Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KONSTITUSI DAN

PERUNDANG - UNDANGAN

Disusun oleh :

Agung Ariyono / 20157301001

Fahryaldi Wira Pratama / 2057301026

Indri Safitri / 2057301035

Sekar Anggreani / 2057301090

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

POLITEKNIK CALTEX RIAU

2023

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang maha adil
dan bijaksana. karena dengan izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada segenap rekan satu


kelompok, karena berkat kerjasama lah makalah ini dapat selesai tepat pada
waktunya, namun, pada makalah ini masih banyak sekali terdapat kesalahan baik
dalam segi penulisan, penyusunan, maupun isi makalah ini sendiri. Untuk itu kritik
dan saran pembaca sangat kami harapkan terutama dari dosen
mata kuliah PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN semoga menjadi acuan
untuk kami suapaya bisa lebih baik lagi di kemudian hari.Kami berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca semua, dan akhirnya pada Allah lah
semua ini kamiu kembalikan, Amin.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3

A. Pengertian Konstitusi ...................................................................... 3


B. Tujuan dan Fungsi Konstitusi ........................................................ 5
C. Sejarah Perkembangan Konstitusi .................................................. 6
D. Perubahan Konstitusi di Indonesia .................................................. 9
E. Jenis-jenis Konstitusi ...................................................................... 14
F. Tata Urutan Perundang-Undangan di Indonesia ............................. 15
G. Proses pembuatan Undang-undang ................................................. 16
H. Kasus yang terlibat didalam Konstitusi dan Tata Perundangan di
Indonesia ......................................................................................... 17
I. Peran mahkamah konstitusi ............................................................. 16

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 18

A. Kesimpulan ..................................................................................... 19
B. Kritik dan Saran .............................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konstitusi adalah seperangkat aturan yang mengatur hak dan kewajiban
warga negara dan negara dalam kehidupan bernegara. Konstitusi sering disebut
sebagai Undang-Undang Dasar (UUD). Ketika suatu negara memiliki konstitusi,
diharapkan menjadi negara yang demokratis. Namun, hal itu tidak akan terjadi jika
penguasa otoriter melanggar konstitusi.

Ada regulasi tentang isu-isu yang muncul dalam hubungan internal dan eksternal,
eksternal dan internal suatu negara. Maka ada satu kata yang banyak dikenal oleh
masyarakat terutama pemerintah saat ini, yaitu konstitusi. Konstitusi atau yang
disebut Undang-Undang merupakan salah satu cara masyarakat diatur dalam
kehidupan bernegara. Hukum atau peraturan tidak hanya dibuat tetapi harus
ditegakkan oleh semua elemen yang terlibat. Hukum bekerja ketika semua orang
memainkan peran aktif, bukan pasif. Undang-undang merupakan dasar hukum
perundang-undangan Negara Republik Indonesia yang memuat dasar dan garis
besar undang-undang dalam penyelenggaraan negara, sehingga menjadi pedoman
bagi perumusan aturan hukum.

B. Rumusan Masalah

Pada pembahasan ini akan diuraikan unsur-unsur dalam konstitusi meliputi:

1. Pengertian Konstitusi
2. Tujuan , Fungsi dan Ruang Lingkup Konstitusi
3. Sejarah Perkembangan Konstitusi
4. Perubahan Konstitusi di Indonesia
5. Lembaga Kenegaraan Setelah Amandemen
6. Tata Urutan Perundang-Undangan di Indonesia

1
C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan artikel ini adalah agar pembaca sekalian dapat
memahami apa yang dimaksud dengan konstitusi dan peraturan perundang-
undangan di setiap negara termasuk negara kita Indonesia, dengan memahami
konstitusi dan peraturan perundang-undangan maka kita sebagai generasi penerus
bangsa akan meneruskan hal ini. ke depan Ada arah dan pedoman pembangunan
yang jelas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KONSTITUSI
Konstitusi berasal dari kata constitution (Bhs. Inggris) – constitutie (Bhs.
Belanda) –constituer (Bhs. Perancis), yang berarti membentuk, menyusun,
menyatakan. Dalam bahasa Indonesia, pengertian konstitusi diterjemahkan atau
disamakan dengan konstitusi. Konstitusi, secara harfiah, mengacu pada konstitusi
dasar dari badan politik yang disebut negara. Konstitusi menggambarkan
keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu membentuk, mengatur atau
memerintah negara dalam bentuk rangkaian peraturan perundang-undangan.
Peraturan tersebut ada yang tertulis dalam bentuk keputusan pejabat yang
berwenang, dan ada pula yang tidak tertulis dalam bentuk konvensi. Di antara
konsep dasar konstitusi, yang dimaksud dengan konstitusi adalah:
1. Konstitusi berasal dari bahasa prancis yaitu constituer yang berarti
membentuk.
2. Dalam bahasa Latin, konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu,
“Cume” berarti “bersama-sama”, dan “Statuere” berarti membuat sesuatu berdiri
atau menetapkan, menetapkan sesuatu, sehingga menjadi “konstitusi”.
3. Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang
lebih luas dan undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan dari
peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara
mengikat cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu
masyarakat.
Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua pengertian, yaitu:
1. Dalam pengertian luas (dikemukakan oleh Bolingbroke), konstitusi berarti
keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar. Seperti halnya
hukum pada umumnya, hukum dasar tidak selalu merupakan dokumen tertulis
atau tidak tertulis atau dapat pula campuran dari dua unsur tersebut. sebagai
hukum dasar yang tertulis atau undang-undang Dasar dan hukum dasar yang
tidak tertulis / Konvensi.

3
Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktek penyelenggaraan bernegara mempunyai sifat :
A. Merupakan kebiasaan yang berulang kali dalam praktek
penyelenggaraan Negara.
B. Tidak bertentangan dengan hukum dasar tertulis / Undang-undang
Dasar dan berjalan sejajar.
C. Diterima oleh rakyat negara. Bersifat melengkapi sehingga
memungkinkan sebagai aturan dasar yang tidak terdapat dalam Undang-
undang Dasar. Konstitusi sebagai hukum dasar memuat aturan-aturan
dasar atau pokok-pokok penyelenggaraan bernegara, yang masih
bersifat umum atau bersifat garis besar dan perlu dijabarkan lebih lanjut
kedalam norma hukum dibawahnya.
2. Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi berarti piagam
dasar atau UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan
dasar negara. Contohnya adalah UUD 1945.
Sesungguhnya pengertian konstitusi berbeda dengan Undang Undang
Dasar, hal tersebut dapat dikaji dari pendapat L.J. Apeldorn dan Herman Heller.
Menurut Apeldorn, konstitusi tidaklah sama dengan UUD. Undang-Undang Dasar
hanyalah sebatas hukum yang tertulis, sedangkan konstitusi di samping memuat
hukum dasar yang tertulis juga mencakup hukum dasar yang tidak tertulis.
Adapun menurut Herman Heller, konstitusi mencakup tiga pengertian, yaitu:
1. Die politische verfassung als gesselchaffliche wirklichkeit, yaitu konstitusi
yang mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu
kewajiban.
2. Die verselbstandigte rechtverfassung, yaitu mencari unsur-unsur hukum dari
konstitusi yang hidup dalam masyarakat tersebut untuk dihadirkan sebagai
suatu kaidah hukum.
3. Die geschriebene verfassung, yaitu menuliskan konstitusi dalam suatu naskah
sebagai peraturan perundangan yang tertinggi derajatnya dan berlaku dalam
suatu negara.

4
Konstitusi sebagai hukum dasar berisi aturan-aturan dasar atau pokok-pokok
penyelenggaraan negara. Aturan-aturan itu masih bersifat umum.

B. TUJUAN DAN FUNGSI KONSTITUSI


• Tujuan Konstitusi
Pada prinsipnya, adanya konstitusi memiliki tujuan untuk
membatasi kewenangan pemerintah dalam menjamin hak-hak yang
diperintah dan merumuskan pelaksanaan yang berdaulat.
Pendapat yang dikemukakan oleh Loewenstein. Ia mengatakan bahwa
konstitusi merupakan sarana dasar untuk mengawasi proses-proses
kekuasaan.

Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat


diklasifikasikan menjadi tiga tujuan, yaitu :
a. Memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan
politik;
b. Melepaskan control kekuasaan dari penguasa sendiri;
c. Memberikan batasan-batasan ketetapan bagi penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya.

• Fungsi Konstitusi
Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah
sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat
sewenang-wenang. Pemerintah sebagai suatu kumpulan kegiatan yang
diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, terkait oleh beberapa
pembatasan dalam konstitusi negara sehigga menjamin bahwa kekuasaan
yang dipergunakan untuk memerintah itu tidak disalahgunakan.
Dengan demikian diharapkan hak-hak warganegara akan
terlindungi. Sesuai dengan istilah konstitusi dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia yang diartikan sebagai:
1. Segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan.
2. Undang-undang Dasar suatu negara.

5
Berdasarkan pengertian tersebut, konstitusi merupakan tonggak atau
awal terbentuknya suatu negara dan menjadi dasar utama bagi
penyelenggara negara. Oleh sebab itu, konstitusi menempati posisi penting
dan strategis dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Konstitusi juga
menjadi tolok ukur kehidupan berbangsa dan bernegara yang sarat dengan
bukti sejarah perjuangan para pendahulu sekaligus memuat ide-ide dasar
yang digariskan oleh pendiri negara ( the founding fathers ). Konstitusi
memberikan arahan kepada generasi penerus bangsa dalam mengemudikan
negara menuju tujuannya.

C. SEJARAH PERKEMBANGAN KONSTITUSI


Sebagai negara yang berdasarkan hukum, tentu saja Indonesia memiliki
konstitusi yang dikenal dengan Undang-undang Dasar 1945. Eksistensi1 UUD
1945 sebagai konstitusi di Indonesia mengalami sejarah yang sangat panjang
hingga akhirnya diterima sebagai landasan hukum bagi pelaksanaan
ketatanegaraan di Indonesia.
Dalam sejarahnya, Undang-undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 mei
1945 sampai 16 Juni 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang beranggotakan 21 orang, diketuai Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua dengan 19 orang anggota
yang terdiri dari 11 orang wakil dari jawa, 3 orang dari sumatra dan masing-
masing 1 wakil dari kalimantan, Maluku dan Sunda kecil. Badan tersebut
(BPUPKI) ditetapkan berdasarkan maklumat Gunseikan2 Nomor 23 bersamaan
dengan ulang tahun Tenno Heika pada 29 April 1945(malian,2001:59)
Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD 1945) bermula dari janji
jepang untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dikemudian
hari. Janji tersebut antara lain berisi ”sejak dari dahulu, sebelum pecahnya
peperangan asia timur raya, Dai nipon sudah mulai berusaha membebaskan
bangsa indonesia dari kekuasaan pemerintah hindia belanda. Tentara dai

6
nipon serentak menggerakkan angkatan perangnya, baik di darat, laut, maupun
udara, untuk mengakhiri kekuasaan penjajahan Belanda” .
Sejak saat itu Dai Nippon teikoku memandang bangsa Indonesia sebagai
saudara muda serta membimbing bangsa Indonesia dengan giat dan tulus ikhlas
di semua bidang, sehingga diharapkan kelak bangsa indonesia siap untuk berdiri
sendiri sebagai bangsa Asia Timir raya. Namun janji hanyalah janji, penjajah
tetaplah penjajah yang selalu ingin lebih lama menindas dan menguras
kekayaan bangsa Indonesia. Setelah jepang dipukul mundur tentara sekutu,
jepang tak lagi ingat akan janjinya. Setelah menyerah tanpa syarat kepada
sekutu, rakyat Indonesia lebih bebas dab leluasa untuk berbuat dan tidak
bergantung pada jepang sampai saat kemerdekaan tiba.
Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada empat macam
Undang-Undang yang pernah berlaku, yaitu :
1. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949
(Penetapan Undang-Undang Dasar 1945)
Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus
1945, Republik yang baru ini belum mempunyai undang-undang dasar. Sehari
kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Rancangan Undang-Undang disahkan
oleh PPKI sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia setelah
mengalami beberapa proses.
2. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950
(Penetapan konstitusi Republik Indonesia Serikat)
Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput dari
rongrongan pihak Belanda yang menginginkan untuk kembali berkuasa di
Indonesia. Akibatnya Belanda mencoba untuk mendirikan negara-negara
seperti negara Sumatera Timur, negara Indonesia Timur, negara Jawa Timur,
dan sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka terjadilah agresi
Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2 pada tahun 1948. Dan ini
mengakibatkan diadakannya KMB yang melahirkan negara Republik Indonesia
Serikat. Sehingga UUD yang seharusnya berlaku untuk seluruh negara
Indonesia itu, hanya berlaku untuk negara Republik Indonesia Serikat saja.

7
3. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
(Penetapan Undang-Undang Dasar Sementara 1950)
Periode federal3 dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat
1949 merupakan perubahan sementara, karena sesungguhnya bangsa Indonesia
sejak 17 Agustus 1945 menghendaki sifat kesatuan, maka negara Republik
Indonesia Serikat tidak bertahan lama karena terjadinya penggabungan dengan
Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan wibawa dari pemerintah Republik
Indonesia Serikat menjadi berkurang, akhirnya dicapailah kata sepakat untuk
mendirikan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagi negara
kesatuan yang akan didirikan jelas perlu adanya suatu undang-undang dasar
yang baru dan untuk itu dibentuklah suatu panitia bersama yang menyusun
suatu rancangan undang-undang dasar yang kemudian disahkan pada tanggal
12 Agustus 1950 oleh badan pekerja komite nasional pusat dan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dan senat Republik Indonesia Serikat pada tanggal 14
Agustus 1950 dan berlakulah undang-undang dasar baru itu pada tanggal 17
Agustus 1950.
4. Periode 5 Juli 1959 – sekarang
(Penetapan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945)
Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali Undang-Undang
Dasar 1945. Dan perubahan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde
Lama pada masa 1959-1965 menjadi Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara Orde Baru. Perubahan itu dilakukan karena Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama dianggap kurang
mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan
konsekuen.

3
Berpemerintahan sipil yang beberapa negara bagian membentuk kesatuan dan setiap negara
bagian memiliki kebebasan dalam mengurus persoalan di dalam negerinya

8
D. PERUBAHAN KONSTITUSI DI INDONESIA
• Masa Orde Lama (5 Juli 1959-1966)
Karena situasi politik pada sidang konstituante 1959 banyak tarik
ulur kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru,
maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit
presiden yang salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai
undang-undang dasar, menggantikan UUDS 1950 yang berlaku pada saat
itu.

Sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959, negara Indonesia berdasarkan


UUD 1945. Masa ini disebut masa Orde Lama, banyak pula terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan. Sistem penmntahan
dijalankan tidak sesuai dengan UUD 1945.Penyimpangan-penyimpangan
itu ialah diantaranya:

▪ Presiden mengangkat ketua dan wakil ketua DPR, MPR, dan MA


serta wakil ketua DPA menjadi wakil Negara.
▪ MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup.
▪ Presiden mengeluarkan produk hukum yang setingkat undang-
undang tanpa persetujuan DPR
▪ Presiden membubarkan DPR hasil pemilu karena berselisih dengan
pemerintah mengenai RAPBN untuk tahun 1961. Dan pada saat itu,
DPR menolak mengesahkan RAPBN tersebut. Kemudian Presiden
membentuk DPRGR (DPR Gotong Royong) melalui penpres no.4
tahun 1960 sebagai ganti dari DPR yang dibubarkan sejak 5 Maret
1960. Komposisi keanggotaan DPRGR tidak didasarkan atas
pertimbangan kekuatan partai yang dihasilkan pemilu tetapi diatur
sedemikian rupa oleh presiden.

Masa orde lama berakhir dengan adanya pemberontakan G30SPKI


dan rakyat menuntut perbaikan-perbaikan dalam penyelenggaraan negara
yang otoriter karena pada masa ini dipaksakan doktrin seolah-olah negara
dalam keadaan revolusi dan presiden sebagai kepala negara otomatis
menjadi pimpinan besar revolusi, sehingga dengan hal-hal diatas lahirlah

9
TRITURA (Tiga Tuntutan Rakyat). Dalam keadaan kacau itu presiden
Soekarno mengeluarkan surat perintah 11 Maret atau Supersemar kepada
Letjen Soeharto berdasarkan surat perintah itu Letjen Soeharto atas nama
Presiden/ Panglima Tertinggi ABRI/ Mandataris MPRS menandatangi
Keputusan Presiden No, 113/ 1966 tertanggal 12 Maret 1966 yang
menyatakan pembubaran PKI.

Untuk mengakhiri kemelut politik tersebut, pada tanggal 7-12 Maret


1967 diselenggarakan sidang istimewa MPRS dengan tema utama mengenai
pertanggungjawaban presiden selaku mandataris4 MPRS. Dalam sidang itu
MPRS menilai presiden Soekarno tidak dapat memenuhi
pertanggungjawaban konstitusionalnya selaku mandataris MPRS, khusunya
yang menyangkut kebijakan menghadapi G30S. Oleh karena itu, MPRS
mengeluarkan ketetapan No. XXXIII/MPRS/1967 tentang pencabutan
kekuasaan pemerintah negara dari Presiden Soekarno dan mengangkat
Jendral Soeharto sebagai pejabat presiden hingga dipilihnya presiden oleh
MPRS hasil pemilu. Selanjutnya, dalam sidang umum V MPRS tanggal 21
Maret 1968, Soeharto diangkat menjadi presiden RI untuk masa 5 tahun
(1968-1973).

• Masa Orde Baru (11 Maret 1966-21 Mei 1998)

Setelah orde lama runtuh, pemerintah baru terbentuk yang diberi


nama Orde Baru. Pada masa ini pemeritah menyatakan dan bertekad akan
menjalankan UUD 1945 Dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Dalam
upaya untuk mewujudkan hal itu pemerintah Soeharto mengadakan
pemilihan umum pada tahun 1 Badan Permusyawaratan / Perwakilan rakyat.

Pada masa Orde Baru, selain kekuasaan eksekutif, kekuasaan


legislatif dan yudikatif juga berada di bawah presiden. Pembangunan di
segala bidang dengan prioritas pertumbuhan ekonomi malah menghasilkan
ketidak merataan pendapatan. Ada segelintir orang yang menguasai dua per
tiga GNP Indonesia sehingga semakin dalam jurang pemisah antara si

10
miskin dan si kaya. Sementara itu pihak lain yaitu pemerintah dan penguasa
menjalin kerjasama yang menguntungkan pribadi dan keluarga pejabat.

Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang
sangat “sakral”, diantara melalui sejumlah peraturan: Ketetapan MPR No:
I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk
mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan
perubahan terhadapnya. Ketetapan MPR No : IV/MPR/1983 tentang
Referendum5 yang antara lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak
mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus meminta pendapat rakyat
melalui referendum. Undang-undang No 5 tahun 1985 tentang Referendum,
yang merupakan pelaksanaan TAP MPR No.IV/MPR/1983.

Krisis moneter tahun 1997 berdampak pula terhadap kehidupan


sosial dan politik sehingga terjadi krisis kepercayaan dan krisis politik. Pada
awal tahun 1998 keadaan negara semakin tidak menentu dan krisis ekonomi
tidak ditemui titik terang penyelesaiaannya. Akibatnya aksi mahasiswapun
menjadi semakin marak menuntut pengunduran diri presiden Soeharto
hingga terjadilah peristiwa trisakti. Dan pada 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB
di gedung istanta merdeka, presiden soehaarto menyatakan mengundurkan
diri dari jabatan presiden. Dengan demikian berakhirlah masa kekuasaan
Orde Baru selama tiga puluh dua tahun.
• Masa Reformasi
Setelah Soeharto turun, BJ Habibie naik menjadi presiden. Karena
dianggap hanya sebagai tokoh transisi, ia dapat berusaha mengurusi transisi
itu sebagai tugas yang istimewa sehingga perannya dikatakan berhasil.
Prakarsa awalnya, adalah mewujudkan reformasi politik. Setelah berunding
bersama MPR dan DPR saat itu hasilnya adalah Sidang Istimewa MPR pada
Desember 1998. Sidang itu antara lain menghasilkan keputusan memberi
mandat pada presiden untuk menyelenggarakan Pemilu pada tahun 1999.

11
Partai-partai baru mulai bermunculan untuk memperebutkan kursi
DPR dalam pemilu 1999 tersebut yang diikuti oleh 48 parati. Pemilu 1999
adalah pemilu paling demokratis bila di bandinngkan pemilu-pemilu jaman
ORBA. Sidang MPR pasca pemilu 1999 pemilih presiden KH.
Abdurrahman Wahid dan wakil presiden megawati Soekarno Putri.

Pada era reformasi ini gagasan untuk melakukan amandemen atas


UUD 1945 semakin menguat karena adanya tuntutan dari mahasiswa untuk
mengamandemen UUD 1945, bahkan beberapa partai politik
mencantumkan ”amandemen” di dalam program perjuangan dan platform
politiknya. Tidak sedikit pula pakar hukum tata negara, dan politik yang
menimpakan kesalahan kepada UUD 1945 berkenaan dengan krisis
nasional yang kini sedang menimpa bangsa Indonesia. Di antara mereka
bahkan ada yang mengusulkan dilakukannnya perbaikan total atas
konstitusi dengan mengubah UUD 1945 dan bukan hanya dengan
amandemen yang sifatnya tambal sulam saja.

Alasan pada masa reformasi menuntut dilakukannya amandemen


atau perubahan terhadap UUD 1945 antara lain :

▪ Fundamen ketatanegaraan yang dibangun dalam UUD 1945


bukanlah bangunan yang demokratis.
▪ Pada masa ORBA, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada
kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar
pada presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu “luwes” (sehingga
dapat menimbulkan multitafsir) serta kenyataan perumusan UUD
1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup
didukung ketentuan konstitusi. Tujuan perubahan UUD waktu itu
adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara,
kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaaan, eksistensi negara
demokrasi dan negara hukum.

12
▪ Hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi6 dan kebutuhan
bangsa.
▪ Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh
diubah kini telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan
perubahan terhadap UUD 1945 itu pada hakekatnya merupakan
tuntutan bagi adanya penetapan ulang terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai
upaya memulai ”kontrak sosial” baru antara warga negara dengan
negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan
dalam sebuah peraturan dasar yaitu sebuah konstitusi.

Terkait dengan pelaksanaan UUD 1945, ada hal yang sangat penting
dalam sidang MPR 1999 tersebut. Kesepakatam politik seluruh anggota MPR
untuk mengamandemen secara bertahap pasal-pasal di dalam UUD 1945 agar
lebih klengkap, lebih jelas ( tidak multi interpretable)dan sesuai dengan
dinamika masyarakat serta perkembangan jaman. Sedangkan pembukaan
UUD 1945 dan konsep negara kesatuan sebagaimana termaktub di dalam
pasal 1 ayat 1 tidak akan diubah. Sistem dan Bentuk Perubahan Konstitusi
periode diberlakukannya UUD’45 sampai Amandemen.

Perubahan, tambahan dan penyempurnaan UUD 1945 dapat


dilaksanakan melalui pasal 37 UUD 1945 yaitu oleh MPR berdsarkan
ketentuan tersebut itu pula, maka yang dapat dilakukan oleh MPR
berdasarkan haknya sebagaimana ditentukan dalam pasal 37 UUD 1945
adalah merubah, menambah, atau menyempurnakan UUD 1945. Sejak
berlakunya lagi UUD 1945 berdasarkan dekrit presiden 5 Juli 1959,
ternyatalah bahwa UUD’45 tersebut tidak dilaksanakan secara murni dan
konsekuen sehingga banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan, antara lain
banyak lembaga-lembaga negara sebagaimana di kehendaki UUD’45 masih
bersifat sementara, juga lembaga-lembaga tersebut belum atau tidak berfungsi
sebagaimana di tentukan dalam UUD.

13
E. JENIS JENIS KONSTITUSI
Konstitusi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
▪ Konstitusi tertulis, yakni suatu naskah yang menjabarkan (menjelaskan)
sebuah kerangka dan tugas-tugas pokok dari suatu badan-badan
pemerintahan serta untuk menentukan cara kerja dari suatu badan-badan
pemerintahan tersebut. Konstitusi tertulis ini dikenal dengan sebutan
undang-undang dasar.
▪ Konstitusi tidak tertulis, yakni sebuah aturan yang tidak tertulis yang
ada dan dipelihara dalam suatu praktik penyelenggaraan negara di suatu
negara. Konstitusi tidak tertulis ini dikenal dengan sebutan konvensi.
a. Sifat Konstitusi
• Merupakan hukum yang mengikat, pemerintah sebagai sebuah
penyelenggara negara, maupun rakyat sebagai warga negara
Yang berisi norma-norma, aturan/ketentuan-ketentuan yang
bisa dan harus dilaksanakan.
• Merupakan suatu Perundang-undangan yang tertinggi dan
mempunyai fungsi sebagai sebuah alat kontrol terhadap norma-
norma hukum yang lebih rendah.
• Memuat aturan-aturan pokok yang bersifat singkat dan supel
serta memuat suatu hak asasi manusia, sehingga dapat
memenuhi tuntunan zaman.

b. Nilai-Nilai Konstitusi
1. Nilai normative
yaitu suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu negara, dan
bagi negara atau suatu bangsa konstitusi ini tidak berlaku hanya
dalam arti hukum (legal), namun juga kekuatan nyata di
masyarakat dalam arti berlaku efektif dan dilakukan secara ketat
dan konsisten.
2. Nilai nominal

14
yaitu suatu konstitusional menurut hukum yang berlaku, namun
tidak sempurna. Dalam ketidak sempurnaan yang disebabkan
pasal tertentu tidak berlaku / tidak seluruh pasal yang terdapat
dalam sebuah konstitusi berlaku untuk seluruh wilayah negara.
3. Nilai semantic
merupakan suatu konstitusi yang berlaku sebagai suatu
kepentingan penguasa. Kekuatan memobilisasi, penguasa
menggunakan konstitusi sebagai alat dalam pelaksanaan
kekuasaan politik.
c. Unsur-Unsur Konstitusi
Unsur-unsur yang harus dimuat di dalam sebuah konstitusi menurut
pendapat Lohman adalah:
▪ Konstitusi sebagai suatu perwujudan kontak sosial, yaitu
merupakan suatu perjanjian dari sebuah kesepakatan antara
warga negara dengan pemerintah.
▪ Konstitusi sebagai dalam penjamin hak asasi manusia, yaitu
ialah dalam penentu hak dan kewajiban warga negara dan
sebuah badan-badan pemerintah.
▪ Konstitusi sebagai forma regiments, yakni sebuah kerangka
pembangunan pemerintah.

F. TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA


Sebagaimana dalam penjelasan konstitusi atau UUD 1945 bahwa
Indonesia adalah negara yang berdasar hukum, tidak berdasar atas kekuasaan
belaka. Konsep hukum mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
▪ Adanya perlindungan terhadap HAM
▪ Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga negara
untuk menjamin perlindungan HAM
▪ Pemerintahan berdasarkan peraturan
▪ Adanya peradilan Administrasi

15
Dalam kaitan dengan negara hukum tersebut, tertib hukum yang
berbentuk adanya tata urutan perundang-undangan menjadi suatu kemestian
dalam penyelenggaraan negara atau pemerintahan.
Di awal tahun 1966, melalui ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966
Lampiran 2, disebutkan bahwa hierarki peraturan perundang-undangan
Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang Dasar 1945
b. Ketetapan MPR
c. Undang-undang atau peraturan pemerintah pengganti Undang-undang
d. Peraturan pemerintah
e. Keputusan presiden
f. Peraturan-peraturan pelaksananya
g. Peraturan Menteri
h. Instruksi Menteri\
i. Dan lain-lainnya

Selanjutnya berdasarkan ketetapan MPR No.III Tahun 2000, tata


urutan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia adalah
sebagai berikut:

a. Undang-undang Dasar 1945


b. Ketetapan MPR
c. Undang-undang
d. Peraturan pemerintah pengganti undang-undang
e. Peraturan pemerintah
f. Keputusan Presiden
g. Peraturan daerah

Penyempurnaan terhadap tata perundang-undangan Indonesia terjadi


kembali pada tanggal 24 Mei 2004 ketika DPR menyetujui RUU
pembentukan peraturan perundang-undangan (PPP) menjadi undang-
undang. Dalam UU No. 10 tahun 2004 tentang PPP, yang berlaku secara
resmi pada bulan November 2004. Keberadaan undang-undang ini sekaligus

16
menggantikan pengaturan tentang tata urutan perundang-undangan yang
ada dalam ketetapan MPR No. III Tahun 2000 sebagaimana tercantum di
atas. Tata urutan perundang-undangan dalam UU PPP ini sebagaimana
diatur dalam pasal 7 adalah sebagai berikut:

a. Undang-undang dasar 1945


b. Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-
undang
c. Peraturan pemerintah
d. Peraturan presiden
e. Peraturan daerah, yang meliputi:
• Peraturan daerah provinsi
• Peraturan daerah kabupaten/kota
• Peraturan desa

G. PROSES PEMBENTUKAN UNDANG UNDANG


Undang-undang (UU) adalah bentuk yang disebut peraturan perundang-
undangan. Dalam hirarki peraturan perundang-undangan di Indonesia, undang-
undang ini menempati urutan ketiga setelah UU MPR. Undang-undang
merupakan produk hukum hasil kerja sama DPR dan Presiden, dan beberapa
undang-undang melibatkan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Singkatnya,
proses dan tahapan pembentukan undang-undang dibagi menjadi lima tahap,
yaitu perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan, dan perumusan.
Disebut produk hukum yang terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Presiden dan, untuk beberapa undang-undang, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPD). Secara garis besar, proses pembentukan undang-undang dibagi
menjadi 5 (lima) tahap, yaitu perencanaan, penyusunan, pembahasan,
pengesahan, dan pengesahan.
Setiap tahapan pembuatan hukum adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan adalah tahap dimana DPR dan Presiden (serta DPD terkait
RUU tertentu) menyusun daftar RUU yang akan disusun ke depan.
Proses ini umumnya kenal dengan istilah penyusunan Program Legislasi

17
Nasional (Prolegnas). Hasil pembahasan tersebut kemudian dituangkan
dalam Keputusan DPR.
Ada dua jenis Prolegnas, yakni yang disusun untuk jangka waktu 5
tahun (Prolegnas Jangka Menengah/ProlegJM) dan tahunan (Prolegnas
Prioritas Tahunan/ProlegPT). Sebelum sebuah RUU dapat masuk dalam
Prolegnas tahunan, DPR dan/Pemerintah sudah harus menyusun terlebih
dahulu Naskah Akademik dan RUU tersebut.
2. Penyusunan
Setelah inisiatif diusulkan, RUU disusun dengan mengacu pada prinsip-
prinsip hukum yang berlaku, informasi terbaru, dan kepentingan publik.
Penyusunan dilakukan oleh tim ahli yang terdiri dari staf pemerintah,
anggota parlemen, atau pakar hukum.
3. Pembahasan
RUU dibahas oleh badan legislatif yang terdiri dari anggota parlemen
yang dipilih oleh rakyat. Pembahasan ini biasanya melibatkan debat,
amendemen, dan pemungutan suara di antara anggota badan legislatif.
4. Komite
RUU dirujuk ke komite khusus untuk dipelajari secara lebih mendalam.
Komite ini biasanya terdiri dari beberapa anggota badan legislatif yang
memiliki keahlian atau kepentingan khusus dalam masalah yang dibahas
oleh RUU.
5. Pembacaan
Setelah pembahasan selesai, RUU akan dibacakan secara terperinci dan
dijelaskan ke publik. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa RUU
tidak hanya dipahami oleh anggota badan legislatif, tetapi juga oleh
masyarakat umum.
6. Pemungutan suara
RUU dipungut suara untuk disetujui atau ditolak oleh badan legislatif.
Jika disetujui, RUU akan dikirim ke pemerintah atau kepala negara
untuk ditandatangani menjadi undang-undang.
7. Pengesahan

18
Jika RUU disetujui oleh pemerintah atau kepala negara, maka RUU
akan ditandatangani menjadi undang-undang dan diterapkan. Namun,
dalam beberapa negara, undang-undang dapat diperiksa oleh pengadilan
atau lembaga lainnya sebelum diterapkan secara resmi.
8. Pelaksanaan
Setelah diundangkan, undang-undang harus diterapkan dan
dilaksanakan secara efektif. Pemerintah dan aparat hukum bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa undang-undang diterapkan sesuai
dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku dan kepentingan publik.
9. Evaluasi
Undang-undang harus dievaluasi secara berkala untuk mengevaluasi
efektivitas dan relevansinya terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan
politik negara. Jika diperlukan, undang-undang dapat direvisi atau
dicabut

H. KASUS YANG TERLIBAT DALAM KOSNTITUSI DAN TATA


PERUNDANGAN DI INDONESIA
Contoh kasus mengenai konstitusi dan tata perundangan adalah masalah
perdebatan mengenai UU Cipta Kerja yang dianggap kontroversial di Indonesia.
UU Cipta Kerja adalah undang-undang yang bertujuan untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan mereformasi beberapa aspek penting
dalam hukum ketenagakerjaan, perizinan, dan investasi.
Beberapa permasalahan utama yang dihadapi dalam konteks ini adalah:
▪ Kasus penolakan UU Omnibus Law
Undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja menjadi kontroversial di
Indonesia, Undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja menjadi
kontroversial di Indonesia karena dianggap merugikan hak-hak
buruh dan lingkungan hidup. Beberapa kelompok masyarakat
bahkan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi untuk
membatalkan UU Omnibus Law ini karena dianggap bertentangan
dengan konstitusi dan hak asasi manusia.

19
▪ Kasus pelanggaran hak asasi manusia di Papua
Konflik yang terjadi di Papua dalam beberapa tahun terakhir
menyebabkan banyak pelanggaran hak asasi manusia, termasuk
penangkapan, penahanan, penyiksaan, dan pembunuhan terhadap
penduduk Papua. Permasalahan utama dalam kasus ini adalah
perlindungan hak asasi manusia dan keterlibatan pemerintah dalam
menyelesaikan konflik Papua.
▪ Kasus penangkapan dan penahanan terhadap aktivis
Papua
Beberapa aktivis Papua ditangkap dan ditahan oleh aparat
keamanan Indonesia atas tuduhan makar dan kegiatan yang
bertentangan dengan konstitusi. Permasalahan utama dalam
kasus ini adalah dugaan pelanggaran hak asasi manusia,
kebebasan berekspresi dan mendapatkan keadilan.
I. PERAN MAHKAMAH KONSTITUSI
Mahkamah Konstitusi adalah lembaga pengadilan tertinggi di Indonesia yang
memiliki kewenangan untuk memutuskan sengketa yang berkaitan dengan konstitusi.
Mahkamah Konstitusi juga memiliki kewenangan untuk menguji undang-undang
terhadap konstitusi. Keberadaan Mahkamah Konstitusi sangat penting untuk menjaga
kestabilan dan kepastian hukum di Indonesia. Keputusan-keputusan Mahkamah
Konstitusi memiliki kekuatan hukum yang mengikat semua pihak, termasuk
pemerintah dan rakyat Indonesia.

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konstitusi merupakan seperangkat aturan kehidupan bernegara yang
mengatur hak dan kewajiban warga negara dan negara. Konstitusi negara biasa
disebut dengan Undang-Undang Dasar(UUD)
Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wenang
pemerintah, menjaminhak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan
kekuasaan yang bertahap.
Fungsi konstitusi adalah sebagai dokumen nasional dan alat untuk
membentuk sistem politik dan sistem hukum Negara.

B. Kritik dan Saran


Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang ikut andil dalam penulisan makalah ini. Tak lupa
kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun selalu kami tunggu
dan kami perhatikan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairul, Konstitusi dan kelembagaan Negara, Jakarta: CV. Novindo


Pustaka Mandiri, 1999

Daud, abu Busro dan Abubakar Busro, Asas-asas Hukum Tata Negara, Jakarta :
Ghalia Indonesia, 1983

Huda, Ni’matul, Hukum Tata Negara: Kajian Teoritis dan Yuridis Terhadap
Konstitusi Indonesia, Yogyakarta: Gama Media,1999

Kansil, C.S.T.,et.al., Konstitusi-Konstitusi Indonesia Tahun 1945-2000, Jakarta :


Sinar Harapan, 2001

22

Anda mungkin juga menyukai