oleh suku bangsa apapun. Sedangkan estetika lebih menggambarkan
cara suatu perbuatan itu dilakukan manusia, dan berlaku terbatas hanya dalam
pergaulan atau berinteraksi dalam lingkungan tertentu, dan cenderung berlaku dalam
kelompok budaya tertentu saja, misalnya memberi ucapan selamat harus dengan
membungkuk atau makan sambil berdiri dianggap cara yang kurang sopan menurut
kebudayaan tertentu, tapi tidak menjadi persoalan bagi kebudayaan lain. Karena itu
estetika cenderung bersifat relatif, dan berbentuk simbol lahiriah, sedangkan etika
cenderung berlaku universal dan menggambarkan sungguh-sungguh sikap batin.
5
Ada beberapa Fungsi dalam malakukan sebuah etika yakni: 1) Sebagai tempat
untuk mendapatkan pandangan atau perspektif kritis yang berhadapan langsung dengan
berbagai suatu moral yang membingungkan. 2) berfungsi sebagai pembeda mana yang
boleh diubah dan mana yang tidak boleh di ubah. 3) berfungsi untuk membantu sebuah
konsistensi.
Etika bisnis meliputi dimensi normatif dan deskriptif. Dalam praktik perusahaan,
bidang ini merupakan normatif, sedangkan bagi dunia akademik, bidang ini
merupakan deskriptif untuk memahami perilaku bisnis. Cakupan/rentang masalah
dalam bahasan etika bisnis biasanya berkaitan dengan menentukan keseimbangan
interaksi Perilaku antara keinginan memaksimalkan laba pada satu sisi, dengan
masalah non-ekonomi (seperti kemanusiaan) pada sisi lain. Perusahaan pada satu SISi
dituntut untuk mencari laba sebanyak-banyaknya, sehingga sering mendorong mereka
berbuat apa saja termasuk memberi upah buruh yang rendah, membuang
limbah/polusi sembarangan, dan mengelabuhi konsumen. Pada sisi lain, perusahaan
juga dituntut untuk memperhatikan nilai keadilan dan kepatutan bagi karyawan,
pemeliharaan lingkungan dan Kepuasan Pelanggan.
6
A.C. Penerapan Etika Sebagai Akuntabilitas
Dalam kedua konteks tersebut, etika memiliki arti sebagai filsafat dan profesional
standar (kode etik), atau moral atau aturan berperilaku yang benar (right rules of
conduct) yang seharusnya dipatuhi oleh pemberi pelayanan publik atau administrator
publik (Denhardt 1988: 32). Dengan demikian, etika pelayanan publik adalah suatu
praktik administrasi publik dan atau pemberian pelayanan publik (delivery system)
yang didasarkan atas serangkaian tuntunan perilaku (rules of conduct) atau kode etik
yang mengatur "apa yang harus dilakukan" dan sebaliknya "apa yang harus
dihindarkan"
Nilai etika dalam pelayanan publik pada prinsipnya diderivasi dari beberapa
nilai-nilai moral yang berlaku umum seperti: nilai kebenaran (truth), kebaikan
(goodness), kebebasan (liberty), kesetaraan (equality), dan keadilan (justice).
Walaupun demikian, ada pula nilai-nilai moral yang secara khusus perlu ditambahkan
untuk pelayanan publik, seperti prinsip integritas (integrity) dan kenetralan
(impartiality). Kita dapat menggunakan nilai tersebut untuk mengevaluasi kinerja dan
keberhasilan aktor pelayanan dalam menjalankan tugas. Misalnya apakah para aktor
7
tersebut netral atau tidak dalam menyusun kebijakan, disknminatif atau tidak dalam
menilai dan menempatkan pegawai, dan jujur atau tidak dalam membuat laporan.
1. Model I (the 1940's model). Berasal dari tulisan Wayne A.R. Leys berjudul
Ethics and Social Policy (1944).
2. Model II (the 1950's model). Berasal dari pidato Hurst A. Anderson (1953)
berjudul Ethical Values in Administration (nilainilai etika dalam
administrasi).
3. Model III (the 1960's model). Model ini berasal dari tulisan Robert T.
Golembiewski berjudul Men, Management, and Morality (1965).
4. Model IV (the 1970's model). Diderivasi dari tulisan David K. Hart (1974)
Social Equity, Justice, and The Equitable Administrator dan tulisan John
8
Rawls berjudul A Theory of Justice (1971) yang merupakan akumulasi
penyempurnaan dari model-model sebelumnya.
5. Model V (Rohr model). Berasal dari tulisan John Rohr berjudul Ethicsfor
Bureaucrats (1978).
6. Model VI -- (Cooper model). Diambil dari tulisan Terry L. Cooper berjudul
The Responsible Administrator: An Approach to Ethics for the
Administrative Role (1998).
Secara umum Inti dari etika pelayanan setidaknya meliputi empat hal:
1. Integritas
9
Adalah prinsip untuk menempatkan kewajiban pelayanan publik di atas
kepentingan pribadi. Pegawai/pejabat harus menyadari bahwa posisi mereka
adalah amanat rakyat untuk melayani, bukan semata-mata untuk berkuasa
atau mencari gaji dan keuntungan materi lainnya. Dalam standar perilaku
Integritas, pegawai biasanya memiliki batasan-batasan tertentu unluk
bertindak yang diperbolehkan dan yang dilarang.
2. Kejujuran
Adalah prinsip yang mewajibkan pegawai/pejabat berlaku jujur dan terbuka;
mereka harus menyadari bahwa jabatan, pekerjaan, kewenangan, dan fasilitas
kedinasan bukanlah milik pribadi yang dapat dikelola secara rahasia dan
tertutup, melainkan milik publik yang pelaksanaannya boleh diketahui dan
dimonitor oleh masyarakat.
3. Objektivitas
Adalah prinsip untuk mendasarkan saran dan keputusan pada analisis yang
bukti dan data yang ketat dan akurat, bukan karena keinginan pribadi dan
kelompok tertentu saja.
4. Keadilan
Adalah prinsip tindakan sesuai dengan persyaratan hukum. Dalam hal ini
keadilan terdiri dari aturan umum untuk semua warga negara yang muncul
dari semacam konsensus.
5. Ketidakberpihakan
Adalah prinsip netralitas untuk bertindak semata-mata sesuai dengan kasus
tersebut (bukan utuk kepentingan politik) dan melayani rakyat dan
pemerintah yang berbeda keyakinan atau partai politik secara setara dan sama
baiknya.
10
pegawai dan pejabat pemerintah. Pakta Integritas adalah pernyataan atau janji kepada
diri sendiri tentang komitmen melaksanakan seluruh tugas, fungsi, tanggung jawab,
wewenang dan peran sesuai dengan peraturan perundangundangan dan kesanggupan
untuk tidak melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Hal itu biasanya dituangkan
ke dalam sebuah Dokumen Pakta Integritas yang harus ditandatangani oleh para
pegawai/pejabat sebelum mereka bekerja/menjabat.
11
pelayanan publik yang responsif, transparansi, efektivitas dan efesien.
Profesionalisme merupakan cerminan keterampilan dan keahlian aparatur yang dapat
berjalan efektif apabila didukung dengan kesesuaian tingkat pengetahuan atas dasar
latar belakang pendidikan dengan beban kerja yang menjadi tanggung jawabnya dan
juga sebagai cerminan potensi diri yang dimiliki aparatur, baik dari aspek
kemampuan maupun aspek tingkah laku yang mencakup loyalitas, inovasi,
produktivitas dan kreatifitas. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh
aparatur pemerintah adalah usaha menampilkan profesionalitas, etos kerja tinggi,
keunggulan kompetitif dan kemampuan memegang teguh etika birokrasi dalam
menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan aspirasi masyarakat yang bebas dari
nuansa Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Agar birokrasi dapat memberikan
pelayanan yang baik, maka diantara sepuluh prinsip good gevernance ada 3 (tiga)
nilai administratif – manajerial mendasar yakni : efektifitas, efesiensi dan
profesionalisme (Widodo, 2005 ; 315).
12
pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam
penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan”
13
dibedakan menjadi dua, yaitu: a )Orientasi Formal : Orientasi ini berisi informasi-
informasi tentang berbagai peraturan perundang-undangan, upah, jam kerja, cuti,
tunjangan-tunjangan, evaluasi kerja, tindakan-tindakan disiplin, apa yang harus
dilakukan kalau ada keluhan-keluhan (grievances), promosi dan penempatan,
serikat kerja, dan yang terkait lainnya. b). Orientasi Informal:. Orientasi ini
bersifat mendukung atau betentangan, tetapi selalu memperluas pengetahuan
pekerja baru mengenai instansi dan orang yang yang bekerja di dalamnya.
Orientasi informal bisa berbentuk nonverbal; para pekerja baru akan belajar
mengenai instansi denagn melihat rekan-rekannya yang bepengalaman dalam
berhubungan dengan para klien, antara satu sama lain, dan dengan para
supervisornya.
KESIMPULAN
Etika merupakan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap orang, hanya saja
etika tidak selamanya berprilaku positif semesial dalam sebuah pelayanan public.
14
Etika dalam profesionalisme adalah bagaikan dua Sisi mata uang yang tidak
terpisahkan. 2) berfungsi sebagai pembeda mana yang boleh diubah dan mana
yang tidak boleh di ubah. Hal ini berlaku untuk semua aspek perilaku bisnis, dan
relevan dalam hal yang berkaitan dengan perilaku Individu, maupun organisasi
secara keseluruhan. Kajian ini merupakan bentuk etika terapan atau etika profesi
yang melihat penerapan prinsip etika dan masalah moral yang timbul dalam
lingkungan bisnis. Pengertian tersebut menerangkan apakah suatu perbuatan
boleh atau tidak boleh dilakukan, misalnya menipu atau mencuri adalah suatu hal
yang tidak pernah diperbolehkan oleh suku bangsa apapun. Dalam kajian teoretis,
etika (dalam) pelayanan adalah merupakan bahasan dari etika bisnis.Etika Etika
adalah aturan, norma, kaidah, ataupun tata cara yang biasa digunakan sebagai
pedoman atau asas suatu individu dalam melakukan perbuatan dan tingkah laku.
SARAN
15
PENUTUP
Sekian makalah yang bisa saya sajikan untuk memenuhi Tugas III
Manajemen Pelayanan Umum, mohon maaf apabil masih jauh dalam kata
sempurna, kritik dan saran dari dosen akan bisa membuat saya lebih baik dalam
mebuat makalah lainnya. Terimakasih.
16
Daftar Pustaka
https://www.gramedia.com/best-seller/pengertian-etika/
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/04/profesionalisme-adalah.html
https://media.neliti.com/media/publications/1063-ID-profesionalisme-aparatur-
dalam-pelayanan-publik-di-kantor-kecamatan-sario1.pdf
https://tukangeetik.blogspot.com/2018/02/makalah-meningkatkan-
profesionalisme.html
17