Anda di halaman 1dari 7

UNIVERSITAS JAKARTA

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP

MATA KULIAH : SISTEM PEMERINTAHAN


Semester 5.A
NAMA : ANDI MARWAYANTO HAREFA
NIM : 03180008

1. urusan pemerintahan absolut diuraikan sebagai urusan pemerintahan yang sepenuhnya


menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. Lebih lanjut dijelaskan pada Pasal 10 ayat (1)
UU 23/2014, menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah dan bagaimana pengaturan urusan pemerintahan konkuren yang merupakan salah
satu unsur dari klasifikasi urusan pemerintahan menurut Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Urusan pemerintahan konkuren merupakan
urusan pemerintahan yang dibagi antara pemerintah pusat dan daerah provinsi dan Daerah
kabupaten/kota. Urusan pemerintahan konkuren diserahkan ke daerah menjadi dasar
pelaksanaan otonomi daerah, Urusan pemerintahan umum sebagaimana merupakan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan presiden sebagai kepala pemerintahan.

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah ditetapkan


untuk mengganti UU 32 Tahun 2004 yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan 
keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Muatan
UU Pemerintahan Daerah tersebut membawa banyak perubahan dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Salah satunya adalah pembagian urusan pemerintahan daerah.
Berdasarkan UU Nomor 23 tahun 2014 klasifikasi urusan pemerintahan terdiri dari 3
urusan yakni urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan
urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahan absolut adalah Urusan
Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. Urusan
pemerintahan konkuren adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah
Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. Urusan pemerintahan
umum adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai
kepala pemerintahan.
Berikut menggambarkan pembagian urusan pemerintahan.
Untuk urusan
konkuren atau urusan pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah
provinsi dan Daerah kabupaten/kota dibagi menjadi urusan pemerintahan wajib dan
urusan pemerintahan pilihan. Urusan Pemerintahan Wajib adalah Urusan
Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh semua Daerah. Sedangkan Urusan
Pemerintahan Pilihan adalah Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh
Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah.

3. Pasal 18 Ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi
atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang
tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai Pemerintahan daerah, yang diatur
dengan Undang-Undang”, artinya negara Indonesia terdiri dari beberapa provinsi,
kabupaten dan kota sedangkan Pemerintahnya terdiri dari Pemerintah Pusat dan
Pemerintah daerah. Daerah provinsi, Kabuapten/Kota merupakan daerah yang otonom,
yaitu suatu masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak,
berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Pada
pasal 18 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi “Pemerintah daerah provinsi, daerah
kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas perbantuan.” Dalam rangka penyelenggaraan hubungan kewenangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah, dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004 Tentang Pemerintahan Daerah tepatnya Pasal 10 ditegaskan Pemerintah Daerah
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah
Pusat. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta
masyarakat. Di samping itu melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu
meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk membentuk Perda untuk membantu proses
dalam pelaksanaan Pemerintahan di daerah. Sesuai ketentuan Pasal 14 Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan perundang-undangan yaitu, “materi
muatan Peraturan Daerah provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi
muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan dan
menampung kondisi khusus daerah dan/ atau penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi.”
Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat
yang meliputi :

1. Pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah;


2. Pengawasan terhadap Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.

Pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat terkait dengan penyelenggaraan urusan
pemerintahan meliputi pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah dan
pengawasan terhadap produk hukum daerah. Pengawasan terhadap Perda dapat berupa
evaluasi dan klarifikasi.
Khusus pada pada Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang menjadi peraturan yang terendah
dalam hirarki peraturan perundang-undangan, menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 Tentang Pembentukan Peraturan perundang-undangan, selain itu juga Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota juga paling banyak di Indonesia jika ditinjau dari banyaknya
Kabupaten/Kota di Indonesia menjadi peraturan yang mendapat perhatian lebih dari
Pemerintah Pusat dikarenakan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang menjadi peraturan
yang langsung dampaknya langsung pada masyarakat. Selain itu Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota amatlah bervariatif tergantung dengan iklim daerah dan Pemerintahan pada
Kabupaten/Kota di Indonesia, hal itu membuat Peraturan Daerah Kabupaten/Kota rentan
banyak kesalahan dan bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi.
Kenyataan yang terjadi dan merupakan sejarah bagi negara Indonesia, banyaknya Perda yang
dibatalkan. Kemendagri juga mencatat dalam 10 tahun yaitu dari tahun 2002 hingga tahun
2014 jumlah pembatalan Perda berjumlah 710 (tujuh ratus sepuluh) Peraturan Daerah. Hal
tersebut juga menunjukan masih banyak Perda yang belum berkualitas dan bertentangan
dengan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Pembatalan suatu Perda merupakan akibat dari pengujian terhadap Peraturan Daerah. Dalam
pembatalan Perda tersebut dilakukan oleh lembaga eksekutif atau yudikatif. Lembaga
eksekutif dalam hal ini Pemerintah sebagaimana dimaksud adalah Pemerintah. Sedangkan
lembaga yudikatif dalam hal ini dilakukan oleh Mahkamah Agung sesuai konstitusi Negara
Republik Indonesia.
Pengujian Peraturan Daerah oleh Pemerintah Pusat yang dalam hal ini dilakukan oleh
Menteri Dalam Negeri inilah yang dikenal dengan istilah executive review.
Pengertian executive review adalah segala bentuk produk hukum pihak eksekutif diuji oleh
kelembagaan dan kewenangan yang bersifat hirarkis. Dalam konteks ini yang diperkenalkan
dalam istilah “control internal” yang dilakukan oleh pihak sendiri terhadap produk yang
dikeluarkan baik yang berbentuk pengaturan (regeling), maupun keputusan (beschikking).
Dapat dilihat bahwa proses executive review pada Peraturan Daerah amatlah penting untuk
meningkatkan kualitas Peraturan Daerah karena dengan adanya rasa tanggung jawab yang
lebih oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk membuat
Peraturan Daerah yang berkualiatas agar tidak dibatalkan oleh Pemerintah yang dalam hal ini
Pemerintah Pusat. Selain itu Peraturan Daerah Kabupaten/Kota mesti mendapatkan perhatian
yang lebih dalam proses executive review dikarenakan dampak Perda tersebut langsung
terhadap masyarkat serta banyak dan bervariatifnya Perda Kabupaten/Kota cenderung
meningkatkan kesalahan dalam muatan Perda tersebut.

4. A. Pengertian Sentralisasi
Asas sentralisasi memusatkan semua wewenang kepada sejumlah kecil
manajer atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi.
Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia
sebelum adanya otonomi daerah.
Ciri-ciri dari asas ini sangat mencolok yaitu pemusatan kekuasaan di pusat,
yang mengurusnya adalah pemerintah pusat.
Kelebihan Asas Sentralisasi

 Perbaikan koordinasi, koordinasi menjadi lebih mudah karena adanya unity of


command.
 Pemusatan expertise (keahlian), keahlian dari anggota organisasi bisa dimanfaatkan
secara maksimal karena pimpinan bisa memberi wewenang.
 Kebijakan umum organisasi lebih mudah diimplementasikan terhadap keseluruhan.
 Menghasilkan strategi yang konsisten dalam organisasi.
 Mencegah sub-sub unit menjadi independen.
 Memudahkan koordinasi dan kendali manajerial.

Kekurangan Asas Sentralisasi

 Penurunan kecepatan untuk merespon perubahan lingkungan. Organisasi sangat


bergantung pada daya respon sekelompok orang saja.
 Kualitas manusia yang robotic, tanpa kreativitas dan inisiatif.
 Melahirkan suatu pemerintah yang otoriter sehingga tidak mengakui akan hak-hak
daerah.
 Kekayaan nasional, kekayaan daerah telah dieksploitasi untuk kepentingan segelintir
elite politik.
 Mematikan kemampuan ber-inovasi yang tidak sesuai dengan pengembangan suatu
masyarakat demokrasi terbuka.

Contoh Sistem Sentralisasi

 Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengamankan NKRI dari 3 titik pusat yaitu darat,


udara, dan laut.
 Bank Indonesia yang menjadi pusat dari semua pengaturan kebijakan moneter dan
fiskal.

B. Pengertian Desentralisasi

Desentralisasi berhubungan dengan otonomi daerah. Karena otonomi daerah


merupakan kewenangan suatu daerah untuk menyusun, mengatur, dan mengurus daerahnya
sendiri tanpa ada campur tangan serta bantuan dari pemerintah pusat.

Keunggulan Asas Desentralisasi

 Memberi peluang untuk memanfaatkan potensi daerah secara optimal.


 Mempunyai keterampilan interpersonal yang layak.
 Mengurangi biaya akibat alur birokrasi yang panjang sehingga bisa meningkatkan
efisiensi.
 Melahirkan manusia yang mempunyai kebebasan berpikir
 Bisa memecahkan masalah secara mandiri, serta bekerja dan hidup di kelompok
kreatif yang inisiatif dan empati.

Kelemahan Asas Desentralisasi

 Susah diamati oleh pemerintah pusat.


 Pembatasan rinci kewenangan antara pemerintah pusat, provinsi, dan daerah kurang
jelas.
 Kemampuan keuangan daerah terbatas.
 Sumber daya manusia dan Kapasitas manajemen daerah yang belum memadai.
 Pemerintah pusat secara psikologis kurang siap untuk kehilangan otoritasnya.

Contoh Asas Desentralisasi

Dinas Pendidikan menjadi pengatur bagaimana pola pendidikan yang akan


dijalankan.

C. Pengertian Dekonsentrasi

Kewenangan politik tetap berada ditangan pemerintahan pusat. Jadi Dekonsentrasi bisa
dikatakan sebagai kombinasi antara sentralisasi dan desentralisasi.

Kelebihan Asas Dekonsentrasi

 Secara politis, eksistensi dekonsentrasi akan bisa mengurangi keluhan di daerah


terhadap kebijakan pemerintah pusat.
 Secara ekonomis, aparat dekonsentrasi bisa membantu pemerintah dalam
merumuskan perencanaan dan pelaksanaan lewat aliran informasi yang intensif
yang disampaikan dari daerah ke pusat.
 Memungkinkan adanya kontak langsung antara pemerintah dengan rakyat.
 Kehadiran perangkat dekonsentrasi di daerah bisa mengamankan pelaksanaan
kebijakan pemerintah pusat atau kebijakan nasional di bidang politik, ekonomi, dan
administrasi
 Bisa menjadi alat yang efektif untuk menjamin persatuan dan kesatuan nasional.

Kelemahan Asas Dekonsentrasi

 Koordinasi semakin sulit karena struktur pemerintahan bertambah kompleks.


 Keseimbangan dan keserasian antara berbagai kepentingan daerah lebih mudah
terganggu.
 Mendorong timbulnya fanatisme daerah.
 Keputusan yang diambil relatif lama.
 Biaya yang dibutuhkan besar.
Contoh Sistem Dekonsentrasi

 Presiden melimpahkan semua wewenang ke Gubernur untuk melaksanakan ASEAN


GAMES yang akan diselenggarakan di daerahnya.
 Pelayanan Pajak di Kantor Pajak

D. Azas Medebewind

Pengertian Medebewind Medebewind (pembantuan) adalah penugaan pemerintah pusat


kepada daerah dan desa dan dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang
disertai pembiayaan, sarana, dan prasarana, serta sumer daya manusia dengan kewajiban
melaporkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan (Pasal 1 angka 9 UU No.32 Tahun
2004).
Menurut Bagir Manan tugas pembantuan diberikan oleh pemerintah pusat atau pemerintah
yang lebih atas kepada pemerintah daerah di bawahnya berdasarkan undang – undang.  Ibid,
hlm. 21.
Kusumah atmadja mengartikan medebewind sebagai pemberian kemungkinan dari pemrintah
pusat / pemerintah daerah yang lebih atas untuk meminta bantuan kepada pemerintah daerah /
pemerintahan yang tingkatannya lebih rendah agar menyelenggarakan  tugas  atau  urusan
rumah  tangga pemerintah  /  daerah  yang tingkatannya lebih atas. Ibid, hlm. 22. 
Dalam menjalankan medebewind tersebut urusan pusat / daerah yang lebih atas, tidak beralih
menjadi urusan daerah yang dimintai bantuan. Hanya saja cara daerah  otonom
menyelenggarakan  bantuan  tersebut  diserahkan  sepenuhnya kepada daerah itu sendiri.
Daerah otonom ini tidak berada di bawah perintah, juga tidak dapat dimintai
pertanggungjawaban oleh pemerintah pusat / daerah yang lebih tinggi yang memberi tugas.
Karena hakekatnya urusan yang diperbantukan pada daerah otonom tersebut adalah urusan
pusat maka dalam sistem medebewind anggarannya berasal dari APBN. Anggaran pusat ini
lalu ditransfer langsung ke kas daerah. Anggaran ini masuk ke rekening khusus yang
pertanggunjawabannya terpisah dari APBD.

5. Karakteristik Sistem Pemerintahan Presidensial (NKRI)


1. Presiden adalah penyelenggara negara.
2. Presiden menjabat dua jabatan sekaligus yaitu kepala negara dan kepala pemerintahan.
3. Parlemen tidak memilih presiden, tetapi dipilih langsung oleh rakyat atau suatu dewan
majelis.
4. Menteri-menteri dipilih langsung oleh presiden menjadi sebuah kabinet yang
bertangungjawab kepada presiden dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen atau
legislatif.
5. Presiden tidak bertanggungjawab kepada parlemen secara presiden tidak dipilih oleh
parlemen.
6. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem parlementer.
7. Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga perwakilan. Anggota
parlemen dipilih oleh rakyat.
8. Presiden tidak berada dibawah pengawasan langsung parlemen.
Karakteristik Sistem Pemerintahan Presidensial yang berlaku di Amerika
Serikat

Amerika Serikat adalah sebuah republik konstitusional federal, di mana Presiden (kepala


negara dan kepala pemerintahan), Kongres, dan lembaga peradilan berbagi kekuasaan yang
melekat pada pemerintah nasional, dan pemerintah federal berbagi kedaulatan dengan
pemerintah-pemerintah negara bagian.
Cabang eksekutif dikepalai oleh Presiden dan tidak memiliki kebergantungan terhadap
cabang legislatif. Kekuasaan legislatif berada pada dua kamar Kongres, Senat dan Dewan
Perwakilan Rakyat. Cabang yudikatif (atau peradilan), terdiri atas Mahkamah Agung dan
pengadilan-pengadilan federal yang lebih rendah kedudukannya, menjalankan kekuasaan
yudikatif (atau peradilan). Fungsi peradilan adalah untuk menafsirkan konstitusi dan hukum-
hukum federal dan peraturan-peraturan yang berlaku di Amerika Serikat. Hal ini termasuk
menyelesaikan sengketa antara cabang-cabang eksekutif dan legislatif. Susunan dan
kedudukan pemerintah federal dijelaskan di dalam konstitusi. Dua partai politik, Partai
Demokrat dan Partai Republik, mendominasi politik di Amerika sejak perang saudara,
meskipun partai-partai lain juga ada.
Terdapat dua perbedaan utama antara sistem politik yang dijalankan di Amerika dan di
sebagian besar negara-negara demokrasi maju lainnya. Hal ini meliputi bertambahnya
kekuasaan majelis tinggi di cabang legislatif, sebuah cakupan kekuasaan yang lebih luas
dipegang oleh Mahkamah Agung, pemisahan kekuasaan antara cabang legislatif dan
eksekutif, dan dominasi dua partai politik. Amerika Serikat adalah salah satu negara
demokratis maju di dunia, di mana partai-partai ketiga memiliki pengaruh politik yang kecil.
Entitas federal yang diciptakan oleh Konstitusi Amerika Serikat adalah fitur dominan sistem
pemerintahan Amerika. Tetapi, sebagian besar rakyat menjadi subjek bagi pemerintah negara
bagian, dan semuanya adalah subjek bagi berbagai unit pemerintah daerah. Pemerintah
daerah yang dimaksud adalah county (setara kabupaten), munisipalitas, dan distrik khusus.
Tumpang tindihnya wilayah hukum ini mencerminkan sejarah Amerika Serikat. Pemerintah
federal diciptakan oleh negara-negara bagian, sejak koloni-koloni didirikan secara terpisah
dan memerintah wilayah masing-masing, merdeka satu sama lain. Satuan-satuan pemerintah
daerah diciptakan oleh koloni-koloni untuk menjalankan fungsi-fungsi tertentu negara bagian.
Seiring meluasnya negara ini, pemerintah federal menganjurkan agar negara-negara bagian
baru meniru sistem yang telah ada.

Anda mungkin juga menyukai