Disusun Oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektifitas penyelenggaraan otonomi daerah, harus memperhatikan hubungan
antar susunan pemerintahan. Hal tersebut dilakukan agar pemerintah mampu
menjalankan tugasnya, daerah diberikan kewenangan yang seluas-luasnya
disertai dengan pemberian hak dan kewajiban untuk menyelenggarakan
otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan
negara. Sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar 1945 Negara Republik
Indonesia di dalam Pasal 18, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan pembantuan.
Perihal otonomi dan penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur di
dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagai pengganti Undang-Undang No. 22 Tahun 1999. Jika di dalam UU
No. 22 Tahun 1999 lebih menitikberatkan pada penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang lebih mengutamakan pelaksanaan asas
desentralisasi, maka dalam UU No. 23 Tahun 2014 ini pada prinsipnya
untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih
mengutamakan pelaksanaan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Dalam undang-undang tersebut yang dimaksud prinsip otonomi yang
seluas luasnya adalah daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur
semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah, hal
tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan
umum, dan daya saing daerah. Sebagai realisasi atas undang-undang
pemerintahan daerah, maka pemerintah daerah meresponnya dengan cara
membuat berbagai regulasi atau peraturan untuk mendukung pelaksanaan
otonomi di daerahnya. Peraturan yang dibuat oleh pemerintah daerah
merupakan salah satu penyangga (stick holder) atas pelaksanaan otonomi
daerah. Untuk mewujudkan pelaksanaan undang-undang dan peraturan
daerah yang telah dibuat, maka pemerintah daerah khususnya, memerlukan
suatu perangkat pelaksanaan baik berupa organisasi maupun sumber daya
manusia.
Suatu kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah dalam terminologi
otonomi tersebut memungkinkan dibuatnya berbagai perangkat-perangkat
berupa aparatur daerah yang berfungsi sebagai pendukung dari pelaksanaan
pemerintahan di daerahnya. Salah satu aparatur yang bertugas sebagai
pendukung dari pelaksanaan pemerintahan daerah adalah Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP). Satuan ini merupakan perangkat pemerintah
daerah yang bertugas membantu kepala daerah dalam pelaksanaan jalannya
pemerintahan dan sebagai suatu pasukan barisan dalam bidang ketenteraman
dan ketertiban umum, seperti yang disebutkan pada Pasal 148 ayat (1) UU
No.23 Tahun 2014 :
“Untuk membantu kepala daerah dalam menegakkan Perda dan
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dibentuk
Satuan Polisi Pamong Praja”. Untuk mengantisipasi perkembangan dan
dinamika kegiatan masyarakat sehubungan dengan tuntutan era globalisasi
dan otonomi daerah, maka kondisi ketentraman dan ketertiban umum daerah
yang kondusif merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi seluruh
masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya.
Pemerintahan Daerah itu sendiri menurut Undang – undang Nomor 32
Tahun 2004 sebagaimana telah diamandemen dengan Undang – undang
Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 ayat (2) adalah
“Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi yang seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.” Prinsip otonomi
seluas – luasnya yang dimaksud dalam undang – undang tersebut adalah
daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur sseluruh urusan
pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah pusat.
Sebagai realisasi atas undang – undang yang mengatur mengenai
pemerintahan daerah, maka pemerintah daerah harus memberikan respon
atau tanggapan dengan cara membuat berbagai regulasi untuk mendukung
pelaksanaan otonomi daerahnya. Regulasi yang dibuat oleh pemerintah
daerah merupakan salah satu penyangga terlaksananya otonomi daerah.
Untuk mewujudkan pelaksanaan undang – undang dan peraturan yang telah
dibuat, maka pemerintah daerah memerlukan suatu perangkat pelaksanaan
baik berupa organisasi maupun sumber daya manusia.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas ada beberapa permasalahan yang
akan dibahas dalam makalah ini antara lain:
1) Apa yang dimaksud dengan Hukum Pemerintahan Daerah?
2) Apa itu Otonomi Daerah?
3) Apa saja Asas – asas Pemerintahan Daerah?
4) Instrumen Hukum Pemerintahan Daerah?
3. Tujuan
1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud denga Hukum Pemerintahan
Daerah
2) Untuk mengetahui apa itu otonomi daerah
3) Untuk mengetahui apa saja asas – asas pemerintahan daerah
4) Instrument hukum pemerintahan daerah
BAB II
PEMBAHASAN
b. Asas dekonsentrasi
merupakan pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat atau
pejabat di atasnya ( Wilayah Provinsi ) melimpahkan
wewenangnya kepada kepala Kantor departemen di Kabupaten.
Beberapa keuntungan asas pemerintahan daerah dekonsentrasi
yakni :
a) Mampu mengurangi keluhan akan undang-undang
maupun peraturan lain yang diterbitkan oleh pemerintah.
b) Bisa membantu aparat pemerintahan yang tengah
melaksanakan informasi atau memegang amanat dari
pemerintahan daerah. Kemudian amanat ini diteruskan
kepada pemerintahan pusat.
c) Mempermudah rakyat berkomunikasi langsung kepada
pemerintahan daerah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan UU No.22 Tahun 1999 dan UU No 32 Tahun 2004 serta
undang-undangan perubahannya, mengenal istilah "Pemerintahan Daerah"
dan "Pemeritah Daerah". Menurut UU No 22 Tahun 1999 yang dimaksud
dengan "pemerintahan daerah" adalah adalah penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Otonom oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut
asas Desentralisasi. sedangkan yang dimaksud dengan "Pemerintah Daerah"
adalah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang lain
sebagai Badan Eksekutif Daerah. Dari pengertian yang diberikan terhadap
istilah "pemerintahan daerah" dan "pemerintah daerah" itu, maka Kepala
Daerah atau DPRD adalah bagian dari Pemerintahan Daerah. Pemerintahan
daerah tidak identik dengan pemerintah daerah, melainkan pemerintah
daerah adalah bagian dari pemerintahan daerah.
Otonomi daerah adalah daerah yang memiliki legal self sufficiency yang
bersifat self government yang diatur dan diurus oleh own laws. Karena itu,
otonomi lebih menitik-beratkan aspirasi daripada kondisi
Asas tugas pembantuan yang dapat dilaksanakan di daerah provinsi,
kabupaten, kota, dan desa. Untuk membahasnya bisa diuraikan secara
sederhana tentang asas penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagai
berikut : asas desentralisasi, asas dekosentrasi, asas pembantuan
Pemerintah mempunyai beberapa instrumen untuk menjalankan fungsinya,
antara lain sebagai berikut: Peraturan perundang – undangan (Act),
keputusan tata usaha negara, peraturan kebijakan, perencanaan, perizinan,
hukum keperdataan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.boyyendratamin.com/2015/07/hukum-pemerintahan-daerah-
pengertian.html
https://repository.uir.ac.id/841/1/%2819%29%20PROSIDING%20SEMNAS
%20UMRAH%20%28OTDA%202017%29%20.pdF
https://nanggulan.kulonprogokab.go.id/detil/842/azas-pemerintahan-daerah-
sebuah-artikel-yang-di-tulis-jawatan-praja-kapanewon-nanggulan#:~:text=Asas
%20dan%20prinsip%20pemerintahan%20daerah,desentralisasi%2C
%20dekonsentralisasi%20dan%20tugas%20pembantuan.
https://jurnal.penerbitsign.com/index.php/sjh/article/download/v2n2-157-
173/55/