http://www.lexlibrum.id
p-issn: 2407-3849 e-issn: 2621-9867
available online at http://lexlibrum.id/index.php/lexlibrum/article/view/98/pdf
Volume 4 Nomor 1 Desember 2017 Page: 617 – 636
doi: http://doi.org/10.5281/zenodo.1257789
Abstrak
Penyelenggaraan pemerintahan otonomi daerah, keberhasilannya sangat tergantung pada niat baik
para penyelenggara negara, aparatur birokrasi di pusat maupun di daerah untuk bersama-sama men-
jaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menciptakan kesejahteraan rakyat dengan
cara yang demokratis. Antara para penyelenggara negara, yaitu antara pemerintah pusat dan peme-
rintah daerah memerlukan penyamakan persepsi terlebih dahulu tentang isi otonomi daerah yang
meliputi; kewenangan, aset, kelembagaan, personil, keuangan, unsur perwakilan (DPRD) dan ma-
najemen pelayanan publik. Dalam implimentasi kebijakan guna mewujudkan kesejahteraan masya-
rakat antara lait terkait di bidang Pendidikan, Kesehatan dan Ketenagakerjaan, tidak semata-mata
didasarkan atas pendekatan pembagian kekuasaan yang cenderung dimaknai kedaulatan, akan tetapi
harus diperhatikan dan dipahami melalui pendekatan kesejahteraan untuk rakyat daerah dan sema-
kin baiknya penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan di daerah serta dalam mendukung integri-
tas dan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Abstract
Implementation of regional autonomy government, its success depends very much on the good
intentions of state organizers, bureaucratic apparatus at the central and regional levels to jointly
maintain the unity of the Unitary State of the Republic of Indonesia and create the welfare of the
people in a democratic way. Between state organizers, ie between the central government and local
governments requires prior perception tapping on the content of regional autonomy that includes;
Authority, assets, institutions, personnel, finance, representatives (DPRD) and public service mana-
gement. In the implementation of policy to realize the welfare of society in the field of Education,
Health and Employment, is not solely based on the power-sharing approach that tends to be inter-
preted sovereignty, but must be considered and understood through welfare approach for the
people of the region and the better the implementation of government functions in Regions and in
supporting the integrity and existence of the Unitary State of the Republic of Indonesia.
617
Jurnal Lex Librum, Vol. IV, No. 1, Desember 2017, hal. 617 - 636
kemudian diganti dengan Undang-Undang Re- kepala daerah dan wakil kepala daerah, daftar
publik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemilih dan larangan golongan putih (Golput),
Pemerintahan Daerah, pada dasarnya dituntut dan beberapa ketentuan terkait lainnya.
untuk bergerak lebih cepat, lebih kreatif dan Berdasarkan perubahan kedua ini pula se-
inovatif, serta lebih mengutamakan nilai-nilai makin memperkuat sentralisasi kekuasaan seca-
keadilan di masyarakat. Nilai-nilai keadilan ini- ra umum akan dipindahkan dari pusat kepada
lah yang seringkali berhadapan dengan hukum daerah melalui kabupaten/kota dan sebagian ke-
yang berlaku pada suatu tempat dan masa ter- pada pemerintah provinsi. Kabupaten/kota me-
tentu, sehingga dengan sifatnya, maka khusus- nyelenggarakan otonomi daerah yang luas dan
nya Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah bahkan terdapat kewenangan pemerintah yang
Kabupaten dan Kota dalam menyelenggarakan wajib dilaksanakan oleh kabupaten/kota dan di-
pemerintahan otonomi daerah wajib mengede- laksanakan secara penuh, di samping menye-
pankan prinsip keadilan guna mensejahterakan lenggarakan kewenangan yang diturunkan dari
masyarakatnya. pusat atau dikenal dengan kewenangan dekon-
Penyelenggaraan Pemerintah daerah me- sentrasi.
rupakan akibat hukum dari sistem Pemerintahan Di dalam perkembangannya, dengan diun-
yang menganut Asas Desentralisasi, yang dalam dangkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun
implimentasi berdasarkan undang-undang pula 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 1 bu-
pada tiap-tiap pemerintahan di Daerah kemudi- tir 2 disebutkan; Pemerintahan Daerah adalah
an terbagi perangkat Pemerintah Daerah dan Pe- penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pe-
merintah Pusat. Perangkat Daerah akan melak- merintah daerah dan dewan perwakilan rakyat
sanakan urusan-urusan Daerah sendiri, serta u- daerah menurut asas otonomi dan tugas pem-
rusan pelimpahan kewenangan (seperti penye- bantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
lenggaran Pilkada, mengatur hubungan Ekseku- dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Re-
tif dan Legislatif). Sedangkan Perangkat Peme- publik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
rintah Pusat di daerah tetap melaksanakan uru- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indo-
san pemerintah Pusat yang tidak diserahkan ke nesia Tahun 1945. Kemudian pada butir 3 dise-
pemerintah daerah, agar urusan-urusan butkan; Pemerintah Daerah adalah kepala dae-
Pemerin-tah dapat berjalan secara efektif dan rah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
efisien da-lam rangka penyelenggaraannya. Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pe-
Sementara itu, otonomi daerah pasca re- merintahan yang menjadi kewenangan daerah
formasi sejak tahun 1999 melalui Undang-Un- otonom.
dang Nomor 22 Tahun 1999 dan melalui Un- Konstruksi penyelenggaraan pemerintah
dang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang daerah dan otonomi daerah di Indonesia pada
Pemerintah Daerah. Selanjutnya melalui Un- dasarnya diatur dalam Undang-Undang Dasar
dang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang 1945 di Bab VI Pasal 18, 18A dan 18 B, yang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor selengkapnya berbunyi sebagai berikut;
1
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 18;
mempertegas beberapa hal terkait tugas kepala (1) Negara Kesatuan Republik Indonesia di-
daerah, tugas dan wewenang DPRD, pemilihan bagi atas daerah-daerah provinsi dan da-
erah provinsi itu dibagi atas kabupaten
1 dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabu-
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Peme- paten, dan kota itu mempunyai pemerin-
rintah Daerah telah mengalami dua kali perubahan: (1)
Perubahan pertama dengan Undang-Undang Nomor 8 tahan daerah, yang diatur dengan undang
Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah -undang.’’
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang (2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 kabupaten, dan kota mengatur dan me-
tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang,
dan (2) perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor ngurus sendiri urusan pemerintahan me-
12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- nurut asas otonomi dan tugas pembantu-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan an.’’
Daerah.
618
Penyelenggaraan Otonomi Daerah … Edgar Rangkasa
(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah otonomi daerah dimaksudkan guna mendekat-
kabupaten, dan kota memiliki Dewan kan pelayanan pemerintah kepada masyarakat
Perwakilan Rakyat Daerah yang anggo- karena sebelumnya Indonesia terkungkung oleh
ta-anggotanya dipilih melalui pemilihan sistem sentralistik. Namun, harapan itu perlu di-
umum. ukur melalui mekanisme kinerja penyelenggara-
(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing- an pemerintahan daerah yang langsung menyen-
masing sebagai kepala pemerintah dae- tuh kebutuhan dasar masyarakat. Dalam hal ini,
rah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih kinerja penyelenggaraan pemerintahan diukur
secara demokratis. melalui beberapa hal, yakni bidang kesehatan,
(5) Pemerintahan daerah menjalankan oto- pendidikan dan lapangan kerja, infrastruktur dan
nomi seluas-luasnya, kecuali urusan pe- lain sebagainya. Dalam penyelenggaraan peme-
merintahan yang oleh undang-undang di- rintahan daerah, APBD merupakan salah satu
tentukan sebagai urusan Pemerintah Pu- tolok ukur untuk melihat bagaimana keberpiha-
sat.’’ kan pemerintah daerah terhadap kesejahteraan
(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan rakyat.
peraturan daerah dan peraturan-peratu- Oleh karena itu, seluas apa pun otonomi
ran lain untuk melaksanakan otonomi yang diberikan kepada Daerah, tanggung jawab
dan tugas pembantuan.’’ akhir penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan akan tetap ada ditangan Pemerintah Pusat. Un-
pemerintahan daerah diatur dalam un- tuk itu Pemerintahan Daerah pada negara kesa-
dang-undang. tuan merupakan satu kesatuan dengan Pemerin-
Pasal 18A; tahan Nasional. Sejalan dengan itu, penyeleng-
(1) Hubungan wewenang antara pemerintah garaan yang dibuat dan dilaksanakan oleh Dae-
pusat dan pemerintahan daerah provinsi, rah merupakan bagian integral dari kebijakan
kabupaten, dan kota, atau antara provinsi nasional. Pembedanya adalah terletak pada ba-
dan kabupaten dan kota, diatur dengan gaimana memanfaatkan kearifan, potensi, ino-
undang-undang dengan memperhatikan vasi, daya saing, dan kreativitas Daerah untuk
kekhususan dan keragaman daerah.’’ mencapai tujuan nasional tersebut di tingkat
(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, lokal yang pada gilirannya akan mendukung
pemanfaatan sumber daya alam dan pencapaian tujuan nasional secara keseluruhan.
sumber daya lainnya antara pemerintah
pusat dan pemerintahan daerah diatur B. Pemerintahan Otonomi Daerah
dan dilaksanakan secara adil dan selaras Memcermati landasan konstruksi penye-
berdasarkan undang-undang.’’ lenggaraan pemerintahan daerah sebagai dimak-
Pasal 18B; sud Pasal 18, Pasal 18 A dan Pasal 18 B, UUD
(1) Negara mengakui dan menghormati sa- 1945 tersebut;
tuan-satuan pemerintahan daerah yang “Maka untuk penyelenggaraan pemerinta-
bersifat khusus atau bersifat istimewa han dalam Negara kesatuan Indonesia di-
yang diatur dengan undang-undang.’’ bagi atas daerah-daerah provinsi, dan pro-
(2) Negara mengakui dan menghormati ke- vinsi dibagi lagi menjadi daerah-daerah
satuan-kesatuan masyarakat hukum adat kabupaten dan kota merupakan pemerin-
beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang tah daerah yang diberi kewenangan meng-
masih hidup dan sesuai dengan perkem- atur dan mengurus sendiri urusan peme-
bangan masyarakat dan prinsip Negara rintahan yang berdasarkan pada asas oto-
Kesatuan Republik Indonesia, yang dia- nomi luas, nyata dan bertanggungja-
2 3
tur dalam undang-undang. wab”.
619
Jurnal Lex Librum, Vol. IV, No. 1, Desember 2017, hal. 617 - 636
Menindaklanjuti terwujudnya penyeleng- sip negara kesatuan. Dalam negara kesatuan ke-
garaan pemerintahan yang dinamis dan terukur daulatan hanya ada pada pemerintahan negara
guna mewujudkan kemakmuran dan kesejahte- atau pemerintahan nasional dan tidak ada keda-
raan rakyat, sejak era reformasi tersebut, Negara ulatan pada Daerah.
menserasikan landasan hukum dalam penye- Daerah sebagai satu kesatuan masyarakat
lenggaraan pemerintahan daerah yang otonom, hukum yang mempunyai otonomi berwenang
hingga akhirnya diundangkan Undang-Undang mengatur dan mengurus Daerahnya sesuai aspi-
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 ten- rasi dan kepentingan masyarakatnya sepanjang
tang Pemeritahan Daerah, yang antara lain me- tidak bertentangan dengan tatanan hukum nasio-
negaskan secara difinitif melalui Pasal 1 butir 2 nal dan kepentingan umum. Dalam rangka
yang menyebutkan bahwa; Pemerintahan Dae- memberikan ruang yang lebih luas kepada Dae-
rah adalah penyelenggaraan urusan pemerinta- rah untuk mengatur dan mengurus kehidupan
han oleh pemerintah daerah dan dewan perwa- warganya maka Pemerintah Pusat dalam mem-
kilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan bentuk kebijakan harus memperhatikan kearifan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi se- lokal dan sebaliknya Daerah ketika membentuk
luas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara kebijakan Daerah baik dalam bentuk Perda mau
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana di- pun kebijakan lainnya hendaknya juga memper-
maksud dalam Undang-Undang Dasar Negara hatikan kepentingan nasional. Dengan demikian
Republik Indonesia Tahun 1945. Kemudian pa- akan tercipta keseimbangan antara kepentingan
da Pasal 1 butir 3 disebutkan; Pemerintah Dae- nasional yang sinergis dan tetap memperhatikan
rah adalah kepala daerah sebagai unsur penye- kondisi, kekhasan, dan kearifan lokal dalam pe-
lenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin nyelenggaraan pemerintahan secara keseluru-
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi han. Pada hakikatnya Otonomi Daerah diberi-
4
kewenangan daerah otonom. Dalam UUD 1945 kan kepada rakyat sebagai satu kesatuan masya-
terdapat dua nilai dasar yang dikembangkan rakat hukum yang diberi kewenangan untuk me-
yakni nilai unitaris dan nilai desentralisasi. Nilai ngatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerinta-
dasar unitaris diwujudkan dalam pandangan han yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepa-
bahwa Indonesia tidak akan mempunyai kesatu- da Daerah dan dalam pelaksanaannya dilakukan
an pemerintahan lain di dalamnya yang bersifat oleh kepala daerah dan DPRD dengan dibantu
Negara. Artinya kedaulatan yang melekat pada oleh Perangkat Daerah. Urusan Pemerintahan
rakyat, bangsa dan Negara Republik Indonesia yang diserahkan ke Daerah berasal dari kekua-
tidak akan terbagi di dalam kesatuan pemerinta- saan pemerintahan yang ada ditangan Presiden.
5 Konsekuensi dari negara kesatuan adalah tang-
han lokal maupun regional. Berdasarkan penje-
lasan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 gung jawab akhir pemerintahan ada ditangan
tentang Pemerintahan Daerah, bahwa pemberian Presiden.
otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah di- Agar pelaksanaan Urusan Pemerintahan
arahkan untuk mempercepat terwujudnya kese- yang diserahkan ke Daerah berjalan sesuai de-
jahteraan masyarakat melalui peningkatan pela- ngan kebijakan nasional maka Presiden berke-
yanan, pemberdayaan, dan peran serta masyara- wajiban untuk melakukan pembinaan dan pe-
kat. Di samping itu melalui otonomi luas, dalam ngawasan terhadap penyelenggaraan Pemerinta-
lingkungan strategis globalisasi, Daerah diha- han Daerah. Presiden sebagai pemegang kekua-
rapkan mampu meningkatkan daya saing de- saan pemerintahan dibantu oleh menteri negara
ngan memperhatikan prinsip demokrasi, peme- dan setiap menteri bertanggung atas Urusan Pe-
rataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan merintahan tertentu dalam pemerintahan. Seba-
serta potensi dan keanekaragaman Daerah da- gian Urusan Pemerintahan yang menjadi tang-
lam sistem Negara Kesatuan Republik Indone- gung jawab menteri tersebut yang sesungguhnya
sia. Pemberian otonomi yang seluas-seluasnya diotonomikan ke Daerah.
kepada Daerah dilaksanakan berdasarkan prin- Konsekuensi menteri sebagai pembantu
Presiden adalah kewajiban menteri atas nama
4
5
UUD 1945, Pasal 1 Butir 2 dan butir 3. Presiden untuk melakukan pembinaan dan peng-
Zudan Arif Fakrulloh, Op.cit, hal 77.
620
Penyelenggaraan Otonomi Daerah … Edgar Rangkasa
awasan agar penyelenggaraan Pemerintahan Da- 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
erah berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
perundang-undangan. Agar tercipta sinergi anta-ra Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No-
Pemerintah Pusat dan Daerah, kementerian/ mor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Dae-
lembaga pemerintah nonkementerian berkewaji- rah.
ban membuat norma, standar, prosedur, dan kri- Dalam negara yang menggunakan prinsip
teria (NSPK) untuk dijadikan pedoman bagi desentralisasi, implimentasi dari pembangunan
Daerah dalam menyelenggarakan Urusan Peme- daerah, secara teoretis, desentralisasi menjanji-
rintahan yang diserahkan ke Daerah dan menja-di kan banyak hal bagi kemajuan daerah dan kese-
pedoman bagi kementerian/lembaga pemerin-tah jahteraan masyarakat pada tingkat lokal. Berda-
nonkementerian untuk melakukan pembina-an sarkan pemahaman itu, maka desentralisasi dan
dan pengawasan. Presiden melimpahkan ke- otonomi daerah memberikan kesempatan yang
wenangan kepada Menteri sebagai koordinator sangat besar kepada pemerintah dan masyarakat
pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh daerah untuk mengatur dan melayani pemenu-
kementerian/lembaga pemerintah nonke- han kebutuhan mereka dalam rangka hidup ber-
menterian terhadap penyelenggaraan Pemerinta- masyarakat.
han Daerah. Desentralisasi dan otonomi daerah mem-
Kementerian/lembaga pemerintah non-ke- punyai makna besar bagi kepentingan masyara-
menterian melakukan pembinaan dan pengawa- kat daerah untuk menjadi pengambil manfaat
san yang bersifat teknis, sedangkan Kementeri- dari setiap pengaturan dan pelayanan pemerinta-
an melaksanakan pembinaan dan pengawasan han. Pandangan ini menyiratkan suatu keharu-
yang bersifat umum. Mekanisme tersebut diha- san bahwa dengan otonomi daerah, kepentingan,
rapkan mampu menciptakan harmonisasi antar kebutuhan, dan kondisi masyarakat merupakan
kementerian/lembaga pemerintah non-kemente- inspirasi utama dalam setiap langkah kegiatan
rian dalam melakukan pembinaan dan pengawa- pemerintah daerah. Artinya setidak-tidaknya ada
san penyelenggaraan Pemerintahan Daerah se- tiga aspek penting yang tidak boleh diabaikan
cara keseluruhan. oleh pemerintahan daerah dalam berproses seba-
Realitas penyelenggaraan Otonomi Dae- gai kepanjangan tangan pemerintahan nasional
rah di Indonesia, dinamikanya relatif tinggi dan maupun daerah, yaitu harus mewujudkan hara-
telah berkali-kali terjadi perubahan peraturan pan masyarakat, menuntaskan masalah yang di-
perundang-undangan yang menjadi basis legali- hadapi masyarakat, dan meningkatkan sumber
7
tasnya. Perubahan tersebut dipengaruhi adanya daya yang dimiliki oleh masyarakat.
setiap peraturan perundang-undangan memuat Penyelenggaraan Pemerintah daerah me-
konsep otonomi daerah yang berbeda-beda se- rupakan akibat hukum dari sistem Pemerintahan
suai dengan dinamika sosial, politik, budaya yang menganut asas Desentralisasi, yang dalam
6
dan ekonomi yang terjadi pada masa itu. implimentasi berdasarkan undang-undang pula
Di dalam sejarah penyelenggaraan peme- pada tiap-tiap pemerintahan di Daerah kemudi-
rintah, sejak Indonesia merdeka telah lahir bebe- an terbagi perangkat Pemerintah Daerah dan Pe-
8
rapa peraturan yang digunakan sebagai dasar merintah Pusat. Perangkat Daerah akan melak-
pelaksanaan otonomi daerah. Peraturan perun- sanakan urusan-urusan Daerah sendiri, serta
dang-undangan tersebut adalah Undang-undang urusan pelimpahan kewenangan (seperti penye-
Nomor 1 Tahun 1945, Undang-undang Nomor lenggaran Pilkada, mengatur hubungan Ekseku-
22 Tahun 1948, Undang-undang Nomor 1 Ta- tif dan Legislatif). Sedangkan Perangkat Peme-
hun 1957, Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun rintah Pusat di daerah tetap melaksanakan uru-
1959, Undang-undang Nomor 18 tahun 1965, san pemerintah Pusat yang tidak diserahkan ke
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1999, Undang-undang 7
Zudan Arif Fakrulloh, Ilmu Lembaga dan Pranata Hu-
Nomor 32 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor kum (Sebuah Pencarian), Jakarta: Rajagrafindo, 2011, hal
91
6 8
Iwan Haryono Subroto, Hukum Tata Pemerintahan, In- Hermina Yuniarto, Penyelenggaraan Pemerintahan
termasa, Jakarta, 2007, hal 95. Otonomi Daerah, Pamator Press, Jakarta, 2008, hal 149.
621
Jurnal Lex Librum, Vol. IV, No. 1, Desember 2017, hal. 617 - 636
622
Penyelenggaraan Otonomi Daerah … Edgar Rangkasa
desentralisasi teritorial dan fungsional secara nempatkan peran Negara tidak hanya terbatas
terbatas serta desentralisasi administratif sepe- sebagai penjaga ketertiban semata seperti halnya
nuhnya. dalam konsep “nachtwakerstaat”, akan tetapi
Tugas pembantuan sesungguhnya merupa- Negara juga dimungkinkan untuk ikut serta da-
kan bagian dari konsep desentralisasi yang men- lam kegiatan ekonomi sebagai penyelenggara
jadi terminal awal menuju penyerahan urusan dan 13
kesejahteraan masyarakat. Tujuan Negara da-
kewenangan secara penuh menjadi urusan lam konsep Negara hukum kesejahteraan (wel-
otonomi daerah. Pemahaman yang demikian cu- fare state) tidak lain adalah, untuk mewujudkan
kup berbeda dengan rumusan Pasal 1 angka 9 kesejahteraan setiap warga negaranya. Berdasar-
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 kan tujuan Negara tersebut, maka Negara diha-
Tahun 2004, karena tidak menentukan secara ruskan untuk ikut serta dalam segala aspek kehi-
tegas suatu urusan yang ditugaskan akan dite- dupan sosial masyarakat. Hal tersebut sesuai pu-
12
tapkan menjadi urusan otonomi daerah. la dengan ide dasar tentang tujuan Negara seba-
Konseptual yang perlu dijelaskan dalam gaimana telah digariskan di dalam Pembukaan
penelitian ini adalah Otonomi daerah adalah UUD 1945, maupun prinsip Negara hukum da-
hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom lam bagian penjelasan UUD 1945, di mana dite-
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan rima pula konsep Negara kesejahteraan dan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat se- prinsip Negara hukum yang keduanya dilandas-
tempat sesuai dengan peraturan perundang-un- kan kepada Pancasila sebagai dasar bernegara.
dangan. Dalam penyelenggaraan pemerintahan, Negara kesejahteraan merupakan bentuk peme-
daerah otonom mempunyai hak dan kewajiban. rintahan demokratis yang menegaskan bahwa
Hak-hak daerah otonom adalah mengatur dan negara bertanggung jawab terhadap kesejahtera-
mengurus sendiri urusan pemerintahannya; me- an rakyat yang minimal, bahwa pemerintah ha-
milih pimpinan daerah; mengelola aparatur dae- rus mengatur pembagian kekayaan negara agar
rah; mengelola kekayaan daerah; memungut pa- tidak ada rakyat yang kelaparan, tidak ada rak-
jak daerah dan retribusi daerah; mendapatkan yat yang menemui ajalnya karena tidak dapat
bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam membayar biaya rumah sakit. Negara kesejahte-
dan sumber daya lainnya yang berada di daerah; raan mengandung unsur sosialisme, mementing-
mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain kan kesejahteraan di bidang politik maupun di
yang sah; dan mendapatkan hak lainnya yang bidang ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa
diatur dalam peraturan perundang-undangan. negara kesejahteraan mengandung asas kebeba-
Kewajiban daerah otonom adalah melindungi san (liberty), asas kesetaraan hak (equality),
masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan maupun asas persahabatan (fraternity) atau ke-
kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Ke- bersamaan (mutuality). Asas persahabatan atau
satuan Republik Indonesia; meningkatkan kuali- kebersamaan dapat disamakan dengan asas ke-
14
tas kehidupan masyarakat; mengembangkan ke- keluargaan atau gotong-royong.
hidupan demokrasi; mewujudkan keadilan dan Konsepsi welfare state, pemerintah diberi
pemerataan; meningkatkan pelayanan dasar kewajiban untuk mewujudkan kesejahteraan
pendidikan; menyediakan fasilitas pelayanan umum, yang untuk itu kepada pemerintah dibe-
kesehatan; menyediakan fasilitas sosial dan fasi- rikan kewenangan untuk campur tangan dalam
litas umum yang layak; mengembangkan sistem segala lapangan kehidupan masyarakat. Artinya
jaminan sosial; menyusun perencanaan dan tata pemerintah dituntut untuk bertindak aktif di te-
ruang daerah; mengembangkan sumber daya ngah kehidupan masyarakat.
produktif di daerah; melestarikan lingkungan hi-
dup; mengelola administrasi kependudukan;
melestarikan nilai sosial budaya; membentuk 13
dan menerapkan. Mustamin Ramli, Selayang Pandang (Tentang) Per-
kembangan Tipe-Tipe Negara Modern, Surabaya: Dhar-
Konsep Negara kesejahteraan adalah, me- mawangsa Press, 2001, hal 15.
14
Kusuma, RMAB, dalam Negara Kesejahteraan Dan
12 Jaminan Sosial, Jurnal Konstitusi, Mahkamah Konstitusi,
Bagir Manan, ibid, hal. 23. Vol. 3, Februari 2006, hal.12.
623
Jurnal Lex Librum, Vol. IV, No. 1, Desember 2017, hal. 617 - 636
Upaya pemerintah dalam rangka mewu- torial, sedangkan pada Pasal 1 angka 7 Undang-
judkan kesejahteraan rakyatnya, maka ditempuh undang Nomor 32 Tahun 2004, desentralisasi
berbagai cara dengan melihat potensi-potensi diartikan dengan desentralisasi teritorial dan de-
yang dimilikinya. Secara makro potensi-potensi sentralisasi fungsional. Selanjutnya berdasarkan
itu akan dilihat pengembangan dan pengaruhnya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
secara signifikan terhadap peningkatan kesejah- Pemerintah Daerah, Pasal 1 butir 8, Desentrali-
teraan rakyatnya, baik dari aspek politik, ekono- sasi adalah penyerahan Urusan Pemerintahan
mi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan mau- oleh Pemerintah Pusat kepada 16
daerah otonom
pun aspek hukum/ pengaturannya. berdasarkan Asas Otonomi.
15
Menurut Van der Pot, desentralisasi se- Hingga saat ini, tujuan otonomi daerah se-
bagai asas penyelenggaraan pemerintah negara penuhnya belum tercapai, mengingat dinamika
kesatuan adalah dalam arti desentralisasi terto- perkembangan dan tuntutan kebutuhan masyara-
rial dan desentralisasi fungsional. Desentralisasi kat semakin meningkat. Dinamika tersebut perlu
tertorial menjelma dalam bentuk badan yang di- didukung mesin birokrasi yang tangguh agar
dasarkan pada wilayah dan berbentuk otonom, kendala penyelenggaraan pemerintahan teratasi
sedangkan desentralisasi fungsional menjelma sehingga berdampak pada kesejahteraan. Meme-
dalam bentuk badan-badan yang didasarkan pa- takan kendala tersebut sangat penting bagi pe-
da tujuan tertentu. Otonomi daerah mengandung merintah daerah agar tujuan otonomi daerah un-
arti kemandirian untuk mengatur dan mengurus tuk meningkatkan kesejahteraan rakyat terwu-
rumah tangganya sendiri, sedangkan tugas pem- jud. Berdasarkan UUD 1945 hasil amandeman,
bantuan adalah tugas yang bersifat membantu kewajiban negara atas kesejahteraan sosial lebih
17
apabila diperlukan. dipertegas dan dipertajam. Demikian pula me-
Selain itu, desentralisasi dibedakan pula lalui Legislasi otonomi daerah, konstelasi kewa-
dalam bentuk desentralisasi teritorial, fungsio- jiban negara yang diperankan oleh pemerintah
nal, dan administratif. Desentralisasi teritorial pusat, mengalami rekonstruksi melalui desentra-
dan fungsional pengertiannya tidak berbeda se- lisasi wewenang kepada Pemerintah Daerah, se-
bagaimana yang dikemukakan Van der Pot, se- hingga kewajiban untuk merealisasikan kesejah-
dangkan desentralisasi administratif terjadi apa- teraan sosial yang sebelumnya berpola sentral di
bila pemerintah melimpahkan sebagian dari we- Pemerintah Pusat, dengan demikian mengalami
wenangnya kepada alat perlengkapan atau organ desentralisasi ke Daerah.
pemerintah sendiri di daerah, yaitu pejabat pe- Dalam penyelenggaraan ototnomi daerah
merintah yang ada di daerah untuk dilaksana- yang terfokus pada kesejahteraan rakyat, gaga-
kan. Desentralisasi merupakan bentuk dari susu- san tersebut tentu memerlukan waktu yang pan-
nan organisasi negara yang terdiri atas satuan- jang. Meskipun demikian, untuk mewujudkan
satuan pemerintah dan satuan-satuan pemerinta- hal tersebut diperlukan skala prioritas yang se-
han yang lebih rendah yang dibentuk baik ber- suai dengan kebutuhan masyarakat secara lang-
dasarkan teritorial atau fungsi pemerintahan ter- sung, yang menjadi landasan hukum pembaha-
tentu. Kesatuan pemerintahan yang lebih rendah san serta kajiannya yakni terkait, berdasarkan
tersebut melaksanakan sebagian dari urusan pe- Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
merintahan negara. Pemerintah Daerah, Pasal 9 - Pasal 12, dapat di-
Berdasarkan beberapa difinisi operasional simpulkan mengklasifikasikan urusan pemerin-
yang dituangkan dalam beberapa peraturan per- tahan terdiri dari 3 urusan yakni urusan peme-
undangan disebutkan, desentralisasi berdasarkan rintahan absolut, urusan pemerintahan konku-
18
Pasal 18 Undang-undang Dasar Tahun 1945 ren, dan urusan pemerintahan umum.
yang dinormativisasi dalam Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1974 pada Pasal 1 huruf b, de- 16
sentralisasi diartikan sebagai desentralisasi teri- Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintah Daerah, Pasal 1 butir 8.
17
UUD 1945 Amandemen, Pasal 27,28 H ayat (1), serta
15
Bagir Manan dalam Hubungan Antara Pusat dan Pasal 34.
18
Daerah Menurut UUD 1945, Pustaka Sinar Harapan, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Jakarta, 1994:24. Pemerintah Daerah, Pasal 9- Pasal 12.
624
Penyelenggaraan Otonomi Daerah … Edgar Rangkasa
625
Jurnal Lex Librum, Vol. IV, No. 1, Desember 2017, hal. 617 - 636
oleh keinginan untuk melakukan pengawasan Fungsi negara semacam itulah yang men-
yang ketat terhadap pemerintahan yang dibentuk jadi keharusan bagi peran kontekstual negara-
pasca revolusi Perancis, maka perlu dilakukan negara modern. Mengutip Hall, Spicker menya-
23
pemisahan kekuasaan secara tegas, agar dapat takan bahwa:
terbentuk adanya checks and balances dalam the distinguishing characteristic of Welfare
penyelenggaraan pemerintahan. John Locke State is the assumption by the community,
(1632 - 1704) dalam karya ilmiahnya Two Trea- acting through the State, of the responsi-
tises on Civil Government (1690) antara lain bility for providing the means whereby all
menyatakan perlunya adanya pembagian kekua- its members can reach minimum standards
saan atas kekuasaan pembentuk undang-undang of health, economic security and civilised
(legislatif), kekuasaan pelaksana undang-un-dang, living, and can share according to their
dan kekuasaan federatif. capacityin its social and cultural heritage':
Paham negara kesejahteraan memperke- Lebih lanjut, Spicker menyatakan bahwa "
nalkan konsep mengenai peranan negara yang ...the establishment of minimum standards
lebih luas. Pemerintah suatu negara hukum mo- is not enough. The existence of a minimum
dern bertugas menjaga keamanan dalam arti kata only suggests that a safety not exists for
seluas-luasnya, yaitu keamanan dalam arti kata anyone who falls below certain level - a
seluas-luasnya, yaitu keamanan sosial di segala residual concept of welfare - and promise
lapangan masyarakat. Dalam suatu "welfare sta- three ways in which the welfare state ,
te' masa ekonomi liberal telah lampau, dan eko- effects social realtionships: first by guaran-
nomi liberal itu telah diganti oleh suatu ekonomi teeing individuals and families a minimum
yang lebih dipimpin oleh pusat (centraal geleide income irrespective of the market value of
economie). "Staatsonthouding" telah diganti oleh their work, or their property. Second by
"Staatsbemoeienis", "pemisahan antara ne-gara narrowing the extent of insecurity by
dan masyarakat" ditinggalkan. enabling individuals and families to meet
Istilah welfare state dipersamakan dengan certain 'social contigencies' (for example
the caring state oleh van Caenegem. Makna wel- sickness, old age and unemployment) which
fare state tersebut dikatakan oleh Caenegem: lead otherwise to individual or family cri-
The caring state' or welfare state does not sis, and third, by ensuring that all citizens
see its only role in creation of a legal fra- without distinction of status or class are
mework for flourishing laissez-faire, but offered the best standards available in
wants to intervene in economic life, create relation to a certain agreed range of social
or at least stimulate prosperity, distribute services.
equally and provide for everyone an exis-
tence that is not only legally but also eco- Pergeseran konsep tersebut mengubah pe-
nomically safe. It is, however, clear that if ran sosial pemerintah yang semula sekedar sub-
the state is supposed to look after every- ordinat terhadap legislasi parlemen, menjadi
thing and everyone, everybody will come to ber-peran aktif untuk mampu mengatur
depend on the state and its political and kehidupan sosial kemasyarakatan melalui
22 kebijakan regu-lasi operasional dan berbagai
bureaucrati elites.
diskresi untuk tu-juan mencegah menajamnya
Berkaitan dengan negara kesejahteraan, kesenjangan sosial serta mengupayakan
Spicker menyatakan bahwa welfare state ada- tewujudnya social welfa-re.
lah "a state which benefits its citizen in accor- Berkaitan dengan konsep negara kesejah-
dance with certain set of principles, from crad- teraan yang merupakan revisi dari konsep nega-
dle to grave”. 24
ra pasif, Asshiddiqie menguraikan: Dalam
23
Ibid, hal 98
22 24
Donald Morton, The Politics of Queer Theory in The Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam
Post Modern Moment, New York: McGraw-Hill, 1996, Konstitusi Dan Pelaksanaannya di Indonesia - Pergeseran
hal (p). 90. Keseimbangan antara lndividualisme dan Kolektivisme
626
Penyelenggaraan Otonomi Daerah … Edgar Rangkasa
konsep negara kesejahteraan ini, negara dituntut jahteraan memiliki enam tujuan dasar, yakni:
untuk memperluas tanggung jawabnya kepada pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja yang cu-
masalah-masalah sosial ekonomi yang dihadapi kup, stabilitas harga, pembangunan dan ekspan-
rakyat banyak. Perkembangan inilah yang mem- si sistem jaminan sosial serta peningkatan kon-
berikan legalisasi bagi 'negara intervensionis' disi kerja, distribusi modal dan kesejahteraan
abad ke-20. Negara justru perlu dan bahkan harus yang seluas mungkin, dan promosi terhadap ke-
melakukan intervensi dalam berbaga masalah so- pentingan dan kelompok sosial dan ekonomi
sial dan ekonomi untuk menjamin terciptanya ke- yang berbeda-beda.
sejahteraan bersama dalam masyarakat. Untuk kepentingan analisis, konsep nega-
Konsep negara kesejahteraan seringkali ra kesejahteraan lebih ditekankan pada aspek
dipersepsikan berbeda-beda, tergantung dari su- sistim jaminan sosial. Sistim jaminan sosial pa-
dut pandang dari sesorang yang tengah mem- da suatu negara sering kali dituangkan dalam
perbincangkannya. Ada yang mempersepsikan wujud legislasi dan kebijakan sosial. Tak dapat
dari spectrum ekonomi (seperti Nicholas disangkal bahwa bahwa konsep negara kesejah-
25 26
Bar), politik (Briggs), Ideolgi terhadap teraan tidak identik dengan kebijakan sosial, te-
pandangan-pandangan itu, terdapat elemen- tapi sebuah negara yang disebut mengusung
elemen dasar yang dapat mempertautkan konsep negara kesejahteraan tidak akan bermak-
gagasan yang multi-persepesi tersebut, hingga na jika tidak terdapat sistim jaminan sosial di
membentuk pemaha-man awal atas pengenalan dalam legislasi dan kebijakan sosialnya.
konsep negara kese-jahteraan.
Elemen-elemen itu adalah negara (peme- D. Penyelenggaraan Pemerintahan Otonomi
rintah), pasar dan masyarakat. Jika elemen-ele- Daerah Guna Meningkatkan Kesejahte-
men dasar itu dielaborasi dan dikonstruksi, ma- raan Masyarakat
ka membentuk wujud dasar untuk mengenal Penyelenggaraan pemerintahan berdasar-
konsep negara kesejahteraan, yaitu suatu kon- kan konstitusi maupun penyelenggaraan peme-
sep yang mendudukan peran pemerintah secara rintahan berdasarkan peraturan perundang-unda-
terukur dan berkomitmen terhadap persamaan ngan, hal tersebut merupakan salah satu ciri dari
sosial dan keadilan dengan mengacu pada tiga negara hukum memerlukan beberapa bentuk pe-
prinsip berikut ini: raturan perundang-undangan. Hal ini karena
a. Perbaikan dan pencegahan terhadap yang ditetapkan dalam konstitusi yaitu Undang-
efek-efek yang merugikan fungsi ekono- Undang Dasar 1945 tersirat tidak akan dapat di-
mi pasar, khususnya yang merugikan ba- laksanakan tanpa adanya peraturan pelaksanaan-
gi kesejahteraan pihak yang secara eko- nya, termasuk dalam penyelenggaraan pemerin-
nomi dan sosial dianggap kurang mam- tahan daerah yang pelaksanaannya memerlukan
pu; bentuk peraturan perundang-undangan lainnya.
b. Distribusi kekayaan dan kesempatan ba-
gi semuanya secara adil dan merata; dan 1. Kajian Aspek Filosofis Pelaksanaan Oto-
c. Promosi terhadap kesejahteraan sosial nomi Daerah
dan sistem jaminan bagi yang kurang Pada periode Orde Reformasi, yang ditan-
agar mampu memperoleh manfaat yang dai dengan dimulainya kabinet Reformasi Pem-
lebih besar. bangunan pada Tanggal 21 Mei 1998, dipimpin
Dengan beroperasi didasarkan pada prin- oleh Baharuddin Jusuf Habibie, Analisis terha-
sip-prinsip tersebut di atas, konsep negara kese- dap realitas hukum dan kebijakan sosial ekono-
mi Indonesia sebagai negara kesejahteraan akan
dalam Kebijakan Demokrasi Politik dan Demokrasi Eko- dilanjutkan, dengan terlebih dahulu mengambil
nomi Selama Tiga Masa Demokrasi, 1945-1980-an, catatan kecil dari masa pemerintahan orde sebe-
Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 2004, hal 58.
25 lumnya.
Bar, The economics of the welfare state, Oxford, 1998,
p.156. Dimasa awal masa pemerintahan Orde
26
A Briggs, The welfare State in historical Perspective, Baru, peralihan kekuasaan berjalan dalam reali-
European Journal of Sociology, New York: McGraw- tas hukum, politik dan ekonomi yang mengkha-
Hill, 1961, p.185.
627
Jurnal Lex Librum, Vol. IV, No. 1, Desember 2017, hal. 617 - 636
watirkan. Oleh karenanya pada masa itu peme- pembangunan kesejahteraan sosial.
rintah pengganti (baru) tampil sebagai aktor uta- c) Kabinet Gotong Royong: Megawati Soe-
ma melalui wewenang yang secara prosedural karnoputri
formal diberikan oleh sistim politik sentralistik, 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun
yang kemudian melahirkan apa yang disebur se- 2003 Tentang Ketenagakerjaan;
bagai ecsecutive heavy. Jadi, pada awal periode 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun
ini pemerintahan yang heavy menggunakan stra- 2003 Tentang Sistim Pendidikan Na-
tegi pembangunan disebut pertumbuhan dengan sional;
ideologi bernuansa kapitalis untuk menata pere- 3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun
komian nasional, guna memenuhi kepentingan 2004 Penyelesaian Perselisihan Hu-
masyarakat. Kepentingan masyarakat dimaksud bungan Industrial
antara lain, kepentingan masyarakat bagi kesela- d) Kabinet Indonesia Bersatu: Susilo Bam-
matan umum, seperti keamanan, kesehatan dan bang Yudhoyono
kesejahteraan. Karakter hukum pada masa ini 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun
27
juga bernuansa represif untuk bidang pranata 2004 Penempatan dan Perlindungan
ekonomi tersebut. Sehingga dari perspektik eko- Tenaga kerja Indonesia di Luar
nomi politik terjadi sentralisme ekonomi. Bah- Negeri;
kan dengan rentang waktu masa jabatan peme- 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun
rintahan yang begitu panjang, sentralisme telah 2004 Sistem Jaminan Sosial;
menggurita hingga menjangkau aspek politik. 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun
Oleh karena itu muncul gerakan yang menghen- 2007 Tentang Penanggulangan Ben-
daki terjadinya perubahan melalui sebutan refor- cana;
masi yang berpuncak di bulan Mei tahun 1998. 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun
Salah tuntutan dalam reformasi itu adalah 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial;
reformasi hukum. Hal ini jika dihubungkan de- 5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun
ngan pengaturan pembangunan kesejahteraan 2009 Tentang Kesehatan;
sosial, maka sistem pengaturan kesejahteraan 6. Undang-Undang Nomor 44 Tahun
sosial di era reformasi, hal yang substansial ha- 2009 Tentang Rumah Sakit;
rus tereformasi. Selanjutnya, realitas produk hu- 7. Undang-Undang Nomor 52 Tahun
kum yang bertipikal pembangunan kesejahtera- 2009 Tentang Perkembangan Kepen-
an sosial pada periode ini adalah: dudukan dan Pembangunan Keluar-
a) Kabinet Reformasi Pembangunan: B.J. ga;
Habibie 8. Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawa-
1998 Tentang Perubahan terhadap san Pemukiman;
Undang-undang No.25 tahun 1997 9. Undang-Undang Nomor 13 Tahun
Tentang Ketenagakerjaan; 2011 Tentang Penangan Fakir Mis-
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun kin;
1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut 10. Undang-Undang Nomor 20 Tahun
Usia; 2011 Tentang Rumah Susun;
3. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 11. Undang-Undang Nomor 13 Tahun
1999 Tentang Perubahan Atas Un- 2011 Tentang Badan Penyelenggara
dang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Jaminan Sosial.
Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Semangat desentralisasi sangat kuat, teru-
b) Kabinet Persatuan Nasional: K.H. Ab- tama sejak lahirnya Undang-Undang tentang
durrahman Wahid. Otonomi Dareah di Tahun 1999. Kemudian da-
Pada periode ini tidak terbit produk le- ripada itu juga adalah terjadinya proses aman-
gislasi nasional yang berkaitan dengan demen terhadap UUD 1945. Kedua momen ke-
tatanegaraan ini turut memberi pengaruh yang
27 kuat terhadap kebijakan kesejahteraan sosial In-
Achmad Muchlis, Teori Hukum dan Pembangunan, In-
termasa, Jakarta, 2009, hal 159.
628
Penyelenggaraan Otonomi Daerah … Edgar Rangkasa
donesia, karena secara fundamental telah meng- pada rakyat sebagai satu kesatuan masyarakat
ubah sendi-sendi ketatanegaraan Indonesia. hukum yang diberi kewenangan untuk mengatur
Melalui UUD 1945 hasil amandeman, ke- dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan
wajiban negara atas kesejahteraan sosial lebih yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada
28 Daerah dan dalam pelaksanaannya dilakukan
dipertegas dan dipertajam. Demikian pula me-
lalui Leigislasi otonomi daerah, konstelasi ke- oleh kepala daerah dan DPRD dengan dibantu
30
wajiban negara yang diperankan oleh pemerin- oleh Perangkat Daerah. Urusan Pemerintahan
29
tah mengalami rekonstruksi melalui desentra- yang diserahkan ke Daerah berasal dari kekua-
lisasi wewenang kepada Pemerintah Daerah, se- saan pemerintahan yang ada ditangan Presiden.
hingga kewajiban untuk merealisasikan kesejah- Konsekuensi dari negara kesatuan adalah tang-
teraan sosial yang sebelumnya berpola sentral di gung jawab akhir pemerintahan ada ditangan
Pemerintah Pusat, dengan demikian mengalami Presiden. Presiden sebagai pemegang kekuasaan
desentralisasi ke Daerah karenanya. pemerintahan dibantu oleh menteri negara dan
Pemberian otonomi yang seluas-luasnya setiap menteri bertanggung atas Urusan Peme-
kepada Daerah diarahkan untuk mempercepat rintahan tertentu dalam pemerintahan. Sebagian
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui Urusan Pemerintahan yang menjadi tanggung
peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan pe- jawab menteri tersebut yang sesungguhnya dio-
ran serta masyarakat. Di samping itu melalui 31
tonomikan ke Daerah. Konsekuensi menteri
otonomi luas, dalam lingkungan strategis globa- sebagai pembantu Presiden adalah kewajiban
lisasi, Daerah diharapkan mampu meningkatkan menteri atas nama Presiden untuk melakukan
daya saing dengan memperhatikan prinsip de- pembinaan dan pengawasan agar penyelengga-
mokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan raan Pemerintahan Daerah berjalan sesuai de-
dan kekhususan serta potensi dan keanekaraga- ngan ketentuan peraturan perundang-undangan.
man Daerah dalam sistem Negara Kesatuan Re- Agar tercipta sinergi antara Pemerintah Pusat
publik Indonesia. dan Daerah, kementerian/ lembaga pemerintah
Pemberian otonomi yang seluas-seluasnya nonkementerian berkewajiban membuat norma,
kepada Daerah dilaksanakan berdasarkan prin- standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) untuk di-
sip negara kesatuan. Dalam negara kesatuan ke- jadikan pedoman bagi Daerah dalam menye-
daulatan hanya ada pada pemerintahan negara lenggarakan Urusan Pemerintahan yang diserah-
atau pemerintahan nasional dan tidak ada keda- kan ke Daerah dan menjadi pedoman bagi ke-
ulatan pada Daerah. Oleh karena itu, seluas apa menterian/lembaga pemerintah nonkementerian
pun otonomi yang diberikan kepada Daerah, untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.
tanggung jawab akhir penyelenggaraan Peme- Presiden melimpahkan kewenangan kepada
rintahan Daerah akan tetap ada ditangan Peme- Menteri sebagai koordinator pembinaan dan pe-
rintah Pusat. Untuk itu Pemerintahan Daerah pa- ngawasan yang dilakukan oleh kementerian/
da negara kesatuan merupakan satu kesatuan de- lembaga pemerintah nonkementerian terhadap
ngan Pemerintahan Nasional. Sejalan dengan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Kemen-
itu, kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan terian/lembaga pemerintah nonkementerian me-
oleh Daerah merupakan bagian integral dari ke- lakukan pembinaan dan pengawasan yang bersi-
bijakan nasional. Pembedanya adalah terletak fat teknis, sedangkan Kementerian melaksana-
pada bagaimana memanfaatkan kearifan, poten- kan pembinaan dan pengawasan yang bersifat
si, inovasi, daya saing, dan kreativitas Daerah umum. Mekanisme tersebut diharapkan mampu
untuk mencapai tujuan nasional tersebut di ting- menciptakan harmonisasi antar kementerian/
kat lokal yang pada gilirannya akan mendukung lembaga pemerintah non-kementerian dalam
pencapaian tujuan nasional secara keseluruhan. melakukan pembinaan dan pengawasan penye-
Hakikatnya, otonomi daerah diberikan ke- lenggaraan Pemerintahan Daerah secara keselu-
ruhan.
28
Reformulasi terhadap Pasal 27,28 H ayat (1), serta
30
pasal 34 UUD 1945. Achmad Farid Yuliandri, Hukum Tata Pemerintahan,
29 Pamator Press, Jakarta, 2015, hal 84.
Lukman Alimin Mafudi, Penyelenggaraan Pemerintah 31
Daerah, Intermasa, Jakarta, 2015, hal 193. Ibid, hal 96.
629
Jurnal Lex Librum, Vol. IV, No. 1, Desember 2017, hal. 617 - 636
Dengan demikian, dalam mengatur dan pala daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
mengurus Urusan Pemerintahan yang menjadi 59 ayat (1) adalah selama 5 (lima) tahun terhi-
kewenangan Daerah tersebut, DPRD dan kepala tung sejak pelantikan dan sesudahnya dapat di-
daerah dibantu oleh Perangkat Daerah. pilih kembali dalam jabatan yang sama hanya
untuk satu kali masa jabatan.
2. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Sedangkan terkait Tugas, Wewenang, Ke-
Penyelenggaraan pemerintahan daerah, wajiban, dan Hak Kepala Daerah dan Wakil Ke-
berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun pala Daerah adalah sebagai berikut;
2014 tentang Pemerintah Daerah dilaksanakan Pasal 65
oleh penyelenggara Pemerintahan Daerah. Ber- (1) Kepala daerah mempunyai tugas:
dasarkan Pasal 57 dijelaskan bahwa; Penyeleng- a. memimpin pelaksanaan Urusan Pe-
gara Pemerintahan Daerah provinsi dan kabupa- merintahan yang menjadi kewena-
ten/kota terdiri atas kepala daerah dan DPRD di- ngan Daerah berdasarkan ketentuan
bantu oleh Perangkat Daerah. Penyelenggara peraturan perundang-undangan dan
Pemerintahan Daerah provinsi dan kabupaten/ kebijakan yang ditetapkan bersama
kota terdiri atas kepala daerah dan DPRD di- DPRD;
bantu oleh Perangkat Daerah. Selanjutnya Asas b. memelihara ketenteraman dan keter-
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah menurut tiban masyarakat;
Pasal 58 dijelaskan bahwa; Penyelenggara Pe- c. menyusun dan mengajukan ranca-
merintahan Daerah, sebagaimana dimaksud da- ngan Perda tentang RPJPD dan ran-
lam Pasal 57, dalam menyelenggarakan Peme- cangan Perda tentang RPJMD kepa-
rintahan Daerah berpedoman pada asas penye- da DPRD untuk dibahas bersama
lenggaraan pemerintahan negara yang terdiri DPRD, serta menyusun dan mene-
atas: tapkan RKPD;
a. kepastian hukum; d. menyusun dan mengajukan ranca-
b. tertib penyelenggara negara; ngan Perda tentang APBD, ranca-
c. kepentingan umum; ngan Perda tentang perubahan
d. keterbukaan; APBD, dan rancangan Perda tentang
e. proporsionalitas; pertanggungjawaban pelaksanaan
f. profesionalitas; APBD kepada DPRD untuk dibahas
g. akuntabilitas; bersama;
h. efisiensi; e. mewakili Daerahnya di dalam dan di
i. efektivitas; dan luar pengadilan, dan dapat menunjuk
j. keadilan. kuasa hukum untuk mewakilinya se-
Adapun yang bertanggungjawab atas pe- suai dengan ketentuan peraturan per-
nyelenggaraannya yakni antara lain Kepala undang-undangan;
Dae-rah dan Wakil Kepala Daerah. Berdasarkan f. mengusulkan pengangkatan wakil
Pa-sal Pasal 59 Undang-undang Nomor 23 kepala daerah; dan
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah g. melaksanakan tugas lain sesuai de-
dijelaskan bah-wa; ngan ketentuan peraturan perundang-
(1) Setiap Daerah dipimpin oleh kepala Pe- undangan.
merintahan Daerah yang disebut kepala (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
daerah. dimaksud pada ayat (1) kepala daerah
(2) Kepala daerah sebagaimana dimaksud berwenang:
pada ayat (1) untuk Daerah provinsi di- a. mengajukan rancangan Perda;
sebut gubernur, untuk Daerah kabupaten b. menetapkan Perda yang telah menda-
disebut bupati, dan untuk Daerah kota pat persetujuan bersama DPRD;
disebut wali kota. c. menetapkan Perkada dan keputusan
Kemudian masa jabatan Kepala Daerah kepala daerah;
menurut Pasal 60 disebutkan ; Masa jabatan ke-
630
Penyelenggaraan Otonomi Daerah … Edgar Rangkasa
631
Jurnal Lex Librum, Vol. IV, No. 1, Desember 2017, hal. 617 - 636
632
Penyelenggaraan Otonomi Daerah … Edgar Rangkasa
633
Jurnal Lex Librum, Vol. IV, No. 1, Desember 2017, hal. 617 - 636
sat. Untuk itu Pemerintahan Daerah pada akhir penyelenggaraan pemerintahan ada
negara kesatuan merupakan satu kesatu-an di tangan Presiden, maka konsekuensi
dengan Pemerintahan Nasional. logisnya kewenangan untuk membatal-
Pada hakikatnya Otonomi Daerah kan Perda ada ditangan Presiden. Untuk
diberikan kepada rakyat sebagai satu ke- menghindari terjadinya kesewenang-we-
satuan masyarakat hukum yang diberi nangan dalam pembatalan Perda, maka
kewenangan untuk mengatur dan meng- Pemerintah Daerah provinsi dapat meng-
urus sendiri Urusan Pemerintahan yang ajukan keberatan pembatalan Perda Pro-
diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada vinsi yang dilakukan oleh Menteri kepa-
Daerah dan dalam pelaksanaannya dila- da Presiden. Sedangkan Pemerintah Da-
kukan oleh kepala daerah dan DPRD de- erah kabupaten/kota dapat mengajukan
ngan dibantu oleh Perangkat Daerah. keberatan pembatalan Perda Kabupaten/
Agar pelaksanaan Urusan Peme- Kota yang dilakukan gubernur sebagai
rintahan yang diserahkan ke Daerah ber- wakil Pemerintah Pusat kepada Menteri.
jalan sesuai dengan kebijakan nasional Dari sisi penyelenggaraan Pemerintahan
maka Presiden berkewajiban untuk me- Daerah, keputusan yang diambil oleh
lakukan pembinaan dan pengawasan ter- Presiden dan Menteri bersifat final.
hadap penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah. Presiden sebagai pemegang ke- 3. Pemerintahan yang baik (good governan-
kuasaan pemerintahan dibantu oleh men- ce)
teri negara dan setiap menteri bertang- Berkaitan dengan fungsi pelayanan peme-
gung atas Urusan Pemerintahan tertentu rintah dalam penyeleng-garaan otonomi daerah,
dalam pemerintahan. Sebagian Urusan Pemerintah Daerah Kota Bekasi bertekad me-
Pemerintahan yang menjadi tanggung ja- wujudkan good governance menjadi acuan guna
wab menteri tersebut yang sesungguh- menjaga kualitas pelaksanaan dan fungsi peme-
nya diotonomikan ke Daerah. rintah menjadi efektif, efisien, berdaya guna ser-
Di samping urusan pemerintahan ta berhasil guna yang dapat dinikmati oleh ma-
absolut dan urusan pemerintahan konku- syarakat melalui bidang Kesehatan, Pendidikan
ren, dalam Undang-Undang ini dikenal dan Ketenagakerjaan.
adanya urusan pemerintahan umum. U- Konsep pemerintahan yang baik (good go-
rusan pemerintahan umum menjadi ke- vernance) awal mulanya tidak dikenal dalam
wenangan Presiden sebagai kepala pe- Hukum Administrasi maupun dalam Hukum Ta-
merintahan yang terkait pemeliharaan ta Negara bahkan dalam ilmu politik. Untuk
ideologi Pancasila, Undang-Undang Da- menjamin pemerintahan yang bersih dan baik
sar Negara Republik Indonesia Tahun (good governance) sebagai syarat terciptanya
1945, Bhinneka Tunggal Ika, menjamin pemerintahan yang bersih (clean governance),
hubungan yang serasi berdasarkan suku, maka hukum harus dilihat sebagai prosedural,
agama, ras dan antar golongan sebagai keterbukaan sistem, keterbukaan hasil kerja,
pilar kehidupan berbangsa dan bernegara pertanggungjawaban publik, dan kewajiban ke-
serta memfasilitasi kehidupan demokra- terbukaan kepada masyarakat.
tis. Presiden dalam pelaksanaan urusan Pengertiangood governance meliputi good
pemerintahan umum di Daerah melim- yang mengandung dua pengertian. Pertama, ni-
pahkan kepada gubernur sebagai kepala lai yang menjunjung tinggi keinginan atau ke-
pemerintahan provinsi dan kepada bupa- hendak rakyat dan nilai yang dapat meningkat-
ti/wali kota sebagai kepala pemerintahan kan kemampuan rakyat dalam pencapaian tuju-
kabupaten/kota. an (nasional), kemandirian, pembangunan ber-
Daerah melaksanakan Otonomi kelanjutan, dan keadilan sosial. Kedua, aspek
Daerah yang berasal dari kewenangan fungsional dan pemerintahan yang efektif dan
Presiden yang memegang kekuasaan pe- efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk men-
merintahan. Mengingat tanggung jawab
634
Penyelenggaraan Otonomi Daerah … Edgar Rangkasa
33
capai tujuan tersebut. Menjamin terselenggaranya pelayanan
Adapun unsur-unsur tata pemerintah yang kepada masyarakat dengan mengguna-
baik sebagai berikut: kan sumber daya yang tersedia secara
1. Partisipasi optimal dan bertanggung jawab.
Mendorong setiap warga negara untuk 10. Profesionalisme
mempergunakan hak dalam menyampai- Meningkatkan kemampuan dan moral
kan pendapat dalam proses pengambilan penyelenggara pemerintahan agar mam-
keputusan yang menyangkut kepenti- pu memberi pelayanan yang mudah, ce-
ngan masyarakat, baik secara langsung pat, tepat dan biaya yang terjangkau.
maupun tidak langsung. Berbagai ungkapan teoritik sering diletak-
2. Penegakan hukum kan pada bentuk dan isi penyelenggaraan peme-
Mewujudkan adanya penegakan hukum rintahan yang baik seperti responsible, accoun-
yang adil bagi semua pihak tanpa penge- table, controllable, transparancy, limitable dan
cualian, menjunjung tinggi hak asasi ma- lain-lain. Bagi rakyat, penyelenggaraan peme-
nusia dan memperhatikan nilai-nilai rintahan yang baik adalah pemerintahan yang
yang hidup dalam masyarakat. memberikan berbagai kemudahan, kepastian
3. Transparansi dan bersih dalam menyediakan pelayanan dan
Menciptakan kepercayaan timbal balik perlindungan dari berbagai tindakan sewenang-
antara pemerintah dan masyarakat mela- wenang baik atas diri, hak maupun atas harta
lui pelayanan penyediaan informasi dan benda.
menjamin kemudahan dalam mempero- Dalam kaitannya dengan pelayanan dan
leh informasi yang akurat dan memadai. perlindungan, ada dua cabang pemerintahan
4. Kesetaraan yang berhubungan langsung dengan rakyat, yai-
Memberi peluang yang sama bagi setiap tu administrasi negara dan penegakan hukum.
anggota masyarakat untuk meningkatkan Karena itu, sangat wajar apabila penyelenggara-
kesejahteraan. an pemerintahan yang baik terutama ditujukan
5. Daya tangkap pada pembaharuan administrasi negara dan
Meningkatkan kepekaan para penyeleng- pembaharuan hukum. Dengan demikian, seyog-
garaan pemerintah terhadap aspirasi ma- yanya tujuan mengenai penyelenggaraan peme-
syarakat tanpa terkecuali. rintahan yang baik (good governance) tidak ha-
6. Wawasan ke depan nya berkenaan dengan fungsi administrasi nega-
Membangun daerah berdasarkan visi dan ra melainkan termasuk juga kekuasaan negara
strategi yang jelas dan mengikut-serta- lainnya seperti undang-undang dan penegakan
kan warga dalam seluruh proses pemba- hukum.
ngunan hingga warga merasa memiliki
dan ikut bertanggung jawab terhadap ke- E. Penutup
majuan daerah. Dari seluruh kajian dan pembahasan ini
7. Akuntabilitas dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan pe-
Meningkatkan akuntabilitas para peng- merintahan otonomi daerah yang seluas-luasnya
ambil keputusan dalam segala bidang kepada pemerintahan daerah diarahkan untuk
yang menyangkut kepentingan masyara- mempercepat terwujudnya kesejahteraan masya-
kat luas. rakat melalui peningkatan pelayanan, pemberda-
8. Pengawasan yaan, dan peran serta masyarakat. Dengan di-
Meningkatkan upaya pengawasan terha- berlakukannya Undang-undang Nomor 23 Ta-
dap penyelenggaraan pemerintah dan hun 2014 tentang Pemerintah Daerah, diharap-
pembangunan dengan mengusahakan ke- kan Daerah, mampu meningkatkan daya saing
terlibatan swasta dan masyarakat luas. dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pe-
9. Efisiensi dan efektifitas merataan, keadilan, keistimewaan dan kekhusu-
san serta potensi dan keanekaragaman Daerah
33
Sudarmayati, Kepemimpinan yang Baik dalam Rangka dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indo-
Otonomi Daerah, Jakarta; Mandek Maju, 2003, hal 22.
635
Jurnal Lex Librum, Vol. IV, No. 1, Desember 2017, hal. 617 - 636
nesia serta dapat memberikan kesejahteraan ba- untuk mewujudkan kesejahteraan dimaksud da-
gi masyarakatnya. pat berhasil guna dan berdaya guna bagi masya-
Untuk menghindari penyalahgunaan da- rakat. Untuk itu diperlukan regulasi hukum yang
lam penyelenggaraannya harus melaksanakan dinamis dan mencerminkan keadilan masyara-
pembentukan pengawas yang independen pada kat.
semua bidang pelayanan, sehingga pelayanan
Daftar Pustaka
Achmad Bayumi Faisal, Pembagian Kekuasaan (Konsep Trias Politika), Intermasa, Jakarta, 1999.
Achmad Farid Yuliandri, Hukum Tata Pemerintahan, Pamator Press, Jakarta, 2015.
Amirah Muslimin dalam Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah, Alumni, Bandung, 1982.
A Briggs, The welfare State in historical Perspective, European Journal of Sociology, New York:
McGraw-Hill, 1961.
Achmad Muchlis, Teori Hukum dan Pembangunan, Intermasa, Jakarta, 2009.
Bagir Manan, Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1994.
----------Menyongsong Hukum Otonomi Daerah, UII Press, Yogyakarta, 2002.
Bar, The economics of the welfare state, Oxford, 1998.
Dahlan Thaib, Sistem Pemerintahan Presidensial, Jakal Press, Yogykarta, 2001.
Diana Pratikno, Ilmu Negara (Suatu Implikasi Filosofis), Dharmawangsa Press, Surabaya, 2014.
Donald Morton, The Politics of Queer Theory in The Post Modern Moment, New York: McGraw-
Hill, 1996.
Hermina Yuniarto, Penyelenggaraan Pemerintahan Otonomi Daerah, Pamator Press, Jakarta,
2008 Irawan Soejito, Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Bina Aksara, Jakarta,
1984 Iwan Haryono Subroto, Hukum Tata Pemerintahan, Intermasa, Jakarta, 2007.
Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi Dan Pelaksanaannya di Indonesia
- Pergeseran Keseimbangan antara lndividualisme dan Kolektivisme dalam Kebijakan
Demokrasi Politik dan Demokrasi Ekonomi Selama Tiga Masa Demokrasi, 1945-1980-an,
Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 2004.
Kusuma, RMAB., dalam Negara Kesejahteraan Dan Jaminan Sosial, Jurnal Konstitusi, Mahkamah
Konstitusi, Vol. 3, Februari 2006.
Lukman Alimin Mafudi, Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Intermasa, Jakarta, 2015.
Marbun dan Moh. Mahfud MD., dalam Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta,
Liberty, 1987.
Mustamin Ramli, Selayang Pandang (Tentang) Perkembangan Tipe-Tipe Negara Modern, Sura-
baya: Dharmawangsa Press, 2001.
Sudarmayati, Kepemimpinan yang Baik dalam Rangka Otonomi Daerah, Jakarta; Mandek Maju,
2003
Yulianto Anwar, Sistem Pemerintahan dan Tata Negara, Jakal Press, Yogyakarta, 2004.
Zudan Arif Fakrulloh, Ilmu Lembaga dan Pranata Hukum (Sebuah Pencaharian), Rajawali Pers,
Jakarta, 2011.
Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
636