Memahami Tata Kelola Pemerintahan Daerah: Hukum administrasi daerah membahas aspek
hukum yang berkaitan dengan tata kelola pemerintahan daerah.
Mengetahui Hak dan Kewajiban Masyarakat: Hukum administrasi daerah memberikan
pedoman tentang hak dan kewajiban masyarakat dalam konteks pemerintahan daerah.
Menghindari Pelanggaran Hukum: Mempelajari hukum administrasi daerah membantu
seseorang untuk memahami aturan dan peraturan yang berlaku di tingkat daerah.
Berperan dalam Perubahan dan Perbaikan: Hukum administrasi daerah dapat menjadi alat
untuk mengadvokasi perubahan dan perbaikan di tingkat daerah.
Meningkatkan Keahlian Profesional: Bagi mereka yang berkarir di bidang hukum,
administrasi publik, atau bidang terkait, mempelajari hukum administrasi daerah merupakan
pengetahuan yang penting untuk meningkatkan keahlian profesional.
Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah mengacu pada entitas politik dan administratif yang
bertanggung jawab atas pengelolaan urusan pemerintahan di tingkat lokal. Pemerintah daerah
terdiri dari lembaga-lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang bertugas untuk
mengatur, mengelola, dan memberikan pelayanan kepada masyarakat di wilayah tertentu.
Contoh pemerintah daerah di Indonesia adalah pemerintah kabupaten/kota dan provinsi.
Pemerintahan Daerah: Pemerintahan daerah mengacu pada proses dan sistem
penyelenggaraan pemerintahan di tingkat lokal. Pemerintahan daerah melibatkan berbagai
aspek, termasuk perencanaan, penganggaran, pengambilan keputusan, pelaksanaan program,
dan pengawasan di tingkat lokal. Pemerintahan daerah mencakup tata kelola pemerintahan,
kebijakan publik, dan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
6. perbedaan pemerintahan daerah dgn hk pemerintahan daerah
Jawaban
7. alasan² pembentukan daerah istimewa,daerah otonomi khusus dan daerah khusus
8. sebutkan prinsip² otonomi daerah
9. sebutkan perangkat pemerintahan daerah min.3
10. sebutkan bentuk² otonomi daerah
11. kelebihan dan kelemahan masing² bentuk otonomi daerah
Jawaban
● kelebihan dari otonomi daerah:
1. Pemerintah provinsi dan kabupaten serta kota dapat melihat kebutuhan yang mendasar pada
daerah kekuasaannya untuk menjadi prioritas pembangunan.
2. Pelaksanaan otonomi daerah telah berhasil membuat pembangunan di daerah menjadi lebih
maju, lebih cepat berkembang dalam pembangunan daerah, peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat.
3. Daerah dapat mengatur tata kelola pemerintahan daerahnya secara mandiri melalui Peraturan
Daerah, dengan catatan Peraturan Daerah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang
dibuat pemerintah pusat.
4. Pemerintah daerah bersama masyarakat derah dapat saling bekerja sama dalam membangun
wilayahnya menjadi lebih maju.
● tiga kekurangan dari kebijakan otonomi daerah:
1. Potensi untuk terjadi disintegrasi bangsa bisa saja muncul apabila pemerintah pusat tidak
memiliki kontrol yang kuat.
2. Otonomi daerah memiliki potensi adanya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) serta
permasalahannya lainya yang akan sangat berdampak pada pemerintah pusat apabila kurang
mengawasi daerah otonomnya.
3. Peraturan yang ditetapkan pemerintah pusat kerap kali menjadi ditangkap secara berbeda di
setiap daerah. Hal itu berpotensi merugikan pemerintah daerah dan rakyat di daerah apabila
peraturan tidak dapat dilaksanakan di daerah.
Pada periode ini belum terdapat sebuah undang-undang yang mengatur Pemerintahan Daerah secara
khusus. Aturan yang digunakan adalah aturan yang ditetapkan oleh PPKI. Selain itu digunakan pula
aturan UU No 1 Tahun 1945 yang mengatur mengenai penyelenggaraan pemerintahan sehari-hari oleh
Komite Nasional Daerah. PPKI dalam rapatnya pada 19 Agustus 1945 menetapkan pembagian daerah
dan pelaksanaan pemerintahan secara umum dengan melanjutkan pelaksanaan yang sudah ada. PPKI
hanya menetapkan adanya Komite Nasional di Daerah untuk membantu pekerjaan kepala daerah
seperti yang dilakukan di pusat dengan adanya KNI Pusat. Oleh PPKI, secara umum, wilayah
Indonesia dibagi menjadi provinsi-provinsi. Tiap-tiap provinsi dibagi lagi menjadi karesidenan-
karesidenan. Masing-masing provinsi dikepalai oleh Gubernur. Sedangkan karesidenan dikepalai oleh
Residen. Gubernur dan Residen dalam melaksanakan pemerintahan dibantu oleh Komite Nasional
Daerah. Selebihnya susunan dan bentuk pemerintahan daerah dilanjutkan menurut kondisi yang sudah
ada. Dengan demikian provinsi dan karesidenan hanya sebagai daerah administratif dan belum
mendapat otonomi.
Periode II (1948-1957)
Pada periode ini berlaku Undang-Undang Pokok No. 22 Tahun 1948 tentang Pemerintahan Daerah.
UU ini adalah UU pertama kalinya yang mengatur susunan dan kedudukan pemerintahan daerah di
Indonesia. Secara umum Indonesia memiliki dua jenis daerah berotonomi yaitu daerah otonom biasa
dan daerah otonom khusus yang disebut dengan daerah istimewa. Daerah otonom khusus yang diberi
nomenklatur "Daerah Istimewa" adalah daerah kerajaan/kesultanan dengan kedudukan zelfbesturende
landschappen/kooti/daerah swapraja yang telah ada sebelum Indonesia merdeka dan masih dikuasai
oleh dinasti pemerintahannya.
Pada periode ini berlaku Undang-Undang No. 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
Daerah yang disebut juga Undang-undang tentang pokok-pokok pemerintahan 1956. UU ini
menggantikan Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1948 dan UU NIT No. 44 Tahun 1950. Secara umum
Indonesia memiliki dua jenis daerah berotonomi yaitu daerah otonom biasa yang disebut daerah
swatantra dan daerah otonom khusus yang disebut dengan daerah istimewa.
Periode IV (1965-1974)
Pada periode ini berlaku Undang-Undang No. 18 Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan
Daerah. UU ini menggantikan Undang-Undang No. 1 Tahun 1957, Penetapan Presiden No. 6 tahun
1959; Penetapan Presiden No. 2 tahun 1960; Penetapan Presiden No. 5 tahun 1960 jo Penetapan
Presiden No. 7 tahun 1965. Menurut UU ini secara umum Indonesia hanya mengenal satu jenis daerah
otonomi. Daerah otonomi tersebut dibagi menjadi tiga tingkatan daerah. Tingkat I yaitu
Provinsi/Kotaraya, Tingkat II Kabupaten/Kotamadya, Tingkat III Kabupaten/Kotamadya.
Periode V (1974-1999)
Pada periode ini berlaku Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di
Daerah. UU ini menggantikan Undang-Undang No. 18 Tahun 1965 yang dinyatakan tidak dapat
diterapkan. Menurut UU ini secara umum Indonesia dibagi menjadi satu macam Daerah Otonom
sebagai pelaksanaan asas desentralisasi dan Wilayah Administratif sebagai pelaksanaan asas
dekonsentrasi.
Periode VI (1999-2004)
Pada periode ini berlaku Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. UU ini
menggantikan Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 dan Undang-Undang No. 5 Tahun 1979. Menurut
UU ini Indonesia dibagi menjadi satu macam daerah otonom dengan mengakui kekhususan yang ada
pada tiga daerah yaitu Aceh, Jakarta, dan Yogyakarta[15] dan satu tingkat wilayah administratif.
Tiga jenis daerah otonom adalah Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, dan Daerah Kota. Ketiga jenis
daerah tersebut berkedudukan setara dalam artian tidak ada hierarki daerah otonom. Daerah Provinsi
berkedudukan juga sebagai wilayah administratif. Undang-undang menentukan bahwa pemerintahan
lokal menggunakan nomenklatur "Pemerintahan Daerah".
Pada periode ini berlaku Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. UU ini
menggantikan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999. Menurut UU ini Indonesia dibagi menjadi satu
jenis daerah otonom dengan perincian Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan daerah kota. Selain itu Negara
mengakui kekhususan dan/atau keistimewaan yang ada pada empat daerah yaitu Aceh, Jakarta, Papua,
dan Yogyakarta. Negara juga mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
(Desa atau nama lain) beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan.
1. pasal 33 ayat 3 “Pembentukan Daerah Persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus memenuhi persyaratan dasar dan persyaratan administratif.”
2. Pasal 34
(1) Persyaratan dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) meliputi:
a. persyaratan dasar kewilayahan; dan
b. persyaratan dasar kapasitas Daerah.
(2) Persyaratan dasar kewilayahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. luas wilayah minimal;
b. jumlah penduduk minimal;
c. batas wilayah;
d. Cakupan Wilayah; dan
e. batas usia minimal Daerah provinsi, Daerah kabupaten/kota, dan Kecamatan.
(3) Persyaratan dasar kapasitas Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
adalah kemampuan Daerah untuk berkembang dalam mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
16. jelaskan dgn singkat hub. pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. (trmsk sosial,ekonomi)
Jawaban
Hubungan pemerintah pusat dan daerah
1. WEWENANG : Hubungan urusan pemerintahan mana yang akan dilaksanakan oleh
pemerintah pusat, mana yang daerah propinsi kabupaten/kota.
2. KEUANGAN : Dimana akan terbentuk hubungan yang akan mengatur tentang pemanfaatan
segala sumber kekayaan untuk mempertaruhkan seluruh rakyat.
3. PELAYANAN UMUM : Pemerintah pusat dan daerah tidak akan bisa di pisahkan sebagai
sarana yang luas memberikan pelayanan menyeluruh terhadap masyarakat.
4. PEMANFAATAN SDA DAN SUMBER DAYA LAINNYA : Daerah yang memiliki SDA
yang lebih besar tentunya akan menyambut dengan senang dan penuh partisipasi dan daerah
yang SDA nya rendah akan timbu tuntutan agar bisa mencari sumber alternatif untuk
mendapatkan bantuan dari pemerintahan pusat.
5. FUNGSIONAL : hubungan yang di dasari oleh kepentingan yang sama dalam
penyelenggaraan program pemerintah.
Pemerintah daerah dalam bertugas menyelanggarakan urusan daerah bersama (DPRD) yang
berdasarkan asas otonom dan tugas pembantuan. Presiden merupakan penyelenggaran urusan
pemerintahan di tingkat pusat. Presiden dibantu para menteri untuk menjalankan pemerintah. Kepala
daerah merupakan penyelenggara urusan daerah masing-masing.
Pemerintah pusat adalah yang menaungi pemerintah daerah, pemerintah pusat adalah bagian
pemerintahan yang mengatur dan mendorong pemerintahan daerah menjadi maju. Maka dari itu,
Pemerintah pusat dan daerah harus memiliki hubungan yang baik karena kedua pemerintahan ini
saling membutuhkan dan saling berinteraksi.
17. sebutkan sumber² keuangan pemerintah daerah (pendapatan asli daerah, bantuan pemerintah
pusat)
Jawaban
Sumber pendapatan daerah terdiri atas sumber-sumber keuangan, sebagai berikut:
1. Pendapatan Asli Daerah : Pajak Daerah, Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan, Hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah atas hasil penyertaan modal kepada
(BUMD) berupa pembagian laba/ deviden.
2. Dana Perimbangan (Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus)
3. Dan lain-lain pendapatan daerah yang sah
Bantuan Pemerintah Pusat : Program Indonesia Pintar (PIP), Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN-KIS), Program Keluarga Harapan (PKH), & Bansos Rastra/ Bantuan Pangan Non
Tunai.
Penggabungan daerah adalah penyatuan daerah yang dihapus ke dalam daerah lain yang
bersandingan.
Alasan mengapa perlunya penggabungan daerah salah satunya mewujudkan pelayanan publik
yang baik di daerah-daerah yang terisolasi atau aksesbilitas publiknya kurang, seperti tidak
adanya rumah sakit, puskesmas, sekolah dan infrastruktur jalan. Sehingga hal ini menjadi
alasan perlunya penggabungan daerah.
Tujuan penggabungan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui
peningkatan pelayanan, percepatan demokrasi, percepatan perekonomian daerah, percepatan
pengelolaan potensi daerah, peningkatan keamanan dan ketertiban, serta peningkatan
hubungan serasi antara Pusat dan Daerah.
21. kemukakan perubahan kedudukan pemerintahan daerah sebelum dan sesudah amandemen uud
1945
Jawaban
Pengaturan mengenai pemerintahan daerah diatur di dalam Pasal 18 UUD 1945. Sebelum
dilakukannya perubahan pembahasan mengenai Pemerintahan Daerah yang bersifat istimewa
hanya hak-hak dan asal-usul dalam daerah yang bersifat istimewa saja. Selain itu, sebagai
sumber legitimasi penyelenggaraan pemerintahan daerah, 4 klausula Pasal 18 sebelum
perubahan menggariskan tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah (termasuk hubungan
kewenangan antara DPRD dengan Kepala Daerah) untuk diatur ke dalam undang-undang.
Jadi, hal itu sepenuhnya diserahkan kepada pembentukan undang-undang. Setelah
dilakukannya perubahan, pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi daerah dan tugas pembantuan. Otonomi yang dilakukan
pemerintah daerah bersifat seluas-luasnya, kecuali urusan yang oleh UU ditentukan sebagai
urusan pemerintah pusat. Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan wewenangnya dalam mengurus rumah tangga
daerah.
30. kemukakan kelemahan dan kelebihan hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerha
(brdasarkan peruud skrg?
Jawaban