Anda di halaman 1dari 3

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah diundangkan untuk

menggantikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang


sudah tidak sejalan lagi dengan pembangunan ketatanegaraan.

Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa
Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Sebagai Negara kesatuan,
pemerintah Negara Indonesia membentuk Daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. Kemudian Pasal 18 ayat (2) dan ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Pemerintahan Daerah berwenang untuk mengatur
dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan menurut Asas Otonomi dan Tugas Pembantuan
dan diberikan otonomi yang seluas-luasnya.

Serangkaian Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan perubahannya mengacu pada


perubahan susunan dan kewenangan pemerintah daerah. Menurut UU ini, pemerintah daerah
terdiri dari pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, dan Kementerian Pembangunan
Demokrasi. Pemerintah daerah terdiri dari kepala daerah, dan DPRD dibantu oleh pejabat
daerah. Pemerintah provinsi terdiri dari pemerintah provinsi dan DPP provinsi. Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan DPRD
Kabupaten/Kota. Dengan adanya perubahan susunan pemerintahan daerah, kewenangan
pemerintah daerah juga mengalami beberapa perubahan.

Pemerintahan daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh


pemerintah daerah atau kepala daerah dan DPRD dengan dibantu oleh perangkat daerah
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi dan NKRI dalam UUD
1945 yang dibiayai oleh APBN. Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah dari
Urusan Pemerintahan dan kekuasaan Presiden yang dilimpahkan kepada Kepala Daerah untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Daerah diharapkan mampu meningkatkan daya
saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan
kekhususan serta potensi dan keanekaragaman Daerah dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Penyelenggara Pemerintahan Daerah, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 57, dalam menyelenggarakan Pemerintahan Daerah berpedoman pada asas
penyelenggaraan pemerintahan negara yang terdiri atas:

a. kepastian hukum; c. kepentingan umum;


b. tertib penyelenggara negara; d. keterbukaan;
e. proporsionalitas; h. efisiensi;
f. profesionalitas; i. efektivitas; dan
g. akuntabilitas; j. keadilan.

Asas otonomi / prinsip dasar penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dimiliki adalah :

1. Desentralisasi adalah penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada


daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi.
2. Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat,
kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali
kota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum.
3. Instansi Vertikal adalah perangkat kementerian dan/atau lembaga pemerintah
nonkementerian yang mengurus Urusan Pemerintahan yang tidak diserahkan kepada
daerah otonom dalam wilayah tertentu dalam rangka Dekonsentrasi.
4. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah otonom
untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada Daerah kabupaten/kota
untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
provinsi.

Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan dibantu oleh menteri negara (kementrian
dan non kementrian). Kementrian/lembaga pemerintah nonkementerian melakukan pembinaan
dan pengawasan yang bersifat teknis, sedangkan Kementerian melaksanakan pembinaan dan
pengawasan yang bersifat umum. Sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi tanggung
jawab menteri tersebut yang sesungguhnya diotonomikan ke Daerah. Menteri berkewajiban
untuk melakukan pembinaan dan pengawasan agar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Agar tercipta sinergi antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian berkewajiban
membuat norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) untuk dijadikan pedoman bagi Daerah
dalam menyelenggarakan Urusan pemerintahan.

Dalam pasal 26 ayat 1 disebutkan bahwa ‘Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan urusan
pemerintahan umum, dibentuk Forkopinda provinsi, Forkoprinda sendiri adalah Forum
Koordinasi Pimpinan Daerah adalah forum yang digunakan untuk membahas penyelenggaraan
urusan pemerintahan umum. Forkopimda kabupaten/kota, dan forum koordinasi pimpinan di
Kecamatan.’ Forkoprinda provinsi diketuai oleh gubernur , Forkoprinda kota/kab diketuai oleh
Bupati yang terdiri atas pimpinan DPRD, pimpinan kepolisian, kejaksaan, dan TNI. dan untuk
Forkoprinda kecamatan diketuai oleh camat dan terdiri atas pimpinan kepolisian dan pimpina
kewilayahan TNI di kecamatan.

Anda mungkin juga menyukai