Anda di halaman 1dari 3

KASUS 1 HUKUM TELEMATIKA

a. Tindakan amir melanggar hukum di Indonesia, karena salah satu tindakan illegal akses
yang merupakan salah satu tindakan criminal dalam IT yang dikenal sebagai cyber crime,
tindakan amir sebagai hacker yang mengakses situs milik orang lain yang bertujuan
untuk mengambil keuntungan sendiri tanpa memikirkan nasip dari web e-commers.
Dalam hal ini tindakan amir melanggar UU ITE
- Undang – undang tentang informasi dan transaksi elektronik
- Undang – undang nomor 36 tahun 1999 tentang telekomunikasi.

Pada kasus ini amir akan dibawa ke pihak yang berwajib dan akan dikenakan hukuman
sesuai dengan peraturan yang berlaku didalam UU ITE di Indonesia.

b. Jurdiksi yang muncul pada kasus diatas yaitu jurdiksi perdata, dimana jurdiksi perdata
merupakan kewenangan hukum ppengadilan terhadap perkara-perkara yang
menyangkut keperdataan baik yang bersifat nasional maupun internasional.

KASUS 2

a. Choice of law (pilihan hukum) dalam hukum perjanjian adalah kebebasan yang


diberikan kepada para pihak untuk memilih sendiri hukum yang hendak
dipergunakan dalam perjanjian (Subekti, 1987: 11). Secara hukum para pihak
tidak mempunyai kemampuan untuk membuat sendiri undang-undang bagi
mereka.
b. Choice of law yang berlaku untuk tuan John dan tuan Maman menurut Hukum
Perdata Internasional (HPI) yaitu
- Pilihan hukum secara tegas dikenal dalam suatu kontrak dapat dilihat ada
pilihan hukum yang ditentukan oleh para pihak tegas.
- Pilihan hukum secara diam-diam dalam suatu kontrak para pihak berhak
memiliki hukum secara diam-diam, asalkan sesuai dengan fakta yang
termuat dalam kontrak tersebut, mulai dari bahasa atau domisili dari kontrak
tersebut.

KASUS 3

a. Klausul pilihan forum (Choice of Forum) adalah suatu salah satu klausul yang
paling penting dalam dalam kontrak. Meski cukup penting, sama seperti halnya
klausul Choice of Law, ia ditaruh dibagian penutup kontrak. Klausul ini sebenarnya
juga tidak merupakan suatu klausul yang harus ada dalam kontrak. Sifat fakultatif,
tergantung kesepakatan para pihak. Para pihak bebas menentukan apakah klausul
ini akan dicantumkan dalam kontrak mereka atau tidak. Namun demikian, klausul ini
dipandang cukup penting, karena ia akan memberikan kepastian kepada para pihak
dan kepada forum penyelesaian sengketa. Klausul ini mengarahkan para pihak
untuk forum apa yang harus mereka gunakan untuk menyelesaikan sengketa
kontraknya.
b. Berdasarkan choise of forum yang berlaku pada kasus diatas yaitu perdata karena
kewenangan hukum pengadilan terhadap perkara-perkara yang menyangkut
keperdataan

Soal 1 PERLINDUNGAN KONSUMEN

Pada dasarnya pelaku usaha melanggar peraturan UUPK Nomor 8 tahun 1999 tentang hukum
perlindungan konsumen baik anak-anak maupun orang dewasa dan harus bertanggung jawab
terhadap pelanggaran yang dilakukan, dimana di dalam undang-undang tersebut sudah
dikatakan bahwa pelaku usaha dilarang menjual barang atau makanaan atau jajanan untuk
anak-anak yang sudah kadaluwarsa, karena hal ini dapat menimbulkan hal negative terhadap
kesehatan konsumen yang mengkonsumi dan juga melanggar hukum perlindungan konsumen,
sedangkan untuk pihak Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) seharusnya lebih teliti
dan tegas lagi dalam menangani kasus pelaku usaha yang menjual jajanan kadaluwarsa dan
kejadian seperti ini tidak terulang kembali, dan juga untuk para ibu lebih memperhatikan
jajanan yang dibeli anak-anaknya.

Soal 2

“Bangunan Sekolah Yang Kurang Layak”

Hak-hak yang seharusnya diperoleh oleh peserta didik berdasarkan UUPK yaitu:

1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan para peserta didik harusnya menjadi
prioritas utama.
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan, karena
tempat bagi para peserta didik juga sangat penting agar para peserta didik bisa belajar
dengan nyaman tanpa harus khawatir terhadap keselamatan mereka karena bangunan
sekolah yang tidak layak pakai untuk kegiatan belajar dan mengajar.
3. Hak atas informasi yang benar, terkait pengantian bangunan sekolah yang lebih baik dan
sesuai standart nasional.
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya, para peserta didik memiliki hak untu
didengar terkait kondisi Sarana prasarana yang tidak sesuai standar pendidikan nasional
dan standar bangunan, tentu membuat peserta didik dalam posisi yang selalu terancam.
5. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen,
6. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
7. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/penggantian, bangunan dan ketiadaan
fasiitas sarana prasarana yang menunjang kegiatan pendidikan, seperti laboratorium
bahasa dan laboratorium eksakta maupun keselamatan para peserta didik.

Soal 3

Sebagai pelaku usaha yang baik seharusnya tidak menjual barang-barang aspal (asli tapi
palsu) dan juga barang yang tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa, karena hal ini
bertentangan dengan peraturan yang sudah disebutkan di UUPK pada bab IV terkait
perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha pada pasal 8 - pasal 17 dan juga pelaku usaha
data dikenakan sanksi terkait perlindungan konsumen dikarenakan telah menjual barang-
barang aspal (asli tapi palsu) yang dapat membahayakan keselamatan konsumen yang
membeli barang palsu ataupun kadaluwarsa. Pada kasus seperti ini pelaku usaha wajib
tertanggung jawab atas perbuatanya dan berjanji tidak akan menjual barang-barang palsu
dan tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa, dan juga untuk pemerintah (instansi yang
berwenang) harus meningkatkan pengawasan dan pemantauan terkait barang-barang
illegal atau palsu agar tidak ada lagi pelaku usaha yang menjual barang palsu dan
kadaluwarsa yang dapat membahayakan konsumen.

Anda mungkin juga menyukai