Dosen Pengampu:
SITI YULIA MAKKININNAWA, SH., MH
Oleh:
Kelompok 5
Putri Sabrina NIM. 12370521012
Dietia Cahyani Amran NIM. 12370521295
Irwan Nova NIM. 12370514501
KELAS 1D
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Siti Yulia sebagai dosen
pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum yang telah membantu memberikan
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
Kelompok 5
DAFTAR ISI
2
H
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR…………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………... i
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….…
1.4 Tujuan Penulisan ………………………………………………...........
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 pengertian kaidah hukum………………………………………….…..
2.2 Jenis-jenis kaidah hukum dan tujuannya………………………………
2.3 Sifat dan isi kaidah hukum………….………………………….….......
2.4 Bentuk-bentuk kaidah hukum……..………………………….………..
2.5 Sifat dari kaidah hukum………………………………………….……
2.6 Isi dari kaidah hukum…………………………………………….……
2.7 Manfaat dari kaidah hukm…………………………….……….………
2.8 Contoh kaidah hukum…………………………………………………
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………....
3.2 Saran…………………………………………………………..……….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….……
BAB I
PENDAHULUAN
kebutuhan ekonomi.
memenuhi kebutuhan. Untuk itu diperlukan hubungan atau kontak antara anggota
tersebut dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang mengatur tingkah laku dan sikap
sama lain. Dengan pembawaan sikap pribadinya, manusia biasanya ingin agar
kepentingan itu kadang- kadang sama tetapi juga tidak jarang terjadinya kepetingan
4
yang saling bertentangan. Apabila keadaan yang demikian itu tidak diatur atau tidak
dibatasi, maka yang lemah akan tertindas atau setidak-tidaknya timbul pertentangan-
pertentangan. Aturan dimaksud disebut kaidah sosial. Dengan demikan kaidah atas
norma adalah ketentuan tata tertib yang berlaku dalam masyarakat. Kata kaidah itu
sendiri berasal dari bahasa Arab dan norma berasal dari bahasa Latin yang berarti
ukuran.
5
b. Untuk mengetahui tentang jenis-jenis hukum dan tujuannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Kaidah yang berlaku dalam masyarakat, yaitu kaidah hukum. Kaidah hukum,
yang dalam bahasa Inggris yang disebut dengan legal rule atau pander, sedangkan
dalam bahasa Belanda disebut dengan wettelijke regel merupakan aturan-aturan yang
6
secara resmi mengikat, yang ditetapkan oleh penguasa atau pemerintah atau oleh
tetua-tetua adat.
"Ketentuan atau pedoman tentang apa yang seyogianya atau harus dilakukan".
sesuatu yang sudah atau telah ditentukan atau kumpulan ketentuan dasar yang
ditujukan kepada pelaku yang konkret, yaitu si pelaku pelanggaran yang nyata-nyata
7
c. CST. Kansil. Kaidah hukum adalah
negara, Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan
segala paksaan oleh alat-alat negara Ada dua unsur yang tercantum dalam definisi
1) yang membuatnya:
2) isinya, dan
3) pelaksanaannya.
Pihak yang membuat kaidah hukum, yaitu penguasa negara. Isinya mengikat
setiap orang yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia. Pihak yang
tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu."
8
Adapun menurut Mochtar Kusumaatmadja, sebagaimana dikutip Samidjo dan
yang secara mengikat mengatur hubungan yang berbelit-belit antara manusia dalam
masyarakat." Definisi ini seperti yang dikemukakan oleh Roscoe Pound dalam
dikembangkan dan ditetapkan oleh suatu teknik yang berwenang atas latar belakang
Hukum di dalam masyarakat ada yang terhimpun di dalam suatu sistem yang
hukum yang mengatur berkaitan dengan ma- salah pidana terhimpun dalam Kitab
Sistem Hukum tersebut biasanya mencakup hu- kum substantif dan hukum ajektifnya
9
yang mengatur hubungan an- tarmanusia, antarkelompok manusia, dan hubungan
Dengan demikian, hukum itu sebagai kaidah atau peraturan bertingkah laku di
manusia itu sendiri. Hukum sebagai kaidah atau norma sosial, tidak lepas dari nilai-
nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat, dan bahkan dapat dikatakan bahwa
hukum merupakan pencerminan dan konkretisasi dari nilai-nilai yang pada suatu saat
bahwa seorang janda bukanlah merupakan ahli waris bagi suaminya, karena janda
bersikap tindak.
Sikap tindak atau perikelakuan yang ajek dapat menjadi hukum kebiasaan
Apeldoorn yang dikutip oleh Soerjono Sockanto dan Purnadi Purbacaraka, yaitu:
10
a. syarat material, yakni kebiasaan yang ajek,
hukum.
Unsur keyakinan atau kesadaran hukum ini, yang berintikan opinio iuris
necessitates, merupakan aspek pembeda antara sikap tindak atau perikelakuan hukum
Keyakinan atau kesadaran ini merupakan wadah dari jalinan nilai hukum yang
mengendap dalam sanubari setiap manusia, dan merupakan faktor yang menentukan
bagi sahnya hukum. Kesadaran ini merupakan kesadaran akan nilai-nilai yang
mengendap di dalam diri manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang
seharusnya ada.
kaitannya dengan ketaatan atau kepatuhan hukum, yang dikonkretkan dengan sikap
11
Manusia sejak dilahirkan, telah dilengkapi dengan naluri untuk senantiasa
hidup bersama dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, diperlukan patokan berupa
mengenai perilaku atau sikap yang seyogianya dilakukan. Hal ini telah dijelaskan
oleh Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto bahwa kaidah adalah patokan atau
ukuran ataupun pedoman untuk berperikelakuan atau sikap tindak dalam hidup.
b. kaidah kesusilaan.
b. kaidah hukum.
12
Kaidah kepercayaan atau keagamaan bertujuan untuk mencapai suatu
kehidupan yang beriman. Kaidah ini sumbernya berasal dari perintah Allah SWT
melalui para nabi atau rasul-Nya. Kaidah ini juga tidak hanya mengatur hubungan
Pelanggaran terhadap kaidah atau norma keagamaan ini akan mendapatkan sanksi
dari Tuhan Yang Maha Esa yang berupa siksaan di Neraka. Contoh kaidah
kepercayaan atau agama, yang telah disebutkan dalam Alquran pada Surah An-Nisaa'
٢٩ َو اَل َتۡق ُتُلٓو ْا َأنُفَس ُك ۚۡم ِإَّن ٱَهَّلل َك اَن ِبُك ۡم َرِح يٗم ا
َو َم ن َيۡف َعۡل َٰذ ِلَك ُع ۡد َٰو ٗن ا َو ُظۡل ٗم ا َفَس ۡو َف ُنۡص ِليِه َناٗر ۚا
… Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka...(30)
َو اَل َتْقَر ُبو۟ا ٱلِّز َنٰٓى ۖ ِإَّن ۥُه َك اَن َٰف ِح َش ًة َو َس ٓاَء َس ِبياًل
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk (32). Dan janganlah kamu
karena kaidah ini ditujukan kepada umat manusia dan melarang manusia untuk
berbuat jahat. Kaidah ini juga hanya ditujukan kepada sikap batin manusia yang
sesuai dengan isi kaidah tersebut. Apabila boleh ditentukan adanya suatu pandangan
pokok mengenai perikelakuan atau sikap tindak, nilai fundamental atau grundnorm
yakin dan mengabdi kepada kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Adapun nilai aktual
kaidah ini bagi agama Islam adalah arkanul Iman dan arkanul Islam.
hati nurani bersih. Kaidah ini dapat melenyapkan keti- dakseimbangan hidup pribadi,
mencegah kegelisahan diri sendiri. Sumber kaidah kesusilaan adalah dari manusia
sendiri, oleh karena itu bersifat otonom dan tidak ditujukan kepada sikap batin
kaidah kesusilaan dengan sanksi, misalnya penyesalan, siksaan batin, dan lain- lain.
14
Contoh kaidah kesusilaan antara lain, yaitu:
1. berbuatlah jujur;
2. hormatilah sesamamu;
3. jangan berzina;
4. jangan mencuri;
Mengenai kaidah yang telah dirumuskan sebagai contoh seperti jangan iri hati,
jangan mencuri, dan lain-lain adalah nilai aktual dari kaidah kesusilaan. Adapun
kaidah yang menyatakan bahwa orang harus mempunyai hati nurani yang bersih, atau
Kaidah kesopanan adalah kaidah hidup yang timbul dari pergaulan dalam
masyarakat tertentu. Kaidah kesopanan dasarnya adalah ke- pantasan, kebiasaan, atau
kepatutan yang berlaku dalam masyarakat. Oleh karena itu, kaidah kesopanan
dinamakan juga kaidah tata krama atau adat. Tujuan dari kaidah kesopanan adalah
menyenangkan.
15
Kaidah kesopanan mempunyai nilai fundamental yang perumusannya seperti
orang harus memelihara keharmonisan hidup bersama. Adapun nilai aktualnya seperti
berikut.
1. Orang muda harus menghormati orang lebih tua; kaidah ini akan
celaan, dan cemoohan. Sanksi tersebut berguna untuk me- lindungi kepentingan
warga masyarakat, karena selalu ada sebagian warga masyarakat yang tidak
mengetahui tata krama atau sopan santun. Kaidah kesopanan hanya berlaku bagi
golongan masyarakat Apa yang dianggap sopan bagi golongan masyarakat, mungkin
menjamin untuk menjaga tata tertib dalam pergaulan hidup dalam masyarakat karena
belum cukup memuaskan. Hal ini telah dijelaskan oleh Sudikno Mertokusumo, yaitu:
16
Kaidah kepercayaan atau keagamaan tidaklah memberi sanksi yang dapat dirasakan
secara langsung di dunia ini. Kalau kaidah kesusilaan adilanggar hanyalah akan
menimbulkan rasa malu, rasa takut, rasa bersalah atau penyesalan saja pada si
pelaku. Kalau ada seorang pembunuh tidak ditangkap dan diadili, tetapi masih
dicekam oleh rasa penyesalan yang sangat mendalam dan dirasakan sebagai suatu
penderitaan sebagai akibat pelanggaran yang dibuatnya. Kalau kaidah sopan santun
saja. Sanksi ini pun dirasakan masih kurang cukup memuaskan, karena
di dalam masyarakat, maka perlu ada suatu jenis kaidah lain yang dapat menegakkan
tata, yakni suatu jenis peraturan yang bersifat memaksa dan mempunyai sanksi-sanksi
yang tegas. Jenis peraturan hidup yang dimaksud adalah kaidah hukum.
Kaidah hukum adalah kaidah atau peraturan yang dibuat oleh penguasa
negara, yang isinya mengikat setiap orang dan berlakunya dapat dipaksakan oleh
17
a. Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan
dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun (Pasal 285 KUHP).
b. Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu,
Tahun 1974).
Berdasarkan contoh di atas, dapat diketahui bahwa sanksi dari kaidah hukum
adalah tegas dan dapat dipaksakan oleh aparat negara, sehingga kaidah ini diharapkan
demikian, kaidah ini (hukum) bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam pergaulan
kedamaian hidup bersama, dan nilai aktualnya adalah siapa membeli harus
membayar. Nilai-nilai yang fundamental adalah nilai yang bersifat universal, dan
menjadi dasar dari kaidah yang bersangkutan, dan nilai aktual merupakan perwujudan
dari nilai fundamental dalam sikap tindak atau perilaku manusia secara nyata.
18
Adapun perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah sosial lainnya dapat
1. Tujuan
Kaidah hukum bertujuan untuk menciptakan tata tertib masyara- kat dan
manusia yang baik. Kaidah kesopanan bertujuan untuk menertibkan masyarakat agar
2. Isi
Mengatur tingkah laku dan perbuatan lahir manusia di dalam hukum akan dirasakan
puas kalau perbuatan manusia itu sudah sesuai dengan peraturan hukum.
(normatif), dan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap batin manusia. Kaidah
kesopanan juga hanya memberikan kewajiban saja, yang isi aturannya ditujukan
19
3. Asal usul sanksinya
Kaidah hukum asal usul sanksinya berasal dari luar dan dipaksakan oleh
kekuasaan dari luar diri manusia (heteronom), yaitu alat perlengkapan negara. Kaidah
agama asal usul sanksinya juga berasal dari luar dan dipaksakan oleh kekuasaan dari
luar diri manusia (heteronom), yaitu dari Allah SWT. Kaidah kesusilaan asal usul
sanksinya berasal dari diri sendiri dan dipaksakan oleh suara hati masing-masing
pelanggarnya (otonom). Kaidah kesopanan asal usul sanksinya juga berasal dari
4. Sanksi
5. Sasarannya
20
Kaidah hukum dan kaidah kesopanan sasaran aturannya ditujukan kepada
tidak ada yang sama antara satu dengan lainnya. Ada ahli yang menggolongkan
kaidah hukum menjadi dua macam dan ada juga yang menggolongan tiga macam.
H.L. A Hart. Hart membagi kaidah hukum menjadi dua macam, yang
meliputi:
b. peraturan sekunder.
21
a. manusia dituntut untuk melakukan atau menahan diri dari tindakan tertentu,
fisik.
primer yang baru, menghapus atau memodifikasi yang lama atau dengan cara
c. Mengatur kinerja yang mengarah bukan hanya pada gerakan atau perubahan
fisik, melainkan juga pada penciptaan atau perubahan kewajiban atau tugas.
22
c. kaidah mandiri dan kaidah tidak mandiri."
mengatur dan memuat tentang tindakan-tindakan atau tanggapan atau reaksi orang
atau individu yang terwujud dalam gerakan (sikap)) badan atau ucapan, yang berlaku
mewujudkan isi kaidah perilaku dapat menampilkan diri dalam berbagai sosok. Ada
empat macam kaidah hukum sebagai kaidah perilaku, yang meliputi sebagai berikut.
lain-lain.
23
disimpangi apabila ada dispensasi dari pejabat yang berwenang, dan d. Izin
sesuatu berkenaan dengan kaidah perilaku. Meta kaidah dimasukkan dalam berbagai
macam kaidah. Kaidah ini dibagi menjadi tiga macam, yang meliputi sebagai berikut.
kaidah perilaku mana yang di dalam sebuah masyaraka hukum tertentu harus
dipatuhi
dan menetapkan:
3) bagaimana suatu kaidah perilaku harus diterapkan jika dalam suatu kejadian
3) kewenangan pemerintahan
diberikan oleh hukum kepada institusi yang ditunjuk untuk membentuk dan
25
Kewenangan kehakiman merupakan kewenangan diberikan kepada lembaga
negara untuk mengadili dan menyelesaikan sengketa yang timbul dalam masyarakat.
kekuasaan kepada subjek hokam perdata, Hakuin perdata mengatur tentang hubungan
hukum atas islividu yang satu dengan individu atau perorangan lain dalaus bidang
harta kekayaan.
bahwa kaidah mandiri merupakan kaidah yang bersifat in atau pokok Contoh kaidali
a. perintah dan
b. larangan.
Kaidah tidak mandiri merupakan kaidah yang harus ditauskan dengan perintah
dan larangan. Contoh kaidah tidak mandiri adalaht kailah yang memuat tentang
26
a. definisi
b. disperasi dan
c. Izin
definisi, seperti resi gudang adalah dokumen bukti kepemilikan atas barang yang
berumur 19 tahun, dan wanita berumur 16 tahun, namun karena sematu dan lain hal,
cukup umur.
27
2.3 SIFAT DAN ISI KAIDAH HUKUM
Hukum itu wajib ditaati, supaya tata tertib dalam masyarakat tetap ter-
pelihara. Peraturan hidup kemasyarakatan supaya benar-benar dipatuhi dan ditaati.
Untuk itu, peraturan harus dilengkapi dengan unsur memaksa. Dengan demikian,
hukum di samping bersifat mengatur (fakultatif/ aanvullend recht), juga mempunyai
sifat memaksa (imperatif/dwingend recht).
Kaidah hukum yang bersifat fakultatif/aanvullend recht (mengatur),
menunjukkan bahwa dalam suatu keadaan konkret dapat dikesampingkan oleh para
pihak melalui perjanjian. Dalam arti kaidah hukum fakultatif tidak secara apriori
mengikat, tetapi melengkapi, subsider, atau dispositif. Kalau seseorang hendak
melakukan perbuatan tertentu (A) ia bebas untuk menggunakan atau tidak
menggunakan kaidah hukum yang mengatur perbuatan A itu. Akan tetapi, kalau ia
menggunakannya, ia terikat. Kaidah hukum yang bersifat fakultatif (mengatur),
kebanyakan terdapat pada lapangan hukum perdata (privat).
Kaidah hukum yang bersifat imperatif/dwingend recht (memaksa), berarti
kaidah hukum itu bersifat apriori harus ditaati, bersifat mengikat atau memaksa. Jika
seseorang hendak melakukan perbuatan tertentu (A, misalnya), maka ia harus menaati
kaidah hukum yang mengatur perbuatan A, ia harus menerapkan kaidah-kaidah yang
mengatur perbuatan A pada perbuatan A. Contoh kaidah hukum yang bersifat
imperatif pada umumnya terletak pada bidang hukum publik, khususnya hukum
pidana.
Ditinjau dari segi isinya, kaidah hukum itu dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. kaidah hukum yang berisikan suruhan (gebod);
2. kaidah hukum yang berisikan larangan (verbod);
3. kaidah hukum yang berisikan kebolehan (mogen).
Di bidang hukum publik, seperti hukum pidana, kebanyakan pengaturan
kaidahnya berisikan larangan, sedangkan dalam hukum privat, misalnya hukum
28
perdata pengaturannya pada umumnya berisikan kebolehan. Di bidang hukum tata
negara atau hukum administrasi negara kebanyakan pengaturannya berisikan suruhan
atau perintah.
Kaidah-kaidah hukum yang berisikan suruhan dan larangan bersifat
imperatif/dwingend recht (keharusan atau memaksa), sedangkan yang berisikan
kebolehan adalah bersifat fakultatif/aanvullend recht (artinya dapat melengkapi atau
mengatur).
3. Perkenan
Perkenan dalam aspek yang memberikan izin atau persetujuan terhadap
tindakan- tindakan tertentu. Contohnya, dalam beberapa kasus, hukum dapat
memberikan perkenan untuk tindakan- tindakan tertentu seperti pemberian kuasa
atau persetujuan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
31
tegas. Aturan ini mengatur interaksi atau hubungan antar individu, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Tujuannya adalah untuk. menciptakan kedamaian,
ketenteraman, dan ketertiban dalam kehidupan bersama masyarakat.
Adapun jenis kaidah yang menjadi pedoman manusia berperilaku dalam
masyarakat, mencakup hal-hal sebagai berikut: 1) Kaidah dengan aspek kehidupan
pribadi, dibagi atas: kaidah kepercayaan atau keagamaan,londolom dan kaidah
kesusilaan. 2) Kaidah dengan aspek kehidupan antarpribadi yang dibagi atas: kaidah
sopan santun atau adat dan kaidah hukum. Kaidah hukum memiliki 2 bentuk yaitu
tertulis dan tidak tertulis. Kaidah yang tertulis dijelaskan dalam bentuk tulisan.
Bentuk ini memberikan kepastian hukum yang lebih tinggi, karena aturan dapat diacu
dengan jelas. Sedangkan Kaidah yang tidak tertulis tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat secara spontan. Aturan ini dapat dengan mudah menyesuaikan diri
dengan perkembangan masyarakat yang dinamis.
Kaidah hukum juga memiliki 2 sifat yaitu imperatif dan fakultif. Kaidah
hukum bersifat imperatif, yang berarti aturan ini bersifat mengikat dan memaksa
individu untuk mematuhi perintah dan larangan yang terkandung dalam hukum. Sifat
fakultif berlaku pada kaidah hukum yang berisi perkenan. Aturan fakultif bersifat
melengkapi atau subsidiar, yang berarti tindakan yang diperkenankan tidak
wajib dilakukan. Isi dari kaidah hukum adalah perintah yang merupakan bagian dari
aturan yang menginstruksikan untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Lalu
larangan yg menjadi bagian dari kaidah aturan yang mengharamkan individu
melakukan tindakan-tindakan tertentu. Dan perkenaan yang memberikan izin atau
persetujuan terhadap tindakan-tindakan tertentu. Dalam menjalankan kaidah hukum
dalam kehidupan tentu saja memiliki manfaat, seperti memastikan adanya pedoman
yang jelas untuk menjaga keadilan, mencegah konflik dan menciptakan stabilitas
dalam masyarakat, melindungi hak-hak individu dari pelanggaran, memungkinkan
penegakan hukum dan sistem peradilan, nembantu dalam menghindari ketidakpastian
32
dalam interaksi sosial, mendukung bisnis dan investasi dengan
memberikan kepastian hukum.
Salah satu contoh dari keberlangsungan kaidah hukum adalah jika seseorang
tidak memberikan pertolongan pada individu yang berada dalam bahaya, dapat
dikenai sanksi hukum, seperti yang diatur dalam pasal 531 KUHP yang menyatakan,
“Sedang pertolongan itu dapat diberikannya atau diadakannya dengan tidak ada
menguatirkan, bahwa ia sendiri dan orang lain akan kena bahaya.” pasal tersebut
menegaskan seseorang yang melakukan pertolongan korban kecelakaan apabila dapat
membahayakan korban dan bagi orang lain, maka yang melakukan pertolongan dapat
dipidanakan. Sehingga norma demikian tidak memberikan apresiasi dari tindakan
nurani seseorang yang menolong korban kecelakaan atau mengecualikan
pertanggungjawaban spontanitas yang timbul dari naluri kepedulian membantu
sesama yang membutuhkan pertolongan.
3.2 SARAN
33
DAFTAR PUSTAKA
Lysa angrayni, S.H., M.H. (2014). Pengantar Ilmu Hukum. Pekanbaru: Suska Press.
Dr. H. Ishaq, S.H., M.Hum. (2016). Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Dr. Indien Winarwati, S.H., M.H. (2021). Pengantar Ilmu Hukum. Jatim: Setara
Press.
Prof. Dr. H. Salim HS., S.H., M.S. & Erlis Septiana Nurbani, S.H, LL.M. (2019).
Pengantar Ilmu Hukum. Depok: PT. RajaGrafindo Persada.
Pipin Syarifin, S.H. (1999). Pengantar Ilmu Hukum. Bandung: CV Pustaka Setia.
R. Soeroso, S.H. (2014). Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Titik Triwulan Tutik, S.H., M.H. (2006). Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Suadamara Ananda. (2008). Tentang Kaidah Hukum. Jurnal Hukum Pro Justitia.
Yudesman. (2014). Prinsip-Prinsip Dan Kaidah-Kaidah Hukum Islam. Diterbitkan
Oleh Jurusan Syari’ah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kerinci.
Rosalie Silberman Abella. (2023). The Rule Of Justice: The Compassionate
Application Of Law To Life. Diterbitkan Oleh Cambridge University Press.
Nuno Garoupa. (2022). Trends In Comparative Law And Economics. Dipublikasikan
Oleh Anthem Press.
Annisa Medina Sari. (2023). Kaidah Hukum: Pengertian, Isi, Bentuk, Dan
Contohnya. Fakultas Hukum UMSU.
34
Firman Firdausi. (2020). Quo Vadis Penentian Kaidah Hukum Bagi Sengketa
Pegawai Negeri Sipil. Jurnal Supremasi, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum.
Sean Coyle & George Pavlakos. Jurisprudence Or Legal Science? A Debate About
The Nature Of Legal Theory. Dipublikasikan Oleh Hart Publishing Oxford
And Portland, Oregon.
Lord Bingham. (2007). The Rule Of Law. Diterbitkan Oleh Cambridge University.
Cecep Cahya Supena. (2021). Tinjauan Tentang Kaidah Hukum Dan Kaidah-Kaidah
Bukan Hukum Dalam Kehidupan Manusia. Jurnal Moderat, Universitas
Galuh.
35