Dosen Pengampu:
M. Zen, MH
Oleh:
Elsifiera (18.1052)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah dari mata kuliah “Peradilan Agama di Indonesia”
yang berjudul “Hukum Materi dan Hukum Pengadilan Agama”.
28 Februari 2020
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
1. Pengertian ................................................................................................. 1
A. Kesimpulan................................................................................................... 9
B. Saran ............................................................................................................. 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman
telah mengamanatkan bahwa semua lingkungan peradilan harus berada satu
atap di bawah mahkamah agung. Peradilan Agama sebagai sallah satu
pelaksana kekuasaan kehakiman terikat dengan konstitusi tersebut. Konstitusi
tersebut telah mengatur pengalihan organisasi, administrasi dan finansial dari
peradilan agama ke mahkamah agung. Sebelumnya peradilan agama dalam
pembinaan teknis dilakukan oleh mahkamah agung, sementara dalam
pembinaan organisasi dilakukan oleh kementerian agama.
Pengadilan Agama sebagai lembaga pelaksana kekuasaan kehakiman
harus menempatkan dirinya sebagai lembaga peradilan yang sesungguhnya
sesuai dengan kedudukanya yang telah diberikan oleh undang-undang Nomor
7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Dengan demikian Pengadilan Agama
perlu meningkatkan kualitas aparatnya sehingga dapat melaksanakan dengan
baik dan benar tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Adapun yang harus
dilakukan adalah melaksanakan hukum yang acara dengan baik sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hukum materil pada pengadilan Agama?
2. Apa yang dimaksud dengan hukum materil?
iii
1
BAB II
PEMBAHASAN
2 Elwidan, "Hukum Formil dan Materil",
https://elwildan.wordpress.com/2012/03/11/hukum-formil-dan-materil-kekuasaan-kehakiman-
peradilan-surat-kuasa/ , diakses pada 28 Maret 2020.
3 Basiq Djalil, Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 147
g. Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah pengumpulan yang sistematis dari
keputusan Mahkamah Agung dan Keputusan Pengadilan Tinggi yang
diikuti oleh hakim lain dalam memberikan keputusan sosial yang sama.
Hakim tidak terikat pada putusan yurisprudensi tersebut,
sebab Indonesia tidak menganut asas ‘The bidding force of precedent”,
jadi hakim bebas memilih antara meninggalkan yurisprudensi atau
menggunakannya.4
4 Bisri, Cik Hasan, Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
1998), hlm.98
7) Targhib al-Mustaq
8) Qawanin Syari’ah li Sayyid bin Yahya
9) Qawanin Syari’ah li Sayyid Shadaqah
10) Syamsuri li Fara’id
11) Bughyat al-Musytarsyidin
12) al-Fiqh ala Madzahib al-Arba’ah
13) Mughni al-Muhjaj
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah di atas, dapat kita temukan beberapa kesimpulan
yang mungkin bisa dipahami. Hukum materiil peradilan agama ialah hukum
yang mengatur kepentingan-kepentingan dan hubungan-hubungan yang
berwujud perintah dan larangan yang telah tersampaikan dalam ajaran agama
(hukum fiqih). Sedangkan hukum formil peradilan agama ialah hukum yang
mengatur cara-cara mempertahankan dan melaksanakan hukum materiil
peradilan agama, atau hukum yang memuat peraturan yang mengenai cara-
cara mengajukan suatu perkara ke muka pengadilan agama dan tata cara
hakim memberi putusan.
Hukum Acara Pengadilan Agama ialah peraturan hukum yang
mengatur bagaimana cara mentaatinya hukum perdata materiil dengan
perantara hakim atau cara bagaimana bertindak di muka Pengadilan Agama
dan bagaimana cara hakim bertindak agar hukum itu berjalan sebagaimana
mestinya yang telah tercantumkan dalam Pasal 57 UU No. 7 Tahun 1989.
Proses penerimaan perkara dilakukan dengan cara mendaftakran
perkara, dengn cara mengajukan kepada Pengadilan Agama melalui petugas
kepaniteraan di meja I. Selanjutnya, setelah melalui proses penerimaan
perkara melalui petugas kepaniteraan, selanjutnya pemeriksaan perkara
dilakukan di depan sidang Pengadilan.
B. Saran
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih
jauh dari sempurna dan tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan dan
kesalahan. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pemakalah dan seluruh
pembaca. Maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk kemajuan dan kesempurnaan di masa mendatang.
10
DAFTAR PUSTAKA