Anda di halaman 1dari 1

A.

Hakikat anak didik / peserta didik

Dilihat dari kedudukannya, anak didik adalah makhluk yang sedang bearada
dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing masing.
Meraka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik
optimal kemampuan fitrahnya.1.
Dalam pandangan yang lebih modern, anak didik tidak hanya dianggap
obyek atau sasaran pendidikan sebagaimana disebutkan di atas, melainkan juga harus
diperlukan sebagai obyek pendidikan. Hal ini antara lain dilakukan dengan cara
melibatkan mereka dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar.
Dalam bahasa Arab dikenal tiga istilah yang sering digunakan untuk
menunjukkan pada anak didik . Tiga hal tersebut adalah murid yang secara harfiah
berarti orang yang menginginkan atau membutuhkan sesuatu : Tilmidz (jamaknya)
Talamidz yang bertati murid, dan Thalibul Ilmi yang berarti menuntut ilmu, pelajar, atau
mahasiswa. Ketiga istilah tersebut seluruhnya mengacu kepada seseorang yang tengah
menempuh pendidikan. Perbedaanya hanya terletak pada penggunaannya. Pada
sekolah yang tingkatannya rendah seperti Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah
(MI) digunakan istilah Tilmidz sedangkan pada sekolah yang tingkatannya lebih tinggi
seperti SLTP/SMP/MTS, SLTA/SMA/MA dan Perguruan Tinggi digunakan istilah Thalib.
Abdul Mujib (2006:103) mengatakan berpijak pada paradigma “belajar sepanjang
hayat”, maka istilah yang tepat untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah
peserta didik bukan anak didik.
Lebih lanjut lagi Abdul Mujib mengatakan peserta didik cakupannya sangat luas,
tidak hanya melibatkan anak-anak tetapi juga mencakup orang dewasa. Penyebutan
peserta didik mengisyaratkan tidak hanya dalam pendidikan formal seperti sekolah,
madrasah dan lainnya tetapi penyebutan tersebut mencakup pendidikan non formal
seperti halnya pendidikan di lingkungan masyarakat, majelis ta’lim, atau lembaga-
lembaga kemasyarakatan lainnya.2

1
H.M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1991,cet. Ke-1,h.144
2
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006,
hal.103

Anda mungkin juga menyukai