Anda di halaman 1dari 13

PENGERTIAN FIKIH, QANUN, SYARIAH DAN HUKUM ISLAM,

RUANG LINGKUP STUDI FIKIH, TUJUAN DAN MANFAAT


MEMPELAJARI FIKIH

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Fikih

Dosen Pengampu Mata Kuliah Ilmu Fikih


Dr. Mohamad Jaenudin, M.Ag., M.Pd.

Disusun oleh ;
Ahmad Saepul Fikri 1177040007
Elsa Ainun Pangesti 1177040023
Fahma Azizah 1177040026
Ika salikah Mardiatillah 1177040034

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Alhamdulillahirabbil‟alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan


nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini dengan judul “PENGERTIAN FIKIH, QANUN, SYARIAH DAN HUKUM
ISLAM, RUANG LINGKUP STUDI FIKIH, TUJUAN DAN MANFAAT
MEMPELAJARI FIKIH” dengan baik dan lancar. Sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan untuk semua
umat islam.
Penulisan makalah ini dapat terwujud berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ikhlas dan kerendahan hati, penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa makalahini masih jauh dari sempurna mengingat
keterbatasan ilmu pengetahuan yang ada pada diri penulis. Oleh karena itu, kritik maupun
saran konstruktif dari pembaca yang budiman sangat berarti bagi penulis dalam
menyempurnakan makalahini. Namun demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dengan keterbatasannya.

Wasalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bandung, Februari 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3


A. Pengertian Fikih, Qanun, Syariah Dan Hukum Islam................................................ 3
B. Ruang Lingkup Studi Fikih ........................................................................................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Ilmu Fikih ............................................................ 8

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 9


A. Kesimpulan ................................................................................................................ 9
B. Saran .......................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia adalah mahluk bermasyarakat, yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia
memerlukan pertolongan satu sama lainnya dan persatuan dalam memperoleh
kemajuannya. Disamping itu tiap-tiap individu manusia, memiliki kepentingan dari awal
sampai akhir hidupnya, bahkan sebelum dilahirkan ke dunia memiliki kepentingan juga
sampai sesudah dikuburkannya.
Tiap-tiap kepentingan antara satu dengan yang lainnya ada yang sama dan ada
yang berbeda dan bahkan ada yang bertentangan sehingga menimbulkan konflik. Semua
ini memerlukan perlindungan dan pengaturan. Karena setiap individu manusia
mempunyai keinginan dan untuk memperoleh keinginan tersebut akan timbul persaingan,
perlombaan, penyerobotan, penganiayaan, dsb.
Untuk menghindari hal-hal tersebut, maka dalam Islam terdapat syariah, hukum,
muamalah yang mengatur hubungan dan kehidupan manusia yang satu dengan manusia
yang lain agar tercipta kehidupan yang harmonis. Islam juga telah mengatur kehidupan
manusia mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Maka sebagai manusia yang
beragama islam harulah memahami dan mengamalkan setiap syariat-syariat islam agar
kehidupannya bisa di ridhai oleh Allah SWT dan juga bisa selalu berada dalam yang di
rhidai-nya.
Oleh karena pentingnya memahami dan mengamalkan syariat-syariat Islam, maka
penulis ingin mengetahui dan memahami tentang Pengertian Fikih, Qanun, Syariah dan
Hukum Islam, Ruang Lingkup Studi Fikih, Tujuan dan Manfaat Mempelajari Fikih.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang berkaitan dengan ilmu Fikih, Qanun, Syariah, Hukum Islam serta
tujuan dan manfaat mempelajarinya, yaitu antara lain:
1. Apa pengertian Fikih, Qanun, Syariah dan Hukum Islam?
2. Apa saja ruang lingkup studi Fikih?
3. Apa tujuan dan manfaat mempelajari Fikih?

1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka penulis menyusun makalah ini
dengan tujuan yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian Fikih, Qanun, Syariah dan Hukum Islam?
2. Untuk mengetahui saja ruang lingkup studi Fikih?
3. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat mempelajari Fikih?

D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik kepada penulis, maupun
kepada para pembaca. Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini yaitu:
Untuk memberikan pemahaman tentang pengertian Fikih, Qanun, Syariah dan hukum
islam, serta dapat mengetahui ruang lingkup studi Fikih dan juga dapat mengambil
manfaat atau hikmah mempelajari ilmu Fikih.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fikih, Qanun, Syariah Dan Hukum Islam


1. Pengertian Fikih
Kata fiqih (َ‫ )ﻓﻘ‬secara bahasa punya dua makna. Makna pertama adalah al-
fahmu al-mujarrad ( ‫ )الفِن الوج ّرد‬yang artinya adalah mengerti secara langsung atau
sekedar mengerti saja1.
Makna yang kedua adalah al-fahmu ad-daqiq (‫ )الفِن الدقیق‬yang artinya adalah
mengerti atau memahami secara mendalam dan lebih luas.
Kata fiqih yang berarti sekedar mengerti atau memahami, disebutkan di
dalam ayat Al-Quran Al-Kariem, ketika Allah menceritakan kisah kaum Nabi
Syu‟aib alaihissalam yang tidak mengerti ucapannya.

‫قَ لُْا َ ُ َؼ ْی ُ َه ًَ ْفﻘََُ َ ِیرًرا ِه َّمو َﻘُْ ُو‬

Mereka berkata: "Hai Syu'aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang
kamu katakan itu (Q.S Hud: 91)
Di ayat lain juga Allah SWT berfirman menceritakan tentang orang-orang
munafik yang tidak memahami pembicaraan.

‫ﻓَ َو ِو ََُٰ ُؤ ََل ِء ْالﻘَْْ ِم ََل َ َك ُدّىَ َ ْفﻘَُِْىَ َح ِد ًر‬

Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-


orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan
sedikitpun?” (QS. An Nisa:78)
Sedangkan makna fiqih dalam arti mengerti atau memahami yang mendalam,
bisa temukan di dalam Al-Quran Al-Karim pada ayat berikut ini :

ٌ‫َّ َه َ ىَ ْال ُو ْؤ ِهٌُْىَ لِیَ ٌْفِرُّا َ ﻓَّمةًر ۚ ﻓَلَْْ ََل ًَفَ َر ِه ْي ُ ِّل ﻓِرْ قَ ٍة ِه ٌُِْ ْن طَ ئِفَة‬
َ‫لِیَ َفَﻘَّمُِْا ﻓِ ال ِّد ِي َّلِیُ ٌْ ِ ُّا قَْْ َهُِ ْن ِ َ ا َ َ ؼُْا ِلَ ْی ِِ ْن لَ َؼلَّمُِ ْن َ ْ َ ُّى‬

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya. Mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam

1
Muhammad bin Mandhur, Lisanul Arab, madah : fiqih Al-Mishbah Al-Munir
3
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya. (QS. At-Taubah : 122)
Dalam prakteknya, istilah fiqih ini lebih banyak digunakan untuk ilmu agama
secara umum, dimana seorang yang ahli di bidang ilmu-ilmu agama sering disebut
sebagai faqih, sedangkan seorang yang ahli di bidang ilmu yang lain, kedokteran atau
arsitektur misalnya, tidak disebut sebagai faqih atau ahli fiqih2.
Sedangkan secara istilah, kata fiqih didefinisikan oleh para ulama dengan
berbagai definisi yang berbeda-beda. Sebagiannya lebih merupakan ungkapan
sepotong-sepotong, tapi ada juga yang memang sudah mencakup semua batasan ilmu
fiqih itu sendiri. Al-Imam Abu Hanifah punya definisi tentang fiqih yang unik, yaitu:

ِ ‫ْرﻓَةُ الٌَّم ْف‬


َِ‫س َه لََِ َّ َه َػلَ ْی‬ ِ ‫َهؼ‬
“Mengenal jiwa manusia terkait apa yang menjadi hak dan kewajibannya”3.
Sebenarnya definisi ini masih terlalu umum, bahkan masih juga mencakup
wilayah akidah dan keimanan bahkan juga termasuk wilayah akhlaq. Sehingga fiqih
yang dimaksud oleh beliau ini disebut juga dengan istilah Al-Fiqhul Akbar. Ada pun
definisi yang lebih mencakup ruang lingkup istilah fiqih yang dikenal para ulama
adalah4 :
ْ ِ ‫ْال ِؼ ْل ُن‬
‫احْ َك ِم ال َّملرْ ِػیَّم ِة ْال َؼ َولِیَّم ِة ْال ُو ْك َ َ ُ ِه ْي َ ِدلَّم َِِ ال َّم ْف ِ یلِیَّم ِة‬
”Ilmu yang membahas hukum-hukum syariat bidang amaliyah (perbuatan
nyata) yang diambil dari dalil-dalil secara rinci,”.

2. Pengertian Qanun
kata qanun berasal dari bahasa Arab yaitu ( ‫ ;ق ًْى‬qanna), yang bermakna
membuat hukum dan kemudian qanun dapat diartikan sebagai hukum, peraturan atau
undang-undang. Sedangkan menurut kamus bahasa Arab-Indonesia, kata (qanun)
berasal dari kata (qanna) yang berarti kaidah, undang-undang atau aturan. Secara
bahasa, istilah qanun bermakna al-ashlu ‫ ااصل‬yang artinya adalah akar. Dan juga
bisa bermakna miqyasu kulli syai‟in ‫ ِه ْﻘیَ س ُ ِّل َ ْ ٍء‬yang artinya adalah ukuran segala
sesuatu. Sedangkan menurut istilah, qanun didefinisikan sebagai :

2
Muhammad bin Abu Bakar bin Abdul Qadir Ar-Razi, Mukhtar Ash-Shihah, jilid 1 hal. 213
3
Ubaidillah bin Mas‟ud Al-Mahbubi Al-Bukhari Al-Hanafi, At-Taudhih „ala At-Tanqih, jilid 1 hal. 10
4
Adz-Dzarkasyi, Al-Bahrul Muhith, jilid 1 halaman 21
4
‫ُجْ بِ ُر‬ ِ ‫ك ااَ ْﻓ َرا ِد ﻓِ ْال ُوجْ َ َو ِغ َّالَّم‬
َ ُْ‫َ ْ ُك ُن ّْ ٌَُظِّ ُن ُسل‬ ِ ‫َهجْ ُوْ َػةٌ ِهيَ الﻘَ َْا ِػ ِد الَّم‬
َِ‫ااَ ْﻓ َرا ِد ػَلى ا ِّبَ ِػ‬
Kumpulan dari ketentuan yang menjadi hukum atau mengatur perilaku individu
pada masyarakat, dimana individu itu diharuskan untuk mematuhinya.

3. Pengertian Syariah
Makna syariah secara bahasa Arab, adalah sebagaimana orang-orang Arab di
masa lalu memaknai kata syariah ini sebagai metode atau jalan yang lurus
(‫)الطر ﻘة الو ﻘیة‬5.
Di dalam Lisanul Arab, kata syariah bermakna :

.ِ ْ‫ُ ْﻘ َ ُد لِل ُّشلر‬ ِ ‫َهْْ ِ ُد الو َ ِء الَّم‬


Sumber mata air yang dijadikan tempat untuk minum6.
Sedangkan Secara istilah dalam ilmu fiqih, Syariah didefinisikan oleh para
ulama sebagai7 :

ُ ‫َه َ َر َػَُ هللاُ لِ ِؼبَ ِد ٍِ ِهيَ ااَحْ َك ِم الَّم ِ َ َء َِِ ًَبِ ٌّ ِهيَ اا ًْبِیَ ِء َس َْا ٌء َه َ َ َؼلَّم‬
‫ق ِ َِل ْػ ِﻘَ ِد‬
‫ا َّااَ ْ َ ِ ًَِّظ َ ِم ال َ یَ ِا‬
ِ َ ‫َاا َّال ُو َؼ َه‬ َ ‫َّال ِؼبَ د‬

Apa yang disyariatkan oleh Allah SWT kepada hamba-hambaNya dari hukum-
hukum yang telah dibawa oleh nabi dari para nabi, baik yang terkait dengan keyakinan,
ibadah muamalah, akhlaq dan aturan dalam kehidupan.

4. Pengertian Hukum Islam


Hukum Islam merupakan rangkaian kata “hukum” dan “islam”. Secara
terpisah hukum dapat diartikan sebagai seperangkat perturan tentang tingkah laku
manusia yang diakui sekelompok masyarakat, disusun orang-orang yang diberi
wewenang oleh masyarakat itu, berlaku dan mengikat seluruh anggotanya. Bila kata
“hukum” di gabungkan dengan kata “islam”, maka hukum islam adalah seperangkat
peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunah rasul tentang tingkah laku manusia
mukallaf yang diakui dan diyakini mengikat untuk semua yang beragama islam8.

5
Manna‟ Al-Qaththan, At-Tasyri‟ wa Al-Fiqh fi Al-Islam, hal. 14
6
Lisanul Arab pada madah ‫ رع‬jilid 8 hal. 179
7
Manna‟ Al-Qaththan, At-Tasyri‟ wa Al-Fiqh fi Al-Islam, hal. 15
8
Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin, ushul fiqh. Hal. 6-7
5
Di dalam kepustakaan hukum Islam berbahasa inggris, Syari‟at Islam
diterjemahkan dengan Islamic Law, sedang Fikih Islam diterjemahkan
dengan Islamic Jurispudence. Di dalam bahasa Indonesia, untuk syari‟at Islam,
sering, dipergunakan istilah hukum syari‟at atau hukum syara‟ untuk fikih Islam
dipergunakan istilsh hukum fikih atau kadang-kadang Hukum Islam9.
Bila artian sederhana tentang hukum islam itu dihubungkan dengan
pengertian Fikih, maka dapat dikatakan bahwa yang dimaksud hukum islam itu
adalah yang bernama Fikih dalam literatur islam yang berbahasa arab.

B. Ruang Lingkup Studi Fikih


Adapun ruang lingkup studi ilmu Fikih yaitu sebagai berikut:
1. Fikih Ibadah
Sebagaimana dikemukakan oleh Mustahafa Zarqa adalah ketentuan –
ketentuan hukum yang berkaitan dengan penghambaaan seorang mukalllaf kepada
Allah sebagai tuhannya. Yang dimaksud dengan penghambaan adalah rangkaian
peribadatan yang harus dilakukan setiap mukallaf dan dijalankan semata-mata untuk
mengabdi kepada allah serta taat terhadap segala perintahNya. Oleh sebab itu para
ulama menyebut jenis ibadah ini sebagai ibadah mahdhah, yakni peribadatan yang
dilakukan semata-mata hanya untuk mengabdi kepadaNya. Tujuan disyariatkannya
ketentuan-ketantuan hukum tentang peribadatan ini adalah dalam rangka memelihara
aspek keagamaan, yakni untuk memenuhi salah satu dari tuntutan kepercayaan
teologis, karena menjalankan rangkaian ibadah mahdhah ini merupakan manifestasi
dari tuntutan doktrin kepercayaan kepada Allah dan RasulNya.

2. Fikih Muamallah
Yaitu mengetahui ketentuan-ketentuan hukum tentang usaha-usaha
memperoleh dan memperkembangkan harta, jual-beli, hutang-piutang dan jasa
penitipan diantara anggota-anggota masyarakat sesuai keperluan mereka yang
dipahami dari dalil-dalil syara‟ yang terperinci. Ciri utama Fikih muamallah adalah
terdapatnya kepentingan keuntungan material dalam proses akad dan
kesepakatannya. Berbeda dengan Fikih ibadah yang dilakukan semata-mata ketaatan
kepada Allah tanpa ada tendensi kepentingan material. Tujuan dari disya‟riatkannya
ketentuan-ketentuan hukum ini adalah dalam rangka menjaga kepantingan orang-
9
Maksun Faiz, Konstitusionaisasi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional, membedah Peradilan
Agama, PPHIM Jawa Tengah, Semarang, 2001, hlm. 171
6
orang mukallaf terhadap harta mereka, sehingga tidak dirugikan oleh tindakan orang
lain dan dapat memanfaatkan harta miliknya itu untuk memenuhi kepentingan
kehidupan mereka, bahkan lebih jauh mereka dapat memperkembangkannya dengan
baik tanpa dihadapkan kendala negatif yang dapat menekan dinamika pengembangan
harta tersebut dengan sikap eksploitatif kelompok lainnya.

3. Ahwal Al-Syakhsiyah
Merupakan bagian dari lingkup kajian Fikih Islam yang secara spesifik
membahas ketentuan-ketantuan hukum Islam mengenai ikatan kekeluargaan dari
awal terbentuknya sampai pada berbagai implikasinya, ketentuan distribusi harta
waris dan yang mengatur hubungan kekerabatan satu sama lain, ciri pokok dari
Ahwal Al-Syakhsyiyah ini sebagaimana diungkapkan oleh syaltout adalah mengatur
ikatan hubungan kekerabatan dengna berdasarkan pada prinsip kekeluargaan dengan
demikian akad dan perjanjian dalam bidang ini diorientasikan pada kepentingan
keuntungan material sebagaimana dalam muamallah. Oleh sebab itulah Musthafa
Zarqa memisahkan dari pembahasan muamallah yang lebih bercirikan jasa–jasa
perekonomian, tujuan dari penetapan ketentuan-ketentuan hukum Islam dalam aspek
ini adalah untuk memelihara keturunan beserta kelangsungan hidup mereka dan
hubungan kekeluargaan satu sama lain, untuk memperkokoh kebersamaan.

4. Fiqih Jinayah
yaitu mengatahui berbagai ketentuan hukum tentang perbuatan –perbuatan
kriminal yang dilakukan orang-orang mukallaf sebagai hasil pemahaman atas dalil-
dalil yang terinci. Yang dimaksud dengan tindakan kriminal menurut Musthafa Zarqa
adalah tindakan kejahatan yang mengganggu ketentraman umum serta tindakan yang
melawan undang-undang, tujuan disya‟riatkannya hukum tentang tindakan kejahatan
kriminal ini adalah dalam rangka memelihara akal, jiwa, harta masyarakat secara
umum dan keturunan. Dengan demikian posisi Fikih jinayah ini amat penting dalam
kehidupan masyarakat, ruang lingkup fiqih jinayah mencakupi ketentuan-ketentuan
hukum tentang berbagai tindakan kejahatan kriminal yaitu pencurian, perzinaan,
homoseksual, fitnah, mabuk, membunuh, memukul orang lain, merusak harta orang
lain dan melakukan gerakan kekacauan. Jenis hukuman untuk kejahatan tersebut ada
yang berbentuk hudud, yakni ketentuan hukum yang ditetapkan oleh beratnya nash
jenis dan berat ringannya hukuman kemudian adapula qisash, yakni hukuman yang

7
sama dengan tindakannya namun adakalanya dapat diganti dengan diyat (denda).
Norma-norma hukum yang belum tertampung dalam ketentuan diatas dapat
diselesaikan lewat ta‟zir yang diputuskan oleh hakim sendiri.

5. Fikih Siyasah
Yaitu mengetahui ketentuan–ketentuan hukum tentang masalah-masalah
politik yang dikaji dari dalil-dalil yang terinci dalam Al-Qur‟an dan Al Sunnah,
secara umum ketentuan siyasah ini disya‟riatkan dalam rangka memelihara agama,
jiwa, akal, harta dan keturunan, karena organisasi kenegaraan itu dibentuk untuk
menegakkan keseluruhan norma-norma sya‟riah disamping untuk memenuhi
berbagai kepentingan keduniaan yang diperlukan dalam kehidupan manusia, ruang
lingkup pembahasan Fikih siyasah ini mencakup perlu atau tidaknya negara bagi
umat manusia ini. Syarat-syarat seseorang kepala negara, mekanisme pemilihan
kepala negara, tugas-tugas kepala negara dan hubungan pemerintah dengan
rakyatnya.

C. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Ilmu Fikih


Tujuan yang akan dicapai dan manfaat yang dapat diperoleh setalah mempelajari
ilmu Fikih yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dalil-dalil yang digunakan dalam Fikih.
2. Agar mengaplikasikan ilmu Fikih dalam kehidupan sehari-hari.
3. Untuk meluruskan paradigma yang kurang tepat mengenai pemahaman Fikih dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Sebagai batasan-batasan dalam menjalankan syari‟at Islam
5. Untuk memperkuat iman.
6. Untuk mengarahkan tentang tata cara ibadah yang benar.
7. Agar mengamalkan kepada orang lain yang belum mengetahuinya.
8. Bahwa hukum belajar Fikih adalah fardu „ain, maka dengan itu mempelajarinya pun
akan mendapat pahala Allah SWT.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Kata fiqh (َ‫ )الفﻘ‬secara etimologis berarti “paham yang mendalam”. Secara
termilnologis fiqh (َ‫ )الفﻘ‬berarti “Ilmu tentang hukum-hukum syar‟i yang bersifat amaliah
yang digali dan ditentukan dari dalil-dalil yang tafsili”. Syariat menurut bahasa ialah:
tempat yang didatangi atau dituju oleh manusia dan hewan guna meminum air. Menurut
istilah ialah: hukum-hukum dan aturan yang Allah syariatkan buat hambanya untuk
diikuti dan hubungan mereka sesama manusia. Hukum Islam merupakan rangkaian kata
“hukum” dan “islam”. Secara terpisah hukum dapat diartikan sebagai seperangkat
peraturan tentang tingkah laku manusia yang diakui sekelompok masyarakat, disusun
orang-orang yang diberi wewenang oleh masyarakat itu, berlaku dan mengikat seluruh
anggotanya. Sedangkan qanun merupakan peraturan atau undang-undang atau ketentuan
yang menjadi hukum atau mengatur perilaku individu pada masyarakat, dimana individu
itu diharuskan untuk mematuhinya.

B. Saran
Dengan adanya kenyataan-kenyataan yang terjadi dan telah diuraikan sebelumnya,
maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
Dengan telah mengetahui tentang hukum islam, syariat, qanun dan ilmu fikih di
harapkan kepada semua orang dapat memahami dan mengamalkan dan mejalankan
segala sesuatunya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

9
DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzarkasyi Al-Bahrul Muhith

Faiz, Maksun. 2001. Konstitusionaisasi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional,
membedah Peradilan Agama. Semarang: PPHIM Jawa Tengah.

Manna‟ Al-Qaththan, At-Tasyri’ wa Al-Fiqh fi Al-Islam

Muhammad bin Abu Bakar bin Abdul Qadir Ar-Razi, Mukhtar Ash-Shihah

Muhammad bin Mandhur, Lisanul Arab, Dar Shadir, Beirut, Cet. I, 711 H

Sarwat, Ahmad. Seri Fiqih Kehidupan (1) Ilmu Fiqih. Jakarta: DU Publishing

Shiddieqy, Hasby ash. 1974. Falsafah Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang

Syarifuddin, Amir. 2011. ushul fiqh. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Ubaidillah bin Mas‟ud Al-Mahbubi Al-Bukhari Al-Hanafi, At-Taudhih ‘ala At-Tanqih

10

Anda mungkin juga menyukai