Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ILMU PERUNDANG - UNDANGAN

FUNGSI DAN BERBAGAI JENIS PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN

Dosen Pengampu :
Azmi, MH

OLEH:

NIM. 302.2019.0

NIM. 302.2019.0
Semester : V
Kelompok : 6

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN
SAMBAS
2021 M/ 1442 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Perundang - Undangan program studi Hukum
Tata Negara. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SAW beserta sahabat, keluarga maupun para pengikutnya yang
setia hingga akhir zaman. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kelemahan dan kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini menjadi
lebih baik lagi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Azmi, MH
selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Perundang - Undangan yang telah
mempercayakan dan memberi penulis tugas makalah ini. Semoga makalah ini bisa
bermanfat bagi penulis dan pembaca.

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman :
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Fungsi Undang-Undang Dan Peraturan Pemerintahan
Pengganti Perundang-Undangan.........................................................2
B. Fungsi Peraturan Pemerintah...............................................................3
C. Fungsi Peraturan Menteri....................................................................4
D. Fungsi Peraturan Presiden...................................................................5
E. Fungsi Peraturan Kepala Lembaga Pemerintahan Non Departemen...6
F. Fungsi Peraturan Daerah.....................................................................10
G. Fungsi Peraturan Kepala Daerah........................................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................14
B. Saran...................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia seperti yang ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah Negara
Kesatuan yang berbentuk Republik. Dan berdasarkan ketentuan Pasal 18 ayat
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi
dan daerah Provinsi dibagi atas Kabupaten dan Kota yang tiap-tiap Provinsi,
Kabupaten dan Kota itu mempunyai Pemerintahan Daerah yang diatur dalam
undang-undang.
Hal tersebut juga disebutkan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang menyebutkan
bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas Daerah provinsi dan
Daerah provinsi itu dibagi atas Daerah kabupaten dan kota. Serta Pasal 3 ayat
(1) yang menyebutkan bahwa Daerah provinsi dan kabupaten/kota merupakan
Daerah dan masing-masing mempunyai Pemerintahan Daerah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut :
1. Bagaimana fungsi undang-undang dan peraturan pemerintahan pengganti
perundang-undangan ?
2. Bagaiman fungsi peraturan pemerintah ?
3. Bagaimana fungsi peraturan menteri ?
4. Bagaimana fungsi peraturan presiden ?
5. Bagaimana fungsi peraturan kepala lembaga pemerintahan non
departemen ?
6. Bagaimana fungsi peraturan daerah ?
7. Bagaimana fungsi peraturan kepala daerah ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fungsi Undang Undang Dan Peraturan Pemerintah Pengganti


Perundang – Undangan
Dalam tatanan dan struktur perundang-undangan, kehadiran Perpu
sebenarnya telah diatur dan diakui dalam Konstitusi Indonesia, yaitu UUD
1945 baik sebelum Amandemen maupun setelah Amandemen.
Perpu tertera dalam Pasal 22 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi, “Dalam
hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan
pemerintah sebagai pengganti undang-undang.”
Hadirnya Perpu sendiri sebenarnya merupakan produk eksekutif, di mana
munculnya Perpu akibat adanya pertimbangan Presiden dalam memahami
dan menafsirkan sebuah situasi tertentu, apakah dalam ihwal kegentingan
yang memaksa atau tidak.
Kedudukan Perpu dijelaskan secara langsung dalam Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan, pada Pasal 7 Ayat (1), hierarki Perpu memiliki kedudukan yang
disejajarkan dengan UU. Konsekuensinya, materi muatan Peraturan
Pengganti Undang-Undang pun sama dengan Materi muatan Undang-
Undang.1
Dengan Kedudukan Perpu yang setingkat dengan UU, maka fungsi Perpu
adalah sama dengan fungsi Undang-Undang, baik untuk menyelenggarakan
pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam UUD 1945 yang tegas-tegas
menyebutnya, pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya
dalam Batang Tubuh UUD 1945, Pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam
Ketetapan MPR yang tegas-tegas menyebutnya, dan Pengaturan di bidang
materi konstitusi.

1
Amiroedin Syarif, 1987, Perundangundangan, Dasar, jenis dan Teknik Membuatnya,
Jakarta : Bina Aksara, hal 61
3

Namun, perlu dipahami lebih lanjut, baik UU dengan Perpu memiliki


perbedaan dalam tata cara pembentukkan dimana hadirnya UU menggunakan
tata cara yang biasa (keadaan normal) sebagaimana yang telah diatur oleh
UUD 1945.2

B. Fungsi Peraturan Pemerintah


Gagasan pembentukan peraturan daerah yang baik jatuh bangun mengikuti
pasang surut perjalanan pemerintahan daerah. Sejak berlakunya UU Nomor
22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah yang menggantikan UU Nomor
5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan di daerah, kemudian daerah merasa
terbebas dari belenggu sentralisasi. Penyelenggaraan otonomi seolah
memindahkan kekuasaan dari Pusat ke daerah. akibatnya roh otonomi
menjadi terabaikan bahkan hilang. Hasil survey, baik yang dilakukan oleh
lembaga Pemerintah maupun LSM, menunjukkan bahwa Kabupaten/Kota
berlomba-lomba membuat peraturan daerah, berdasarkan laporan dari
Departemen Dalam Negeri telah terbit sekitar 10.000 (sepuluh ribu) peraturan
daerah diseluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia. Ironisnya dari
10.000 peraturan daerah itu, 700 diantaranya bermasalah dan tidak layak
terbit. Sebanyak 206 dari 700 peraturan daerah itu menghambat dunia
investasi sisanya bertentangan dengan peraturan di atasnya dan menciptakan
tumpang tindih. Berarti selama sekitar tiga tahun kebijakan otonomi daerah
dilaksanakan, menurut Depdagri hanya 300 (tiga ratus) perda yang dapat
mendukung pelaksanaan otonomi.3
Dari sejumlah Perda yang telah dibuat oleh Kabupaten Kota disinyalir
bahwa Perda tentang retribusi dan pajak Daerah banyak yang kontra
produktif. Hampir semua Produk Perda yang mereka buat mencerminkan
semangat memungut pajak dan retribusi dari masyarakat yang mempunyai

2
Ibid., hal 62
3
Ann Seidman, dkk. 2002, Penyusunan Rancangan Undang-Undang Dalam Perubahan
Masyarakat Yang Demokrasi diterjemahkan oleh Johanes Usfunan.dkk. Edisi Kedua, Business
Advisory Indonesia,Jakarta
4

kecenderungan membebani masyarakat, bahkan ditengarai dapat menghambat


iklim investasi di Daerah.
Pada tingkat Perda, misi yang diemban suatu produk hukum seperti Perda,
merupakan fungsi hukum untuk mengubah masyarakat dari pola sikap lama
kepola sikap baru yang diinginkan in casu misalnya; dari melalaikan pajak
menjadi taat pajak, dari penggunaan bom untuk menangkap ikan menjadi
penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan (hukum sebagai social
engineering). Akan tetapi, jika hukum (Perda) memang dimaksudkan untuk
merekayasa masyarakat, seyogyanya empat asas yang dikemukakan oleh
Podgorecki, agar peraturan yang dibuat mencapai hasil yang maksimal,
menghendaki adanya kegiatan khusus sebelum perancangan, sesudah
perancangan dan sesudah diberlakukannya suatu produk hukum (Perda).
Secara khusus fungsi Peraturan Pemerintah adalah menyelenggarakan
pengaturan lebih lanjut untuk melaksanakan perintah suatu UU. Landasan
formal konstitusinya adalah Pasal 5 ayat (2) UUD-1945.4

C. Fungsi Peraturan Menteri


Salah satu bentuk produk hukum yang dibentuk atas perintah peraturan
perundangundangan atau dibentuk berdasarkan kewenangan adalah Peraturan
Menteri. Peraturan Menteri menurut Penjelasan Undang Undang Nomor 12
Tahun 2011 diartikan sebagai peraturan yang ditetapkan oleh menteri
berdasarkan materi muatan dalam rangka penyelenggaran urusan tertentu
dalam pemerintahan. Oleh karena itu, Peraturan Menteri menjadi menjadi
entitas sistem hukum bidang perundang-undangan dan merupakan bagian
terpenting dalam mengatur tata laksana pemerintahan agar dapat terlaksana
sesuai dengan fungsi kementerian itu sendiri.
Dalam UUD 1945 Perubahan maupun dalam Undang-Undang Nomor 39
Tahun 2008 tidak disebutkan secara jelas mengenai kewenangan menteri
dalam membentuk perundang-undangan. Perundang-undangan yang

4
Bagir Manan, 1987, Peranan Peraturan Perundang-undangan dalam Pembinaan Hukum
Nasional, Armico, Bandung, hal 12
5

menyebut mengenai jenis perundangundangan yang dapat dibentuk oleh


menteri adalah penjelasan Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 yang menyatakan Peraturan Menteri adalah peraturan
yang ditetapkan oleh menteri berdasarkan materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan urusan tertentu dalam pemerintahan dan penyelenggaraan
urusan tertentu pemerintahan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
Dari ketentuan ini dapat dijelaskan bahwa peraturan menteri lahir karena
urusan tertentu dalam pemerintahan yakni urusan ±urusan yang telah menjadi
urusan kementerian itu sendiri dan urusan yang telah ditetapkan oleh
peraturan perundang-undangan baik undangundang, peraturan pemerintah
maupun peraturan presiden. Meskipun demikian tidak semua kementerian
mempunyai kewenangan untuk membentuk peraturan menteri, hanya
menterimenteri yang memimpin suatu lembaga saja yang berhak untuk
mengeluarkan peraturan menteri, tidak seperti halnya menteri koordinator
karena sifatnya hanya kordinasi saja antar kementerian. Menurut O.Hood
Philips yang pendapatnya dikutip oleh Anna Erliana menyatakan Baik
menteri, pemerintah daerah dan badan-badan publik lainnya, hanya sah
melaksanakan wewenangnya dalam batas-batas yang diberikan undang-
undang kepada mereka. Keputusan yang dibuat mungkin melebihi wewenang
dan menjadi ultra vires karena badan administrasi melakukan transaksi
dengan persoalan diluar wewenangnya ini disebut substantif ultra vires, atau
karena gagal mengikuti prosedur yang ditentukan maka tindakannya disebut
prosedural ultra vires.5

D. Fungsi Peraturan Presiden


Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem
presidensial. Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial adalah presiden
memiliki kekuasaan sebagai pemimpin pemerintahan dan kepala negara.
Kelebihan sistem pemerintahan presidensial yang diterapkan di Indonesia

5
Ibid., hal 13
6

memungkinkan presiden untuk mengeluarkan aturan selama menjalankan


pemerintahan. Aturan perundang-undangan yang diciptakan oleh presiden
disebut dengan peraturan presiden (Perpres). Menciptakan Perpres merupakan
contoh kekuasaan eksekutif dan legislatif yang dimiliki oleh presiden. Berikut
ini 3 fungsi perpres yang diberlakukan di Indonesia yang harus kamu ketahui:
1. Fungsi perpres adalah untuk menjalankan perintah peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi di atasnya. Jadi, isi dari perpres dapat berupa
pelaksanaan dari peraturan pemerintah (PP). Dalam melaksanakan
Peraturan Pemerintah, perpres tentu tidak boleh melanggar UUD 1945,
ketetapan MPR, Perpu, dan Undang-Undang yang memiliki kedudukan
yang lebih tinggi. Misalnya, Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2011
tentang Dana Alokasi Umum Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun
Anggaran 2011 dibuat untuk melaksanakan perintah di dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 pasal 48 yang menjelaskan bahwa
alokasi DAU (Dana Alokasi Umum) untuk setiap daerah di Indonesia
akan ditetapkan dengan Peraturan Presiden.6
2. Fungsi perpres juga dapat berupa penjelasan atau penjabaran lebih detail
mengenai materi yang diperintahkan di dalam undang-undang yang
pernah dibuat sebelumnya. Dalam menjabarkan materi yang
diperintahkan di dalam undang-undang, perpres juga harus mengacu pada
pasal di UUD yang membahas mengenai hal tersebut. Misalnya, Peraturan
Presiden nomor 165 Tahun 2014 Tentang Tugas dan Fungsi Kabinet
Kerja dibuat dengan berpedoman pada pasal 4 ayat 1 UUD 1945 tentang
kekuasaan presiden dalam memegang pemerintahan dan Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.
3. Fungsi perpres berikutnya adalah untuk menyelenggarakan kekuasaan
pemerintah yang ada di Indonesia. Presiden sebagai kepala pemerintahan
memiliki fungsi, tugas, dan wewenang untuk melaksanakan serta
memimpin pemerintahan di Indonesia. Untuk mendukung hal ini, maka

6
___________,1993, Perjalanan Historis Pasal 18 UUD 1945 (Perumusan dan Undang-
Undang Pelaksanaannya), Jakarta: Unsika, hal 30
7

presiden bisa membentuk peraturan presiden (perpres) jika merasa


diperlukan.
Perpres (Peraturan Presiden) dapat digunakan untuk melaksanakan
Peraturan Pemerintah (PP) dan Undang-Undang yang secara tegas
memerintahkan dibentuknya Perpres atau tidak. Contoh Peraturan Pemerintah
yang memerintahkan dibentuknya Perpres lebih lanjut adalah Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan. Dalam pasal 220F ayat (4) dijelaskan bahwa penetapan lebih
lanjut untuk Universitas Pertahanan akan diselenggarakan dengan aturan dari
Peraturan Presiden. Sebagai pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini, Presiden
mengeluarkan Pepres Nomor 5 Tahun 2011 tentang Universitas Pertahanan
Sebagai Perguruan Tinggi yang Diselenggarakan oleh Pemerintah.7
Salah satu contoh Perpres yang dibuat berdasarkan Peraturan Pemerintah,
namun tidak diperintahkan untuk adanya Perpres di dalam PP tersebut adalah
Pepres Nomor 8 Tahun 2011 yang mengatur tentang Tarif Tenaga Listrik
yang Disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero). Perpres ini dibuat
berdasarkan pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 1994 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989. Selain dua contoh Perpres
tersebut, ada banyak hal lain yang bisa menjadi isi perpres, seperti aturan
untuk proses peradilan pidana, aturan yang menegaskan bahaya narkoba bagi
generasi muda, dan beberapa hal lainnya. Dengan adanya peraturan presiden
diharapkan keadilan bisa semakin dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Hal
ini dikarenakan bahaya akibat jika tidak ada keadilan di masyarakat akan
sangat mengganggu stabilitas negara dalam upaya menjaga keutuhan NKRI.

E. Fungsi Peraturan Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen


Lembaga Pemerintah Non Departemen dalam Pemerintahan Negara
Republik Indonesia, yang selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut
LPND adalah lembaga pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan
tugas pemerintahan tertentu dari Presiden. LPND berada di bawah dan

7
Ibid., hal 31
8

bertanggung jawab kepada Presiden. LPND juga mempunyai tugas


melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
LPND terdiri dari :
1. Lembaga Administrasi Negara disingkat LAN;
2. Arsip Nasional Republik Indonesia disingkat ANRI;
3. Badan Kepegawaian Negara disingkat BKN;
4. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia disingkat PERPUSNAS;
5. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional disingkat BAPPENAS;
6. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan disingkat BAPEDAL;
7. Badan Pusat Statistik disingkat BPS;
8. Badan Standardisasi Nasional disingkat BSN;
9. Badan Pengawas Tenaga Nuklir disingkat BAPETEN;
10. Badan Tenaga Nuklir Nasional disingkat BATAN;
11. Badan Intelijen Negara disingkat BIN;
12. Lembaga Sandi Negara disingkat LEMSANEG;
13. Badan Urusan Logistik disingkat BULOG;8
14. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional disingkat BKKBN;
15. Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional disingkat LAPAN;
16. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional disingkat
BAKOSURTANAL;
17. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan disingkat BPKP;
18. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia disingkat LIPI;
19. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi disingkat BPPT;
20. Badan Koordinasi Penanaman Modal disingkat BKPM;
21. Badan Pertanahan Nasional disingkat BPN;
22. Badan Pengawas Obat dan Makanan disingkat BPOM;
23. Lembaga Informasi Nasional disingkat LIN;
24. Lembaga Ketahanan Nasional disingkat LEMHANAS;

8
Dahlan Thaib, dkk, 1999, Teori Hukum dan Konstitusi, Jakarta; Raja Grafindo, hal 29
9

25. Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata disingkat BP


BUDPAR
26. Lembaga Administrasi Negara
LAN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
administrasi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4, LAN menyelenggarakan fungsi :
a. pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional tertentu di bidang
administrasi negara;
b. pengkajian kinerja kelembagaan dan sumber daya aparatur dalam rangka
pembangunan administrasi negara dan peningkatan kualitas sumber daya
aparatur;
c. pengkajian dan pengembangan manajemen kebijakan dan pelayanan di
bidang pembangunan administrasi negara;
d. penelitian dan pengembangan administrasi pembangunan dan otomasi
administrasi negara;
e. pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur
negara;
f. koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAN;
g. fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang
administrasi negara;9
h. penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan,
dan rumah tangga.
Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,
LAN mempunyai kewenangan :
1) penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;
2) perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan
secara makro;

9
Ibid., hal 30
10

3) penetapan sistem informasi di bidangnya;


4) kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku yaitu :
a) perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang administrasi
negara;
b) penyusunan standar dan pedoman penyelenggaraan dan pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan fungsional dan penjenjangan tertentu serta
pemberian akreditasi dan sertifikasi di bidangnya.10

F. Fungsi Peraturan Daerah


Peraturan Daerah sebagai produk hukum daerah merupakan sesuatu yang
inherent dengan sistem Otonomi Daerah. Hal ini sebagai konsekuensi dari
sistem Otonomi Daerah itu sendiri yang bersendikan kemandirian dan bukan
merupakan suatu bentuk kebebasan suatu satuan pemerintahan yang merdeka.
Kemandirian itu sendiri mengandung arti bahwa Daerah berhak mengatur dan
mengurus urusan rumah tangga pemerintahannya sendiri. Kewenangan
mengatur disini mengandung arti bahwa daerah berhak membuat keputusan
hukum berupa peraturan perundang-undangan, keberadaan Peraturan Daerah
menjadi sesuatu yang mutlak dalam mengatur urusan rumah tangga daerah,
dalam wadah negara kesatuan yang tetap menempatkan hubungan Pusat dan
Daerah yang bersifat subordinat dan independen. Peraturan Daerah
merupakan keputusan dalam arti luas, sebagai tujuan untuk mengatur hidup
bersama, melindungi hak dan kewajiban manusia dalam masyarakat,
melindungi lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat dan mejaga
keselamatan dan tata tertib masyarakat di daerah yang bersangkutan atas
dasar keadilan, untuk mencapai keseimbangan dan kesejahteraan umum.
Secara substansial Peraturan Daerah mengatur urusan pemerintahan yang
sangat luas, sejalan dengan kehendak undang-undang yang memberikan
otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah.
Fungsi dari peraturan daerah itu sendiri adalah :

10
Ibid., hal 32
11

1. sebagai instrumen kebijakan untuk melaksanakan otonomi daerah dan


tugas pembantuan sebagaimana amanat UUD RI Tahun 1945 dan
Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah.
2. sebagai penampung kekhususan dan keragaman daerah, serta penyalur
aspirasi masyarakat di daerah. Namun, pengaturannya tetap dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia yangg berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945.
3. sebagai alat pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan daerah.
4. sebagai peraturan pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi dan Perda harus tunduk pada ketentuan hierarki peraturan
perundang-undangan.11
Kedudukan peraturan daerah sebagaimana yang tercantum dalam UU No
12 Tahun 2011 harus dimaknai sebagai bentuk dari suatu derajat sistem
peraturan perundang undangan yang berlaku. Dimana nomor urut satu
meraupakan derajat yang paling tinggi dari sistem peraturan perundang
undangan yang berlaku begitu seterusnya. Dalam konteks Peraturan Daerah
baik Provinsi maupun Kabupaten/kota, merupakan derajat yang terendah dari
jenis peraturan perundang undangan yang berlaku, dengan demikian setiap
peraturan daerah harus mengikuti apa yang telah digariskan oleh aturan yang
lebih atas serta tidak boleh bertentangan.

G. Fungsi Peraturan Kepala Daerah


Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Daerah, Kepala Daerah
diberikan kewenangan untuk membuat produk hukum daerah berupa
pengaturan maupun penetapan. Produk hukum yang berupa pengaturan dibuat
dalam bentuk Perda dan Perkada yang digunakan sebagai dasar hukum
penyelenggaraan pemerintahan.
Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014,
pemerintah memberikan kewenangan untuk membentuk Perda adalah dalam

11
E. Utrecht, 1957, Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia, Cet. II,N. V.
Penerbitan dan Balai Buku Indonesia, Jakarta, hal 55
12

rangka menyelenggarakan otonomi daerah dan tugas pembantuan atau untuk


menjabarkan lebih lanjut ketentuan peraturan perundangundangan yang lebih
tinggi.
Menurut Maria Farida Indrati, di dalam Kelompok norma hukum terdapat
peraturan pelaksanaan (verordung) dan peraturan otonom (Autonome
Satzung). Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom ini merupakan
peraturan-peraturan yang terletak dibawah Undang-undang. Adapun
peraturan pelaksanaan bersumber dari kewenangan delegasi sedangkan
peraturan otonom bersumber dari kewenangan atribusi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam peraturan perundang-
undangan terdapat jenis peraturan perundangundangan yang berupa peraturan
pelaksana dan peraturan otonom. Keberadaannya adalah karena diperintahkan
oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan bersumber pada
kewenangan delegasi dan kewenangan atribusi.12
Atribusi kewenangan dalam pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(attributie van wetgevingbevoegdheid) adalah pemberian kewenangan
membentuk peraturan perundang-undangan yang diberikan oleh Grondwet
(Undang-Undang Dasar) atau wet (Undang-undang) kepada suatu lembaga
Negara/pemerintahan. Kewenangan tersebut melekat terus menerus dan dapat
dilaksanakan atas prakarsa sendiri setiap waktu diperlukan, sesuai dengan
batas-batas yang diberikan.
Sebagai contoh adanya atribusi kewenangan dapat dilihat dalam
UndangUndang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yakni pada
Pasal 236. Pasal ini memberikan atribusi kewenangan kepada Pemerintah
Daerah untuk membentuk Perda dalam rangka menyelenggarakan otonomi
dan tugas pebantuan. Disamping itu juga Pasal 238 memberikan atribusi
kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk membentuk Perda dengan
memuat sanksi pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana
denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

12
Ibid., hal 56
13

Sedangkan yang dimaksud delegasi kewenangan dalam pembentukan


peraturan perundang-undangan (delegatie van wetgevingsbevoegdheid) ialah
pelimpahan kewenangan membentuk peraturan perundang-undangan yang
dilakukan oleh Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi kepada
peraturan perundangundangan yang lebih rendah baik pelimpahan dinyatakan
dengan tegas maupun tidak.
Berlainan dengan kewenangan atribusi, pada kewenangan delegasi
kewenangan tersebut tidak diberikan, melainkan diwakilkan dan selain itu,
kewenangan delegasi ini bersifat sementara dalam arti kewenangan ini dapat
diselenggarakan sepanjang pelimpahan tersebut masih ada.13

13
HAW Wijaya, 2005, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia dalam rangka sosialisasi
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Jakarta: Raja Grafindo.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan dasar Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 jelaslah bahwa
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan
daerah Provinsi dibagi atas Kabupaten dan Kota yang masing-masing
mempunyai pemerintahan daerah. Adapun masing-masing Pemerintahan
Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan
Pemerintahan menurut Asas Otonomi dan Tugas Pembantuan dan diberikan
otonomi yang seluasluasnya. Pemberian otonomi yang seluasluasnya kepada
Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat.
Di samping itu melalui otonomi luas, dalam lingkungan strategis globalisasi,
daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan
prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta
potensi dan keanekaragaman Daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pada hakikatnya Otonomi Daerah diberikan kepada rakyat sebagai satu
kesatuan masyarakat hukum yang diberi kewenangan untuk mengatur dan
mengurus sendiri Urusan Pemerintahan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat
kepada Daerah.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis yakin bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, sehingga mengharapkan kepada para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun agar penulis mendapatkan
membelajaran baru. Dan semoga makalah ini dapat menjadi tempat
mendapatkan ilmu pengetahuan baru.
DAFTAR PUSTAKA

Amiroedin Syarif, 1987, Perundangundangan, Dasar, jenis dan Teknik


Membuatnya, Jakarta : Bina Aksara.
Ann Seidman, dkk. 2002, Penyusunan Rancangan Undang-Undang Dalam
Perubahan Masyarakat Yang Demokrasi diterjemahkan oleh Johanes
Usfunan.dkk. Edisi Kedua, Business Advisory Indonesia,Jakarta
Bagir Manan, 1987, Peranan Peraturan Perundang-undangan dalam Pembinaan
Hukum Nasional, Armico, Bandung:
___________,1993, Perjalanan Historis Pasal 18 UUD 1945 (Perumusan dan
Undang-Undang Pelaksanaannya), Jakarta: Unsika.
Dahlan Thaib, dkk, 1999, Teori Hukum dan Konstitusi, Jakarta; Raja Grafindo.
E. Utrecht, 1957, Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia, Cet. II,N. V.
Penerbitan dan Balai Buku Indonesia, Jakarta,
HAW Wijaya, 2005, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia dalam rangka
sosialisasi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Jakarta:
Raja Grafindo.
H. R. Sumantri M., 1997, Persepsi Terhadap Prosedur dan Sistem Perubahan
Konstitusi dalam Batang Tubuh UUD 1945, Bandung : Alumni.\
Lili Romli, 2007, Potret Otonomi Daerah dan Wakil Rakyat Di Tingkat Lokal,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mahendra Putra Kurnia, dkk. 2007, Pedoman Naskah Akademik Peraturan
Daerah Partisipatif, Cet. I, Yogyakarta : Kreasi Total Media.
Maria Farida Indrati Soeprapti, 2006, Ilmu Perundang-undangan; Dasar-dasar
dan Pembentukannya, Kanisius, Yogyakarta, YAPPIKA

Anda mungkin juga menyukai