PEMERINTAH DAERAH
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
FRENDIVA (22.01.0088-IH)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PERTIBA
TAHUN AJARAN 2022 / 2023
KATA PENGANTAR
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Saya panjatkan puji syukur atas kehadirat-
Nya yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada saya, sehingga
Makalah Hukum Tata Negara ini telah saya susun dalam rangka
Martitah, M.Hum. Untuk itu kami sangat bersyukur kepada Allah SWT yang telah
Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata, saya berharap semoga Makalah Hukum Tata Negara dengan
pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER………….…………………………………………………………………i
PRAKATA………………...………………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………..……………………………….iii
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang………………………………………..……………….1
2. Rumusan Masalah………………………………………..……………1
3. Tujuan…………………………………………………………..……..2
BAB II : PEMBAHASAN
1. Kesimpulan…………………………………………………………..10
2. Saran…………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana Pola Hubungan Antara Eksekutif Daerah dan Legislatif
Daerah ?
1
2) Bagaimana Pola Pembagian Kekuasaan Antara Pemerintah Pusat
dan Daerah ?
3. Tujuan
PEMBAHASAN
1
Martitah. 2013. Mahkamah Konstitusi Dari Negative Legislature ke Positive
Legislature?. Jakarta. Konstitusi Press. hlm. 1.
2
Ibid., hlm.2.
negara, apakah negara tersebut menerapkan sistem pemerintahan parlementer atau
sistem presidensiil.
3
Najih, Muhammad, dan Soimin. 2013. Pengantar Hukum Indonesia. Malang. Setara
press. hlm. 138.
4
Martitah. Hak Konstitusional Masyarakat Hukum Adat dan Perwujudan The Living
Constitution. Jurnal Hukum. Vol. 1. No. 1. November. 2012. hlm. 38.
5
Najih, Muhammad, dan Soimin. Op.Cit. hlm. 139.
berdasarkan keinginan dan harapan masyarakat serta memperhatikan
aturan hukum yang ada.
Pada dasarnya pembagian pola hubungan antara eksekutif dan legislatif dapat
dibedakan menjadi dua kategori yaitu :
Pola hubungan dua arah ini dimiliki oleh lembaga eksekutif dan
lembaga legislatif berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
memberikan kewenangan yang bersifat partnership. Jelasnya pola
hubungan timbal balik ini memberikan kewenangan yang seimbang antara
lembaga eksekutif dan legislatif di dalam menjalankan roda pemerintahan
daerah sebagai implementasi dari otonomi yang memberikan kekuasaan
desentralisasi kepada daerah.
6
Asshiddiqie, Jimly. 2015. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta. Rajawali Pers.
hlm. 294
7
Martitah. 2013. Mahkamah Konstitusi Dari Negative Legislature ke Positive
Legislature?. Jakarta. Konstitusi Press. hlm. 33.
8
Martitah. Hak Konstitusional Masyarakat Hukum Adat dan Perwujudan The Living
Constitution. Jurnal Hukum. Vol. 1. No. 1. November. 2012. hlm. 39.
A. Hubungan Perundang-undangan
B. Hubungan Anggaran
C. Hubungan Pengawasan
1. Kriteria Eksternalitas
Adalah pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan
dengan mempertimbangkan dampak atau akibat yang ditimbulkan
dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut. Apabila
dampak yang ditimbulkan bersifat lokal, maka urusan
pemerintahan tersebut menjadi kewenangan Kabupaten/Kota,
apabila regional menjadi kewenangan Provinsi, dan apabila
nasional menjadi kewenangan Pusat.
2. Kriteria Akuntabilitas
3. Kriteria Efisiensi
PENUTUP
1. Kesimpulan
Reformasi hukum dan konstitusi yang dimulai tahun 1998 banyak
mengubah wajah Indonesia, khususnya hukum ketatanegaraan. Perubahan
itu kemudian memperlihatkan bahwa Indonesia mengadopsi prinsip-
prinsip baru dalam sistem ketatanegaraan, antara lain prinsip “pemisahan
kekuasaan” dan “checks and balances” yang menggantikan prinsip
supremasi parlemen yang dianut sebelumnya.
2. Saran