Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas
desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan
kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelengarakan otonomi
daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 18
UUD 1945 dan perubahannya menyatakan pembagian daerah Indonesia atas
daerah besar dan daerah kecil, dengan bentuk dan susunan pemerintahannya
ditetapkan dengan undang-undang. Secara anatomis, urusan pemerintah dibagi
dua yakni absolut yang merupakan urusan mutlak pemerintah pusat (hankam,
moneter, yustisi, politik luar negeri, dan agama), serta Concurrent (urusan
bersama pusat, provinsi dan kabupaten/kota).
Urusan pemerintah yang bersifat concurrent artinya urusan
pemerintahan yang penanganannya dapat dilaksanakan bersama antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dengan demikian setiap urusan yang
bersifat concurrent senantiasa ada bagian urusan yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat, ada bagian urusan yang diserahkan kepada provinsi, dan ada
bagian urusan yang diserahkan kepada kabupaten/kota. Pemerintah pusat
berwenang membuat norma-norma, standar, prosedur, monitoring dan
evaluasi, supervisi, fasilitasi dan urusan-urusan pemerintahan dengan
eksternalitas nasional. Pemerintah provinsi berwenang mengatur dan
mengurus urusan-urusan pemerintahan dengan eksternal regional, dan
kabupaten/kota berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan
pemerintahan dengan eksternalitas lokal.
Urusan yang menjadi kewenangan daerah, meliputi urusan wajib dan
urusan pilihan. Urusan pemerintahan wajib adalah suatu urusan pemerintahan
yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan,

1
pemenuhan kebutuhan hidup minimal, prasarana lingkungan dasar; sedangkan
urusan pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi
unggulan dan kekhasan daerah.
Penyelenggaraan pemerintahan daerah disesuaikan dengan amanat
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu
pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Namun, ditengah
pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah dilaksanakan tersebut terdapat
pertanyaan apakah pelaksanaanya akan lancar hingga akan membawa dampak
positif bagi daerah tersebut atau malah pelaksanaan Ontonomi Daerah tersebut
akan berjalan dengan kacau sehingga malah akan membuat daerah tersebut
semakin terpuruk. Oleh karena itu, perlu ditelaah dengan lebih lanjut
bagaimana pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia, karena pelaksanaan
Otonomi Daerah merupakan sesuatu yang vital bagi jalannya roda
pemerintahan.

B. Rumusan Masalah
1. Arti pemerintahan daerah?
2. Arti otonomi daerah?
3. Bagaimana pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia
4. Bagaimana pengawasan terhadap pelaksanaan otonomi daerah?
5. Bagaimana evaluasi pelaksanaan otonomi daerah?

C. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan arti pemerintahan daerah.
2. Menjelaskan arti otonomi daerah.
3. Mendeskripsikan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia.
4. Mendeskripsikan pengawasan terhadap pelaksanaan otonomi daerah.
5. Mendeskripsikan evaluasi pelaksanaan otonomi daerah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemerintahan Daerah
1. Pengertian Pemerintahan Daerah
Definisi Pemerintahan Daerah berdasarkan UU No 32 Tahun 2004
tentang pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, adalah: “Pemerintahan Daerah
adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NegaraKesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945”
Melihat definisi pemerintahan daerah seperti yang telah
dikemukakan, maka yang dimaksud pemerintahan daerah disini adalah
penyelenggaraan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan DPRD
menurut asas desentralisasi dan unsur penyelenggara pemerintah daerah
adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan perangkat daerah. Dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dibantu oleh
Perangkat Daerah yang terdiri dari:
- Unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi,
diwadahi dalam Sekretariat;
- Unsur pengawas yang diwadahi dalam bentuk Inspektorat;
- Unsur perencana yang diwadahi dalam bentuk Badan;
- Unsur pendukung tugas Kepala daerah dalam penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik, diwadahi dalam
Lembaga Teknis Daerah; serta
- Unsur pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam Dinas Daerah.
2. Kewenangan Pemerintahan Daerah
Secara umum, kewenangan pemerintahan daerah mencakup semua
urusan dalam bidang pemerintahan, kecuali urusan-urusan yang menjadi

3
kewenangan pemerintahan pusat. Kewenangan pemerintah daerah,
menurut UU No. 32 Tahun 2004, ada kewenangan yang bersifat wajib dan
yang bersifat pilihan. Kewenangan bersifat wajib maksudnya adalah yang
mencangkup semua urusan pemerintahan dalam ukuran daerah. Sementara
kewenangan yang bersifat pilihan adalah meliputi segala urusan
pemerintahan yang secara nyata ada serta dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat daerah setempat sesuai dengan kondisi dan
kekhasan masing-masing.
Sedangkan kewenangan pemerintahan daerah yang bersifat wajib,
baik itu pemerintahan Provinsi, maupun Kabupaten / Kota, menurut UU
No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan sebagai
berikut:
- Perencanaan dan pengendalian pembangunan.
- Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang.
- Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.
- Penyediaan sarana dan prasarana umum.
- Penanganan kesehatan.
- Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia
potensial.
- Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.
- Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia
potensial.
- Pemberian fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil, dan
menengah.
- Pengendalian lingkungan hidup.
- Pelayanan pertahanan.
- Pelayanan kependudukan dan catatan sipil.
- Pelayanan administrasi umum dan pemerintahan.
- Pelayanan administrasi penanaman modal.
- Penyelenggaraan berbagai pelayanan dasar yang lain.
- Pelayanan berbagai urusan yang diamanatkan perundang-undangan.

4
B. Otonomi Daerah
1. Pengertian Otonomi Daerah 
Sesuai Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5,
pengertian otonomi derah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Otonomi daerah juga dapat diartikan sebagai kewenangan
daerah otonom untuk mengatur dan juga mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat. Sesuai dengan penjelasan Undang-Undang No. 32 tahun
2004, bahwa pemberian kewenangan otonomi daerah dan kabupaten / kota
didasarkan kepada desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata
dan bertanggung jawab.
a. Kewenangan Otonomi Luas
Kewenangan otonomi luas berarti keleluasaan daerah untuk
melaksanakan pemerintahan yang meliputi semua aspek pemerintahan
kecuali bidang pertahanan keamanan, politik luar negeri, peradilan,
agama, moneter & fiscal serta kewenangan pada aspek lainnya
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. Disisi lain
keleluasaan otonomi meliputi juga kewenangan yang utuh & bulat
dalam penyelenggaraan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, pengendalian hingga evaluasi.
b. Otonomi Nyata
Otonomi nyata berarti keleluasaan daerah untuk menjalankan
kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata ada &
diperlukan serta tumbuh hidup & berkembang di daerah.
c. Otonomi Yang Bertanggung Jawab
Otonomi yang bertanggung jawab berarti berwujud
pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pemberian hak serta

5
kewenangan kepada daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi
daerah berupa , pengembangan kehidupan demokrasi, peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi, keadilan dan
pemerataan serta pemeliharaan hubungan yang sehat antara pusat &
daerah serta antar daerah dalam usaha menjaga Keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 7, 8, 9 tentang
Pemerintah Daerah, ada 3 dasar sistem hubungan antara pusat & daerah
yaitu :
a. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah pusat kepada
daerah otonom untuk mengatur & mengurus urusan pemerintah dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Dekonsentrasi merupakan pelimpahan wewenang pemerintah kepada
Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal
di wilayah tertentu
c. Tugas perbantuan yaitu penugasan dari pemerintah kepada daerah &
atau desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan &
mempertanggung jawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.
2. Hakekat, Tujuan dan Prinsip Otonomi Daerah 
a. Hakekat Otonomi Daerah
Pelaksanaan otonomi daerah pada hakekatnya merupakan
upaya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
cara melaksanakan pembangunan sesuai dengan kehendak &
kepentingan masyarakat. Sehubungan dengan hakekat otonomi daerah
tersebut yang berkaitan dengan pelimpahan wewenang pengambilan
keputusan kebijakan, pengelolaan dana publik & pengaturan kegiatan
dalam penyelenggaraan pemerintah & pelayanan masyarakat, maka
peranan data keuangan daerah sangat diperlukan untuk
mengidentifikasi sumber pembiayaan daerah dan juga jenis & besar
belanja yang harus dikeluarkan agar perencanaan keuangan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Data keuangan daerah yang

6
menunjukan gambaran statistik perkembangan anggaran & realisasi,
baik penerimaan maupun pengeluaran & analisa terhadapnya
merupakan informasi yang penting terutama untuk membuat kebijakan
dalam pengelolaan keuangan daerah untuk meliahat kemampuan/
kemandirian daerah.
b. Tujuan Otonomi Daerah
Tujuan utama dilaksanakannya kebijakan otonomi daerah
adalah membebaskan pemerintah pusat dari urusan yang tidak
seharusnya menjadi pikiran pemerintah pusat. Dengan demikian pusat
berkesempatan mempelajari, memahami, merespon berbagai
kecenderungan global dan mengambil manfaat daripadanya. Pada saat
yang sama pemerintah pusat diharapkan lebih mampu berkonsentrasi
pada perumusan kebijakan nasional yang bersifat strategis.
Di lain pihak, dengan desentralisasi daerah akan mengalami
proses pemberdayaan yang optimal. Kemampuan prakarsa dan
kreativitas pemerintah daerah akan terpacu, sehingga kemampuannya
dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi di daerah akan
semakin kuat. Pada dasarnya terdapat tiga misi utama pelaksanaan
otonomi daerah & desentralisasi fiskal, yaitu:
- Meningkatkan kualitas & kuantitas pelayanan publik &
kesejahteraan masyarakat.
- Memberdayakan & menciptakan ruang bagi masyarakat (publik)
untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.
- Menciptakan efisiensi & efektivitas pengelolaan sumber daya
daerah.
Kemudian tujuan otonomi daerah menurut penjelasan Undang-
undang No 32 tahun 2004 pada intinya hampir sama, yaitu otonomi
daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan & hasil-
hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa
& peran serta aktif masyarakat secara nyata, dinamis, & bertanggung
jawab sehingga memperkuat persatuan & kesatuan bangsa,

7
mengurangi beban pemerintah pusat & campur tangan di daerah yang
akan memberikan peluang untuk koordinasi tingkat lokal.
C. Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia
Sejak diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, banyak aspek positif yang diharapkan dalam pemberlakuan Undang-
Undang tersebut. Otonomi Daerah memang dapat membawa perubahan positif
di daerah dalam hal kewenangan daerah untuk mengatur diri sendiri.
Kewenangan ini menjadi sebuah impian karena sistem pemerintahan yang
sentralistik cenderung menempatkan daerah sebagai pelaku pembangunan
yang tidak begitu penting atau sebagai pelaku pinggiran. Tujuan pemberian
otonomi kepada daerah sangat baik, yaitu untuk memberdayakan daerah,
termasuk masyarakatnya, mendorong prakarsa dan peran serta masyarakat
dalam proses pemerintahan dan pembangunan.
Pada masa lalu, pengerukan potensi daerah ke pusat terus dilakukan
dengan dalih pemerataan pembangunan. Alih-alih mendapatkan manfaat dari
pembangunan, daerah justru mengalami proses pemiskinan yang luar biasa.
Dengan kewenangan yang didapat daerah dari pelaksanaan Otonomi Daerah,
banyak daerah yang optimis bakal bisa mengubah keadaan yang tidak
menguntungkan tersebut. Beberapa contoh keberhasilan dari berbagai daerah
dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu:
1. Di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, masyarakat lokal dan LSM yang
mendukung telah berkerja sama dengan dewan setempat untuk merancang
suatu aturan tentang pengelolaan sumber daya kehutanan yang bersifat
kemasyarakatan (community-based). Aturan itu ditetapkan pada bulan
Oktober yang memungkinkan bupati mengeluarkan izin kepada
masyarakat untuk mengelola hutan milik negara dengan cara yang
berkelanjutan.
2. Di Gorontalo, Sulawesi, masyarakat nelayan di sana dengan bantuan
LSM-LSM setempat serta para pejabat yang simpatik di wilayah provinsi
baru tersebut berhasil mendapatkan kembali kontrol mereka terhadap
wilayah perikanan tradisional/adat mereka.

8
Kedua contoh di atas menggambarkan bahwa pelaksanaan Otonomi
Daerah dapat membawa dampak positif bagi kemajuan suatu daerah. Kedua
contoh diatas dapat terjadi berkat adanya Otonomi Daerah di daerah terebut.
Selain membawa dampak positif bagi suatu daerah otonom, ternyata
pelaksanaan Otonomi Daerah juga dapat membawa dampak negatif. Pada
tahap awal pelaksanaan Otonomi Daerah, telah banyak mengundang suara pro
dan kontra. Suara pro umumnya datang dari daerah yang kaya akan sumber
daya, daerah-daerah tersebut tidak sabar ingin agar Otonomi Daerah tersebut
segera diberlakukan. Sebaliknya, bagi daerah-daerah yang tidak kaya akan
sumber daya, mereka pesimis menghadapi era otonomi daerah tersebut.
Masalahnya, otonomi daerah menuntut kesiapan daerah di segala bidang
termasuk peraturan perundang-undangan dan sumber keuangan daerah. Oleh
karena itu, bagi daerah-daerah yang tidak kaya akan sumber daya pada
umumnya belum siap ketika Otonomi Daerah pertama kali diberlakukan.
Selain karena kurangnya kesiapan daerah-daerah yang tidak kaya akan
sumber daya dengan berlakunya otonomi daerah, dampak negatif dari otonomi
daerah juga dapat timbul karena adanya berbagai penyelewengan dalam
pelaksanaan Otonomi Daerah tersebut. Dengan demikian diperlukannya suatu
pengawasan dan evaluasi agar pelaksanaan otonomi daerah dapat berjalan
sesuai dengan apa yang diharapkan.
D. Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah
Pengawasan yang dianut menurut undang-undang no 32 tahun 2004
meliputi dua bentuk pengawasan yakni pengawasan atas pelaksanaan urusan
pemerintah di daerah dan pengawasan terhadap peraturan daerah dan
peraturan kepala daerah. Pengawasan ini dilaksanakan oleh aparat pengawas
intern pemerintah. Hasil pembinaan dan pengawasan tersebut digunakan
sebagai bahan pembinaan selanjutnya oleh pemerintah dan dapat digunakan
sebagai bahan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Pembinaan atas
penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah upaya yang dilakukan oleh
pemerintah dan/atau gubernurselaku wakil pemerintah di daerah untuk
mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah.

9
Dalam rangka pembinaan oleh pemerintah, menteri dan pimpinan
lembega pemerintah non-departemen melakukan pembinaan sesuai dengan
fungsi dan kewenangan masing-masing yang dikoordinasikan oleh Mmenteri
Dalam Negeri untuk pembinaan dan pengawasan provinsi, serta oleh gubernur
untuk pembinaan dan pengawasan kabupaten / kota.
Dalam hal pengawasan terhadap rancangan peraturan daerah dan
perataturan kepala daerah, pemerintah melakukan dua cara sebagai berikut.
1. Pengawasan terhadap rancangan perda yang mengatur pajak daerah,
retribusi daerah, APBD, dan RUTR, sebelum disyahkan oleh kepala
daerah terlebih dahulu dievaluasi oleh Menteri Dalam Negeri untuk
Raperda Provinsi, dan oleh gubernur terhadap Raperda Kabupaten/Kota.
Mekanisme ini dilakukan agar pengaturan tentang hal-hal tersebut dapat
mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal.
2. Pengawasan terhadap semua peraturan daerah di luar yang termuat di atas,
peraturan daerah wajib disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk
provinsi dan gubernur untuk kabuapten/kota, untuk memperoleh klarifikasi
terhadap peraturan daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum
dan/atau peraturan lain yang lebih tinggi dan sebab itu dapat dibatalkan
sesuai mekanisme yang berlaku.
Dalam rangka mengoptimalkan fungsi pembinaan dan pengawasan,
pemerintah dapat menerapkan sanksi kepada penyelenggara pemerintahan
daerah apabila ditemukan adanya penyimpangan dan pelanggaran. Sanksi
yang dimaksud antara lain berupa penataan kembali suatu daerah otonom,
pembatalan pengangkatan pejabat, penangguhan dan pembatalan berlakunya
suatu kebijakan yang ditetapkan daerah, sanksi pidana yang diproses sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
E. Evaluasi Pelaksanaan Otonomi Daerah
Indonesia adalah negara yang memiliki Pemerintahan yang terbagi
menjadi Pusat dan Daerah. Dalam Pemerintah Daerah terbagi lagi menjadi
Pemerintah Daerah tingkat Propinsi dan Pemda tingkat Kota / Kabubaten. 
Dalam hal pemerintahan ini terdapat asas Desentralisasi. Desentralisasi adalah

10
penyerahan wewenang kepada pemerintah Daerah untuk mengurusi rumah
tangganya sendiri sesuai aspirasi rakyatnya. Indonesia mengenal
Desentralisasi ini sejak lama. Desentralisasi ini berlaku dalam aspek
administratif pemerintah.
Dari asas Desentralisasi maka hal ini tidak jauh dengan penerapan
Otonomi Daerah. Otonomi Daerah sebagai salah satu bentuk cara memerintah
yang diterapkan diberbagai wilayah di Indonesia yang diberikan Pemerintah
Pusat ke Pemerintah Daerah tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota. Hal ini
ditujukan agar Pemerintah di Daerah dapat mengambil keputusan dan
mengelola berbagai kepentingan di daerahnya sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan secara tepat tanpa melalui alur proses yang lama dan berbelit
untuk mengembangkan daerahnya sesuai potensi dan kekhasannya masing-
masing.  Pemerintah Daerah memiliki kebebasan mengelola tersebut selama
tidak bertentangan dengan Undang-Undang dan memiliki Prinsip Asas, Luas,
Nyata serta bertanggung jawab. Terdapat dua nilai dasar dalam pelaksanaan
Desentralisasi dan Otonomi Daerah ini. Yang pertama yaitu asas Unitaris.
Pengelolaan berbagai aspek oleh Pemerintah Daerah ini juga
memerlukan pengawasan dari berbagai pihak terutama dari masyarakat di
daerah sendiri yang mengetahui kondisi yang benar-benar terjadi di lapangan.
Karena kebebasan dalam pengambilan keputusan rawan terjadi penyimpangan
sehingga perlu adanya kontrol untuk mencegah adanya penyimpangan
tersebut. Karena wewenang ini adalah bagian dari amanah yang diberikan
rakyat dan negara untuk mengurusi wilayah. Namun dalam pelaksanaannya
tentulah tidak bisa mencapai kesempurnaan. Artinya selama ini terdapat
penyimpangan dalam memanfaatkan kewenangannya. Dan di dalam kasus ini
penyimpangan yang terjadi adalah dalam hal pengelolaan Sumber Daya Alam.
Contohnya adalah pemberian Izin Investasi Kehutanan, Pertambangan,
Perkebunan dan Perikanan yang kerapkali diberikan terkait kepentingan
kelompok tertentu di Daerah dan ditambahkan pula bahwa penyimpangan ini
marak terjadi ketika menjelang Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada. Jelas
hal ini tidak adil dan harus dilakukan evaluasi karena SDA yang ada di daerah

11
harus digunakan sebaik mungkin untuk kemakmuran semua rakyat yang ada
di daerah.
Oleh karena adanya penyimpangan tersebut maka dilakukanlah
evaluasi melalui berbagai hal. Salah satunya adalah memberikan usul pada
DPR RI yang dalam hal ini sebagai pembuat kebijakan di tingkat Pusat yang
saat ini sedang membahas Rancangan Undang Undang tentang Pemda. Usulan
yang disampaikan tersebut adalah mencabut kewenangan pemberian Izin
investasi Kehutanan, Pertambangan,Perkebunan dan Perikanan di Pemerintah
Daerah tingkat Kabupaten / Kota. Kemudian wewenang ini tidak hilang begitu
saja, namun ditambahkan ke kewenangan Pemerintah Propinsi,artinya ada
pemindahan wewenang ke atas dari tingkat Kabupaten/Kota ke tingkat
Propinsi agar meminimalisir penyimpangan yang terjadi di daerah dan
pengontrolan oleh pemerintah menjadi lebih mudah dilakukan.
Terjadinya penyimpangan dalam hal pengelolaan di daerah berarti juga
terjadi pengkhianatan atas amanah yang diberikan rakyat kepada pemerintah
yang bersangkutan. Sehingga bentuk penyimpangan semacam ini harus
diwaspadai dan dihindari dengan cara evaluasi dan pengawalan dari kita
semua warga Indonesia. Karena memang penerapan asas Desentralisasi di
Indonesia dirasa belum efektif . Sehingga sangat diperlukan penataaan ulang
agar terjadi pola pemerintahan yang baik dan sehat. Karena pembiaran atas
penyimpangan yang terjadi terhadap penerapan otonomi daerah ini akibatnya
adalah kerugian rakyat dan pada kebijakan nasional secara menyeluruh.
Pada dasarnya penerapan Desentralisasi dan Otonomi daerah adalah
sebuah cara yang bagus dalam pengelolaan suatu wilayah Karena rakyat dan
masyarakat setempat memiliki kewenangan yang cukup luas dalam mengatur
wilayahnya sesuai dengan kepentingan dan dikembangkan sesuai dengan
potensi yang dimiliki tiap daerah. Namun apabila didalamnya terjadi
pelanggaran dan penyalahgunaan maka perlu dilakukan penindakan terhadap
oknum yang menyalahgunakan wewenang tersebut. Dan perlu juga dilakukan
evaluasi terhadap kinerja pemerintah yang melaksanakan otonomi daerah ini.

12
Jangan sampai dengan dilakukannya desentralisasi yang bertujuan baik ini
justru membawa daerahnya tidak kepada kemakmuran rakyatnya.
Ketidakefektifan pola pemerintahan yang seperti ini menurut saya
bukan pada sistemnya namun pada pelaksanaannya yang tergantung dari
orang-orang didalamnya apakah memiliki integritas ataukah tidak
melaksanakan amanah yang diberikan dengan baik. Intinya dalam pelaksanaan
otonomi daerah ini tetap harus penuh pengawalan dari masyarakat agar
masyarakat tetap mendapatkan manfaat dan tidak ada yang dirugikan dalam
pelaksanaannya.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Otonomi daerah secara umum diartikan sebagai pemberian
kewenangan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam UU No 22 Tahun 1999 sebagai titik awal pelaksanaan
otonomi daerah maka pemerintah pusat menyerahkan sebagian kewenangan
kepada pemerintah provinsi dan kabupaten untuk mengambil tanggung jawab
yang lebih besar dalam pelayanan umum kepada masyarakat setempat.
Otonomi daerah telah banyak membawa perubahan dalam kehidupan
bangsa, misalnya segi ekonomi maka pemerintah daerah dapat mengatur dan
mengelola segala sumber daya yang ada sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya. Selain itu, otonomi daerah pula mempengaruhi di
segi politik, birokrasi dan sosial budaya. Seperti pemilihan kepala daerah
dilakukan secara langsung, ini sangat berbeda pada saat sebelum otonomi
daerah diberlakukan. Tengok saja, dari bupati sampai presiden kini dipilih
langsung oleh rakyat. Otonomi memungkinkan daerah mengatur rumah
tangganya sendiri.
Akar dari belum berkinerja baiknya otonomi daerah terkait dengan
evaluasi publik atas kinerja pemerintah daerah. Evaluasi positif publik atas
kinerja otonomi daerah tergantung pada apakah kinerja pemerintah akan
semakin baik, atau sebaliknya. Bila tidak, maka sikap negatif publik pada
otonomi daerah akan menjadi semakin kuat, dan pada gilirannya akan semakin
menjauhkan daerah dengan pusat, kedaerahan dan keindonesiaan.

14
B. Saran
Otonomi daerah secara umum diartikan sebagai pemberian
kewenangan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam UU No 22 Tahun 1999 sebagai titik awal pelaksanaan
otonomi daerah maka pemerintah pusat menyerahkan sebagian kewenangan
kepada pemerintah provinsi dan kabupaten untuk mengambil tanggung jawab
yang lebih besar dalam pelayanan umum kepada masyarakat setempat.
Otonomi daerah telah banyak membawa perubahan dalam kehidupan
bangsa, misalnya segi ekonomi maka pemerintah daerah dapat mengatur dan
mengelola segala sumber daya yang ada sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya. Selain itu, otonomi daerah pula mempengaruhi di
segi politik, birokrasi dan sosial budaya. Seperti pemilihan kepala daerah
dilakukan secara langsung, ini sangat berbeda pada saat sebelum otonomi
daerah diberlakukan. Tengok saja, dari bupati sampai presiden kini dipilih
langsung oleh rakyat. Otonomi memungkinkan daerah mengatur rumah
tangganya sendiri.
Akar dari belum berkinerja baiknya otonomi daerah terkait dengan
evaluasi publik atas kinerja pemerintah daerah. Evaluasi positif publik atas
kinerja otonomi daerah tergantung pada apakah kinerja pemerintah akan
semakin baik, atau sebaliknya. Bila tidak, maka sikap negatif publik pada
otonomi daerah akan menjadi semakin kuat, dan pada gilirannya akan semakin
menjauhkan daerah dengan pusat, kedaerahan dan keindonesiaan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Otonomi Daerah. 2013. Latar Belakang Otonomi Daerah.


http://otonomidaerah.com/latar-belakang-otonomi-daerah.html diakses
pada tanggal 5 Juni 2013

Otonomi Daerah. 2013. Pelaksanaan Otonomi Daerah.


http://otonomidaerah.com/pelaksanaan-otonomi-daerah.html diakses pada
tanggal 26 Me 2013.

Otonomi daerah di Indoesia. 2013. Otonomi daerah di Indonesia.


http://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah_di_Indonesia diakses pada
tanggal 26 Mei 2013.

Setyawan Salam Darma. DR. Ir. 2007. Otonomi Daerah. Penerbit Jembatan;
Jakarta.

Syafirin Pipin. Dedah Jubaedah. 2006. Pemerintahan Daerah Di Indonesia.


Pustaka Setia Bandung.

16
Tugas : Makalah PKn Guru Mata Pelajaran : A. AIYUB, SE

KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN


OTONOMI DAERAH MELIPUTI PENGAWASAN DAN EVALUASI
PADA ASPEK PEMERINTAHAN

Oleh :
Kelompok 4
Nama : Ayu Lestari
Khairunnisa
Nurmita
Nurul Padilla
Rastina
Wahyu Tanri
Muh. Adim Yasin
Muh. Rifki
Salman Makki

17
Kelas : X Sains 5

MADRASAH ALIYAH NEGERI PINRANG


TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan taufik dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah PKn ini sesuai dengan waktu

yang telah ditentukan, Walaupun ada kesulitan yang saya hadapi, tiada daya dan

upaya kecuali dengan pertolongan Allah SWT. Shawat dan salam tidak lupa

disampaikan kepada Nabi junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah

memberikan cahaya menuju jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat.. Pembuatan

makalah ini merupakan salah satu tugas dari guru mata pelajaran Sosiologi.

Walaupun demikian, penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini

masih terdapat kekurangan dan belum dikatakan sempurna karena keterbatasan

kemampuan penulis. Oleh karena itu, saran dan kritk yang bersifat membangun

dari semua pihak, penulis harapkan agar dalam pembuatan makalah di waktu yang

akan datang bisa lebih baik lagi.

Harapan penulis semoga makalah ini berguna bagi siapa saja yang

membacanya. Wabillahi Taufik Walhidayah Wassalamualaikum Wr.Wb

18
Pinrang, Maret

2018

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i

Daftar Isi............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pemerintahan Daerah................................................................ 3

B. Otonomi Daerah........................................................................ 5

C. Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia............................... 8

D. Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah.............. 9

E. Evaluasi Pelaksanaan Otonomi Daerah.................................... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................... 14

B. Saran.......................................................................................... 14

Daftar Pustaka................................................................................................... 16

19
20

Anda mungkin juga menyukai