Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KONSTITUSI DAN TATA PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur

Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen pengampu:

Ridwan Eko Prasetyo S.H.I. M.H.

Disusun oleh :

Muhammad Rafi Rabbani 1193030066

Putri Nurhalifah 1193030080

Rahmi 1193030081

Silmi Syafira Somawan 1193030090

HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT, karena


telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Konstitutsi dan Tata
Perundang-Undangan Indonesia” bisa selesai pada waktunya.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bandung, 17 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Makalah ............................................................................................. 2
D. Kegunaan Makalah ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian konstitusi....................................................................................... 3
B. Sejarah perkembangan kondtitusi................................................................... 6
C. Sejarah lahir dan berkembangnya konstitusi indonesia.................................. 8
D. Perubahan konstitusi indonesia.................................................................... 10
E. Konstitusi sebagai piranti kehidupan kenegaraan yang demokratis
F. Lembaga-lembaga kenegaraan setelah amandemen UUD 1945
G. Tata urutan perundang-udangan indonesia
BAB III PENUTUP
A. Simpulan...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Konstitusi merupakan segala ketentuan dan aturan dasar mengenai
ketatanegaraan.1 Berdirinya sebuah negara tidak lepas dari adanya
konstitusi yang mendasarinya. Konstitusi dapat berupa hukum dasar
tertulis yang lazim disebut Undang-Undang Dasar, dan dapat pula tidak
tertulis. Konstitusi merupakan dasar dari tatanan hukum sebuah negara,
yang di dalamnya terdapat perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia
(HAM) dan mengatur tentang distribusi kekuasaan (Distribution of Power)
dalam penyelenggaraan negara.Konstitusi biasanya juga disebut sebagai
hukum fundamental negara, sebab konstitusi ialah aturan dasar. Aturan
dasar yang nantinya akan menjadi acuan bagi lahirnya aturan-aturan
hukum lain yang ada dibawahnya.
Sistem pemerintahan merupakan salah satu hal yang diatur dalam
Konstitusi. Usep Ranawijaya mendefinisikan sistem pemerintahan
merupakan sistem antara hubungan eksekutif dan legislatif. 2 Pendapat
serupa juga dikemukakan Jimly Asshiddiqie,sistem pemerintahan terkait
dengan pengertian regeringsdaad. yaitu penyelenggaraan pemerintahahan
oleh eksekutif dalam hubungannya dengan legislatif. Adapun bentuk
sistem pemerintahan dikemukakan Sri Soemantri dengan tiga bentuk
varian sistem pemerintahan,yaitu sistem pemerintahan Parlementer,sistem
pemerintahan Presidensial, dan sistem pemerintahan Campuran. 3Sistem
pemerintahan parlementer didasarkan landasan parlemen adalah pemegang
kekuasaan tertinggi. sistem pemerintahan Presidensial artinya Presiden

1
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hlm. 457.
2
Usep Ranawijaya dalam Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi : Menguatnya Model Legislasi
Parlementer Dalam Sistem Presidensial Indonesia, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2010, hlm.
24.
3
Sri Soemantri dalam Saldi Isra, Ibid, hlm. 25.
tidak hanya sebagai kepala pemerintahan, tapi juga kepala Negara serta
memiliki kekuasaan dibidang legislatif dan yudikatif serta sistem
campuran yang berarti sistem yang berusaha mencari titik temu antara
sistem pemerintahan Presidensial dan sistem pemerintahan Parlementer.
Di Indonesia, konstitusi yang digunakan merupakan konstitusi
tertulis yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 atau biasa disebut UUD 1945. UUD 1945 pertama kali disahkan
sebagai konstitusi negara Indonesia dalam sidang Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia yaitu padatanggal 18 Agustus 1945. Pasal 3 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan mempertegas kedudukan Undang-Undang
Dasar sebagai sebuah Hukum Dasar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas maka
dipermasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian konstitusi?
2. Apa sejarah lahir dan perkembangan konstitusi?
3. Apa saja perubahan konstitusi di indonesia?
4. Bagaimana konstitusi sebagai piranti kehidupan kenegaraan yang
demo kratis?
5. Apa lembaga-lembaga kenegaraan setelah amandemen UUD 1945?
6. Apa saja tata urutan perundang-undangan indonesia?
C. Tujuan penulisan
Makalah ini disusun untuk mengetahui dan mendeskripsikan hal-
hal sebagai berikut di antaranya:
1. Untuk mengetahui pengertian konstitusi
2. Untuk mengetahui sejarah lahir dan perkembangan konstitusi
3. Untuk mengetahui perubahan konstitusi di indonesia
4. Untuk mengetahui konstitusi sebagai piranti kehidupan
kenegaraan yang demokratis
5. Untuk mengetahui lembaga-lembaga kenegaraan setelah
amandemen UUD 1945
6. Untuk mengetahui tata urutan perundang-undangan indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konstitusi

Kata Konstitusi berasal dari bahasa inggris “cinstitution” atau dari


bahasa Belanda “Constitutie”. Terjemahan dari istilah tersebut adalah
Undang-Undang Dasar, dan hal ini memang sesuai dengan kebiasaan
orang Belanda dan Jerman, yang dalam percakapan sehari-hari memakai
kata “Grond wet” (grond = dasar, wet = undang-undang) yang kedua-
duanya menunjukkan naskah tertulis.

Namun pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaraan


umumnya dapat mempunnyai arti :

1. Lebih luas daripada Undang-Undang Dasar, atau


2. Sama dengan pengertian Undang-Undang Dasar.

Kata Konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas dari pada


pengertian Undang-Undang Dasar, karena pengertian Undang-Undang
Dasar hanya meliputi Konstitusi tertulis saja, dan selain itu masih terdapat
konstitusi tidak tertulis yang tidak tercakup dalam Undang-Undang Dasar.

Dalam praktek Ketatanegaraan Negara Republik Indonesia


pengertian Konstitusi adalah sama dengan pengertian Undang-Undang
Dasar. Hal ini terbukti dengan disebutnya istilah Konstitusi Republik
Indonesia Serikat bagi Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat
(Totopandoyo, 1981:25, 26).4

Secara umum terdapat dua macam Konstitusi :

1. Konstitusi tertulis

4
Kaelan, Pendidikan Pancasila (DIY : Paradigma, 2014), hal 213
2. Konstitusi tidak tertulis

Negara yang memiliki Konstitusi tidak tertulis ialah Inggris dan


Kanada. Di kedua negara ini, aturan dasar terhadap semua lembaga-
lembaga kenegaraan dan semua hak asasi manusia terdapat pada adat
kebiasaan dan juga tersebar di berbagai dokumen, baik dokumen yang
relatif baru maupun yang sudah sangat tua seperti Magna Charta yang
berasal dari tahun 1215 yang memuat jaminan hak-hak asasi manusia
rakyat Inggris. Karena ketentuan mengenai kenegaraan itu tersebar dalam
berbagai dokumen atau hanya hidup dalam adat kebiasaan masyarakat
itulah maka Inggris masuk dalam kategori negara yang memiliki konstitusi
tidak tertulis.

Pada hampir semua konstitusi tertulis diatur mengenai pembagian


kekuasaan berdasarkan jenis-jenis kekuasaan, dan kemudian berdasarkan
jenis kekuasaan itu dibentuklah lembaga-lembaga negara. Dengan
demikian, jenis kekuasaan itu perlu ditentukan terlebih dahulu, baru
kemudian dibentuk lembaga negara yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan jenis kekuasaan tertentu itu.

 Konstitusi suatu negara pada hakekatnya merupakan hukum dasar


tertinggi yang memuat hal-hal mengenai penyelenggaraan negara,
karenanya suatu konstitusi harus memiliki sifat yang lebih stabil dari pada
produk hukum lainnya. Terlebih lagi jika jiwa dan semangat pelaksanaan
penyelenggaraan negara juga diatur dalam konstitusi sehingga perubahan
suatu konstitusi dapat membawa perubahan yang besar terhadap sistem
penyelenggaraan negara. Bisa jadi suatu negara yang demokratis berubah
menjadi otoriter karena terjadi perubahan dalam konstitusinya.

Adapun jika terjadi perubahan dalam Konstitusi, maka itu karena


mekanisme penyelenggaraan negara yang diatur dalam Konstitusi yang
berlaku dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan aspirasi rakyat.  Oleh
karena itu,  konstitusi biasanya juga mengandung ketentuan mengenai
perubahan konstitusi itu sendiri, yang kemudian prosedurnya dibuat
sedemikian rupa sehingga perubahan yang terjadi adalah benar-benar
aspirasi rakyat dan bukan berdasarkan keinginan semena-mena dan
bersifat sementara atau pun keinginan dari sekelompok orang belaka.

Tercatat Konstitutsi Indonesia telah mengalami 4 kali perubahan,


yang didasari karena pernyataan pada paragraf sebelumnya.

B. Sejarah Perkembangan Konstitusi

Dalam sejarahnya, Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29


Mei 1945 sampai 16 Juni 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang
dikenal dengan dokuritsu zyunbi tyoosakai yang beranggotakan 21 orang,
yang diketuai oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua
dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11 orang wakil dari Jawa, 3
orang dari Sumatra dan masing-masing 1 wakil dari Kalimantan, Maluku,
dan Sunda. Badan tersebut (BPUPKI) ditetapkan berdasarkan Maklumat
Gunseikan Nomor 23 bersamaan dengan ulang tahun Tenno Heika pada 29
April 1945 (Malian, 2001:59)
Badan ini kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas
menyusun Konstitusi bagi Indonesia Merdeka yang kemudian dikenal
dengan nama Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45). Para tokoh perumus
itu adalah antara lain Dr. Radjiman Widiodiningrat, Ki Bagus
Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran
Soerjohamidjojo, Soetarjo Kartohamidjojo, Prop. Dr. Mr. Soepomo, Abdul
Kadir, Drs. Yap Tjwan Bing, Dr. Mohammad Amir (Sumatra), Mr. Abdul
Abbas (Sumatra), Dr. Ratulangi, Andi Pangerang (keduanya dari
Sulawesi), Mr. Latuharhary, Mr. Pudja (Bali), AH. Hamidan
(Kalimantan), R.P. Soeroso, Abdul Wahid Hasyim dan Mr. Mohammad
Hasan (Sumatra).
Latar belakang terbentuknya Konstitusi (UUD 45) bermula dari
janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia
dikemudian hari. Janji tersebut antara lain berisi “Sejak dari dahulu,
sebelum pecahnya peperangan asia timur raya, Dai Nippon sudah mulai
berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan pemerintah
Hindia Belanda. Tentara Dai Nippon serentak menggerakkan angkatan
perangnya, baik di darat, laut, maupun udara, untuk mengakhiri kekuasaan
penjajahan Belanda”.
Sejak saat itu Dai Nippon Teikoku memandang bangsa Indonesia
sebagai saudara muda serta membimbing bangsa Indonesia dengan giat
dan tulus ikhlas di semua bidang, sehingga diharapkan kelak bangsa
Indonesia siap untuk berdiri sendiri sebagai bangsa Asia Timur Raya.
Namun janji hanyalah janji, penjajah tetaplah penjajah yang selalu ingin
lebih lama menindas dan menguras kekayaan bangsa Indonesia. Setelah
Jepang dipukul mundur oleh sekutu, Jepang tak lagi ingat akan janjinya.
Setelah menyerah tanpa syarat kepada sekutu, rakyat Indonesia lebih bebas
dan leluasa untuk berbuat dan tidak bergantung pada Jepang sampai saat
kemerdekaan tiba.
Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia,
Konstitusi Indonesia sebagai sesuatu “revolusi grondwet” telah disahkan
pada 18 Agustus 1945 oleh panitia persiapan kemerdekaan Indonesia
dalam sebuah naskah yang dinamakan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Dengan demikian, sekalipun Undang-Undang Dasar
1945 itu merupakan konstitusi yang sangat singkat dan hanya memuat 37
pasal namun ketiga materi muatan konstitusi yang harus ada menurut
ketentuan umum teori konstitusi telah terpenuhi dalam Undang-Undang
Dasar 1945 tersebut.
Pada dasarnya kemungkinan untuk mengadakan perubahan atau
penyesuaian itu memang sudah dilihat oleh para penyusun UUD 1945 itu
sendiri, dengan merumuskan dan melalui pasal 37 UUD 1945 tentang
perubahan Undang-Undang Dasar. Dan apabila MPR bermaksud akan
mengubah UUD melalui pasal 37 UUD 1945 , sebelumnya hal itu harus
ditanyakan lebih dahulu kepada seluruh Rakyat Indonesia melalui suatu
referendum.(Tap no.1/ MPR/1983 pasal 105-109 jo. Tap no.IV/MPR/1983
tentang referendum) 

Perubahan UUD 1945 kemudian dilakukan secara bertahap dan


menjadi salah satu agenda sidang Tahunan MPR dari tahun 1999 hingga
perubahan ke empat pada sidang tahunan MPR tahun 2002 bersamaan
dengan kesepakatan dibentuknya komisi konstitusi yang bertugas
melakukan pengkajian secara komperhensif tentang perubahan UUD 1945
berdasarkan ketetapan MPR No. I/MPR/2002 tentang pembentukan komisi
Konstitusi.
Dalam catatan sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia,
telah terjadi perubahan konstitusi Indonesia :
1.  Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 (18 Agustus 1945 -
27 Desember 1949)
Pada tahap ini pelaksanaan aturan pokok ketatanegaraan
terbaik dalam dua periode sebagai berikut :
a. Periode 18 Agustus 1945 - 14 November 1945
- Bentuk negara : negara kesatuan
- Bentuk pemerintahan : republik
- Bentuk kabinet : kabinet presidensial

b. Periode 14 November 1945 - 27 Desember 1949


- Bentuk negara : negara kesatuan
- Bentuk pemerintahan : republik
- Bentuk kabinet : kabinet parlementer

Sistematika sebelum amandemen dari Undang-Undang


Dasar Negara RI Tahun 1945 adalah sebagai berikut :
a. Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945 terdiri atas 4
alinea.
b. Batang Tubuh UUD Negara RI Tahun 1945 terdiri atas
16 Bab, 37 Pasal.
c. Penutup terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan
khusus (di kemudian hari penjelasan ini dicabut dalam
amandemen ke-4)
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949 – 17 Agustus
1950)

Setelah terjadi aksi militer Belanda II, bangsa Indonesia memasuki


babak baru untuk mencapai pengakuan kemerdekaannya. Bangsa
Indonesia harus menghadapi pembentukan negaranegara federal/bagian
dari Belanda. Pemerintah berbicara dengan wakil-wakil negara untuk
menentukan konstitusi apa yang digunakan. Akhirnya, setelah dihasilkan
rancangan UUD RIS maka rancangan itu segera diajukan dan disahkan
oleh badan perwakilan rakyat dan pemerintah negara bagian.

3. Undang-Undang Dasar Sementara 1950

Keadaan negara serikat tidak bertahan lama. Satu demi satu


negara-negara bagian menggabungkan diri dengan negara bagian Republik
Indonesia. Akhirnya, pada tanggal 19 Mei 1950 terbentuklah negara
kesatuan sebagai penjelmaan dari Republik Indonesia berdasarkan
Proklamasi 17 Agustus 1945. Kemudian, pada tanggal 15 Agustus 1950
terbentuklah undang-undang dasar baru menggantikan UUD RIS. Undang-
undang tersebut dikenal dengan nama Undang-Undang Dasar Sementara
1950.

Berdasarkan UUD 1950, maka bentuk negara, pemerintahan, dan kabinet


sebagai berikut:
a. Bentuk negara : negara kesatuan
b. Bentuk pemerintahan : republik
c. Bentuk kabinet : parlementer 

UUD 1945 memiliki sistematika sebagai berikut.


a. Pembukaan (Mukadimah) terdiri atas 4 alinea. Namun, rumusannya
tidak sama dengan UUD Negara RI Tahun 1945.
b. Batang tubuh terdiri atas 6 Bab dan 146 Pasal.
c. Tidak ada penjelasan.

4. Undang-Undang Dasar 1945 (5 Juli 1959 –sekarang)

Pelaksanaan UUD 1950 tidak berjalan baik, bahkan menimbulkan


kekacauan di berbagai bidang. Beberapa kekacauan tersebut karena
banyak partai politik yang garis politiknya berbedabeda sehingga
menambah munculnya partai politik. Akhirnya, berakibat sering terjadi
pergantian kabinet.

Selain itu, terbentuk badan konstituante yang diharapkan dapat


menghasilkan sebuah UUD yang dapat membawa stabilitas politik
ternyata mengalami kegagalan. Oleh karena itu, tidak mungkin lagi
mempertahankan UUDS 1950 yang mempergunakan demokrasi liberal.
Akhirnya, pada tanggal 5 Juli 1959 presiden mengeluarkan dekrit yang
salah satu isinya ingin kembali mempergunakan UUD Negara RI Tahun
1945.

Sejak itulah, bangsa Indonesia kembali memakai konstitusi UUD


Negara RI Tahun 1945. Berdasarkan UUD Negara RI Tahun 1945, bentuk
negara, bentuk pemerintahan, dan kabinet sebagai berikut.
a. Bentuk negara : negara kesatuan
b. Bentuk pemerintahan : republik
c. Bentuk kabinet : presidensial

Sistematika UUD Negara RI Tahun 1945 sebelum amandemen


adalah sebagai berikut.
a. Pembukaan terdiri atas 4 alinea.
b. Batang Tubuh terdiri atas 16 Bab dan 37 Pasal.
c. Penutup terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan khusus.

Setelah berakhirnya masa Orde Lama dan Orde Baru, bangsa


Indonesia memasuki masa Reformasi. Masa Reformasi ditandai dengan
adanya keterbukaan dan transparansi di segala bidang. Untuk
menyelaraskan perkembangan zaman yang semakin kompleks ini maka
konstitusi pun harus diadakan perubahan.

C. Perubahan konstitusi di indonesia


Perubahan UUD 1945 yang telah dilakukan empat kali secara
berturut-turut mulai perubahan pertama, yang ditetapkan pada tanggal 19
oktober 1999, perubahan kedua yang ditetapkan pada tanggal 18 agustus
2000, perubahan ketiga yang ditetapkan pada tanggal 9 november 2001
dan perubahan keempat yang ditetapkan pada tanggal 10 agustus 2002,
telah membawa dampak yang besar terhadap perubahan sistem
pemerintahan negara republik indonesia.

Walaupun masalah perubahan UUD 1945 sampai saat ini masih


menimbulkan perbedaan pendapat yang sngat tajam diantara para pakar di
bidang polotik, hukum dan bidang bidang yang menyangkut masalah
kenegaraan, baik perbedaan tentang proses pembentukannya maupun
materi yang terkandung di dalam perubahan UUD 1945, namun demikian
oleh karna dalam praktek penyelenggaraan negara sejak ditetapakan nya
perubahan pertama UUD 1945 telah dilakukan menurut ketentuan dalam
perubahan UUD 1945 tersebut.
Pembahasan ini akan dilakukan berdasarkan ketentuan dalam
batang tubuh UUD 1945, secara berurutan dari pasal pasal nya, tetapi
apabila terdapat suatu kaitan yang erat dengan pasal-pasal yang terkait.
Sesuai dengan perubahan UUD 1945 sistem pemerintahan negara sesudah
perubahan UUD 1945 adalah sebagai berikut:
1. Menurut pasal 1 ayat (3) UUD 1945 perubahan, negara indonesia
adalah negara hukum, dengan demikian hal ini berdampak pula
adanya prinsip pemerintahan yang berdasar atas sistem konstitusi
(hukum dasar).
2. Kekuasaan yang tertinggi adalah di tangan rakyat, sesuai dengan
rumusan pasal 1 ayat (2) UUD 1945 perubahan yang menetapkan
bahwa, kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut undang-undang dasar.
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota DPR dan
anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum dan
mempunyai wewenang untuk :
a. Mengubah dan menetapkan Undang Undang Dasar
b. Melantik presiden dan atau wakil presiden,dan
c. Memberhentikan presiden dan/atau Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menurut UUD ,sesuai pasal 3 UUD 1945
Perubahan.
d. Memilih wakil presiden dalam hal terjadi kekosongan,dan
e. Memilih presiden dan wakil presiden dalam hal terjadi
kekosongan,sesuai pasal 8 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945
perubahan.
4. Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi
di negara r epublik indonesia,sesuai dengan pasal 4 ayat (1) UUD
1945 perubahan yang menetapkan bahwa,presiden RI memegang
kekeuasaan pemerintahan menurut UUD
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan
Rakyat.
6. Menteri Negara ialah pembantu presiden,menteri negara tidak
bertanggung jawab kepada DPR. Dalam pasal 17 UUD 1945
Perubahan antara lain ditetapkan bahwa
(1) Presiden dibantu oleh menteri- menteri negara ,
(2) Menteri –menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh
presiden,
(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan.
7. kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas

Kedudukan DPR adalah kuat .Dewan ini tidak bisa dibubarkan


oleh presiden (berlainan dengan sistem parlementer ), hal ini
ditegaskan dalam pasal 7C UUD 1945 Perubahan,yang menyatakan
bahwa , Presiden tidak dapat membukukan Dewan Perwakilan
Rakyat .

Berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Batang Tubuh UUD 1945 Perubahan.


Yang berkaitan dengan sistem pemerintahan negara tersebut,maka dapat
disimpulkan bahwa kewenangan pembentukan Undang-Undang dilaksanakan
oleh DPR dengan persetujuan bersama presiden. Dengan demikian dapat
disimpulkan pula bahwa presiden negara Republik indonesia adalah pemegang
kekuasaan pemerintahan dalam arti eksekutif dan kekuasaan membentuk Undang
Undang (dalam arti kekuasaan legislatif) bersama DPR.

Berdasarkan ketentuan dalam UUD 1945 Perubahan, ketiga kekuasaan


negara tersebut saat ini dilaksanakan oleh lembaga-lembaga negara sebaagai
berikut :

- kekuasaan eksekutif,dipegang oleh presiden


- kekuasaan legislatif,dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat bersama
presiden
- kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah
konstitusi, serta Badan Badan Peradilan lainnya .
D. Konstitusi sebagai piranti kehidupan kenegaraan yang demokratis

6 Konstitusi Sebagai Piranti Kehidupan Kenegaraan yang


Demokrasi Sebagaimana dijelaskan bahwa konstitusi berperan sebagai
sebuah aturan dasar yang mengatur kehidupan dalam bernegara dan
berbangsa maka sepatutnya konstitusi dibuat atas dasar kesepakatan
bersama antara negara dan warga Negara. Konstitusi merupakan bagian
dari terciptanya kehidupan yang demokratis bagi seluruh warga Negara.
Jika Negara yang memilih demokrasi, maka konstitusi demokratis
merupakan aturan yang dapat menjamin terwujudnya demokrasi dinegara
tersebut. Setiap konstitusi yang digolongkan sebagai konstitusi demokratis
haruslah memiliki prinsip-prinsip dasar demokrasi itu sendiri. Jika
konstitusi dipahami sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, maka konstitusi memiliki kaitan yang cukup erat dengan
penyelenggaraan pemerintahan dalam sebuah Negara. A. Hamid S
Attamimi berpendapat bahwa konstitusi atau UUD adalah sebagai pemberi
pegangan dan pemberi batas, sekaligus tentang bagaimana kekuasaan
Negara harus dijalankan. Selanjutnya Mr. Djokosutono melihat sisi
pentingnya konstitusi dari dua segi. Pertama, dari segi isi (naar de inhoud)
karena konstitusi memuat dasar dari struktur (inrichting) dan memuat
fungsi (administratie) Negara. Kedua, dari segi bentuk (naar de maker)
oleh karena yang membuat bukan sembarang orang atau lembaga.
Sedangkan A.G. Pringgodigdo berpendapat bahwa adanya keempat unsur
pembentukan Negara belumlah cukup menjamin terlaksananya fungsi
kenegaraan suatu bangsa kalau belum ada hokum dasar yang mengaturnya.
Hokum dasar yang dimaksud adalah konstitusi atau undang-undang Dasar.
Dengan demikian keberadaan konstitusi atau UUD dalam kehidupan
kenegaraan menjadi sangat penting, karena ia menjadi acuandan penentu
arah dalam penyelenggaraan Negara. Konstitusi merupakan media bagi
terciptanya kehidupan yang demokratis bagi seluruh warga Negara.
Dengan kata lain, Negara yang memilih demokrasi sebagai pilihannya,
maka konstitusi demokratis merupakan aturan yang dapat menjamin
terwujudnya demokrasi di Negara tersebut sehingga melahirkan kekuasaan
pemerintahan yang demokratis pula. Kekuasaan yang demokratis dalam
menjalankan prinsip-prinsip demokrasi perlu dikawal oleh masyarakat
sebagai pemegang kedaulatan. Agar nilai-nilai demokrasi tidak
diselewengkan, maka partisipasi warga Negara dalam menyuarakan
aspirasi perlu ditetapkan didalam konstitusi untuk ikut berpartisipasi dan
mengawal proses demokratisasi pada sebuah Negara. Setiap konstitusi
yang digolongkan sebagai konstitusi demokratis haruslah memiliki
prinsip- prinsip dasar demokrasi itu sendiri. Secara umum, konstitusi yang
dapat dikatakan demokratis mengandung prinsip-prinsip dasar demokrasi
dalam kehidupan bernegara, yaitu:
1. Menempatkan warga Negara sebagai sumber utama kedaulatan;
2. Mayoritas berkuasa dan terjaminnya hak minoritas;
3. Adanya jaminan penghargaan terhadap hak-hak individu warga
Negara, sehingga entitas kolektif, tidak dengan sendirinya
menghilangkan hak-hak dasar orang perorang;
4. Pembatasan pemerintahan;
5. Adanya jaminan terhadap keutuhan Negara nasional dan
integritas wilayah;
6. Adanya jaminan keterlibatan rakyat dalam proses bernegara
melalui pemilihan umum yang bebas;

E. Lembaga-lembaga kenegaraan setelah amandemen UUD 1945


1.Presiden penyelenggara tertinggi pemerintahan negara
Di dalam pasal 4 ayat (satu) UUD 1945 (sebelum dan sesudah
perubahan) dirumuskan bahwa: ‘presiden republik indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan menurut UUD.’
Pasal 4 ayat 1 UUD 1945 tersebut merupakan salah satu pasal yang
tidak dilakukan perubahan oleh majlis permusyawaratan rakyat. Dengan
demikian, rumusan dari pasal 4 ayat 1 UUD 1945 tersebut mempunyai
makna yang sama dengan semula (sebelum perubahan UUD 1945)
sehingga presiden adalah kepala pemerintahan di republik indonesia
Menurut jellinek pemerintahan mengandung 2 arti, yaitu arti
formal dan arti material. Pemerintahan dari arti formal mengandung
kekuasan mengatur (Verordnungsgewalt )dan kekuasaan memutus
(Entscheidungsgewalt) sedangkan pemerintahan dalam arti material berisi
2 unsur memerintah dan unsur melaksanakan (Das elment der regierung
und das der vollziehung).
Berdasarkan hal tersebut, dari ketentuan pasal 4 ayat 1 UUD 1945
dapat di tarik kesimpulan bahwa kekuasaan pemerintahan itu mengandung
juga kekuasaan pengaturan dalam arti membentuk peraturan. Hal ini sesuai
juga dengan pendapat dari Van wijk dan W.konij nenbelt yang
menyatakan bahwa pelaksanaan (uitvoering) dapat berarti pengeliaran
penetapan atau berupa perbuatan-perbuatan yang nyata lainnya ataupun
berupa pengeluaran peraturan-peraturan lebih lanjut (gedelegeerde
wetgeaving)

F. Tata urutan perundang-undangan indonesia

1. Undang-Undang Dasar 1945

UUD merupakan peraturan tertinggi dan sebagai aturan tertinggi


UUD telah mengalami beberapa perubahan atau yang disebut dengan
istilah Amandemen. Amandemen UUD 1945 dilakukan karena
kehidupan berbangsa dan bernegara harus berkembang, sama seperti
manusia.

UUD 1945 dibahas oleh BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha


Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan ditetapkan oleh PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) sebagai undang-undang dasar
Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945.

Karena masyarakat dan negara selalu berubah menyesuaikan


perkembangan zaman, maka pasti ada aturan-aturan yang tidak sesuai
lagi sehingga harus dilakukan perubahan atau amandemen. Amandemen
bertujuan supaya UUD 1945 disempurnakan sesuai dengan
perkembangan dan dinamika kehidupan masyarakat.

Sejak diberlakukannya kembali UUD 1945 sebagai konstitusi NKRI


pada tahun 1959 hingga sekarang, UUD 1945 telah mengalami empat
kali amandemen, yakni sebagai berikut:

1. Amandemen pertama dilakukan pada Sidang Umum MPR 1999 dan


disahkan pada tanggal 19 Oktober 1999.
2. Amandemen kedua dilakukan pada Sidang Tahunan MPR 2000 dan
disahkan pada tanggal 18 Agustus 2000.
3. Amandemen ketiga dilakukan pada Sidang Tahunan MPR 2001 dan
disahkan pada tanggal 9 November 2001.
4. Amandemen keempat dilakukan pada Sidang Tahunan MPR 2002 dan
disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002.

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap MPR)

Tap MPR adalah segala peraturan yang telah dibuat atau ditetapkan
oleh MPR dalam sidang sidang yang mereka lakukan. Peraturan yang
ditetapkan oleh Tap MPR juga harus ditaati oleh anggota MPR,
Pemerintah maupun rakyat Indonesia.

3. Undang-Undang (UU)

Undang-undang merupakan peraturan yang dibuat sebagai


pelaksanaan dari UUD 1945 atau Tap MPR. Ranjangan undang-udang
sendiri dapat diajukan oleh presiden maupun DPR namun harus disetujui
oleh kedua belah pihak. Dalam keadaan darurat atau perang, presiden
berhak untuk membuat peraturan sebagai pengganti UU yang disebut
juga dengan Perpu atau peraturan pemerintah pengganti Undang undang.

4. Peraturan Pemerintah (PP)

Peraturan pemerintah merupakan peraturan yang ditetapkan oleh


presiden untuk menjalankan undang undang yang telah ditetapkan
sebelumnya.

5. Keputusan Presiden (Keppres)

Keputusan presiden ini dibuat untuk mengatasi masalah tertentu


dalam kehidupan bernegara. Selain itu terdapat juga instruksi presiden
atau Inpres yaitu instruksi dalam rangka koordinasi tugas pembangunan
yang dilaksanakan oleh setiap departemen.

6. Keputusan Menteri dan Instruksi Menteri

Keputusan Menteri dan Instruksi Menteri merupakan keputusan


menteri yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas tugas di
departemennya.

7.  Peraturan Daerah atau Perda

Peraturan daerah provinsi merupakan peraturan daerah yang


dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi bersama
dengan gubernur. Peraturan daerah provinsi berlaku di provinsi yang
bersangkutan.
BAB III
KESIMPULAN

Konstitusi berlaku di suatu negara sebagai hukum dasar yang


selalu mengikat atas kekuasaan tertinggi atau suatu prinsip kedaulatan
yang di anut dalam suatu negara.Konstitusi dapat juga di artikan dalam
ketatanegaraan dan mempunyai arti:
* Lebih luas dari pada Undang-Undang Dasar
* Sama dengan pengertian Undang-Undang Dasar

Suatu pengertian Undang-Undang Dasar hanya meliputi konstitusi


tertulis saja dan selain itu masih terdapat konstitusi tidak tertulis yang
tidak tercakup dalam Undang-Undang Dasar. Konstitusi selalu terkait
dengan faham konstitusionalisme. Konstitusionalisme di zaman sekarang
di anggap sebagai suatu konsep yang niscaya  bagi setiap negara modern
suatu organisasi dalam negara diperlukan oleh warga masyarakat politik
agar kepentingan mereka bersama dapat dilindungi atau dipromosikan
melalui pembentukan dan penggunaan mekanisme yang disebut juga
negara. Jika kesepakatan itu runtuh, maka runtuh pula legitimasi
kekuasaan negara yang bersangkutan, dan pada gilirannya perang saudara
( civil war ) atau revolusi dapat terjadi juga. Hal ini tercermin juga dalam
peristiwa besar dalam sejarah umat manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairul,

Konstitusi dan kelembagaan Negara

, Jakarta: CV. Novindo Pustaka Mandiri, 1999

Daud, abu Busro dan Abubakar Busro,

Asas-asas Hukum Tata Negara

, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983

Huda, Ni’matul,

Hukum Tata Negara: Kajian Teoritis dan Yuridis Terhadap Konstitusi


Indonesia

, Yogyakarta: Gama Media,1999

Kansil, C.S.T.,et.al.,

Konstitusi-Konstitusi Indonesia Tahun 1945-2000

, Jakarta : Sinar Harapan, 2001


https://id.wikipedia.org/wiki/Konstitusi

https://yanawulan.blogspot.com/2012/06/sejarah-lahir-dan-
perkembangan.html

Anda mungkin juga menyukai