Makalah ini dibuat sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Manajemen Resiko
Dosen Pengampu : Bp. Hi. Raden Adhi Sampoerno, S.E., M.S.Ak., Akt., C,A.
DISUSUN OLEH :
1) WELY ERIKE (19021030)
2) RISA NOVIANTI (19021042)
3) ALEXANDRA AMADEA CHRISTIE (19021062)
4) GEO VANY EDY PUTRI (19021064)
5) PUTRI BULAN BUMI AJI (21022002P)
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya yang memberikan petunjuk dan kemudahan dalam menyelesaikan makalah guna memenuhi
tugas mata kuliah Manajemen Resiko sesuai dengan waktunya. Di dalam pembahasan makalah ini
bertajuk seperti yang tertera pada cover, dengan ini penulis berfokus dalam materi seperti yang
akan penulis bahas nanti.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan berwujud tanpa bantuan dari berbagai
sumber dari buku pembahasan yang telah penulis ambil dan pihak yang membantu penulis dalam
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan Terima Kasih kepada
yang terhormat Bp. Hi. Raden Adhi Sampoerno, S.E., M.S.Ak., Akt., C,A. selaku dosen pengampu
mata kuliah Manajemen Resiko, serta kepada pihak-pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam
penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kami sebagai penulis juga menyadari akan banyaknya kekurangan yang ada di dalam
makalah ini. Dan karya ini sangat jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan yang memang
itu adalah dari penulis sendiri. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
menyempurnakan agar dapat membuat makalah ini lebih baik dari sebelumnya.
Demikian kata pengantar ini penulis buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah pengetahuan, khususnya bagi diri pribadi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………...…………………….2
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………………………………….2
ii
BAB III PENUTUP.
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………….….26
4.2 Saran ……………………………………………………………....………………...….……26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa pengertian tentang tingkat kesehatan bank?
2) Mengapa tingkat kesehatan bank sangat penting?
3) Bagaimana cara pengukuran tingkat kesehatan bank?
2
BAB II
KERANGKA PIKIRAN
Peringkat Komposit
3
BAB III
PEMBAHASAN
4
posisi dimana bank tersebut dapat dikatakan sehat atau tidak. Laporan keuangan suatu bank dapat
mencerminkan kondisi dan kinerja bank tersebut. Bank wajib menjaga tingkat kesehatannya sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank.”
Menurut Taswan (2010: 537), Kesehatan bank adalah:
“...kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) bank, masyarakat
pengguna jasa bank, maupun Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank. Tingkat kesehatan
bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi
atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen,
rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Tingkat kesehatan bank dapat
digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengevaluasi kinerja bank dalam
menerapkan prinsip kehati-hatian kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen
risiko.”
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kesehatan bank adalah bank
yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik, dan mampu memenuhi kewajibannya
dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Juga mementingkan
kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) bank, masyarakat
pengguna jasa bank, maupun Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank.
Menurut Hermawan Darmawi (2011) Kesehatan Bank merupakan kepentingan semua pihak
yang terkait, baik pemilik, manajemen, masyarakat pengguna jasa bank dan pemerintah dalam hal
ini Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan perbankan, karena kegagalan dalam industri
perbankan akan berdampak buruk terhadap perekonomian Indonesia.
5
3.2 Faktor dan Indikator Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Dalam buku Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (2021) karya Prima Andreas Siregar,
disebutkan jika ada empat faktor penting dalam penilaian tingkat kesehatan bank. Empat faktor ini
bersumber dari Surat Edaran Bank Indonesia tahun 2011 :
✓ Profil Risiko (Risk Profile)
Penilaian terhadap risiko inheren serta kualitas penerapan manajemen risiko dalam
penjalanan operasional bank. Penilaian risiko ini jika dilihat lebih detail mencakup risiko kredit,
risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan,
serta risiko reputasi. Kedelapan penilaian risiko ini seluruhnya berkaitan dengan kegiatan
operasional bank.
✓ Good Corporate Governance (GCG)
Penilaian terhadap manajemen bank atas pelaksanaan prinsip GCG dengan pendekatan
RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning and Capital), yang didasarkan
pada tiga aspek utama, yakni governance structure, governance process, serta governance
output. Berikut penjelasannya :
1) Governance Structure, mencakup pelaksanaan tugas serta tanggung jawab Dewan
Komisaris dan Dewan Direksi.
2) Governance Process, mencakup fungsi kepatuhan bank, penanganan benturan kepentingan,
penerapan fungsi audit intern serta ekstern, penerapan manajemen risiko, penyediaan dana,
serta rencana strategis bank.
3) Governance Output, mencakup transparansi kondisi keuangan serta non keuangan, dan
penerapan GCG yang sesuai prinsip Transparency, Accountability, Responsibility,
Independency, serta Fairness (TARIF).
✓ Rentabilitas (Earnings)
Penilaian terhadap kinerja rentabilitas, sumbernya, serta sustainability earnings bank.
Rentabilitas merupakan kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Penilaian rentabilitas
didasarkan pada :
1) Perbandingan laba sebelum pajak 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha di
periode yang sama.
2) Perbandingan beban operasional terhadap pendapatan operasional di 12 bulan terakhir.
6
✓ Permodalan (Capital)
Penilaian faktor permodalan yang meliputi tingkat kecukupan dan pengelolaan modal.
Faktor yang dibutuhkan untuk menilai tingkat kesehatan bank, sama dengan indikator yang
diperlukan dalam penilaian. Hanya saja untuk indikator atau parameter penilaian ini bisa
ditambahkan sesuai dengan indikator yang diinginkan bank. Asalkan indikator ini sesuai
dengan karakteristik bank dan kompleksitasnya.
7
3.4 Jenis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Ada dua jenis penilaian tingkat kesehatan bank, yaitu :
1) Penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara Individual
Jenis penilaian ini disebut juga sebagai self assesment. Penilaian ini dilakukan oleh pihak
intern bank itu sendiri. Penilaian ini menggunakan empat faktor yang telah disebutkan
sebelumnya di atas, yakni profil risiko, Good Corporate Governance (GCG), rentabilitas, dan
permodalan.
2) Penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara Konsolidasi
Jenis penilaian ini dilakukan secara konsolidasi dengan menggunakan pendekatan risiko
(Risk-based Bank Rating). Penilaian ini juga menggunakan empat faktor, yaitu profil risiko,
GCG, rentabilitas, serta permodalan.
8
signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi
industri perbankan dan perekonomian nasional.
9
3.8 Ketentuan Penilaian Kesehatan Bank
• SK DIR BI No.30/12/KEP/DIR & SE BI No.30/3/UPPB, masing-masing tanggal 30 April
1997 Perihal TKS BPR.
• SK DIR BI No.30/11/KEP/DIR tgl 30 April 1997 & SK DIR BI No.30/277/KEP/DIR
tanggal 19 Maret 1998 Perihal TKS Bank Umum.
10
Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono (2011), berpendapat bahwa faktor permodalan adalah
kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi kecukupan
permodalan dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi,
dan mengontrol risiko-risiko yang berpengaruh terhadap besarnya permodalan.
Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami bank-bank di negara-negara
berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat bersumber dari dua hal, yaitu :
a) Karena modal yang jumlahnya kecil, dan
b) Kualitas modalnya yang buruk.
Dengan demikian, pengawas bank harus yakin bahwa bank harus mempunyai modal yang
cukup, baik jumlah maupun kualitasnya. Selain itu, para pemegang saham maupun pengurus
bank harus benar-benar bertanggung jawab atas modal yang sudah ditanamkan.
Berapa modal yang cukup tersebut? Pada saat ini persyaratan untuk mendirikan bank baru
memerlukan modal disetor sebesar Rp. 3 Triliun. Namun, bank-bank yang saat ketentuan
tersebut diberlakukan sudah berdiri jumlah modalnya mungkin kurang dari jumlah tersebut.
Pengertian kecukupan modal tersebut tidak hanya dihitung dari jumlah nominalnya, tetapi
juga dari rasio kecukupan modal, atau yang sering disebut sebagai Capital Adequacy Ratio
(CAR). Rasio tersebut merupakan perbandingan antara jumlah modal dengan aktiva tertimbang
menurut risiko (ATMR). Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan
antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
a) Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap
ketentuan yang berlaku.
b) Komposisi permodalan.
c) Trend ke depan/proyeksi KPMM.
d) Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal bank.
e) Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan
(laba ditahan).
f) Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha.
g) Akses kepada sumber permodalan, dan
h) Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.
11
2) Asset (Kualitas Aktiva Produktif)
Kualitas Aset menurut Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono (2002), menunjukkan kualitas
aset sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi
dana bank pada portofolio yang berbeda. Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif
dinilai kualitasnya dengan menentukan tingkat kolektibilitasnya, yaitu apakah Lancar, Kurang
Lancar, Diragukan atau Macet.
Bank Syariah tidak memberikan kredit kepada para nasabahnya, melainkan pembiayaan
dengan sistem bagi hasil, sehingga risiko kredit dalam faktor kualitas aset pada bank syariah
menjadi risiko atas pembiayaan yang diberikan. Tingkat kolektibilitasnya dibedakan atas
pembiayaan Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.
Menurut Veithzal Rifai dan Arviyan Arifin (2010) Penilaian Kualitas Aktiva Produktif
adalah menilai jenis aset yang dimiliki oleh bank.
Dalam kondisi normal sebagian besar aktiva suatu bank terdiri dari kredit dan aktiva lain
yang dapat menghasilkan atau menjadi sumber pendapatan bagi bank, sehingga jenis aktiva
tersebut sering disebut sebagai aktiva produktif. Dengan kata lain, aktiva produktif adalah
penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan,
piutang, surat berharga, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara,
komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif.
Di dalam menganalisis suatu bank pada umumnya, perhatian difokuskan pada kecukupan
modal bank karena masalah solvensi benar-benar penting. Namun demikian, menganalisis
kualitas aktiva produktif secara cermat tidaklah kalah pentingnya. Kualitas aktiva produktif
bank yang sangat jelek secara implisit akan menghapus modal bank. Walaupun secara riil bank
memiliki modal yang cukup besar, apabila kualitas aktiva produktifnya sangat buruk dapat saja
kondisi modalnya menjadi buruk pula. Hal ini antara lain terkait dengan berbagai permasalahan
seperti pembentukan cadangan, penilaian asset, pemberian pinjaman kepada pihak terkait, dan
sebagainya. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset, antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
a) Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva produktif.
b) Debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit.
12
c) Perkembangan aktiva produktif bermasalah/non-performing asset dibandingkan dengan
aktiva produktif.
d) Tingkat kecukupan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP).
e) Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif.
f) Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif.
g) Dokumentasi aktiva produktif, dan
h) Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
3) Management (Manajemen)
Manajemen atau pengelolaan suatu bank akan menentukan sehat tidaknya suatu bank.
Mengingat hal tersebut, maka pengelolaan suatu manajemen sebuah bank mendapatkan
perhatian yang besar dalam penilaian tingkat kesehatan suatu bank diharapkan dapat
menciptakan dan memelihara kesehatannya.
Penilaian faktor manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan bank umum dilakukan
dengan melakukan evaluasi terhadap pengelolaan terhadap bank yang bersangkutan. Penilaian
tersebut dilakukan dengan mempergunakan sekitar seratus kuesioner yang dikelompokkan
dalam dua kelompok besar yaitu kelompok manajemen umum dan kuesioner manajemen risiko.
Kuesioner kelompok manajemen umum selanjutnya dibagi ke dalam sub kelompok
pertanyaan yang berkaitan dengan strategi, struktur, sistem, sumber daya manusia,
kepemimpinan, budaya kerja. Sementara itu, untuk kuesioner manajemen risiko dibagi dalam
sub kelompok yang berkaitan dengan risiko likuiditas, risiko pasar, risiko kredit, risiko
operasional, risiko hukum dan risiko pemilik dan pengurus.
Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut :
a) Manajemen umum.
b) Penerapan sistem manajemen risiko, dan
c) Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia
dan atau pihak lainnya.
13
4) Earning (Rentabilitas)
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat ukur untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu rasio-rasio dalam kategori
ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank (Lukman Dendawijaya,
2003:119-120).
Analisa Rentabilitas menurut Teguh Pudjo Muljono (1999) adalah suatu cara yang
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen sebuah bank dalam meningkatkan
rentabilitas/keuntungannya.
Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank adalah kemampuan bank
untuk memperoleh keuntungan. Perlu diketahui bahwa, apabila bank selalu mengalami
kerugian dalam kegiatan operasinya, maka tentu saja lama kelamaan kerugian tersebut akan
memakan modalnya. Bank yang dalam kondisi demikian tentu saja tidak dapat dikatakan sehat.
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan melalui
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
a) Return On Assets (ROA).
b) Return On Equity (ROE).
c) Net Interest Margin (NIM).
d) Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO).
e) Perkembangan laba operasional.
f) Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan.
g) Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, dan
h) Prospek laba operasional.
5) Liquidity (Likuiditas)
Likuiditas bank menurut Zainul Arifin (2006) adalah kemampuan bank untuk memenuhi
kewajibannya, terutama kewajiban jangka pendek. Maka pengelolaan likuiditas yang baik akan
berdampak pada kepercayaan masyarakat untuk menyimpan dananya, karena mereka yakin
bahwa bank tersebut mampu menjamin dananya apabila sewaktu-waktu atau pada saat jatuh
tempo dapat menarik kembali dananya.
Menurut Siswanto Sutojo dalam Amir Machmud dan Rukmana (2010), bank harus
mempunyai cukup dana atau sumber dana likuid untuk membayar giro, deposito dan tabungan
14
yang akan ditarik kembali oleh nasabah. Bank yang tidak mampu dengan cepat membayar giro,
deposito dan tabungan milik para nasabah, bank tersebut akan menurunkan reputasi bisnis bank
tersebut dan menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat untuk menggunakan bank tersebut,
maka setiap bank harus menjaga likuiditas keuangan mereka dengan cermat.
Penilaian terhadap faktor likuiditas dilakukan dengan menilai dua buah rasio, yaitu Rasio
Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal Inti dan Rasio Kredit terhadap Dana yang
Diterima oleh Bank. Yang dimaksud Kewajiban Bersih Antar Bank adalah selisih antara
kewajiban bank dengan tagihan kepada bank lain.
Sementara itu yang termasuk Dana yang Diterima adalah Kredit Likuiditas Bank Indonesia,
Giro, Deposito, dan Tabungan Masyarakat, Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu
lebih dari tiga bulan (tidak termasuk pinjaman subordinasi), Deposito dan Pinjaman dari bank
lain yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan, dan surat berharga yang diterbitkan oleh bank
yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif
faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai
berikut :
a) Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang dari 1 bulan.
b) 1-Month Maturity Mismatch Ratio.
c) Loan to Deposit Ratio (LDR).
d) Proyeksi cash flow 3 bulan mendatang.
e) Ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti.
f) Kebijakan dan pengelolaan likuiditas (Assets and Liabilities Management/ALMA).
g) Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-
sumber pendanaan lainnya, dan
h) Stabilitas dana pihak ketiga (DPK).
15
6) Sensitivity (Sensitivitas)
Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity of Market Risk), penilaian pendekatan
kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap risiko pasar antara lain dilakukan melalui
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
a) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk meng-cover fluktuasi suku bunga dibandingkan
dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga.
b) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk meng-cover fluktuasi nilai tukar dibandingkan
dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar, dan
c) Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar.
16
3.8.3 Mengidentifikasi Cara Pengukuran Bank yang Dikatakan Sehat
1) Capital (Permodalan)
Pada saat ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku, CAR (Capital of Adequacy Ratio / Rasio
Kecukupan Modal) suatu bank sekurang-kurangnya sebesar 8%. Bobot untuk penilaian Capital
adalah 25%. Cara penghitungan CAR adalah :
Modal rasio
CAR = x 100% Nilai Kredit = + 1
ATMR 0,1%
Keterangan :
✓ Total Modal = Modal Inti + Modal Pelengkap.
✓ Total ATMR = Aktiva – PPAP – Akumulasi Penyusutan Gedung - Akumulasi Penyusutan
Inventaris – Akumulasi Penyusutan Pra-Operasional.
✓ Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) adalah aktiva dalam neraca perbankan yang
diperhitungkan dengan bobot prosentase tertentu sebagai faktor resiko.
✓ Aktiva adalah sumber daya dalam bentuk harta benda atau hak yang dikuasai perusahaan.
✓ PPAP adalah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif.
✓ Akumulasi Penyusutan adalah jumlah penyusutan gedung pada beberapa waktu/periode.
Kriteria Penetapan :
Peringkat Kriteria Predikat Bobot
1 CAR ≥ 12% Sangat Sehat
2 9% ≤ CAR < 12% Sehat
3 8% ≤ CAR < 6% Cukup Sehat 25%
4 6% ≤ CAR < 8% Kurang Sehat
5 CAR < 6% Tidak Sehat
17
2) Asset (Kualitas Aktiva Produktif)
Bobot untuk penilain Assets adalah 30%. Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif di dalam
ketentuan perbankan di Indonesia didasarkan pada dua rasio, yaitu :
a) Rasio Aktiva Produktif Diklasifikasikan terhadap Aktiva
Produk (KAP 1) Aktiva Produktif Diklasifikasikan menjadi Lancar, Kurang Lancar,
Diragukan dan Macet. Rumusnya adalah :
Aktiva Produktif yang Diklasifikasi
KAP = x 100%
Total Aktiva Produktif
18
Penilaian rasio KAP untuk perhitungan PPAP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
Untuk rasio 0% diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 1% dari 0%, nilai kredit
ditambah 1 dengan maksimum 100.
Kriteria Penetapan :
3) Management (Manajemen)
Digunakan untuk menilai kualitas management. Perhitungan nilai kredit total maximal 100. BI
menyediakan 250 pertanyaan kepada bank sebagai indikator yang akan digunakan BI untuk
menilai tingkat kesehatan Bank. Setiap pertanyaan yang dijawab "ya" akan memperoleh nilai
kredit 0,4. Bobot untuk penilaian management adalah 25%.
Dalam hal ini, faktor penilaian manajemen dilakukan menggunakan rasio Net Profit Margin
(NPM) yang menggambarkan tingkat keuntungan bank dibandingkan dengan pendapatan yang
diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio NPM ini dapat digunakan untuk menilai kesehatan
manajemen suatu bank, karena seluruh kegiatan manajemen bank pada akhirnya akan
mempengaruhi dan berakhir pada perolehan laba. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk
menentukan NPM, yaitu :
19
Peringkat Kriteria Predikat Bobot
1 NPM ≥ 100% Sangat Sehat
2 81% ≤ NPM < 12% Sehat
3 66% ≤ NPM < 51% Cukup Sehat 25%
4 51% ≤ NPM < 66% Kurang Sehat
5 NPM < 51% Tidak Sehat
4) Earning (Rentabilitas)
Penilaian didasarkan kepada rentabilitas atau earning suatu bank yaitu melihat kemampuan
suatu bank dalam menciptakan laba. Bobot untuk penilaian Earning adalah 10%. Penilaian dalam
unsur ini didasarkan pada dua macam, yaitu :
a) Rasio Laba terhadap Total Assets (ROA / Earning 1).
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba secara
keseluruhan dari total aktiva yang dimiliki.
Penilaian rasio earning 1 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 0% atau negatif diberi
nilai kredit 0, dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% nilai kredit ditambah dengan
nilai maksimum 100. Rumus nya adalah :
Keterangan :
✓ Laba Sebelum Pajak adalah laba yang didapatkan oleh bank sebelum dikurangi dengan
kewajiban pajak.
✓ Total Aktiva adalah penjumlahan dari aktiva lancar dan aktiva tidak lancar yang merupakan
harta bank secara keseluruhan.
✓ Aktiva Lancar adalah aktiva yang mempunyai masa manfaat kurang dari satu tahun, terdiri
dari kas, surat berharga, deposito jangka pendek, piutang usaha, persediaan dan pendapatan
yang diterima.
✓ Aktiva Tidak Lancar adalah aktiva yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Aktiva tidak tetap terdiri dari aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak
berwujud.
20
✓ Aktiva Tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun
lebih dahulu dan digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan, berupa tanah, mesin,
kendaraan, gedung, dan peralatan.
✓ Investasi Jangka Panjang adalah bentuk penyertaan jangka panjang diluar kegiatan pokok
perusahaan.
✓ Aktiva Tidak Berwujud adalah hak istimewa yang dimiliki dan memberikan masa manfaat
ekonomi kepada perusahaan, berupa Hak Paten, Merk Dagang, Goodwill, dan Franchise.
Kriteria Penetapan :
Keterangan :
❖ Beban Operasional adalah semua biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha
bank yang terperinci.
❖ Beban Operasional terdiri dari beban penghapusan aktiva produktif, beban estimasi
kerugian, beban administrasi dan umum, beban personalia, beban penurunan nilai surat
berharga, serta beban transaksi valas.
❖ Beban Penghapusan Aktiva Produktif berisi penyusutan/amortisasiyang dilakukan bank
terhadap aktiva produktif bank.
21
❖ Beban Estimasi Kerugian berisi penghapusan/amortisasi atas transaksi rekening
administratif.
❖ Beban Administrasi dan Umum terdiri dari premi asuransi lainnya, penelitian dan
pengembangan, sewa dan promosi, pajak (tidak termasuk pajak penghasilan), barang dan
jasa.
❖ Beban Personalia terdiri dari gaji pegawai, honorarium komisaris/dewan pengawas,
pendidikan dan pengawasan.
❖ Pendapatan Operasional adalah semua pendapatan yang merupakan hasil langsung dari
kegiatan usaha bank dan pendapatan tersebut benar-benar telah diterima.
Kriteria Penetapan :
5) Liquidity (Likuiditas)
Liquidity yaitu rasio untuk menilai likuiditas bank. Perhitungan likuiditas digunakan untuk
mengetahui apakah mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang segera
ditagih (jangka pendek). Bobot untuk penilaian Likuiditas adalah 10%. Penilaian likuiditas bank
didasarkan atas dua macam rasio, yaitu :
a) Rasio Jumlah Kewajiban Bersih Call Money terhadap Aktiva Lancar.
Persentase dari rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban bersih call money terhadap aktiva
lancar atau aktiva yang paling likuid dari bank. Penilaian likuiditas dapat dilakukan sebagai
berikut untuk rasio sebesar 100% atau lebih diberi nilai kredit 0, dan untuk setiap penurunan
sebesar 1% mulai dari nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Rumusnya adalah :
Keterangan :
• Aktiva Lancar : Uang kas, Giro di BI, Sertifikat BI, SBPU
22
• Semakin kecil rasio ini, maka likuiditas bank semakin baik, karena bank dapat menutup
kewajiban antar bank dengan alat likuid yang dimilikinya.
Keterangan :
• Kredit yang diberikan di sini adalah kredit yang sifatnya jangka pendek. Jangka waktu
pengembalian pinjamannya kurang dari satu tahun. Biasanya pinjaman diberikan kepada
usaha kecil.
• Kredit yang diberikan didefinisikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan berdasarkan kesepakatan pinjam-meminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil
keuntungan.
• Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat. Dana pihak ketiga ini
berbentuk titipan (wadah), partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi risiko, serta investasi
khusus.
Kriteria Penetapan :
Peringkat Kriteria Predikat Bobot
1 50% < LDR ≤ 75% Sangat Sehat
2 75% < LDR ≤ 85% Sehat
3 85% < LDR ≤ 100% Cukup Sehat 10%
4 100% < LDR ≤ 120% Kurang Sehat
5 LDR > 120% Tidak Sehat
23
6) Sensitivity (Sensitivitas)
Sensitivitas adalah kemampuan bank dalam merespon atau menanggapi keadaan pasar yang
berpengaruh pada tingkat profitabilitas suatu bank. Rumus nya adalah :
Kelebihan Modal
Sensitivity = x 100%
Potensi Kerugian Suku Bunga
Kelebihan Modal
Sensitivity = x 100%
Potensi Kerugian Nilai Tukar
24
Terhadap masing-masing komponen tersebut, maka diberikan bobot yang sesuai dengan
besarnya pengaruh tingkat kesehatan bank. Pada tabel berikut diperlihatkan ketentuan pembobotan
berdasarkan ketetapan Bank Indonesia. Berdasarkan nilai CAMELS secara keseluruhan maka
dapat ditetapkan 5 (empat) golongan tingkat kesehatan bank sebagai berikut :
➢ Hasil Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Sangat Sehat Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat
PK - 1 PK - 2 PK - 3 PK - 4 PK - 5
Skor > 45 35 ≤ Skor ≤ 45 25 ≤ Skor ≤ 35 15 ≤ Skor ≤ 25 10 ≤ Skor ≤ 15
Bank Tergolong Bank Tergolong Bank Tergolong
Baik dan Mampu Cukup Baik, Namun Tidak Baik dan
Bank Tergolong Mengatasi Pengaruh Terdapat Beberapa Bank Tergolong Sangat Sensitif
Sangat Baik dan Negatif Kondisi Kelemahan yang Kurang Baik dan Terhadap Pengaruh
Mampu Mengatasi Perekonomian dan dapat Menyebabkan Sangat Sensitif Negatif
Pengaruh Negatif Industri Keuangan, Peringkat terhadap Pengaruh Perekonomian serta
Kondisi Namun Masih Kompositnya Negatif Kondisi mengalami Kesulitan
Perekonomian dan memiliki Kelemahan Memburuk, Apabila Perekonomian dan yang
Industri Minor yang dapat Bank Tidak Segera Industri Keuangan Membahayakan
Segera Diatasi oleh Melakukan Kelangsungan
Tindakan Rutin Tindakan Korektif Usahanya
25
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tingkat kesehatan bank sangat penting bagi kelangsungan bank itu sendiri. Karena
menggambarkan kinerja keuangan yang ada didalam bank tersebut. Tingkat kesehatan bank sendiri
adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik, dan mampu memenuhi
kewajibannya dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Juga
mementingkan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) bank,
masyarakat pengguna jasa bank, maupun Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/2007 yang diakses dari http://www.bi.go.id
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, Tingkat
Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kuantitatif dan kualitatif atas berbagai aspek yang
berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank atau UUS melalui :
✓ Penilaian Kuantitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas,
sensitivitas terhadap risiko pasar.
✓ Penilaian Kualitatif terhadap faktor manajemen.
Bank yang sehat adalah bank yang mampu menjalankan usahanya dengan lancar, sanggup
memenuhi kewajibannya dan menjamin dana yang dipercayakan masyarakat kepada bank tersebut
aman serta mampu mengembangkan sumber daya yang sudah dipercayakan pemilik pada
manajemen.
3.2 Saran
➢ Untuk menjaga tingkat kesehatan bank, bank dapat meningkatkan kemampuan asset,
pengelolaan modal, serta pendapatan operasional. Sehingga kualitas laba bank dapat
dipertahankan bahkan ditingkatkan.
➢ Bank juga harus memperhatikan dan menjaga tingkat kesehatan banknya dengan prinsip kehati-
hatian yang selalu memperhatikan resiko-resiko keuangan yang mungkin akan terjadi dan
manajemen atau tata kelola perusahaannya. Hal ini dikarenakan, tingkat tingkat kesehatan bank
menggambarkan kinerja keuangan yang ada didalam bank tersebut.
26
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideserve.com/royal/kesehatan-bank
https://slideplayer.info/slide/12397103/
https://slideplayer.info/slide/14239402/
https://www.kompas.com/skola/read/2021/07/12/144500169/tingkat-kesehatan-bank-pengertian-
faktor-jenis-indikator-contoh?page=all
https://ibf.proxsisgroup.com/penilaian-kesehatan-perbankan/
chrome-
extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/viewer.html?pdfurl=http%3A%2F%2Feprints.un
y.ac.id%2F7911%2F3%2FBAB%25202-
09409131012.pdf&clen=192103&chunk=true&pdffilename=BAB%202-09409131012.pdf
27