Anda di halaman 1dari 11

BAB VII

PERATURAN DAERAH
A. Pengertian Perda

 Berdasarkan pasal 7 ayat (1) uu no12 tahun 2011. terdapat dua jenis
Perda, yakni perda povinsi dan perda kabupate/kota.
1. Peraturan Daerah provinsi adalah peraturan perundang-
undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
provinsi dengan persetujuan bersama gebernur.
2. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah peraturan perundang-
undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota.
B. Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan
Produk-produk Hukum Daerah

 Menurut Dini Widia “Proses perlibatan partisipasi masyarakat lokal


dalam perencanaan hingga implementasi program pembangunan
(hukum) di tingkat daerah (local), terbukti telah berhasil membawa
perubahan-perubahan mendasar dalam peningkatan kesadaran
hukum masyrakat.”
 Di masa depan, masyarakat sendirilah yang akan memainkan
peran utama dalam perencanaan hingga pengimplementasian
program pembangunan hukum didaerahnya, serta kelompok luar
yaitu (Non Govermental Organization/NGO) hanya akan bertindak
sebagai fasilator, dinamisator, katalisator, mediator dan
komunikator. Sedangkan peran pemerintah (daerah) lebih
merupakan perlengkap dan penunjang termasuk menentukan
aturan dasaar permainannya,
C. Karakter Produk Hukum tentang Pemerintahan di
Daerah Periode Demokrasi Liberal (1945-1959)

 Menurut Dini Widia “Indonesia lahir sebagai negara merdeka dengan


membawa semangat demokrasi. Oleh karena itu tercakup dalam
semangat tersebut pelembagaan secara mantap asas desentralisasi
dalam sistem ketatanegaraan. Asas desentralisasi merupakan bagian
yant sangat penting di dalam negara demokrasi.
 Undang-undang yang pertama lahir di indonesia yaitu undang-undang
Nomor 1 Tahun 1945 adalah undang-undang desntralisasi yang
pengundangnnya disponsori oleh badan pekerja komite nasional
indonesia pusat (BP-KNIP). Meskipun undang-undang ini hanya berisi 6
pasal, tetapi memberi pengertian yang jelas tentang Komite Nasional
Daerah sebagai salah satu alat kelengkapan pemerintah daerah serta
sistem rumah tangga daerah. Sehingga undang-undang ini disebut
sebagai undang-undang pemerintah daerah
D. Karakter Produk Hukum tentang Pemerintahan di
Daerah Periode Demokrasi Terpimpin (1959-1966)

 Menurut Dini Widia “ memasuki era demokrasi terpimpin (1959-1966)


mucul pemikiran pemerintah untuk memperbarui undang-undang
pemerintah daerah alasannya karena sistem politik yang sangat
liberal dan hukum pemrintahan daerah yang memberi otonomi
terlalu luas telah menimbulkan bibit-bibit disintegrasi. Pada masa
peralihan dari demokrasi liberal ke demokrasi terpimpin, yakni pada
1957/1959”, ada gejala pertentangan antara pusat dan daerah
dan bahkan muncul kasus-kasus penentangan daerah terhadap
pusat secara terbuka.
 Upaya mengatasi ancaman disintegrasi atau menjamin keutuhan
bangsa itulah yang menjadi alasan soekarno untuk menawarkan
kosep demokrasi terpimpin yang kemudia memberi jalan baginya
untuk tampil sebagai pemimpin yang otoriter.
E. Karakter Produk Hukum tentang Pemerintahan di
Daerah Periode Orde Baru (1966-1998)

 Menurut Dini Widia “Orde Baru lahir dengan obsesi menciptakan


stabilitas sebagai persyaratan utama pembangunan ekonomi. Oleh
sebab itu, meskipun ada awal perjalanannya memulai dengan
langgam libertarian , rezim ini telah menampilkan dirinya sebagai
negara kuat yang secara politik memperlihatkan konfigurasi otoriter
birokratis. Untuk menciptakan stabilitas nasional, pemerintah pusat
dibangun sedemikian kuatnya sehingga mampu menghadapi
setiap elemen yang bertendesi disintegrasi.
F. Tata car Penyusunan Peraturan
Daerah
 Tata cara oenyusuna Peraturan di daerah merupakan prosedur atau
rangkain kegiatan penyusunan Peraturan yang ada di daerah sejak
dari perencanaan sampai dengan penetapannya.
 Secara umum tidak terdapat perbedaan mengenai tata cara
menyusun peraturan yang ada di daerah di seluruh Indonesia. Akan
tetapi antara daerah yanng lainnya, bisa saja terjadi perbedaan cara
menyusun Peraturan di Daerah. Perbedaan ini bia terjadi kareana
masing-masing daerah mempunyai peraturan Tata Tertib DPRD sendir-
sendiri untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya.
 Pedoman mengenai tata cara penyusunan peraturan di daerah telah
diatur dalam keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otononomi Daerah
Nomor 24 tahun 2001 tentang Prosedur penyusunan Produk Hukum
Daerah. Disamping itu juga harus berpedoman pada peraturan tata
tertib DPRD masing-masing daerah yang bersangkutan.
 Tata cara penyusunan Peraturan di daerah terdiri dari 4 tahap :
1. Tahap penyusunan di tingkat pemerintah daerah atau di tingkat
DPRD, tergantung dari siapa yang berinisiatif
2. Tahap persetujuan, yakni pembahasan antara pemerintah daerah
dan DPRD
3. Tahap pengundangan dalam Lembaran Daerah
4. Tahap penetapan pemerintah
G. Lembaran Daerah dan Berita Daerah
 Lembaran daerah adalah penerbitan resmi Pemerintah Daerah
yang digunakan untuk mengundangkan Peraturan Daerah dan
Peraturan Kepala Daerah.
 Tambahan Lembaran daerah adalah kelengkapan dari lrmbaran
daerah untuk mencatat penjelasan Peraturan Daerah. Penjelasan
atas peraturan daerah dicatat dalam tambahan lembaran daerah
ini. Dengan telah dilakukan pencatatan terhadap penjelasan atas
peraturan daerah, maka penjelasan atas peraturan daerah
tersebut menjadi resmi dan tidak dapat dipisahkan dengan
peraturan daerah yang bersangkutan.
H. Peraturan Desa atau yang Sejenis
 Peraturan desa atau yang sejenisnya dikelompokkan ke dalam
peraturan daerah.
 Untuk itu Seketaris Desa atu sejenisnya serta perangkat desa yang
lain tidak dapat mengeluarkan peraturan desa. Hal ini disebabkan
beberapa hal yang mendasarinya :
1. Desa atau sejenisnya merupakan pemerintahan formal yang
paling redah, walaupun dibawahnya ada kepengurusan RW dan
RT yang hanya berfungsi sebagai pembantu pemerintah desa
atau yang sejenisnya
2. Ruang lingkup materi yang diatur oleh peraturan perundang-
undangan di bawah peraturan desa atau yang sejenisnya sudah
sangat sempit, sehingga sudah cukup hanya di atur di dalam
peraturan desa atau yang sejenisnya saja.
I. Kedudukan Qanun
 Pasal 31 UU No. 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi provinsi
Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
menentukan bahwa ketentuan pelaksanaan undang-undang ini yang
menyangkut pemerintah provinsi NAD ditetapkan dengan Qanun.
 Kewenangan qanun sebagai pelaksana undang-undang No. 18 tahun
2001 disebut delegasi perundang-undangan (kuasa perundang-
undangan , yakni pengaturan dengan peraturan yang lebih rendah
hanya dilakukan apabila ada kuasa dari undang-undang, artinya harus
ada dasarnya dalam undang-undang yang membolehkan diatur
dengan peraturan perundang tingkat lebih rendah (Qanun atau
Perda).
 Dengan demikian qanun hanya mengatur apa yang didelegasikan
(dikuasakan) oleh undang-undnag , dan tugasnya hanya apa yang
dikuasakan.

Anda mungkin juga menyukai