Anda di halaman 1dari 61

1

HUKUM PEMERINTAHAN
DAERAH
Oleh: Agustina Wati, S.H.,M.H
Sejarah Lahirnya
2
Sistem Pemerintahan Daerah
 Pada tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin
merencanakan Konsep pemerintahan daerah dalam
sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
 Muhammad Yamin melampirkan rancangan UUD yang
memuat tentang pemerintahan daerah yang berbunyi:
“pembagian daerah Indonesia atas daerah yang besar
dan kecil, dibentuk susunan pemerintahannya
ditetapkan dengan undang-undang, dengan
memandang dan mengingat dasar permusyawaratan
dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-
usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”
Sejarah Lahirnya
3
Sistem Pemerintahan Daerah
 Pada tanggal 11 Juli 1945, Muhammad Yamin
menyampaikan pidatonya di hadapan BPUPKI, yang
menjelaskan mengenai pemerintahan atasan,
tengahan dan bawahan.
 Muhammad Yamin mengatakan: Badan-badan
masyarakat seperti desa yaitu susunan pemerintahan
yang paling bawah, dan pemerintah pusat akan
terbentuk di kota negara, ibu kota Negara Republik
Indonesia dinamakan pemerintah atasan, dan Antara
pemerintah atasan dan pemerintah bawahan itu
adalah pemerintah daerah, yang disebut pemerintah
tengahan.
Sejarah Lahirnya
4
Sistem Pemerintahan Daerah
 Pada tanggal 15 Juli 1945, Soepomo selaku Ketua
Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar,
mendengungkan: “tentang daerah, kita menyetujui
bentuk persatuan, uni. Oleh karena itu, di bawah
pemerintahan pusat, di bawah negara tidak ada
negara lagi. Tidak ada onderstaat, akan tetapi
hanya daerah. Bentuknya daerah itu dan
bagaimana bentuk pemerintahan daerah,
ditetapkan dalam undang-undang”
Sejarah Lahirnya
5
Sistem Pemerintahan Daerah
 Bagir Manan menyimpulkan: rumusan pemerintahan
daerah dalam rancangan sementara Undan-Undang
Dasar sebagai lampiran pidato tanggal 29 Mei 1945
persis sama dengan rumusan dalam UUD 1945. Bahkan
bab dan pasalnya pun sama ( Bab VI, Pasal 18).
 Hal ini berarti rancangan UUD 1945 Pasal 18
sepenuhnya mengikuti rancangan yang diusulkan Yamin.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Yamin tidak duduk
dalam Panitia Perancang UUD, tetapi yang dibuatnya
mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam perumusan
UUD 1945.
Sejarah Lahirnya
6
Sistem Pemerintahan Daerah
 Esensi yang Terkandung dalam Pasal 18 UUD Tahun 1945
yang merupakan dasar konstitusi lahirnya pemerintahan
daerah:
1. Adanya daerah otonom dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang didasarkan pada asas
desentralisasi;
2. Satuan pemerintahan tingkat daerah menurut UUD Tahun
1945 dalam penyelenggaraannya dilakukan dengan
“memandang dan mengingat dasar permusyawaratan
dalam sistem pemerintahan negara”; dan
3. Pemerintahan tingkat daerah harus disusun dan
diselenggarakan dengan “memandang dan mengingat
hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat
istimewa”.
Sejarah Lahirnya
7
Sistem Pemerintahan Daerah
 Ketentuan dalam Pasal 18 UUD 1945 sebagai dasar
pembentukan pemerintahan daerah telah menegaskan
bahwa dasar permusyawaratan juga diadakan pada
tingkat daerah.
 Dengan demikian, permusyawaratan/perwakilan tidak
hanya terdapat pada pemerintahan tingkat daerah.
 Konstitusi UUD Tahun 1945 dalam Pasal 18 menentukan
bahwa pemerintahan daerah dalam susunan daerah
besar dan kecil harus dijalankan melalui
permusyawaratan atau harus mempunyai badan
perwakilan
Dasar Hukum
8
Pemerintahan Daerah
 Pemerintahan Daerah di Indonesia mengalami perubahan
bentuk lebih kurang delapan tahapan hingga bentuk
pemerintahan daerah.
 Fase I (1945-1948)
Pada fase ini belum terdapat sebuah undang-undang
yang mengatur pemerintahan daerah secara khusus.
Aturan yang digunakan adalah aturan yang ditetapkan
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Selain itu digunakan pula aturan Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1945 yang mengatur mengenai
penyelenggaraan pemerintahan sehari-hari oleh Komite
Nasional Daerah (KND).
Dasar Hukum
9
Pemerintahan Daerah
 Fase II (1948-1957)
Pada fase ini berlaku Undang-Undang Pokok
Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pemerintahan
Daerah. Undang-undang ini adalah undang-undang
pertama kalinya yang mengatur susunan dan
kedudukan pemerintahan daerah di Indonesia.
Secara umum Indonesia memiliki dua jenis daerah
otonomi yaitu daerah otonom biasa dan daerah
otonom khusus yang disebut daerah istimewa.
Dasar Hukum
10
Pemerintahan Daerah
Tabel. 1 Tingkatan dan Nomenklatur Daerah Otonom Menurut UU No. 22 Tahun 1948

Tingkatan Daerah Otonom Nomenklatur Daerah Nomenklatur Daerah


Otonom Biasa Otonom Khusus
Tingkat I Provinsi Daerah Istimewa Setingkat
Provinsi
Tingkat II Kabupaten/Kota Besar Daerah Istimewa Setingkat
Kabupaten
Tingkat III Desa, Negeri, Marga, atau Daerah Istimewa Setingkat
nama lain/Kota Kecil Desa
Dasar Hukum
11
Pemerintahan Daerah
 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948, menganut sistem
otonomi material dan dengan struktur pemerintahan
daerah yang demokratis, terpisahnya organ legislatif
(DPRD) dan eksekutif daerah (DPD) serta diposisikannya
DPRD sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam
pemerintahan daerah juga mengatur mengenai pokok-
pokok pemerintahan daerah di wilayah Indonesia yang
tersisa yaitu wilayah Sumatera yang meliputi: Aceh,
Sumatera Selatan bagian utara dan barat, Bengkulu, dan
Lampung; dan Wilayah Jawa meliputi: Banten, Jawa
Tengah bagian timur, Yogyakarta, dan Jawa Timur
bagian barat (daerah Mataraman).
Dasar Hukum
12
Pemerintahan Daerah
 Fase III (1957-1965)
Pada fase ini berlaku Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
Daerah. UU ini menggantikan UU No. 22 Tahun 1948
dan UU NIT No. 44 Tahun 1950. Secara umum
Indonesia memiliki dua jenis daerah berotonomi yaitu
daerah otonom biasa yang disebut daerah
swantantra dan daerah otonom khusus yang disebut
dengan daerah istimewa. Masing-masing daerah
otonomi memiliki tiga tingkatan dan nomenklatur
yang berbeda-beda.
UU Pemerintahan di Indonesia
13

 UU Nomor 1 Tahun 1945 tentang Kedudukan Komite Nasional Daerah


 UU Nomor 22 Tahun 1948 ttg Pemda
 UU Nomor 44 Tahun 1950 ttg Pemerintahan Negara Indonesia Timur
 UU Nomor 1 Tahun 1957 ttg Pokok-pokok Pemerintahan Daerah
 UU nomor 18 Tahun 1965 ttg Pokok-pokok Pemda
 UU Nomor 5 Tahun 1974 ttg Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah
 UU Nomor 22 Tahun 1999 ttg Pemerintahan Daerah
 UU Nomor 32 Tahun 2004 ttg Pemda
 UU Nomor 12 Tahun 2008 ttg perubahan kedua atas UU nomor 32 Tahun
2004 ttg Pemda
 UU Nomor 23 Tahun 2014 ttg Pemda
 UU Nomor 2 Tahun 2015 ttg penerapan Peraturan Pemerintah Pengannti UU
Nomor 2 Tahun 2014 ttg perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2014 ttg
PemdA
 UU Nomor 9 Tahun 2015 ttg Perubahan Kedua atas UU Nomor 23 Tahun 2014
ttg Pemda
Pemerintahan Daerah
14

 Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan


urusan pemerintah oleh pemerintah dan dewan
perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam UUD RI 1945
Pemerintah Daerah
15

 Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai


unsur penyelenggara Pemerintah Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
Konsepsi Negara Kesatuan
16

 Menurut Moh. Mahfud MD, pembagian kekuasaan


ada dua macam, yakni pembagian secara horizontal
dan pembagian secara vertikal.
 Pembagian kekuasaan horizontal adalah pembagian
kekuasaan kepada lembaga2 yang kedudukannya
sejajar yang masing2 diberi fungsi dan disertai
checks and balances, yakni pembagian kekuasaan ke
dalam legislatif (membuat UU), eksekutif
(melaksanakan UU), dan yudikatif (menegakkan
undang-undang melalui peradilan)
Konsepsi Negara Kesatuan
17

 Sedangkan pembagian kekuasaan secara vertikal


melahirkan bentuk negara, yaitu negara kesatuan
yang membagi kekuasaan antara pusat dan daerah;
dan negara federasi yang membagi kekuasaan
antara negara federal dan negara bagian.
 C.F. Strong memasukkan kategori negara
konstitusional modern dalam bentuk negara kesatuan
(unitary state; eenheidstaat), negara federal (federal
state; bondstate; bundestaat) dan negara
konfederasi (conferation; staatenbund)
Konsepsi Negara Kesatuan
18

 Jimly Ashiddiqie, membedakan bentuk negara


modern dalam empat bentuk, yaitu negara
kesatuan; negara federal; negara konfederasi dan
negara suprastruktural.
 Hagopian menyebutkan ada tiga bentuk negara
dengan klasifikasi confederation, federation, dan
unitary state.
Konsepsi Negara Kesatuan
19

 Beberapa hasil penelitian mengenai bentuk negara,


diantaranya Elazar, Anwar Shah, dan Thompson, serta
Cohen dan Peterson, menyebutkan bahwa dalam
perkembangan negara2 didunia sekarang menunjukkan
bentuk negara kesatuan lebih banyak dari negara
bentuk negara federal.
 Negara kesatuan ialah suatu negara yang merdeka
dan berdaulat di mana di seluruh wilayah yang
berkuasa hanyalah satu pemerintah (pusat) yang
mengatur seluruh daerah.
Konsepsi Negara Kesatuan
20

 Negara serikat (federasi) ialah suatu negara yang


merupakan gabungan beberapa negara atas yang
menjadi negara-negara bagian daripada negara
serikat itu.
 Abu daud busroh mengemukakan bahwa negara
kesatuan disebut juga negara unitaris. Ditinjau dari
susunannya, negara kesatuan adalah negara yang
tidak tersusun dari beberapa negara.
Konsepsi Negara Kesatuan
21

 Seperti halnya negara federasi, melainkan negara


itu sifatnya tunggal; artinya, hanya ada satu
negara, tidak ada negara dalam negara. Jadi di
dalam negara kesatuan hanya ada satu
pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat yang
mempunyai kekuasaan atau wewenang tertinggi
dalam segala lapangan pemerintahan.
Konsepsi Negara Kesatuan
22

 C.F.Strong memahami negara kesatuan sebagai


bentuk negara di mana wewenang legislatif
tertinggi dipusatkan dalam satu badan legislatif
nasional/pusat.
 Hakikat negara kesatuan ialah bahwa
kedaulatannya tidak terbagi, atau dengan
perkataan lain, kekuasaan pemerintah pusat tidak
dibatasi, oleh karena konstitusi negara kesatuan
tidak mengakui badan legislatif lain, selain badan
legislatif pusat.
Konsepsi Negara Kesatuan
23

 Strong menyimpulkan dua ciri mutlak yang melekat


pada negara kesatuan, yaitu:
1. Adanya supremasi dari Dewan Perwakilan Rakyat
Pusat.
2. Tidak adanya badan-badan lain yang berdaulat.
Konsepsi Negara Kesatuan
24

 Perbedaan pembagian kekuasaan atau kewenangan


antara negara kesatuan dan negara federal yaitu
pada negara kesatuan, kewenangan pada dasarnya
berada atau dimiliki oleh pemerintah pusat yang
kemudian diserahkan atau dilimpahkan kepada daerah
sedangkan pada negara federal, kekuasaan atau
kewenangan berasal dari bawah atau dari
daerah/negara bagian yang bersepakat untuk
menyerahkan sebagian kewenangannya kepada
pemerintah federal, yang biasanya secara eksplisit
tercantum dalam konstitusi negara federal.
Konsepsi Negara Kesatuan
25

 Jimly Asshiddqie, menegaskan dalam negara kesatuan di


mana kekuasaan negara terbagi antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. Kekuasaan asli berada di
tingkat pusat, sedangkan kekuasaan daerah
mendapatkan kekuasaan dari pusat melalui penyerahan
sebagian kekuasaan yang ditentukan secara tegas.
Berbeda dengan negara serikat, kekuasaan negara
terbagi antara negara bagian sebagai badan hukum
negara yang bersifat sendiri2 yang secara bersama-
sama membentuk Pemerintahan Federal dengan batas-
batas kekuasaan yang disepakati bersama oleh negara2
bagian dalam konstitusi federal.
Konsepsi Negara Kesatuan
26

 Prinsip pembagian kekuasaan atau kewenangan pada negara


kesatuan:
1. Kekuasaan atau kewenangan pada dasarnya milik pemerintah
pusat, daerah diberi hak dan kewajiban mengelola dan
menyelenggarakan sebagian kewenangan pemerintahan yang
dilimpahkan atau diserahkan. Jadi, terjadi proses penyerahan
atau pelimpahan wewenang.
2. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah tetap memiliki garis
komando dan hubungan hierarkis. Pemerintah sebagai
subordinasi pemerintah pusat, namun hubungan yang dilakukan
tidak untuk mengintervensi dan mendikte pemerintah daerah
dalam berbagai hal.
Konsepsi Negara Kesatuan
27

3. Kewenangan atau kekuasaan yang dialihkan atau


diserahkan kepada daerah dalam kondisi tertentu,
di mana daerah tidak mampu menjalankan dengan
baik, maka kewenangan yang dilimpahkan atau
diserahkan kepada daerah dalam kondisi tertentu,
di mana daerah tidak mampu menjalankan dengan
baik, maka kewenangn yang dilimpahkan dan
diserahkan tsb dapat ditarik kembali ke pemerintah
pusat sebagai pemilik kekuasaan atau kewenangan
tsb.
Konsepsi Negara Kesatuan
28

 Negara kesatuan dapat dibedakan dalam dua bentuk;


Pertama, negara kesatuan dengan sistem sentralisasi.
Kedua, negara kesatuan dengan sistem desentralisasi.
Dalam negara kesatuan dengan sistem sentralisasi,
segala sesuatu dalam negara langsung diatur dan diurus
oleh pemerintah pusat dan daerah2 hanya tinggal
melaksanakan segala apa yang telah diinstruksikan oleh
pemerintah pusat. Sedangkan, dalam negara kesatuan
dengan sistem desentralisasi, daerah2 diberikan
kesempatan dan kekuasaan untuk mengatur dan
mengurus rumah-tangganya sendiri yang dinamakan
dengan daerah otonom.
Konsepsi Negara Kesatuan
29

 Moh.Mahfud MD, negara kesatuan adalah negara


yang kekuasaannya dibagi ke daerah-daerah
melalui pemberian otonomi atau pemberian
wewenang kepada daerah2 untuk mengurus dan
mengatur rumah tangganya mereka sendiri melalui
desentralisasi atau dekonsentrasi. Sehingga,
daerah2 mendapatkan hak yang datang dari, atau
diberikan oleh, pemerintah pusat berdasarkan
undang2 dan konstitusi.
Konsepsi Negara Kesatuan
30

 Sistem negara federal terpola dalam tiga struktur


tingkatan utama, yaitu pemerintah federal (pusat),
pemerintah negara bagian (provinsi), dan
pemerintah daerah otonom. Sedangkan sistem
negara kesatuan terpola dalam dua sturuktur
tingkatan utama, yaitu pemerintah pusat dan
pemerintah daerah (provinsi, kabupaten dan kota).
31

 Van Wijk dan Willem, menyatakan bahwa delegasi


merupakan penyerahan wewenang dari pejabat
yang satu kepada pejabat yang lainnya atau dari
badan administrasi satu kepada badan administrasi
negara.
32

 Menurut Jimly Asshiddiqie, negara Indonesia adalah


negara kesatuan (unitary state). Kekuasaan asal
berada di pemerintah pusat, namun kewenangan
(authority) pemerintah pusat ditentukan batas2nya
dalam UUD dan UU, sedangkan kewenangan yang
tidak disebutkan dalam UUD dan UU ditentukan
sebagai kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah
daerah. Dengan pengaturan2 konstitusional yang
demikian, berarti NKRI diselenggarakan dengan
federal arrangement atau pengaturan yang bersifat
federalistis.
33

 Makna desentralisasi pada negara kesatuan adalah


sebagai wujud toleransi pemerintah pusat kepada
daerah dalam hal pemberian wewenang untuk
melaksanakan urusan2 yang bisa menjadi urusan
rumah tangga daerah, dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
 Desentralisasi dalam arti ketatanegaraan ialah
penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintah
atau daerah tingkat atasnya kepada daerah untuk
menjadi urusan rumah tangganya.
Demokrasi sebagai Pijakan Bernegara
34

 Dalam perkembangan negara modern, demokrasi


menjadi pilihan banyak negara sebagai konsep
dalam menjalankan tatanan pemerintahan.
 Demokrasi dianggap sangat dekat dengan konsep
kedaulatan rakyat yang menekankan bahwa
kedaulatan berada di tangan rakyat.
 Sinergisitas kedua konsep ini adalah bagaimana
membentuk suatu pemerintahan yang didasarkan
atas kehendak bersama dan untuk menjalankan
kepentingan dan hak-hak rakyat banyak
(maslahatil’ammah).
Istilah Demokrasi
35

 Istilah demokrasi berasal dari dua kata Yunani, yakni


demos yang artinya rakyat dan cratos yang artinya
pemerintahan. Sehingga demokrasi adalah
pemerintahan dari rakyat untuk rakyat.
 Secara harfiah kata demokrasi dapat diartikan
sebagai rakyat memerintah atau kekuasaan yang
ada pada rakyat seluruhnya. Artinya demokrasi
dapat dipahami sebagai bentuk pemerintahan atau
kekuasaan yang tertingginya adalah kekuasaan
rakyat.
Istilah Demokrasi
36

 Dalam kamus Dictionary Webters demokrasi


didefinisikan sebagai pemerintahan oleh rakyat di
mana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat
dan dijalankan langsung oleh mereka atau wakil-
wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan
umum yang bebas.
 Menurut Deliar Noer, demokrasi sebagai dasar hidup
bernegara memberi pengertian bahwa pada tingkat
terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam
masalah2 yang mengenai kehidupannya, termasuk
dalam hal menilai kebijaksanaan negara, oleh
karena kebijaksanaan tsb menentukan kehidupan
rakyat.
Urgensi demokrasi dalam negara
37
hukum
 Urgensi demokrasi dalam negara hukum menurut
Robert Dahl, terdiri dari enam elemen penting, yaitu
adanya pejabat yang dipilih, pemilu yang bebas adil
dan berkala, kebebasan berpendapat, akses sumber
informasi alternatif, otonomisasi asosiasional, dan hak
kewarganegaraan yang inklusif, atau secara umum
dapat dipahami sebagai sikap tanggap pemerintah
secara terus menerus terhadap preferensi atau
kepentingan warga negaranya.
38

 Dengan kata lain negara hukum harus ditopang


dengan sistem demokrasi. Hubungan di antara
keduanya tidak dapat dipisahkan. Demokrasi
tanpa pengaturan hukum akan kehilangan bentuk
dan arah, sedangkan hukum tanpa demokrasi akan
kehilangan makna.
39

 Ditegaskan Jimly Asshiddiqie, bahwa teori tentang


negara hukum, rule of law, dan rechtsstaat pada
pokoknya tidak dapat dipisahkan dari teori tentang
demokrasi, keduanya harus dilihat sebagai dua sisi dari
mata uang yang sama.
 Negara hukum demokrasi (democratiscge rechtsstaat)
merupakan konstitusi dalam arti ideal (ideal begriff der
verfassung).
 Korelasi antara negara hukum yang bertumpu pda
konstitusi dengan kedaulatan rakyat yang dijalankan
melalui sistem demokrasi. Dalam korelasi ini, partisipasi
rakyat merupakan faktor yang esensial.
5 Alasan utama pemerintahan
40
mengimplementasikan demokrasi
 Larry Diamond, menegaskan bahwa terdapat lima
alasan utama mengapa sebuah pemerintahan
mengimplementasi demokrasi, termasuk pemerintahan
lokal yaitu; pertama, demokrasi menyediakan ruang
bagi partisipasi secara luas dan otonom bagi setiap
individu. Satu aturan dasar dari demokrasi adalah
kebebasan individu untuk terlibat langsung dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Partisipasi
publik yang egaliter, otonom, serta efektif dalam
mendorong pembangunan politik ke arah yang lebih
baik, beradab dan berkualitas.
5 Alasan utama pemerintahan
41
mengimplementasikan demokrasi
 Kedua, kontrol atau pengawasan politik. Karena
partisipasi politik juga bersinggungan dengan
pengawasan. Pengawasan politik akan sangat baik
bila dilaksanakan bukan hanya oleh orang-orang
yang berada dalam struktur kekuasaan (check and
balances dalam pengertian yang luas) oleh karena
itu, pengawasan merupakan kebutuhan dalam
rangka menciptakan pemerintahan yang
demokratis.
5 Alasan utama pemerintahan
42
mengimplementasikan demokrasi
 Ketiga, demokrasi menyediakan ruang bagi
sirkulasi elite yang kompetitif dan berkala
(sekuensial). Pemilu atau pemilukada merupakan
perwujudan dari suksesi kekuasaan formal.
Demikian pula dengan sekuensial sirkulasi. Harus
ada aturan yang sangat jelas, misalnya berapa
lama kekuasaan dapat dipegang oleh elite terpilih
atau berapa periode kekuasaan boleh
dimandatkan pada elite yang berkompetisi.
5 Alasan utama pemerintahan
43
mengimplementasikan demokrasi
 Keempat, tersedianya mekanisme pengelolaan dn
penyelesaian konflik yang efektif. Kompetisi tanpa
aturan akan menimbulkan konflik yang dibarengi
dengan kekerasan. Karena itu, demokrasi harus
mampu menyediakan mekanisme teknis dan praktis
sebagai upaya pengelolaan dan penyelesaian
konflik secara akomodatif dan konsensual.
5 Alasan utama pemerintahan
44
mengimplementasikan demokrasi
 Kelima, demokrasi membantu menjaga kepentingan
dan hak milik warganya. Kebebasan bertanggung
jawab merupakan kata kunci dalam membangun
demokratisasi.
Perwujudan demokratisasi adalah
45
Konsep Desentralisasi
 Salah satu perwujudan demokratisasi di Indonesia
adalah keberadaan konsep desentralisasi
pemerintahan sejak era reformasi sebagai antitesis
dari konsep sentralisasi yang diterapkan orde baru.
 Implikasinya, terjadi pergeseran lokus kekuasaan
dari pusat ke daerah. Dengan semangat
desentralisasi, daerah semakin memiliki
kewenangan berotonomi ang semakin luas.
Istilah desentralisasi
46

 Istilah desentralisasi berasal dari bahasa latin “de”


berarti lepas dan “centrum” artinya pusat.
Desentralisasi merupakan lawan kata dari
sentralisasi sebab kata “de” dimaksudkan untuk
menolak kata sebelumnya. Sehingga desentralisasi
bermakna meleas atau menjauh dari pusat.
Desentralisasi tidak putus sama sekali dengan pusat
tetapi hanya menjauh dari pusat.
Pengertian Desentralisasi
47

 (UU 23/2014 TTG PEMDA) Penyerahan urusan


Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah
otonom berdasarkan Asas Otonomi.
 Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan politik
dan administrasi dari puncak hierarki organisasi
(pemerintah pusat) kepada jenjang organisasi
dibawahnya (pemerintah daerah). Karena jenjang
hierarki yang lebih rendah (pemerintah daerah) diserahi
wewenang penuh, baik politik maupun organisasi maka
pada jenjang organisasi yang diserahi wewenang tsb
timbul otonomi.
Asas Desentralisasi
48

 Menurut Joeniarto, asas desentralisasi adalah asas


yang bermaksud memberikan wewenang dari
pemerintah negara kepada pemerintah lokal untuk
mengatur dan mengurus urusan tertentu sebagai
urusan rumah tangga sendiri, yang biasa disebut
swatantra atau otonomi.
 Menurut Amrah Muslimin, desentralisasi berarti
pelimpahan kewenangan2 oleh pemerintah pusat
pada badan2 otonom (swatantra) yang berada di
daerah2.
Pemaknaan asas desentralisasi
49

 Pemaknaan asas desentralisasi diklasifikasi dalam


berbagai pandangan:
1. Desentralisasi sebagai penyerahan kewenangan
dan kekuasaan;
2. Desentralisasi sebagai pelimpahan kekuasaan dan
kewenangan;
3. Desentralisasi sebagai pembagian, penyebaran,
pemencaran, dan pemberian kekuasaan dan
kewenangan;
4. Desentralisasi sebagai sarana dalam pembagian
dan pembentukan daerah pemerintahan.
50

 Desentralisasi menurut Rondinelli dapat dibagi dalam


4 (empat) jenis, yaitu:
1. Desentralisasi politik, yaitu pemberian hak kepada
warga negara melalui perwakilan yang dipilih suatu
kekuasaan yang kuat untuk mengambil keputusan
publik.
2. Desentralisasi administratif yaitu pelimpahan
wewenang yang dimaksudkan untuk
mendistribusikan kewenangan, tanggung jawab dan
sumber2 keuangan untuk menyediakan pelayanan
publik.
51

3. Desentralisasi fiskal, merupakan komponen utama


dari desentralisasi.
4. Desentralisasi ekonomi, intinya berkaitan dengan
kebijakan pelimpahan fungsi2 pelayanan kepada
masyarakat dari pemerintah kepada sektor
swasta sejalan dengan kebijakan liberalisasi dan
ekonomi pasar.
52

 Yamin, meletakkan desentralisasi sebagai syarat


demokrasi karena konstitusi disusun dalam
kerangka negara kesatuan harus tercermin
kepentingan daerah, melalui aturan pembagian
kekuasaan antara badan2 pusat dan badan2
daerah secara adil dan bijaksana sehingga daerah
memelihara kepentingannya dalam kerangka
kesatuan.
53

 Desentralisasi menurut Van der Pot dapat dibagi


menjadi dua; desentralisasi teritorial dan
desentralisasi fungsional. Desentralisasi teritorial yaitu
pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus
rumah tangga daerah masing2 (otonom), yang
melahirkan badan2 berdasarkan wilayah.
Sedangkan desentralisasi fungsional adalah
pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus
sesuatu atau beberapa kepentingan ttt, yang muncul
dalam bentuk badan2 dengan tujuan ttt.
Kategori desentralisasi
54

 Desentralisasi secara umum dikategorikan ke dalam


dua perspektif utama, yakni perspektif desentralisasi
politik dan desentralisasi administrasi.
 Perspektif desentralisasi politik menerjemahkan
desentralisasi sebagai devolusi kekuasaan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
 Perspektif desentralisasi administrasi diartikan
sebagai pendelegasian wewenang administratif dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
55

 Desentralisasi merupakan arena hubungan antara


pemerintah daerah dan pemerintah pusat yang
bertujuan untuk memberikan pengakuan terhadap
eksistensi masyarakat lokal, memperkuat identitas
lokal, membangkitkan prakarsa dan inisiatif lokal,
serta membagi kekuasaan dan kekayaan kepada
masyarakat lokal, dan mewujudkan otonomi luas.
56

 Demokratisasi merupakan upaya untuk menjadikan


penyelenggaraan pemerintahan daerah menjadi
lebih akuntabel, responsif, diakui oleh rakyat;
mendorong peran legislatif daerah berfungsi
sebagai badan perwakilan dan intermediary agent;
serta memperkuat partisipasi masyarakat daerah
dalam proses pemerintahan dan pembangunan
daerah. Partisipasi juga menandai keikutsertaan
kalangan marginal yang selama ini disingkirkan dari
proses politik dan ekonomi.
57

 Korelasi desentralisasi dengan demokrasi didasarkan


pada asumsi bahwa desentralisasi dapat membuka
ruang yang lebih besar kepada masyarakat untuk
terlibat di dalam proses pembuatan keputusan2
politik di daerah.
 Setelah ada desentralisasi, lembaga2 yang memiliki
otoritas di dalam proses pembuatan dan
implementasi kebijakan publik lebih dekat dengan
rakyat dan memungkinkan rakyat melakukan kontrol
terhadap pemerintah daerah.
Tujuan desentralisasi
58

 Salah satu tujuan desentralisasi yang paling


universal adalah untuk mendorong terciptanya
demokratisasi dalam pemerintahan. Demokrasi dan
desentralisasi dipandang sbg suatu strategi untuk
menciptakan stabilitas politik dan menciptakan
suatu mekanisme institusional dalam membawa
kekuatan non-pemerintah untuk terlibat dalam
proses pemerintahan secara formal.
Tujuan Desentralisasi
59

 Menurut Robert Endi Jaweng, kebijakan desentralisasi


bertujuan membuka kesempatan bagi demokrasi
lokal dan menjamin efisiensi/efektivitas administrasi
pemerintahan.
 Pada tujuan pertama, hal yang berupaya didorong
adalah local dynamic: partisipasi, kontrol, dan
keterwakilan
 Pada tujuan kedua dimaksudkan untuk meningkatkan
local capacity: rentang kendali pemerintahan,
kapasitas fiskal, kualitas pelayanan publik, dan lain-
lain.
Asas Otonomi dan Otonomi Daerah
60

 Asas Otonomi adalah Prinsip Dasar


penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
berdasarkan Otonomi Daerah
 Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Dekonsentrasi
61

 Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan


Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat, kepada instansi vertikal
diwilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan
bupati/wali kota sebagai penanggung jawab
urusan pemerintahan umum.

Anda mungkin juga menyukai