Anda di halaman 1dari 7

Nama : Devi Nurmala Sari

Npm : 11.19.066
Fakultas : Hukum A ( Semester 4 )
Mata Kuliah : Hukum Pemerintahan Daerah
Dosen : Otom Mustomi, S.H., M.H.

Jawaban Ujian Akhir Semester 4 Hukum Pemerintahan Daerah


1. Mengapa sistem Pemerintahan Daerah menghendaki sistem Desentralisasi apa
kelebihan dan kekurangannya jelaskan beserta dasar hukumnya ! Jelaskan pula
Kewenanagan apa saja yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada Pemerintah
Daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia!
• Dengan adanya desentralisasi maka muncul otonomi bagi suatu pemerintahan
daerah. Adanya desentralisasi akan berdampak positif pada pembangunan
daerah-daerah tertinggal dalam suatu negara hingga daerah otonom tersebut
dapat mandiri dan secara otomatis dapat memajukan pembangunan nasional.

Kelebihan sistem Desentralisasi


1) Struktur organisasi merupakan pendelegasian wewenang dan
memperingan manajemen pemerintah pusat.
2) Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan.
3) Dalammenghadapipermasalahanyangmendesak,pemerintahdaerah tidak
perlu menunggu instruksi dari pusat.
4) Hubungan yang harmonis dan gairah kerja antara pemerintah pusat dan
daerah dapat ditingkatkan.
5) Peningkatan efisiensi dalam segala hal, khususnya penyelenggara
pemerintahan baik pusat maupun daerah.
6) Dapat mengurangi birokrasi dalam arti buruk karena keputusan dapat
segera dilaksanakan.

Kekurangan sistem Desentralisasi


1) Keseimbangan dan keserasian tujuan dapat mudah terganggu.
2) Desentralisasi dapat memunculkan sifat kedaerahan.
3) Memerlukan banyak waktu untuk melakukan perundingan atau
musyawarah. dalam kegentingan memaksa;Mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri.
4) Memerlukan biaya besar.
5) Besarnya organ pemerintahan, sehingga membuat struktur
pemerintahan jadi kompleks dan dikhawatirkan koordinasi tidak lancar

Kewenangan pemerintah pusat yang diberikan kepada pemerintah daerah :


1) Pemilihan Kepala Daerah
2) Pemakaian Anggaran Daerah
3) Pelaksanaan Kebijakan Daerah
Pemerintahan pusat menyerahkan wewenangnya (desentralisasi) kepaada
pemerintah daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
dalam kerangka NKRI. Penyerahan kewenangan kepada pemerintah daerah
meliputi berbagai aspek pemerintah.

2. Pertimbangan apakah yang diberikan oleh pemerintah kepda Daerah yang akan
membentuk daerah atau pisah dari daerah Kabupaten/Kota atau Provinsi jelskan dan
sebutkan faktor-faktor pendukungnya? Perkembangan Otonomi Daerah sudah
dicetuskan sejak awal kemerdekaan, coba jelaskan perkembangan Otonomi Daerah
pada periode tahun 1945 sampai dengan periode tahun 2015. Undang-Undang Nomor
berapa saja pada tahun tersebut diundangkan mengenai Otonomi Daerah ? Hal-hal apa
saja yang diatur dalam Undang-Undang Pemda tahun 2015 dan UU Pilkada Tahun 2015
tersebut jelaskan.
• Faktor – faktor yang memengaruhi adanya pemisahan atau penggabungan:
1. adanya luas wilayah yg sulit di jangkau
2. Adanya jumlah penduduk perwilayah
3. Agar terjadi pemerataan pendapatan
4. Pembagian pemerintahan dari masing masing wilayah
5 . berpacu untuk meningkatkan pendapatan daerah
6. Lebih focus untuk membangun wilayah nya masing masing

Penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersanding/pemekaran


dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih. Sedangkan Pasal 1 Angka
7Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pembentukan,
Penghapusan, Dan Penggabungan Daerah (selanjutnya disebut PP No. 78 Tahun
2007) menentukan Bahwa pembentukan daerah adalah pemberian status pada
wilayah tertentu sebagai daerah provinsi atau daerah kabupaten/kota. Pasal 32
Ayat (1) UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014. Pasal 32 UU No. 23 Tahun
2014 menentukan bahwa pembentukan daerah berupa pemekaran daerah dan
penggabungan daerah. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, maka dapat
diketahui bahwa pembentukan daerah dapat dilakukan dengan pembentukan
daerah melalui pemekaran daerah, dan pembentukan daerah melalui
penggabungan daerah. Berkaitan dengan pemekaran daerah, Pasal 33 Ayat (1)
UU No. 23 Tahun 2014 menentukan bahwa pemekaran daerah berupa
pemecahan daerah provinsi atau daerah kabupaten/kota untuk menjadi 2 (dua)
daerah atau lebih daerah baru atau penggabungan bagian daerah dari daerah
yang bersanding dalam 1(satu) daerah provinsi menjadi satu daerah.

Perkembangan otonomi daerah sudah sejak awal kemerdekaan, inilah sejarah


perkembangan otonomi daerah.
Adanya sistem otonomi daerah ternyata sudah terbentuk bahkan sebelum
Indonesia merdeka. Berikut sejarah otonomi daerah dari masa ke masa:
Era kolonial
Dalam buku Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan (2002) karya Syaukani
dkk, pada Pemerintahan Hindia Belanda sudah mengeluarkan peraturan
mengenai otonomi daerah, yaitu Reglement op het Beleid der Regering van
Nederlandsch Indie (Peraturan tentang administrasi Negara Hindia (Belanda).

Era Jepang
Meski hanya dalam waktu 3,5 tahun (1941-1945) ternyata Pemerintah Jepang
banyak melakukan perubahan yang cukup fundamental.
Pembagian daerah pada masa Jepang jauh lebih terperinci ketimbang
pembagian di era Belanda. Awal mula masuk ke Indonesia, Jepang membagi
daerah bekas jajahan Belanda menjadi tiga wilayah kekuasaan.
Wilayah tersebut yaitu Sumatera di Bukittinggi, Jawa dan Madura dengan
kedudukan di Jakarta, serta wilayah timur, seperti Sulawesi, Kalimantan, Sunda
Kecil, dan Maluku.
Di Jawa, Jepang mengatur penyelenggaraan pemerintah daerah dalam beberapa
bagian, dikenal dengan sebutan Syuu (tiga wilayah kekuasaan Jepang) dibagi
dalam Ken (kabupaten) dan Si (kota).

Orde Lama
Untuk menyusun kembali Pemerintahan Daerah di Indonesia, sementara
pemerintah mengeluarkan Penetapan Presiden No 6 Tahun 1959 dan Penetapan
Presiden tahun 1960.Peraturan tersebut mengatur tentang Pemerintahan Daerah.
Di Era Orde Lama, Indonesia hanya mengenal satu jenis daerah otonomi.
Daerah otonomi tersebut dibagi menjadi tiga tingkat daerah, yaitu: Kotaraya,
Kotamadya dan Kotapraja

Orde Baru
Pada era ini secara tegas menyebutkan ada dua tingkat daerah Otonom, yaitu
Daerah Tingkat I dan Darah Tingkat II. Selama Orde Baru berlangsung,
pemerintah pusat memperketat pengawasan atas pemerintah daerah sebagai
pengejawantahan dari pelaksanaan tanggung jawab pemerintah pusat.

Era Reformasi
Era awal reformasi pemerintah telah mengeluarkan dua kebijakan tentang
otonomi daerah, yaitu:
•UU No 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
•UU No 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Kuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah
Dalam perkembangannya, kebijakan otonomi melalui undang-undang tersebut
dinilai baik dari segi kebijakan maupun implementasinya.
Otonomi daerah di Era Reformasi menjadi jawaban dari persoalan otonomi
daerah di Era Orde Baru. Seperti masalah Desentralisasi Politik, Desentralisasi
Administrasif, dan Desentralisasi Ekonomi.
Undang-Undang Nomor berapa saja pada tahun tersebut diundangkan mengenai
Otonomi Daerah ?
1.UU No 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
2.UU No 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Kuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah
3.UU No 32 Tahun 2004

Isi pokok dari Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan


Daerah yaitu Bahwa untuk kesinambungan kepemimpinan di provinsi,
kabupaten/kota diperlukan mekanisme peralihan kepemimpinan daerah di masa
jabatannya yang demokratis untuk dapat menjamin pembangunan dan
pelayanan kepada masyarakat.

UU NOMOR 1 TAHUN 2015 – PENETAPAN PERPUU NO.1 TAHUN 2014


TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
MENJADI UNDANG-UNDANG – Badan Kepegawaian Negara.

3. Buatlah struktur pemerintahan Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia


berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku? Bagaimana menurut
saudara tentang pemilihan kepala Daerah secara langsung dipiliah oleh masyarakat
secara serentak di seluruh Indonesia baik pemilihan kepala Daerah tingkat satu
Gubernur maupun kepala daerah tingkat dua Bupati/Walikota! apakah pemilu Kada
secara langsung bukannya menghambur-hamburkan angaran Negara dan anggaran
Daerah jelaskan jawaban saudara secara singkat dan analisis beserta dasar hukumnya
• Sruktur pemerintahan Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku :

Bupati – DPR_______
|________________|
Sekretariat Dewan Sekretariat DPRD
|
Badan dan Dinas
|
Kantor, Kecamatan dan Desa
Untuk pemilihan anggota dewan memang di lakukan secara langsung sesuai
undamg undang .Bahwa anggaran yg digunakan sangat besar walau di lakukan
setiap 5 tahun sekali karena itullah negara demokrasi.

Pemilihan Kepala Daerah Menurut UU No.22 Tahun 2007, Pemilu Kepala


Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah Pemilu untuk memilih kepala daerah
dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

4. Pertimbangan apakah yang diberikan oleh pemerintah kepda Daerah yang akan
membentuk daerah atau pisah dari daerah Kabupaten/Kota atau Provinsi jelskan dan
sebutkan faktor-faktor pendukungnya?
• Faktor – faktor yang memengaruhi adanya pemisahan atau penggabungan:
1. adanya luas wilayah yg sulit di jangkau
2. Adanya jumlah penduduk perwilayah
3. Agar terjadi pemerataan pendapatan
4. Pembagian pemerintahan dari masing masing wilayah
5 . berpacu untuk meningkatkan pendapatan daerah
6. Lebih focus untuk membangun wilayah nya masing masing

Penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersanding/pemekaran


dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih. Sedangkan Pasal 1 Angka
7Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pembentukan,
Penghapusan, Dan Penggabungan Daerah (selanjutnya disebut PP No. 78 Tahun
2007) menentukan Bahwa pembentukan daerah adalah pemberian status pada
wilayah tertentu sebagai daerah provinsi atau daerah kabupaten/kota. Pasal 32
Ayat (1) UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014

Pasal 32 UU No. 23 Tahun 2014 menentukan bahwa pembentukan daerah


berupa pemekaran daerah dan penggabungan daerah. Berdasarkan ketentuan
pasal tersebut, maka dapat diketahui bahwa pembentukan daerah dapat
dilakukan dengan pembentukan daerah melalui pemekaran daerah, dan
pembentukan daerah melalui penggabungan daerah.

Berkaitan dengan pemekaran daerah, Pasal 33 Ayat (1) UU No. 23 Tahun 2014
menentukan bahwa pemekaran daerah berupa pemecahan daerah provinsi atau
daerah kabupaten/kota untuk menjadi 2 (dua) daerah atau lebih daerah baru atau
penggabungan bagian daerah dari daerah yang bersanding dalam 1(satu) daerah
provinsi menjadi satu daerah.
5. Buatkanlah secara analisis makalah saudara yang sudah dipresentasikan melalui daring
atau zoom
• Analisis Makalah
Judul : Pemilihan Kepala Daerah

Nama Penyusun Makalah : Devi Nurmala Sari, Salwa, Wullan dan Mariam

Tujuan Penulisan : Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada
mata kuliah hukum pemerintahan daerah dan ingin lebih mengetahui dan
mengkaji tentang hukum pemerinttahan daerah serta untuk mengetahui
pengertian dari pilkada, asas – asas pilkada di Indonesia, keunggulan dan
kelemahan pilkada dan untuk mengetahui bagaimana pemilihan kepala daerah
secara demokratis menurut pasal 18 ayat 4 UUD 1945.

Pemaknaan Singkat tentang Isi Makalah : Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah atau biasa disebut dengan Pilkada atau Pemilukada adalah
Pemilihan Umum untuk memilih pasangan calon Kepala Daerah yang diusulkan
oleh Partai Politik (Parpol) atau gabungan parpol dan perseorangan. Pilkada
(Pemilihan Kepala Daerah) merupakan sebuah pemilihan yang dilakukan secara
langsung oleh para penduduk daerah administratif setempat yang telah
memenuhi persyaratan.
Undang-undang pemilu era reformasi telah menetapkan secara
konsisten enam asas pemilu, yakni langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan
adil. Termasuk Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang pemilu
sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 1 angka 1 pasal 2 menetapkan hal
yang sama frasa langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil tanpa ditambah
dan dikurangi.
Dengan memahami jiwa yang terkandung dalam ketentuan Pasal 18 ayat
(4) UUD 1945 dan dihubungkan dengan pembahasan sebagaimana diuraikan di
atas, sesungguhnya dapat diketahui bahwa ketentuan Pasal 18 ayat (4) UUD
1945 sepanjang berkaitan dengan pemilihan kepala daerah tidaklah
menekankan pada “cara” pemilihan itu dilakukan, yaitu dengan sistem langsung
atau sistem perwakilan, namun yang menjadi penegasan dari ketentuan Pasal 18
ayat (4) UUD 1945 adalah “proses” pemilihan, yaitu bahwa pemilihan kepala
daerah harus dilakukan secara demokratis.
Penyimpulan ini didasarkan pada dua hal, yaitu: pertama, di Indonesia
dikenal dan diakui adanya daerah-daerah otonom yang bersifat khusus dan
istimewa yang diatur dalam UUD 1945. Kekhususan dan keistimewaan ini pada
pokoknya dapat pula diwujudkan dalam bentuk pemilihan kepala daerahnya,
misalnya dengan mekanisme pemilihan dengan sistem perwakilan. Kedua,
sebagaimana diketahui bahwa Pemerintah Republik Indonesia melalui
Kementerian Dalam Negeri menggagas kebijakan pemilihan gubernur dengan
sistem pemilihan melalui perwakilan oleh DPRD Provinsi.
Bahwa kebijakan politik pemerintah dan DPRD melalui Undangundang
Nomor 32 Tahun 2004 yang selanjutnya diubah dengan Undangundang Nomor
12 Tahun 2008 menentukan bahwa pemilihan kepala daerah adalah pemilihan
yang dilakukan secara langsung sesungguhnya harus dipandang sebagai politik
hukum pemilihan kepala daerah.

Anda mungkin juga menyukai