Anda di halaman 1dari 37

KELOMPOK V

BAHASA INDONESIA
KELAS 1-R0 SELASA, JAM 16.30 – 18.10
“EBI, TANDA BACA & PENGGUNAAN KATA DENGAN
BAIK DAN BENAR DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH”

DISUSUN OLEH :
AGATHA PRATIWI (19021019)
ALEXANDRA AMADEA CHRISTIE (19021062)
JULIA NATHASIA (19022001P)
KADEK FITRIANI (19021051)
LAURENSIA (20021038)
NI MADE MELANIA (19021073)
NI PUTU CRISTINA A. P. (20021057)
SAYU MADE RATNA SARI (20021050)

PRODI : EKONOMI AKUNTANSI


KELOMPOK V
BAHASA INDONESIA
KELAS 1-R0 SELASA, JAM 16.30 – 18.10
“EBI, TANDA BACA & PENGGUNAAN KATA DENGAN
BAIK DAN BENAR DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH”

DISUSUN OLEH :
AGATHA PRATIWI (19021019)
ALEXANDRA AMADEA CHRISTIE (19021062)
JULIA NATHASIA (19022001P)
KADEK FITRIANI (19021051)
LAURENSIA (20021038)
NI MADE MELANIA (19021073)
NI PUTU CRISTINA A. P. (20021057)
SAYU MADE RATNA SARI (20021050)

PRODI : EKONOMI AKUNTANSI

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan
petunjuk dan kemudahan dalam menyelesaikan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia sesuai dengan waktunya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan berwujud tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang membantu penulis dalam pembuatan laporan ini. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan ucapan Terima Kasih kepada yang terhormat Ibu Lisa Damayanti,
S.Pd, M.Pd. sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kami sebagai penulis juga menyadari akan banyaknya kekurangan yang ada dalam
makalah ini. Dan karya ini sangat jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat menyempurnakan agar dapat membuat karya ilmiah ini lebih
baik dari sebelumnya.

Demikian kata pengantar ini penulis buat, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat
dan dapat menambah pengetahuan, khususnya bagi diri pribadi penulis sendiri dan pembaca
pada umumnya.

Lampung, Maret 2021

Penulis
ii
DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR
...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.
1.1 Latar
Belakang ....................................................................................................................1
1.2 Tujuan ................................................................................................................................2

BAB II ISI.
2.1 Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
2.1.1 Pengertian Ejaan Bahasa Indonesia
(EBI) .................................................................3
2.1.2 Perbedaan EBI dengan
EYD ......................................................................................3
2.1.3 Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
(EBI) ......................................................................5
2.1.4 Pemakaian
Huruf .......................................................................................................5
2.1.5 Penulisan
Kata ...........................................................................................................7
2.2 Tanda Baca
2.2.1 Pengertian Tanda
Baca ............................................................................................16
2.2.2 Jenis-jenis dan Aturan Penggunaan Tanda
Baca ......................................................16
2.3 Bentuk Kata Baku dan Tidak Baku
2.3.1 Pengertian Kata Baku dan Tidak
Baku .....................................................................22
2.3.2 Ciri-ciri Kata Baku dan Tidak
Baku .........................................................................23
2.3.3 Fungsi Kata
Baku .....................................................................................................23
2.3.4 Penggunaan Kata
Baku ............................................................................................24
2.3.5 Contoh Kata Baku dan Tidak
Baku ..........................................................................24
2.4 Ketetapan Kesesuaian Kata
2.4.1 Pengertian ................................................................................................................2
5
2.4.2 Ketepatan Kata ........................................................................................................25
2.4.3 Kesesuaian Kata ......................................................................................................26
2.4.4 Bahasa Standard dan
Substandar .............................................................................27
iii
2.4.5 Kata Ilmiah dan Kata
Populer ..................................................................................27
2.4.6 Jargon ......................................................................................................................28
2.4.7 Kata
Percakapan ......................................................................................................28
2.4.8 Kata Slang ...............................................................................................................28
2.4.9 Idiom .......................................................................................................................28
2.4.10 Kata
Artifisial ........................................................................................................29

BAB III PENUTUP.


3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................30
3.2
Saran ..................................................................................................................................30

DAFTAR
PUSTAKA ..............................................................................................................31
iv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam sejarahnya, bahasa Indonesia dapat dikatakan mengadopsi struktur bahasa Melayu
yang merupakan lingual franca (bahasa penghubung) yang sering digunakan dalam dunia
perdagangan nusantara sejak zaman dulu.
Dalam perkembangannya saat ini, apalagi didunia yang telah memasuki zaman
globalisasi, penggunaan bahasa banyak dipengaruhi oleh bahasa asing. Bahasa asing yang
digunakan kemudian diserap kedalam bahasa Indonesia sehingga lazim digunakan oleh
masyarakat Indonesia. Selain menyerap bahasa asing, ditemukan juga bahasa tidak baku yang
sering dipakai dalam percakapan sehari-hari, sehingga dalam penulisan pun banyak terjadi
kesalahan. Maka, diperlukannya suatu acuan dalam berbahasa Indonesia.
Dalam hal ini, Ejaan Bahasa Indonesia dijadikan sebagai acuan dalam pembelajaran
bahasa Indonesia yang tepat. Karena dalam Ejaan Bahasa Indonesia terdapat berbagai macam
teknis penulisan atau penempatan kata dan berbagai tanda baca serta lainnya (pedoman
umum) yang dapat membantu dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Pelajaran Bahasa Indonesia sebenarnya sudah diajarkan sejak dari Sekolah Dasar (SD)
sampai ke perguruan tinggi. Tetapi kesalahan ini masih sering terjadi, bahkan berulang-ulang
kali. Ketidak-pahaman terhadap tata bahasa Indonesia lah yang mengakibatkan orang-orang
sering melanggar aturan resmi yang telah dibuat pemerintah tentang tata bahasa Indonesia.
Yang mengkhawatirkan ialah ketika aturan ini terlalu sering diacuhkan o!eh masyarakat
Indonesia, karena salah satu dampak negatifnya ialah hal ini akan dianggap lazim o!
eh masyarakat Indonesia terlebih lagi o!eh anak-cucu yang akan menjadi penerus negeri ini,
karena akan mempersulit masyarakat dalam berkomunikasi.
Maka dari itu dalam makalah ini, penulis akan memaparkan bagaimana tata bahasa yang
benar tentang kata serapan dan tanda-tanda baca, sehingga kita memahami dan dapat
menerapkan aturan berbahasa yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari terlebih
dalam acara-acara resmi.

1
1.2 Tujuan
1) Menjelaskan pengertian Ejaan Bahasa Indonesia
2) Menjelaskan jenis-jenis tanda baca
3) Mengetahui penggunaan kata dalam penulisan karya ilmiah
2

BAB II
ISI

2.1 Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)


2.1.1 Pengertian Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
Ejaan Bahasa Indonesia (disingkat EBI) adalah ejaan bahasa Indonesia yang
berlaku sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia. Ejaan ini menggantikan Ejaan yang Disempurnakan (disingkat EYD).

2.1.2 Perbedaan EBI dengan EYD


1) Penambahan Huruf Vokal Diftong.
Pada EYD, huruf diftong hanya tiga yaitu ai, au, oi, sedangkan pada EBI, huruf
diftong ditambah satu yaitu ei (misalnya pada kata geiser dan survei). Kini ada
empat diftong dalam bahasa Indonesia, yaitu ai, au, ei, dan oi.
Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan
gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi.

2) Penambahan Huruf Tebal.


Dalam EYD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu menuliskan judul buku, bab, dan
semacamnya, mengkhususkan huruf, serta menulis lema atau sublema dalam
kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga dihapus.
Penggunaan huruf tebal ini belum diatur pada ejaan bahasa Indonesia
sebelumnya. Pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), huruf tebal
ini dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang ditulis miring serta untuk
menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab.
3
3) Penggunaan Huruf Kapital.
Perbedaan PUEBI dengan EYD yang terakhir terletak pada huruf kapital. Pada
ejaan bahasa Indonesia sebelumnya tidak diatur bahwa unsur julukan ditulis
dengan awal huruf kapital. Kini, aturan tersebut terdapat pada PUEBI.
Sejumlah kata baru dalam PUEBI antara lain :
1) Gawai = gadget
2) Swafoto = selfie
3) Laman = website
4) Pos-el/surel = surat elektronik, email, electronic-mail
5) Tetikus = mouse
6) Warganet = netizen, internet citizen
7) Narahubung = contact person (CP)
8) Salin rekat = copy paste (copas)
9) Luring = offline
10) Daring = online

Menurut Kepala Bidang Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan


Bahasa Indonesia, Mustakim, perubahan nama EYD menjadi PUEBI ini dilakukan
karena banyaknya kritikan yang muncul di masyarakat dengan pemakaian nama EYD.
“Banyak kritikan dari masyarakat, soalnya Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
tidak sempurna-sempurna,” ujarnya dikutip Okezone.
Perubahan sistem ejaan bahasa Indonesia sudah terjadi beberapa kali. Pada 1947,
bahasa Indonesia menggunakan sistem Ejaan Soewandi, kemudian sistem Ejaan Melindo
pada 1959, dan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada 1972, serta PUEBI sejak 2015.

4
2.1.3 Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
Sampai saat ini dalam bahasa Indonesia telah dikenal tiga nama ejaan yang pernah
berlaku. Ketiga ejaan yang pernah ada dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1) Ejaan Van Ophuysen
Ejaan ini ditetapkan pada tahun 1901 yaitu ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin.
Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan
Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
2) Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, ejaan Van Ophuijsen mengalami
beberapa perubahan.Keinginan untuk menyempurnakan ejaan Van Ophuijsen
terdengar dalam Kongres Bahasa Indonesia I, tahun 1938 di Solo.
3) Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)
Usaha penyempurnaan ejaan terus dilakukan, termasuk bekerja sama dengan
Malaysia dengan rumpun bahasa Melayunya pada Desember 1959. Dari kerjasama
ini, terbentuklah Ejaan Melindo yang diharapkan pemakaiannya berlaku di kedua
negara paling lambat bulan Januari 1962. Namun, perkembangan hubungan politik
yang kurang baik antar dua negara pada saat itu, ejaan ini kembali gagal
diberlakukan.

2.1.4 Pemakaian Huruf Ejaan Bahasa Indonesia


a) Abjad
Jenis huruf dan nama yang digunakan dalam sistem EYD ialah sebagai berikut :

5
EYD menggunakan 26 huruf dan setiap huruf melambangkan fonem tertentu ke 26 huruf
ini dapat digolongkan ke dalam dua bagian yaitu vocal dan konsonan.

b) Vokal
b) Konsonan

2.1.5 Penulisan Kata


A. Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Kantor pajak penuh sesak.
Saya pergi ke sekolah.
Buku itu sangat tebal.

B. Kata Berimbuhan
1) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran)
ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
berjalan
berkelanjutan
mempermudah
gemetar
lukisan
kemauan
perbaikan
Catatan:
Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau -wi,
ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
sukuisme
seniman
kamerawan
gerejawi
2) Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Misalnya :
antarkota infrastruktur transmigrasi
antibiotik mancanegara swadaya
biokimia multilateral tritunggal
ekstrakurikuler prasejarah tunakarya
7
Catatan:
(1) Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau
singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
pro-Barat
non-ASEAN
anti-PKI
(2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau
sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau
sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.

C. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) diantara unsur-
unsurnya.
Misalnya :
Anak-anak Cumi-cumi
Mondar-mandir Kupu-kupu
Lauk-pauk Kura-kura
Sayur-mayur Hati-hati
Ramah-tamah Terus-menerus

8
D. Gabungan Kata
1) Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, ditulis terpisah.
Misalnya :
duta besar
kambing hitam
orang tua
meja tulis
cendera mata
2) Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan
membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya :
anak-istri pejabat anak istri-pejabat
ibu-bapak kami ibu bapak-kami

buku-sejarah baru buku sejarah-baru

3) Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika


mendapat awalan atau akhiran.
Misalnya:

bertepuk tangan
garis bawahi
sebar luaskan
4) Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai.
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban

9
5) Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Misalnya:
apalagi
bagaimana
barangkali
beasiswa
belasungkawa
E) Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Di mana dia sekarang?
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita berangkat ke kantor.
Saya pergi ke sana mencarinya.
Ia berasal dari Pulau Penyengat.
Cincin itu terbuat dari emas.

F) Pemenggalan Kata
1) Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya :
bu-ah
ma-in
ni-at
sa-at

10
b. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.
Misalnya :
pan-dai
au-la
sau-da-ra
sur-vei
am-boi

c. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan


huruf konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan
sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya :
ba-pak
la-wan
de-ngan
ke-nyang
mu-ta-khir
mu-sya-wa-rah

d. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya :
Ap-ril
cap-lok
makh-luk
man-di
sang-gup
som-bong
swas-ta

e. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang
masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di
antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.

Misalnya :
ul-tra
in-fra
ben-trok
in-stru-men

11
Catatan:
Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak
dipenggal.
Misalnya :
bang-krut
bang-sa
ba-nyak
ikh-las
kong-res
makh-luk
masy-hur
sang-gup

2) Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar


dan unsur pembentuknya.
Misalnya :
ber-jalan mem-pertanggungjawabkan
mem-bantu memper-tanggungjawabkan
di-ambil mempertanggung-jawabkan
ter-bawa mempertanggungjawab-kan
per-buat me-rasakan
makan-an merasa-kan
letak-kan per-buatan
apa-kah perbuat-an
kekuat-an ke-kuatan
Catatan :
(1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami
perubahan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya :
me-nu-tup pe-no-long
me-ma-kai pe-nye-but
me-nya-pu pe-nge-tik
me-nge-cat pe-nga-rang
pe-mi-kir

(2) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.


Misalnya :
ge-lem-bung
ge-mu-ruh
ge-ri-gi
si-nam-bung
te-lun-juk
12
(3) Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau
akhir baris tidak dilakukan.
Misalnya :
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ….
Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau
mengambil makanan itu.
3) Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu
dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara
unsur-unsur itu. Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Misalnya :
biografi bio-grafi bi-o-gra-fi
biodata bio-data bi-o-da-ta
fotografi foto-grafi fo-to-gra-fi
fotokopi foto-kopi fo-to-ko-pi
kilogram kilo-gram ki-lo-gram
kilometer kilo-meter ki-lo-me-ter

4) Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal
di antara unsur-unsurnya.
Misalnya :
Lagu “Indonesia Raya” digubah oleh Wage Rudolf Supratman.
Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir
Alisjahbana.

5) Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak
dipenggal.
Misalnya :
Ia bekerja di DLLAJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga
Warsita.

G) Partikel
1) Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apakah gunanya bersedih hati?
13
2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya
dengan bijaksana.
Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih
tersedia.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah berkunjung
ke rumahku.
3) Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.
Karyawan itu mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.

H) Singkatan dan Akronim


1) Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan
tanda titik pada setiap unsur singkatan itu.
Misalnya:
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
H. Hamid Haji Hamid
Suman Hs. Suman Hasibuan
W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman
M.B.A. Master of Business Administration
M.Hum. Magister Humaniora
M.Si. Magister Sains
S.E. Sarjana Ekonomi
S.Sos. Sarjana Sosial
S.Kom. Sarjana Komunikasi

14
2) a) Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi,
serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya :
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
UI Universitas Indonesia
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
WHO World Health Organization
b) Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri
ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya :
PT Perseroan Terbatas
SD Sekolah Dasar
KTP Kartu Tanda Penduduk
SIM Surat Izin Mengemudi
NIP Nomor Induk Pegawai
c) Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
hlm. halaman
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
d) Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-
menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
s.d. sampai dengan
e) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
Misalnya :
cm sentimeter
kg kilogram
Rp rupiah
15
2.2 Tanda Baca
2.2.1 Pengertian Tanda Baca
Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahasa tulis agar
kalimat-kalimat yang kita tulis dapat dipahami orang persis seperti yang kita
maksudkan (Chaer, 2006: 71-72).
Menurut Wijayanti (2015: 30) tanda baca adalah tanda yang dipakai dalam sistem
ejaan (seperti titik, koma, titik dua, dan sebagainya). Tanda baca dapat membantu
pembaca untuk memahami makna tulisan dengan tepat. Bayangkan jika tulisan tanpa
tanda baca. Pasti tulisan tersebut membingungkan pembaca.
Tanda baca sangat penting dalam penulisan. Tidak seperti ketika berbicara, lawan
bicara dapat memahami maksud pembicara karena pembicara dapat menggunakan
intonasi, gerak tubuh, atau unsur-unsur nonbahasa lainnya. Bahkan lawan bicara dapar
bertanya langsung kepada pembicara jika kurang memahami tuturannya. Hal ini tidak
terjadi dalam interaksi penulis-pembaca. Oleh karena itulah, penulis perlu menguasai
tanda baca sebagai peranti yang dapat mewakili maksud dan pemikirannya (Wijayanti,
2015: 30).
Sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Telah Disempurnakan (EYD), ada
lima belas tanda baca yang lazim digunakan dalam penulisan, antara lain tanda titik,
tanda koma, tanda titik koma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda tanya,
tanda seru, tanda elipsis, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda kurung, tanda kurung
siku, tanda garis miring, dan tanda penyingkat atau apostrof.

2.2.2 Jenis-jenis dan Aturan Penggunaan Tanda Baca


Sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakah (EYD), tanda baca
terbagi menjadi lima belas jenis (Wijaya, 2012 : 41). Adapun jenis dan aturan
penggunaannya sebagai berikut :
1) Tanda Titik ( . )
a) Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan dan seruan.
b) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau
daftar.
c) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.

16

d) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
e) Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka diantara nama penulis, judul tulisan
yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru dan tempat terbit.
f) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
g) Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan.
h) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
i) Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah dianggap
umum. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih, hanya dipakai satu tanda
titik.
j) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.

2) Tanda Koma ( , )
a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti, tetapi, melainkan.
c) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat, apabila
anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
d) Tanda koma dipakai di belakang ungkapan atau kata penghubung antara kalimat
yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
e) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti, oh, ya, wah, aduh, dan
kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan seperti, Bu, Dik, atau Mas
dari kata lain yang terdapat di dalam sapaan.
f) Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
g) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru.
h) Tanda koma dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat
dan tinggal, nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
17
i) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
j) Tanda koma dipakai di antara tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun
penerbitan.
k) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya, untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
l) Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
m) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
n) Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca/salah pengertian di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

3) Tanda Titik Koma ( ; )


a) Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
b) Tanda titik koma digunakan untuk akhiri pertanyaan perincian dalam kalimat
yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian
terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
c) Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih
apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata
penghubung.

4) Tanda Titik Dua ( : )


a) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap uang diikuti
rangkaian atau pemerian.
b) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
c) Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
d) Tanda titik dua dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, bab dan ayat
dalam kitab suci, judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota dan
penerbit buku acuan dalam karangan.

18
5) Tanda Hubung ( - )
a) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian
baris.
b) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau
akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergatian baris.
c) Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
d) Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf
dalam kata yang dieja satu-satu.
e) Tanda hubung dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan.
f) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan –an, dan singkatan
huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
g) Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.

6) Tanda Pisah ( ‒ )
a) Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat.
b) Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
c) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti
‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.

7) Tanda Tanya ( ? )
a) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
b) Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

8) Tanda Seru ( ! )
a) Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
ataupun emosi yang kuat.
19
9) Tanda Elipsis (...)
a) Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
b) Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah
ada bagian yang dihilangkan.

10) Tanda Petik ( “...” )


a) Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
b) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku
yang dipakai dalam kalimat.
c) Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau
kata yang mempunyai arti khusus.

11) Tanda Petik Tunggal ( ‘... ‘ )


a) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan-petikan yang terdapat di
dalam petikan lain.
b) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
c) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa
daerah atau bahasa asing.

12) Tanda Kurung ( (...) )


a) Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
b) Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian utama kalimat.
c) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di
dalam teks dapat dihilangkan.
d) Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang merinci urutan
keterangan.

20
13) Tanda Kurung Siku ( [...] )
a) Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat, atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
terdapat di dalam naskah asli.
b) Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas
yang sudah bertanda kurung.

14) Tanda Garis Miring (/)


a) Tanda garis miring di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penadaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.

15) Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)


a) Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun.

21
2.3 Bentuk Kata Baku dan Tidak Baku
2.3.1 Pengertian Kata Baku dan Tidak Baku
• Pengertian Kata Baku
Kata baku adalah kata yang digunakan dan telah sesuai dengan kaidah atau
pedoman bahasa yang sudah ditentukan. Pengertian kata baku ini merupakan
suatu kata yang aturan dan ejaan kaidah bahasa Indonesianya sudah benar serta
bersumber dari bahasa baku yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Biasanya, kata baku digunakan untuk penulisan ataupun pengungkapan kata-
kata yang bersifat resmi baik dalam suatu tulisan atau dalam pengungkapan
kata. Umumnya, kata baku digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
yang telah ditentukan sebelumnya.

• Pengertian Kata Tidak Baku


Suatu kata dianggap tidak baku apabila kata yang digunakan tidak sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia. Tidak baku nya sebuah kata tidak hanya
diakibatkan oleh salah penulisan saja, melainkan juga diakibatkan oleh
pengucapan yang salah dan juga karena penyusunan suatu kalimat yang tidak
tepat.
Umumnya, kata tidak baku sering diucapkan atau muncul dalam percakapan
sehari-hari.
Setelah memahami pengertian kata baku, selanjutnya adalah pengertian kata
tidak baku. Pengertian kata tidak baku merupakan kata yang digunakan tidak sesuai
dengan kaidah atau pedoman bahasa yang telah ditentukan. Umumnya, kata tidak
baku sering digunakan dalam percakapan sehari-hari atau dalam bahasa tutur.

22
2.3.2 Ciri-ciri Kata Baku dan Tidak Baku
Ciri-Ciri Kata Baku Ciri-Ciri Kata Tidak Baku
- Kata baku tidak dipengaruhi oleh - Biasanya digunakan dalam
bahasa daerah, bahasa sehari-hari,

- Kata baku tidak dipengaruhi oleh - Sudah dipengaruhi oleh bahasa


bahasa asing, asing atau bahasa daerah,

- Pada pemakaian imbuhan kata - Sudah dipengaruhi oleh


baku ini bersifat eksplisit, perkembangan zaman,

- Baku adalah bahasa percakapan, - Bentuknya mudah berubah-ubah,

- Kata baku digunakan sesuai - Memiliki arti yang sama


dengan konteks kalimat, meskipun terkesan berbeda
dengan bahasa baku.
- Kata baku tidak terkontaminasi
atau tidak rancu,

- Kata baku tidak mengandung arti


pleonasme,

- Kata baku tidak mengandung


hiperkorek.

2.3.3 Fungsi Kata Baku


1) Sebagai Pemersatu
Fungsi penggunaan kata baku bagi masyarakat Indonesia adalah untuk
menghubungkan semua penutur dari berbagai macam bahasa daerah yang
berbeda-beda. Dengan penggunaan kata baku, bahasa baku dapat dijadikan
pemersatu masyarakat-masyarakat daerah menjadi satu bangsa.

23
2) Sebagai Pemberi Kekhasan
Indonesia mengharuskan setiap wilayah daerahnya menggunakan bahasa
baku, yaitu bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Melalui fungsi itu,
maka bahasa baku dapat memperkuat rasa nasionalisme masyarakat daerah
yang bersangkutan.
3) Pembawa Kewibawaan
Bahasa baku juga ikut serta membawa wibawa atau prestise seseorang.
Fungsi pembawa kewibawaan bersangkutan dengan usaha seseorang dalam
mencapai kesederajatan dengan peradaban yang dikagumi melalui
pemerolehan bahasa baku sendiri. Bagi seorang penutur atau pembicara yang
mahir berbahasa Indonesia yang baik dan benar di suatu masyarakat akan
memperoleh wibawa di mata masyarakat tersebut.

2.3.4 Penggunaan Kata Baku


Membuat surat dinas, surat edaran dan surat resmi lainnya.
Membuat laporan.
Membuat karya ilmiah.
Membuat nota dinas.
Membuat surat lamaran pekerjaan.
Saat musyawarah atau diskusi.
Saat berpidato dan rapat dinas.
Surat menyurat antar organisasi, instansi atau lembaga, dan lain sebagainya.

2.3.5 Contoh Kata Baku dan Tidak Baku


a) Contoh Kata Baku :
Aktif, pasif, apotek, efektif, nasihat, karena, foto, biosfer, bus, objek, teknik,
daftar dan lain sebagainya. Contoh kalimatnya: pada hari ini saya akan
makan siang di rumah.
b) Contoh Kata Tidak Baku :
Aktip, pasip, efektip, karna, poto, bis, obyek, tekhnik, nasehat, biosfir, dan
lain sebagainya.
Contoh kalimatnya : Saya akan makan siang di rumah hari ini.

24
2.4 Ketetapan Kesesuaian Tanda Baca
2.4.1 Pengertian
Kerap kali saat berkomunikasi terjadi beda pendapat yang disebabkan
kesalahpahaman. Salah satu faktornya adalah penggunaan dan kesesuaian pilihan
kata/diksi yang tidak tepat.
Lebih dalam lagi, masalah ini dipengaruhi 3 hal yaitu:
1) Pokok persoalan yang dibawakan,
2) Para hadirin yang terlibat dalam komunikasi, dan
3) Diri kita sendiri.
Maka perbedaan ketepatan, dan kesesuaian kata adalah persoalan ketepatan kita
bertanya apakah pilihan kata yang dipakai sudah setepat-tepatnya sehingga tidak akan
menimbulkan interpretasi yang berbeda antara pembicara dan pendengar; sedangkan
kesesuaian kita mempersoalkan apakah pilihan kata dan gaya bahasa yang
dipergunakan tidak merusak suasana atau menyinggung perasaan orang yang hadir.

2.4.2 Ketepatan Kata


Diksi adalah ketetapan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata ini
dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan
mengetahui, memahami, menguasai dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif
yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu
mengkomunikasikan nya secara efektif kapada pembaca dan pendengarnya. Indikator
ketepatan kata ini, antara lain :
1) Menggunakan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai
berdasarkan kaidah bahasa Indonesia.
2) Menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif) tanpa salah penafsiran
atau salah makna.
3) Menghasilkan respon pembaca atau pendengar dengan harapan penulis atau
pembicara.
4) Menghasilkan target komunikasi yang diharapkan.
Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi menurut persyaratan yang
harus dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai
dengan ttuntutan komunikasi.

25
Syarat-syarat ketetapan pilihan kata:
1) Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat, denotasi yaitu kata yang
bermakna lugas dan tidak bermakna ganda, sedangkan konotasi dapat menumbulkan
makna yang bermacam-macam, lazim digunakan dalam pergaulan, untuk tujuan
estetika, dan kesopanan.
2) Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, misalnya: adalah,
ialah, yaitu, merupakan, dalam pemakaiannya berbeda-beda.
3) Membedakan makna kata secara cermat, kata yang mirip ejaannya, misalnya:
inferensi (kesimpulan) dan interferensi (saling mempengaruhi).
4) Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri
5) Menggunakan makna idiomatic berdasarkan susunan yang benar.
6) Menggunakan kata abstrak dan kata kontret secara cermat.

2.4.3 Kesesuaian Kata


Selain ketentuan pemilihan kata itu, pengguna bahasa juga harus memperhatikan
kesesuaian kata agar tidak merusak makna, suasana dan situasi yang hendak
ditimbulkan, atau suasana yang sedang berlangsung.
Tingkat perubahan tiap bahasa tergantung dari berbagai macam faktor: kebutuhan
untuk menyerap teknologi baru yang belum dimiliki, tingkat kontak dengan bangsa-
bangsa lain di dunia, kekayaan budaya asli yang dimiliki penutur bahasanya, dan lain-
lain.
Di samping faktor-faktor tersebut, ada juga unsur bahasa bersyarat yang perlu
dijaga agar tidak merusak suasana. Syarat tersebut ialah :
1) Hindari unsur sub-standar dalam situasi yang formal.
2) Gunakan bahasa ilmiah dalam situasi khusus dan bahasa populer dalam situasi
umum.
3) Hindari jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
4) Hindari pemakaian kata-kata slang.
5) Jangan menggunakan kata percakapan dalam tulisan.
6) Hindari ungkapan usang (idiom yang mati),menggunakan kata berpasangan
(idiomatik) dengan berlawanan makna yang cermat, misalnya: bukan hanya…tapi
hanya (salah), tidak hanya…tetapi juga (benar).
7) Jauhilah bahasa yang artifisial.
26
8) Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah, dan
komunikasi nonilmiah (surat menyurat, diskusi umum), menggunakan kata popular,
misalnya: argumentasi (ilmiah),  pembuktian  (popular).

2.4.4 Bahasa Standard dan Substandar


Bahasa standar adalah semacam dialek kelas dan dapat dibatasi sebagai tutur dari
mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial yang
cukup dalam suatu masyarakat.
Sedangkan bahasa nonstandard adalah bahasa dari mereka yang tidak
memperoleh kedudukan atau pendidikan yang tinggi.
Bahasa standard lebih ekspresif dari bahasa nonstandard. Bahasa nonstandard
biasanya cukup untuk dipergunakan dalam kebutuhan umum. Kata-katanya terbatas
sehingga sukar dipakai dalam menjelaskan berbagai macam gagasan yang kompleks.

2.4.5 Kata Ilmiah dan Kata Populer


Pilihan kata atau diksi yang dihadapi setiap orang bermacam-macam, diantaranya
adalah kata ilmiah dan kata populer. Kata populer adalah kata yang diketahui oleh
semua lapisan masyarakat. Kata ilmiah biasanya digunakan oleh kaum terpelajar,
terutama dalam karya tulis ilmiah, diskusi, dan pertemuan resmi. Perbedaan keduanya
dapat dilihat dalam contoh dibawah ini :

Kata Populer Kata Ilmiah

Sesuai Harmonis

Pecahan Fraksi

Alasan Argumen

Dengan membedakan kata-kata ilmiah dan kata-kata populer, maka setiap pengarang
yang ingin menulis satu topik tertentu harus menetapkan dengan jitu siapakah yang
menjadi sasaran tulisannya.
27
2.4.6 Jargon
Kata jargon mengandung beberapa pengertian. Pertama jargon bermakna satu
bahasa, dialek, atau tutur yang dianggap kurang sopan. Kedua bermakna dialek
hybrid dan lingua franca. Makna ketiga mempunyai ketumpang-tindihan dengan
bahasa ilmiah.

2.4.7 Kata Percakapan


Yang dimaksud dengan kata percakapan di sini adalah kata-kata yang biasa
dipakai dalam percakapan atau pergaulan orang-orang terdidik. Satu bentuk dari bahasa
percakapan adalah singkatan-singkatan, misalnya: dok, prof, kep, masing-masing
untuk dokter, profesor,  dan kapten.

2.4.8 Kata Slang


Kata slang adalah kata nonstandar yang informal yang disusun secara khas, atau
arbitrer atau kata kiasan yang khas, bertenaga atau jenaka agar bahasa itu lebih hidup,
dan asli, biasa digunakan dalam percakapan. Kadangkala kata slang dihasilkan dari
salah ucap yang disengaja, atau pengrusakan kata untuk mengisi bidang makna yang
lain.
Kata-kata slang mengandung 2 kekurangan: pertama, hanya sedikit yang dapat
hidup terus, kebanyakan tidak digunakan lagi bersamaan dengan pergeseran zaman;
kedua, pada umumnya kata slang selalu menimbulkan ketidak-sesuaian.

2.4.9 Idiom
Yang disebut idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-
kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa
diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-
kata yang membentuknya.
Karena idiom-idiom itu bersifat tradisional dan bukan bersifat logis, maka
bentuk-bentuk itu hanya bisa dipelajari dari pengalaman-pengalaman, bukan melalui
peraturan-peraturan umum bahasa.
Contohnya: pahit lidah, panjang lidah, panjang tangan. 

28
2.4.10 Kata Artifisial
Yang dimaksud dengan bahasa artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni.
Bahasa yang artifisial tidak terkandung dalam kata yang digunakan, tetapi dalam
pemakaiannya untuk menyatakan satu maksud.
Contoh:

Artifisial Biasa/nonartifisial

Ia mendengar kepak sayap


Ia mendengar bunyi sayap
kelelawar dan guyuran sisa
kelelawar dan sisa hujan
hujan   dari dedaunan, karena
yang ditiup angin di daun.
angin pada kemuning.

Dalam bahasa umum atau bahasa ilmiah, bahasa artifisial itu tidak perlu dihindari.
Tetapi penulis harus memperhatikan bagaimana dan apa yang ditulis.

29

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan.
Begitu banyak kesalahan yang seringkali kita lakukan tentang penggunaan kata serapan
dan tanda baca baik disengaja maupun tidak disengaja. Maka dengan dibuatnya makalah ini
penyusun berharap kita dapat mengurangi kesalahan-kesalahan yang kita lakukan.

Bangsa Indonesia memang banyak sekali mengambil kata-kata asing ataupun kata
daerah. Salah satu bentuk perkembangan bahasa Indonesia adalah berupa penyerapan kata ke
dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa-bahasa asing pemberi pengaruh. Begitu
juga dengan penggunaan tanda-tanda baca. Karena dengan salahnya penggunaan tanda baca,
maka akan menimbulkan makna ganda dalam kalimat tersebut.

3.2 Saran.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis mengucapkan Terima kasih kepada pihak yang membantu dalam penyusunan
laporan ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya, sekian dan
Terima kasih. 

30

DAFTAR PUSTAKA
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/PUEBI.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Bahasa_Indonesia
https://www.academia.edu/22884743/MAKALH_BAHASA_INDONESIA_TANDA_BACA
https://m.liputan6.com/hot/read/4061383/pengertian-kata-baku-dan-tidak-baku-dilengkapi-
ciri-ciri-dan-contohnya?
utm_source=Mobile&utm_medium=whatsapp&utm_campaign=Share_Hanging
https://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/pesona-puisi/pendayagunaan-kata-dan-kesesuaian-
memilih-kata-dalam-menulis-karya-sastra/

31

Anda mungkin juga menyukai