Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONVESI DAN KONSTITUSI KETATANEGARAAN REPUBLIK


INDONESIA

“Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Konstitusi”

Dosen Pengampu:

Muhammad Amiril A’la, M.H.

Disusun Oleh:

Kelompok 9

1. Astika Amalia Perdana (126103212172)


2. Tutut Saputri Sugiyanti (126103212173)
3. Wiky Widiyanti (126103212174)
4. Yusuf Nur Masruri (126103212175)

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARI’AH DAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
NOVEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, Shalawat serta salam semoga dilimpahkan
pada Rasulullah SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman. Penulis
bersyukur pada Illahi Rabbi yang telah melimpahkan taufik serta hidayah-Nya kepada penulis
sehingga makalah yang berjudul “Sistematika dan Kedudukan Penjelasan UUD 1945” dapat
terselesaikan dengan lancar.

Selain itu kami ucapkan terima kasih kepada kepada pihak-pihak yang telah membantu kami,
yaitu sebagai berikut:

1. Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor UIN SATU Tulungagung.


2. Dr. H. Nur Efendi, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum.
3. Ahmad Gelora Mahardika, M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Tata Negara.
4. Muhammad Amiril A’la, M.H. selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Konstitusi.
5. Teman-teman yang telah ikut serta membantu dalam pembuatan makalah.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan dan
kesalahan baik isi maupun penulisan. Untuk itu kepada para pembaca dan pakar kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Tulungagung, 11 November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................4
C. Tujuan.................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................5

A. Pengeretian Konvesi Dan Konstitusi Ketatanegaraan Republik Indonesia.........................5


B. Kedudukan Dan Fungsi Konvensi Terhadap Undang-Undang Dasar 1945........................6
BAB III PENUTUP........................................................................................................................14

A. Kesimpulan.........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau biasanya


disingkat UUD 1945 ataupun juga UUD ’45 merupakan hukum dasar tertulis yang ada di
Indonesia. Sebagaimana yang sudah kita pelajari sebelum nya dalam mata kuliah Hukum
Konstitusi, UUD 1945 sebagai hukum dasar dan merupakan konstitusi pemerintahan negara
Republik Indonesa saat ini. Dalam praktek ketatanegaraan peran UUD 1945 sangat penting
untuk mengatur bagaimana kekuasaan negara disusun, dibagi dan dilaksanakan, juga sebagai
penentu hak dan kewajiban negara, aparat negara, dan warga negara.
Hukum berdasarkan bentuknya terbagi menjadi hukum tertulis dan hukum tidak
tertulis. Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, dalam praktek ketatanegaraan, UUD
1945 merupakan hukum dasar tertulis, dan dalam praktek ketatanegaraan juga ada hukum
tidak tertulis yang disebut dengan konvensi. Konvensi juga dikenal dengan istilah Konvensi
ketatanegaraan sebagaimana dikutip Ahmad Gelora Mahardika, dalam buku ‘Konvesi
Ketatanegaraan’ oleh Bagir Manan, menyatakan Konvensi atau (hukum) kebiasaan
ketatanegaraan adalah (hukum) yang tumbuh dalam praktik penyelenggaraan negara,
melengkapi, menyempurnakan, menghidupkan (mendinamisasi), kaidah-kaidah hukum
perundang-undangan atau hukum adat ketatanegaraan. Sebagai mahasiswa fakultas hukum,
penting untuk memahami bentuk dan macam hukum di negara Indonesia dan hukum dalam
praktek ketatanegaraan yang ada di Indonesia seperti konvensi ketatanegaraan. Dalam
makalah ini kelompok kami akan menjelaskan apa itu konvensi dan apa fungsi konvensi
dalam praktek ketatanegaraan RI dan juga kedudukan dan fungsi konvensi terhadap UUD
1945.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konvensi dan konstitusi ketatanegaraan Repuplik Indonesia?
2. Bagaimana kedudukan dan fungsi konvensi terhadap Undang-Undang Dasar 1945?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian konvesi dan konstitusi ketatanegaraan Republik Indonesia
2. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi konvensi terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penjelasan Tentang Konvesi dan Konstitusi Ketatanegaraan Republik Indonesia

1. KONVENSI KETATANEGARAAN
Secara bahasa konvensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
artinya permufakatan atau kesepakatan. 1 Kata konvensi berasar dari bahasa Inggris
convetion. Secara akademis istilah konvensi seringkali digabungkan dengan kata
konstitusi. Bagir Manan menyatakan dalam bukunya Konvensi
Ketatanegaraan sebagaimana dikutip Ahmad Gelora Mahardika, konvensi atau (hukum)
kebiasaan ketatanegaraan adalah (hukum) yang tumbuh dalam praktik penyelenggaraan
negara, melengkapi, menyempurnakan, menghidupkan (mendinamisasi), kaidah-kaidah
hukum perundang-undangan atau hukum adat ketatanegaraan. 2 Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Dadang Suprijatman, konvensi diumpamakan sebagai daging dan
Undang-Undang Dasar/ peraturan ketatanegaraan diumpamakan sebagai tulang.
Konvensi adalah daging yang melekat dan membungkus peraturan hukum atau Undang-
Undang Dasar Ketatanegaraan, agar peraturan ketatanegaraan berjalan sesuai dengan
pertumbuhan atau perkembangan pemikiran baru. Peraturan ketatanegaraan merupakan
instrumen yag mengatur kerjasama nasional sedangkan konvensi mengatur agar
kerjasma itu terlaksana efektif. 3

Secara umum, konvensi merupakan hukum dasar tak tertulis yang didalamnya
terdapat kebiasaan ketatanegaraan dalam sebuah negara. Hukum dasar tak tertulis
seperti konvensi memiliki sifat melengkapi, menyempurnakan serta menghidupkan
kaidah hukum perundang-undangan. Meski dalam penjelasan tersebut ada kata
kebiasaan, tetapi sebenarnya konvensi berbeda dengan adat kebiasaan. Hal ini karena
hukum dasar tak tertulis seperti konvensi tidak akan mengalami pengulangan. Konvensi
juga termasuk bagian dalam dari konstitusi yang tidak bisa dipaksakan melalui
pengadilan.4

Ciri-ciri Konvensi5
1. Konvensi ketatanegaraan itu berkenaan dengan hal-hal dalam bidang
ketatanegaraan
2. Konvensi ketatanegaraan tumbuh, berlaku, diikuti dan dihormati dalam praktik
1
2

3
4
5

5
penyelenggaraan negara
3. Konvensi serta sebagai bagian dari konstitusi, apabila ada pelanggaraan
terhadapnya tak dapat diadili oleh badan pengadilan.
Jenis-Jenis Konvensi6
1. Konvensi Nasional
Konvensi nasional adalah jenis aturan tak tertulis yang ada di dalam suatu negara.
Dimana pihak yang terlibat merupakan warga negara dan pemerintah yang ada di
dalam negara tersebut.
2. Konvensi Internasional
Konvensi internasional adalah suatu jenis aturan yang tidak tertulis yang mana
melibatkan warga negara dan pemerintah dari setiap negara yang turut
menandatangani suatu konvensi. Jumlah negara yang turut serta menandatangani
suatu konvensi internasional bisa bertambah dari waktu ke waktu.
Sifat Konvensi7
Konvensi akan lebih mudah dikenali jika dilihat berdasarkan sifatnya. Di Indonesia sendiri,
konvensi memiliki beberapa sifat di dalamnya, berikut merupakan beberapa sifat yang
dimiliki oleh konvensi di Indonesia.
1. Berjalan Sejajar Dengan Undang-Undang Dasar 1945
artinya isi atau praktik dari sebuah konvensi yang ada di Indonesia tidak
boleh bertentangan dengan pasal yang ada di dalam Undang-Undang Dasar
1945. Hal ini tak lain karena Undang-Undang Dasar 1945 adalah suatu sumber
dari segala sumber hukum yang ada di Negara Indonesia. Maka dari itu,
aturan-aturan lain harus sesuai dengan nilai dari hukum dasar. Baik itu dalam
bentuk konvensi, UU atau Undang-Undang Kepres atau Keputusan Presiden
atau yang lainnya.
2. Pelengkap Undang-Undang Dasar 1945
Dilihat dari sejarahnya, Undang-Udang Dasar selama perjalanan
pemerintahan Indonesia pernah mengalami perubahan dasar hukum yaitu UUD
1945 menjadi UUDS 1950. Namun, sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959, UUDS
RI 1950 berubah menjadi UUD 1945. Kemudian, ketika pemerintahan berbuah
dari Orde Lama menjadi Orde Baru, dimana pada saat Orde Baru, telah
diikrarkan sebuah tekad untuk bisa melaksanakan UUD 1945 dengan murni
dan menerima segala konsekuensi yang menyertainya.
Untuk menjaga kemurnian dari Undang-Undang Dasar 1945, maka isi
pasal tidak bisa diubah dan kalaupun harus diubah harus melalui referendum.
Melestarikan Undang-Undang Dasar 1945 dapat dilakukan dengan adanya
6
7

6
sebuah konvensi.
Hal ini dilakukan agar aturan dasar bisa diterapkan sesuai dengan
perkembangan zaman yang ada. Dengan begitu, bisa disimpulkan bahwa jika
adanya konvensi bisa menjadi pelengkap Undang-Undang Dasar 1945.
3. Kebiasaan
Kebiasaan ketatanegaraan ini bisa juga disebut dengan istilah konvensi.
Oleh sebab itu, bisa ditarik kesimpulan bahwa salah satu sifat dari konvensi
yang ada di Indonesia adalah berupa kegiatan yang dilakukan secara berulang-
ulang agar bisa dijadikan sebuah kebiasaan.
4. Tidak Tertulis Dan Tidak Bisa Diadili
Konvensi merupakan suatu kebiasaan, sehingga konvensi memiliki sifat
tidak tertulis. Namun, aturan di dalam konvensi tetap menjunjung tinggi norma
hukum yang berlaku. Selain itu, karena hal tersebutlah jika suatu konvensi
dilanggar oleh pemerintah, maka pemerintah tak bisa diadili atas pelanggaran
konvensi yang telah dilakukannya. Namun, selama ini pelaksanaan konvensi
bisa tetap tumbuh dan dihormati oleh bangsa Indonesia jika memang konvensi
tersebut masih sesuai untuk diterapkan.
5. Diterima Oleh Rakyat
Seperti yang dijelaskan sebelumnya jika konvensi memang memiliki
sifat tak tertulis. Meskipun tak tertulis, tetapi konvensi tetaplah menjadi sebuah
aturan yang dimana aturan tersebut akan bisa diterima oleh masyarakat. Jika
memang dari dulu suatu konvensi tak bisa diterima, maka suatu konvensi
tersebut tidak akan bisa menjadi suatu kebiasaan dalam penyelenggaraan
ketatanegaraan. Rakyat bisa menerima sebuah konvensi jika konvensi tersebut
menghormati nilai etika dan norma yang ada. Selain itu, adanya konvensi juga
bisa menumbuhkan jiwa nasionalisme dan juga patriotisme yang ada di dalam
masyarakat.

Contoh Konvensi
Ada beberapa praktek ketatanegaraan yang sudah menjadi konvensi, yaitu : 8
a. Upacara bendera setiap tanggal 17 Agustus
b. Pidato Presiden tanggal 16 Agustus
c. Pemilihan Mentri dan Jabatan tertentu oleh Presiden
d. Foto Presiden dan Wakil Presiden di kantor pemerintahan
e. Pemberian Grasi, Amnest, Abolisi, atau Rehabilitasi
f. Program 100 Hari Kerja

7
g. Menteri Non Departemen
h. Presiden RI menjelaskan tentang RAPBN kepada DPR
i. Pengambila keputusan oleh MPR.

Adapun praktek ketatanegaraan yang dilembangkan menjadi konvensi, yaitu

1. Pertanggungjawaban Wakil Presiden terhadap MPR


2. Pertimbangan regional dalam pemilihan Presiden, Wakil Presiden dan
Pengangkatan Menteri
3. Keikutsertaan DPR dalam pengangkatan Menteri,
4. Wewenang Presiden dalam membuat atau memasuki persetujuan dengan Negara
lain,
5. Masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden
6. Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
7. Pelaksanaan perubahan UUD yang telah disetujui rakyat dalam suatu referendum,
8. Pengesahan undang-undang yang telah disetujui DPR,
9. Syarat tidak pernah dipidana penjara untuk menjadi calon atau memangku suatu
jabatan,
10. Tentang asas tidak berlaku surut (asas non retroaktif)

2. KONSTITUSI
KBBI mengartikan konstitusi adalah segala ketentuan dan aturan tentang ketatanegaraan
(undang-undang dasar dan sebagainya). Dalam konteks organisasi atau negara, Mahkamah
Konstitusi dalam Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi menerangkan bahwa
pengertian konstitusi terikat dalam pembentukan atau kelahiran suatu organisasi.
Istilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis constituer, yang berarti membentuk. Yang
dimaksud dengan membentuk disini adalah membentuk suatu negara.

Sedangkan menurut M.Solly Lubis, istilah konstitusi yang berarti membentuk tersebut
dimaknai sebagai pembentukan suatu negara, atau menyusun dan menyatakan suatu
Negara.

Menurut Jimly Asshidiqie, dalam Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, konsep


konstitusi juga mencakup pengertian peraturan tertulis, kebiasaan, dan konvensi-konvensi
kenegaraan yang menentukan susunan dan kedudukan organ-organ negara, mengatur
hubungan antar organ negara dan aturan tentang hubungan organ negara dengan warga
negara.

8
Sedangkan Sri Soemantri Martosoewignjo membagi konstitusi dalam dua pengertian yaitu:

Dalam arti luas, menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu
berupa kumpulan-kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah
negara. Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang
berwenang dan ada yang tidak tertulis yang berupa usages, understanding, customs, or
conventions.
Dalam arti sempit, dituangkan dalam suatu dokumen, seperti undang-undang dasar.
Konstitusi dianggap sebagai sebuah hukum atau aturan dasar suatu negara, dalam bentuk
tertulis atau tidak tertulis yang membentuk karakteristik dan konsep-konsep pemerintahan,
berisi prinsip-prinsip asasi yang dipatuhi sebagai dasar kehidupan kenegaraan,
pengendalian pemerintah, pengaturan, pembagian dan pembatasan fungsi-fungsi yang
berbeda dari departemen-departemen serta penjabaran secara luas urusan-urusan yang
berkaitan dengan pengujian kekuasaan kedaulatan. Jika disederhanakan, konstitusi adalah
sebuah piagam pelimpahan wewenang dari rakyat kepada pemerintah.

Dalam Bahasa Inggris, constitution diartikan sebagai undang-undang dasar. Kata


constitution itu diterjemahkan menjadi undang-undang dasar karena kebiasaan orang
Belanda dan Jerman yang sehari-hari menggunakan kata Grondwet (Grond: dasar; wet:
undang-undang) dan Grundgesetz (Grund: dasar; gesetz: undang-undang). Keduanya
menunjukkan UUD sebagai naskah tertulis.

Dalam konteks Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD
1945) merupakan konstitusi tertulis, sebagai hukum tertinggi NKRI (the supreme law of
the land). Hal ini tercantum dalam Pasal 7 ayat (1) UU 12/2011.

Undang-undang dasar sebagai konstitusi tertulis, mengimplementasikan suatu gagasan


konstitusionalisme yang pada pokoknya menyatakan bahwa negara sebagai suatu
organisasi kekuasaan harus dibatasi dalam menjalankan kekuasaannya supaya tidak terjadi
kesewenang-wenangan oleh negara terhadap rakyat.

Lebih lanjut, arti konstitusi adalah kesepakatan dasar dalam pembentukan organisasi yang
mungkin pada awalnya tidak tertulis, namun dituangkan dalam bentuk tertulis atau format
khusus lainnya seiring perkembangan zaman. Konstitusi merupakan hukum dasar tertinggi
dalam suatu negara. Adapun tujuan konstitusi adalah untuk membatasi kekuasaan. Dalam
konstitusi, dikenal adanya konstitualisme yang merupakan paham di mana kekuasaan harus

9
dibatasi agar negara dapat dijalankan sesuai dengan tujuan pembentukannya.

Diterangkan Mahkamah Konstitusi, jika tidak dilakukan pembatasan kekuasaan, konstitusi


akan kehilangan rohnya dan hanya akan menjadi legitimasi bagi kekuasaan negara yang tak
terbatas. Konstitusi negara Indonesia adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Namun, selain UUD 1945, dalam sejarah
ketatanegaraan Indonesia, ada dua konstitusi lain yang pernah diberlakukan, yakni
Konstitusi Republik Indonesia Serikat dan UUD Sementara Tahun 1950.

Diterangkan Mahkamah Konstitusi, selain UUD 1945 sebagai konstitusi tertulis, ada
praktik dan kebiasaan ketatanegaraan yang menjadi bagian dari konstitusi di Indonesia.
Untuk praktik ketatanegaraan, misalnya, maklumat Wakil Presiden Nomor X dan
Maklumat Pemerintah 14 November yang telah menjadi bagian dari sejarah
ketatanegaraan.

Konstitusi, terbuka untuk diadakan evaluasi dan disempurnakan dari waktu ke waktu
melalui mekanisme politik. Tentu untuk mengubah dan menyempumakan konstitusi, di
samping bisa dikembangkan lewat amandemen atau perubahan sebagaimana diatur dalam
Pasal 37 Undang-Undang Dasar 1945, bisa juga dilakukan melalui konvensi-konvensi
ketatanegaraan, juga dengan melakukan judicial interpretation (penafsiran konstitusi).
Maka, peranan Mahkamah Konstitusi dalam menafsirkan konstitusi melalui perkara-
perkara konstitusi bisa membantu menyempurnakan kekurangan-kekurangan Undang-
Undang Dasar 1945.

B. Kedudukan Dan Fungsi Konvensi Terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

Penjelasan umum Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas menyatakan bahwa : "Undang-Undang
Dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukumnya dasar negara it. Undang-Undang Dasar ialah
hukum dasar yang tertulis sedang disampingnya Undang Undang Dasar itu berlaku juga hukum dasar
yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaran
negara meskipun tidak tertulis

Menggaris bawahi penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut dapat disimpulkan bahwa kehidupan
ketatanegaraan Republik Indonesia selain dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah hukum tertulis
10
(Undang-Undang Dasar) juga memperhatikan kaidah-kaidah hukum yang tak tertulis. Kaidah-kaidah
hukum yang tak tertulis itu tumbuh dan berkembang berdampingan secara paralel dengan kaidah-kaidah
hukum yang tertulis.

Di dalam khasanah ilmu pengetahuan hukum tata negara aturan-aturan dasar yang tertulis itu disebut
konvensi sebagaimana dijelaskan di atas. Sedanskan konstitusi dalam pengertian yuridis adalah suatu
naskah tertulis yang mengatur keorganisasian negara yang didalamnya memuat semua banguman
negara, dan sendi-sendi Sistem Pemerintahan Negara

Permasalahan yang sering dipertanyakan ialah bagaimana hubungan konstitusi atau Undang-Undang
Dasar 1945 dengan konvensi. Mengapa ada konvensi di samping konstitusi (Undang-Undang Dasar
1945) ? Untuk menjawabnya perlu Undang-Undang Dasar 1945 dipahami dalam realita konstitusional,
maka tak dapat tidak kehadiran konvensi merupakan kelengkapan bagi konstitusi atau Undang-Undang
Dasar 1945 dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan dan perkembangan zaman.

Perlu diketahui bahwa hampir semua negara-negara modem di dunia di samping mempunyai Konstitusi
(Undang-Undang Dasar yang tertulis) dalam praktik penyelenggaraan negara mengakui adanya apa yang
disebut konvensi. Konvensi selalu ada pada setiap sistem ketatanegaraan, terutama pada negara-negara
demokrasi

Untuk Indonesia, konvensi tumbuh menurut atau sesuai dengan kebutuhan negara Indonesia. Oleh
karena itu perlu dipahami bahwa konvensi tidak dapat di “import" dari sistem ketatanegaraan negara lain
yang mungkin berbeda asas dan karaktemya dengan sistem ketatanegaraan Indonesia. Sistem
parlementer yang telah berurat berakar dalam sistem ketatanegaraan di negara-negara barat. sudah
barang tentu tak sesuai dengan sistem ketatanegaraan Indonesia di bawah Undang-Undang Dasar 1945.

Di atas telah disinggung, Undang-Undang Dasar 1945 mengakomodasi adanya hukum-hukum dasar
yang tak tertulis yang timbul dan terpelihara dalam praktik ketatanegaraan yang dinamakan konvensi.
Hal ini tentunya tak lepas dari pandangan modem para penyusun Undang-Undang Dasar 1945 yang
kmelihat hukum konstitusi dalam pengertian yang luas, yang mencakup bail hukum tertulis maupun
hukum yang tidak tertulis

Disamping it keterikatan Undang-Undang pada konvensi dikarenakan sifat Undang-Undang Dasar


1945 itu sendiri sebagai singkat dan supel". Dalam kaitan inilah Penielasan Undang-Undang
Dasar 1945 mengemukakan “......kita harus senantiasa ingat kepada dinamika kehidupan masyarakat dan
negara Indonesia. Masyarakat dan negara Indonesia tumbuh, zaman berubah, terutama pada zaman

11
revolusi lahir batin sekarang ini. Oleh karena itu, kita harus hidup secara dinamis, dan melihat segala
gerak-gerik kehidupan masyarakat dan negara Indonesia...”

Dari bunyi penjelasan tersebut maka tidak dapat tidak dalam rangka menampung dinamika tersebut dan
melengkapi hukum dasar tertulis yaitu Undang-Undang Dasar 1945 yang singkat, maka kiranya
konvensi menupakan salah satu alternatif rasional yang harus dan dapat diterima secara konstitusional
dalam praktik penyelenggaraan negara Indonesia.Maka sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar
1945 kiranya tidak berlebihan apabila melalui konvensi-konvensi diharapkan dinamika kehidupan
masyarakat Indonesia yang sedang membangun dan berkembang ke arah masyarakat modem dapat
tertampung.

Dari pemikiran yang dipaparkan di atas dapat diketahui bagaimana peranan konvensi dalam praktik
penyelenggaraan negara. Kehadiran konvensi bukan untuk mengubah Undang-Undang Dasar 1945 Oleh
karena konvensi tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. konvensi berperan
sebagai parnership memperkokoh kehidupan ketatanegaraan Indonesia di bawah sistem Undang-Undang
Dasar 1945

Jadi kehadiran konvensi bukan untuk mengubah sendi konstitusional yang sudah ada. Konvensi lebih
berfungsi sebagai cara-cara untuk memungkinkan kehidupan konstitusional berjalan lebih pasti dan
sesuai dengan tuntutan perkembangan keadaan. Konvensi yang nampaknva mengubah Undang-Undang
Dasar seperti yang diutarakan Wheare adalah justru dalam dalam rangka memperkokoh sendi-sendi
yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar. Misalnya, Pengakuan Undang-Undang Dasar atas hak-
hak prerogatif kepala negara atau kebebasan bertindak lainnya, kalau tidak disertai konvensi yang
mengatur tata cara pelaksanaannya, dapat terjadi penyalahgunaan atas kekuasaan tersebut. Tidak kalah
pentingnya, peranan konvensi dalam menyesuaikan peraturan hukum ketatanegaraan (terutama yang
tertulis) dengan perkembangan atau perubahan pandangan politik dan sebagainya.

Demokratisasi baik dalam perwujudan maupun pengawasan pemerintahan dapat lebih dikembangkan
melalui konvensi tampa harus mengubah secara formal peraturan hukum ketatanegaraan yang berlaku.
Konvensi yang menentukan bahwa kepala negara tidak akan menolak mengesahkan rancangan undang
undang yang telah disetuju badan perwakilan rakyat (parlemen), adalah dalam rangka lebih
memperkokoh pelaksanaan kedaulatan rakyat dan pengawasan terhadap kepala negara.

Konvensi pertama-tama berfungsi memelihara agar peraturan hukum ketatanegaraan dapat mengikuti
perubahan masyarakat dan perubahan pandangan dalam bidang politik. Selanjutnya, konvensi berfingsi
pula agar penyelenggaraan negara dapat menjalankan pemerintahannya. Karena itu sungguh tepat
Apabila A V. Dicey mcnekankan bahwa konvensi itu menentukan tentang arah (mode), bukan pada isi

12
atau subtansi Dalam arti luas. konvensi menentukan cara cara melaksanakan berbagai peraturan hukum
ketatanegaraan yang sudah ada. Atau lebih las lagi, peninjauan terhadapkonvensi tidak dapat terlepas
dan paham tentang konstitusi atan konstitalisme

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

14
DAFTAR PUSTAKA

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.


https://www.mkri.id Diakses pada tanggal 7 November 2022.
Wildan J, romando.dkk. Reformasi dan Amandemen UUD 1945

15

Anda mungkin juga menyukai