Anda di halaman 1dari 8

DINAMIKA UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN DAERAH DI

INDONESIA

Untuk Memenuhi Tugas


Hukum Pemerintahan Daerah
Kelas F

Oleh:
SHOFA UMROTUL HASANAH
215010100111036
5

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2022
I. PENDAHULUAN
Kedaulatan masyarakat dalam pemerintahan, baik pemerintahan pusat maupun
daerah pada saat ini tidak lepas dari hadirnya otonomi daerah yang berlaku di Indonesia.
Sepak terjang pengaturan mengenai pemerintahan daerah sejak awal kemerdekaan hingga
saat ini cukup dinamis. Berbagai macam peraturan perundang-undangan yang dilahirkan
untuk mengatur pemerintahan daerah, tentunya dengan berbagai pembaruan dan
penyempurnaan di setiap eranya. Mulai dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945
tentang Kedudukan Komite Nasional Daerah, hingga Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Derah yang digunakan pada saat ini.
Oleh karena dinamika peraturan perihal pemerintahan daerah di Indonesia yang
sangat dinamis, hal ini menjadi alasan disusunnya tulisan ini guna mengetahui sejarah,
arah, dan prinsip dari peraturan perundang-undangan yang pernah maupun sedang
mengatur perihal pemerintahan daerah di Indonesia.

II. PEMBAHASAN
A. Sejarah Undang-Undang Pemerintahan Daerah di Indonesia
Terdapat dinamika dan proses yang panjang dalam pemerintahan daerah Republik
Indonesia sebelum menggunakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (UU No. 23/2014). Adapun undang-undang yang berlaku sejak
kemerdekaan Republik Indonesia (RI) hingga saat ini, adalah:
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Kedudukan Komite Nasional
Daerah (UU No. 1/1945)
Pada dasarnya belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
pemerintahan daerah secara khusus. Pada tanggal 19 Agustus 1945, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945
tentang Kedudukan Komite Nasional Daerah (UU No. 1/1945) yang secara formal
menjadi suatu landasan atas pelaksanaan pemerintahan daerah di Indonesia pada saat itu.
Undang-undang ini hanya memiliki 6 pasal tanpa adanya penjelasan. “Unsur-unsur yang
terdapat di dalam UU No. 1/1945 yakni: a.) Pembentukan BPRD dengan jalan mengubah
fungsi dan tugas dari KNID; b.) BPRD bersama kepala daerah menjalankan pekerjaan
mengatur rumah tangga daerahnya; dan c.) BPRD terdiri atas sebanyak-banyaknya lima
orang yang dipilih dari dan oleh anggota KNID sebagai badan eksekutif bersama-sama
dan dipimpin oleh kepala daerah menjalankan pemerintahan daerah sehari-hari di bidang
otonomi dan tugas pembatuan” (Yusnani Hasyimzoem, dkk, 2017: 30-31).
Dalam UU No. 1/1945 disebutkan tiga pembagian daerah dengan otonomi daerah,
yakni: Karesidenan, Kota Otonom, dan Kabupaten.

2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Penetapan Aturan-Aturan


Pokok Mengenai Pemerintahan Sendiri di Daerah-Daerah yang Berhak
Mengatur dan Mengurus Rumah Tangganya Sendiri (UU No. 22/1948)
Berlaku selama tiga tahun, UU No. 1/1945 selanjutnya disempurnakan dengan UU
No. 22/1948. Dalam undang-undang ini diatur mengenai batasan wewenang daerah,
pembagian wilayah negara dalam daerah-daerah yang dapat mengurus rumah tangganya
sendiri, serta menegaskan perihal fungsi serta kedudukan Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
3. Undang-Undang Negara Indonesia Timur Nomor 44 Tahun 1950 (UU NIT)
“Hadirnya UU NIT sebagai implementasi dari amanat Konstitusi Republik Indonesia
Serikat (RIS) untuk mengatur hubungan pemerintah negara bagian dnegan pemerintahan
daerah” (Yusnani Hasyimzoem, dkk, 2017: 32-33). Dalam UU NIT diatur mengenai tiga
tingkatan daerah otonomi di wilayah NIT, yakni: Daerah (tingkat I), Daerah Bagian
(tingkat II), dan Daerah Anak Bagian (tingkat III). Selain itu disebutkan mengenai DPD
yang merupakan dewan pemerintah dan keanggotaannya tidak diambil dari DPRD. Serta
mengenai pengaturan jumlah anggota DPRD yang tidak hanya berdasarkan jumlah
penduduk, tetapi juga mempertimbangkan aspek keluasan otonomi, kekuasaan keuangan,
susunan politik, serta masa jabatan DPRD selama tiga tahun.

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan


Daerah (UU No. 1/1957)
UU No. 1/1957 diterbitkan sebagai realisasi dari UUDS Tahun 1950. Dalam
undang-undang ini, pemerintahan daerah terbagi ke dalam dua lembaga, yakni DPRD
sebagai lembaga legislatif dan DPD sebagai lembaga eksekutif. Dengan hadirnya UU
No. 1/1957 maka ia mencabut undang-undang lain yang mengatur tentang pemerintahan
daerah.

5. Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959 tentang Pemerintahan Daerah


(Penpres No. 6/1959)
Lahirnya Penpres No. 6/1959 menjadi instrumen yang menyempurnakan UU No.
1/1957. “Terdapat beberapa hal mengenai pemerintahan daerah yang ada di dalam
Penpres No. 6/1959, yang salah satunya adalah penghapusan dualisme pemerintah di
daerah antara aparatur dan fungsi otonomi serta aparatur dan fungsi kepamongprajaan”
(Yusnani Hasyimzoem, dkk, 2017: 34).

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pemerintahan Daerah (UU No.


18/1965)
UU No. 18/1965 hadir untuk memperkuat kedudukan kepala daerah dengan tujuan
untuk menjamin kelangsungan suatu negara. Dalam undang-undang ini pemerintahan
daerah terbagi menjadi dua, yakni kepala daerah sebagai lembaga eksekutif serta DPD
sebagai lembaga legislatif. Serta pemerintahan daerah memiliki wewenang untuk
mengatur urusan rumah tangganya sendiri.

7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di


Daerah (UU No. 5/1974)
UU No. 5/1974 berbeda dengan undang-undang lainnya, dalam UU No. 5/1974
mengatur mengenai daerah otonom (pemerintahan otonom) serta susunan pemerintahan
dekonsentrasi (wilayah administratif). Namun, UU No. 5/1974 meninggalkan prinsip
otonomi seluas-luasnya terhadap daerah.

8. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (UU No.


22/1999)
UU No. 22/1999 lahir karena dilatarbelakangi atas tuntutan masyarakat di era
reformasi yang menginginkan pelaksanaan otonomi luas dengan prinsip demokrasi.
Pembagian daerah berdasarkan UU No. 22/1999 terdiri dari, provinsi, kabupaten, dan
kota. Dalam undang-undang ini juga disebutkan bahwa kepala daerah dan perangkat
daerah otonom yang lain berlaku sebagai lembaga eksekutif, serta DPRD berlaku sebagai
lembaga legislatif.

9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU No.


32/2004)
Kelahiran UU No. 32/2004 dirasa sesuai dengan amanat konstitusi hasil
amandemen. Undang-undang ini menekankan bahwa pemerintah daerah dapat mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan daerahnya sendiri berdasarkan asas otonomi.

10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas


Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU No.
12/2008)
UU No. 12/2008 merupakan perubahan terhadap UU No. 32/2004.

11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (UU No.
23/2014)
Dalam UU No. 23/2014 menegaskan perihal fungsi dan tugas dari pembantu tugas
kepala daerah, yakni wakil kepala daerah. Undang-undang ini juga menyebutkan wakil
gubernur, wakil bupati, dan wakil walikota. Penambahan tugas-tugas kepala daerah
lainnya dari peraturan perundang-undangan lainnya juga disebutkan di dalam UU No.
23/2014.
Undang-undang ini juga mengatur tentang pemekaran wilayah. Selain itu,
pengaturan perihal pemisahan antara pemerintahan daerah, pemerintahan desa, serta
pemilu kepala daerah.

B. Analisis Terhadap Asas-Asas yang Digunakan dan Arah Prinsip di dalam


Undang-Undang Pemerintahan Daerah di Indonesia
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Kedudukan Komite Nasional
daerah (UU No. 1/1945)
Asas-asas yang terdapat dalam UU No. 1/1945 adalah asas desentralisasi.

2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Penetapan Aturan-Aturan


Pokok Mengenai Pemerintahan Sendiri di Daerah-Daerah yang Berhak
Mengatur dan Mengurus Rumah Tangganya Sendiri (UU No. 22/1948)
Asas-asas yang terdapat di dalam UU No. 22/1948 adalah desentralisasi.

3. Undang-Undang Negara Indonesia Timur Nomor 44 Tahun 1950 (UU NIT)


Asas-asas yang terdapat di dalam UU NIT adalah desentralisasi.

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan


Daerah (UU No. 1/1957)
Asas-asas yang terdapat di dalam UU No. 1/1957 adalah sentralisasi.
5. Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959 tentang Pemerintahan Daerah
(Penpres No. 6/1959)
Asas-asas yang terdapat di dalam UU No. 6/1959 adalah sentralisasi.

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pemerintahan Daerah (UU No.


18/1965)
Asas-asas yang terdapat di dalam UU No. 18/1965 adalah desentralisasi.

7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang (UU No. 5/1974)


Asas-asas yang terdapat di dalam UU No. 5/1974 adalah desentralisasi dan dekonsentrasi.

8. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang (UU No. 22/1999)


Asas-asas yang terdapat di dalam UU No. 22/1999 adalah desentralisasi.

9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004


Asas-asas yang terdapat di dalam UU No. 32/2004 adalah desentralisasi.

10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008


Asas-asas yang terdapat di dalam UU No. 12/2008 adalah desentralisasi.

11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014


Asas-asas yang terdapat di dalam UU No. 23/2014 adalah desentralisasi dan
dekonsentrasi.

C. Sejarah Pemerintahan Desa


Pemerintahan otonom dalam lingkup desa telah ada sejak ratusan tahun lalu di
Indonesia. Hingga pada akhirnya hadirlah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa hadir untuk mengembalikan otonomi desa dengan tujuan untuk menjaga
keberagaman dalam desa tersebut.
Sebelum pemerintahan desa ditegaskan melalui UU No. 6/2014, sebelumnya berlaku
Pasal 71 Regenringsreglement (RR) Tahun 1854 di zaman penajajahan Belanda yang
mengatur tentang pengesahan atau pemilihan pemerintah desa serta pemberian hak bagi
desa untuk mengurus urusan rumah tangganya sendiri. Selanjutnya, hadir Osamu Seirei
Nomor 7/2604 Tahun 1944 yang mengatur perihal pemilihan serta pemberhentian kepala
desa pada zaman penjajahan Jepang.
Setelah masa kemerdekaan, hadir UU No. 22/1948 yang memberikan kepastian dan
perlindungan terhadap desa yang memiliki asal-usul budaya dan ciri khas, serta hak bagi
desa untuk mengurus urusan rumah tangganya sendiri. Disusul dengan UU No. 1/1957
yang menambahkan daerah swapraja ke dalam pembagian daerah, serta UU No. 19/1965
yang menyeragamkan desapraja dan membentuk daerah tingkat III.
Rencana memperkuat desa juga hadir dalam TAP MPR IV/MPR/1978 tentang
GBHN. Kemudian meskipun akhirnya otonomi desa dihapus dihapus melalui UU No.
5/1979, UU No. 22/1999 kemudian mengaliihkan pengaturan desa yang mulanya ada di
tingkat nasional menuju ke tingkat daerah dan menjadi “istimewa”. Setelah Panjang
perjalanan, kemudian hadir UU No. 6/2014 yang menonjolkan aspek keunikan dan
kearifan lokal pada desa.

III. KESIMPULAN
Berbagai peraturan perundang-undangan telah dilahirkan demi mengatur perihal
pemerintahan daerah. Indonesia yang awalnya menerapkan prinsip desentralisasi, tetapi
juga pernah menerapkan prinsip sentralisasi ketika UU No. 18/1965 dan UU No. 5/1974
berlaku. Hingga pada akhirnya, prinsip desentralisasi ditambah dengan asas desnetralisasi
dan dekonsentrasi diterapkan melalui UU No. 23/2014 yang kita gunakan hingga saat ini.
Mengenai dinamika pengaturan desa juga memiliki jalan yang panjang, mulai dengan
diberlakukannya Pasal 71 Regenringsreglement (RR) Tahun 1854 di zaman penajajahan
Belanda, hingga lahirnya UU No. 6/2014 yang menonjolkan aspek keunikan dan kearifan
lokal pada desa. Desa merupakan perwujudan nyata dari kebijakan otonomi daerah yang
meneruskan otonomi kabupaten/kota. Namun, UU Desa masih harus dilengkapi dengan
berbagai hal agak kebijakan dan peraturan tersebut dapat menjadi solusi atas berbagai
hambatan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-Undangan
Regenringsreglement (RR) Tahun 1854
Osamu Seirei Nomor 7/2604 Tahun 1944
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Kedudukan Komite Nasional Daerah
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Penetapan Aturan-Aturan Pokok
Mengenai Pemerintahan Sendiri di Daerah-Daerah yang Berhak Mengatur dan
Mengurus Rumah Tangganya Sendiri
Undang-Undang Negara Indonesia Timur Nomor 44 Tahun 1950
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah
Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Buku/Literatur
Hasyimzoem, Yusnani, Satriawan, M. Iwan. Firmansyah, Ade. Khoiriah, Siti. Hukum
Pemerintahan Daerah. Rajawali Pers. (Depok: 2017).

Skripsi
Maharani Gusti, Nirwana. “Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Serta Implikasinya Terhadap
Kewenangan Pemerintah Daerah”. Skripsi Ilmu Hukum Program Sarjana Ilmu
Hukum. Padang: Universitas Andalas, 2018. Dipublikasikan.

Artikel Online
Tim Redaksi Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kota Batam, “UU Pemerintahan
Daerah”,
https://arsipskpd.batam.go.id/batamkota/skpd.batamkota.go.id/pemerintahan/uu-
pemerintahan-daerah/index.html#:~:text=UU%20No.22%20tahun
%201999%20tentang%20Pemerintahan%20Daerah%20ditetapkan%20pada,lebih
%20adil%2C%20dan%20lebih%20sejahtera. Diakses 16 September 2022.
Annisa Nur Fitriana, “Peraturan Perundang-Undangan di Lingkup Pemerintah Daerah”,
https://blog.ub.ac.id/annftr12/2019/04/05/peraturan-perundang-undangan-di-lingkup-
pemerintah-daerah/. Diakses 17 September 2022.

Anda mungkin juga menyukai