Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL ILMIAH

STIA LANCANG KUNING DUMAI

HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH


DALAM PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Aluwi (1910090811051)*

Program Studi Administrasi Negara, STIA Lancang Kuning, Dumai, Indonesia

Abstrak
Desentralisasi pada dasarnya adalah suatu proses penyerahan sebagian wewenang
dan tanggung jawab dari urusan yang semula adalah urusan pemerintah pusat
kepada badan-badan atau lembaga-lembaga pemerintah daerah agar menjadi
urusan rumah tangganya sehinggga urusan-urusan tersebut beralih kepada daerah
dan menjadi wewenang serta tanggung jawab pemerintah daerah. Praktiknya,
desentralisasi sebagai suatu sistem penyelenggaraan pemerintah daerah
memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Pelaksanaan otonomi daerah di
Indonesia diselenggarakan dalam rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat.
Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan
memperhatikan potensi dan kekhasan daerah masing-masing. Hal ini merupakan
kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan
kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah.
Kata Kunci : Desentralisasi, Otonomi Daerah

Abstract
Decentralization is basically a process of handing over some of the authority and
responsibility from affairs that were originally the affairs of the central
government to regional government agencies or institutions so that they become
household affairs so that these affairs are transferred to the regions and become
the authority and responsibility of the government. area. In practice,
decentralization as a local government administration system has several
advantages and disadvantages. The implementation of regional autonomy in
Indonesia is organized in the context of improving people's welfare. The
development of an area can be adjusted by the local government by taking into
account the potential and uniqueness of each region. This is an excellent
opportunity for regional governments to prove their ability to exercise the
authority that belongs to the region.
Keywords: Decentralization, Regional Autonomy

PENDAHULUAN
Pada dasarnya pemerintah pusat dan daerah memiliki hubungan
kewenangan yang saling melengkapi satu sama lain. Hubungan tersebut terletak
pada visi, misi, tujuan, dan fungsinya masing-masing. Visi dan misi kedua
lembaga ini, baik di tingkat lokal maupun nasional adalah melindungi serta
memberi ruang kebebasan kepada daerah untuk mengolah dan mengurus rumah
tangganya sendiri berdasarkan kondisi dan kemampuan daerahnya.
Dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia terdapat dua cara yang
dapat menghubungkan antara pemerintah pusat dan pemeritah daerah. Cara
pertama, disebut dengan sentralisasi, yakni segala urusan, fungsi, tugas, dan
wewenang penyelenggaraan pemerintahan ada pada pemerintah pusat yang
pelaksanaannya dilakukan secara dekonsentrasi. Cara kedua, dikenal sebagai
desentralisasi, yakni segala urusan, tugas, dan wewenang pemerintahan
diserahkan seluas-luasnya kepada pemerintah daerah.
Desentralisasi dapat menumbuhkan demokrasi dan partisipasi warga dalam
segenap aktivitas pembangunan yang pada gilirannya dapat meningkatkan
kesetaraan antar golongan, memperluas keadilan sosial dan memperbaiki kualitas
kehidupan rakyat, pembangunan merupakan suatu masyarakat atau sistem sosial
yang membawa perubahan dan peningkatan keadaan dari yang memiliki corak
sederhana ketingkatan yang lebih maju. Dan berdasarkan cita-cita bangsa
indonesia yang tertuang dalam undang-undang dasar 1945 yaitu mewujudkan
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat sehingga pembangunan daerah
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan daerah
diarahkan untuk mengembangkan potensi daerah dan meningkatkan kemampuan
dan daya guna keseluruhan tatanan, perangkat, kelembagaan, dan kebijakan
keuangan dalam menunjang kesinambungan pembangunan dan peningkatan
kemandirian bangsa, pelaksanaan otonomi daerah secara efektif di mulai januari
2001 diharapkan dapat meningkatkan pembangunan di setiap daerah walaupun,
banyak reaksi berbeda-bada di daerah. Pembangunan nasional di indonesia
mempunyai tujuan untuk mewujudkan masyarakat indonesia yang adil dan
makmur melalui peningkatan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh
rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional, maka
pelaksanaan pembangunan harus merata dan tidak terlepas dari adanya
pembangunan daerah merupakan bagian yang sangat penting dari pembangunan
nasional. Pada saat ini di indonesia telah menetapkan undang undang otonomi
daerah dimana dengan adanya otonomi daerah tersebut pemerintah dapat
diberikan kebebasan untuk membuat inisiatif sendiri dalam mengelola dan
mengoptimalkan sumber daya daerahnya. Menurut suparmoko mengartikan
otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat.

METODOLOGI PENULISAN
Metode yang digunakan dalam artikel ilmiah ini adalah metode kualitatif.
Dimana, metode yang digunakan adalah membandingkan teori dengan fakta yang
ada dilapangan. Yang mana teori didapatkan dari berbagai sumber buku, artikel,
jurnal, website ataupun sumber referensi lainnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan pemerintah pusat dan daerah oleh Clarke dan Stewart
dikonsepsikan dalam tiga bentuk hubungan sebagai berikut: a. The relative
autonomy model. Dalam model relative autonomi pemerintah pusat memberikan
kebebasan/ kewenangan bertindak yang lebih besar kepada daerah dalam
kerangka tugas dan tanggungjawab yang telah dirumuskan oleh peraturan
perundang-undangan. Dengan pemberian kewenangan dan kebebasan melalui
peraturan perundang-undangan tersebut pemerintah daerah menjadi lebih leluasa
dalam bertindak. Dalam kondisi yang demikian daerah akan memiliki keleluasaan
dalam mengatur dan mengurus urusan yang menjadi wewenangnya. b. The agency
model. Dalam model agency ini di mana daerah tidak mempunyai kekuasaan yang
cukup berarti, sehingga daerah hanya sebagai agen (penyalur/pelaksana saja) dari
pemerintah pusat yang bertugas untuk menjalankan kebijakan pemerintah pusat.
Keberadaan pemerintah daerah tak lebih sebagai perangkat dari pemerintah pusat
yang hanya berperan sebagai perangkat yang harus dengan patuh melaksnakan
kebijakan pemerintah pusat. c. The interaction model. Dalam model interaction
ini, keberadaan dan peran pemerintah daerah ditentukan oleh interaksi yang terjadi
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Jika interaksi yang dibangun
antara pusat dan daerah berjalan dengan baik dan dapat saling mengisi maka
kepercayaan pemerintah pusat terhadap daerah akan semakin besar dan luas
demikian juga sebaliknya jika interaksi antara pusat dan daerah tidak baik maka
akan sangat berpengaruh terhadap kepercayaan pusat terhadap daerah.
Pemikiran konsepsi atas hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah yang dikemukakan di atas masing- masing tentu memiliki kelebihan dan
kelemahan. Untuk diimplementasikan dalam system Negara kesatuan Republik
Indonesia tentunya membutuhkan studi dan pengkajian yang mendalam dan
komprehensif. Selain itu karakter daerah-daerah otonom di Indonesia memiliki
heterogenitas yang luar biasa dimana masing-masing memiliki kekhasan sendiri-
sendiri. Sebagai bentuk penghormatan atas karakter daerah-daerah dan kesatuan-
kesatuan masyarakat hukum adat di Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945
secara tegas telah memberikan jaminan terhadap hal ini.
Oleh sebab itu, pemilihan model hubungan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah membutuhkan pemahaman dan kearifan yang tepat untuk
mencegah timbulnya ekses negative dan munculnya disharmoni pusat dan daerah.
Pola hubungan yang dibangun antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah
didesain dan dikokohkan dalam sebuah aturan hukum. Hukum yang mengatur
tentang hal itu dalam sejarah penyeleng- garaan pemerintahan selama ini telah
mengalami pasang surut sejalan dengan system politik yang dibangun oleh
kekuasaan politik. Sebagai contoh pola hubungan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah yang dibangun masa kekuasaan politik orde baru melalui
instrument kekuasaan undang-undang nomor 5 tahun 1974 yang berwatak
sentralistis dan otoritarian telah menempatkan pemerintah daerah lebih banyak
sebagai perangkat pemerintah pusat sehingga praktis tidak ada gagasan dan
kreativitas daerah dalam upaya mengembangkan potensi daerah dan membangun
kesejahteraan masyarakat.
Bagaimana pola hubungan pusat dan daerah yang didesain dalam undang-
undang pemerintahan daerah? Pengkajian atas pola hubungan tersebut tentu harus
tetap merujuk pada konstitusi dan ketentuan hukum terkait. Prinsip dalam negara
kesatuan mengandung makna bahwa pemerintah (pusat) merupakan penanggung-
jawab dalam seluruh penyelenggaraan pemerintahan. Oleh sebab itu pemerintah
pusat harus tetap menjaga konsistensi prinsip ini dalam situasi dan kondisi
apapun. Untuk melaksanakan kewenangan ini pemerintah menggunakan
instrument hukum, sumber daya manusia, dan juga sarana dan prasarana public.
Luasnya wilayah dan tugas pemerintah, maka wilayah Negara kesatuan
dibagi-bagi ke dalam daerah-daerah provinsi, dan daerah provinsi dibagi-bagi lagi
menjadi daerah kabupaten dan kota. Daerah-daerah tersebut kemudian diberi
(secara formal dan material) kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan
yang menjadi kewenangannya. Prinsip ini oleh undang-undang yang mengatur
pemerintahan daerah dikenal dengan desentralisasi. Pembagian daerah-daerah
inilah yang kemudian melahirkan desentralisasi yaitu penyerahan sebagian urusan
pemerintahan oleh pemerintah pusat.
Keberadaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah inilah yang kemudian
melahirkan hubungan antar susunan pemerintahan selain kewajiban. Dipahami
dari aspek kewajiban, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sama-
sama bertangungjawab untuk menyelenggarakan pemerintahan sesuai dengan hak,
kewenangan, dan kewajiban serta tujuan dan cara yang telah ditentukan dalam
aturan hukum. Untuk tetap menjaga konsistensi penyelenggaraan pemerintahan di
daerah, sekali lagi sebagai konsekuensi dari prinsip negara kesatuan, maka
pemerintah pusat menggunakan instrument pembinaan dan pengawasan. Melalui
instrument itu diharapkan penyelenggaraan pemerintahan daerah benar-benar
tidak terjadi penyim- pangan.
Konsepsi yang dibangun konstitusi kita dalam penyelenggaraan
pemerintahan dapat ditangkap, bahwa antar susunan pemerintahan (pusat-daerah)
berkedudukan sama-sama sebagai penyelenggara pemerintahan, namun demikian
harus tetap diingat bahwa pemerintah pusat merupakan penanggungjawab secara
nasional. Oleh sebab itu dalam hal-hal yang tertentu unsur sentralistik akan tetap
mewarnai dan masuk dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah terutama
dalam bentuk pengawasan dan pembinaan. Pemerintah Daerah memang diberi hak
otonom dalam penyelenggaraan pemerintahan, namun pemerintah pusat tidak
melepas tanpa kendali begitu saja. Melalui hubungan antar susunan pemerintahan
(yang meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan
sumber daya alam dan sumber daya lainnya), pembinaan dan pengawasan,
penerapan asas dekonsen- trasi kepada daerah provinsi merupakan bentuk-bentuk
implementasi dari prinsip negara kesatuan yang dibangun dalam konstitusi kita.
Oleh karena itu dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah selain
semangat desentralisasi dengan hak-hak otonominya keberadaan dan semangat
sentralistik pemerintah pusat merupakan sesuatu yang tidak bisa dihilangkan
kehadirannya sebagai konsekuensi dari prinsip Negara kesatuan tersebut. Oleh
sebab itu pemahaman terhadap pola hubungan antara pemerintah pusat dan daerah
harus dikembalikan pada aspek kesejarahan, politik hukum yang dibangun
konstitusi kita serta tujuan dari bernegara ini. Kesemua itu sebagai kunci
pengingat agar dalam implementasinya dapat sebagai pencegah kemungkinan
terjadinya over/arogansi pemerintah pusat terhadap daerah dengan dalih
mengukuhkan prinsip bentuk Negara kesatuan dengan membalutnya dengan
berbagai kemasan kebijakan yang resentralistik dan egoisme daerah yang
kebablasan dengan dalih daerah memiliki otonomi yang tidak dapat dibatasi dan
dikontrol oleh pusat, dimana sikap dan perilaku demikian dikawatirkan akan
membangkitkan sikap dan perilaku yang disharmoni antara pusat dan daerah.
Mendiskusikan hakekat pemerinta- han daerah yang saat ini menguat
implementasinya tentu tidak terlepas dari landasan konstitusional sebagai titik
awalnya sekaligus sebagai wujud membangun konstitusionalitas dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Konstitusi menegaskan, Negara Kesatuan
republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. Ketentuan
dalam konstirusi ini sebagai bentuk amanat dan dasar untuk dilaksanakannya
pengelolaan urusan pemerintahan secara berbagi antara pemerintah pusat dengan
pemerintahan daerah. Oleh karena itu keberadaan pemerintah daerah dan pusat
dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kuota
kewenangannya merupakan amanat dari konstitusi yang harus dijalankan.
Mengukur hak otonom dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
diberikan oleh pemerintah sebagai konsekuensi dari dibentuknya daerah-daerah
otonom sampai dengan saat ini masih sulit ditemukan tujukannya yang
menyevutkan secara jelas. Dalam ketentuan hukum Pasal 7 UU No. 32 Tahun
2004 secara limitatif diatur urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat dan urusan yang menjadi kewenangan uurusan pemerintah
daerah, sedang tolok ukut lain sulit ditemukan. Mengukur otonomi daerah
tentunya tidak sebatas dari jenis dan jumlah kuota otonomi semata, akan tetapi
juga aspek lain.
Tolok ukur pemberian hak otonom terhadap penyelenggaraan otonomi
daerah sampai saat ini masih belum secara tegas diatur dalam peraturan
perundang-undangan. Sebagai contoh Untuk mengukur bobot desentralisasi
(otonomi daerah) dalam sistem pemerintahan dapat diukur dengan menggunakan
beberapa parameter.
Sebagai contoh, pengalaman pengelolaan pemerintahan daerah provinsi
yang baik dan tentu masih banyak yang belum final sebagai implementasi
kebijakan otonomi daerah, secara panjang lebar bisa dibaca dari pembeberan
mantan gubernur provinsi Gorontalo waktu itu yaitu Dr. Ir Fadel Muhammad.
Dalam catatan tersebut bagaimana peran pemerintah pusat dan daerah pada
intinya Fadel Muhammad menyatakan” jika daerah makmur maka negara akan
kuat dan Negara kesatuan Republik Indonesia akan kokoh berdiri jika memiliki
rakyat yang makmur, dimana tugas memakmurkan rakyat adalah tugas utama dari
pemerintah daerah. Untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan keberanian pemerintah
daerah untuk berinovasi dan melakukan terobosan yang berkesinambungan untuk
meningkatkan kinerja.
Pengalaman yang dipaparkan Fadel Muhammad tersebut memberikan
gambaran pada publik bahwa eksistensi pemerintahan daerah merupakan bagian
yang sama pentingnya dengan keberadaan pemerintah pusat itu sendiri dalam
upaya mencapai tujuan pembangunan yaitu mengembangkan potensi alam dan
social serta membangun kesejahteraan masyarakat. Pencapaian prestasi daerah
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang didukung dengan
tatakelola pemerintahan yang baik sebagai manivestasi sikap dan prinsip
tanggungjawab pemangku pemerintahan daerah harus dijadikan cermin, inspirasi
dan pembanding bagi penyelenggara pemerintahan daerah lain khususnya dan
pemerintah pusat.

KESIMPULAN
Pola hubungan antara pusat dan daerah dalam negara kesatuan perlu
dikuatkan secara sistemik dengan aturan hukum guna menjamin kepastian dan
kejelasan sejalan dengan kuatnya manfaat dan dukungan dari kebijakan otonomi
daerah yang telah diimplementasikan secara riil dalam satu dasawarsa ini.
Bagaikan sebuah sisi mata uang dari sebuah koin, maka antara pemerintah pusat
dan daerah memiliki urgenistas dan tingkat kepentingan yang relative tidak
berbeda dalam menjalankan fungsi pemerintahan guna mewujudkan tujuan
dibentuknya Negara. Inilah pilihan ideal yang harus ditindaklanjuti dengan
penataan dan pemberian penguatan.
Pembentukan daerah-daerah otonom dan pemberian hak-hak otonom atas
dae- rah–daerah otonom merupakan kebijakan yang konstitusional. Oleh karena
itu pengaturan lebih lanjut dari amanat konstitusi tersebut untuk member
penguatan sebagai konsekuensi dari pilihan bentuk negara kesatuan merupakan
sebuah keharusan yang mendesak.
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Yudoyono, 2021, Otonomi Daerah, Desentralisasi dan


Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur Pemerintahan Daerah dan
Anggota DPRD. Sinar Harapan: Jakarta.
Fadel Muhammad, Reinventing Lokal Goverenment: Pengalaman dari
daerah, 2018. Jakarta PT. Elex Media Komputindo, hal. xxiii.
Hestu Cipto Handoyo, Otonomi Daerah Titik Berat otonomi dan Urusan
Rumah Tangga Daerah (Pokok- pokok Pikiran Menuju Reformasi Hukum di
Bidang Pemerintahan Daerah). Universitas Atmajaya : Yogyakarta, 2018. hal.16.
Jazim Hamidi, Pola Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah (slide),
Seminar Nasional dan Refleksi Akhir Tahun 2019, Asosiasi Pengajar Hukum Tata
Negara (HTN) dan Hukum Administrasi Negara (HAN) Jawa Timur, Hotel
Panorama- Jember 27 – 29 Desember 2019.
Suko Wiyono, H. 2017. Otonomi Daerah dalam Negara Hukum Indonesia.
(Pembentukan Peraturan Daerah Partisipatif), Faza Media, Jakarta.
Trilaksono Nugroho, “Reformasi dan Reorientasi Kebijakan Otonomi
Daerah dalam Perspektif Hubungan Pemerintah Pusat-Daerah”. Jurnal
Administrasi Negara, Vol. I, No. 1, September 2020.
Wijaya. HAW. 2022. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Rajawali Press,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai