PENDAHULUAN
I-1
Di samping perkembangan sistem ketatanegaraan, pembentukan
Undang-Undang tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dimaksudkan pula sebagai upaya
untuk meningkatkan kinerja masing-masing lembaga perwakilan
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berdasarkan prinsip
saling mengimbangi checks and balances, yang dilandasi prinsip
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta
sekaligus meningkatkan kewibawaan dan kepercayaan masyarakat
terhadap fungsi representasi lembaga perwakilan yang
memperjuangkan aspirasi masyarakat.
I-2
pemerintahan nasional dan tidak ada kedaulatan pada Daerah.
Oleh karena itu, seluas apa pun otonomi yang diberikan kepada
Daerah, tanggung jawab akhir penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah akan tetap ada ditangan Pemerintah Pusat. Untuk itu
Pemerintahan Daerah pada negara kesatuan merupakan satu
kesatuan dengan Pemerintahan Nasional. Sejalan dengan itu,
kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh Daerah merupakan
bagian integral dari kebijakan nasional. Pembedanya adalah
terletak pada bagaimana memanfaatkan kearifan, potensi, inovasi,
daya saing, dan kreativitas Daerah untuk mencapai tujuan
nasional tersebut di tingkat lokal yang pada gilirannya akan
mendukung pencapaian tujuan nasional secara keseluruhan.
I-3
mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan yang
diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah dan dalam
pelaksanaannya dilakukan oleh kepala daerah dan DPRD dengan
dibantu oleh Perangkat Daerah. Urusan Pemerintahan yang
diserahkan ke Daerah berasal dari kekuasaan pemerintahan yang
ada ditangan Presiden. Konsekuensi dari negara kesatuan adalah
tanggung jawab akhir pemerintahan ada ditangan Presiden. Agar
pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah
berjalan sesuai dengan kebijakan nasional maka Presiden
berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
I-4
(2) Ketiga fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dijalankan dalam kerangka representasi rakyat di Daerah
kabupaten/kota.
(3) Dalam rangka melaksanakan fungsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), DPRD kabupaten/kota menjaring
aspirasi masyarakat.
Salah satu kendala yang dihadapi DPRD Kota Cilegon agar dapat
melaksanakan fungsi DPRD dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah adalah belum tersediannya pedoman, tata cara, SOP dalam
meyelenggarakan tugas dan fungsinya secara lengkap dan detail.
I-5
Sekretariat DPRD pada Tahun Anggaran 2014 memandang perlu
untuk melaksanakan Kegiatan/Pekerjaan Penyusunan Naskah
Akademik Peraturan Internal DPRD Kota Cilegon (Pedoman
Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Pengawasan). Keberadaan
Pedoman Penyelenggaraan Fungsi Pembentukan Perda Kota ini
diharapkan mampu menjadi panduan bagi DPRD Kota Cilegon
dalam menyelenggarakan salah satu fungsinya sebagaimana yang
diamantkan dalam peraturan perundang-undangan.
I-6
1.3. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENYUSUNAN NASKAH
AKADEMIK
I-7
Seiring dengan permasalahan yang telah diidentifikasi, tujuan dari
penyusunan Naskah Akademis/Peraturan Internal DPRD Kota
Cilegon (Pedoman Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan) adalah
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi permasalahan dan hal-hal yang menjadi
dasar pertimbangan perlunya penyusunan Rancangan
Peraturan Internal DPRD (Pedoman Penyelenggaraan Fungsi
Pengawasan).
2. Mengetahui landasan filosofis, sosiologis dan yuridis atas
pembentukan Rancangan Peraturan Internal DPRD (Pedoman
Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan).
3. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup
pengaturan, jangkauan dan arah pengaturan dari Rancangan
Peraturan Internal DPRD (Pedoman Penyelenggaraan Fungsi
Pengawasan).
4. Merumuskan pedoman penyelenggaraan fungsi pembentukan
perda kota yang diharapkan mampu menjadi panduan bagi
DPRD Kota Cilegon dalam melaksanakan fungsi, tugas dan
wewenang serta hak dan kewajiban anggotanya pada bidang
Pengawasan.
I-8
yang akuntabel, transparan dan berkualitas untuk
mendukung upaya pembangunan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
1.4. METODE
I-9