BAB I
PENDAHULUAN
A. DASAR PEMIKIRAN
11. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD seyogyanya merupakan hubungan
kerja yang kedudukannya setara dan bersifat kemitraan. Kedudukan yang setara bermakna
bahwa diantara lembaga pemerintahan daerah itu memiliki kedudukan yang sama dan
sejajar, artinya tidak saling membawahi. Hal ini dapat dicerminkan dalam membuat
kebijakan daerah berupa Peraturan Daerah. Hubungan kemitraan bermakna bahwa antara
Pemerintah Daerah dan DPRD adalah sama-sama mitra sekerja dalam membuat kebijakan
daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan fungsi masing-masing sehingga
antar kedua lembaga itu membangun suatu hubungan kerja yang sifatnya saling mendukung
(sinergi) bukan merupakan lawan ataupun pesaing satu sama lain dalam melaksanakan
fungsi masing-masing.
Namun dalam kenyataannya, sinergisme tersebut belum dapat berjalan secara
optimal. Kesetaraan hubungan tersebut seringkali dimaknai lain, yang mengurangi fungsi
dan kewenangan dewan. Sebagai contoh, masih banyaknya produk peraturan-peraturan
daerah yang merupakan inisiasi dari pemerintah daerah, bukan dari DPRD. Padahal jika kita
merujuk pada Pasal 95 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2004 dengan tegas
dinyatakan bahwa ”DPRD memegang kekuasaan membentuk Peraturan Daerah”. Ini artinya
bahwa “leading sector” pembentukan PERDA seharusnya ada ditangan DPRD.
Belum lagi yang berkaitan dengan “bargaining posisition” dalam pembahasan
APBD, DPRD masih dalam posisi yang lemah. Bagaimana tidak, draft Perda APBD tersebut
biasanya masuk ke Dewan dalam waktu yang sangat pendek, sehingga sangat sulit bagi
Dewan untuk secara teliti mengkaji substansi dari draft tersebut.
Selain kedua contoh di atas, jika kita lihat dari aspek penganggaran yang dimiliki
Dewan, masih sangat timpang dibandingkan dengan penganggaran yang ada di pemerintah
daerah. Dewan tidak mempunyai otonomisasi anggaran yang dapat mendukung fungsi dan
kinerjanya secara optimal. Sehingga tidak aneh jika seringkali muncul ’rumor’ bahwa DPRD
hanya sebagai ’rubber stamp’ yang meligitimasi semua kebijakan pemerintah. Hal ini
diperparah lagi dengan regulasi kita yang belum memberikan kedudukan yang setara antara
pemerintah daerah dengan DPRD, yaitu antara lain yang berkaitan dengan :
• Status pejabat negara, hanya melekat pada kepala daerah tidak termasuk anggota DPRD;
• Pengaturan hak inisiasi legislasi bagi anggota maupun kelembagaan DPRD dibanding
dengan pengaturan inisiasi legislasi dari pemerintah daerah (dalam bentuk peraturan
teknis pelaksanaan);
• Kedudukan, tugas dan fungsi alat kelengkapan Panitia Legislasi dalam struktur
kelembagaan Dewan;
• Pengangkatan staf ahli untuk mendukung kinerja dewan; dll.
Dari kondisi yang demikian, memang sepertinya sangat sulit untuk berharap
banyak adanya kesetaraan antara Pemerintah Daerah dengan DPRD, tetapi hal ini bukannya
tidak mungkin. Sejalan dengan perubahan konstitusi dan kematangan otonomi daerah, mulai
dilakukan penguatan fungsi dan kinerja dewan melalui perubahan regulasi, pembenahan
struktur kelembagaan (mis. adanya penambahan alat kelengkapan dewan yang berupa
Panitia Legislasi, Badan Kehormatan, dll), penguatan kelembagaan (optimalisasi fungsi alat-
alat kelengkapan dewan), penguatan penganggaran, peningkatan daya dukung Dewan
(sarana-prasarana dan staf) dan penentuan Program Legislasi Daerah sebagai instrumen
perencanaan pembentukan peraturan daerah yang disusun secara berencana, terpadu dan
sistematis antara Dewan dan Pemerintah Daerah.
Dalam rangka Tri Dharma Perguruan Tinggi dan mendasari Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah, serta mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
133 Tahun 2017 Tentang Orientasi dan Pendalaman Tugas Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2018
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 133 Tahun 2017 tentang
Orientasi dan Pendalaman Tugas Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.
Dalam kegiatan Workshop Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Cilacap ada
beberapa materi yang akan disampaikan; pertama yaitu Tata Cara Penyusunan,
penyampaian dan integrasi pokok pikiran DPRD dalam dokumen perencanaan ,
Didalam Dokumen RKPD, salah satu bentuk usulan keterwakilan masyarakat melaui DPRD
yaitu berupa dokumen Pokok-pokok Pikiran DPRD , yang terangkum ke dalam seluruh
urusan kewenangan pemerintah di tingkat provinsi. Dengan demikian maka dokumen
Pokok-pokok Pikiran DPRD , merupakan dokumen yang sangat penting dan strategis untuk
mendasari dan mengarahkan pelaksanaan pembangunan agar tidak lepas terhadap
perwujudan visi dari daerah tersebut. Disamping itu dokumen ini juga sangat dibatasi terkait
dengan faktor waktu penyelesaiannya, karena Pokok pokok Pikiran DPRD sangat diperlukan
sebagai bahan penyusunan draf awal dokumen RKPD. Selanjutnya proses penyusunan
Pokok-pokok Pikiran DPRD memperhatikan pula beberapa Peraturan Perundang-undangan .
Pokok-pokok Pikiran DPRD harus dapat disampaikan tepat waktu agar pembahasan
dokumen turunannya seperti RKPD, KUA dan PPAS, serta RKA dan RAPBD menjadi lebih
terarah dan efektif karena dalam pembahasan sifatnya hanya tinggal penyelarasannya saja.
Implikasi keterlambatan penyampaian Pokok pokok Pikiran DPRD kepada Gubernur akan
mengganggu mekanisme, tidak efektif dan dapat menyita waktu penyelesaian APBD.
Pokok-pokok Pikiran DPRD memiliki peran yang sangat penting dan strategis baik dari sisi
muatan substansi materi maupun ketepatan waktu penyelesaian dan penyampaiannya kepada
Gubernur Dengan demikian maka kunci penyusunan dokumen Pokok-pokok Pikiran DPRD
harus dapat diselesaikan secara cermat dan dapat diserahkan kepada Gubernur dengan tepat
waktu. Berkaitan dengan proses penyusunan materi Pokok-pokok Pikiran DPRD, diawali
dengan penyampaian Pokok-pokok Pikiran DPRD yang dibuat dan disampaikan oleh Alat
Kelengkapan DPRD, baik dari unsur Komisi A, Komisi B, Komisi C, dan Komisi D,
maupun Badan Legislasi Daerah dalam forum FGD, dilanjutkan dengan menghimpun
masukan dari Kelompok Pakar/ akademisi, serta dilengkapi referensi dari dokumen-
dokumen penting lainnya. Dokumen draf awal dimaksud adalah merupakan dokumen teknis
yang harus dikaji dan dicermati melalui berbagai tahapan sebelum akhirnya menjadi draf
Pokok-pokok Pikiran DPRD. Tahapan akhir proses penyelesaian adalah finalisasi/
harmonisasi pada perspektif Badan Anggaran yang digelar dalam Forum Ekspose Pokok-
pokok Pikiran DPRD. Akhirnya tersusunlah dokumen Pokok-pokok Pikiran DPRD yang
awalnya merupakan dokumen teknis, kemudian melalui pembahasan di dewan berubah
menjadi dokumen politis sebagai wujud akumulasi, agregasi dan representasi masyarakat
melalui DPRD untuk bahan penyusunan RKPD. Memperhatikan dan mencermati upaya
yang dilakukan oleh Pemerintah dalam usaha mewujudkan salah satu Visi Pemerintah
Materi yang kedua yaitu Penyusunan Renja DPRD yang berkualitas, masalah
klasik yang sering terjadi di DPRD Kabupaten/Kota, maupun Provinsi adalah adanya
penyusunan jadwal kegiatan yang terlalu ketat dan detail. Dengan membandingkan pada
sistem penyusunan kegiatan di DPR RI, diharapkan bisa membantu DPRD dalam proses
penyusunan jadwal kegiatan kedepannya. “terlalu rigit, terlalu detail dalam mengatur
jadwal, Hal itulah pembanding dengan jadwal yang ada di DPR RI dalam susunan matrik
yang alokasi waktunya tidak terlalu rigit. Jadi sifatnya umum-umum saja. Hal-hal yang
sifatnya detail akan diserahkan kepada AKD yang bersangkutan”. adanya konsultasi
Anggota DPRD, sehingga memerlukan masukan-masukan terkait penyusunan jadwal
kegiatan kedewanan di DPRD, mengingat dalam menyusun itu perlu adanya sinergitas
antara unsur internal maupun eksternal. Internal itu memiliki alat kelengkapan ada komisi,
ada badan, ada pimpinan. Dan ini perlu di kolaborasi bagaimana rancangan ini dibuat.
Sehingga pelaksanaannya tidak berbenturan satu sama lain dan dapat dilaksanakan dengan
baik dengan kolaborasi manajemen yang ada di internal maupun eksternal. Dewan bermitra
dengan eksekutif, ada berapa satker di kabupaten yang harus dipadukan. DPRD
menjalankan tugas sehingga bisa berjalan dengan baik dan sinergi antara eksekutif dan
legislatif.
Materi yang ketiga yaitu Implementasi E- Pokir bagi pimpinan dan Anggota
DPRD, Langkah Pemerintah dalam memperbaiki sistem perencanaan legislatif secara
transparan melalui aplikasi e-Pokir (Pokok-pokok pikiran - elektronik) mendapat sambutan
baik. Legislatif menilai, penerapan e-Pokir nantinya akan sangat efektif. Lantaran, melalui
aplikasi ini segala usulan dan masukan dari masyarkat akan lebih dipermudah, sehingga
dapat tertampung dengan maksimal dan terstruktur.
"e-Pokir ini tujuan utamanya adalah untuk menekan biaya politik, cost politik
agar bisa kita tekan. Di mana dewan pun ikut berperan dalam pemerataan penggunaan
APBD (Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah)
Lewat e-Pokir semua usulan-usulan atau program-program yang selama ini tidak
begitu diprioritaskan akan bisa diajukan oleh anggota dewan. Nantinya, aspirasi atau usulan
program dari masyarakat yang didapatkan melalui reses, audiensi, ataupun dengan melalui
sidak oleh anggota dewan dan sudah disetujui dapat dengan mudah di akses oleh
masyarakat. Karena program-program yang selama ini itu pengajuan dari masyarakat tidak
menjadi prioritas di Musrenbang maka bisa diprioritaskan oleh Dewan. Memang tidak
semua usulan, jadi dari beberapa cara baik reses, audiensi, sidak, hasil pokok-pokok pikiran
yang disetujui dewan yang akan dimasukkan ke e-pokir.
Namun, hal itu juga harus sesuai aturan. Jika ada program yang sudah menjadi
prioritas di Muerenbang baik tingkat kelurahan maupun kecamatan untuk tidak diajukan ke
anggota dewan. Sehingga tang terakomodir akan lebih maksimal dan tidak bertumpuk.
Aturannya tetap harus jelas, jangan sampai dobel yang diajukan di e-pokir
ternyata sudah menjadi program prioritas di Musrenbang. Lebih baik, kalau sudah prioritas
di Musrenbang, tidak usah dianukan ke dewan. Baru yang memang belum terakomodir itu
bisa dititipkan ke dewan. Sehingga, jalan semua pintunya, baik dari eksekutif ada, legislatif
juga ada. e-Pokir merupakan aplikasi yang akan diisi (diinput) masing-masing anggota
legislatif sebagai penyampaian aspirasi dari masyarakat secara online untuk kemudian
ditindaklanjuti Badan anggaran (bangar) untuk diajukan kepada eksekutif dalam
perencanaan APBD.
Materi keempat yaitu Penerapan sistem Informasi Pemerintahan Daerah
(SIPD), Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 70 Tahun 2019 tentang Sistem Informasi
Pemerintahan Daerah mengatur bahwa Sistem Informasi Pemerintahan daerah dibagi atas 3,
yaitu:
1. Informasi Pembangunan Daerah (Si Bangda) – e-planning
📚 data perencanaan
📚 BMD
Guna mewujudkan dasar pemikiran di atas, maka bersama ini kami Universitas
Semarang (USM) melalui Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Universitas
Semarang (PPSDM-USM) bekerjasama dengan Sekretariat DPRD Kabupaten Cilacap
serta Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD) Provini Jawa
Tengah telah menyelenggarakan kegiatan Workshop Pimpinan dan Anggota DPRD
Kabupaten Cilacap dengan tema “Penyusunan Renja DPRD yang Berkualitas”.
C. MATERI
1. Tata Cara Penyusunan, penyampaian dan integrasi pokok pikiran DPRD dalam dokumen
perencanaan.
Narasumber : Dr. (Cand) Zulkifli, S, Pt., M.M.
(Ahli Perencanaan Anggaran/Akademisi/Praktsisi)
2. Penyusunan Renja DPRD yang berkualitas
Narasumber : Alpin Rahman, S.STP., M.M. (Kemendagri RI)
3. Implementasi E- Pokir bagi pimpinan dan Anggota DPRD
Narasumber : Alpin Rahman, S.STP., M.M. (Kemendagri RI)
4. Penerapan sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD)
Narasumber : Bayu Lestanto (Bappeda Provinsi Jawa Tengah)
E. PEMBIAYAAN
BAB II
KEGIATAN
A. TEMA WORKSHOP
“Penyusunan Renja DPRD yang Berkualitas”
C. MATERI WORKSHOP
1 Tata Cara Penyusunan, penyampaian dan integrasi pokok pikiran DPRD dalam dokumen
perencanaan.
2 Penyusunan Renja DPRD yang berkualitas
3 Implementasi E- Pokir bagi pimpinan dan Anggota DPRD
4 Penerapan sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD)
D. NARASUMBER
E. MODERATOR
1. Drs. Untung Usmanto, MA.
F. PESERTA
• Peserta yang mengikuti Workshop dari Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten
Cilacap sebanyak 35 orang peserta.
• Peserta yang mengikuti Workshop dari Sekretariat DPRD Kabupaten Cilacap
sebanyak 2 orang peserta.
• Pendamping dari Sekretariat DPRD Kabupaten Cilacap sebanyak 10 orang.
• Absensi Peserta dan Pendamping terlampir.
3. Mengheningkan Cipta
4. Sambutan-sambutan
Pertama : Sambutan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Cilacap
( Bapak Saiful Musta’in)
Kedua : Sambutan Rektor Universitas Semarang (USM) sekaligus membuka
acara workshop
(Bapak Andy Kridasusila, SE, MM.)
5. Pembacaan Doa
6. Penyerahan Plakat
7. Foto bersama
8. Penutup
H. LAMPIRAN
Registrasi Peserta
Registrasi Peserta
Registrasi Peserta
Sambutan Pembukaan workshop oleh Wakil Ketua DPRD Kabupaten Cilacap, Bapak Saiful
Musta’in
Sambutan Pembukaan workshop oleh Rektor Universitas Semarang, Bapak Andy Kridasusila,
S.E., M.M. sekaligus membuka acara workshop
Penyampaian materi “Tata Cara Penyusunan, penyampaian dan integrasi pokok pikiran DPRD
dalam dokumen perencanaan” dengan Narasumber Bapak Dr. (Cand) Zulkifli, S, Pt., M.M.
(Ahli Perencanaan Anggaran/Akademisi/Praktisi) yang didampingi oleh Bapak Drs. Untung
Usmanto, MA sebagai moderator
Penyampaian materi “Tata Cara Penyusunan, penyampaian dan integrasi pokok pikiran DPRD
dalam dokumen perencanaan” dengan Narasumber Bapak Dr. (Cand) Zulkifli, S, Pt., M.M.
(Ahli Perencanaan Anggaran/Akademisi/Praktisi) yang didampingi oleh Bapak Drs. Untung
Usmanto, MA sebagai moderator
Penyampaian materi “Penyusunan Renja DPRD yang berkualitas” dengan Narasumber Bapak
Alpin Rahman, S.STP., M.M. (Kemendagri RI) yang didampingi oleh Bapak Drs. Untung
Usmanto, MA sebagai moderator
Penyampaian materi “Implementasi E- Pokir bagi pimpinan dan Anggota DPRD” dengan
Narasumber Bapak Alpin Rahman, S.STP., M.M. (Kemendagri RI) yang didampingi oleh
Bapak Drs. Untung Usmanto, MA sebagai moderator
Suasana Kelas
Sambutan Penutupan Workshop oleh Wakil Ketua DPRD Kab. Cilacap Ibu Purwati, S.Pd.
Sambutan Penutupan Workshop oleh Wakil Ketua DPRD Kab. Cilacap Ibu Purwati, S.Pd.
Foto bersama Narasumber Bapak Bayu Lestanto (Bappeda Provinsi Jawa Tengah) setelah acara
penutupan workshop