Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang maha adil
dan bijaksana. karena dengan izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir
zaman.

Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada segenap rekan satu


kelompok, karena berkat kerjasama lah makalah ini dapat selesai tepat pada
waktunya, namun, pada makalah ini masih banyak sekali terdapat kesalahan baik
dalam segi penulisan, penyusunan, maupun isi makalah ini sendiri. Untuk itu
kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan terutama dari dosen mata kuliah
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN semoga menjadi acuan untuk kami
suapaya bisa lebih baik lagi di kemudian hari.Kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca semua, dan akhirnya pada Allah lah semua ini
kamiu kembalikan, Amin.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3

A. Pengertian Konstitusi....................................................................... 3
B. Tujuan dan Fungsi Konstitusi.......................................................... 5
C. Sejarah Perkembangan Konstitusi ................................................... 6
D. Perubahan Konstitusi di Indonesia................................................... 9
E. Lembaga Kenegaraan Setelah Amandemen..................................... 14
F. Tata Urutan Perundang-Undangan di Indonesia............................... 15

BAB III PENUTUP...................................................................................... 18

A. Kesimpulan....................................................................................... 18
B. Kritik dan Saran................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konstitusi merupakan seperangkat aturan main dalam kehidupan
bernegara yang mengatur hak dan kewajiban warga negara dan negara. Konstitusi
biasa disebut dengan Undang-Undang Dasar (UUD). Keberadaan konstitusi
disuatu negara diharapkan dapat melahirkan sebuah negara yang demokratis.
Namun hal itu tidak akan terwujud bila terjadi penyelewengan atas konstitusi oleh
penguasa yang otoriter.

Dalam suatu negara terdapat peraturan-peraturan yang mengatur masalah-


masalah yang terjadi didalam maupun diluar, baik itu hubungan eksternal maupun
internal secara universal. Sehingga ada istilah yang sekarang sudah tak asing lagi
didengar oleh banyak kalangan masyarakat khususnya pemerintah yaitu,
Konstitusi. Kontitusi atau yang disebut Undang-undang ini merupakan salah satu
untuk menertibkan masyarkat dalam berkehidupan bernegara. Sekalipun banyak
hambatan-hambatan yang terjadi pada masyarakat untuk menjalankan itu semua,
udang-undang atau konstitusi itu merupakan suatu dasar hukum multak yang ada
di suatu negara. Undang-undang atau peraturan itu bukan hanya dibuat tetapi
harus dijalankan oleh semua pihak elemen yang terkait. Undang-undang itu akan
bisa berjalan jika semua berperan dengan aktif bukan pasif. Undang-undang
merupakan dasar hukum tertulis negara Republik Indonesia, yang memuat dasar
dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara sehingga menjadi pedoman
dalam pembuatan aturan-aturan hukum.

B. Rumusan Masalah

Pada pembahasan ini akan diuraikan unsur-unsur dalam konstitusi


meliputi:

1. Pengertian Konstitusi
2. Tujuan , Fungsi dan Ruang Lingkup Konstitusi
3. Sejarah Perkembangan Konstitusi
4. Perubahan Konstitusi di Indonesia
5. Lembaga Kenegaraan Setelah Amandemen

1
6. Tata Urutan Perundang-Undangan di Indonesia

C. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah agar pembaca
sekalian mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan konstitusi dan
perundang-undangan yang setiap negara memilikinya termasuk juga negara kita
Indonesia yang mana dengan memiliki pemahaman tentang konstitusi dan
perundang-undangan ini kita sebagi generasi penerus bangsa akan mempunyai
arah dan pedoman yang jelas dalam melanjutkan pembangunan ini di masa yang
akan datang.

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KONSTITUSI
Konstitusi berasal dari kata constitution (Bhs. Inggris) constitutie (Bhs.
Belanda) constituer (Bhs. Perancis), yang berarti membentuk, menyusun,
menyatakan. Dalam bahasa Indonesia, konstitusi diterjemahkan atau disamakan
artinya dengan UUD. Konstitusi menurut makna katanya berarti dasar susunan
suatu badan politik yang disebut negara. Konstitusi menggambarkan keseluruhan
sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan untuk
membentuk, mengatur, atau memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut ada
yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang, dan ada yang tidak tertulis
berupa konvensi1. Dalam konsep dasar konstitusi, pengertian konstitusi:
1. Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti
membentuk.
2. Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu
Cume berarti bersama dengan dan Statuere berarti membuat sesuatu
agar berdiri atau mendirikan, menetapkan sesuatu, sehingga menjadi
constitution.
3. Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang
lebih luas dan undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan
dari peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang
mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan
diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
4. Dalam terminilogi hukum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal dengan
sebutan DUSTUS yang berati kumpulan faedah yang mengatur dasar dan
kerja sama antar sesama anggota masyarakat dalam sebuah Negara.
5. Menurut pendapat James Bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu
kerangka masyarakat politik (Negara yang diorganisir dengan dan melalui
hukum. Dengan kata lain konstitusi dikatakan sebagai kumpulan prinsip-
prinsip yang mengatur kekuasaan pemerintahan, hak-hak rakyat dan
hubungan diantara keduanya).
Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua pengertian, yaitu:
1
Permufakatan atau kesepakatan (terutama mengenai adat, tradisi, dan
sebagainya).

3
1. Dalam pengertian luas (dikemukakan oleh Bolingbroke), konstitusi
berarti keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar. Seperti
halnya hukum pada umumnya, hukum dasar tidak selalu merupakan
dokumen tertulis atau tidak tertulis atau dapat pula campuran dari dua unsur
tersebut. sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-undang Dasar dan
hukum dasar yang tidak tertulis / Konvensi.
Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktek penyelenggaraan bernegara mempunyai sifat :
a. Merupakan kebiasaan yang berulang kali dalam praktek
penyelenggaraan Negara.
b. Tidak bertentangan dengan hukum dasar tertulis / Undang-undang
Dasar dan berjalan sejajar.
c. Diterima oleh rakyat negara. Bersifat melengkapi sehingga
memungkinkan sebagai aturan dasar yang tidak terdapat dalam
Undang-undang Dasar. Konstitusi sebagai hukum dasar memuat
aturan-aturan dasar atau pokok-pokok penyelenggaraan bernegara,
yang masih bersifat umum atau bersifat garis besar dan perlu
dijabarkan lebih lanjut kedalam norma hukum dibawahnya.
2. Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi
berarti piagam dasar atau UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai
peraturan-peraturan dasar negara. Contohnya adalah UUD 1945.

Sesungguhnya pengertian konstitusi berbeda dengan Undang Undang Dasar,


hal tersebut dapat dikaji dari pendapat L.J. Apeldorn dan Herman Heller. Menurut
Apeldorn, konstitusi tidaklah sama dengan UUD. Undang-Undang Dasar
hanyalah sebatas hukum yang tertulis, sedangkan konstitusi di samping memuat
hukum dasar yang tertulis juga mencakup hukum dasar yang tidak tertulis.
Adapun menurut Herman Heller, konstitusi mencakup tiga pengertian, yaitu:
1. Die politische verfassung als gesselchaffliche wirklichkeit, yaitu konstitusi
yang mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu
kewajiban.

4
2. Die verselbstandigte rechtverfassung, yaitu mencari unsur-unsur hukum
dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat tersebut untuk dihadirkan
sebagai suatu kaidah hukum.
3. Die geschriebene verfassung, yaitu menuliskan konstitusi dalam suatu
naskah sebagai peraturan perundangan yang tertinggi derajatnya dan berlaku
dalam suatu negara.
Konstitusi sebagai hukum dasar berisi aturan-aturan dasar atau pokok-pokok
penyelenggaraan negara. Aturan-aturan itu masih bersifat umum.

B. TUJUAN DAN FUNGSI KONSTITUSI


Tujuan Konstitusi
Pada prinsipnya, adanya konstitusi memiliki tujuan untuk
membatasi kewenangan pemerintah dalam menjamin hak-hak yang
diperintah dan merumuskan pelaksanaan yang berdaulat.
Pendapat yang dikemukakan oleh Loewenstein. Ia mengatakan bahwa
konstitusi merupakan sarana dasar untuk mengawasi proses-proses
kekuasaan.

Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat


diklasifikasikan menjadi tiga tujuan, yaitu :
a. Memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap
kekuasaan politik;
b. Melepaskan control kekuasaan dari penguasa sendiri;
c. Memberikan batasan-batasan ketetapan bagi penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya.
Fungsi Konstitusi
Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah
sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat
sewenang-wenang. Pemerintah sebagai suatu kumpulan kegiatan yang
diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, terkait oleh beberapa
pembatasan dalam konstitusi negara sehigga menjamin bahwa kekuasaan
yang dipergunakan untuk memerintah itu tidak disalahgunakan.

5
Dengan demikian diharapkan hak-hak warganegara akan
terlindungi. Sesuai dengan istilah konstitusi dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia yang diartikan sebagai:
1. Segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan.
2. Undang-undang Dasar suatu negara.
Berdasarkan pengertian tersebut, konstitusi merupakan tonggak
atau awal terbentuknya suatu negara dan menjadi dasar utama bagi
penyelenggara negara. Oleh sebab itu, konstitusi menempati posisi penting
dan strategis dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Konstitusi
juga menjadi tolok ukur kehidupan berbangsa dan bernegara yang sarat
dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu sekaligus memuat ide-ide
dasar yang digariskan oleh pendiri negara ( the founding fathers ).
Konstitusi memberikan arahan kepada generasi penerus bangsa dalam
mengemudikan negara menuju tujuannya.

C. SEJARAH PERKEMBANGAN KONSTITUSI


Sebagai negara yang berdasarkan hukum, tentu saja Indonesia memiliki
konstitusi yang dikenal dengan Undang-undang Dasar 1945. Eksistensi2 UUD
1945 sebagai konstitusi di Indonesia mengalami sejarah yang sangat panjang
hingga akhirnya diterima sebagai landasan hukum bagi pelaksanaan
ketatanegaraan di Indonesia.
Dalam sejarahnya, Undang-undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 mei
1945 sampai 16 Juni 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang beranggotakan 21 orang, diketuai Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua dengan 19 orang anggota
yang terdiri dari 11 orang wakil dari jawa, 3 orang dari sumatra dan masing-
masing 1 wakil dari kalimantan, Maluku dan Sunda kecil. Badan tersebut
(BPUPKI) ditetapkan berdasarkan maklumat Gunseikan3 Nomor 23
bersamaan dengan ulang tahun Tenno Heika pada 29 April
1945(malian,2001:59)

2
Keberadaan
3
Janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji
kemerdekaan tanpa syarat.

6
Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD 1945) bermula dari janji
jepang untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dikemudian
hari. Janji tersebut antara lain berisi sejak dari dahulu, sebelum pecahnya
peperangan asia timur raya, Dai nipon sudah mulai berusaha membebaskan
bangsa indonesia dari kekuasaan pemerintah hindia belanda. Tentara dai
nipon serentak menggerakkan angkatan perangnya, baik di darat, laut,
maupun udara, untuk mengakhiri kekuasaan penjajahan Belanda .
Sejak saat itu Dai Nippon teikoku memandang bangsa Indonesia sebagai
saudara muda serta membimbing bangsa Indonesia dengan giat dan tulus
ikhlas di semua bidang, sehingga diharapkan kelak bangsa indonesia siap
untuk berdiri sendiri sebagai bangsa Asia Timir raya. Namun janji hanyalah
janji, penjajah tetaplah penjajah yang selalu ingin lebih lama menindas dan
menguras kekayaan bangsa Indonesia. Setelah jepang dipukul mundur tentara
sekutu, jepang tak lagi ingat akan janjinya. Setelah menyerah tanpa syarat
kepada sekutu, rakyat Indonesia lebih bebas dab leluasa untuk berbuat dan
tidak bergantung pada jepang sampai saat kemerdekaan tiba.

Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada empat macam


Undang-Undang yang pernah berlaku, yaitu :
1. Periode 18 Agustus 1945 27 Desember 1949
(Penetapan Undang-Undang Dasar 1945)
Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus
1945, Republik yang baru ini belum mempunyai undang-undang dasar. Sehari
kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Rancangan Undang-Undang
disahkan oleh PPKI sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
setelah mengalami beberapa proses.
2. Periode 27 Desember 1949 17 Agustus 1950
(Penetapan konstitusi Republik Indonesia Serikat)
Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput dari
rongrongan pihak Belanda yang menginginkan untuk kembali berkuasa di
Indonesia. Akibatnya Belanda mencoba untuk mendirikan negara-negara

7
seperti negara Sumatera Timur, negara Indonesia Timur, negara Jawa Timur,
dan sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka terjadilah agresi
Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2 pada tahun 1948. Dan ini
mengakibatkan diadakannya KMB yang melahirkan negara Republik
Indonesia Serikat. Sehingga UUD yang seharusnya berlaku untuk seluruh
negara Indonesia itu, hanya berlaku untuk negara Republik Indonesia Serikat
saja.
3. Periode 17 Agustus 1950 5 Juli 1959
(Penetapan Undang-Undang Dasar Sementara 1950)
Periode federal4 dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia
Serikat 1949 merupakan perubahan sementara, karena sesungguhnya bangsa
Indonesia sejak 17 Agustus 1945 menghendaki sifat kesatuan, maka negara
Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama karena terjadinya
penggabungan dengan Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan wibawa
dari pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi berkurang, akhirnya
dicapailah kata sepakat untuk mendirikan kembali Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Bagi negara kesatuan yang akan didirikan jelas perlu adanya suatu
undang-undang dasar yang baru dan untuk itu dibentuklah suatu panitia
bersama yang menyusun suatu rancangan undang-undang dasar yang
kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh badan pekerja komite
nasional pusat dan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan senat Republik
Indonesia Serikat pada tanggal 14 Agustus 1950 dan berlakulah undang-
undang dasar baru itu pada tanggal 17 Agustus 1950.
4. Periode 5 Juli 1959 sekarang
(Penetapan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945)
Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali Undang-
Undang Dasar 1945. Dan perubahan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara Orde Lama pada masa 1959-1965 menjadi Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Baru. Perubahan itu dilakukan
karena Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama dianggap

4
Berpemerintahan sipil yang beberapa negara bagian membentuk kesatuan
dan setiap negara bagian memiliki kebebasan dalam mengurus persoalan di
dalam negerinya

8
kurang mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni
dan konsekuen.

D. PERUBAHAN KONSTITUSI DI INDONESIA


Masa Orde Lama (5 Juli 1959-1966)
Karena situasi politik pada sidang konstituante 1959 banyak tarik
ulur kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru,
maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit
presiden yang salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945
sebagai undang-undang dasar, menggantikan UUDS 1950 yang berlaku
pada saat itu.

Sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959, negara Indonesia berdasarkan


UUD 1945. Masa ini disebut masa Orde Lama, banyak pula terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan. Sistem penmntahan
dijalankan tidak sesuai dengan UUD 1945.Penyimpangan-penyimpangan
itu ialah diantaranya:

Presiden mengangkat ketua dan wakil ketua DPR, MPR, dan MA


serta wakil ketua DPA menjadi wakil Negara.
MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup.
Presiden mengeluarkan produk hukum yang setingkat undang-
undang tanpa persetujuan DPR
Presiden membubarkan DPR hasil pemilu karena berselisih dengan
pemerintah mengenai RAPBN untuk tahun 1961. Dan pada saat
itu, DPR menolak mengesahkan RAPBN tersebut. Kemudian
Presiden membentuk DPRGR (DPR Gotong Royong) melalui
penpres no.4 tahun 1960 sebagai ganti dari DPR yang dibubarkan
sejak 5 Maret 1960. Komposisi keanggotaan DPRGR tidak
didasarkan atas pertimbangan kekuatan partai yang dihasilkan
pemilu tetapi diatur sedemikian rupa oleh presiden.

Masa orde lama berakhir dengan adanya pemberontakan G30SPKI


dan rakyat menuntut perbaikan-perbaikan dalam penyelenggaraan negara
yang otoriter karena pada masa ini dipaksakan doktrin seolah-olah negara

9
dalam keadaan revolusi dan presiden sebagai kepala negara otomatis
menjadi pimpinan besar revolusi, sehingga dengan hal-hal diatas lahirlah
TRITURA (Tiga Tuntutan Rakyat). Dalam keadaan kacau itu presiden
Soekarno mengeluarkan surat perintah 11 Maret atau Supersemar kepada
Letjen Soeharto berdasarkan surat perintah itu Letjen Soeharto atas nama
Presiden/ Panglima Tertinggi ABRI/ Mandataris MPRS menandatangi
Keputusan Presiden No, 113/ 1966 tertanggal 12 Maret 1966 yang
menyatakan pembubaran PKI.

Untuk mengakhiri kemelut politik tersebut, pada tanggal 7-12


Maret 1967 diselenggarakan sidang istimewa MPRS dengan tema utama
mengenai pertanggungjawaban presiden selaku mandataris5 MPRS. Dalam
sidang itu MPRS menilai presiden Soekarno tidak dapat memenuhi
pertanggungjawaban konstitusionalnya selaku mandataris MPRS,
khusunya yang menyangkut kebijakan menghadapi G30S. Oleh karena itu,
MPRS mengeluarkan ketetapan No. XXXIII/MPRS/1967 tentang
pencabutan kekuasaan pemerintah negara dari Presiden Soekarno dan
mengangkat Jendral Soeharto sebagai pejabat presiden hingga dipilihnya
presiden oleh MPRS hasil pemilu. Selanjutnya, dalam sidang umum V
MPRS tanggal 21 Maret 1968, Soeharto diangkat menjadi presiden RI
untuk masa 5 tahun (1968-1973).

Masa Orde Baru (11 Maret 1966-21 Mei 1998)

Setelah orde lama runtuh, pemerintah baru terbentuk yang diberi


nama Orde Baru. Pada masa ini pemeritah menyatakan dan bertekad akan
menjalankan UUD 1945 Dan Pancasila secara murni dan konsekuen.
Dalam upaya untuk mewujudkan hal itu pemerintah Soeharto mengadakan
pemilihan umum pada tahun 1 Badan Permusyawaratan / Perwakilan
rakyat.

Pada masa Orde Baru, selain kekuasaan eksekutif, kekuasaan


legislatif dan yudikatif juga berada di bawah presiden. Pembangunan di

5
Orang yang menerima (diserahi, menjalankan) mandat.

10
segala bidang dengan prioritas pertumbuhan ekonomi malah menghasilkan
ketidak merataan pendapatan. Ada segelintir orang yang menguasai dua
per tiga GNP Indonesia sehingga semakin dalam jurang pemisah antara si
miskin dan si kaya. Sementara itu pihak lain yaitu pemerintah dan
penguasa menjalin kerjasama yang menguntungkan pribadi dan keluarga
pejabat.

Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang
sangat sakral, diantara melalui sejumlah peraturan: Ketetapan MPR No:
I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk
mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan
perubahan terhadapnya. Ketetapan MPR No : IV/MPR/1983 tentang
Referendum6 yang antara lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak
mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus meminta pendapat rakyat
melalui referendum. Undang-undang No 5 tahun 1985 tentang
Referendum, yang merupakan pelaksanaan TAP MPR No.IV/MPR/1983.

Krisis moneter tahun 1997 berdampak pula terhadap kehidupan


sosial dan politik sehingga terjadi krisis kepercayaan dan krisis politik.
Pada awal tahun 1998 keadaan negara semakin tidak menentu dan krisis
ekonomi tidak ditemui titik terang penyelesaiaannya. Akibatnya aksi
mahasiswapun menjadi semakin marak menuntut pengunduran diri
presiden Soeharto hingga terjadilah peristiwa trisakti. Dan pada 21 Mei
1998 pukul 09.00 WIB di gedung istanta merdeka, presiden soehaarto
menyatakan mengundurkan diri dari jabatan presiden. Dengan demikian
berakhirlah masa kekuasaan Orde Baru selama tiga puluh dua tahun.
Masa Reformasi
Setelah Soeharto turun, BJ Habibie naik menjadi presiden. Karena
dianggap hanya sebagai tokoh transisi, ia dapat berusaha mengurusi
transisi itu sebagai tugas yang istimewa sehingga perannya dikatakan
berhasil. Prakarsa awalnya, adalah mewujudkan reformasi politik. Setelah
berunding bersama MPR dan DPR saat itu hasilnya adalah Sidang
6
Penyerahan suatu persoalan supaya diputuskan dengan pemungutan suara
umum (semua anggota suatu perkumpulan atau segenap rakyat).

11
Istimewa MPR pada Desember 1998. Sidang itu antara lain menghasilkan
keputusan memberi mandat pada presiden untuk menyelenggarakan
Pemilu pada tahun 1999.

Partai-partai baru mulai bermunculan untuk memperebutkan kursi


DPR dalam pemilu 1999 tersebut yang diikuti oleh 48 parati. Pemilu 1999
adalah pemilu paling demokratis bila di bandinngkan pemilu-pemilu
jaman ORBA. Sidang MPR pasca pemilu 1999 pemilih presiden KH.
Abdurrahman Wahid dan wakil presiden megawati Soekarno Putri.

Pada era reformasi ini gagasan untuk melakukan amandemen atas


UUD 1945 semakin menguat karena adanya tuntutan dari mahasiswa
untuk mengamandemen UUD 1945, bahkan beberapa partai politik
mencantumkan amandemen di dalam program perjuangan dan platform
politiknya. Tidak sedikit pula pakar hukum tata negara, dan politik yang
menimpakan kesalahan kepada UUD 1945 berkenaan dengan krisis
nasional yang kini sedang menimpa bangsa Indonesia. Di antara mereka
bahkan ada yang mengusulkan dilakukannnya perbaikan total atas
konstitusi dengan mengubah UUD 1945 dan bukan hanya dengan
amandemen yang sifatnya tambal sulam saja.

Alasan pada masa reformasi menuntut dilakukannya amandemen


atau perubahan terhadap UUD 1945 antara lain :

Fundamen ketatanegaraan yang dibangun dalam UUD 1945


bukanlah bangunan yang demokratis.
Pada masa ORBA, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada
kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat
besar pada presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu luwes
(sehingga dapat menimbulkan multitafsir) serta kenyataan
perumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara
yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi. Tujuan
perubahan UUD waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar
seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian
kekuasaaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum.

12
Hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi7 dan kebutuhan
bangsa.
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak
boleh diubah kini telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan
perubahan terhadap UUD 1945 itu pada hakekatnya merupakan
tuntutan bagi adanya penetapan ulang terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya
memulai kontrak sosial baru antara warga negara dengan negara
menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan dalam
sebuah peraturan dasar yaitu sebuah konstitusi.

Terkait dengan pelaksanaan UUD 1945, ada hal yang sangat penting
dalam sidang MPR 1999 tersebut. Kesepakatam politik seluruh anggota
MPR untuk mengamandemen secara bertahap pasal-pasal di dalam UUD
1945 agar lebih klengkap, lebih jelas ( tidak multi interpretable)dan sesuai
dengan dinamika masyarakat serta perkembangan jaman. Sedangkan
pembukaan UUD 1945 dan konsep negara kesatuan sebagaimana termaktub
di dalam pasal 1 ayat 1 tidak akan diubah. Sistem dan Bentuk Perubahan
Konstitusi periode diberlakukannya UUD45 sampai Amandemen.

Perubahan, tambahan dan penyempurnaan UUD 1945 dapat


dilaksanakan melalui pasal 37 UUD 1945 yaitu oleh MPR berdsarkan
ketentuan tersebut itu pula, maka yang dapat dilakukan oleh MPR
berdasarkan haknya sebagaimana ditentukan dalam pasal 37 UUD 1945
adalah merubah, menambah, atau menyempurnakan UUD 1945. Sejak
berlakunya lagi UUD 1945 berdasarkan dekrit presiden 5 Juli 1959,
ternyatalah bahwa UUD45 tersebut tidak dilaksanakan secara murni dan
konsekuen sehingga banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan, antara
lain banyak lembaga-lembaga negara sebagaimana di kehendaki UUD45
masih bersifat sementara, juga lembaga-lembaga tersebut belum atau tidak
berfungsi sebagaimana di tentukan dalam UUD.

E. LEMBAGA KENEGARAAN SETELAH AMANDEMEN

7
Harapan dan tujuan untuk keberhasilan pada masa yang akan datang.

13
Negara Indonesia adalah negara hukum (rechstaat) dengan sistem
pemerintahan demokrasi. Negara Indonesia bukan negara kekuasaan
(machstaat) di bawah satu tangan seorang penguasa. Karena itu dalam sistem
pemerintahan, segala macam kekuasaan negara diatur dalam ketentuan-
ketentuan hukum (undang-undang). Kekuasaan negara juga dijalankan oleh
lembaga-lembaga dengan tata aturan tertentu.

Sejak memasuki era reformasi, Negara Indonesia memang banyak


mengalami perkembangan-perkembangan baru salah satunya adalah
amandemen terhadap UUD 1945. Hingga sekarang UUD 1945 sudah empat
kali mengalami amandemen yang dilakukan dalam sidang MPR . Ada
beberapa lembaga lembaga hasil dari amandemen yaitu:

MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)


MPR adalah majelis (tertinggi) yang merupakan penjelmaan dari
seluruh rakyat Indonesia. Karenamerupakan sebuah majelis, msaa
kekuasaan MPR, kewenangan-kewenangan MPR baru muncul ketika
semua anggota-anggotanya berkumpul dan bersidang (dalam majelis).
Sidang MPR ini paling sedikit sekali dalam lima tahun. Masa jabatan
anggota MPR dalam satu periode adalah lima tahun.

Menurut UUD 1945 hasil amandemen, anggota MPR terdiri


seluruh anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dan DPD (Dewan
Perwakilan Daerah) yang dipilih rakyat melalui Pemilu. Jumlah anggota
DPR menurut ketentuan ada 550 orang. Sedang anggota DPD di setiap
provinsi ada 4 orang, dan tidak lebih dari 1/2 anggota DPR. Ketentuan
tentang keanggotaan MPR ini diatur dalam UU
No. 23 Tahun 2003 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD,
dan DPRD. Menurut UUD 1945 hasil amandemen wewenang MPR
adalah sebagai berikut.

1. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.


2. Melantik presiden dan/wakil presiden.

3. Memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa


jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.

14
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).
DPR sebagai lembaga negara diatur dalam Bab VII pasal 19 UU
1945 hasil amandemen. Keanggotaan DPR seperti sudah disinggung di
depan, berasal dari partai politik yang dipilih melalui Pemilu setiap lima
tahun sekali. Perbedaan DPR dan MPR adalah DPR berkedudukan di ibu
kota. Anggota DPR secara otomatis juga menjadi anggota MPR.
Sementara itu DPRD berkedudukan di provinsi dan kabupaten/kota.
Tugas/Wewenang dan Hak-hak DPR.

1. Secara umum tugas/wewenang DPR memegang kekuasaan


legislatif, artinya sebagai pemegang kekuasaan membentuk undang-
undang (pasal 20 A UUD 1945). Lebih jelasnya tentang
tugas/wewenang DPR terdapat dalam 3 fungsi penting sebagai
berikut.
2. Fungsi legislatif, yakni DPR sebagai pembuat undang-undang
bersama presiden.
3. Fungsi anggaran, yakni DPR sebagai pemegang kekuasaan
menetapkan APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) yang
diajukan Presiden.
4. Fungsi pengawasan, yakni DPR mengawasi jalannya
pemerintahannya.Selain tugas/kewenangan tadi, anggota-anggota
DPR juga memiliki hak-hak penting (Pasal 20A UUD 1945).

F. TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA


Sebagaimana dalam penjelasan konstitusi atau UUD 1945 bahwa Indonesia
adalah negara yang berdasar hukum, tidak berdasar atas kekuasaan belaka.
Konsep hukum mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
Adanya perlindungan terhadap HAM
Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga negara
untuk menjamin perlindungan HAM
Pemerintahan berdasarkan peraturan
Adanya peradilan Administrasi

Dalam kaitan dengan negara hukum tersebut, tertib hukum yang berbentuk
adanya tata urutan perundang-undangan menjadi suatu kemestian dalam
penyelenggaraan negara atau pemerintahan.

15
Di awal tahun 1966, melalui ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966
Lampiran 2, disebutkan bahwa hierarki peraturan perundang-undangan
Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Undang-undang Dasar 1945


b. Ketetapan MPR
c. Undang-undang atau peraturan pemerintah pengganti Undang-undang
d. Peraturan pemerintah
e. Keputusan presiden
f. Peraturan-peraturan pelaksananya
g. Peraturan menteri
h. Instruksi menteri
i. Dan lain-lainnya

Selanjutnya berdasarkan ketetapan MPR No.III Tahun 2000, tata urutan


peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia adalah sebagai
berikut:

a. Undang-undang Dasar 1945


b. Ketetapan MPR
c. Undang-undang
d. Peraturan pemerintah pengganti undang-undang
e. Peraturan pemerintah
f. Keputusan Presiden
g. Peraturan daerah
Penyempurnaan terhadap tata perundang-undangan Indonesia terjadi
kembali pada tanggal 24 Mei 2004 ketika DPR menyetujui RUU pembentukan
peraturan perundang-undangan (PPP) menjadi undang-undang. Dalam UU
No. 10 tahun 2004 tentang PPP, yang berlaku secara resmi pada bulan
November 2004. Keberadaan undang-undang ini sekaligus menggantikan
pengaturan tentang tata urutan perundang-undangan yang ada dalam ketetapan
MPR No. III Tahun 2000 sebagaimana tercantum di atas. Tata urutan
perundang-undangan dalam UU PPP ini sebagaimana diatur dalam pasal 7
adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang dasar 1945
b. Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang
c. Peraturan pemerintah
d. Peraturan presiden
e. Peraturan daerah, yang meliputi:
f. Peraturan daerah provinsi

16
g. Peraturan daerah kabupaten/kota
h. Peraturan desa

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konstitusi merupakan seperangkat aturan kehidupan bernegara yang
mengatur hak dan kewajiban warga negara dan negara. Konstitusi negara biasa
disebut dengan Undang-Undang Dasar(UUD)
Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wenang
pemerintah, menjaminhak rakyat yang diperintah, dan menetapkan
pelaksanaan kekuasaan yang bertahap.
Fungsi konstitusi adalah sebagai dokumen nasional dan alat untuk
membentuk sistem politik dan sistem hukum Negara.

B. Kritik dan Saran

17
Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang ikut andil dalam penulisan makalah ini. Tak lupa
kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun selalu kami
tunggu dan kami perhatikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairul, Konstitusi dan kelembagaan Negara, Jakarta: CV. Novindo


Pustaka Mandiri, 1999

Daud, abu Busro dan Abubakar Busro, Asas-asas Hukum Tata Negara, Jakarta :
Ghalia Indonesia, 1983

Huda, Nimatul, Hukum Tata Negara: Kajian Teoritis dan Yuridis Terhadap
Konstitusi Indonesia, Yogyakarta: Gama Media,1999

Kansil, C.S.T.,et.al., Konstitusi-Konstitusi Indonesia Tahun 1945-2000, Jakarta :


Sinar Harapan, 2001

18

Anda mungkin juga menyukai