MAKALAH
Disusun oleh ;
Ahmad Saepul Fikri 1177040007
Elsa Ainun Pangesti 1177040023
Fahma Azizah 1177040026
Ika salikah Mardiatillah 1177040034
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang berkaitan dengan ilmu Fikih, Qanun, Syariah, Hukum Islam serta
tujuan dan manfaat mempelajarinya, yaitu antara lain:
1. Apa pengertian Fikih, Qanun, Syariah dan Hukum Islam?
2. Apa saja ruang lingkup studi Fikih?
3. Apa tujuan dan manfaat mempelajari Fikih?
1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka penulis menyusun makalah ini
dengan tujuan yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian Fikih, Qanun, Syariah dan Hukum Islam?
2. Untuk mengetahui saja ruang lingkup studi Fikih?
3. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat mempelajari Fikih?
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik kepada penulis, maupun
kepada para pembaca. Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini yaitu:
Untuk memberikan pemahaman tentang pengertian Fikih, Qanun, Syariah dan hukum
islam, serta dapat mengetahui ruang lingkup studi Fikih dan juga dapat mengambil
manfaat atau hikmah mempelajari ilmu Fikih.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Mereka berkata: "Hai Syu'aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang
kamu katakan itu (Q.S Hud: 91)
Di ayat lain juga Allah SWT berfirman menceritakan tentang orang-orang
munafik yang tidak memahami pembicaraan.
ٌَّ َه َ ىَ ْال ُو ْؤ ِهٌُْىَ لِیَ ٌْفِرُّا َ ﻓَّمةًر ۚ ﻓَلَْْ ََل ًَفَ َر ِه ْي ُ ِّل ﻓِرْ قَ ٍة ِه ٌُِْ ْن طَ ئِفَة
َلِیَ َفَﻘَّمُِْا ﻓِ ال ِّد ِي َّلِیُ ٌْ ِ ُّا قَْْ َهُِ ْن ِ َ ا َ َ ؼُْا ِلَ ْی ِِ ْن لَ َؼلَّمُِ ْن َ ْ َ ُّى
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya. Mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
1
Muhammad bin Mandhur, Lisanul Arab, madah : fiqih Al-Mishbah Al-Munir
3
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya. (QS. At-Taubah : 122)
Dalam prakteknya, istilah fiqih ini lebih banyak digunakan untuk ilmu agama
secara umum, dimana seorang yang ahli di bidang ilmu-ilmu agama sering disebut
sebagai faqih, sedangkan seorang yang ahli di bidang ilmu yang lain, kedokteran atau
arsitektur misalnya, tidak disebut sebagai faqih atau ahli fiqih2.
Sedangkan secara istilah, kata fiqih didefinisikan oleh para ulama dengan
berbagai definisi yang berbeda-beda. Sebagiannya lebih merupakan ungkapan
sepotong-sepotong, tapi ada juga yang memang sudah mencakup semua batasan ilmu
fiqih itu sendiri. Al-Imam Abu Hanifah punya definisi tentang fiqih yang unik, yaitu:
2. Pengertian Qanun
kata qanun berasal dari bahasa Arab yaitu ( ;ق ًْىqanna), yang bermakna
membuat hukum dan kemudian qanun dapat diartikan sebagai hukum, peraturan atau
undang-undang. Sedangkan menurut kamus bahasa Arab-Indonesia, kata (qanun)
berasal dari kata (qanna) yang berarti kaidah, undang-undang atau aturan. Secara
bahasa, istilah qanun bermakna al-ashlu ااصلyang artinya adalah akar. Dan juga
bisa bermakna miqyasu kulli syai‟in ِه ْﻘیَ س ُ ِّل َ ْ ٍءyang artinya adalah ukuran segala
sesuatu. Sedangkan menurut istilah, qanun didefinisikan sebagai :
2
Muhammad bin Abu Bakar bin Abdul Qadir Ar-Razi, Mukhtar Ash-Shihah, jilid 1 hal. 213
3
Ubaidillah bin Mas‟ud Al-Mahbubi Al-Bukhari Al-Hanafi, At-Taudhih „ala At-Tanqih, jilid 1 hal. 10
4
Adz-Dzarkasyi, Al-Bahrul Muhith, jilid 1 halaman 21
4
ُجْ بِ ُر ِ ك ااَ ْﻓ َرا ِد ﻓِ ْال ُوجْ َ َو ِغ َّالَّم
َ َُْ ْ ُك ُن ّْ ٌَُظِّ ُن ُسل ِ َهجْ ُوْ َػةٌ ِهيَ الﻘَ َْا ِػ ِد الَّم
َِااَ ْﻓ َرا ِد ػَلى ا ِّبَ ِػ
Kumpulan dari ketentuan yang menjadi hukum atau mengatur perilaku individu
pada masyarakat, dimana individu itu diharuskan untuk mematuhinya.
3. Pengertian Syariah
Makna syariah secara bahasa Arab, adalah sebagaimana orang-orang Arab di
masa lalu memaknai kata syariah ini sebagai metode atau jalan yang lurus
()الطر ﻘة الو ﻘیة5.
Di dalam Lisanul Arab, kata syariah bermakna :
ُ َه َ َر َػَُ هللاُ لِ ِؼبَ ِد ٍِ ِهيَ ااَحْ َك ِم الَّم ِ َ َء َِِ ًَبِ ٌّ ِهيَ اا ًْبِیَ ِء َس َْا ٌء َه َ َ َؼلَّم
ق ِ َِل ْػ ِﻘَ ِد
ا َّااَ ْ َ ِ ًَِّظ َ ِم ال َ یَ ِا
ِ َ َاا َّال ُو َؼ َه َ َّال ِؼبَ د
Apa yang disyariatkan oleh Allah SWT kepada hamba-hambaNya dari hukum-
hukum yang telah dibawa oleh nabi dari para nabi, baik yang terkait dengan keyakinan,
ibadah muamalah, akhlaq dan aturan dalam kehidupan.
5
Manna‟ Al-Qaththan, At-Tasyri‟ wa Al-Fiqh fi Al-Islam, hal. 14
6
Lisanul Arab pada madah رعjilid 8 hal. 179
7
Manna‟ Al-Qaththan, At-Tasyri‟ wa Al-Fiqh fi Al-Islam, hal. 15
8
Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin, ushul fiqh. Hal. 6-7
5
Di dalam kepustakaan hukum Islam berbahasa inggris, Syari‟at Islam
diterjemahkan dengan Islamic Law, sedang Fikih Islam diterjemahkan
dengan Islamic Jurispudence. Di dalam bahasa Indonesia, untuk syari‟at Islam,
sering, dipergunakan istilah hukum syari‟at atau hukum syara‟ untuk fikih Islam
dipergunakan istilsh hukum fikih atau kadang-kadang Hukum Islam9.
Bila artian sederhana tentang hukum islam itu dihubungkan dengan
pengertian Fikih, maka dapat dikatakan bahwa yang dimaksud hukum islam itu
adalah yang bernama Fikih dalam literatur islam yang berbahasa arab.
2. Fikih Muamallah
Yaitu mengetahui ketentuan-ketentuan hukum tentang usaha-usaha
memperoleh dan memperkembangkan harta, jual-beli, hutang-piutang dan jasa
penitipan diantara anggota-anggota masyarakat sesuai keperluan mereka yang
dipahami dari dalil-dalil syara‟ yang terperinci. Ciri utama Fikih muamallah adalah
terdapatnya kepentingan keuntungan material dalam proses akad dan
kesepakatannya. Berbeda dengan Fikih ibadah yang dilakukan semata-mata ketaatan
kepada Allah tanpa ada tendensi kepentingan material. Tujuan dari disya‟riatkannya
ketentuan-ketentuan hukum ini adalah dalam rangka menjaga kepantingan orang-
9
Maksun Faiz, Konstitusionaisasi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional, membedah Peradilan
Agama, PPHIM Jawa Tengah, Semarang, 2001, hlm. 171
6
orang mukallaf terhadap harta mereka, sehingga tidak dirugikan oleh tindakan orang
lain dan dapat memanfaatkan harta miliknya itu untuk memenuhi kepentingan
kehidupan mereka, bahkan lebih jauh mereka dapat memperkembangkannya dengan
baik tanpa dihadapkan kendala negatif yang dapat menekan dinamika pengembangan
harta tersebut dengan sikap eksploitatif kelompok lainnya.
3. Ahwal Al-Syakhsiyah
Merupakan bagian dari lingkup kajian Fikih Islam yang secara spesifik
membahas ketentuan-ketantuan hukum Islam mengenai ikatan kekeluargaan dari
awal terbentuknya sampai pada berbagai implikasinya, ketentuan distribusi harta
waris dan yang mengatur hubungan kekerabatan satu sama lain, ciri pokok dari
Ahwal Al-Syakhsyiyah ini sebagaimana diungkapkan oleh syaltout adalah mengatur
ikatan hubungan kekerabatan dengna berdasarkan pada prinsip kekeluargaan dengan
demikian akad dan perjanjian dalam bidang ini diorientasikan pada kepentingan
keuntungan material sebagaimana dalam muamallah. Oleh sebab itulah Musthafa
Zarqa memisahkan dari pembahasan muamallah yang lebih bercirikan jasa–jasa
perekonomian, tujuan dari penetapan ketentuan-ketentuan hukum Islam dalam aspek
ini adalah untuk memelihara keturunan beserta kelangsungan hidup mereka dan
hubungan kekeluargaan satu sama lain, untuk memperkokoh kebersamaan.
4. Fiqih Jinayah
yaitu mengatahui berbagai ketentuan hukum tentang perbuatan –perbuatan
kriminal yang dilakukan orang-orang mukallaf sebagai hasil pemahaman atas dalil-
dalil yang terinci. Yang dimaksud dengan tindakan kriminal menurut Musthafa Zarqa
adalah tindakan kejahatan yang mengganggu ketentraman umum serta tindakan yang
melawan undang-undang, tujuan disya‟riatkannya hukum tentang tindakan kejahatan
kriminal ini adalah dalam rangka memelihara akal, jiwa, harta masyarakat secara
umum dan keturunan. Dengan demikian posisi Fikih jinayah ini amat penting dalam
kehidupan masyarakat, ruang lingkup fiqih jinayah mencakupi ketentuan-ketentuan
hukum tentang berbagai tindakan kejahatan kriminal yaitu pencurian, perzinaan,
homoseksual, fitnah, mabuk, membunuh, memukul orang lain, merusak harta orang
lain dan melakukan gerakan kekacauan. Jenis hukuman untuk kejahatan tersebut ada
yang berbentuk hudud, yakni ketentuan hukum yang ditetapkan oleh beratnya nash
jenis dan berat ringannya hukuman kemudian adapula qisash, yakni hukuman yang
7
sama dengan tindakannya namun adakalanya dapat diganti dengan diyat (denda).
Norma-norma hukum yang belum tertampung dalam ketentuan diatas dapat
diselesaikan lewat ta‟zir yang diputuskan oleh hakim sendiri.
5. Fikih Siyasah
Yaitu mengetahui ketentuan–ketentuan hukum tentang masalah-masalah
politik yang dikaji dari dalil-dalil yang terinci dalam Al-Qur‟an dan Al Sunnah,
secara umum ketentuan siyasah ini disya‟riatkan dalam rangka memelihara agama,
jiwa, akal, harta dan keturunan, karena organisasi kenegaraan itu dibentuk untuk
menegakkan keseluruhan norma-norma sya‟riah disamping untuk memenuhi
berbagai kepentingan keduniaan yang diperlukan dalam kehidupan manusia, ruang
lingkup pembahasan Fikih siyasah ini mencakup perlu atau tidaknya negara bagi
umat manusia ini. Syarat-syarat seseorang kepala negara, mekanisme pemilihan
kepala negara, tugas-tugas kepala negara dan hubungan pemerintah dengan
rakyatnya.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Kata fiqh (َ )الفﻘsecara etimologis berarti “paham yang mendalam”. Secara
termilnologis fiqh (َ )الفﻘberarti “Ilmu tentang hukum-hukum syar‟i yang bersifat amaliah
yang digali dan ditentukan dari dalil-dalil yang tafsili”. Syariat menurut bahasa ialah:
tempat yang didatangi atau dituju oleh manusia dan hewan guna meminum air. Menurut
istilah ialah: hukum-hukum dan aturan yang Allah syariatkan buat hambanya untuk
diikuti dan hubungan mereka sesama manusia. Hukum Islam merupakan rangkaian kata
“hukum” dan “islam”. Secara terpisah hukum dapat diartikan sebagai seperangkat
peraturan tentang tingkah laku manusia yang diakui sekelompok masyarakat, disusun
orang-orang yang diberi wewenang oleh masyarakat itu, berlaku dan mengikat seluruh
anggotanya. Sedangkan qanun merupakan peraturan atau undang-undang atau ketentuan
yang menjadi hukum atau mengatur perilaku individu pada masyarakat, dimana individu
itu diharuskan untuk mematuhinya.
B. Saran
Dengan adanya kenyataan-kenyataan yang terjadi dan telah diuraikan sebelumnya,
maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
Dengan telah mengetahui tentang hukum islam, syariat, qanun dan ilmu fikih di
harapkan kepada semua orang dapat memahami dan mengamalkan dan mejalankan
segala sesuatunya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
9
DAFTAR PUSTAKA
Faiz, Maksun. 2001. Konstitusionaisasi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional,
membedah Peradilan Agama. Semarang: PPHIM Jawa Tengah.
Muhammad bin Abu Bakar bin Abdul Qadir Ar-Razi, Mukhtar Ash-Shihah
Muhammad bin Mandhur, Lisanul Arab, Dar Shadir, Beirut, Cet. I, 711 H
Sarwat, Ahmad. Seri Fiqih Kehidupan (1) Ilmu Fiqih. Jakarta: DU Publishing
Shiddieqy, Hasby ash. 1974. Falsafah Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Syarifuddin, Amir. 2011. ushul fiqh. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
10