Anda di halaman 1dari 28

PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP

PERATURAN PEMERINTAH YANG ADA


DI INDONESIA (NKRI)

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Tugas Mata Kuliah Agama Islam

Disusun Oleh :

1. Agelia Saputri (102222013)


2. Achmad Yusuf Pili (102222003)
3. Alifah Zahra Zhafirah (102222001)
4. Dyna Salawaty Maulidya (102222007)
5. Nursyafinka Elzapritasari (102222015)
6. Nurul Fitria Hasbi (102222012)
7. Reny Anggreiny (102222006)
8. Widia Lestari (102222010)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BATAM
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan

makalah ini dengan tepat pada waktunya.

Para pembaca sekalian, Adapun tujuan dari penulisan makalah ini

untuk memenuhi tugas dari Ibu Rini Susanti, S.Ag. MPd dalam Mata Kuliah

Agama Islam. Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah

mengenai Pandangan hukum islam terhadap peraturan pemerintah yang ada

di Indonesia (NKRI) tentang Bank syariah, UU pornografi, Minuman Keras,

dan Prostitusi.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah

ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari

berbagai pihak.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, sehingga

penulis harap kritik dan saran yang membangun guna menjadi acuan agar

makalah kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Batam, 22 Desember 2022

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................4

A. Latar Belakang Masalah......................................................................4

B. Rumusan Masalah................................................................................5

C. Tujuan Masalah...................................................................................5

D. Manfaat Penulisan...............................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI......................................................................6

A. Definisi Peraturan Pemerintah.............................................................6

B. Definisi Hukum Islam.........................................................................7

BAB III PEMBAHASAN............................................................................8

A. Kaitan Islam dengan Hukum...............................................................8

B. Pandangan Hukum Islam terhadap Peraturan Bank Syariah.............10

C. UU Pornografi...................................................................................16

D. Minuman Keras.................................................................................19

E. Prostitusi............................................................................................22

BAB IV PENUTUP....................................................................................25

A. Kesimpulan........................................................................................25

B. Saran..................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................28

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagai negara hukum Indonesia harus mengutamakan hukum di
atas segalanya dalam kehidupan bernegara. Indonesia harus
mewujudkan pembangunan dibidang hukum dalam rangka mewujudkan
kepastian hukum, kesadaran hukum, kataatan hukum serta yang yang
sangat penting adalah keadilan hukum. Penegakan hukum yang
berdasar kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945 harus menjunjung tinggi asas keadilan, hak
asasi manusia serta wajib menjamin setiap warga negara sama
kedudukannya di depan hukum. Pidana positif dan pidana Islam sama
dalam hal menentukan sebuah kejahatan dan pelanggaran. Perbedaan
terletak pada aspek pemberian hukuman yang dikenal dengan
pemidanaan. Walaupun ada unsur perbedaan dari keduanya, tetapi
memiliki titik relevansi tujuan antara pemidanaan Indonesia dan sanksi
pidana Islam.

Dalam sebuah negara demokrasi, peraturan, undang-undang dan


hukum selalunya tidak sesuai dengan peraturan yang ada dalam syariat
Islam. Kalaupun ada maka tidak sepenuhnya diambil dan digunakan.
Sebut saja Indonesia atau Malaysia, kedua negara ini menganut asas
demokrasi, segala jenis peraturan lebih kepada hukum yang telah di atur
oleh Peraturan Pemerintah dan Undang-undang. Sedangkan hukum
Islam hanya pada beberapa bagian saja. Berbeda halnya dengan negara
yang berbentuk kerajaan Islam, hampir seluruh peraturan dan undang-
undang yang berlaku berdasar kepada syariat Islam yang bersumber
dari Al Quran, Sunnah, Ijma’ para ulama serta qiyas. Jika dilihat dari
jenis hukuman yang dijatuhkan oleh syariat Islam, pada hakikatnya
bertujuan memberikan efek jera terhadap setiap orang yang melihat atau
bahkan hanya mendengarnya, sehingga untuk melakukan sebuah

4
tindakan kejahatan, seseorang harus berpikir panjang untuk memulai.
Hukum Islam memiliki banyak kontribusi terhadap hukum nasional
Indonesia. Hal itu dapat dilihat, misalnya, dari produk perundangan
yang dibuat pemerintah dan parlemen untuk mengatur kehidupan
berbangsa dan bernegara. Kemudian bagaimana pandangan hukum
Islam terhadap peraturan pemerintah tentang Bank Syariah, UU
pornografi, minuman keras dan prostitusi yang ada di Indonesia
(NKRI). Kemungkinan ada perbedaan karena hukum Islam berbeda
baik secara ontologis maupun secara etimologis apabila dibandingkan
dengan hukum konvensional. Hukum Islam adalah hukum Tuhan
karenanya dia abadi dan berlaku sepanjang zaman.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa kaitan Islam dengan Hukum?
2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap peraturan
pemerintah Indonesia tentang Bank Syariah, UU pornografi,
Minuman Keras dan Prostitusi?
3. Apa pengaruh hukum islam di pemerintahan Indonesia?

C. Tujuan Masalah
Adapun yang menjadi tujuan dalam masalah ini adalah :
1. Agar mengetahui perbedaan antara Hukum Islam dan
Peraturan Pemerintah
2. Agar mengetahui pandangan Hukum Islam terhadap
peraturan pemerintah di Indonesia
3. Agar mengetahui pengaruh hukum islam di pemerintahan
Indonesia
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk Penulis
4. Untuk Pembaca
5. Untuk Institusi Pendidikan

5
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi Peraturan Pemerintah


Peraturan Pemerintah (disingkat PP) adalah peraturan perundang-
undangan yang ditetapkan oleh presiden untuk menjalankan undang-
undang sebagaimana mestinya. Penjelasan ini tertuang dalam Pasal 5
ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi : “Presiden menetapkan peraturan
pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya”.
Dari ketentuan Pasal di atas, Peraturan Pemerintah adalah peraturan
pelaksanaan dari undang-undang. Untuk membuat suatu peraturan
pemerintah tidak harus secara tegas dinyatakan atau disebutkan oleh
undang undang yang menjadi dasarnya. Misalnya dengan menggunakan
kalimat "untuk selanjutnya akan diatur dengan peraturan pemerintah".

Dalam hierarki peraturan perundang-undangan Indonesia Pasal 7


ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011, Peraturan Pemerintah terletak di
bawah Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang dan di atas Peraturan Presiden. Hierarki peraturan perundang-
undangan menurut UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan sebagaimana telah diubah dengan UU
Nomor 15 Tahun 2019, yakni :

1. UUD 1945
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap MPR)
3. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang (Perppu)
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
6. Peraturan Daerah Provinsi
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

6
B. Definisi Hukum Islam
Hukum Islam adalah hukum yang berasal dari agama Islam, yaitu
hukum yang diturunkan oleh Allah untuk kemaslahatan hamba-
hambaNya di dunia dan akhirat. Perkataan “yang diturunkan oleh
Allah” dalam definisi di atas menunjukkan bahwa dalam hukum Islam
itu citaan Allah, bukan ciptaan manusia. Hal ini karena yang berhak dan
berwenang menbuat hukum adalah Allah. Allah mempunyai hak
progratif untuk membuat dan menghalalkan sesuatu dan mengharamkan
yang lainnya. Jika Rasulullah Muhammad SAW itu juga menghalalkan
dan mengharamkan sesuatu sebagaimana Allah lakukan, hal itu karena
Allah juga memberi beliau kewenangan dan Allah juga yang
memerintahkan umat Islam untuk mentaati beliau, Allah berfirman :

‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْٓوا اَ ِط ْيعُوا هّٰللا َ َواَ ِط ْيعُوا ال َّرس ُْو َل َواُولِى ااْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ۚ ْم‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.”
(QS. An-Nisa:59)

Selain Allah dan RsullahNya, maka semua orang tidak boleh


membuat atau menciptakan hukum. Para ulama juga demikian, Mereka
tidak boleh membuat atau membentuk hukum, Ketika para ulama
berijtihad, yang mereka lakukan bukanlah membuat atau menciptakan
hukum, akan tetapi mereka hanya berusaha dengan segenap
kemampuan mereka untuk mencari, membahas dan menerangkan
hukum Allah berdasarkan dalil-dali. Jadi sekali lagi, para ulama itu
tidak membuat atau menciptakan hukum Islam, karena membuat dan
menciptakan hukum itu adalah hal progratif Allah Ta’ala. Hukum
ciptaan manusia tidak mengatur hal-hal yang berkaitan dengan akhirat
sehingga tidak menjanjikan kebaikan ukhrawi. Sementara hukum Islam
itu menjanjikan kebaikan dunia akhirat bagi orang-orang yang patuh
dan taat kepadanya.

7
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kaitan Islam dengan Hukum


Agama diterjemahkan dari bahasa Arab Ad-Din, Asy-syari’ah at-
Thoriqoh, dan Millah yang diartikan sebagai peraturan dari Allah untuk
manusia berakal, untuk mencari keyakinan, mencapai jalan bahagia
lahir bathin, dunia akhirat, bersandar kepada wahyu-wahyu ilahi yang
terhimpun dalam Kitab Suci yang diterima oleh Nabi Muhammad.
Islam menurut A. Gaffar Ismail ialah nama agama yang dibawa oleh
Nabi Muhammad yang berisi kelengkapan dari pelajaran-pelajaran yang
meliputi :

a) kepercayaan;
b) seremoni-peribadahan;
c) tata tertib kehidupan pribadi;
d) tata tertib pergaulan hidup;
e) peraturan-peraturan Tuhan;
f) bangunan budi pekerti yang utama, dan menjelaskan rahasia
kehidupan yang akhirat.

Hukum sendiri berasal dari bahasa arab hakama-yahkumu-hukman


(masdar) yang dalam Kamus Arab-Indonesia Mahmud Junus diartikan
dengan menghukum dan memerintah. Hukum juga diartikan dengan
memutuskan, menetapkan, dan menyelesaikan setiap permasalahan.
Menurut Muhammad Daud Ali, hukum dapat dimaknai dengan norma,
kaidah, ukuran, tolak ukur, pedoman yang digunakan untuk menilai dan
melihat tingkah laku manusia dengan lingkungan sekitarnya. Dalam
ushul fiqh, hukum syar’i diartikan dengan khitab (kalam) Allah yang
berkaitan dengan semua perbuatan mukallaf, baik
berupa iqtidha’ (perintah, larangan, anjuran untuk melakukan atau

8
meninggalkan), takhyir (memilih antara melakukan dan tidak
melakukan), atau wadh’i (ketentuan yang menetapkan sesuatu sebagai
sebab, syarat, atau penghalang/mani’). Maksud dari khitabullah ialah
semua bentuk dalil-dalil hukum yang bersumber dari Qur’an, Sunnah
serta ijma’ dan qiyas. Menurut Abdul Wahab Khalaf, yang dimaksud
dengan dengan dalil hanya Qur’an dan Sunnah, sedangkan ijma’ dan
qiyas merupakan upaya ijtihadi untuk menyingkap hukum dari Qur’an
dan Sunnah. Kita tahu, ada banyak metode ijtihad untuk menggali
hukum syar’i, antara lain : qiyas, istihsan, maslahah mursalah, istishab,
al-‘adah, dan fathu ad-dzari’ah dan sadd al-dzari’ah.

Hukum Islam secara umum dapat dibagi menjadi dua. Pertama,


hukum takhlifi yang terdiri dari al-wujub (wajib), an-nadbu (sunnah),
al-ibahah (mubah), al-karoheh (makruh), dan al-haromah (haram).
Contohnya, waktu matahari tergelincir di tengah hari menjadi sebab
wajibnya seorang mukallaf menunaikan sholat dzuhur, wudhu’ menjadi
syarat sahnya sholat, haid menjadi penghalang (mani’)seorang
perempuan melakukan kewajiban sholat atau puasa.

Pemikiran di atas memperlihatkan bahwa ada perbedaan antara


Islam sebagai agama, dan hukum sebagai bagian dari agama Islam.
Perbedaan tersebut sangat kecil, karena itu ada tiga konsep yang wajib
diketahui dan dipahami oleh seorang muslim, yaitu syari’ah, fiqh,
dan qonun. Mengetahui ketiganya akan mengantarkan kepada seorang
muslim untuk mengerti mana wilayah yang tidak mungkin berubah dan
tunggal, serta mana wilayah yang bisa berubah dan berbeda-beda
tafsirnya.

Menurut Hasbi As-Shiddieqy, syariat berarti jalan tempat keluarnya


sumber mata air atau jalan yang dilalui air terjun yang diasosiakan oleh
orang Arab sebagai at-thhariqah al-mustaqimah. Secara terminologi,
syariat berarti tata aturan atau hukum-hukum yang disyariatkan Allah
kepada hamba-Nya untuk diikuti (Qs. Al-Jasiyah : 18). Fiqh menurut
Fathurrman Djamil ialah dugaan kuat yang dicapai oleh seorang

9
mujtahid dalam usahanya menemukan hukum Allah. Fiqh memiliki
keterkaitan dengan hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis yang
bersumber pada dalil-dalil yang terperinci. Sedangkan qonun biasa
diartikan dengan Undang-Undang. Ulama’ salaf mendefinisikannya
sebagai kaidah-kaidah yang bersifat kully (menyeluruh) yang
didalamnya tercakup hukum-hukum juz’iyyah(bagian-bagiannya).
Qonun umumnya dibuat oleh pemerintah yang berkuasa.

Syari’ah, fiqh dan qonun berbeda. Ajaran syari’at tedapat dalam


Qur’an dan hadist yang tidak mungkin berubah teksnya, bersifat
fundamental, abadi karena merupakan ketetapan Allah dan Nabi
Muhammad, tunggal yang meperlihatkan konsep kesatuan Islam.
Sedangkan fiqh dan qonun merupakan produk pemahaman manusia
yang menggali hukum dalam Qur’an dan hadist, bersifat instrumental,
mengalami perubahan sesuai waktu, zaman serta keadaan. Realitasnya
seperti yang kita ketahui saat ini, dimana produk hukum fiqh dan qonun
cenderung berbeda-beda sesuai madzhab yang sangat beragam. Kita
bisa lihat perbedaan-perbedaan tersebut dalam kitab-kitab fiqh
perbandingan.

B. Pandangan Hukum Islam terhadap Peraturan Bank Syariah


Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan Prinsip-
Prinsip Syariah. Implementasi prinsip syariah inilah yang menjadi
pembeda utama dengan bank konvensional. Pada intinya prinsip
syariah tersebut mengacu kepada syariah Islam yang berpedoman utama
kepada Al Quran dan Hadist. Islam sebagai agama merupakan konsep
yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif dan universal
baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta (HabluminAllah) maupun
dalam hubungan sesama manusia (Hablumminannas).

Sesuai UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank


Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan

10
prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa
Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan
('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah),
serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang
haram. Secara kelembagaan bank umum syariah ada yang berbentuk
bank syariah penuh (full-pledged) dan terdapat pula dalam bentuk Unit
Usaha Syariah (UUS) dari bank umum konvensional. Pembagian
tersebut serupa dengan bank konvensional, dan sebagaimana halnya
diatur dalam UU perbankan, UU Perbankan Syariah juga mewajibkan
setiap pihak yang melakukan kegiatan penghimpunan dana masyarakat
dalam bentuk simpanan atau investasi berdasarkan prinsip syariah harus
terlebih dahulu mendapat izin OJK.

Selain itu, UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan bank


syariah untuk menjalankan fungsi sosial dengan menjalankan fungsi
seperti lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari
zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada pengelola wakaf sesuai kehendak pemberi
wakaf. Pelaksanaan fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan
syariah dari aspek pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan tata kelola
yang baik dilaksanakan oleh OJK sebagaimana halnya pada perbankan
konvensional, namun dengan pengaturan dan sistem pengawasan yang
disesuiakan dengan kekhasan sistem operasional perbankan syariah.

Proses transaksi tiap Bank tidaklah sama Antar Bank konvensional


dengan Bank syariah karena semua Bank berlomba untuk mendapatkan
nasabah yang lebih banyak tanpa memandang status hukum agama
terutama agama islam, sehingga banyak yang melenceng dari hukum
syariat islam. Islam sangatlah respect dengan aturan-aturan yang
berkaitan dengan keuangan, sehingga islam juga memberikan kode etik
dalam bahasa bijak yang tersirat dalam Al-Qur'an agar umat manusia
tidak merbuat dzalim pada sesamanya dengan Cara berbuat riba. Ada

11
banyak ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang keharaman riba,
diantaranya:

ٰ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا اَل تَْأ ُكلُوا الرِّ ٰب ٓوا اَضْ َعافًا ُّم‬
‫ض َعفَةً ۖ َّواتَّقُوا‬
‫هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِح ُْو ۚ َن‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
beruntung.”

Ada tiga pilar pokok dalam ajaran Islam yaitu :

 Aqidah: komponen ajaran Islam yang mengatur tentang


keyakinan atas keberadaan dan kekuasaan Allah sehingga
harus menjadi keimanan seorang muslim manakala
melakukan berbagai aktivitas dimuka bumi semata-mata
untuk mendapatkan keridlaan Allah sebagai khalifah yang
mendapat amanah dari Allah.
 Syariah: komponen ajaran Islam yang mengatur tentang
kehidupan seorang muslim baik dalam bidang ibadah
(habluminAllah) maupun dalam bidang muamalah
(hablumminannas) yang merupakan aktualisasi dari akidah
yang menjadi keyakinannya.

Sedangkan muamalah sendiri meliputi berbagai bidang kehidupan


antara lain yang menyangkut ekonomi atau harta dan perniagaan
disebut muamalah maliyah

 Akhlaq: landasan perilaku dan kepribadian yang akan


mencirikan dirinya sebagai seorang muslim yang taat
berdasarkan syariah dan aqidah yang menjadi pedoman
hidupnya sehingga disebut memiliki akhlaqul karimah
sebagaimana hadis nabi yang menyatakan "Tidaklah

12
sekiranya Aku diutus kecuali untuk menjadikan akhlaqul
karimah"

Prinsip-Prinsip syariah yang dilarang dalam operasional perbankan


syariah adalah kegiatan yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

 Maisir:  Menurut bahasa maisir berarti gampang/mudah.


Menurut istilah maisir berarti memperoleh keuntungan tanpa
harus bekerja keras. Maisir sering dikenal dengan perjudian
karena dalam praktik perjudian seseorang dapat memperoleh
keuntungan dengan cara mudah. Dalam perjudian, seseorang
dalam kondisi bisa untung atau bisa rugi.Judi dilarang dalam
praktik keuangan Islam, sebagaimana yang disebutkan dalam
firman Allah sebagai berikut:"Hai orang-orang yang
beriman, sesungguhnya khamar, maisir, berhala, mengundi
nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk
perbuatan syetan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan" (QS Al-Maaidah : 90)

 Gharar: Menurut bahasa gharar berarti pertaruhan. Menurut


istilah gharar berarti sesuatu yang mengandung
ketidakjelasan, pertaruhan atau perjudian. Setiap transaksi
yang masih belum jelas barangnya atau tidak berada dalam
kuasanya alias di luar jangkauan termasuk jual beli gharar.
Misalnya membeli burung di udara atau ikan dalam air atau
membeli ternak yang masih dalam kandungan induknya
termasuk dalam transaksi yang bersifat gharar. 

Pelarangan gharar karena memberikan efek negative dalam


kehidupan karena gharar merupakan praktik pengambilan keuntungan
secara bathil. Ayat dan hadits yang melarang gharar diantaranya :"Dan
janganlah sebagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan

13
sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu mengetahui" (Al-Baqarah : 188)

 Riba:  Makna harfiyah dari kata Riba adalah pertambahan,


kelebihan, pertumbuhan atau peningkatan. Sedangkan
menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan
dari harta pokok atau modal secara bathil. Para ulama sepakat
bahwa hukumnya riba adalah haram. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 130 yang melarang
kita untuk memakan harta riba secara berlipat ganda.
Sangatlah penting bagi kita sejak awal pembahasan bahwa
tidak terdapat perbedaan pendapat di antara umat Muslim
mengenai pengharaman Riba dan bahwa semua mazhab
Muslim berpendapat keterlibatan dalam transaksi yang
mengandung riba adalah dosa besar. Hal ini dikarenakan
sumber utama syariah, yaitu Al-Qur'an dan Sunah benar-
benar mengutuk riba. Akan tetapi, ada perbedaan terkait
dengan makna dari riba atau apa saja yang merupakan riba
harus dihindari untuk kesesuaian aktivitas-aktivitas
perekonomian dengan ajaran Syariah.

Banyak pihak yang telah menyatakan pandangan berbeda mengenai


dasar rasional atau tujuan pengharaman riba oleh Syariah. Secara
keseluruhan, keadilan sosio ekonomi dan distribusi, keseimbangan
antargenerasi, instabilitas perekonomian, dan kehancuran ekologis
dianggap sebagai dasar pengharaman riba. Mengingat semua teks dan
prinsip yang relevan dalam hukum Islam, alasan satu-satunya yang
meyakinkan adalah tentang keadilan distribusi karena pengharaman
Riba dimaksudkan untuk mencegah akumulasi kekayaan pada segelintir
orang, yaitu harta itu jangan hanya "beredar di antara orang-orang
kaya" (Kitab Suci Al-Quran, 59:7). Oleh sebab itu, tujuan utama
pelarangan atas Riba adalah untuk menghalangi sarana yang dapat

14
menuntun ke akumulasi kekayaan pada segelintir pihak, baik itu bank
maupun individu.

Pendapat para Ulama ahli fiqh bahwa bunga yang dikenakan dalam
transaksi pinjaman (utang piutang, al-qardh wa al-iqtiradh) telah
memenuhi kriteria riba yang di haramkan Allah SWT., seperti
dikemukakan,antara lain ,oleh Al-Nawawi berkata, Al-Mawardi
berkata: Sahabat-sahabat kami (ulama mazhab Syafi'I) berbeda
pendapat tentang pengharaman riba yang ditegaskan oleh al-Qur'an,
atas dua pandangan. Pertama, pengharaman tersebut bersifat mujmal
(global) yang dijelaskan oleh sunnah. Setiap hukum tentang riba yang
dikemukakan oleh sunnah adalah merupakan penjelasan (bayan)
terhadap kemujmalan al Qur'an, baik riba naqad maupun riba
nasi'ah.Kedua, bahwa pengharaman riba dalam al-Qur'an sesungguhnya
hanya mencakup riba nasai' yang dikenal oleh masyarakat Jahiliah dan
permintaan tambahan atas harta (piutang) disebabkan penambahan
masa (pelunasan). Salah seorang di antara mereka apabila jatuh tempo
pembayaran piutangnya dan pihang berhutang tidak membayarnya,ia
menambahkan piutangnya dan menambahkan pula masa
pembayarannya. Hal seperti itu dilakukan lagi pada saat jatuh tempo
berikutnya. Itulah maksud firman Allah : "… janganlah kamu memakan
riba dengan berlipat ganda… " kemudian Sunnah menambahkan riba
dalam pertukaran mata uang (naqad) terhadap bentuk riba yang terdapat
dalam al-Qur'an.

Bunga uang atas pinjaman (Qardh) yang berlaku di atas lebih buruk
dari riba yang di haramkan Allah SWT dalam Al-Quran, karena dalam
riba tambahan hanya dikenakan pada saat jatuh tempo. Sedangkan
dalam system bunga tambahan sudah langsung dikenakan sejak terjadi
transaksi. Jumhur (mayoritas/kebanyakan) Ulama' sepakat bahwa bunga
bank adalah riba, oleh karena itulah hukumnya haram yang termasuk
riba nasiah yang dilarang oleh Islam. Karena itu umat Islam tidak boleh
bermuamalah dengan bank yang memakai system bunga, kecuali dalam

15
keadaan darurat atau terpaksa. Bahkan menurut Yusuf Qardhawi tidak
mengenal istilah darurat atau terpaksa, tetapi secara mutlak beliau
mengharamkannya. Pendapat ini dikuatkan oleh Al-Syirbashi,
menurutnya bahwa bunga bank yang diperoleh seseorang yang
menyimpan uang di bank termasuk jenis riba, baik sedikit maupun
banyak. Namun yang terpaksa, maka agama itu membolehkan
meminjam uang di bank itu dengan bunga.

C. UU Pornografi
Fenomena pornografi dewasa ini telah mencapai perkembangan
yang sangat pesat, sudah menyentuh setiap lapisan masyarakat tanpa
terhalang oleh sekat-sekat geografis lagi. Bahkan masyarakat pedesaan
yang secara geografis jauh dari kota, diasumsikan sebagai sentra
pornografi, pun tak luput terjamah. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia pornografi diartikan dengan penggambaran tingkah laku
secara erotis dengan lukisan untuk membangkitkan nafsu birahi.
Sementara dalam UU Pornografi, defisini pornografi disebutkan dalam
pasal 1: "Pornografi adalah materi seksualitas yang dibuat oleh manusia
dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,
gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau
bentuk pesan komunikasi lain melalui berbagai bentuk media
komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang dapat
membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar nilai-nilai kesusilaan
dalam masyarakat."

Sebelum menjadi UU pornografi, awalnya bernama RUU Anti


Pornografi dan Pornoaksi (RUUAPP). Pembahasan akan RUU APP ini
sudah dimulai sejak tahun 1997 di DPR. Dalam perjalanannya draf
RUU APInisiatif pemerintah dalam menelorkan RUU APP sebetulnya
jauh hari sudah dilakukan oleh MUI dengan dikeluarkannya Keputusan
Fatwa Komisi Fatwa MUI Nomor 287 tahun 2001 tentang Pornografi
dan Pornoaksi. Dasar hukum kuputusan fatwa ini bersumber dari Al-

16
Qur'an, di antaranya adalah Q.S. al-Isra [17]: 32, an-Nur [24]: 30-31,
dan al-Maidah [5]: 2, dan hadis Nabi yang berisi larangan pakaian
tembus pandang, erotis, sensual, serta hadis tentang larangan berduaan
laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Pertama kali diajukan
pada 14 Februari 2006 dan berisi 11 bab dan 93 pasal.

Hukum Islam merupakan salah satu sumber pembentukan hukum


nasional di Indonesia, di samping hukum Adat dan hukum Barat.
Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang mengatur tentang tata
cara pergaulan juga etika dalam berbusana. Di antaranya QS. Al-Isra’:
32 melarang setiap orang untuk mendekati zina, QS. An-Nur: 30 dan
31mengatur tentang tata pergaulan dan berbusana baik untuk laki-laki
maupun untuk perempuan, dan lain sebagainya. Hal ini dimaksudkan
agar tercapai ketentraman dan juga kemaslahatan bagi umat manusia.
Oleh karena itu segala bentuk tindakan yang menjurus kearah perbuatan
zina, adalah dilarang dalam Islam, dan salah satunya adalah pornografi.

Salah satu kritik yang muncul terhadap UU Pornografi adalah dari


segi substansi atau materinya. Ada beberapa hal dalam UU Pornografi
yang menimbulkan perdebatan. Di antaranya adalah Pertama :
Judul/Nama UU. UU ini telah mengalami perubahan, yakni semula
RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) menjadi RUU
Pornografi (RUU P), dan akhirnya disahkan sebagai UU Pornografi.
Perubahan nama ini jelas kontraproduktif sekaligus kontradiktif
(bertentangan) dengan semangat awal untuk memberantas dan
menghapus segala bentuk kepornoan. Penghapusan kata anti pada judul
RUU memberikan kesan, bahwa RUU ini hanya akan mengatur
pornografi, dan bukan berniat menghapuskannya.

Kedua : Banyak pasal UU Pornografi yang cacat dan sekaligus


bertentangan dengan Islam. Misalnya sebagai berikut :

1) Definisi Pornografi.

17
Dalam Pasal 1 ayat 1 disebutkan : Pornografi diartikan
sebagai : adalah materi seksualitas yang dibuat manusia dalam
bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,
gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak
tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain melalui berbagai
bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum,
yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar
kesusilaan masyarakat. Pasal ini saja mengandung sejumlah
masalah : Yang termasuk dalam cakupan pornografi menurut
UU ini hanyalah materi seksualitas yang mengandung 2 (dua)
unsur, yaitu : (1) yang dapat membangkitkan hasrat seksual,
dan/atau (2) melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat.
Pengertian ini masih belum konkret sehingga bisa menimbulkan
macam-macam penafsiran masing-masing orang.

Dalam perspektif Islam, Islam memang tidak secara jelas


memberikan pengertian tentang pornografi. Namun demikian,
Islam memiliki konsep tentang aurat24 yang jelas dan baku.
Aurat laki-laki, baik terhadap sesama laki-laki maupun terhadap
wanita adalah antara pusar dan lutut. Sementara aurat wanita
terhadap laki-laki asing (bukan suami dan bukan mahramnya)
adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan dua telapak tangannya.
Di samping itu, pakaian yang dikenakannya sudah ditentukan
yakni : jilbab dan kerudung, yang menurupi seluruh tubuh
kecuali wajah dan telapak tangan. Aurat tersebut wajib ditutup
dan tidak boleh dilihat kecuali orang yang berhak, terlepas
terlihatnya aurat itu dapat membangkitkan birahi atau tidak.
Jadi, dalam perspektif Islam, yang menjadi kriteria adalah aurat
itu tertutup atau tidak, bukan hasrat seksual bangkit atau tidak.

2) Masalah Pembatasan.

Dalam UU ini juga ada sejumlah pembatasan yang juga


bermasalah. Dalam pasal 14, misalnya, disebutkan: Pembuatan,

18
penyebarluasan, dan penggunaan materi seksualitas dapat
dilakukan untuk kepentingan dan memiliki nilai: (a) seni dan
budaya (b) adat istiadat, dan (c) ritual tradisional.
Pembatasan/perkecualian ini tentu berbahaya. Bagaimana
mungkin dengan alasan atau kepentingan pada 3 aspek itu,
materi seksualitas boleh dibuat, disebarluaskan dan digunakan.
Apalagi tidak ada batasan yang jelas mengenai materi
seksualitas yang dimaksud. Dalam perspektif Islam, semua
ketentuan syariah berlaku umum kecuali ada dalil syar’i yang
memperbolehkannya. Seni budaya, adat istiadat, dan ritual
tradisional tidak termasuk dalam alasan yang dibenarkan syar’i
untuk membolehkan pornografi dan pornoaksi yang dilakukan di
tengah kehidupan masyarakat. Jadi, pembatasan/perkecualian
pada 3 aspek tersebut sangat absurd dan bertentangan dengan
Islam. Pornografi dan pornoaksi pada tiga aspek itu tetap haram.
Sebab tidak ada dalil dari Al-Qur`an atau As-Sunnah yang
mengecualikannya. Mengecualikan atas dasar akal atau
kemaslahatan adalah batil menurut Islam.

D. Minuman Keras
Hukum Minuman Keras Dalam Pandangan islam Dalam Islam,
khamr adalah minuman keras yang zaman dahulu dibuat dengan
campuran kurma dan anggur. Karena dapat memabukkan, khamr
kemudian dilarang dengan cara bertahap karena sudah menjadi
kebiasaan sejak zaman jahiliyah. Sudah menjadi ijma’ ulama bahwa
hukum minuman keras (khamr) haram. Mengkonsumsi khamr
merupakan dosa besar. Diantara dalil yang menegaskan keharaman
minuman keras adalah:

 Firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 90: Artinya: “Hai


orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minuman) khamr,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan anak

19
panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaithan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.”(QS. Al-Maidah:90)
 Sabda Rasulullah : Artinya: Dari Abdullah bin Umar, Rasullah
bersabda: “Barang siapa meminum khamr di dunia dan ia tidak
bertaubat maka (Allah) mengharamkannya di akhirat”(HR.
Muslim)
 Hukum Minum Alkohol atau Khamr dalam Hadits juga
disebutkan dalam Hadist Imam Ahmad yang meriwayatkan
sebuah hadits dari Abu Musa al-Asy'ariy bahwa Rasulullah SAW
bersabda: "Tidak akan masuk surga orang yang senantiasa
minum khamr, orang yang percaya atau membenarkan sihir, dan
orang yang memutuskan tali silaturrahim. Barangsiapa mati
dalam keadaan minum khamr (mabuk) maka Allah kelak akan
memberinya minum dari sungai Ghuthah. Yaitu air yang
mengalir dari kemaluan para pelacur, yang baunya sangat
mengganggu para penghuni neraka." (Isnadnya dha'if.
Diriwayatkan oleh Ahmad (4/399), Al-Hakim (4/146), Ibnu
Hibban (5346) Artinya siapa saja yang mengonsumsi khamr
akan dilaknat dari Allah SWT. Diriwayatkan oleh Abu Dawud
bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Khamr atau minuman keras
itu telah dilaknat dzatnya, orang yang meminumnya, orang yang
menuangkannya, orang yang menjualnya, orang yang
membelinya, orang yang memerasnya, orang yang meminta
untuk diperaskan, orang yang membawanya, orang yang
meminta untuk dibawakan dan orang yang memakan harganya."
(Diriwayatkan oleh Ahmad).

Minuman beralkohol telah disepakati oleh para Ulama' sebagai


minuman keras atau khamr.Sifat alkohol yang memiliki efek
memabukkan bagi peminumnyalah yang membuat para ulama
mengharamkannya pada keadaan tertentu. Namun saat ini telah
banyak minuman-minuman beralkohol yang memiliki kadar alhohol

20
tidak menimbulkan efek mabuk apabila diminum hanya satu atau
dua botol saja. Pemerintah Indonesia juga telah memberikan
pengkategorian terhadap minuman beralkohol dari minuman
beralkohol golongan "A" sampai "C" yang ditentukan melalui kadar
alcohol dalam minuman.

Minuman beralkohol golongan "A" merupakan minuman


beralkohol dengan kadar paling rendah yaitu di bawah 5%. Minuman
keras dan perilaku tidak terpuji adalah dua hal yang saling terkait.
Belakangan ini makin sering terjadi kejadian yang meresahkan umat.
Tercatat padasemester awal tahun ini beberapa kejahatan seksual
pada anak terja di setelah pelakunya meminum minuman keras.
Dimana orang akan terdorong melakukan perbuatan keji, ketika akal
pikirannya telah dipengaruhi oleh minuman keras. Minuman keras
atau yang sering disebut miras merupakan minuman mengandung
senyawa alkohol atau etanol. Adanya alkohol pada minuman akan
mengakibatkan minuman mempunyai sifat khamr atau memabukkan.
Alkohol akan mempengaruhi kerja otak, dimana bagian sistem syaraf
yang berperan dalam melakukan pengolahan dan ingatan terhadap
reaksi emosi menjadi terganggu.

Minuman beralkohol golongan "A" ini nampaknya cukup bebas


dijual, khususnya di minimarket dan supermarket. Minuman
beralkohol golongan "A" ini tidaklah memberikan efek mabuk dan
tidak membuat peminum kehilangan akal atau kendali terhadap
pikiran sehat. Berdasarkan tinjauan Nash Qur'an, Sunnah Nabi dan
beberapa kaidah para ulama', penyusun menganggap bahwa
minuman beralkohol golongan "A" tidak dapat dihukumi haram, dan
penyusun hanya memakruhkannya saja. Oleh karena hokum dari
mengkonsumsi minu Home man beralkohol golongan "A" adalah
makruh, maka hokum menjualnyapun juga makruh Rancangan
Undang-undang Larangan Minuman Beralkohol (RUU Minol) yang
mengatur sanksi pidana. bagi peminum alkohol berupa pidana

21
penjara maksimal dua tahun atau denda maksimal Rp 50 juta.
meminum maka hukumnya sudah haram.
Alkohol termasuk zat adiktif, artinya zat tersebut dapat menimbulkan
ketagihan dan ketergantungan. Alkohol menimbukan toleransi,
ketergantungan fisik, dan ketergantungan psikis yang berakhir
dengan alkoholisme, suatu penyakit sosial yang sulit diobati dan
menelan banyak korban.

E. Prostitusi
Dalam agama Islam, pelacuran merupakan salah satu perbuatan
zina. Pandangan hukum Islam tentang perzinaan jauh berbeda
dengan konsep hukum konvensional atau hukum positif, karena
dalam hukum Islam, setiap hubungan seksual tanpa ikatan
pernikahan (yang diharamkan) seperti pelacuran masuk kedalam
kategori perzinaan yang harus diberikan sanksi hukum kepadanya,
baik itu dalam tujuan komersil ataupun tidak, baik yang dilakukan
oleh yang sudah berkeluarga ataupun belum.
Para pelacur yang rutinitasnya identik dengan perzinaan
merupakan bentuk lain dari penyimpangan seksual dimana terjadi
hubungan seksual antara laki- laki dan perempuan tidak berdasarkan
pada ikatan tali perkawinan. Pengaturan serta sanksi terhadap
prostitusi atau zina dalam hukum islam diatur dalam QS Al-Isra' 17 :
32. Q.S An-Nisa; 24:33, QS An-Nur 24 : 2. Maka upaya yang
dilakukan dalam mengatasi prostitusi atau zina adalah meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Alloh SWT, memupuk ilmu
pengetahuan agama, menciptakan menjaga lingkungan yang
kondusif jauh dari praktek prostitusi dan perzinahan, membuat dan
membentuk hukum prostitusi dan perzinahan sesuai dengan petunjuk
hadist dan al-quran.
Prostitusi berasal dari bahasa inggris, Prostitusion yang artinya
pelacuran. Dalam bahasa Arab prostitusi atau pelacuran diartikan

22
dengan zina. Kata zina dalam bahasa arab adalah bai’ul irdhi yang
artinya menjual kehormatan. Jadi, pelacuran bisa juga disebut
dengan penjualan kehormatan dan orang yang melacur bisa disebut
dengan penjual kehormatan. Dari segi hukum sudah jelas bahwa
prostitusi atau pelacuran menurut ajaran Islam hukumnya haram.
Haram artinya tidak boleh dilakukan. Dan sekiranya tetap dilakukan,
maka ia akan mendapatkan sanksi hukum, baik di dunia maupun di
akhirat.
Menurut hukum Islam, zina secara harfiah berarti Fahisyah, yaitu
perbuatan keji. Zina dalam pengertian istilah adalah hubungan
kelamin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang
satu sama lain tidak terikat dalam hubungan perkawinan. Terdapat
pendapat lain mengenai zina, walaupun hampir sama bahkan sama
dengan yang sudah dijelaskan diatas, yaitu kata dasar dari zana-
yazni. Hubungan seksual antara lakilaki dan perempuan yang belum
atau tidak ada ikatan ”nikah”, ada ikatan nikah semua (seperti nikah
tanpa wali, nikah mut’ah, dan hubungan beberapa laki-laki terhadap
hamba perempuan yang dimiliki secara bersama) atau ikatan
pemilikan (tuan atas hamba sahayanya). Para Ulama dalam
memberikan definisi zina dalam kata yang berbeda, namun
mempunyai substansi yang hampir sama.
Salah satu Hukum di Indonesia yaitu hukum Prostitusi online di
atur dalam UU ITE Pasal 45 ayat (1). Hanya saja sangat di
sayangkan yang terjerat dalam pasal ini hanya mucikari dan Pekerja
Seks Komersial (PSK), sedangkan pengguna jasanya tidak di atur
dalam pasal tersebut. Undang-Undang ITE Pasal 45 ayat (1)
menyatakan bahwa ancaman pidana bagi pelaku prostitusi online
terkhusus bagi mucikarinya paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak satu milyar.
Hukum Pidana Islam (Jinayah) membagi sanksi kedalam 3
kategori, yaitu jarimah hudud, jarimah qishash & Diyat, dan ta’zir.
Jarimah hudud terbagi 7, yaitu Had Zina, Had al_Qadzaf (orang

23
yang menduduh zina), Had al-Khamr (orang minum khamr), Had
as-Sariqah (mencuri), Had al-Hirabah (Perampok), Had alBaghi
(Pembangkan/Pemberontak), dan Had ar-Riddah (orang murtad).
Sedangkan Jarimah Qishash terbagi dua yaitu qishs sh pembunuhan
dan qisash anggota badan (pelukaan), kemudian diyat artiny de a, aiu
de yang dikenakan kepada pembunuh yang tidak dikenakan qishash.
Diyat terbagi dua, yaitu diyat Mugallazah dan diyat Mukhaffafah.
Dan yang terakhir adalah sanksi Ta’zir, ta’zir merupakan hukuman
yang selain hukum hudud, jadi ta’zir itu yang hukumannya tidak
tertulis dalam al-qur’an dan hadist, jadi hukumannya dikembalikan
kepada ulil amri.
Prostitusi Online sendiri terdiri dari 3 (tiga) unsur, yaitu
mucikari, Pekerja Seks Komersial (PSK) dan pengguna jasa.
Berangkat dari uraian tersebut dalam pandangan Hukum Pidana
Islam (Jinayah) masing-masing subjek dalam Prostitusi Online ini
termasuk kedalam jarimah yang berbeda-beda. Pekerja Seks
Komersial dan Penguna jasa dalam Prostitusi Online termasuk
kedalam Jarimah Zina, karena jelas sekali pekeja seks komersial dan
pengguna jasa ini memenuhi semua unsur dalam Jarimah Zina.
Sedangkan mucikari dalam pandangan Hukum Pidana Islam
(Jinayah) termasuk kedalam Jarimah Ta’zir, karena mucikari dalam
prostitusi online sendiri belum ada hukuman yang mengatur didalam
Al-Qur’an, walaupun secara dosa mucikari tersebut termasuk
kedalam dosa zina, akan tetapi tidak memenuhi unsur dari jarimah
zina itu sendiri, jadi hukuman bagi mucikari prostitusi online
menurut Hukum Pidana Islam (jinayah) dikembalikan pada Ulil
Amri.

24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum Islam merupakan seperangkat norma atau peraturan yang
bersumber dari Allah SWT dan Nabi Muhammad saw untuk mengatur
tingkah laku manusia di tengah-tengah masyarakatnya. Dengan kalimat
yang lebih singkat, hukum Islam dapat diartikan sebagai hukum yang
bersumber dari ajaran Islam dan merupakan bagian dari agama Islam.
Berbeda dengan hukum lainnya, hukum Islam tidak hanya hasil
pemikiran manusia yang dipengaruhi oleh kebudayaan, tetapi dasarnya
ditetapkan oleh Allah SWT melalui wahyu-Nya dan dijelaskan oleh
Rasulullah melalui sunnahnya.

1. Kesimpulan kaitan hukum dengan islam


Hukum diartikan sebagai memutuskan, menetapkan,
dan menyelesaikan masalah. Hukum juga dapat dimaknai
dengan norma, kaidah, ukuran, tolak ukir, dan pedoman
yang digunakan untuk menilai dan melihat tingkah laku
manusia dengan lingkungan sekitar. Terdapat perbedaan
antara islam sebagai agama, dan hukum sebagai bagian dari
islam. perbedaannya kecil, namun wajib diketahui dan
dipahami oleh seorang muslim. Perbedaan-perbedaannya
dapat dilihat sesuai madzhab yang beragam, juga dalam
kitab-kitab fiqih.
2. Kesimpulan bagaimana pandangan hukum Islam terhadap
peraturan pemerintah Indonesia tentang Bank Syariah, UU
pornografi, Minuman Keras dan Prostitusi
Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah yang diatur dalam fatwa
Majelis Ulama Indonesia. Pada dasarnya sebagian besar

25
ulama mengakui bahwa bank syariah saat ini belum
sepenuhnya syariah, namun bukan berarti bank syariah sama
saja dengan bank konvensional. Karena bank syariah sedang
proses menyempurnakan menjadi benar-benar syariah yang
berpedoman utama kepada Alqur'an dan Hadist. Hukum
islam merupakan salah satu sumber pembentukan hukum
nasional di indonesia, disamping hukum adat dan barat.
Sebelum menjadi UU pornografi, awalnya bernama RUU
Anti. Pornografi dan Pornoaksi (RUUAPP). Salah satu kritik
yang muncul terhadap UU pornografi adalah dari segi
materinya. Dalam perspektif islam, memang tidak secara
mengenai pornografi. Namun demikian islam memiliki
konsep aurat yang jelas dan baku.
3. Kesimpulan pengaruh hukum islam di pemerintahan
Indonesia
Para ulama menyepakati bahwa minuman keras
haram dikarenakan memiliki efek memabukkan bagi
peminumnya. Belakangan ini, minuman keras sering
menjadi keresahan orang indonesia. Tercatat awal tahun
terdapat kejahatan seksual pada anak akibat pengaruh dari
minuman keras ini. Zina juga salah satu perbuatan keji yang
sudah mulai di normalisasikan oleh masyarakat. Undang-
Undang ITE Pasal 45 ayat (1) menyatakan bahwa ancaman
pidana bagi pelaku prostitusi online terkhusus bagi
mucikarinya paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
paling banyak satu milyar. Apabila permasalahan minuman
keras dan zina ini tidak ditangani segara dengan dengan
baik, dikhawatirkan akan timbul dampak yang lebih buruk
bagi masyarakat.

26
B. Saran
Sebagai makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain, tentu
saya selaku penulis juga membutuhkan arahan serta bimbingan dari
berbagai pihak, terutama dosen dan teman-teman serta pembaca yang
lebih berwawasan serta berpengetahuan. Dalam proses pengerjaan
makalah ini, penulis menyadari banyak sekali kekurangan baik dari segi
penulisan maupun isi. Oleh karena itu, sumbangsih berupa saran dan
kritik sangat dibutuhkan agar dapat meningkatkan kemampuan dan
menambah wawasan penulis.

27
DAFTAR PUSTAKA

Issha Harumma. 2022. Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah:


Pengertian, Fungsi dan Materi Muatannya (kompas.com), diakses pada 22
Desember 2022.

Lilik Andaryuni. UU Pornografi Dalam Perspektif Hukum Islam, dalam


57816-ID-uu-pornografi-dalam-perspektif-hukum-isl.pdf (neliti.com)

Muchammad Ichsan. 2015. Pengantar Hukum Islam. Yogyakarta:


Laboratorium Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Muh. Yunan Putra. 2020. Sangaji: Jurnal Pemikiran Syariah dan Hukum,
Vol 4, No 1 (2020). Institut Agama Islam Muhammadiyah Bima.

Prinsip dan Konsep Dasar Perbankan Syariah. 2017. Tentang Syariah


(ojk.go.id), diakses pada 25 Desember 2022.

Taufikin. Hukum Islam Tentang Minuman Keras, Vol 6 No 2, (2015),


dalam https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Yudisia/article/view/1473

28

Anda mungkin juga menyukai