Anda di halaman 1dari 17

Keluarga Sadar Hukum yang selanjutnya disingkat Kadarkum adalah wadah yang berfungsi menghimpun warga

masyarakat yang dengan kemauannya sendiri berusaha untuk meningkatkan kesadaran hukum bagi dirinya. Sedangkan
Kesadaran Hukum Masyarakat adalah nilai yang hidup dalam masyarakat dalam bentuk pemahaman dan ketaatan atau
kepatuhan masyarakat terhadap norma hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Salah satu kegiatan penyebarluasan informasi dan pemahaman terhadap norma hukum dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku guna mewujudkan dan mengembangkan kesadaran hukum masyarakat sehingga tercipta budaya
hukum dalam bentuk tertib dan taat atau patuh terhadap norma hukum dan peraturan perundang undangan yang berlaku
demi tegaknya supremasi hukum merupakan salah satu tugas pokok yang harus dilaksanakan oleh Tim Penggerak
PKK melalui kader yang terlatih dalam bidang Kadarkum. Penyuluhan Hukum diselenggarakan dengan tujuan mewujudkan
kesadaran hukum masyarakat yang lebih baik sehingga setiap anggota masyarakat menyadari dan menghayati hak dan
kewajibannya sebagai warga negara dan mewujudkan budaya hukum dalam sikap dan perilaku yang sadar, patuh, dan taat
terhadap hukum serta menghormati hak asasi manusia. adapun materi hukum yang disuluhkan meliputi peraturan
perundang-undangan tingkat Pusat dan Daerah, khususnya tentang PDKRT, HAM, KHA, TPPO (trafficking), Narkoba, dan
lain-lain.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor : M.01-PR.08.10 TAHUN 2006 tentang Pola Penyuluhan
Hukum, Metode Penyuluhan Hukum dilaksanakan dengan pendekatan :

1. persuasif yakni penyuluh hukum dalam melaksanakan tugasnya harus mampu meyakinkan masyarakat yang
disuluh, sehingga mereka merasa tertarik dan menaruh perhatian serta minat terhadap hal-hal yang disampaikan
oleh penyuluh;
2. edukatif yakni penyuluh hukum harus bersikap dan berperilaku sebagai pendidik yang dengan penuh kesabaran
dan ketekunan membimbing masyarakat yang disuluh ke arah tujuan penyuluhan hukum;
3. komunikatif yakni penyuluh hukum harus mampu berkomunikasi dan menciptakan iklim serta suasana sedemikian
rupa sehingga tercipta suatu pembicaraan yang bersifat akrab, terbuka dan timbal balik; dan
4. akomodatif yakni penyuluh hukum harus mampu mengakomodasikan menampung dan memberikan jalan
pemecahannya dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami terhadap permasalahan-permasalahan
hukum yang diajukan oleh masyarakat.

Penyuluhan Hukum sebagaimana dimaksud dapat diselenggarakan dalam bentuk :

1. ceramah;
2. diskusi;
3. temu sadar hukum;
4. pameran;
5. simulasi;
6. lomba kadarkum;
7. konsultasi hukum;
8. bantuan hukum; dan/atau
9. dalam bentuk lain.

Buat pengendara motor, jangan coba-coba jalan di trotoar kalau enggak mau kehilangan
Rp 500.000. Masih banyak lagi pasal-pasal yang terangkum dalam Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan yang siap menjerat pengendara
karena kebiasaan buruk atau lalai saat berkendara.

Undang-undang tersebut sudah ketok palu. Nah, supaya Anda tidak kena tilang, inilah
beberapa peraturan tersebut.

1. Motor harus lengkap nomor polisi. Hilang satu kena Pasal 280. Bunyinya (diringkas),
orang, yang mengendarai motor tidak dipasangi tanda nomor (pelat nomor) yang ditentukan
polisi sebagaimana yang dimaksud Pasal 68 ayat1, dipidana kurungan 2 bulan atau denda
paling banyak Rp 500.000

2. Punya SIM. Nekat berkendara tanpa mengantongi surat izin mengemudi (SIM) (sesuai
Pasal 281) dikenakan Pasal 77 ayat 1 dipidana kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau
denda paling banyak Rp.1 juta.

3. Jangan SMS atau telepon saat berkendara, mabok, dan lainnya. Itu mengganggu
konsentrasi pengendara. Pasal 283 siap menjerat dengan bunyi: Setiap orang yang
mengemudikan kendaraan bermotor secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau
dipengaruhi suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi
di jalan sebagai diatur dalam Pasal 106 ayat 1 dipidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan
atau denda Rp 750.000.

4. Jalan di trotoar. Pasal 106 ayat 2 akan menjerat dengan hukuman berupa kurungan 2
(dua) bulan atau denda paling banyak Rp 500.000 karena dalam pasal tersebut jelas
disebutkan, Anda tidak mengutamakan keselamatan pejalan kaki atau pesepeda kala
mengemudikan kendaraan bermotor.

5. Standar motor tak lengkap. Perhatikan kaca spion, lampu utama, rem, penunjuk arah,
pengukur kecepatan, knalpot, dan kedalaman alur ban. Bila tidak memenuhi persyaratan
teknis dan laik jalan, maka sebagaimana dimaksud Pasal 106 ayat 3 juncto Pasal 48 ayat 2
dan ayat 3, (pelanggar) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda
paling banyak Rp 250.000.

6. Marka jalan. Simak Pasal 287. Yang melanggar aturan perintah atau larangan yang
dinyatakan dengan rambu lalu lintas sebagaimana dimaksud Pasal 106 ayat 4 huruf a atau
marka jalan (Pasal 106 ayat 4 huruf b) dipidana dengan pidana kurungan 2 (dua) bulan
atau denda palilng banyak Rp 500.000.

7. Helm harus logo SNI. Pakai helm "cetok" atau helm proyek bakal diadang Pasal 106
ayat (8), yaitu dipidana dengan pidana kurungan a (satu) bulan atau denda paling banyak
Rp 250.000. Helm harus memenuhi standar SNI.

8. Boncengan tiga atau lebih. Mengangkut penumpang lebih dari satu, sebagaimana
disebut dalam Pasal 106 ayat 9, dipidana dengan pidana kurungan 1 (satu) bulan atan
denda paling banyak Rp 250.000.

9. Balap liar. Yang suka kebut-kebutan, apalagi balap liar sebagaimana disebutkan Pasal
115 huruf b, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda
paling banyak Rp 3 juta.

10. Menerobos palang pintu kereta api. Bagi yang menerobos lintasan rel kereta,
sementara palang pintu sudah ditutup dan sinyal sudah bunyi, Pasal 114 siap menjerat
mereka dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp
750.000. (Chuenk)
Sebelum kita berbicara tentang hak-hak dari Tersangka / Terdakwa dan Terpidana, kita harus
tahu dulu perbedaan antara seorang terdakwa dengan Terpidana.

Bahwa berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana Pasal 1, yang dimaksud
dengan:

Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti
permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.

Terdakwa adalah seorang Tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di persidangan.

Terpidana adalah seorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

Setelah kita mengetahui difinisi dari masing-masing status seseorang barulah kita dapat
berbicara tentang hak-haknya didalam melakukan proses hukum yang berlaku.

Jika disebutkan Merah, dijawab tepuk 1x

Jika disebutkan Hijau, dijawab tepuk 2x

Jika disebutkan Biru, dijawab tepuk 3x

Jika disebutkan Putih, dijawab Allaahu Akbar

Sebelum menjawab pertanyaan Anda, ada baiknya kami sampaikan jenis-jenis pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP):
Pidana terdiri atas:
a. pidana pokok:
1. pidana mati;
2. pidana penjara;
3. pidana kurungan;
4. pidana denda;
5. pidana tutupan.
b. pidana tambahan
1. pencabutan hak-hak tertentu;
2. perampasan barang-barang tertentu;
3. pengumuman putusan hakim.
Baik pidana kurungan maupun pidana penjara adalah merupakan pidana pokok dalam
hukum pidana. Mengenai pembedaan pidana penjara dan pidana kurungan, pada dasarnya
merupakan sama-sama bentuk pidana perampasan kemerdekaan sebagaimana dipaparkan
oleh S.R Sianturidalam bukunya berjudul Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan
Penerapannya (2002: 471), berikut kutipannya:

Pidana kurungan adalah juga merupakan salah satu bentuk pidana perampasan
kemerdekaan, akan tetapi dalam berbagai hal ditentukan lebihringan dari pada
yang ditentukan kepada pidana penjara.

Ketentuan tersebut ialah :


a. Para terpidana kurungan mempunyai hak pistole, yang artinya mempunyai
hak atau kesempatan untuk mengurusi makanan dan alat tidur sendiri atas
biaya sendiri (Pasal 23 KUHP).
b. Para terpidana mengerjakan pekerjaan-pekerjaan wajib yang lebih ringan
dibandingkan dengan para terpidana penjara (Pasal 19 KUHP).
c. Maksimum ancaman pidana kurungan adalah 1 (satu) tahun, maksimum
sampai 1 tahun 4 bulan dalam hal terjadi pemberatan pidana, karena
perbarengan, pengulangan atau karena ketentuan Pasal 52 atau 52a (Pasal
18 KUHP).
d. Apabila para terpidana penjara dan terpidana kurungan menjalani pidana
masing-masing dalam satu tempat pemasyarakatan, maka para terpidana
kurungan harus terpisah tempatnya (Pasal 28 KUHP).
e. Pidana kurungan dilaksanakan dalam daerah terpidana sendiri (Biasanya
tidak di luar daerah Kabupaten yang bersangkutan) (Pasal 21 KUHP)

Selain itu Jan Remmelink dalam bukunya berjudul Hukum Pidana (2003: 476)
menyebutkan bahwa :
Terhadap tindak pidana pelanggaran, maka pidana kurungan merupakan satu-
satunya bentuk pidana badan yang dimungkinkan. Namun demikian, pidana kurungan
tidak terbatas pada pelanggaran saja tetapi juga terhadap beberapa bentuk kejahatan,
yaitu yang dilakukan tanpa kesengajaan (Pasal 114, 188, 191ter, 193, 195, 197, 199,
201, 359, 360, 481 KUHP), semua diancamkan pidana penjara maupun pidana
kurungan.

Sehingga, dapat kami simpulkan bahwa perbedaan pidana kurungan dan pidana penjara
antara lain adalah sebagai berikut :

Perbedaan Pidana Penjara Pidana Kurungan

Tindak pidana Kejahatan Pelanggaran dan


(yang diatur dalam Kejahatan(tertentu) Pasal 114, 188,
KUHP) 191ter, 193, 195, 197, 199, 201, 359,
360, 481

MaksimumLamanya Seumur hidup - Paling lama 1 tahun.


pemidanaan - Jika ada pemberatan pidana
paling lama 1 tahun 4 bulan.

Lokasi pemidanaan Di mana saja Dalam daerah di mana terpidana


berdiam ketika putusan hakim
dijalankan

Perbedaan lain a. Tidak memiliki hak pistole; a. Memiliki hak pistole;


b. Wajib menjalankan segala b. Pekerjaan yang diwajibkanlebih
pekerjaan yang dibebankan ringan.
kepadanya.

Mengenai lamanya pidana penjara dan pidana kurungan yang Anda contohkan yakni 10 tahun
pidana penjara dan 10 tahun pidana kurungan, maka dapat kami sampaikan
bahwa perbandingan yang Anda sampaikan kurang tepat. Karena merujuk pada uraian di atas
dapat diketahui bahwa untuk pidana kurungan hanya dapat dijatuhkan paling lama 1 tahun dan
dengan pemberatan menjadi 1 tahun 4 bulan. Jadi, tidak mungkin pidana kurungan diberikan
sampai 10 tahun lamanya.

2. Mengenai penafsiran pidana seumur hidup, seperti telah kami sampaikan sebelumnya dalam jawaban
klinik Pidana Seumur Hidup bahwa yang dimaksud dengan pidana penjara seumur hidup adalah satu
dari dua variasi hukuman penjara yang diatur dalam pasal 12 ayat (1) KUHP. Selengkapnya, pasal 12
ayat (1) KUHP berbunyi, pidana penjara ialah seumur hidup atau selama waktu tertentu. Dalampasal
12 ayat (4) KUHP dinyatakan, pidana penjara selama waktu tertentu sekali-kali tidak boleh melebihi
dua puluh tahun.

Dari bunyi pasal 12 ayat (1) KUHP tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan pidana penjara seumur hidup adalah penjara selama terpidana masih hidup hingga
meninggal. Ketentuan tersebut sekaligus menolak pendapat bahwa hukuman penjara seumur
hidup diartikan hukuman penjara yang dijalani adalah selama usia terpidana pada saat vonis
dijatuhkan.

Apabila pidana penjara seumur hidup diartikan hukuman penjara yang dijalani adalah selama
usia terpidana pada saat vonis dijatuhkan, maka yang demikian menjadi pidana penjara selama
waktu tertentu. Contohnya, jika seseorang dipidana penjara seumur hidup ketika dia berusia 21
tahun, maka yang bersangkutan hanya akan menjalani hukuman penjara selama 21 tahun. Hal
itu tentu melanggar ketentuan Pasal 12 ayat (4) KUHP, di mana lamanya hukuman yang
dijalani oleh terpidana - yaitu 21 tahun - melebihi batasan maksimal 20 tahun.
Jadi, yang dimaksud dengan pidana penjara seumur hidup adalah pidana penjara yang
dijalankan sampai berakhirnya usia/meninggalnya terpidana yang bersangkutan.

Kalau kita bicara tentang peningkatan kesadaran hukum masyarakat, maka


akan timbul pertanyaan: Apakah kesadaran hukum masyarakat sudah
sedemikian merosotnya, sehingga perlu ditingkatkan dan bagaimana cara
meningkatkannya? Apa yang dapat kita konstatasi mengenai kesadaran hukum
ini di dalam masyarakat? Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut
perlu kiranya diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan kesadaran
hukum.
Kesadaran hukum dengan hukum itu mempunyai kaitan yang erat sekali.
Kesadaran hukum merupakan faktor dalam penemuan hukum (Lemaire, 1952;
46). Bahkan Krabbe mengatakan bahwa sumber segala hukum adalah kesadaran
hukum (v. Apeldoorn, 1954: 9). Menurut pendapatnya maka yang disebut
hukum hanyalah yang memenuhi kesadaran hukum kebanyakan orang, maka
undang-undang yang tidak sesuai dengan kesadaran hukum kebanyakan orang
akan kehilangan kekuatan mengikat. Hal ini masih memerlukan kritik. Perlu
kiranya diketahui bahwa Krabbe dan juga Kranenburg termasuk mereka yang
mengembangkan teori tentang kesadaran hukum.
Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa
hukum itu atau apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup
kejiwaan kita dengan mana kita membedakan antara hukum dan tidak hukum
(onrecht), antara yang seyogyanya dilakukan dan tidak seyogyanya dilakukan
(Scholten, 1954: 166) .
Kesadaran tentang apa hukum itu berarti kesadaran bahwa hukum itu
merupakan perlindungan kepentingan manusia. Bukankah hukum itu
merupakan kaedah yang fungsinya adalah untuk melindungi kepentingan
manusia? Karena jumlah manusia itu banyak, maka kepentingannyapun banyak
dan beraneka ragam pula serta bersifat dinamis. Oleh karena itu tidak mustahil
akan terjadinya pertentangan antara kepentingan manusia. Kalau semua
kepentingan manusia itu dapat dipenuhi tanpa terjadinya sengketa atau
pertentangan, kalau segala sesuatu itu terjadi secara teratur tidak akan
dipersoalkan apa hukum itu, apa hukumnya, siapa yang berhak atau siapa yang
bersalah. Kalau terjadi seseorang dirugikan oleh orang lain, katakanlah dua
orang pengendara sepeda motor saling bertabrakan, maka dapatlah dipastikan
bahwa, kalau kedua pengendara itu masih dapat berdiri setelah jatuh
bertabrakan, akan saling menuduh dengan mengatakan Kamulah yang salah,
kamulah yang melanggar peraturan lalu lintas atau Saya terpaksa melanggar
peraturan lalu lintas karena kamu yang melanggar peraturan lalu lintas lebih
dulu. Kalau tidak terjadi tabrakan, kalau tidak terjadi pertentangan
kepentingan, sekalipun semua pengendara kendaraan mengendarai
kendaraannya simpang siur tidak teratur, selama tidak terjadi tabrakan, selama
kepentingan manusia tidak terganggu, tidak akan ada orang yang
mempersoalkan tentang hukum. Kepentingan-kepentingan manusia itu selalu
diancam oleh segala macam bahaya: pencurian terhadap harta kekayaannya,
pencemaran terhadap nama baiknya, pembunuhan dan sebagainya. Maka oleh
karena itulah manusia memerlukan perlindungan terhadap kepentingan-
kepentingannya. Salah satu perlindungan kepentingan itu adalah hukum.
Dikatakan salah satu oleh karena disamping hukum masih ada perlindungan
kepentingan lain: kaedah kepercayaan, kaedah kesusilaan dan kaedah
kesopanan.
Dari uraian tersebut di atas kiranya dapat disimpulkan bahwa timbulnya hukum
itu pada hakekatnya ialah karena terjadinya bentrok atau konfik antara
kepentingan manusia atau conflict of human interest (Post dalam Soerjono
Soekanto, 1975: 35)
Dalam melindungi kepentingannya masing-masing, maka manusia di dalam
masyarakat harus mengingat, memperhitungkan, menjaga dan menghormati
kepentingan manusia lain, jangan sampai terjadi pertentangan atau konflik
yang merugikan orang lain. Tidak boleh kiranya dalam melindungi
kepentingannya sendiri, dalam melaksanakan haknya, berbuat semaunya,
sehingga merugikan kepentingan manusia lain (eigenrichtig).
Jadi kesadaran hukum berarti kesadaran tentang apa yang seyogyanya kita
lakukan atau perbuat atau yang seyogyanya tidak kita lakukan atau perbuat
terutama terhadap orang lain. Ini berarti kesadaran akan kewajiban hukum kita
masing-masing terhadap orang lain. Kesadaran hukum mengandung sikap tepo
sliro atau toleransi. Kalau saya tidak mau diperlakukan demikian oleh orang
lain, maka saya tidak boleh memperlakukan orang lain demikian pula,
sekalipun saya sepenuhnya melaksanakan hak saya. Kalau saya tidak suka
tetangga saya berbuat gaduh di malam hari dengan membunyikan radionya
keras-keras, maka saya tidak boleh berbuat demikian juga. Tepo sliro berarti
bahwa seseorang harus mengingat, memperhatikan, memperitungkan dan
menghormati kepentingan orang lain dan terutama tidak merugikan orang lain.
Penyalah gunaan hak atau abus de droit seperti misalnya mengendarai sepeda
motor milik sendiri yang diperlengkapi dengan knalpot yang dibuat sedemikian
sehingga mengeluarkan bunyi yang keras sehingga memekakan telinga jelas
bertentangan dengan sikap tepo sliro.
Kesadaran akan kewajiban hukum tidak semata-mata berhubungan dengan
kewajiban hukum terhadap ketentuan undang-undang saja, tidak berarti
kewajiban untuk taat kepada undang-undang saja, tetapi juga kepada hukum
yang tidak tertulis. Bahkan kesadaran akan kewajiban hukum ini sering timbul
dari kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang nyata. Kalau suatu
peristtiwa terjadi secara terulang dengan teratur atau ajeg, maka lama-lama
akan timbul pandangan atau anggapan bahwa memang demikianlah seharusnya
atau seyogyanya dan hal ini akan menimbulkan pandangan atau kesadaran
bahwa demikianlah hukumnya atau bahwa hal itu merupakan kewajiban
hukum. Suatu peristiwa yang terjadi berturut-turut secara ajeg dan oleh
karena itu lalu biasa dilakuan dan disebut kebiasaan, lama-ama akan
mempunyai kekuatan mengikat (die normatieve Kraft des Faktischen).
Memang keadaan akan kewajiban hukum itu merupakan salah satu faktor untuk
timbulnya hukum kebiasaan. Faktor lain untuk timbulya hukum kebiasaan ialah
terjadinya sesuatu yang ajeg. Akan tetapi kesadaran akan kewajiban hukum
tidak perlu menunggu sampai terjadinya suatu peristiwa secara berulang. Suatu
peristiwa cukup terjadi sekali saja untuk dapat memperoleh kekuatan
mengikat asal peristiwa yang hanya terjadi sekali saja itu cukup menyebabkan
timbulnya kesadaran bahwa peristiwa atau perbuatan itu seyogyaya terjadi
atau dilakukan.
Pada hakekatnya kesadaran hukum masyarakat tidak lain merupakan
pandangan-pandangan yang hidup dalam masyarakat tentang apa hukum itu.
Pandangan-pandangan yang hidup di dalam masyarakat bukanlah semata-mata
hanya merupakan produk pertimbangan-pertimbangan menurut akal saja, akan
tetapi berkembang di bawah pengaruh beberapa faktor seperti agama, ekonomi
poliitik dan sebagainya Sebagai pandangan hidup didalam masyarakat maka
tidak bersifat perorangan atau subjektif, akan tetapi merupakan resultante
dari kesadaran hukum yang bersifat subjektif.
Di muka telah diketengahkan bahwa ratio adanya hukum itu adalah conflict of
human interest. Hukum baru dipersoalkan apabila justru hukum tidak terjadi,
apabila hukum tidak ada.(onrecht) atau kebatilan. Kalau segala sesuatu
berlangsung dengan tertib (bukankah tujuan hukum itu ketertiban?), maka
tidak akan ada orang mempersoalkan tentang hukum. Baru kalau terjadi
pelanggaran, sengketa, bentrokan atau conflict of human interest, maka
dipersoalkan apa hukumnya, siapa yang berhak, siapa yang benar dan
sebagainya.
Dengan demikian pula kiranya dengan kesadaran hukum. Kesadaran hukum
pada hakekatnya bukanlah kesadaran akan hukum, tetapi terutama adalah
kesadaran akan adanya atau terjadinya tidak hukum atau onrecht.
Memang kenyataannya ialah bahwa tentang kesadaran hukum itu baru
dipersoalkan atau ramai dibicarakan dan dihebohkan di dalam surat kabar
kalau justru kesadaran hukum itu merosot atau tidak ada, kalau terjadi
pelanggaran-pelanggaran hukum: pemalsuan ijazah, pembunuhan, korupsi,
pungli, penodongan dan sebagainya.

Kesadaran hukum masyarakat dewasa ini


Judul karangan ini adalah meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. Telah
dikemukakan pula apa kesadaran hukum itu. Apakah kesadaran hukum
masyarakat dewasa ini perlu ditingkatkan? Apakah sudah sedemikian
merosotnya? Apakah yang dapat kita konstatasi didalam masyarakat dewasa ini
yang berhubungan dengan kesadaran hukum?
Sesuai dengan apa yang telah dikemukan di atas, bahwa kesadaran hukum pada
hakekatnya adalah kesadaran akan adanya atau terjadinya tidak hukum atau
onrecht, maka marilah kita lihat apakah di dalam masyarakat sekarang ini
banyak terjadi hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang dinilai sebagai tidak
hukum atau onrecht.
Akhir-akhir ini banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum. Kalau kita
mengikuti berita-berita dalam surat kabar-surat kabar, maka boleh dikatakan
tidak ada satu hari lewat di mana tidak dimuat berita tentang terjadinya
pelanggaran-pelanggaran hukum, baik yang berupa pelanggaran-pelanggaran,
kejahatan-kejahatan, maupun yang berupa perbuatan melawan hukum, ingkar
janji atau penyalah gunaan hak. Berita-beria tenang penipuan, penjambretan
penodongan pembunuhan, tabrak lari dan sebagainya setiap hari dapat kita
baca di dalam surat kabar-surat kabar. Yang menyedihkan ialah bahwa tidak
sedikit dari orang-orang yang tahu hukum melakukannya, baik ia petugas
penegak hukum atau bukan.
Memang kriminalitas dewasa ini meningkat. Hal ini diakui juga oleh pihak
kepolisian. Yang mencemaskan ialah bahwa meningkatnya kriminalitas bukan
hanya dalam kuantitas atau volume saja, tetapi juga dalam kualitas atau
intensitas. Kejahatan-kejahatan lebih terorganisir, lebih sadis serta di luar peri
kemanusiaan: perampokan-perampokan yang dilakukan secara kejam terrhadap
korban-korbannya tanpa membedakan apakah mereka anak-anak atau
perempuan, pembunuhan-pembunuhan dengan memotong-motong tubuh
korban. Rasanya tidak mau percaya kalau mengingat bahwa bangsa \Indonesia
itu terkenal sebagai bangsa yang halus dan perasa serta cukup besar tepo
selironya.
Tentang korupsi yang kata orang sudah membudaya di Indonesia dan suap
tidak terbilang banyaknya. Yang terakhir ini rupa-rupanya sudah membudaya
juga, sehingga orang mengikuti saja apa yang dilakukan oleh orang lain asal
tercapai tujuannya. Setiap orang selalu ingin tujuannya tercapai Melihat orang
lain melakukan penyuapan untuk mencapai tujuannya, takut kalau-kalau
keinginannya tidak tercapai maka ia tepaksa melakukan penyuapan juga.
Karena sudah terbiasa menerima suap maka si pejabat selalu akan
mengharapkan. Dalam hal ini tidak jarang terjadi konflik antara tujuan yang
harus dicapainya dengan hati nurani. Bentuk lain dari suap yang lebih kasar
sifatnya adalah pungli atau pungutan liar yang banyak kita baca di dalam surat
kabar dan dikecam sebagai perbuatan yang tercela.
Kita konstatasi juga bahwa jumlah kecelakaan lalu lintas meningkat. Boleh
dikatakan setiap hari terjadi kecelakaan lalu lintas. Sesungguhnya
meningkatnya jumlah kecelakaan lalu lintas tidak perlu terjadi seperti keadaan
sekarang ini. Memang benar jumlah kendaraan bermotor meningkat, tetapi
apabila para pemakai jalan raya terutama para pengendara kendaraan
bermotor mentaati peraturan lalu lintas dan para petugas ketat mengawasinya
serta sikapnya tegas dan konsekuen menghadapi pelanggaran-pelanggaran lalu
lintas, kecelakaan lalu lintas tidak perlu terjadi seperti sekarang ini.
Mengabaikan rambu-rambu lalu lintas terjadi setiap hari. Kendaraan umum dan
terutama kendaraan bermotor beroda 2 sering membuat kesal dan gelisah
pemakai jalan lainnya: kecuali dengan suara knalpot yang mempekakan telinga
juga dengan cara mengendarai kendaraannya sehingga membahayakan lalu
lintas. Pendek kata kesopanan lalu lintas diabaikan. Bukan hanya itu saja,
tangggung jawab para pengendara kendaraan bermotor dapat dikatakan pada
umumnya menurun: betapa banyaknya peristiwa tabrak lari. Ini berarti sikap
yang tidak toleran dan melanggar kewajiban hukum, kewajiban untuk bersikap
dan bertindak berhati-hati di dalam masyarakat agar tidak merugikan orang
lain. Untuk sekedar memberi perbandingan dengan keadaan di zaman
pendudukan Jepang: sekalipun pada waktu itu belum banyak kendaraan sepeda
motor seperti sekarang, orang naik sepeda di malam hari pada umumnya
menggunakan upet yang dinyalakan sebagai pengganti lampu penerangan
karena lampu sepeda seperti yang banyak dijual sekarang tidak terdapat,
sedangkan miyak tanahanpun sukar didapat juga. Fungsi upet ini adalah sebagai
tanda bahwa ada orang mengendarai sepeda dan agar jangan sampai terjadi
tabrakan. Ini menunjukkan adanya kesadaran akan kewajiban hukum, adanya
toleransi dan sikap berhati-hati terhadap orang lain di dalam masyarakat.
Sekarang banyak pengendara sepeda yang tidak memakai penerangan jalan di
malam hari, jangankan pengendara sepeda, kendaraan bermotorpun tidak
sedikit yang berjalan tanpa lampu di malam hari. Sangat disesalkan bahwa
terhadap hal-hal tersebut tidak ada tindakan-tindakan yang tegas dari yang
berwajib.
Di samping pelanggaran-pelanggaran peraturan hukum terjadi banyak
penyalahgunaan hak atau wewenang. Menggunakan haknya secara berlebihan
sehingga merugikan orang lain berarti menyalahgunaan hak. Komersialisasi
jabatan misalnya pada hakekatnya merupakan penyalahgunaan hak.
Penyalahgunaan hak banyak dilakukan oleh golongan tertentu atau pejabat-
pejabat yang merasa boleh berbuat dan dimungkinkan dapat berbuat semaunya
sendiri karena kedudukan atau jabatannya.
Dari segi pelaksanaan hukum (law enforcement) dapat dkatakan tidak ada
ketegasan sikap dalam menghadapi pelanggaran-pelanggaran hukum. Banyak
pelanggaran-pelanggaran hukum yang tidak diusut. Tidak sedikit pengaduan-
pengaduan dan laporan-laporan dari masyarakat tentang terjadinya
pelanggaran-pelanggaran atau kejahatan kepada yang berwajib tidak ditanggapi
atau dilayani. Banyak pegawai pengusut yang tidak wenang mendeponir
perkara membiarkan perkara tidak diusut, sedangkan perkara perdata yang
bukan wewenangnya diurusinya.
Peristiwa-peristiwa tersebut di atas hampir setiap hari kita baca di dalam surat
kabar. Boleh dikatakan tidak ada berita di dalam surat kabar mengenai suatu
daerah yang keadaannya serba teratur tidak ada pelanggaran, tidak ada
kejahatan dan tidak pula ada sengketa. Tidak ada surat kabar yang
memberitakan tentang suatu daerah yag oleh kidalang lazimnya digambarkan
sebagai Panjang punjung pasir wukir loh jinawi gemah ripah karta tur
raharja.Kalau adapun maka selalu dihubungkan atau dibandingkan dengan
tempat lain atau kedaan sebelumnya yang lebih buruk. Jadi bukan semata-
mata hendak memberitahukan yang hukum, tetapi yang menjadi ukuran
adalah yang tidak hukum (onrecht).
Ditinjau dari segi journalistik memang sensasilah yang dicari dalam
pemberitaan, karena sensasi menarik perhatian para pembaca dan berita
tentang pelanggaran dan peradilan selalu menarik perhatian.
Ditinjau dari segi hukum, maka makin banyaknya pemberitaan tentang
pelanggaran hukum, kejahatan atau kebatilan berarti kesadaran akan makin
banyak terjadinya onrecht. Dengan makin banyaknya pelanggaran hukum
makin berkurangnya toleransi dan sikap berhati-hati di dalam masyarakat,
penyalahgunaan hak dan sebagainya dapatlah dikatakan bahwa kesadaran
hukum masyarakat dewasa ini menurun, yang mau tidak mau mengakibatkan
merosotnya kewibawaan pemerintah juga. Menurunnya kesadaran hukum
dalam hal ini berarti belum cukup tinggi. Kesadaran hukum yang rendah
cenderung pada pelanggaran hukum, sedangkan makin tinggi kesadaran hukum
seseorang makin tinggi ketaatan hukumnya.
Untuk dapat mengambil langkah-langkah guna mengatasi menurunnya
kesadaran hukum masyarakat, perlu kiranya diketahui apakah kiranya yang
dapat menjadi sebab-sebabnya.
Menurunnya kesadaran hukum masyarakat itu merupakan gejala perubahan di
dalam masyarakat: perubahan sosial. Salah satu sebab perubahan sosial
menurut Arnold M Rose (dalam Soerjono Soekanto, 1975: 35) adalah kontak
atau konflik antar kebudayaan. Besarnya arus pariwisatawan yang mengalir ke
Indonesia tidak sedikit pengaruhnya dalam merangsang perubahan-perubahan
sosial. Pengaruh film terutama film luar negeri serta televisi, majalah atau
bacaan-bacaan lainnya dengan adegan-adegan atau ceritera- ceritera yang
sadistis tidak berperikemanusiaan atau asusila mempunyai peran penting dalam
membantu menurunkan kesadaran hukum masyarakat.
Kurang tegas dan konsekuensinya para petugas penegak hukum terutama polisi,
jaksa dan hakim dalam menghadapi pelanggaran-pelanggaran hukum pada
umumnya merupakan peluang terjadinya pelanggaran-pelanggaran atau
kejahatan-kejahatan. Tidak adanya atau kurangnya pengawasan pada petugas
penegak hukum merupakan perangsang menurunnya kesadaran hukum
masyarakat.
Adanya golongan, pejabat-pejabat dan pemimpin-pemimpin tertentu yang
seakan-akan kebal terhadap hukum karena mereka berbuat dan dapat
berbuat semaunya, menimbulkan kesadaran kepada kita bahwa tidak
demikianlah seyogyanya.
Sistem pendidikan kita kiranya kurang menaruh perhatiannya dalam
menanamkan pengertian tentang kesadaran hukum.
Mengingat bahwa hukum adalah perlindungan kepentingan manusia, maka
menurunnya kesadaran hukum masyarakat disebabkan karena orang tidak
melihat atau menyadari lagi bahwa hukum melindungi kepentingannya.
Soerjono Soekanto menambahkan bahwa menurunnya kesadaran hukum
masyarakat disebabkan juga karena para pejabat kurang menyadari akan
kewajibannya untuk memelihara hukum dan kurangnya pengertian akan
tujuannya serta fungsinya dalam pembangunan.

Cara-cara meningkatkan kesadaran hukum masyarakat


Tindakan atau cara apakah yang sekirarnya efektif untuk meningkatkan
kesadaran hukum masyarakat? Tindakan drastis dengan misalnya memperberat
ancaman hukum atau dengan lebih mengetatkan penataan ketaatan warga
negara terhadap undang-undang saja, yang hanya bersifat insidentil dan
kejutan, kiranya bukanlah merupakan tindakan yang tepat untuk meningkatkan
kesadaran hukum masyarakat. Mungkin untuk beberapa waktu lamanya akan
tampak atau terasa adanya penertiban tetapi kesadaran hukum masyarakat
tidak dapat dipaksakan dan tidak mungkin diciptakan dengan tindakan yang
drastis yang bersifat insidentil saja.
Kita harus menyadari bahwa setelah mengetahui kesadaran hukum masyarakat
dewasa ini, yang menjadi tujuan kita pada hakekatnya bukanlah semata-mata
sekedar meningkatkan kesadaran hukum masyarakat saja, tetapi membina
kesadaran hukum masyarakat.
Seperti yang telah diketengahkan di muka maka kesadaran hukum erat
hubungannya dengan hukum, sedang hukum adalah produk kebudayaan.
Kebudayaan merupakan suatu blueprint of behaviour yang memberikan
pedoman-pedoman tentang apa yang harus dilakukan boleh dilakukan dan apa
yang dilarang. Dengan demikian maka kebudayaan mencakup suatu sistem
tujuan-tujuan dan nilai-nilai. Hukum merupakan pencerminan nilai-nilai yang
terdapat di dalam masyarakat. Menanamkan kesadaran hukum berarti
menanamkan nilai-nilai kebudayaan. Dan nilai-nilai kebudayaan dapat dicapai
dengan pendidikan. Oleh karena itu setelah mengetahui kemungkinan sebab-
sebab merosotnya kesadaran hukum masyarakat usaha peningkatan dan
pembinaan yang utama, efektif dan efisien ialah dengan pendidikan.
Pendidikan tidaklah merupakan suatu tindakan yang einmalig atau insidentil
sifatnya, tetapi merupakan suatu kegiatan yang kontinyu dan intensif dan
terutama dalam hal pendidikan kesadaran hukum ini akan memakan waktu
yang lama. Kiranya tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa dengan pendidikan
yang intensif hasil peningkatan dan pembinaan kesadaran hukum baru dapat
kita lihat hasilnya yang memuaskan sekurang-kurangnya 18 atau 19 tahun lagi.
Ini bukan suatu hal yang harus kita hadapi dengan pesimisme, tetapi harus kita
sambut dengan tekad yang bulat untuk mensukseskannya. Dengan pendidikan
sasarannya akan lebih kena secara intensif daripada cara lain yang bersifat
drastis.
Pendidikan yang dimaksud di sini bukan semata-mata pendidikan formal
disekolah-sekolah dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi, tetapi
juga pendidikan non formal di luar sekolah kepada masyarakat luas.
Yang harus ditanamkan baik dalam pendidikan formal maupun non formal ialah
pada pokoknya tentang bagaimana menjadi masyarakat Indonesia yang baik,
tentang apa hak serta kewajiban seorang warga negara Indonesia. Setiap warga
negara harus tahu tentang undang-undang yang berlaku di negara kita. Tidak
tahu undang-undang tidak merupakan alasan pemaaf : ignorantia legis excusat
neminem. Asas ini yang lebih dikenal dengan kata-kata bahasa Belanda dengan
iedereen wordt geacht de wet te kennen berlaku di Indonesia harus
ditanamkan dalam pendidikan tentang kesadaran hukum. Ini tidak hanya
berarti mengenal undang-undang saja, tetapi mentaatinya, melaksanakannya,
menegakkannya, dan mempertahankannya. Lebih lanjut ini berarti
menanamkan pengertian bahwa di dalam pergaulan hidup kita tidak boleh
melanggar hukum serta kewajiban hukum, tidak boleh berbuat merugikan
orang lain dan harus bertindak berhati-hati di dalam masyarakat terhadap
orang lain. Suatu pengertian yang pada hakekatnya sangat sederhana, tidak
bombastis, mudah dipahami dan diterima setiap orang. Sesuatu yang mudah
dipahami dan diterima pada umumnya mudah pula untuk menyadarkan dan
mengamalkannya.
Di Taman Kanak-kanak sudah tentu tidak mungkin ditanamkan pengertian-
pengertian abstrak tentang hukum atau disuruh menghafalkan undang-undang.
Yang harus ditanamkan kepada murid Taman Kanak-kanak ialah bagaimana
berbuat baik terhadap teman sekelas atau orang lain, bagaimana mentaati
peraturan-peraturan yang dibuat oleh sekolah. Maka perlu kiranya di sekolah
dipasang tanda-tanda larangan (verbodstekens) atau tanda-tanda perkenan
(gebodstekens) berupa poster atau tanda-tanda bergambar lainnya yang
menarik dan ibu guru harus mengadakan pengawasan serta menindak
pelanggarnya dengan memberi hukuman. Suatu taman mini lalu lintas pada
tiap-tiap sekolah Taman Kanak-kanak akan membantu memupuk kesadaran
hukum pada anak-anak. Yang penting dalam pendidikan di Taman Kanak-kanak
ialah menanamkan pada anak-anak pengertian bahwa setiap orang harus
berbuat baik dan bahwa larangan-larangan tidak boleh dilanggar dan si
pelanggar pasti menerima akibatnya.
Di SD, SLTP dan SLTA hal tersebut di atas perlu ditanamkan lebih intensif lagi:
hak dan kewajiban warga negara Indonesia, susunan negara kita, Pancasila dan
Undang-undang Dasar, pasal-pasal yang penting dari KUHP, bagaimana cara
memperoleh perlindungan hukum. Perlu diadakan peraturan-peraturan
sekolah. Setiap pelanggar harus ditindak. Untuk itu dan juga untuk
menanamkan sense of justice pada murid-murid perlu dibentuk suatu
dewan murid dengan pengawasan guru yang akan mengadili pelanggar-
pelanggar terhadap peraturan sekolah. Di samping buku pelajaran yang
berhubungan dengan kesadaran hukum perlu diterbitkan juga buku-buku
bacaan yang berisi cerita-cerita yang heroik.
Secara periodik perlu diadakan kampanye dalam bentuk pekan (pekan
kesadaran hukum, pekan lalu lintas dan sebagainya) yang diisi dengan
perlombaan-perlombaan (lomba mengarang, lomba membuat motto yang ada
hubungannya dengan kesadaran hukum), pemilihan warga negara teladan
terutama dihubungkan dengan ketaatan mematuhi peraturan-peraturan,
pameran dan sebagainya.
Di Perguruan-perguruan Tinggi harus diberi pelajaran Pengantar Ilmu Hukum,
yang disesuaikan dengan kebutuhan: PIH yang diberikan di Fakultas Teknik
misalnya harus berbeda dengan yang diberikan di Fakultas Ekonomi atau
Fakultas Hukum. Dalam memberi Pengantar Ilmu Hukum di semua Perguruan
Tinggi hendaknya diketengahkan probleem situasi yang konkrit dengan
mengetengahkan res cottidianae (= peristiwa sehari-hari), yaitu persoalan-
persoalan yang terjadi setiap hari yang dimuat di dalam surat kabar terutama
yang berhubungan dengan kesadaran hukum. Pada Fakultas-fakultas hukum
hendaknya dibentuk seksi atau jurusan peradilan yang khusus mendidik para
calon hakim, jaksa dan pengacara. Kecuali itu Fakultas Hukum ditugaskan pula
untuk memberi penataran kepada para petugas penegak hukum. Perguruan
Tinggi khususnya Fakultas Hukum mempunyi peranan penting dalam hal
meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. Menarik sekali pendapat Achmad
Sanusi yang mengatakan bahwa Perguran Tinggi menghasilkan orang-orang yang
diasumsikan mempunyai kesadaran hukum yang tinggi.
Pendidikan non formal ditujukan kepada masyarakat luas meliputi segala
lapisan di dalam masyarakat. Pendidikan non formal ini dilakukan dengan
peyuluhan atau penerangan, kampanye serta pameran.
Penyuluhan atau penerangan dapat dilakukan melalui segala bentuk mass
media: televsii, radio, majalah, surat kabar dan sebagainya. Bahan bacaan,
terutama ceritera bergambar atau strip yang bersifat heroik akan sangat
membantu dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. Buku pengangan
(vademecum, handboek) yang berisi tentang hak dan kewajiban warga negara
Indonesia, susunan negara kita, Pancasila dan \Undang-undang Dasar, pasa-
pasal yang penting dalam KUHP, bagaimana caranya memperoleh perlindungan
hukum perlu diterbitkan. Dalam buku ini harus ditanamkan rasa demuwe dan
sense of belonging, yaitu agar merasa dan menyadari sebagai bangsa yang
merdeka dan mempunyai negara yang merdeka pula. Buku vademecum untuk
umum ini hendaknya ditulis secara populer dan sebaiknya dalam bentuk tanya
jawab, seperti misalnya buku the USA answers questions, a guide to
understanding diterbitkan oleh Kenneth E. Beer atau Our Ameican
Government the answers to one thousand and one questions ditulis oleh
Wright Patman seorang anggota Kongres.
Di tempat yang banyak dikunjugi oleh orang, seperti pasar, alun-alun, restoran,
stasiun, terminal, stasiun udara, bioskop dan juga di perempatan-perempatan
atau sepanjang jalan raya atau pada kendaraan-kendaraan umum dipasang atau
ditempelkan poster-poster atau spandoek dengan motto yang berhubungan
dengan kesadaran hukum.
Penyuluhan atau penerangan dapat dilakukan juga dengan ceramah yang
diadakan di kecamatan-kecamatan atau di tempat tempat lain kepada
golongan-golongan tertentu, misalnya para pemegang SIM, para pedagang, para
narapidana dan sebagainya. Ceramah-ceramah ini harus diadakan secara
sistematis dan periodik.
Di Amerika Serikat, suatu negara yang sudah maju, dikenal adanya Law Day
untuk membina kesadaran hukum masyarakat. Maka kiranya tidak berlebihan
kalau kita mengadakan kampanye peningkatan kesadaran hukum masyarakat
secara ajeg yang diisi dengan kegiatan-kegiatan yang disusun dan direncanakan
secara planmatig (terrencana), seperti ceramah-ceramah, pelbagai macam
perlombaan, pemilihan warga negara teladan, pameran dan sebagainya. Suatu
pameran mempunyai fungsi yang informatif edukatif. Maka tidak dapat
disangkal peranannya yang positif dalam meningkatkan dan membina kesadaran
hukum masyarakat. Tersedianya buku vademecum seperti yang telah
diketengahkan di muka, brohure serta leaflets di samping diperlihatkan film,
slide dan sebagainya yang merupakan visualisasi kesadaran hukum akan
mempunyai daya tarik yang besar.

Pelaksanaan hukum
Adanya hukum itu adalah untuk ditaati, dilaksanakan atau ditegakkan.
Pelaksanaan hukum atau law enforcement oleh petugas penegak hukum yang
tegas, konsekuen, penuh dedikasi dan tanggung jawab akan membantu
meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. Tidak atau kurang adanya sikap
yang tegas dan konsekuen dari para petugas penegak hukum, kurangnya
dedikasi dan tanggung jawab akan minmbulkan sikap acuh ta acuh dari
masyarakat dan memberi peluang serta perangsang untuk terjadinya
onrecht.
Setiap petugas penegak hukum harus bersikap tegas dan konsekuen terhadap
setiap pelanggaran hukum yang terjadi. Tegas dan konsekuen dalam arti tidak
ragu-ragu menindak setiap pelanggaran kapan saja dan di mana saja.
Pengabdian dalam tugas dan rasa tanggung jawab merupakan persyaratan yang
penting bagi setiap petugas penegak hukum.
Pelaksanaan hukum yang tegas dan konsekuen serta penuh dedikasi dan
tanggung jawab akan menimbulkan rasa aman dan tenteram di dalam
masyarakat. Orang tahu kepada siapa harus mencari perlindungan hukum dan
dapat mengharapkan perlindungan hukum itu tanpa adanya kemungkinan akan
dipersukar, tidak dilayani atau dipungut beaya yang tidak semestinya. Kalau
sampai terjadi sebaliknya maka orang tidak akan merasa aman dan tenteram.
Untuk mengadukan atau melaporkan suatu pelanggaran hukum saja segan
karena tidak yakin akan dilayani dengan baik atau ditindak pelanggaran hukum
yang dilaporkan itu.
Oleh karena itu maka perlu ada kontrol atau pengawasan terhadap para
petugas penegak hukum dalam menjalankan tugasnya melaksanakan atau
menegakkan hukum. Pengawasan ini tidak cukup dilakukan oleh pimpinan
setempat saja, tetapi harus dilakukan juga oleh pimpinan pusat. Banyak hal-hal
yang terjadi di daerah tidak diketahui atau lepas dari sorotan pimpinan pusat.
Lebih-lebih mengingat banyaknya laporan-paporan ke pusat yang tidak sesuai
dengan kenyataan. Maka oleh karena itu secara ajeg pimpinan dari pusat harus
turun ke bawah.
Mengingat bahwa praktek hukum itu pada hakekatnya merupakan suatu chaos,
tidak teratur secara sistematis dan merupakan sleur sebagaimana sifat
praktek pada umumnya, maka sekali-kali para petugas penegak hukum perlu ke
luar dari suasana sleur dari praktek untuk mendapatkan refreshing. Di dalam
praktek hukum ada kecenderungan orang untuk mengabaikan teori dan sistem,
maka oleh karena itu sangat penting fungsi penataran bagi para petugas
penegak hukum.
Akhirnya demi suksesnya peningkatan dan pembinaan kesadaran hukum
masyarakat masih diperlukan partisipasi dan kooperasi dari para pejabat dan
pemimpin-pemimpin.

Anda mungkin juga menyukai