Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 3

Nama Mahasiswa : WINDRIAZANDI MEMIADI

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042341243

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4312/Hukum Perlindungan Konsumen

Kode/Nama UPBJJ : 13/BATAM

Masa Ujian : 2019/20.2 (2020.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Penyelesaian :
1. PT.Pharos Indonesia dan PT.Medifarma Laboratories dalam memproduksi barangnya
bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia tertuang dalam undang-
undang nomor 33 tahun 2014 tentang jaminan produk halal proses produksi da nisi obat harus
bersertifikat halal dan undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
undang-undang jaminan produk halal dan aturan lainnya.

2. Dalam konsumen yang mengalami kerugian memerlukan upaya untuk melindunginya sehingga
hak-hak konsumen dapat ditegakkan. Terkhusus bagi konsumen yang beragama islam yang
mengedepankan prinsip kehalalan produk. Ini tertuang dalam Pasal 8 ayat (1) huruf h undang-
undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen bahwa konsumen berhak atas
informasi yang benar dan jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan suatu barang serta
konsumen berhak memilih. Dan berdasarkan pasal 2 UUPK Perlindungan Konsumen berasaskan
manfat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen kita tidak boleh
mamatikan usaha produsen. Ketentuan yang memberikan perlindungan konsumen juga harus
diimbangi dengan ketentuan yang memberikan perlindungan kepada produsen.

3. Perbandingan hukum pelaku usaha menurut KUHP Perdata dan Hukum Perlindungan Konsumen
ialah, menurut hukum perdata setiap tuntutan pertanggung jawaban harus mempunyai dasar yaitu
hal yang menyebabkan timbulnya hak hukum seseorang menuntut orang sekaligus berupa hal
yang melahirkan kewajiban hukum orang lain itu untuk memberi pertanggung jawabanya.
pertanggung jawaban dalam kajian huku perdata ada dua yaitu kesalahan dan resiko. Jika
seseorang bertanggung jawab karena dia bersalah baik berupa kesalahan maupun kelalaian. Inilah
yang disebut dengan tanggung jawab kesalahan. Kemudian hukum perdata memungkinkan
seseorang bertanggung jawab bukan karena dia bersalah tetapi karena dia mengambil resiko
dalam kedudukan hukumnya sedemikian rupa yang mewajibkan bertanggung jawab inilah yang
disebut dengan tanggung jawab atas dasar resiko. Berdasarkan kasus diatas konsumsi berada di
pihak yang mengalami kerugian dan disamping itu setiap individu akan tergantung pada pilihan-
pilihan individu secara rasional untuk taat atau tidak taat kepada ketentuan hukum yang berlaku
menurut Undang-Undang nomor 8 tahun 1999. Dan sebagaimana Pasal 7 huruf b UUPK
menyatakan bahwa “Kewajiban pelaku usaha memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan
dan pemeliharaan dimana kewajiban dari pelaku usaha tersebut dapat dilihat juga sebagai hak dari
konsumen”. Pelaku usaha dalam memberikan informasi barang atau jasa harus memperhatikan
ketentuan dari pasal 9 dan 10 UUPK bahwa pelaku usaha dilarang
menawarkan,memproduksikan,mengiklankan suatu barang dana tau jasa secara tidak benar dan
hubungan hukum tersebut didasarkan pada Pasal 1320 dan Pasal 1338 kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPEr).

Anda mungkin juga menyukai